PENYUSUNAN HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)
PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO
TAHUN ANGGARAN 2017
BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO
ii | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
KATA PENGANTAR
Rasa syukur selalu kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas izin dan rahmat
serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Harga Satuan Pokok
Kegiatan (HSPK) untuk kegiatan Fisik dan Non Fisik di pemerintah Kota Mojokerto.
Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) ini merupakan standar atau pedoman yang
digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau beban biaya setiap
program atau kegiatan Fisik dan Non Fisik yang akan dilaksanakan oleh suatu SKPD
dalam satu tahun anggaran di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto. Diharapkan
dengan adanya HSPK ini akan memberikan manfaat bagi SKPD sehingga
mempermudah dalam perencanaan pekerjaan atau kegiatan dalam proses penyusunan
anggaran, mendorong SKPD untuk lebih selektif mengalokasikan anggaran serta
menghindari tumpang tindih kegiatan. Bagi Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD),
dengan adanya HSPK akan mempermudah melakukan evaluasi anggaran yang telah
diusulkan oleh masing-masing SKPD.
Laporan Akhir merupakan laporan pekerjaan pekerjaan penyusunan Harga
Satuan Pokok Kegiatan. Proses pengerjaan dari awal hinga selesai menjadi Buku Harga
Satuan Pokok Kegiatan. Secara lebih teknis Laporan Akhir menjelaskan tentang latar
belakang pekerjaan, tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat dicapai oleh
Pemerintah Kota yang memiliki HSPK, dasar hukum yang relevan dengan penyusunan
HSPK, ruang lingkup pekerjaan, metodologi pelaksanaan pekerjaan dan keluaran
pekerjaan penyusunan HSPK, kerangka konseptual yang menjadi dasar penyusunan
HSPK, tahapan pelaksanaan aktivitas - aktivitas dalam penyusunan HSPK yang diawali
dengan tahap identifikasi kegiatan dan diakhiri dengan tahap sosialisasi, perhitungan
HSPK non fisik yang secara spesifik menjelaskan tentang perumusun klasifikasi
kegiatan, perumusan komponen dan pembiayaan kegiatan, perumusan koefisien
belanja, jumlah total dan harga per unit output serta organisasi pelaksanaan kegiatan
serta lampiran yang berisi rekap hasil HSPK Fisik dan Non Fisik dengan jumlah harga
pada setiap jenis HSPK.
Semoga Laporan Akhir pekerjaan penyusunan Harga Satuan Pokok Kegiatan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, yang nantinya akan berguna dan membantu
iii | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Pemerintah Kota Mojokerto dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran sehingga
akan terselenggaranya pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien serta akuntabel.
Surabaya, Juli 2016
Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan
Dan Pengembangan Masyarakat
iv | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel ... ... viBAB I. PENDAHULUAN ...
1
1.1.
Latar Belakang ...
1
1.2.
Tujuan Dan Manfaat Pekerjaan ...
4
1.3.
Referensi Peraturan Dan Perundangan ...
5
BAB II. RUANG LINGKUP DAN OUTPUT PEKERJAAN ...
7
2.1.
Ruang Lingkup Pekerjaan...
7
2.2.
Output Pekerjaan ...
8
BAB III. TAHAPAN, METODE PENDEKATAN, DAN
PELAPORAN PEKERJAAN ...
9
3.1.
Tahapan Pekerjaan ...
9
3.1.1.
Observasi Pendahuluan ...
9
3.1.2.
Identifikasi Kegiatan ...
9
3.1.3.
Penyusunan Format Standar Teknis Pekerjaan ... 10
3.1.4.
Pengumpulan Data ... 10
3.1.5.
Analisis Data ... 10
3.1.6.
Pembahasan Dan Diskusi ... 11
3.1.7.
Sosialisasi ... 11
3.2.
Metode Pendekatan ... 12
3.2.1.
Observasi Pendahuluan ... 12
3.2.2.
Pengumpulan Data ... 12
3.2.3.
Analisis Data ... 13
3.2.4.
Penyempurnaan Buku Standar Barang Dan Harga
Satuan Barang ... 13
v | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB IV. ANALISIS PERHITUNGAN HSPK FISIK DAN NON FISIK ... 14
4.1. Analisis Perhitungan HSPK FISIK KONSTRUKSI ... 14
4.1.1 Maksud dan Tujuan... 14
4.1.2 Perhitungan Harga Satuan Dasar ... 15
4.1.3 Perhitunan Harga Satuan Pekerjaan ... 29
4.2. Analisis Perhitungan HSPK Non Fisik... 31
4.2.1 Klasifikasi Kegiatan ... 31
4.2.2 Perumusan Komponen Pembiayaan Kegiatan ... 32
vi | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Rekap HSPK Fisik ... 36
Tabel 5.2 Rekap HSPK non Fisik ... 65
1 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) merupakan
tuntutan, harapan dan cita - cita bagi pemerintahan di masa yang akan datang.
Kedepan pemerintah akan menghadapi gelombang perubahan baik yang berasal dari
tekanan internal dan eksternal. Dari sisi tekanan eksternal, pemerintah akan
menghadapi globalisasi yang sarat dengan persaingan dan liberalisasi arus informasi,
investasi, modal, tenaga kerja dan budaya. Dari sisi internal pemerintah akan
menghadapi masyarakat yang semakin cerdas (knwoledge based society) dan
masyarakat yang semakin banyak tuntutanya (demanding community). Menurut
Osborne dan Gaebler (1992), salah satu syarat terwujudnya good governance adalah
adanya pemerintah yang kompetitif, yaitu mengembangkan persaingan yang sehat,
dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya dan
produktifitas. Dengan kata lain pemerintahan yang kompetitif berusaha untuk
menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian layanan publik. Kompetisi
adalah satu - satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan tanpa harus memperbesar biaya.
Syarat lainnya tentang kriteria pemerintah yang baik adalah adanya
Effectiveness and Efficiency
yaitu memenuhi kebutuhan dengan cara terbaik dalam
penggunaan sumberdaya. Menurut Mardiasmo
1efisiensi adalah pencapaian output
yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk
2 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output dengan input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Sedangkan
efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Agar terwujud efisiensi dan efektiftas dalam pengelolaan anggaran maka proses
Perencanaan anggaran perlu disusun dengan mempertimbangkan aspek akuntabilitas
publik. Wujud akuntabilitas publik adalah pertangggungjawaban pemerintah terhadap
setiap dana masyarakat yang dikelolahnya dalam APBD. Supaya proses pengelolaan
anggaran dapat memenuhi akuntabilitas publik maka perlu merubah bentuk anggaran
dari anggaran tradisional menjadi menjadi anggaran kinerja (
Performance Budget
)
yang lebih memfokuskan pada manajemen kebijakan serta memperhatikan apa yang
akan dilakukan daerah dan jenis pengeluaran apa yang akan dibelanjakan daerah.
Sesuai dengan Peraturan yang berlaku mengenai mekanisme pertanggungjawaban
APBD disusun dengan pendekatan kinerja dan disyaratkan untuk mengukur kinerja
keuangan Pemerintah Daerah dikembangkan Standar Analisis Belanja, tolok ukur
kinerja dan Standar Biaya. Standar analisis belanja adalah standar atau pedoman yang
digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau
kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Tolok ukur kinerja merupakan
ukuran keberhasilan yang dicapai setiap unit kerja yang ditetapkan dalam bentuk
standar pelayanan dan dapat menggunakan indikator keberhasilan program atau
kegiatan yang meliputi: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
(benefit), dan dampak (impact). Sedangkan Standar biaya yang merupakan harga
satuan unit biaya yang berlaku berbeda untuk masing-masing daerah. Dalam
implementasi di lapangan, standar biaya meliputi harga satuan unit biaya barang atau
bahan bangunan serta kegiatan.
