VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 27 ABSTRACT
The aim of the study is doing PIRLS 2011’s test instrument and questioner trial. The result of PIRLS study is used for measuring fourth grade students’ reading literacy which will be compared with the result of other PIRLS 2011’s participant countries. The study uses systematic random sampling. There are 26 sample schools cosist of 34 classes with 1001 students as the respondents of this study. The sample schools are spread out in 15 provinces in Indonesia. Randomly sampling intact class technique is used for determining sample class. The result of the analysis shows that the proportional correct’s average of reading literature is 0,03 (scale -5 till +5), meanwhile the proportional correct’s average of reading informative text is 0,37 (scale -5 till +5). The proportional correct’s average of multiple choice test is 0,54 (the lowest is -3,85 and the higest is 2,72), meanwhile the proportional correct’s average of essay test is 0,63 (the lowest is 0,63 (the lowest is -3,20 and the highest is 3,00).
Keywords: reading literacy, proportional correct, literacy
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melakukan ujicoba keterbacaan instrumen tes dan kuesioner PIRLS 2011. Hasil studi utama PIRLS digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa kelas empat jenjang sekolah dasar yang akan dibandingkan dengan negara lain peserta PIRLS 2011. Teknik sampling yang digunakan adalah systematic random sampling. Jumlah sekolah sampel adalah 26 sekolah dengan total kelas sampel 34 kelas yang terdiri dari 1001 responden siswa yang menyebar di 15 propinsi di Indonesia. Untuk teknik penentuan sampel kelas digunakan teknik randomly sampling intact classes. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaran tes membaca cerita sastra sebesar 0.03 (skala -5 s.d +5), sedangkan rata-rata tingkat kesukaran tes membaca teks informasi sebesar 0.37 (skala -5 s.d +5). Dilihat dari bentuk soal, rata-rata tingkat kesukaran soal bentuk pilihan ganda sebesar 0.54 (paling rendah -3.85;paling tinggi 2.72), sedangkan rata-rata tingkat kesukaran soal bentuk isian sebesar 0.63 (paling rendah -3.20; paling tinggi 3.00).
Kata kunci: kemampuan membaca, tingkat kesukaran, dan literasi.
Studi Internasional Keterbacaan
Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2010
Benny Widaryanto & Erika AfianiPerekayasa di Pusat Penilaian Pendidikan E-mail: ryanbenk@gmail.com
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 28 PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden nomor 47 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 022F/10/1980 membentuk Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem Pengujian, dibawah
naungan Balitbang Kementerian Pendidikan. Secara umum misi Puspendik adalah mengembangkan dan menyelenggarakan sistem penilaian pendidikan dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu pendidikan yang diwujudkan dalam salah satu aktivitasnya memantau mutu pendidikan melalui survei nasional dan internasional. Mutu pendidikan bisa dinilai salah satunya dari kebiasaan masyarakat gemar membaca. Membaca adalah kegiatan awal setiap anak untuk mempelajari sesuatu. Dimulai sejak usia dini setiap anak diwajibkan untuk belajar membaca.Proses belajar yang efektif untuk seluruh bidang studi antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca menambah pengetahuan dan wawasan yang dapat meningkatkan kecerdasan yang mampu memberi solusi tantangan hidup dimasa kini maupun masa mendatang.
Sejak tahun 2005 Puspendik bekerjasama dengan IEA (The international Association for The Evaluation of Educational Achievement) membantu
Pemerintah dalam meningkatkan proses
pembelajaran membaca dengan mengembangkan studi penilaian kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar Kelas 4. IEA adalah lembaga internasional yang menyelenggarakan studi-studi
komperatif berfokus pada kebijakan dan
implementasi pendidikan, yang memiliki kantor
sekretriat di Amsterdam, Netherland dan Pusat Pengolahan Data di Hamburg, Jerman. Studi ini dikenal dengan sebutan PIRLS (The Progress In International Reading and Literacy Study). PIRLS memberikan kesempatan setiap negara peserta untuk membandingkan data secara internasional tentang perkembangan membaca anak usia dini sampai tahun ke empat di jenjang sekolah dasar. Selain itu setiap negara memperoleh informasi perihal dukungan lingkungan rumah dan sekolah dalam proses pembelajaran membaca.
