TANGGUNG JAWAB PEMELIHARAAN DAN NAFKAH ANAK
DALAM HAL KEDUA ORANGTUANYA BERCERAI DI
KALANGAN WARGA NEGARA INDONESIA YANG
BERAGAMA HINDU
TESIS
Oleh
S U M E N
117011055/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGUNG JAWAB PEMELIHARAAN DAN NAFKAH ANAK
DALAM HAL KEDUA ORANGTUANYA BERCERAI DI
KALANGAN WARGA NEGARA INDONESIA YANG
BERAGAMA HINDU
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
S U M E N
117011055/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB PEMELIHARAAN DAN
NAFKAH ANAK DALAM HAL KEDUA
ORANGTUANYA BERCERAI DI KALANGAN
WARGA NEGARA INDONESIA YANG
BERAGAMA HINDU Nama Mahasiswa : SUMEN
Nomor Pokok : 117011055
Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum) (Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 13 Januari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum 2. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, MHum 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Utary Maharani Barus, SH, MHum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SUMEN
Nim : 117011055
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB PEMELIHARAAN DAN NAFKAH ANAK DALAM HAL KEDUA ORANGTUANYA
BERCERAI DI KALANGAN WARGA NEGARA INDONESIA YANG BERAGAMA HINDU
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : SUMEN Nim : 117011055
i ABSTRAK
Persoalan pemeliharaan anak akibat perceraian dalam masyarakat Hindu dilakukan secara bersama-sama antara orang tuanya. Seorang ibu yang bercerai dalam agama Hindu memiliki kewajiban memelihara anak khususnya anak yang masih berada di bawah umur. Pemeliharaan anak tersebut diikuti oleh kewajiban ayah untuk membiayai kebutuhan si anak. Sedangkan terhadap anak yang telah dewasa tetap harus mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya meskipun keduanya telah bercerai. Kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat Hindu bahwa perihal pemeliharaan anak apabila jatuh ke tangan salah satu pihak maka pihak yang lain tidak memperdulikan si anak. Misal apabila anak jatuh ke tangan suami maka isteri tidak memperdulikan si anak demikian pula sebaliknya. Bahkan dalam suatu peristiwa perceraian yang didahului oleh pisah ranjang maka anak diberikan pilihan apakah akan ikut ayahnya atau ibunya. Apabila ia ikut ayahnya maka pemeliharaan dan nafkah anak ada pada ayahnya dan apabila ia mengikuti ibu maka pemeliharaan dan nafkah anak jatuh pada ibunya semata.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimana pelaksanaan pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai menurut Agama Hindu, bagaimana pemeliharaan anak akibat percerauan yang orang tuanya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan apakah upaya dalam hambatan mengatasi pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai menurut Agama Hindu.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan perceraian tidak dikenal dalam Agama Hindu, namun demikian dalam prakteknya sering terjadi perceraian yang berakibat pada tujuan pemeliharaan anak. Dalam hasil penelitian, apabila terjadi perceraian maka pemeliaharaan anak sering kali berada ditangan ibunya tanpa adanya pembebanan tunjangan dari bapak kandung anak tersebut. Pemeliharaan anak akibat perceraian orang tuanya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 berada di tangan kedua orang tuanya meskipun anak tersebut berada di bawah asuhan ibunya. Dengan perkataan lain apabila timbul perceraian maka kedua orang tuanya memiliki kewajiban untuk melakukan pemeliharaan anak yang didapatkan dalam perkawinan sebelumnya. Hambatan dalam pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai menurut Agama Hindu adalah faktor ekonomi, faktor orang tua menikah lagi, faktor psikologis, faktor orang tua perempuan mampu untuk memberikan biaya nafkah anak. Sedangkan upaya mengatasi pemeliharaan anak yang orang tuanya bercerai menurut ajaran Agama Hindu adalah meningkatkan peran dan tanggung jawab orang tua yang bercerai melalui keberadaan lembaga agama seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) serta meningkatkan peran dan tanggung jawab masyarakat dan negara dalam pemeliharaan anak akibat perceraian bagi orang tua yang tidak mampu melakukan pemeliharaan anak.
ii ABSTRACT
The issue of maintenance of children of divorce in the Hindu society conducted jointly between the parents. Divorced mothers in the Hindu religion has an obligation to maintain children, especially children who are still under age. Maintenance of the child's father followed by the obligation to finance the needs of the child. While the grown-up children still have to get the love of both parents even though they have been divorced. Found in the fact that the Hindu society regarding child maintenance if falling into the hands of one party that the other party does not care about the child. For example if a child falls into the hands of the husband and wife did not care for the child and vice versa. Even in the event of a divorce, which is preceded by the estranged son be given a choice whether to follow his father or his mother. When he joined his father and the maintenance of a living child then there are the father and mother when he followed the child's care and living alone falls on the mother.