3 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Standar biaya untuk barang merupakan harga satuan unit biaya belanja barang.
Standar biaya barang ini di beberapa Pemerintah Kabupaten/kota diterjemahkan
menjadi Standar Barang dan Harga Satuan Barang Bahan Bangunan/Konstruksi yang
merupakan pembakuan harga barang sesuai dengan jenis, spesifikasi, dan kualitas
dalam 1 (satu) periode tertentu. Standarisasi barang dan harga satuan barang
merupakan proses penentuan harga yang berlaku untuk suatu jenis barang dan untuk
jangka waktu tertentu. Salah satu fungsi adanya standar barang dan harga satuan
barang adalah sebagai pedoman dalam proses penyusunan anggaran yang terkait
dengan belanja barang sehingga akan terwujud pembakuan harga barang yang sama
untuk bila barang tersebut mempunyai jenis, spesifikasi, dan kualitas yang sama.
Satu tingkat diatas standar biaya barang adalah standar biaya kegiatan, dimana
salah satu unsur penyusun standar biaya kegiatan adalah standar biaya barang. Saat
ini di beberapa Pemerintah Kabupaten/kota belum ada standar biaya kegiatan atau
dengan istilah lain Standar Harga Satuan Pokok Kegiatan (yang selanjutnya disingkat
menjadi HSPK) yang merupakan pembakuan biaya kegiatan fisik dan atau non fisik
melalui analisis yang distandarkan untuk setiap jenis komponen dengan menggunakan
standar barang dan harga satuan barang sebagai elemen penyusunnya. Belum adanya
HSPK ini bukan berarti di lingkungan Pemerintah Kabupaten/kota belum ada analisis
yang digunakan untuk menghitung besarnya harga satuan kegiatan. Masing-masing
Unit Satuan Kerja, terutama Dinas Teknis, telah mempunyai analisis tersendiri untuk
menghitung Satuan Harga Kegiatan yang digunakan untuk menganalisis besarnya
biaya kegiatan dan biasanya berlaku di internal Satuan kerja tersebut, akan ada Satuan
Kerja yang lain dengan kegiatan yang sama bisa jadi mempunyai harga satuan kegiatan
yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan variebel penyusunan kegiatan yang tidak
sama atau variabel penyusunnya sama akan tetapi koefisien masing-masing varabel
4 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
berbeda yang pada akhirnya akan mengakibatkan harga satuan kegiatan berbeda. Hal
ini semakin terlihat ketidakseragaman harga satuan kegiatan apabila kita melihat
kegiatan non fisik. Sebagaimana kegiatan fisik, pada kegiatan non fisik potensi
perbedaan harga satuan akan semakin tinggi karena tolok ukur yang kurang baku
sehingga masing-masing Satuan Kerja akan menyusun harga satuan kegiatan sesuai
dengan pengalamannya sendiri. Sebagai contoh kasus, kegiatan sosialisasi yang
mempunyai karakteristik sama, baik waktu dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan,
akan terjadi harga satuan kegiatan yang berbeda antar Satuan Kerja. Akibat langsung
belum jika belum ada harga satuan pokok kegiatan adalah yang merupakan
pembakuan biaya kegiatan adalah tidak adanya keseragaman biaya dalam kegiatan
yang sama, potensi terjadinya inefisiensi dalam rencana dan pelaksanaan belanja
satuan kerja yang pada akhirnya akan terjadi inefisiensi dalam pengelolaan anggaran
di tingkat Pemerintah Kabupaten/kota.
1.2.
TUJUAN DAN MANFAAT PEKERJAAN
Seperti telah diungkapkan pada uraian diatas, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk menyeragamkan harga satuan kegiatan dan meningkatkan efisiensi
dalam pengelolaan anggaran yang berjalan saat ini khususnya dalam proses
perencanaan anggaran dengan cara menyediakan standarisasi harga satuan kegiatan.
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah menyusun Standar
Harga Satuan Pokok Kegiatan yang merupakan pembakuan biaya kegiatan fisik dan
atau non fisik melalui analisis yang distandarkan untuk setiap jenis komponen dengan
menggunakan standar barang dan harga satuan barang sebagai elemen penyusunnya
Apabila tujuan kegiatan ini dapat dicapai, maka diharapkan diperoleh manfaat
diantaranya adanya keseragaman biaya dalam kegiatan yang sama, mempermudah
5 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Satuan Kerja Dalam menyusun rencana kegaiatan, mempermudah monitoring dan
evaluasi kegiatan, efisiensi dalam rencana dan pelaksanaan anggaran yang pada
akhirnya akan meningkatkan efsiensi dalam pengelolaan anggaran di Pemerintah
Kabupaten/kota.
1.3
REFERENSI PERATURAN DAN PERUNDANGAN
Referensi dan peraturan perundangan yang dipakai sebagai acuan dalam
pelaksaanaan pekerjaan penyusunan Harga Satuan Pokok Kegiatan ini adalah :
a.
Undang - Undang nomor 32 Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah
b.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2000 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
d.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 tentag Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
e.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelakaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
f.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah
g.
SNI 7393 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Besi dan
Alumunium untuk Konstruksi Bangunan Gedung.
h.
SNI 7395 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Penutup Lantai
dan Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung.
6 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
i.
SNI 3434 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kayu untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
j.
SNI 2835 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk
Konstruksi Bagunan Gedung.
k.
SNI 2839 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Langit – langit
untuk Konstruksi Bangunan Gedung.
l.
SNI 7394, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
m.
SNI 2837 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plester untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
n.
SNI 6897 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
o.
SNI 2836 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
7 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB II
RUANG LINGKUP DAN OUTPUT PEKERJAAN
2.1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini secara proses meliputi keseluruhan proses dan kegiatan
yang dimaksudkan untuk Penyusunan Harga Satuan Pokok Kegiatan. Secara materi
ruang lingkup pekerjaan tersusunnya Harga Satuan Pokok Kegiatan yang mencakup
bidang :
2.1.1
Bidang fisik meliputi :
o
Bangunan Gedung, meliputi :
Pekerjaan Persiapan & Tanah
Pekerjaan Pondasi
Struktur Utama
Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran
Pekerjaan Penutup Lantai dan Dinding
Pekerjaan Kayu
Pekerjaan Finishing
o
Infrastruktur jalan meliputi :
Paving Dan Perkerasan Jalan
Pekerjaan Pengairan
Pekerjaan Penerangan Jalan Umum
Sarana Lalu Lintas
Taman dan Kebersihan
Service Kendaraan
2.1.2 Bidang Non Fisik, meliputi :
8 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta
ATK Administrasi Kegiatan
Jilid dan Penggandaan (Modul dan Laporan)
Biaya Dokumentasi
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System
Publikasi
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba
2.2
OUTPUT PEKERJAAN
Dengan ruang lingkup pekerjaan di atas, hasil yang diharapkan dari pekerjaan
Penyusunan Harga Satuan Pokok Kegiatan adalah tersusunnya Buku Harga Satuan
Pokok Kegiatan yang mencakup fisik konstruksi, fisik non konstruksi dan non fisik
yang disempurnakan.
9 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB III
TAHAPAN, METODE PENDEKATAN DAN
PELAPORAN PEKERJAAN
3.1
TAHAPAN PEKERJAAN
Untuk mencapai tujuan pekerjaan dan mendapatkan manfaat seperti yang telah
disebutkan di atas, tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
3.1.1 Observasi Pendahululan
Pada tahap ini dilakukan upaya - upaya pemahaman terhadap pekerjaan secara
umum. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a.
Studi literatur dan peraturan yang terkait dengan pekerjaan
b.
Identifikasi kelemahan dan kekurangan sistem penyusunan dan
pembuatan standar barang dan harga satuan barang
c.