Pada tahun 2011 untuk kedua kalinya Indonesia berpartisipasi dalam studi ini, PIRLS 2011 setelah PIRLS 2006.Sebelum melakukan studi PIRLS 2011, seperti negara peserta lainnya, Indonesia di
bawah pengelolaan Puspendik Balitbang
Depdikbud melakukan Field Trial atau ujicoba PIRLS 2011. Dalam melakukan ujicoba ini, setiap negara peserta harus mengikuti prosedur baku yang telah ditetapkan oleh IEA, antara lain: pelaksanaan survey, penggunaan instrumen tes dan Kuesioner yang sama, penentuan sampel, pengelolaan data, dan quality control. Pengembangan instrumen tes dan kuesioner dilaksanakan oleh International Study Internasional Center, School of Education College yang berpusat di Boston, USA; penentuan sampel ditetapkan oleh Statistics Canada di Ottawa Canada, dan pengolahan data dilakukan oleh Data Processing and Research Center di Hamburg, Jerman. Berikut ini adalah daftar negara-negara peserta PIRLS 2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 29
Tabel 1. Daftar Negara Peserta PIRLS 2011 No Negara No Negara 1 Australia 27 Kuwait 2 Austria 28 Libya 3 Azerbaijan 29 Lithuania 4 Belgium, French 30 Malta 5 Botswana 31 Mongolia 6 Bulgaria 32 Morocco 7 Canada 33 Netherlands 8 Chinese Taipei 34 New Zealand 9 Colombia 35 Northern Ireland 10 Croatia 36 Norway 11 Czech Republic 37 Oman 12 Denmark 38 Poland 13 England 39 Portugal 14 Finland 40 Qatar 15 France 41 Romania 16 Georgia 42 Russian Federation 17 Germany 43 Saudi Arabia 18 Guatemala 44 Singapore 19 Honduras 45 Slovak Republic 20 Hong Kong SAR 46 Slovenia 21 Hungary 47 South Africa 22 Indonesia 48 Spain 23 Iran, Islamic Rep.
Of 49 Sweden
24 Ireland 50 Trinidad and Tobago 25 Israel 51 United Arab
Emirates 26 Italy 52 United States
Tujuan Ujicoba
Ujicoba ini bertujuan untuk :
1. Membantu IEA dalam penyusunan
instrumen tes untuk studi utama PIRLS 2011 2. Melakukan uji keterbacaan instrumen tes
dan Kuesioner PIRLS 2011 di negara peserta
3. Melakukan adaptasi prosedur teknis
pelaksanaan studi yang ditetapkan IEA di negara peserta
METODE UJICOBA
Indonesia memilih siswa Sekolah Dasar Kelas 4 menjadi sampel studi karena anak-anak pada tahun ke empat masa sekolah dasar merupakan masa transisi perkembangan membaca anak, pada masa ini anak-anak sudah belajar membaca dan memulai dengan membaca untuk belajar. Informasi dasar yang akan diperoleh dari study PIRLS adalah tidak hanya informasi yang berkaitan dengan prestasi kemampuan membaca melalui tes membaca secara tertulis, melainkan juga informasi yang berkaitan dengan proses perkembangan pembelajaran membaca melalui beberapa faktor seperti; kebiasaan siswa, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah melalui Kuesioner yang diberikan kepada siswa, orangtua, guru, dan sekolah. Untuk menjaring informasi tersebut dibutuhkan pengakuan siswa, guru membaca atau guru kelas, orangtua, dan kepala sekolah menjadi responden dalam studi ini.
