• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Life Posision yang Cenderung Dimiliki Anak Angkat Ditinjau dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Life Posision yang Cenderung Dimiliki Anak Angkat Ditinjau dalam"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

86 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Life Posision yang Cenderung Dimiliki Anak Angkat Ditinjau dalam Konseling Analisis Transaksional

1. Deskripsi Data Lapangan a. Keluarga SH

SH adalah seorang anak laki-laki yang berumur 21 tahun, SH diasuh pada saat masih berumur 2 bulan oleh bapak UB dan Ibu GD, yang sekarang menjadi orang tua angkat SH. Bapak UB bekerja sebagai TNI sekaligus beternak ayam, dan Ibu GD pekerjaannya hanya sebagai Ibu rumah tangga saja. Orang tua kandung SH berasal dari Semarang, pada saat bapak UB dapat tugas dinas di sana, dia bertemu dengan orang tua kandung SH yang sedang kesusahan untuk biaya persalinan. Maka dari pada itu bapak UB membantu memberi uang untuk biaya persalinannya. SH diasuh oleh pasangan suami istri ini, karena mereka menolong orang tua kandung SH yang sedang butuh uang untuk melahirkan SH dan saudara kembarnya, jadi karena untuk membalas budi, orang tua kandung SH memberikan SH yang berumur 2,5 bulan kepada bapak UB dan Ibu GD, dikarenakan orang tua kandung SH sudah memiliki anak sebanyak 10 orang, dan ditambah dengan SH serta saudara kembarnya genap menjadi 12 orang. Oleh karena alasan ekonomi tidak mampu rasanya merawat anak sebanyak itu,

(2)

orang tua kandung SH menyerahkan SH kepada bapak UB dan Ibu GD untuk dirawat seperti anak sendiri, karena sudah 4 tahun mereka menikah belum juga memiliki anak. Dan penyerahan itu secara ikhlas, bukan dengan surat pengangkatan anak atau perjanjian, hanya dengan lisan, orang tua kandung SH menyerahkan SH sepenuhnya kepada bapak UB dan Ibu GD, dan menganggap SH sebagai anak mereka. Setelah itu, SH di bawa ke Kampung Sungai Sirah oleh bapak UB dan Ibu GD, sampai sekarang menetap di sana. Kemudian SH mempunyai seorang adik perempuan yang bernama SR yang masih sekolah dibangku Sekolah menengah pertama. SR ini adalah anak kandung dari Bapak UB dan Ibu GD, setelah bertahun-tahun mereka mengasuh SH, baru mereka mendapatkan seorang anak yang lahir langsung dari rahim Ibu GD. Selanjutnya SH memiliki kakak sepupu yang telah lama tinggal dirumah SH bernama AR bekerja sebagai supir pengangkut ayam potong. Sebelum SH mengetahui dirinya anak angkat perilaku keseharian SH sangat lah sopan dan terpuji di rumah maupun di lingkungan tempat tinggalnya, dia suka bertegur sapa, orangnya ceria, suka berkumpul dan bermain dengan teman sebaya dengannya, orangnya baik dan sopan. Semua itu berlaku untuk siapa saja yang bertemu dengan dirinya. Namun kenyataannya sekarang, semenjak SH mengetahui dirinya anak angkat, waktu duduk dibangku kelas 2 SMA, perilakunya berubah

(3)

sangat banyak, sekarang dia jadi suka melamun, berdiam diri sendirian di rumah, tidak bertegur sapa lagi dengan orang lain di luar rumah. Cara bicaranya pun banyak yang tidak sopan, sering berkata kasar dan melukai hati orang yang berbicara dengannya. Maka untuk mengetahui lebih dalam penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap SH dan keluarganya.

Observasi pertama yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 Mei 2017, yang penulis lihat SH duduk pada kursi yang terdapat didepan rumahnya sambil melamun. Lalu penulis menyapa SH, dia cuman mengangguk dan melamun kembali, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

Kemudian observasi berikutnya pada hari Minggu tanggal 7 Mei 2017, penulis melihat SH masih ditempat duduk yang sama sambil termenung, seolah-olah ada hal yang sangat serius yang sedang dipikirkannya. Lalu seorang temannya datang mengajak SH pergi kerumah sebelah, karena dirumah tetangga sebelah ada pesta pernikahan, namun SH tidak menanggapi ajakan temannya tersebut, dia berkata kepada temannya “pai ajo lah ang kasitu, den indak suko pai katampek tu do” (pergi saja kamu, saya tidak suka kesana).

Observasi selanjutnya pada hari Senin tanggal 8 Mei 2017, penulis melihat SH duduk di pelanta didekat pagar rumahnya, ditemani seekor anjing dan dia hanya diam saja. PN seorang

(4)

perempuan menghampiri SH dan bertanya sama dia, “baa bamanuang ajo SH” (kenapa melamun saja SH), dia cuman tersenyum sedikit, sambil berkata, “indak ado bagai do kak” (tidak apa-apa kok kak).