Menyusun alternatif pemecahan
d.
Menyusun metode dan rencana kerja
e.
Menyiapkan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan
3.1.2
Identifikasi Kegiatan
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi kegiatan
pekerjaan fisik konstruksi berdasarkan tugas pokok dan fungsi SKPD yang terkait
dengan pengelola pekerjaan fisik konstruksi. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu
diidentifikasi dan dianalisis dari sisi jenis maupun kesesuaiannya dengan TUPOKSI
dan TUJUAN masing-masing SKPD. Dari identifikasi tersebut selanjutnya
10 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
dikembangkan dan dikonversikan sesuai dengan program dan kegiatan yang diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
3.1.3
Penyusunan Format Standar Teknis Pekerjaan
Format standar teknis pekerjaan merupakan bentuk atau susunan secara
keseluruhan yang mencakup bidang pekerjaan, jenis pekerjaan, jenis kegiatan yang
merupakan perincian dari pekerjaan tertentu, item atau variabel untuk masing-masing
kegiatan yang akan dipergunakan dalam pengisian HSPK. Format standar teknis
pekerjaan ini dilakukan setelah kegiatan identifikasi kegiatan dilakukan dan akan
disempurnakan setelah tahapan
collecting data, yaitu setelah didapatkan data dari
responden baik berupa penyempurnaan jenis pekerjaan, jenis kegiatan maupun item
atau variabel penyusun kegiatan.
3.1.4 Pengumpulan data
Setelah semua kebutuhan data terdefinisikan, langkah selanjutnya adalah
pengumpulan data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan meminta seluruh Satuan
Kerja khususnya Satuan Kerja yang melakukan pekerjaan fisik Konstruksi untuk
menyerahkan data-data terkait pekerjaan yang pernah dilakukan ataupun yang
menjadi kewenangannya untuk menjadi bahan mentah penyusunan HSPK.
Pengumpulan data juga dilakukan melalui studi literatur berkenaan dengan model
pekerjaan konstruksi yang menjadi tugas pemerintah dalam pembangunannya.
Data yang dibutuhkan dalam penyusunan HSPK ini meliputi jenis –jenis
pekerjaan fisik konstruksi yang telah dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota
Mojokerto serta kegiatan non fisik
11 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Analisis data merupakan penelaahan dan penguraian data sehingga
menghasilkan kesimpulan. Analisis data dilakukan setelah data di lapangan
dikumpulkan. Kegiatan analisis data ini mencakup :
a.
Menghitung volume dari tiap item pekerjaan
b.
Menentukan satuan kegiatan
c.
Menghitung volume baru dari tiap item pekerjaan dengan membagi volume
kegiatan dengan volume total pekerjaan
3.1.6 Pembahasan dan Diskusi
Setelah tersusun draft buku HSPK pekerjaan berisi volume persatuan pekerjaan
dari tiap item pekerjaan, langkah selanjutnya adalah melakukan diskusi dengan pihak
terkait di lingkungan pemerintah kabupaten Mojokerto. Diskusi merupakan kegiatan
bertukar pikiran antara dua pihak atau lebih mengenai suatu masalah. Diskusi
dilakukan untuk memperoleh masukan dari satuan kerja teknis dan berbagai pihak
yang berkepentingan guna menyempurnakan
draft buku HSPK. Satuan Kerja di
lingkungan Pemerintah Kota yang terlibat dalam pembahasan dan diskusi draft buku
HSPK diantaranya Dinas PU Bina Marga, PU Cipta Karya dan SKPD Lainnya.
3.1.7 Sosialisasi
Setelah dokumen HSPK ditetapkan dengan Keputusan Walikota, selanjutnya
dilakukan sosialisasi kepada SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto.
Sosialisasi diperlukan agar HSPK dapat digunakan secara optimal oleh setiap SKPD
sehingga berbagai perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah dapat dilakukan
dengan benar dan efisien.
12 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
3.2. METODE PENDEKATAN
Berdasarkan tahapan pelaksanaan pekerjaan, metode yang digunakan dalam
setiap tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Observasi Pendahuluan
Untuk mendapatkan pemahaman terhadap pekerjaan secara keseluruhan
ditempuh metode sebagai berikut :
a.
Telaah Pustaka, mempelajari peraturan - peraturan dan pustaka/literatur yang
memiliki relevansi standar barang dan harga satuan barang.
b.
Observasi langsung di lapangan, melakukan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian guna mendapatkan gambaran pekerjaan dan menganalisis
gejala - gejala yang terjadi.
c.
Wawancara, melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden yang
dapat memberikan keterangan atau infomasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
d.
Diskusi, melakukan tukar menukar pengetahuan dan pengalaman guna
menyamakan persepsi, mengidentifikasi dan menyusun alternatif pemecahan
masalah dengan semua pihak terkait.
3.2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya terdiri atas data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari sumber data.
Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari laporan atau referensi.
Teknik pengambilan data dilaksanakan berdasarkan sumber data, yaitu:
13 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
b.
Data sekunder, dengan mengumpulkan brosur, leflet atau laporan - laporan.
3.2.3 Analisis Data
Berdasarkan kegiatan analisis yang dilaksanakan maka teknik analisis yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
3.2.4 Penyempurnaan Harga Satuan Pokok Kegiatan
Dalam penyempurnaan Harga Satuan Pokok Kegiatan menggunakan metode
diskusi, eksplorasi, work desk.
3.3. PELAPORAN DAN PENYAJIAN
Setiap tahapan pekerjaan ini diikuti dengan laporan kemajuan pekerjaan.
Adapun jenis dan jumlah laporan tersebut akan diatur sebagai berikut :
a.
Laporan Pendahuluan
b.
Draft Laporan Akhir
14 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN HSPK FISIK DAN NON FISIK
4.1 ANALISIS PERHITUNGAN HSPK FISIK
Analisis perhitungan membahas tata cara perhitungan yang dilakukan untuk
mendapatkan indeks atau koefisien yang merupakan dasar untuk menghitung analisis
biaya kegiatan atau harga satuan pokok kegiatan (HSPK). Dasar acuan yang digunakan
dalam analisis perhitungan adalah referensi yang merupakan hasil penelitian di
lapangan dan di Laboratorium, pendapat ahli dan data histori. Beberapa hal yang
dibahas dalam analisis perhitungan meliputi tata cara perhitungan indeks bahan, upah
dan peralatan bidang pekerjaan fisik.
4.1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan penyusunan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) ini
adalah untuk menyamakan konsep dasar pembuatan EE (Engineer's
Estimate) bagi unsur Perencana dengan konsep dasar pembuatan OE (Owner's
Estimate) bagi unsur Pelaksana, serta mendukung penyiapan EE dan OE tersebut
agar lebih akurat pada proses perencanaan, pra kontrak maupun pada
pengkajian ulang perencanaan (review design/technical justification) pada
proses pelaksanaan konstruksi.
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan HSPK ini adalah untuk
mendapatkan harga pekerjaan/kegiatan, dalam arti sebagai berikut:
a.
Perkiraan harga tersebut menjamin pelaksanaan pekerjaan dan memenuhi
persyaratan yang berlaku, serta dapat dipertanggung jawabkan secara teknis;
b.
Perhitungan harga dapat dipertanggung jawabkan;
15 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam butir a dan butir b
di atas ;
d.
Perkiraan harga tersebut merupakan acuan dalam penentuan
pemenang lelang atau penentuan harga pemilihan langsung
pengadaan jasa/barang.
4.1.2 PERHITUNGAN HARGA SATUAN DASAR
4.1.2.1.Umum
Data harga satuan dasar yang digunakan dalam perhitungan analisis
harga satuan adalah sebagai berikut :
a.