Sampel sekolah telah ditetapkan oleh IEA, Puspendik bertugas memberikan data seluruh
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 30
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah baik negeri maupun swasta di seluruh indonesia yang diperoleh dari data UASBN 2008/2009, kecuali sekolah dasar di Propinsi Papua dan seluruh SLB tidak termasuk dalam populasi studi ini. Hal ini disebabkan lemahnya kondisi teknis pelaksanaan studi untuk sekolah kategori tersebut. Secara umum kegiatan tersebut meliputi:
1. Penyusunan Instrumen Tes 2. Pengumpulan Biodata Siswa
3. Proses Sampling dan Penyusunan
Formulir Identifikasi Siswa serta guru 4. Pengumpulan Data Tes
5. Penskoran Hasil Tes 6. Entri Data
7. Verifikasi dan Analisis
8. Data Penyusunan Laporan
Ujicoba dilakukan pada bulan april 2010. Jumlah sekolah sampel adalah 26 sekolah dengan total kelas sampel 34 kelas yang terdiri dari 1001 responden siswa yang menyebar di 15 propinsi. Untuk memperoleh 26 sekolah tersebut, IEA melakukan teknik sampling dengan pendekatan systematic random sampling untuk data survei ujicoba dan kemudian menentukan setidaknya satu kelas untuk setiap sekolah sampel, sering disebut dengan istilah sampling kelas utuh secara random (randomly sampling intact classes).
Tabel 1. Daftar sekolah sampel ujicoba PIRLS 2011. No ID Sek Nama Sekolah Provinsi
1 9021 SD NEGERI 10 SIMEULUE TENGAH Aceh
2 9001 SD 1 PUJUNGAN Bali
3 9020 SDN 04 TAPUS Bengkulu
4 9019 SD NO. 164/III TANJUNG GENTING Jambi
5 9002 SD NEGERI PAKUWON 2
Jawa Barat 6 9003 SD NEGERIKARSANAGARA
7 9017 SD NEGERI SUKAMULYA 06
8 9018 SD NEGERI PASIRTANJUNG III
9 9004 SDN 1 BEJI
Jawa Tengah 10 9015 SDN 02 BOTOSARI
11 9016 SD 2 SOJOMERTO
12 9024 SD KUSUMA BHAKTI
13 9025 MI MUHAMMADIYAH SUMBER MENDEN
14 9026 MI SIROJUL MUTA'ALIMIN 15 9005 SDN KROPOH 1 Jawa Timur 16 9006 SDN MINDI I 17 9014 SDN WARUNGDOWO I 18 9023 SD ISLAM
19 9013 SD NEGERI 014 KUARO Kalimantan Timur
20 9022 SD NEGERI 3 HALONG Maluku
21 9012 SD NEGERI 1 TOTODOKU Maluku Utara
22 9011 SD NEGERI 001 KABUN Riau
23 9007 SDN INPRES 3/77 PATTIMPA Sulawesi Selatan
24 9010 SDN 1 WASILOMATA II Sulawesi Tenggara
25 9009 SDN 4 SURULANGUN Sumatera Selatan
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 31
Dalam kerangka kerja PIRLS 2011, survei kemampuan membaca ini dirancang untuk mengetahui kemampuan anak Sekolah Dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan dengan cara melibatkan anak-anak dalam proses membaca. Penilaian difokuskan pada tiga aspek dalam belajar membaca siswa, yaitu: a) tujuan membaca, b) proses pemahaman, dan c) kebiasaan dan perilaku membaca
Setiap orang yang gemar membaca
dikarenakan adanya suatu ketertarikan terhadap
sesuatu, ingin mendapatkan kesenangan,
membutuhkan informasi di kalangan sosial, atau membaca untuk mempelajari sesuatu. PIRLS membagi aspek tujuan membaca menjadi dua hal, yaitu; 1) Membaca cerita atau karya sastra, 2) Membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi. Tujuan membaca menjadi panduan dalam memilih bahan bacaan yang ada dalam masing-masing soal. Masing-masing bacaan yang terpilih memiliki karakteristik yang berbeda yang digunakan sesuai dengan salah satu dari kedua tujuan membaca di atas. Persentase masing-masing aspek tujuan, dan proses pemahaman bahan bacaan, yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Persentase Pembagian Aspek Membaca dalam Buku Tes
TUJUAN MEMBACA
Membaca cerita/karya sastra 50%
Membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi
50%
PROSES PEMAHAMAN
Mencari informasi yang dinyatakan secara eksplisit 20%
Menarik kesimpulan secara langsung 30%
Menginterpretasikan dan mengiintegrasikan gagasan dan informasi
30%
Menilai dan menelaah isi bacaan, penggunaan bahasa, dan unsur-unsur teks
20%
Ujicoba dilakukan dengan memberikan tes pada siswa dibagi menjadi dua bagian, sesuai dengan buku tes yang terdiri dari dua bagian. Kedua bagian tes tersebut harus dikerjakan oleh siswa pada hari yang sama dengan jeda waktu istirahat diantaranya.Masing-masing bacaan diberi waktu 40 menit dan waktu istirahat tidak lebih dari 20 menit.