Observasi selanjutnya pada hari selasa tanggal 9 Mei 2017, penulis bertemu dengan SH ditempat jual lontong, SH membeli lontong untuk sarapan pagi, dia tidak tersenyum kepada orang yang lebih tua darinya, dia hanya berdiam diri tanpa berkata apa-apa, padahal ada seseorang yang bertanya sama dia, tumben beli lontong SH, dia hanya diam saja, dan seperti tidak melihat orang yang berbicara kepada dirinya.

Observasi selanjutnya pada hari Kamis 11 Mei 2017, penulis melihat SH seperti sedang bersedih, dan ditegur oleh adiknya SR, kakak kenapa?, dia tidak menjawab apa-apa. Kemudian dia juga ditegur oleh Ibunya, SH kamu baik-baik saja? Dia jawab, Ibu tidak akan tahu, luka yang saya derita sampai saat ini. Lalu ibunya bertanya lagi, coba ceritakan sama Ibu, ada apa SH, apa yang sedang terjadi, apa karna masalah kamu dengan anak tetangga sebelah itu lagi? Dia menjawab, Ibu yang salah kenapa tidak mengatakan kepada saya dari dahulu tentang orang tua kandung saya. Ibunya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi, lalu ibunya masuk kedalam kembali.

(5)

Observasi berikutnya pada hari Jumat tanggal 12 Mei 2017, SH terlihat sendirian lagi di pojok rumahnya, padahal teman-teman sebaya dengan dirinya ada di Pondok Ronda yang persis berada diseberang jalan didepan rumahnya. Dan sesekali ada beberapa teman SH yang memanggilnya, mengajak gabung berkumpul bersama. Namun SH tidak terlalu menghiraukan panggilan teman-temannya, dia tetap nyaman dengan kesendiriannya.

Observasi berikutnya pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017, penulis melihat SH ada di Pondok Ronda sendirian, sedangkan teman sebaya dengannya pergi melihat pesta khitanan anak Wali Kampung Sungai Sirah, Dia seperti tidak terlalu peduli dengan Lingkungan dan apa yang sedang terjadi dilingkungannya. Kemudian datang AP bertanya sama SH, kamu kenapa sendirian disini SH, semua teman-teman kamu sudah pergi ketempat pesta dirumah bapak Wali Kampung kita? Dia menjawab “den male pai katampek nan rami tu bang” (saya malas ketempat ramai itu kak).

Setelah selesai melakukan observasi, penulis melakukan wawancara dengan SH dan keluarganya pada hari senin 15 Mei 2017, Dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, tentang keseharian yang dilalui SH dalam rumah maupun diluar rumah. Untuk melengkapi data yang penulis lihat dalam observasi, maka penulis menanyakan kepada SH dan keluarga SH,

(6)

kenapa SH sering melamun dirumah, ia menuturkan sebagai berikut:

“sabanya nyo den ko cando urang binguang kini ma bang, siapo sabananyo ayah jo amak den, den sampai kini indak dikasih tahu dek amak den do, sakik hati den tau dari urang kalau den ko cuman anak angkek ajo nyo, indak anak kanduang do. Den bamanuang tiok hari sabananyo den sadang bapikie, kamano ka den arahkan untuek mancari tau sia diri den ko nan sabananyo”(saya sudah seperti orang kebingungan sekarang kak, saya tidak tahu siapa orang tua kandung saya yang sebenarnya, sakit hati saya disebut-sebut orang sebagai anak angkat. Saya melamun tiap hari karna saya sedang berpikir, kemana arah yang harus saya tuju untuk mencari orang tua kandung saya dan siap diri saya ini sebenarnya).

Penulis menanyakan kembali kepada SH, apa kamu sudah pernah bertanya kepada kedua orang tua kamu, tentang siapa sebenarnya orang tua kamu?, ia mengungkapkan sebagai berikut:

“alah acok den tanyo samo amak den ma bang, tapi amak tu cuman diam ajonyo, antah apo nan ado dipangana liau tu teeh. Amak tu mode indak namue maagieh tau den siapo dan dimano urang tuo kanduang den do. Sakali amak tu manjawab dulunyo, urang tuo ang alah ngasih waang ka amak untuk jadi anak amak, ang anak amak, indak anak urang lain lai do, den indak tau dimano urang tuo ang lai do, sebab ang dari ketek den baok kamari, kini urang tuo ang indak tantu diden dimano barado lai do. Beliau mangatokan itu sambie manangih mancaliek ka den. Kini

(7)

den alah male banyak mangecek lai bang, urang-urang ko indak ado ka bisa mangarati luko nan den dapek kanai kato-kato nyo tu do, jo sangek mudahnyo nyabuik den anak angkek, sakik hati den bang, kadalam manyasak kadado painyo. Giko lah rasonyo kalau dikatokan anak angkek dek urang.”(saya sudah sering bertanya sama Ibu, namun beliau sering tidak menjawab, entah apa yang ada dalam pikiran beliau, Ibu seperti tidak mau mengasih tahu saya siapa dan dimana orang tua saya sebenarnya. Cuman satu kali Ibu menjawab, orang tua kamu sudah menyerahkan kamu kepada Ibu untuk menjadi anak Ibu, kamu itu anak Ibu bukan anak orang lain, Ibu tidak tahu dimana keberadaan orang tua kamu lagi. Ibu pada saat mengatakan itu kepada saya sambil menangis. Sekarang saya malas berbicara kepada orang disekitar ini, orang-orang itu cuman bisa mengatakan saya anak angkat, mereka tidak akan pernah tahu luka yang saya derita karena perlakuan dan kata-kata mereka kepada saya, beginilah sakit rasanya

dikatakan anak angkat oleh orang lain).1

Pada hari Selasa 16 Mei 2017 penulis kembali mewawancarai SH, dan menanyakan kepada SH, kenapa kamu tidak suka bergabung di Pondok Ronda bersama teman yang sebaya denganmu, SH menuturkan seperti ini:

“Anak urang tu labieh suko den indak gabuang disitu dari pado gabuang ma bang, gabung bana den disitu pacuma jo nyo, den indak juo ka masuek dalam kelompok nak urang tu do, den ko cuman anak angkek dimatonyo. Dan den pun indak pulo suko bana barami-rami tu do, beko ujuang-ujuang nyo den kanai cameehkan ajo samo nak urang tu nyo. Walaupun den tibo disitu, den indak juo ka mangecek banyak do bang, nak urang tu ado-ado ajo nan kadicaritokannyo, sadangkan den ko apo bana lah, urang yang indak di inginkan bana hadir dalam lingkungan disiko ma, apo lagi anak etek nan di sabalah rumah ko nha, nyo laki-laki tapi muncuang mode induek-induek, manyabuik urang ajo karajonyo. Rancak lah den dirumah jo lai, den indak sakik hati, urang tu indak lo ka sakik hati mancaliek den do”(mungkin mereka lebih suka kalau saya tidak bergabung dengan mereka, kalaupun saya masuk kedalam

1

(8)

kelompok itu, saya tidak juga akan menjadi bagian kelompok itu, karena saya cuman seorang anak angkat bagi mereka. Dan saya pun tidak terlalu suka dengan keramaian, nanti ujung-ujungnya saya juga yang jadi bahan cemoohan mereka. Sekalipun saya datang kesitu, saya tidak juga akan berbicara banyak dengan mereka, mereka selalu ada bahan yang akan diceritakan, sedangkan saya ini cuman seseorang yang tidak terlalu diinginkan kehadirannya dilingkungan ini, apa lagi anak Ibu-Ibu sebelah rumah ini, dia laki-laki cuman kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti Ibu-Ibu, sangat pandai membunjing orang, lebih baik saya dirumah saja, saya tidak menyakiti orang dan saya pun tidak sakit hati karena orang).

Kemudian penulis juga menanyakan sama SH, apakah kamu tidak nyaman berada di dekat teman yang sama besar dengan kamu, sehingga kamu suka menyendiri sambil melamun, SH mengungkapkan sebagai berikut:

“pokoknyo samanjak den tau kalau diri den ko anak angkek dari paja nan disabalah ko bang nha, den indak nio bagabuang jo anak urang tu lai do, sebab den maraso, anak urang tu indak akan terlalu muanggap den ado di dalam kelompok tampek nak urang tu bakumpue lai do. Bialah den surang diri, asalkan den indak di sabuik-sabuik urang lai do, den paliang banci kapado paja nan disabalah rumah ko ma, inyo nan manyabuikkan ka nak urang tu pasti ma, kalau den ko cuman anak angkek, indak anak yang sabananyo dari amak den kini ko do. Paja tu kan acok lo duduek dipondok undo tu ma, bakumpue basamo den jo kawan-kawan tu bagai, tapi samanjak den disabuik anak angkek dek paja tu, den lah maraso cangguang ajo untuek bakumpue samo nak urang tu lai, nan ciek lai caliek nak urang tu ka den alah barubah lo kini nyo”(semenjak saya tahu kalau saya seorang anak angkat dari orang yang disebelah rumah ini, saya tidak mau lagi bergabung untuk berkumpul dengan mereka, sebab saya merasa, mereka tidak akan pernah menganggap saya lagi. Lebih baik saya menyendiri saja, untuk menjauh dari mereka agar tidak disebut-sebut lagi, dan saya paling benci dengan orang yang di sebelah rumah ini, pasti yang sudah menyebarkan kepada teman-teman saya kalau saya ini hanya seorang anak angkat, bukan anak kandung orang tua saya yang

(9)

sekarang. Dia itu kan sering juga berkumpul dengan saya dan teman-teman di Pondok Ronda, tapi semenjak saya disebut anak angkat oleh dia, saya dan dia tidak bersapaan lagi, dan saya juga merasa canggung untuk berkumpul dengan mereka lagi, karena cara pandang mereka kepada sudah berubah sekarang).