Harga pasar setempat pada waktu yang bersangkutan
b.
Harga kontrak untuk barang/pekerjaan sejenis setempat yang pernah
dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kenaikan harga
yang terjadi
c.
Informasi harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Biro
Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Kota Mojokerto dan media cetak lainnya
d.Daftar harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan o l e h a g e n
e.
Data lain yang dapat digunakan.
4.1.2.2. Bahan
Seperti yang telah dijelaskan di depan, bahan yang diperhitungkan
antara lain ada 2 macam, yaitu bahan dasar dan bahan olahan
4.1.2.2.1 Harga Satuan Bahan Dasar
Untuk bahan dasar, biasanya diberi keterangan sumber bahan
tersebut misalnya bahan diambil harga di quarry (batu kali, pasir, dan lain
-lain) atau bahan diambil di pabrik atau gudang grosir (semen, aspal, besi,
sebagainya).
16 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
4.1.2.2.2 Harga Satuan Bahan Olahan
Bahan olahan biasanya diberi keterangan tempat, apakah diolah (di
base camp, atau ditempat terdekat). Analisis perhitungan bahan olahan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
A.
Masukan (input)
Masukan yang diperlukan untuk perhitungan bahan olahan antara
lain:
a.
Jarak Quarry (bila bahan dasar diambil dari quarry)
b.
Jarak yang diperhitungkan sebagai jarak angkut adalah jarak dari
sumber bahan (quarry) ke lokasi dimana alat pemecah batu berada.
c.Harga Satuan Bahan Dasar
d.
Yaitu harga satuan dasar batu kali berupa data otentik yang tersedia.
e.Harga Satuan Dasar Alat
f.
Merupakan biaya sewa peralatan per
satu satuan waktu yang merupakan
keluaran dari Analisis Harga Satuan Dasar Alat.
g.
Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja
h.
Yaitu harga satuan dasar tenaga kerja berupa data otentik yang tersedia
(sesuai kriteria point a di atas).
i.
Kapasitas Alat
j.
Merupakan kapasitas alat pemecah batu (stone crusher) dan Wheel
Loader.
k.
Faktor Efisiensi Produksi Alat
l.
Yaitu faktor efisiensi kerja dari alat yang digunakan.
m.Faktor Kehilangan Material
17 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
n.
Yaitu faktor untuk memperhitungkan material yang tercecer pada saat
diolah.
B.
Proses
Perhitungan bahan olahan dilakukan meliputi :
a.
Biaya kerja alat dalam memproduksi bahan olahan yang bersangkutan,
berdasarkan waktu yang dibutuhkan alat tersebut dan biaya sewa alatnya.
b.Biaya kebutuhan bahan dasar (batu kali & pasir) yang diperlukan
c.Perhitungan tenaga kerja yang diperlukan
d.
Biaya kerja alat dalam proses pencampuran (blending)
C.
Keluaran (Output)
Proses perhitungan di atas akan menghasilkan
Harga Satuan Dasar Bahan
untuk agregat kasar dan halus. Harga satuan dasar bahan ini merupakan masukan
(input) dalam proses perhitungan analisis harga satuan.
4.1.2.3.
Alat
4.1.2.3.1
Masukan (Input)
Masukan yang diperlukan dalam perhitungan harga sewa alat (biaya sewa
alat per satuan waktu) antara lain:
A.
Asumsi
1.
Alat yang digunakan adalah alat baru
2.
Biaya perawatan alat baru tersebut juga diperhitungkan
B.
Jenis Alat
Jenis Alat yang dimaksud misalnya Wheel Loader, Track Loader,
Asphal Mixing Plant, dan sebagainya.
18 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Kapasitas alat yang dimaksud misalnya kapasitas bucket Wheel
Loader 1,30 M3, AMP 50 Ton/Jain, dan sebagainya
D.
Umur Ekonomis Alat
Umur Ekonomis (Economic Life Years) Alat dari tahun yang lamanya
t e r g a n t un g da ri t i n g k a t p e n g g un a a n d a n s t a n da r da ri p a b ri k
pembuatnya.
E.
Jam Kerja Alat per Tahun
Adalah jam kerja alat selama satu tahun
F.
Harga Pokok Alat
Adalah Harga Pembelian Alat Setempat, bila pengadaan alat tidak melalui
dealer. Yang dimaksud harga setempat adalah harga dari asal ditambah
handling cost (biaya masuk, biaya incliring sewa gudang, ongkos angkut,
dll) sampai ke gudang pembeli. Bila membeli setempat artinya lewat
dealer/agen adalah harga sampai ke gudang pembeli.
G.
Nilai Sisa Alat
Nilai sisa (salvage value) yaitu nilai/harga dari peralatan yang
bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir. Biasanya nilai ini
diambil 10 % dari initial cost (harga pokok alat setempat).
H.
Tingkat Suku Bunga Pinjaman
Merupakan tingkat suku bunga bank untuk investasi yang berlaku pada
tahun pembelian alat yang bersangkutan.
I.
Tenaga Mesin
Merupakan kapasitas mesin penggerak dalam horse-power (HP).
J.
Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja
19 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Upah tenaga kerja di dalam biaya operasi biasanya dibedakan antara
upah untuk operator/driver dan upah pembantu operator.
K.
Harga Satuan Dasar Bahan
Harga Satuan Dasar Bahan di dalam biaya operasi berupa bahan
bakar dan minyak pelumas. Acuan resmi yang digunakan antara lain :
a.
Lampiran Keputusan Menteri PU No. 167/KPTS/1991
Tentang Harga Pokok Alat di Lingkungan Dep. PU.
b.
Lampiran Keputusan Menteri PU No. 585/KPTS/1988.
4.1.2.3.2
Proses
Harga Satuan Dasar Alat terdiri dari :
1.
Biaya Pasti ( Initial Cost atau Capital Cost )
2.
Biaya Operasi & Pemeliharaan (Direct Operational and
Maintenance Cost).
A.
Biaya Pasti.
Biaya pasti (pengembalian modal dan bunga) setiap tahun dihitung
sebagai berikut :
( B - C ) x D + F G W
Dimana:
G
: Biaya Pasti per jam.
B
: Harga alat setempat.
Bila pengadaan alat tidak melalui dealer, yang dma ksud ha rga
setempat a da lah harga dari CIF ditambah handling cost
(biaya masuk, biaya incliring sewa gudang, ongkos angkut, d1l)
sampai ke gudang pembeli. B i l a m e m b e l i s e t e m p a t a r t i n y a
l e w a t d e a l e r / a g e n a d a l a h h a r g a s a m p a i k e gudang pembeli.
20 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
C
: N i l a i s i s a ( s a l v a g e v a l u e ) y a i t u n i l a i / h a r g a d a r i
p e r a l a t a n ya n g b e r s a n g k ut a n s e t e l a h u m u r ekonomisnya
berakhir. Biasanya nilai ini diambil 10 % dari initial cost (harga
pokok alat setempat).
D
Faktor angsuran/pengembalian modal
i X(
1+
i)A
B a gi p e ra l a t a n ya n g b e rt u ga s s e da n g d i a n g g a p b e k e r j a
8 j a m / h a r i d a n 2 0 0 hari/tahun maka :
W= 8 x 200 x 1= 1600 jam/tahun.
B a g i p e r a l a t a n y a n g b e r t u g a s r i n g a n di a n g ga p b e ke rj a
8 j . - i m/ ha ri da n 1 50 hari/tahun maka :
W= 8 x 150 x 1= 1200 jam/tahun.
B.
Biaya Operasi dan Pemeliharaan.
a.
Biaya Operasi & Pemeliharaan Cara Teoritis
A).
Biaya bahan bakar dan biaya perawatan
1.
Biaya bahan bakar (H).