Berdasarkan temuan PIRLS Reading
Development Group, asesmen yang valid untuk menguji kemampuan membaca dengan kedua aspek membaca adalah setidaknya enam jam
menempuh asesmen. Dikarenakan faktor
manajerial asesmen dan kesanggupan siswa menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya diputuskan waktu asesmen adalah 80 menit untuk masing-masing siswa dengan waktu pengisian kuesioner 15-30 menit. Untuk merangkum enam jam menjadi 80 menit, PIRLS melakukan teknik matrix sampling, dengan cara membagi bacaan ke
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 32
dalam beberapa blok. Dalam PIRLS 2011, sama dengan PIRLS 2006, lebih dari lebih dari enam jam waktu tes dibagi menjadi 40 menit untuk setiap bacaan, sehingga didapat 10 blok bacaan. Untuk ujicoba digunakan hanya delapan blok.
Tipe pertanyaan yang diberikan pada bacaan PIRLS adalah pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) dan uraian (constructed response). PIRLS menggunakan kedua tipe soal
dengan tujuan untuk menjaring informasi
pemahaman dan kesulitan siswa, tidak hanya memberikan perangkat penilaian yang mudah dengan pilihan ganda tetapi menggunakan tipe soal uraian supaya dapat melihat hasil pemikiran siswa. Setiap pertanyaan pilihan ganda bernilai satu, sedangkan untuk pertanyaan uraian bernilai satu, dua, atau tiga tergantung dengan seberapa jauh pemahaman bacaan yang dibutuhkan.Di bawah ini framework bacaan yang diteskan pada ujicoba PIRLS 2011.
Tabel 3. Tabel Desain Buku Tes Ujicoba PIRLS 2011
Tujuan Membaca BLOK
Membaca cerita/karya sastra (Literasi) L1 L2 L3 L4
Membaca untuk memperoleh dan
menggunakan informasi (Informasi) I1 I2 I3 I4
Tabel 4. Tabel Matrik Bacaan Buku Tes Ujicoba PIRLS 2011 Judul Bacaan Soal Pilihan Ganda Soal Uraian Jumlah Soal Buku Tes Blok Sang Pemburu 7 10 17 1 L1 Misteri Gigi Raksasa 9 6 15 1 I1 Wawancara dengan Seorang Ilmuwan 6 8 14 2 I2
Kisah Pot yang
Kosong 11 6 17 2 L2 Monster Laut 7 9 16 3 L3 Dimana Ada Madu 8 6 14 3 I3 Mengendarai Angin 6 9 15 4 I4 Kue Untuk Musuh 7 10 17 4 L4
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 33 HASIL UJICOBA DAN PEMBAHASAN
Bacaan Ujicoba PIRLS
Berdasarkan hasil analisis data ujicoba PIRLS, diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Ketepatan jawaban siswa dalam membaca
teks dan tingkat kesukaran soal.
a. Rata-rata ketepatan jawaban siswa
berkaitan dengan tes membaca, hanya 34.12%siswa yang menjawab secara tepat. Rata-rata angka ketepatan jawaban
yang paling rendah adalah 3.4%,
sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 94.1%. Rata-rata angka ketepatan jawaban siswa untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian.
b. Dilihat dari tingkat kesukaran soal, rata-rata tingkat kesukaran tes membaca sebesar 0.01 Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar-3.85,(soal
mudah) sedangkan yang paling
tinggiadalah sebesar 3.00 (soal sukar). Rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian.
c. Rata-rata ketepatan jawaban siswapada
membaca cerita/karya sastra
(literacyexperience) hanya sebesar
38.32%. Rata-rata angka ketepatan
jawaban yang paling rendah adalah 3.4%, sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 94.1%. Rata-rata angka ketepatan jawaban
untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian.