Penulis juga bertanya sama SH, apa kamu tidak suka dengan keramaian, sehingga kamu menjauh dari teman-teman dan tidak menghadiri acara pesta pernikahan dan Khitanan, padahal kamu diundang untuk menghadiri. SH menuturkan sebagai berikut: “untuek apo den menghadiri itu di abang, den ko bukan siapo-siapo di dalam kampuang ko lai do, cuman ayah den ajo ketua pemuda dikampuang ko nyo, den ko indak lo anak kanduang ayah den do, jadi bialah acara tu bajalan, den pun indak lo suko tampek nan rami cando itu do, buek sakik kapalo den ajo mandanga orgen tu. Apo lagi den ko hanyo urang manumpang dikampuang ko nyo, den indak asli urang siko do ma. Urang tuo kanduang den ajo antah dimano-mano kini. Indak katalalu di anggap den di urang di kampuang ko do bang. Mangkonyo den indak ado menghadiri acara tu do, karano den indak suko untuk bacampue jo urang tu do, apo lagi dakek nan rami-rami cando tu, tambah panik den kalau ditampek nan rami-rami tu, labiah raancak den surang jo, den tanang, indak ado nan kamamakak talingo den do”(tidak ada gunanya saya menghadiri acara itu kak, saya ini bukan siapa-siapa di Kampung ini, saya di undang karena ayah saya ketua pemuda saja di sini, dan saya pun bukan anak kandung ayah saya, jadi biarkan sajalah acara itu berjalan, saya tidak suka dengan keramaian seperti itu, hanya akan membuat sakit kepala saya saja mendengar orgen tunggal tersebut. Apalagi saya hanya orang pendatang dan numpang dikampung ini. Kan saya bukan warga asli sini, orang tua kandung saya saja entah ada dimana sekarang, tidak akan terlalu dianggap penting saya dalam kampung ini kak. Maka dari pada itu saya tidak menghadiri acara tersebut, karena saya tidak suka bercampur dan bergabung dengan mereka semua lagi, apalagi suasananya yang ramai seperti itu, hanya akan menambah panik saya saja, lebih baik saya

(10)

sendirian saja, saya merasa tenang, dari pada telinga saya

menjadi bising dengan suara keramaian).2

Pada hari kamis tanggal 18 Mei 2017 penulis mewawancarai Ibu angkat SH untuk memperkuat hasil observasi, kebetulan GD ada dirumah, pada saat itu penulis lagi mengantarkan barang titipan Ibu penulis untuk Ibu GD, penulis bertanya kepada Ibu GD, SH sekarang sering terlihat melamun sendirian ya tante, beliau menjawab, yo cando itu lah mode nyo kini, masih berang mungkin nyo samo ambo ma (seperti itu lah dia sekarang, mungkin dia masih marah sama saya). Kemudian penulis lanjut bertanya sama Ibu GD, apa sebenarnya yang terjadi tante? Ibu GD menuturkan sebagai berikut:

“jo ambo SH tu kini indak talalu banyak bana mangecek lai do, ado pernah ambo batanyo samonyo, ado masalah ang SH samo kawan atau cewek ang? Inyo manjawek, den ado masalah jo amak yang indak pernah ngasih tau den, kalau den ko bukan anak kanduang amak do. Ambo pun tadiam kanai mandanga jawaban nan cando tu dari nyo, Sudah mangecek cando tu, inyo masuek kadalam kamar lai. Ambo cubo batanyo ka urang sabalah rumah, ruponyo anak uni sabalah rumah ko nan manyabuik kironyo. Jadi sampai kini dalam hati ambo, baa ambo ka manjalehan sia urang tuo nyo nan sabana ee, yang kini ambo dan ayahnyo indak tau dimano keberadaan keluarga kandungnyo lai do, sebab keluarga nyo tu suko bapindah-pindah daerah tampek tingga nyo tu. Keadaan nyo kini di dalam rumah indak cando urang punyo muluik lai do, cando urang indak punyo urang tuo do, nyo diam ajo, sasakali mangecek bilo mintak piti balanjo ajonyo. Ado lo nyo ka mananyo ambo sadang mangapo atau pai kamano, indak pernah lai do. Pokok nyo samanjak inyo tahu itu lah, cando tu parangainyo kini. Bak cando itu juo kapado urang lain.“(dengan saya SH itu sekarang tidak terlalu suka banyak berbicara, pernah sekali

2

(11)

saya bertanya sama dia, SH kamu ada masalah dengan teman atau pacar kamu? Dia menjawab, saya ada masalah dengan Ibu yang tidak pernah mengasih tahu saya, bahwa saya ini bukan anak kandung dari Ibu. Saya pun terdiam mendengar jawaban yang seperti itu dari dia. Akhirnya saya coba cari tahu ketetangga sebelah, siapa kiranya yang menceritakan kepada dia soal hal tersebut, rupanya yang menceritakan itu adalah anak kakak dari suami saya yang di sebelah rumah. Jadi sekarang saya lagi mencari cara, bagaimana cara saya menyampaikan kepada dia siapa orang tua dia yang sebenarnya, yang mana saya dan suami saya tidak tahu di mana keberadaan urang tua kandungnya, sebab orang tua kandungnya tempat tinggalnya suka berpindah-pindah daerah. Keadaan dia sekarang di dalam rumah sudah seperti orang bisu, seperti tidak menganggap saya orang tuanya, dia diam saja, kalau sekali berbicara cuman mintak uang belanja saja, tidak pernah dia menanyakan keadaan saya dan ayahnya, atau pergi kemana gitu, tidak pernah. Pokoknya semenjak dia tahu dia bukan anak kandung kami, dia jadi berubah sikap seperti itu. Begitupun dengan orang lain.