Kebutuhan bahan bakar tiap jam diambil dari manual
peralatan yang bersangkutan. Kebutuhan bahan bakar
merupakan kebutuhan bahan bakar untuk mesin
penggeraknya berikut bahan bakar yang digunakan
untuk proses produksi (misalnya AMP t e r m a s u k
b a h a n b a k a r u n t u k p e m a n a s a n d a n pengeringan
agregat).
21 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Bahan pelumas yang meliputi bahan pelumas mesin,
pelumas hidrolik, pelumas transmisi, pelumas power
steering, grease, dan lain sebagainya. Kebutuhan pelumas per
jam dapat dihitung berdasarkan kebutuhan jumlah oli
yang dibutuhkan dibagi beberapa jam oli tersebut harus
diganti (sesuai dengah jenis oli dan manual dari peralatan
yang bersangkutan).
3.
Biaya Perawatan / Workshop (J).
Biaya perawatan meliputi biaya penggantian saringan
pelumas, saringan/filter udara dan lain sebagainya.
B).
Biaya Perbaikan / Spareparts (K).
1.
Biaya penggantian ban.
2.
Biaya penggantian bagian-bagian yang aus (bukan spare part)
seperti konveyor belt, saringan agregat untuk stone crusher/AMP,
dan lain sebagainya.
3.
Penggantian baterei/accu.
4.
Perbaikan alat.
C).
Biaya Operator (M).
Upah di dalam biaya operasi biasanya dibedakan antara upah untuk
operator/driver dan upah pembantu operator. Adapun besarnya upah
untuk operator/driver dan pembantunya tersebut diperhitungkan
sesuai dengan "besar perhitungan upah kerja" dimana upah
operator dan pembantunya per jam diperhitungkan upah 1 jam
22 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
kerja efektif.
b.
Biaya Operasi & Pemeliharaan Cara Pendekatan
Mengingat banyak ragamnya peralatan dari berbagai merk yang akan
dipergunakan, estimator akan mengalami kesulitan apabila perhitungan
biaya operasi & pemeliharaan menggunakan manual tiap-tiap alat yang
bersangkutan. Untuk memudahkan perhitungan biaya operasi &
pemeliharaan suatu peralatan dapat digunakan rumus -rumus
pendekatan yang berlaku untuk seluruh macam peralatan.
Karena rumus ini sifatnya pendekatan, maka apabila rumus tersebut
diterapkan untuk menghitung biaya operasi dan pemeliharaan satu
macam peralatan hasilnya akan kurang akurat. Namun kalau
dipergunakan untuk menghitung seluruh peralatan hasilnya masih
dalam batas-batas kewajaran. Rumus-rumus perhitungan pendekatan
biaya operasi & pemeliharaan tersebut adalah sebagaii berikut:
A).
Biaya Bahan Bakar (H).
Besarnya bahan bakar yang digunakan untuk mesin penggerak
adalah tergantung dari besarnya kapasitas mesin yang biasa
diukur dengan HP (horse power).
H = ( 12,50 s/d 17,50 ) % x HP
Dimana;
H
:besarnya bahan bakar yang digunakan dalam 1 jam
dalam 1 liter
HP
: kapasitas mesin penggerak dalam horse-power.
12,50 % = untuk alat yang bertugas ringan
23 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
17,50 % = untuk alat yang bertugas berat
B).
Biaya Pelumas (/).
Besarnya pelumas (seluruh pemakaian pelumas termasuk
grease) yang digunakan untuk alat yang bersangkutan clihitung
berdasarkan kapasitas mesin yang diukur dengan HP.
L
: ( 1 s / d 2 ) % x H P
dimana :
besarnya pemakaian pelumas dalam 1 jam dalam 1 liter.
HP
: kapasitas mesin penggerak dalam horse-power.
1 % = untuk peralatan sederhana
2 % = untuk peralatan cukup kompleks
C.
Biaya Perbaikan & Perawatan (K).
Untuk menghitung biaya spare part, ban, accu dan perbaikan alat dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan perbaikan dalam per jam kerja dipakai
pendekatan
K
: ( 12,50 s/d 17,50 ) % x B
4.1.2.3.3. Keluaran (Output)
Keluaran harga satuan dasar alat adalah Harga Satuan Dasar Alat yang
meliputi biaya pasti, biaya operasi dan pemeliharaan. Keluaran Harga Satuan Dasar
Alat ini selanjutnya merupakan masukan (input) untuk proses analisis harga
satuan pekerjaan.
4.1.2.4. TEN AGA KE RJA
24 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Dalam sistem pengupahan digunakan satu satuan upah berupa orang
hari standar (Standard.Man Day) yang disingkat dengan HO dan MD, yaitu sama
dengan upah pekerjaan dalam 1 hari kerja (8 jam kerja termasuk 1 jam
istirahat).
4.1.2.4.2. JAM ORANG STANDAR (Standard Man Hour)
Di dalam standar hari orang yang dimaksud satu hari kerja adalah 8 jam
terdid dari 7 jam kerja (efektif) dan 1 jam istirahat. Apabila perhitungan upah
dinyatakan dengan jam orang, maka Hari Upah Jam Orang merupakan Upah
orang per 7 atau 8 jam kerja.
4.1.2.5. BIAYA UMUM & KEUNTUNGAN (OVERHEAD & PROFIT)
4.1.2.5.1. Biaya Umum ( Overhead )
Biaya umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung terwujudnya
pekerjaan (proyek) yang bersangkutan. Biaya ini antara lain meliputi :
a.
Biaya gaji pegawai di kantor pusat
b.Biaya gaji pegawai lapangan
c.
Biaya bank (Bunga Bank, Jaminan Bank, dll) Biaya tender
d.
Biaya pengobatan pegawai kantor/lapangan Biaya travel, entertainment
e.Biaya kantor, listrik, telepon, dll
f.
Penyusutan peralatan penunjang.
Biaya umum/overhead ini dihitung berdasarkan prosentase dari biaya
langsung yang besarnya tergantung dari lamanya waktu pelaksanaan
pekerjaan, besarnya tingkat bunga yang berlaku, dan lain sebagainya.
25 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
4.1.2.5.2. KEUNTUNGAN ( Profit )
Keuntungan ini sudah termasuk biaya resiko pekerjaan.
4.1.3. PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN
4.1.3.1. UMUM
Harga satuan setiap mata pembayaran yang merupakan keluaran (output)
diperoleh melalui proses perhitungan dari masukan-masukan (input). Dalam hal ini,
masukan yang dimaksud antara lain berupa harga satuan dasar untuk bahan, alat, upah
tenaga kerja serta biaya umum & laba (overhead & profit). Berdasarkan masukan
tersebut dilakukan perhitungan untuk menentukan koefisien bahan, upah tenaga kerja
dan peralatan setelah terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi dan faktor-faktor
serta prosedur kerjanya. Jumlah dari seluruh hasil perkalian koefisien tersebut dengan
harga satuan dasar ditambah dengan biaya umum & laba akan menghasilkan harga
satuan setiap mata pembayaran. Selanjutnya Harga Satuan Setiap Mata
Pembayaran dikalikan dengan Volume Pekerjaan menghasilkan Harga Pekerjaan
Setiap Mata Pembayaran. Adapun jumlah Harga Pekerjaan Seluruh Mata Pembayaran
yang dikalikan dengan PPN 10 % merupakan Perkiraan (Estimasi) Biaya Proyek
(EE/OE).
4.1.3.2. BAHAN
B a ha n ya n g di ma k s ud a da l a h b a ha n / ma t e ri a l ya n g me me n uhi
ketentuan/persyaratan yang tercantum dalam dokumen kontrak, baik
mengenai jenis, kuantitas maupun komposisinya bila merupakan suatu produk
campuran. Perhitungan dilakukan berdasarkan :
a.