d. Rata-rata tingkat kesukaran tes membaca
cerita/karya sastra
(literacyexperience)sebesar 0.03 (skala -5 s.d. +5).Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar -3.85, sedangkan yang paling tinggiadalah sebesar 3.00. Rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian.
e. Rata-rata ketepatan jawaban siswa pada membaca teks yang berjenis memperoleh dan menggunakan informasi (acquire, use info) hanya sebesar 29.53%. Rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling rendah adalah 4.10%, sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 88.00%. Rata-rata angka ketepatan jawaban untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian. f. Rata-rata tingkat kesukaran tes membaca
teks yang berjenis memperoleh dan menggunakan informasi (acquire, use info)sebesar 0.37 (skala -5 s.d. +5).Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar -3.20, sedangkan yang paling tinggiadalah sebesar 2.72. Jika dilihat dari bentuk soal, maka rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian
2. Kemampuan siswa dalam proses pemahaman
teks
a. Rata-rata ketepatan jawaban siswa dalam proses pemahaman teks yang berkaitan
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 34
dengan mengambil informasi secara
eksplisit merupakan rata-ratayang paling
tinggi, sedangkan proses pemahaman teks
yang berkaitan dengan
menginterpretasikan dan
mengintegrasikan gagasan dan informasi merupakan rata-rata yang paling rendah. b. Kemampuan siswa dalam memahami teks
yang berjenis literacy experience
(berpengalaman sastra) yang berkaitan
dengan mengambil informasi secara
eksplisit merupakan rata-rata yang paling
tinggi yaitu 55.45%, sedangkanyang paling rendah adalah pemahaman teks yang
berkaitan dengan menginterpretasikan
dan mengintegrasikan gagasan dan
informasi, yaitu sebesar 27.31%.
c. Kemampuan siswa dalam memahami teks
yang berjenis Acquire, Use Info
(memperoleh dan menggunakan
informasi) yang berkaitan dengan
mengambil informasi secara eksplisit merupakan rata-rata yang paling tinggi
yaitu 50.21%, sedangkanyang paling
rendah adalah pemahaman teks yang
berkaitan dengan menginterpretasikan
dan mengintegrasikan gagasan dan
informasi, yaitu sebesar 17.88%.
d. Jika dibandingkan antar-pemahaman teks berjenis berpengalaman bersastra, dalam mengambil informasi secara eksplisit, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah 55.45. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HUNTER paling tinggi yaitu sebesar 64.86,
sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar 39.07.
e. Dalam pemahaman teks yang membuat
kesimpulan secara langsung, maka besar
rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah 40.71. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks MONSTER paling tinggi yaitu sebesar 48.56, sedangkan yang
paling rendah adalah rata-rata
pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar 31.42.
f. Dalam pemahaman teks yang
menginterpretasikan dan
menginte-grasikan gagasan dan informasi, maka
besar rata-rata pemahaman siswa
terhadap teks adalah 27.31. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HUNTER paling tinggi yaitu sebesar 35.10, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar 14.24.
g. Dalam pemahaman teks yang
mengevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks,
besar rata-rata pemahaman siswa
terhadap teks adalah 31.48. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks POT paling tinggi yaitu sebesar 50.00, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks MONSTER, yaitu sebesar 19.30.
h. Jika dibandingkan antar-pemahaman teks
berjenis Acquire, Use Info, dalam mengambil informasi secara eksplisit, maka besar rata-rata pemahaman siswa
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 35
terhadap teks adalah 50.21. Rata-rata
pemahaman siswa terhadap teks
INTERVIEW paling tinggi yaitu sebesar 55.07, sedangkan yang paling rendah
adalah rata-rata pemahaman siswa
terhadap teks WIND, yaitu sebesar 44.03. i. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire,
Use Info yang membuat kesimpulan
secara langsung, besar rata-rata
pemahaman siswa terhadap teks adalah
34.53. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WIND paling tinggi yaitu sebesar 42.33, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks GIGI, yaitu sebesar 29.38.
j. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info yang menginterpretasikan dan
mengintegrasikan gagasan dan
informasi, maka besar rata-rata
pemahaman siswa terhadap teks adalah
17.87. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WIND paling tinggi yaitu sebesar 23.93, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HONEY, yaitu sebesar 14.23.
k. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info yang mengevaluasi isi, bahasa,
dan unsur teks, maka besar rata-rata
pemahaman siswa terhadap teks adalah
21.25. Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WINDpaling tinggi yaitu sebesar 28.95, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman
siswa terhadap teks HONEY, yaitu sebesar 15.90.