Penulis bertanya lagi kepada Ibu GD, sebelum dia tahu kalau dirinya anak angkat, bagaimana perilakunya kepada Tante? Ibu GD menjawab:

“kalau sabalumnyo tahu, lai sopan, lai panggalak, nyo dahulu urangnyo pagara ma, ado-ado ajo karajo nyo nan mambuek galak ma. Di rumah ko, sabalum tibo den di rumah, salalu di carinyo karumah dunsanak nan dakek-dakek iko ma. Namue lo sampai ka awang tu den di cari katampek kandang ayam ma, indak dapek ilang den dimatonyo do, dek saking sayang nyo dulu ka den. (kalau sebelum dia tahu kalau dirinya anak angkat, dia sopan, suka tertawa dan bercanda, ada-ada saja perilakunya yang membuat saya ketawa. Kalau saya tidak ada di rumah, dia cari saya sampai ketemu, kerumah-rumah tetangga dekat sini, bahkan samapi kekandang ayam yang jauh itu dia mencari saya, tidak bisa dia kalau tidak melihat saya di rumah, karena sayangnya dia kepada saya).

(12)

Kemudian penulis bertanya lagi sama Ibu GD, dengan melihat perilakunya sekarang, apa tante masih sayang sama dia? Ibu GD menjawab:

“kalau kabacarito sayang kapado anak, den indak ado mambedakannyo jo SR tu do. Malahan den labiah sayang samo nyo dari pado ka SR. Sebab sabalum ado SR anak den cuman inyo ajo nyo. Kini ko kan inyo lah acok jaueh dari den ko, karano kuliah dipadang, kasado kebutuhannyo den usaokan mamanuhi jo ayahnyo ma, malahan ciek kamar den kontrakkan ntuek inyo sakali satahun, sebab den tau, inyo sulik basabuah lalok jo urang lain. Dan untuek nyo di padang sabalum kuliah, den balikan onda baru jo leptop baru ciek supayo nyo indak susah mancari tugas nyo dipadang do. Cando itu lo sayang kami ka inyo nha. (kalau kasih sayang saya kepada anak, tidak ada yang saya bedakan antara dia dengan SR, malahan saya lebih sayang kepada dia dari pada kepada SR. Sebab sebelum SR lahir anak saya satu-satunya cuman dia seorang. Sekarang kan dia sering jauh dari saya, karena kuliah di padang, semua kebutuhannya saya penuhi, malahan satu kamar untuk dia saya kontrakkan selama satu tahun, sebab dia tidak bisa berbaur tidur dengan orang lain. Dan untuk kendaraannya dipadang sebelum kuliah supaya dia tidak susah mencari tugas saya belikan motor baru dan leptop baru, begitu

sayang kami kepada dia).3

Kemudian penulis melanjutkan wawancara pada hari jumat tanggal 19 Mei 2017, pada saat itu SR adik SH terlihat sedang bermain di depan rumah dengan teman-temannya, dan penulis menghampiri SR dan menanyakan kepada SR, bagaimana perasaan SR melihat kakaknya yang suka melamun belakangan ini? SR menjawab sebagai berikut:

“Abang SR tu emang acok di rumah, kadang di balakang rumah duduek surang, kadang di ruang tamu main hp sajo, jarang nan nampak di SR nyo kalua rumah lai nyo. Beko

3

(13)

ado kawan nyo yang datang kamari, paliangan maota di rumah, beko pai kalua sabanta jo kawan nyo tu, sudah tu lah di rumah ajo lai ma. Indak ka ado lo abang tu main ka rumah sabalah do, ataupun ngumpue ka pondok undo basamo nan gadang sama abang tu do. Suko surang ajo abang SR tu nampak di SR kini, sabananyo perasaan SR ibo mancalieknyo di bang kayak gitu ma, tapi buapo juo lai, SR banyak ngecek samonyo beko berang lo abang SH tu ka SR.(kakak SR itu memang lebih sering di rumah, terkadang di belakang rumah duduk sendiri, terkadang di ruang tamu main Hp saja. Sangat jarang setahu SR dia itu keluar rumah. Kalau ada temannya yang datang kemari, palingan Cuman ngobrol di rumah, atau pergi keluar sebentar dengan temannya, sesudah itu di rumah aja lagi. Tidak ada kakak itu main ke rumah tetangga sebelah, ataupun ngumpul ke tempat ronda bersama dengan teman sebaya dengan dirinya. Dia lebih suka sendiri sekarang, sebenarnya SR sedih melihatnya seperti itu, tapi kalau SR banyak bertanya sama kakak SH itu, nanti dia marah sama SR).