Faktor kembang dan faktor kehilangan bahan
b.Kuantitas (diperoleh dari Spesifikasi Teknis)
c.Harga Satuan Dasar Bahan
26 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
Perhitungan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan kuantitas komponen
bahan dalam satuannya masing-masing, misalnya aspal dalam kg, semen dalam
kg atau zak, dan sebagainya untuk memperoleh satu satuan produk/hasil
pekerjaan yang bersangkutan.
Apabila di dalam dokumen lelang tidak dicantumkan volume kebutuhan bahan
untuk tiap-tiap mata pembayaran maka penyusun harus mengadakan
perhitungan bahan sesuai dengan spesifikasi teknis dalam dokumen lelang dan
methode kerja yang dipergunakan.
Apabila kebutuhan kuantitas bahan
'untuk setiap mata pembayaran
dicantumkan dalam dokumen lelang yang bertujuan untuk memudahkan
evaluasi maka penyusun harus mempergunakan kuantitas tersebut sebagai dasar
perhitungan.
4.1.3.2.1. Faktor Kembang Susut dan Faktor Kehilangan
Menentukan beberapa faktor seperti faktor kembang susut material/bahan
(lampiran 1) dan faktor kehilangan material.
4.1.3.2.2. KUANTITAS (Didapat dari Spesifikasi)
Untuk mata pembayaran yang mempunyai produk terdiri atas beberapa
macam bahan/material seperti Asphalt Treated Base (ATB), Hot Rolled Sheet (HRS),
Asphalt Concrete (AC) dan lain-lain, komposisi campuran bahan-bahan tersebut
harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Spesifkasi Teknis. Kuantitas bahan
adalah volume setiap jenis bahan dalam satuannya masing-masing (zak, kg, dsb.)
yang diperlukan dalam suatu mata pembayaran dengan memperhatikan satuan
produk mata pembayaran yang bersangkutan, misalkan ATB dalam satuan M3, HRS
27 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
dan AC dalam satuan M', dan lain-lain.
4.1.3.2.3.HARGA SATUAN DASAR BAHAN
Bahan yang dimaksud dapat berupa :
1.
Bahan Dasar seperti semen, aspal, baja tulangan, pasir, dan lain-lain,
2.
Bahan Olahan seperti agregat base dan beton.
4.1.3.3. ALAT
Perhitungan komponen alat pada umumnya berdasarkan
a.
Jenis
b.
Kapasitas
c.
Faktor Efisiensi Produksi
d.
Waktu siklus kerja (Cycle Time)
e.
Hasil Produksi / Satuan Waktu
f.
Kuantitas Jam Kerja
g.
Harga Satuan Dasar Alat
Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan kuantitas jam kerja suatu jenis alat
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh alat tersebut untuk menghasilkan satu satuan
produk mata pembayaran yang bersangkutan.
4.1.3.3.1. JENIS
Jenis alat yang diperlukan ini disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi-spesifikasi tertentu.
4.1.3.3.2. KAPASITAS
Kapasitas alat yang akan digunakan harus sesuai dengan besarnya
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi (bila ada), sebagai misal dalam mata pembayaran HRS untuk penggilasan
awal diperlukan Tandem Roller dengan kapasitas 6-8 ton dan untuk penggilasan
28 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
antara diperlukan Pneumatic Tyre Roller kapasitas 8-10 ton. Untuk alat utama
seperti Asphalt Mixing Plant (AMP) dan Stone Crusher, kapasitasnya tergantung dari
volume dan lamanya waktu yang diperlukan untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan alat tersebut.
4.1.3.3.3. FAKTOR EFISIENSI PRODUKSI
Menentukan beberapa faktor seperti :
Ev = Faktor konversi material
Ea = Faktor efisiensi kerja alat
Eb = Faktor bucket untuk Shovel & Loader
Eb = Faktor bucket untuk Excavator
Ep = Faktor posisi untuk Excavator
Es = Faktor sudu untuk Bulldozer
4.1.3.3.4. HASIL PRODUKSI / SATUAN WAKTU
Hasil produksi alat diukur dalam satuan produk per jam. Dalam menaksir
produksi (out put) peralatan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kinerja peralatan yang diberikan oleh pabrik
b.
Faktor efisiensi, operator, kondisi lapangan, material.
4.1.3.3.5. KUANTITAS JAM KERJA
Kuantitas jam kerja adalah angka yang menunjukkan lamanya pemakaian alat
dalam mengerjakan satu satuan produk suatu mata pembayaran.
4.1.3.3.6. HARGA SATUAN DASAR ALAT
29 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
harga satuan pekerjaan yaitu berupa keluaran dari analisis alat yang meliputi biaya
pasti serta biaya operasi dan pemeliharaan.
4.1.3.4. TENAGA KERJA
Perhitungan upah tenaga kerja adalah berdasarkan:
a.
Kualifikasi
b.
Jumlah
c.
Kuantitas Jam Kerja
d.
Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja
4.1.3.4.1. KUALIFIKASI
Ada beberapa kualifikasi tenaga kerja yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu jenis mata pembayaran pekerjaan, antara lain mandor, pekerja,
tukang, sopir, operator, dan lain-lain.
4.1.3.4.2. JUMLAH
Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebagai faktor utama dalam proses
produksi (misalnya pembesian, galian yang menggunakan tenaga manusia, pasangan
batu bata, plesteran dan lain sebagainya) dihitung dengan cara di taksir. Jumlah tenaga
kerja yang digunakan sebagai pendukung peralatan dihitung atas dasar
produktifitas peralatan yang paling menentukan dibagi dengan jumlah dan
klasifikasi tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan uraian metode kerja.
Sebagai panduan dan cara terbaik untuk menaksir jumlah/produktifitas tenaga
kerja dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
Produktifitas sebelumnya untuk pekerjaan yang memiliki sifat serupa Berdasarkan
hasil uji cobs di daerah masing-masing
4.1.3.4.3. KUANTITAS JAM KERJA
30 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
tenaga kerja dalam mengerjakan satu satuan produk suatu mata
pembayaran.
4.1.3.5. BIAYA UMUM DAN KEUNTUNGAN
Setelah biaya langsung suatu jenis mata pembayaran didapatkan, yaitu
merupakan jumlah total harga tenaga, bahan, dan alat, perlu diperhitungkan adanya
biaya umum dan keuntungan yang
.berupa prosentase dari biaya langsung
tersebut. Biaya Umum dan Keuntungan diambil maksimum 10 % sesuai dengan Surat
edaran menteri Pekerjaan Umum.
4.1.3.6. ESTIMASI BIAYA
4.1.3.6.1. HARGA SATUAN SETIAP MATA PEMBAYARAN
Harga Satuan setiap mata pembayaran adalah harga jenis pekerjaan tertentu
per satuan tertentu berdasarkan rincian pelaksanaan, yang memuat jenis, kuantitas
dan harga satuan dasar dan komponen tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang
diperlukan di dalamnya juga termasuk biaya umum dan keuntungan.
4.1.3.6.2. VOLUME PEKERJAAN
Volume pekerjaan untuk setiap mata pembayaran disesuaikan dengan
kebutuhan per proyek yang dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga (BOQ/Bill
Of Quantities).
4.1.3.6.3. HARGA PEKERJAAN SETIAP MATA PEMBAYARAN
Harga pekerjaan setiap mata pembayaran akan tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga (BOQ/Bill Of Quantities) yang merupakan hasil perkalian volume
pekerjaan dengan harga satuan setiap mata pembayaran.
4.1.3.6.4. HARGA TOTAL SELURUH MATA PEMBAYARAN
31 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
perkalian volume pekerjaan dengan harga satuan masing-masing mata
pembayaran.