3. Tingkat kesukaran soal ditinjau dari bentuk soal.
a. Dilihat dari bentuk soal, rata-rata TK soal bentuk pilihan ganda lebih mudah daripada soal TK bentuk isian. Rata-rata TK soal bentuk pilihan ganda sebesar -0.54 (paling rendah -3.85; paling tinggi 2.72), sedangkan rata-rata TK soal bentuk isian sebesar 0.63 (paling rendah-3.20; paling tinggi 3.00).
b. Dilihat dari perbandingan jenis teks, rata-rata TK soal berpengalaman bersastra lebih mudah daripada soal TKmemperoleh dan menggunakan informasi. Rata-rata TK berpengalaman bersastra sebesar -0.03 (paling rendah-3.85; paling tinggi 3.00), sedangkan rata-rata TK soal memperoleh dan menggunakan informasi sebesar 0.37 (paling rendah-3.20; paling tinggi 2.72). c. Soal-soal tersebut adalah soal pilihan
ganda nomor P31I02M yang menunjukkan angka discrimination -0.05, dan soal pilihan ganda nomor P31I14M yang menunjukkan angka discrimination 0.13 pada bacaan Interview.
d. Pada bacaan Riding The Wind terdapat satu soal yaitu soal nomor P31R12M yang memperlihatkan angka discrimination sebesar 0.10. Demikian pula, pada bacaan Enemy Pie, ada satu soal yang angka discrimination hanya sebesar 0.02 yaitu soal nomor P31P04M. Selanjutnya pada
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 36
bacaan Honey, terdapat 3 soal yang angka discriminationnya rendah yaitu soal nomor P31W05M sebesar 0.13, soal nomor P31W12M sebesar 0.14, dan soal nomor P31W14M sebesar 0.08.
Kuesioner Ujicoba PIRLS
Berdasarkan hasil analisis data ujicoba PIRLS 2011, diperoleh informasi bahwa:
a. Dalam angket siswa, nomor item yang
perlu dievaluasi adalah jenis kepemilikan. Untuk kepemilikian TV, DVD/VCD, apakah kepemilikan ketiga benda tersebut ataukah cukup diwakili salah satu. Kemudian
kepemilikan alat transportasi yang
mengukur tingkat SES seseorang. Usul yang perlu dipertimbangkan untuk Negara Indonesia adalah kepemilikan ternak. Detil kecil seperti pada hari sekolah, di luar jam
sekolah, hendaknya ditonjolkan jika
penjelasan tersebut penting, dengan cara memberi garis bawah atau huruf miring, sehingga siswa tidak mengabaikannya
ketika merespon pertanyaan.Apakah
responden mengerti bedanya buku cerita dan dongeng merupakan pertanyaan dari penulis.
b. Dalam angket orangtua, nomor item 1 yang
membuat kerancuan data, nomor 2-6 orangtua diminta mengingat kejadian 4 sampai 5 tahun yang lalu. Nomor 7 tentang penguasaan menghitung sampai dengan 100 atau lebih sepertinya tidak terlalu penting ditanyakan karena materi itu akan
diajarkan ketika mereka masuk sekolah. Nomor 18 pilihan jawaban tidak relevan dan lain-lain sepertinya tidak perlu ditawarkan karena tidak akan memberikan informasi apapun.
c. Dalam angket guru, nomor 5A dan 5B
hendaknya direvisi bentuk pertanyaan agar tidak memperoleh informasi ganda. Nomor 16 (Tentang Pengajaran di Kelas PIRLS) dan
pilihan jawaban soal nomor 3
(Mengajarkan membaca pada kelas PIRLS) hendaknya dikaji ulang.
d. Dalam angket Sekolah, tidak ditemukan adanya item yang mencurigakan.