Problems posed in this thesis is how the implementation of maintenance children whose parents divorced according to Hinduism, how maintenance child of divorce whose parents under the act of Marriage Law No. 1 of 1974, and whether efforts to overcome barriers to maintenance of children whose parents are divorced according to Hinduism.
The results and discussion explaining divorce is not recognized in Hinduism, but in practice often resulting in divorce child maintenance purposes. In the research, in the event of divorce then the maintenance of the children are often in the hands of his mother without the imposition of allowance of the child's natural father. Maintenance of children due to divorce their parents according to act of Marriage Law No. 1 of 1974 was in the hands of her parents even if the child is under the care of his mother. In other words if you develop the divorce both parents have an obligation to make child maintenance obtained in previous marriages. Barriers in the maintenance of the child whose parents are divorced according to Hinduism is economic factors, factors parents remarried, psychological factors, factors female parent is able to provide cost of living children. While efforts to address the welfare of the children whose parents divorced in Hinduism is to increase the role and responsibilities of parents who divorced over religious institutions such as the existence of the Hindu Association of Indonesia (PHDI) and increasing the role and responsibilities of the community and the state in the maintenance of children of divorce for men old child is not able to perform maintenance of the children.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Tanggung Jawab Pemeliharaan Dan Nafkah Anak Anak Dalam Hal Kedua Orang Tuanya Pisah Ranjang Di Kalangan Warga Negara Indonesia Yang Beragama Hindu”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Pada penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimaksih kepada komisi pembimbing, yang terhormat Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, dan ibu Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum.
Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara di Medan
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan (MKn)
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M,Hum selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan (MKn) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
iv Utara.
5. Para staf pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teristimewa dengan ketulusan hati penulis men gucapkan terima kasih kepada yang tercinta kedua orangtua Penulis ayahanda (alm) S.selwarajen. SE dan Ibunda S.Kanega yang telah memberikan doa, perhatian dan kasih sayang serta dukungannya kepada Penulis. Penulis berharap semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna, walaupun demikian Penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014 Penulis
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Sumen
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 16 Mei 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Hindu
Alamat : Jalan M. Idrris Gg. Berdikari No. 9
II. KELUARGA
Nama Ayah : S. Selwarajen, SE
Nama Ibu : S. Kanega
Nama Istri : Kalyani Kambuna Vita
III. PENDIDIKAN
SD Swasta Kalam Kudus Medan : 1993-1999 SLTP Swasta Kalam Kudus Medan : 1999-2002
SMU Swasta Tunas Jaka Sempurna Jakarta : 2002-2005
S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, Medan : 2005-2010 S2 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU : 2011-2013
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR INDEX ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 12 C. Tujuan Penelitian ... 12 D. Manfaat Penelitian ... 12 E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14
G. Metode Penelitian ... 19
BAB II PEMELIHARAAN ANAK AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 ... 23
A. Alasan-Alasan Perceraian Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ... 23
B. Akibat Hukum Perceraian... 28
C. Pemeliharaan Anak Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ... 35
D. Ketentuan Mengenai Pemeliharaan Anak Setelah Terjadi Perceraian ... 42
BAB III PEMELIHARAAN ANAK AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUANYA MENURUT AGAMA HINDU ... 61
vii
B. Perceraian dan Alasan-Alasan Perceraian Menurut
Agama Hindu... 75
C. Tanggungjawab Pemeliharaan/Hak Asuh dan Nafkah Anak Menurut Agama Hindu ... 85
BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA MENGATASI ATAS PEMELIHARAAN ANAK YANG KEDUA ORANG TUANYA BERCERAI MENURUT AGAMA HINDU... 93
A. Pandangan Hukum Tentang Pemeliharaan Anak ... 93
B. Pandangan Agama Islam Tentang Pemeliharaan Anak... 104
C. Hambatan-Hambatan dan Upaya Penyelesaian Pemeliharaan Anak Yang Orang Tuanya Bercerai Menurut Ajaran Agama Hindu ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143
A. Kesimpulan ... 143
B. Saran ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 145 LAMPIRAN
viii
DAFTAR INDEX
1. Adharma : Perbuatan buruk yang mendatangkan karma buruk.
2. Arthadana : Harta benda
3. Bhisuka : Masa melakukan tapa brata yoga samadi.
4. Brahmacari : Masa menuntut ilmu
5. Catur asrama : Pembagian kehidupan menjadi empat
6. Daksina : Adanya suatu penghormatan dalam bentuk
upacara dan harta benda atau uang yang dihaturkan secara ikhlas kepada pendeta yang memimpin upacara.
7. Danda : Hukuman kepada anak
8. Deva rna : Bakti kepada dewa
9. Dewi Kunti : Dalam kisah Mahabharata adalah putri dari Prabu Kuntiboja. Ia adalah saudara dari Basudewa yang merupakan ayah dari Baladewa, Kresna dan Subadra. Ia juga adalah ibu kandung Yudistira, Werkodara (Bima), dan Arjuna dan juga adalah istri pertama Pandu yang sah. Selain itu Kunti juga ibu kandung Karna.