4.1.3.6.5. PERKIRAAN (ESTIMASI) BIAYA PROYEK
Perkiraan biaya proyek merupakan jumlah dari harga total seluruh mata
pembayaran ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
4.2 ANALISIS PERHITUNGAN HSPK NON FISIK
Analisis perhitungan membahas tata cara perhitungan yang dilakukan untuk
mendapatkan indeks atau koefisien yang merupakan dasar untuk menghitung analisis
biaya kegiatan atau harga satuan pokok kegiatan (HSPK). Dasar acuan yang digunakan
dalam analisis perhitungan adalah referensi yang merupakan hasil penelitian di
lapangan, pendapat ahli dan data histori. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis
perhitungan meliputi tata cara dimulai dari mengklasifikasi kegiatan dan perumusan
komponen pembiayaan kegiatan.
4.2.1
KLASIFIKASI KEGIATAN
Kegiatan mengklasifikasikan kegiatan adalah kegiatan mengelompokkan atau
memilah kegiatan berdasarkan suatu rumusan baku. Hal terpenting dalam membuat
suatu rumusan klasifikasi kegiatan adalah identifikasi definisi dari kegiatan. Dari
definisi tersebut akan dapat diketahui perbedaan dari tiap kegiatan.
Pemerintah Kota Mojokerto dalam satu periode pemerintahan memiliki
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk pembangunan Kota Mojokerto.
Kegiatan-kegiatan tersebut mengandung unsur biaya yang jumlahnya bervariasi. Dalam satu
periode kedepan pemerintah Kota Mojokerto telah membuat berbagai rencana
kegiatan yang diikuti dengan pembuatan anggaran dari tiap kegiatan tersebut.
Perumusan klasifikasi kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi proses penganggaran kegiatan-kegiatan non fisik; penentuan tolak ukur
32 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
kinerja kegiatan dalam proses evaluasi; dan sebagai bahan dasar dalam penyusunan
kegiatan di lingkungan pemerintah Kota Mojokerto.
Hasil identifikasi terhadap kegiatan non fisik dapat diklasifikasi kedalam
beberapan tipe. Klasifikasi kegiatan-kegiatan tersebut secara garis besar
dikelompokkan berdasarkan pada jenis kegiatan. Dari tipe kegiatan kemudian di
uraikan menjadi bentuk kegiatan yang memiliki komponen-komponen penentu yang
berbeda-beda. Jenis kegiatan merupakan pengelompokan dari bentuk kegiatan sejenis
atau memiliki kemiripan komponen penentu sedangkan pembeda dari jenis kegiatan
didasarkan pada definisi menurut etimologi atau arti secara bahasa.
Dalam penyusunan standarisasi biaya kegiatan non fisik ini didasarkan pada
seluruh laporan pengeluaran kegiatan yang pernah dikerjakan oleh pemerintah Kota
Mojokerto dan distandarkan dengan pendekatan komponen biaya. Komponen biaya
merupakan variabel independen yang mempengaruhi total pengeluaran disetiap
kegiatan . Dalam penentuan anggaran biaya kegiatan non fisik nantinya komponen
biaya yang merupakan variabel independen dapat dijadikan ukuran dalam
menganggarkan suatu kegiatan.
4.2.2
PERUMUSAN KOMPONEN PEMBIAYAAN KEGIATAN
Komponen biaya kegiatan merupakan variabel penentu dalam penyusunan anggaran
kegiatan non fisik. Penentuan komponen tersebut didasarkan pada kebutuhan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan. Jadi dalam penyusunan anggaran biaya dari sebuah
kegiatan non fisik maka penganggarannya didasarkan pada komponen-komponen
biaya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan.
Standarisasi komponen biaya dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan
optimalisasi setiap kegiatan di Pemerintah Kota Mojokerto. Kegunaan standarisasi
komponen biaya pada tiap kegiatan non fisik ini memberikan posisi anggaran setiap
33 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
kegiatan dapat lebih efisien dan terkontrol dalam penggunaannya. Standar komponen
biaya ini berupa komponen biaya penetu yang dimasukkan dalam komponen biaya
kegiatan, untuk komponen biaya penunjang belum dimasukkan dalam penyusunan ini
karena nilai biayanya sudah memiliki standar sendiri.
Dalam penyusunan HSPK ini terdapat beberapa bentuk kegiatan yang belum
dapat di standarkan komponen pembiayanya. Beberapa faktor penyebabnya, antara
lain :
a.
Komponen biaya kegiatan tersebut hanya dilaksanakan oleh unit kerja tertentu
atau SKPD tertentu sehingga tidak perlu di ASB kan.
b.
Komponen biaya kegiatan tersebut merupakan kegiatan penunjang sehingga
biaya yang mengikutinya dianggap komponen biaya penunjang.
c.
Kegiatan pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain sudah menjadi
kegiatan rutin atau reguler satuan kerja
Standar komponen biaya kegiatan non fisik di klasifikasikan menjadi 7 jenis
Penyusun Kegiatan dengan 25 bentuk kegiatan. Beberapa bentuk kegiatan memiliki
tipe-tipe yang membedakan satu sama lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
uraian matriks berikut:
1. Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta terbagi dalam beberapa tipe, antara lain:
1.
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta Tipe I
2.
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta Tipe II
3.
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta Tipe III
4.
Alat Tulis Kantor (ATK) Peserta Tipe IV
2. ATK Administrasi Kegiatan
34 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
1.
ATK Administrasi Kegiatan Tipe I
2.
ATK Administrasi Kegiatan Tipe II
3.
ATK Administrasi Kegiatan Tipe III
4.
ATK Administrasi Kegiatan Tipe IV
5.
ATK Administrasi Kegiatan Tipe V
3. Jilid dan Penggandaan Tipe I (Modul)
Jilid dan Penggandaan dibagi dalam beberapa tipe, antara lain:
1.
Jiid dan Penggandaan Tipe I (Modul)
2.
Jiid dan Penggandaan Tipe II (Modul)
3.
Jiid dan Penggandaan Tipe III (Laporan)
4.
Jiid dan Penggandaan Tipe IV (Laporan)
5.
Jiid dan Penggandaan Tipe V (Laporan)
4. Biaya Dokumentasi
Biaya Dokumentasi dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain:
1.
Biaya dokumentasi Tipe I
2.
Biaya dokumentasi Tipe II
3.
Biaya dokumentasi Tipe III
5. Perlengkapan Dekorasi dan Sound System
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System dibagi beberapa tipe, antara lain:
1.
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System Tipe I
2.
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System Tipe II
3.
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System Tipe III
4.
Perlengkapan Dekorasi dan Sound System Tipe IV
6. Publikasi
35 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
1.
Publikasi tipe I
2.
Publikasi tipe II
7. Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba Tipe I
Hadiah / Penghargaan kegiatan Lomba dibagi beberapa tipe, antara lain :
1.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe I
2.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe II
3.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe III
4.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe IV
5.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe V
6.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe VI
7.