Penulis kembali bertanya sama SR, apakah sebelumnya dia juga sering melamun sendirian? SR menjawab:

“kalau dulu abang tu indak ado cando tu do, dulu nyo suko bagaluik samo SR nyo, suko muajak SR pai raun-raun kalau sore, dan acok ngumpue di pondok undo, tapi samanjak abang tu tau kalau nyo anak angkek amak, inyo barubah, inyo pamberang kini, takuik SR jadi samo abang tu. SR indak pernah batanyo-tanyo ka abang SH tu kalaunyo sadang bamanuang lai do, beko kanai basuik lo SR dek nyo baliek ko.(kalau dahulu kakak saya tidak seperti itu, dulu dia suka bercanda sama saya, suka mengajak saya jalan-jalan pada sore hari, dan sering berkumpul di pondok Ronda, akan tetapi setelah dia tahu, kalau dirinya anak angkat Ibu, dia berubah, dia pemarah sekarang, takut saya sama dia. Saya tidak pernah bertanya sama dia kalau dia lagi melamun, nanti bisa kena marah SR kalau bertanya

sama dia saat lagi melamun).4

Selanjutnya untuk lebih memperkuat hasil observasi yang penulis lihat, penulis mencoba mewawancarai DD paman dari SH

(14)

pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2017, kebetulan DD sedang bekerja tidak jauh dari belakang rumah SH, membuatkan kamar mandi dirumah Ibu EN, penulis bertanya kepada DD, apakah SH dari dahulu tidak suka dengan suasana keramaian pak DD? DD mengungkapkan sebagai berikut:

“Kalau den perhatikan SH keponakan den tu yo lah bak cando urang nan indak terlalu peduli jo lingkungan sekitar lai do. Lah mode kehidupan di kota-kota gadang gaya iduiknyo kini nampak. Di rumah ajo, sadangkan baralek di rumah den minggu kapatang, cuman maliek sabanta ajo nyo karumah nyo, indak ado lo nyo ka bamalam dirumah atau ka duduek lamo di rumah do, ma cuman pai makan di tampek undangan ajo nyo, sudah tu nyo pulang lai. Indak suko bana di tampek nan rami nyo kini lai do, kalau dahulu ma dimano ado acara baralek nyo pasti tibo ma, nyo kan suko lo goyang-goyang di ateh pentas orgen tu ma. (kalau saya perhatikan SH keponakan saya itu seperti orang yang tidak terlalu peduli dengan sekitarnya, sudah seperti kehidupan di kota-kota besar gaya hidupnya. Di rumah saya saja, minggu kemarin saya mengadakan pesta pernikahan anak saya, dia hadir dan menyaksikan pesta tersebut, malahan dia makan di tempat undangan yang di sediakan, namun dia cuman sebentar saja, habis makan dia langsung pulang kerumah nya kembali. Dia seperti tidak suka dengan suasana keramaian sekarang, lain dengan dahulu, dimana saja ada acara pesta dia selalu hadir, dia kan suka

bergoyang di atas pentas orgen).5

Ungkapan senada juga di utarakan oleh Ibu EN, karena Ibu EN baru kembali dari melihat acara ulang tahun, dan mendengar penulis lagi bercerita dengan bapak DD tentang perilaku SH yang suka melamun, dan tidak suka dengan keramaian. Ibu EN langsung menanggapi, beliau mengungkapkan sebagai berikut:

5

(15)

“Kalau adiek SH memang acok badiam diri surang jo ma, dilaman tu hari kini kan ado anak etek MN tu ulang tahun ma, jadi SH ko lai di undang dek anak etek tu, karno SH dan NS tu samo sakolah dulu. Tapi pas den pai lo menghadiri kasitu, indak ado nampak SH ko do, setelah den baliek karumah ko, nampak SH ko sadang duduk dibalakang rumah nyo ko nha. Yo namonyo den yang mambagikan undangan tu tahu den, kalau SH ko lai di undangnyo, dek den lai nampaknyo kan, jadi batanyo lah den ka inyo, baa indak pai kalaman SH?, nyo jawab di SH ko, indak kak, male dakek urang nan rami tu, po lagi acara kayak gitu, indak ado sero bagi den, acara kayak gitu do, pokoknyo, kini SH tu jaueh barubah, indak ceria lai do, suko bamanuang, bakumpue jo kawan-kawanyo jarang, pai ka tampek ulang tahun indak nio, padahal alah di undang, pokoknyo beda bana lah samo nan dulu, hilang sikap nyo nan dahulu. (kalau adik SH memang sering berdiam diri sendiri, di depan itu sekarang ada anak ibu MN merayakan ulang tahun, dan SH ini diundang sama dia, karena SH dan NS itu sama sekolah dahulu. Dan yang membagikan undangan itu saya, Namun pas saya menghadiri disitu, SH tidak ada kelihatan sama saya, setelah saya pulang kerumah, saya melihat SH sedang bermenung sendiri dibelakang rumahnya. Yah saya bertanya sama dia, SH kenapa tidak pergi kedepan?, dia menjawab, saya malas dekat dengan keramaian itu kak, apalagi acara seperti itu, tidak ada serunya bagi saya. Pokoknya dia jauh berubah, dahulu dia ceria, suka berkumpul dengan teman-temannya, suka ditempat keramaian, sekarang sangat berbeda, hilang

sikapnya yang dahulu).6

Untuk lebih memantapkan hasil observasi dan wawancara, penulis mewawancarai Ibu GD pada hari yang sama, penulis bertanya kepada Ibu GD, apakah sejak kecil SH memang tidak suka dengan keramaian seperti sekarang tante? Ia menjawab:

“indak, SH tu dulu indak ado takuik ditamppek nan rami do, malahan bilo ado orgen, den truih di ajak nyo ma. Inyo bukan takuik ditampek nan rami, cuman samanjak inyo dikatokan anak angkek dek urang, inyo manjauh dari tampek nan rami, sebab inyo maraso malu di sorakkn anak angkek dek kawan-kawan, ataupun urang yang tau kalau

6

(16)

dirinyo tu anak angkek, Itu ajo tu nyo.(tidak, SH itu bukan takut dengan keramaian, malahan apabila ada acara orgen, saya sering di ajak oleh dia. Dia itu bukan takut ketempat yang ramai, Cuma semenjak dia disebut-sebut anak angkat oleh orang-orang, dia menjauh dari keramaian, sebab dia merasa malu di sorakkan anak angkek sama teman-teman, ataupun orang yang tahu kalau dia itu anak angkat, cuman itu saja penyebabnya).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas terlihat bahwa semenjak SH mengetahui kalau dirinya anak angkat, SH mulai menarik diri dari keramaian, dan dia lebih suka menyendiri dan berada di rumah, daripada berada di tempat keramaian dengan orang lain. Dia tidak percaya diri dengan apa yang dimilikinya, sehingga dia kurang berani berada di tempat keramaian.

b. Keluarga RT

RT adalah anak angkat perempuan dari bapak EM dan Ibu WT, sekarang RT berumur 20 tahun. Ayahnya bernama EM bekerja sebagai pemasok ikan keluar daerah dan Ibunya bernama WT hanya sebagai seorang Ibu rumah tangga. RT diasuh oleh bapak EM dan Ibu WT sejak RT berumur 2,5 bulan sampai sekarang. Dia diasuh oleh bapak EM dan Ibu WT karena pasangan suami istri ini tidak mempunyai keturunan, dan orang tua kandung RT sudah memiliki 9 orang anak dan RT ini anak yang ke-9, maka karena alasan ekonomi dan orang tua angkat RT tidak mempunyai keturunan, maka orang tua kandung RT yang bertempat tinggal waktu itu di Jambi, menyetujui agar RT dirawat oleh bapak EM dan Ibu WT tanpa pakai surat pengangkatan anak, hanya dengan

(17)

persetujuan lisan saja. Kemudian bapak EM dan Ibu WT membawa RT kekampung halaman mereka yaitu kampung Sungai Sirah, Selang beberapa tahun, RT memiliki dua orang adik, yang pertama berjenis kelamin laki-laki bernama FM, dan yang kedua berjenis kelamin perempuan bernama SV. Sebelum RT mengetahui kalau dirinya seorang anak angkat, RT terlihat seperti anak-anak normal seusianya, dia berlari-larian, main bersama, hari-harinya dilalui dengan canda tawa dan tangisan merengek kepada Ibunya meminta sesuatu. Namun semenjak dia tahu kalau dirinya anak angkat pada kelas 4 Sekolah Dasar, dari teman yang bernama SK tidak jauh dari rumahnya. RT mengalami perubahan sedikit-demi sedikit, pertama-tama dia tidak terlalu ceria lagi, tidak terlalu banyak berbicara, banyak menghabiskan waktu di rumah dan di dalam kamar, dari pada bermain. Dan yang paling parahnya pada saat dia kelas 2 SMP, di waktu dia pulang sekolah, dia di ejek oleh teman laki-laki yang satu sekolahan dengan dia, yang mengatakan RT ini anak angkat sepanjang perjalanan pulang. Setelah kejadian itu RT menjadi sangat pendiam dan tidak bersapaan lagi dengan orang dilingkungannya, kalaupun ada yang bicara sama dia, itu hanya orang-orang terdekatnya saja. Dengan tetangganya dia sering menaruh kecurigaan, karena mereka juga sering menggunjingkan RT sebagai anak angkat. Untuk lebih memperjelas maksud di atas penulis melakukan observasi dan wawancara dengan keluarga RT.

(18)

Observasi awal yang dilakukan pada hari Minggu tanggal 21 Mei 2017, penulis melihat RT sedang menyiram bunga di halaman rumahnya, namun wajah RT terlihat muram saja. Kemudian lewat KW sambil menegur RT, “mati bungo tu beko RT, mambunguik ajo manyiram bungo ma,(kalau dengan wajah muram menyiram bunga, nanti bunganya bisa mati RT)” lalu RT menjawab dengan jawaban yang sinis “bialah kan bungo den yang mananam ma (biarin bunga ini kan saya yang menanam)”. Kemudian RT masuk kedalam rumahnya.

Observasi selanjutnya hari Senin tanggal 22 Mei 2017, RT terlihat sedang menjemur pakaian yang sudah di cucinya, namun RT terlihat sedang memperhatikan tetangga yang ada disebelah rumahnya. Pada saat itu sedang ada Ibu-Ibu yang berkumpul di luar teras, dan sedang membicarakan sesuatu, akan tetapi wajah RT terlihat sangat serius memperhatikan orang-orang itu, dan sesekali RT seperti terlihat kesal, sambil terus menjemur pakaiannya dan terus melihat dengan antusias kerumah tetangganya. Sepertinya RT lagi curiga dengan yang sedang dibahas Ibu-Ibu tersebut.