e. Selain itu untuk keempat angket mohon
dipertimbangkan dan diperhatikan
tentangpilihan jawaban yang menyatakan persetujuan. Karena sangat setuju, agak setuju, agak tidak setuju, dan sangat tidak setuju, gradasi tingkat persetujuannya belum tentu dimengerti oleh responden. Demikian juga dengan sangat baik, cukup baik, tidak terlalu baik, dan tidak baik sama sekali. Selain itu penyusun angket harus mempertimbangkan tingkat kemampuan membaca responden.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 37 SIMPULAN DAN SARAN
Ujicoba PIRLS 2011 telah dilaksanakan dan diorganisir dengan baik oleh Puspendik sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh IEA. Data hasil ujicoba PIRLS 2011 menunjukkan bahwa siswa-siswi Indonesia merasa kesulitan untuk memahami soal-soal tes membaca yang panjang bacaannya beberapa halaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembiasan memberi tes membaca yang bacaannya panjang-panjang di sekolah. Selain itu, siswa-siswi Indonesia juga merasa kesulitan untuk
soal-soal tes membaca yang berjenis
berpengalaman bersastra, terutama yang isi bacaannya TERSIRAT, bukan TERSURAT. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembiasan memberi tes membaca yang pertanyaannya tentang hal yang tersirat. Data hasil analisis ujicoba PIRLS juga menunjukkan bahwa soal bentuk isian dirasa sulit bagi siswa-siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan
pembiasaan tes membaca dengan bentuk
isian/uraian.
Dalam angket siswa, nomor item yang perlu dievaluasi adalah jenis kepemilikan barang di rumah. Untuk kepemilikian TV, DVD/VCD, apakah kepemilikan ketiga benda tersebut ataukah cukup diwakili salah satu. Kemudian kepemilikan alat transportasi yang mengukur tingkat SES seseorang. Usul yang perlu dipertimbangkan untuk Negara Indonesia adalah kepemilikan ternak. Detil kecil seperti pada hari sekolah, di luar jam sekolah, hendaknya ditonjolkan jika penjelasan tersebut penting, dengan cara memberi garis bawah atau huruf miring, sehingga siswa tidak mengabaikannya ketika merespon pertanyaan.
Dalam angket orangtua, untuk pertanyaan, seperti pertanyaan tentang orangtua diminta mengingat kejadian 4 sampai 5 tahun yang lalu, membuat kerancuan data. Pertanyaan tentang penguasaan menghitung sampai dengan 100 atau lebih sepertinya tidak terlalu penting ditanyakan karena materi itu akan diajarkan ketika mereka masuk sekolah.
Dalam angket guru, ada pertanyaan yang mengulang, hendaknya direvisi bentuk pertanyaan
agar tidak memperoleh informasi ganda.
Pertanyaan tentang Pengajaran di Kelas PIRLS dan tentangcara mengajarkan membaca pada kelas PIRLS hendaknya dikaji ulang. Dalam angket Sekolah, tidak ditemukan adanya item yang mencurigakan.
Selain itu untuk keempat angket perlu dipertimbangkan dan diperhatikan tentangpilihan jawaban yang menyatakan persetujuan. Karena sangat setuju, agak setuju, agak tidak setuju, dan sangat tidak setuju, gradasi tingkat persetujuannya belum tentu dimengerti oleh responden. Demikian juga dengan sangat baik, cukup baik, tidak terlalu baik, dan tidak baik sama sekali. Selain itu
penyusun angket harus mempertimbangkan
tingkat kemampuan membaca responden.
Dengan hasil analisis nasional ini, semoga dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam melakukan terjemahan dan adaptasi instrumen main survey PIRLS 2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 38 DAFTAR PUSTAKA
Ina V. S Mullis, Michael O. Martin, Ann M. Kennedy dan Pierre Foy, PIRLS 2006 International Report (2007)
Michael O Martin, Ina V.S. Mullis, Ann M. Kennedy, PIRLS 2006 Technical Report (2007)
Ina V.S Mullis, Michael O, Martha, Ann M. Kennedy, Kathleen L. Trong, dan Marian Sainsbury, PIRLS 2011 Assesment Framework. (2009).