Hadiah / Penghargaan Kegiatan Lomba tipe VII
36 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
BAB V
LAMPIRAN
Lampiran berikut ini merupakan rekapan dari hasil analisis HSPK fisik dan non
fisik Kota Mojokerto untuk tahun 2017. Lampiran ini dimaksudkan untuk mengetahui
ringkasan dari semua analisis yang terlah dilaksanakan. HSPK Fisik ditunjukkan di dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 5.1
Rekap HSPK fisik
KODE BARANG URAIAN KEGIATAN SAT JUMLAH
HARGA
2.01 HSPK FISIK KONSTRUKSI
2.01.01 BANGUNAN GEDUNG
2.01.01.01 A. PEKERJAAN PERSIAPAN & TANAH
2.01.01.01.01 Pekerjaan Persiapan
2.01.01.01.01.001 1 m' Pembuatan Pagar Sementara Dari Kayu Tinggi
2 M
m2 542.300,00
2.01.01.01.01.002 1 m' Pembuatan Pagar Sementara Seng Gelombang
Tinggi 2 M m' 638.900,00
2.01.01.01.01.003 1 m' Pembuatan Pagar Sementara Kawat Duri
Tinggi 1,8 M m' 141.800,00
2.01.01.01.01.004 1 m' Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank m' 82.600,00
2.01.01.01.01.005 1 m2 Pekerjaan Pembuatan Kantor Sementara
Dengan Lantai Plesteran
m2 1.873.300,00
2.01.01.01.01.006 1 m2 Pekerjaan Pembuatan Gudang Semen Dan
Peralatan m2 1.764.300,00
2.01.01.01.01.007 1 m2 Pekerjaan Pembuatan Bedeng Kerja m2 1.788.200,00
2.01.01.01.01.008 1 m2 Pekerjaan Pembersihan Lapangan Dan
Perataan m2 15.500,00
2.01.01.01.01.009 1 m2 Pembuatan Stegger dari Bambu m2 60.300,00
2.01.01.01.01.010 1 m2 Pekerjaan Pembuatan Jalan Sementara m2 144.200,00
2.01.01.01.01.011 1 m3 Pekerjaan Pembongkaran Beton (Manual) m3 643.300,00
2.01.01.01.01.012 1 m3 Pembongkaran Beton (Menggunakan Alat) m3 449.200,00
2.01.01.01.01.013 1 m3 Pembongkaran Pasangan Batu Kali (Manual) m3 211.000,00
2.01.01.01.01.014 1 M3 Pembongkaran Pasangan Batu Kali
(Menggunakan Alat) m3 187.000,00
2.01.01.01.01.015 1 m3 Pekerjaan Pembongkaran Tembok Batu Bata m3 482.500,00
2.01.01.01.01.016 1 m2 Pekerjaan Pembongkaran Penutup Atap Tidak
Dipakai Kembali
37 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
2.01.01.01.01.017 1 m2 Pekerjaan Pembongkaran Penutup Atap Dan
Dipakai Kembali
m2 23.300,00
2.01.01.01.01.018 1 m2 Pembongkaran Paving m2 19.300,00
2.01.01.01.01.019 1 Unit Papan Nama Proyek Unit 1.144.400,00
2.01.01.01.02 Pekerjaan Tanah
2.01.01.01.02.001 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 1
Meter
m3 70.800,00
2.01.01.01.02.002 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 2
Meter m3 86.900,00
2.01.01.01.02.003 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 3
Meter m3 103.200,00
2.01.01.01.02.004 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Keras Sedalam 1
Meter m3 94.200,00
2.01.01.01.02.005 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Cadas Sedalam 1
Meter
m3 142.800,00
2.01.01.01.02.006 1 m3 Pekerjaan Galian Tanah Lumpur Sedalam 1
Meter m3 113.900,00
2.01.01.01.02.007 1 m2 Pekerjaan Pekerjaan Stripping Tebing Setinggi 1 M
m2 5.200,00
2.01.01.01.02.008 1 m3 Pekerjaan Pembuangan Hasil Galian Sejauh 30
M m3 31.000,00
2.01.01.01.02.009 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Biasa Sedalam 1 M
m3 23.600,00
2.01.01.01.02.010 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Biasa Sedalam 2 M m3 29.000,00
2.01.01.01.02.011 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Biasa Sedalam 3 M m3 34.400,00
2.01.01.01.02.012 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Keras Sedalam 1 M
m3 31.400,00
2.01.01.01.02.013 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Cadas Sedalam 1 M m3 47.600,00
2.01.01.01.02.014 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Kembali Galian Tanah
Lumpur Sedalam 1 M m3 38.000,00
2.01.01.01.02.015 1 m3 Pekerjaan Pemadatan Tanah Setiap 20 Cm m3 51.500,00
2.01.01.01.02.016 1 m3 Pekerjaan Pemadatan Tanah Dengan Alat m3 53.900,00
2.01.01.01.02.017 1 m3 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Pudel
Campuran 1Kp : 3Pp : 7 Tl
m3 349.100,00
2.01.01.01.02.018 1 m2 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk Tebal 10
Cm m2 134.300,00
2.01.01.01.02.019 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Pasir Urug m3 221.600,00
2.01.01.01.02.020 1 m3 Pengurugan Sirtu Padat m3 258.300,00
2.01.01.01.02.021 1 m3 Pengurugan Sirtu Dengan Menggunakan Sirtu
Ngoro m3 315.600,00
2.01.01.01.02.022 1 m3 Pekerjaan Pengurugan Dengan Tanah Urug m3 182.900,00
2.01.01.02 B. PEKERJAAN PONDASI
2.01.01.02.01 Pondasi
2.01.01.02.01.001 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
38 | P e m e r i n t a h K o t a M o j o k e r t o 2 0 1 6
2.01.01.02.01.002 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1 Pc : 4 Pp)
m3 911.200,00
2.01.01.02.01.003 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1 Pc : 5 Pp) m3 864.800,00
2.01.01.02.01.004 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1 Pc : 6 Pp) m3 832.100,00
2.01.01.02.01.005 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1 Pc : 8 Pp)
m3 787.400,00
2.01.01.02.01.006 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1 Pc : 3 Kp : 10 Pp)
m3 724.400,00
2.01.01.02.01.007 1 m3 Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Belah 15/20
Cm, Campuran (1/4 Pc : 1 Kp : 4 Pp) m3 691.300,00
2.01.01.02.01.008 1 m3 Pekerjaan Pemasangan Batu Kosong
(Aanstamping) m3 460.500,00
2.01.01.02.01.009 1 m3 Pekerjaan Pasang Pondasi Siklop, 60% Beton
Campuran 1 Pc : 2 Pb : 3 Kr Dan 40% Batu Belah
m3 2.771.100,00
2.01.01.02.01.010 1 m3 Pekerjaan Pasang Pondasi Sumuran, Diameter
100 Cm m3 987.100,00
2.01.01.02.01.011 1 m' Pekerjaan Pembuatan Lubang Strouss Pile
Diameter 20 cm
Titik 42.900,00
2.01.01.02.01.012 1 m' Pekerjaan Pembuatan Lubang Strouss Pile
Diameter 30 cm
Titik 50.600,00
2.01.01.03 C. STRUKTUR UTAMA
2.01.01.03.01 Pekerjaan Beton
2.01.01.03.01.001 1 m3 Pekerjaan Lantai Kerja K-100 F’C = 7,4 Mpa Slump (3-6) Cm, W/C = 0,87
m3 966.900,00
2.01.01.03.01.002 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 7,4 Mpa (K 100),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,87 m3 1.045.300,00
2.01.01.03.01.003 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 9,8 Mpa (K 125),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,78 m3 1.096.300,00
2.01.01.03.01.004 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 12,2 Mpa (K 150),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,72
m3 1.136.400,00
2.01.01.03.01.005 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 14,5 Mpa (K 175),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,66 m3 1.183.700,00
2.01.01.03.01.006 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 16,9 Mpa (K 200),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,61 m3 1.229.100,00
2.01.01.03.01.007 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 19,3 Mpa (K 225),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,58 m3 1.262.700,00
2.01.01.03.01.008 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 21,7 Mpa (K 250),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,56
m3 1.285.400,00
2.01.01.03.01.009 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 24,0 Mpa (K 275),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,53
m3 1.324.100,00
2.01.01.03.01.010 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 26,4 Mpa (K 300),
Slump (12+/-2) Cm, W/C = 0,52 m3 1.336.200,00
2.01.01.03.01.011 Membuat 1 m3 Beton Mutu F’C = 28,8 Mpa (K 325),