10. Dhana : Motivasi bagi si anak
11. Dharma : Perbuatan baik yang mendatangkan karma
baik
12. Dharmadana : Nasihat/wejangan atau petunjuk hidup, yang mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
13. Dharmasampati : Kedua mempelai secara bersama-sama melaksanakan dharma
14. Garva : Wanita yang mengikatkan diri dengan pria/ belahan jiwa
15. Grahasta : Masa berumah tangga
16. Ida Sang Hyang Widhi Wase : Sebutan bagi Tuhan yang Maha Esa dalam agama Hindu
17. Jagadhita : Kebahagiaan di dunia
18.Kitab Manava Dharma Sastra III : Satu kitab hukum Hindu adalah kitab Smrti lainnya. Smrti merupakan kelompok kedua secara hierarkis sesudah kelompok Sruti (kelompok kitab-kitab Wahyu), yang dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat syariat (dalam
ix
bahasa Arab) Hindu yang disebut Dharma. Karena itu, kitab Smrti juga disebut sebagai Dharmashastra. Dalam hal ini, Dharma berarti hukum dan Shastra berarti ilmu.
19. Kitab Sarasamucaya : Kitab tentang ajaran moral yang memuat 511 sloka (ayat).
20. Kitab suci Veda : Kitab suci agama Hindu
21. Laja Homa atau Agni Homa : Pemberkahan yaitu pandita menyampaikan puja stuti untuk kebahagiaan kedua mempelai.
22. Lascarya : Suatu yajña yang dilakukan dengan penuh keiklasan.
23. Mantra : Dalam pelaksanaan upacara yajña harus ada mantra atau nyanyian pujaan yang dilantunkan.Annasewa artinya dalam pelaksanaan upacara yajña hendaknya ada jamuan makan dan menerima tamu dengan ramah tamah.
24. Moksa : Kebahagiaan di surga
25.Moksatham jagadhita ya ca iti dharma : Kebahagiaan lahir dan batin atau 26. Mulih daha : Kembali ke rumah asal
27. Nasmita : Suatu upacara yajña hendaknya tidak
dilaksanakan dengan tujuan untuk memamerkan kemewahan.
28. Panca yadnya : Lima jenis karya suci yang diselenggarakan oleh umat Hindu di dalam usaha mencapai kesempurnaan hidup.
29. Panigraha : Upacara bergandengan tangan adalah simbol mempertemukan kedua calon mempelai di depan altar yang dibuat untuk tujuan upacara perkawinan.
30.Parisada Hindu Dharma Indonesia : Majelis Wipra (Brahmana ahli, cendekiawan) yang berfungsi semacam Badan Legislatif, memegang peranan penting di dalam memecahkan berbagai permasalahan keagamaan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat Hindu.
31. Pawiwahan : Perkawinan
32. Pitra rna : Bakti kepada leluhur
33. Pradhana : Ganjaran
34. Praja : Mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat dan kewajiban kepada leluhur.
x
35. Purusa : Sang penyebab adanya sesuatu, yang
menghapus kekosongan, mewujudkan sesuatu, atau menghapus ketidaktahuan 36. Rati : Mempelai dapat menikmati kepuasan seksual
dan kepuasan-kepuasan lainnya
37. Rna : Jalan untuk menebus utang
38. Rsi rna : Bakti kepada guru
39. Rwa-bhineda : Dua yang berbeda
40. Samskara : Pelaksanaan upacara perkawinan
41. Sancita Karmapala : Kemungkinan penjelmaan terdahulu berbuat serakah
42. Sapta : Melangkah tujuh langkah kedepan, simbolis penerimaan kedua mempelai itu.
43. Sastra : Suatu yajña harus dilakukan sesuai dengan sastra atau kitab suci.
44.Semara Reka dan Angastya Prana: Mendidik seorang anak dimulai semenjak
dalam kandungan
45. Shri Mariamman : Kuil Hindu tertua di Kota Medan, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang menyebut 1881) untuk memuja dewi Kali.
46. Sraddha : Pelaksanaan samskara hendaknya dilakukan dengan keyakinan penuh bahwa apa yang telah diajarkan dalam kitab suci mengenai pelaksanaan yajña harus diyakini kebenarannya.
47. Tri Hita Karana : Waktu, biaya layanan sosial kemanusiaan dan lingkungan
48. Vasudhaivakutumbakam : Semua mahluk adalah bersaudara
49. Vidyadana : Pendidikan
50. Wana prasta : Masa memperdalam, menerapkan dan
mensosialisasikan ilmu pengetahuan
51. Wiwaha : Pesta pernikahan, perkawinan
52. Yajña : Tindakan bukan sekedar kalimat yang
diucapkan.
53. Yajña Vidhi : Hukum yang berlaku dalam pelaksanaan yajña disebut.