Observasi selanjutnya pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2017, penulis melihat RT sedang duduk dengan temannya, akan tetapi RT terlihat lebih banyak melamun dari pada berbicara dengan temannya, sesekali teman RT berbicara kepadanya, namun temannya sering mengulang pertanyaannya kepada RT, karena RT

(19)

yang suka melamun, seperti ada hal yang mengganggu dipikirannya. Sehingga membuat RT kurang merespon pertanyaan dari temannya.

Observasi berikutnya pada hari Kamis 25 Mei 2017, ketika itu penulis sedang berada di rumah RT, penulis membeli ikan untuk dimasak, kemudian penulis melihat RT sedang duduk terdiam di kursi sambil melihat kerumah tetangga yang ada didepan rumahnya. Karena disitu Ibu-Ibu dan ada beberapa remaja perempuan yang lagi asik bergunjing, sambil tertawa terbahak-bahak. Penulis menegur RT, “kok indak gabuang kasitu RT (kenapa tidak gabung kesana RT)”. RT menjawab “indak bang, paliangan den yang digunjiangkannyo(tidak kak, mereka mungkin lagi menggunjingkan tentang saya)”. Kemudian penulis pulang kerumah, karena lagi terburu-buru. Ibu penulis sudah menelpon menyuruh cepat pulang agar ikannya cepat bisa dimasak.

Observasi berikutnya pada hari jumat tanggal 26 Mei 2017, semenjak dari pertama penulis melakukan observasi, sampai hari kelima, RT masih tetap tidak pernah berkumpul dengan Ibu-Ibu dan remaja yang sedang bergunjing, ataupun cuman sekedar mendekat kesana, tidak pernah satu kalipun. RT hanya memperhatikan dari jauh, dan sesekali terlihat kesal.

Observasi selanjutnya pada hari Minggu tanggal 28 Mei 2017, penulis mendengar RT sedang bersiteru dengan Ibunya WT,

(20)

dan yang terdengar oleh penulis yaitu RT berkata, “ama tu indak ado namue pernah ngasih tau den do, siapo urang tuo kanduang den do, ko urang sakaliliang ko selalu manggunjiangkan den tiok hari ma,(mama itu tidak pernah memberi tahu saya siapa orang tua kandung saya sebenarnya, lihat saja sekarang orang disekitar ini selalu menyebut-nyebut saya setiap hari). Kemudian Ibunya menjawab, “danga di kau yo aden ko alah payah manggadangkan kau dari ketek ma, kau bantak-bantak pulo den cando ko, urang tuo kau indak tantu dimano kini barado lai do, lah den cari tau dari dulu ma, tapi no telpon yang ka den hubungi tu indak ado do, nan ciek lai, urang tuo kau tu, alah pindah, antah kamano pindahnyo urang ditampek nan lamo indak tau inyo do. Buapo caro kato den ka muagieh tau kau dimano urang tuo kau lai (dengar baik-baik sama kamu yah, saya ini sudah susah payah membesarkan kamu dari kecil, dan sekarang kamu berani membentak-bentak saya, orang tua kandung kamu saya tidak tahu dimana keberadaannya sekarang, sudah kesana kemari saya mencari tahu keberadaanya, akan tetapi nombor telpon dia saja tidak saya dapatkan, satu lagi yang perlu kamu tahu, orang tua kamu itu sudah pindah, dan entah kemana pindahnya, orang yang dekat dengan tempat tinggalnya yang lama, tidak tahu dia pergi kemana. Terus bagaimana saya harus memberi tahu kamu, dima keberadaan mereka lagi). Dan akhirnya RT menangis dan

(21)

membantingkan pintu kamar sekeras-kerasnya sampai terdengar keluar rumah. Begitupun dengan Ibu WT, dia juga menangis diteras rumahnya, sambil merenggut-renggut rambutnya, dan berkata, “den indak tahu doooh nak oooiiii.... indak tahu ama dimano urang tuo kau baradoo lai doo...(saya tidak tahu... tidak tahu lagi mama dimana keberedaan mereka sekarang).

Observasi pada hari selanjutnya yaitu hari Senin tanggal 29 Mei 2017, penulis melihat RT sedang bergegas-gegas menuju sebuah rumah yang hanya beberapa rumah dari rumahnya, dan melabrak seorang remaja seumuran dengan dia bernama SK, dan berkata “gara-gara kau ma, den selalu dibunjiang di urang disiko jadi nyo, kalau den tu anak angkek, kau panyabab kasadonyo, dan etek-etek disiko ka den pacaruikkan kasadonyo ma, lai jale di kau. Kau samo kasadonyo,(sambil menunjuk Ibu-Ibu dan orang yang ada disitu dengan tangan kirinya) suko mambunjiangkan den, dari ketek sampai kini indak ado sanang kau do ndak, kalau indak mambunjiangkan diri den do. Alah cukuik sabah den salamoko ma pantek (sambil histeris dan menjambak rambut perempuan yang dihampirinya tadi). Dan akhirnya ada sekitar setengah jam, dengan susah payah Ibu-Ibu disana melerai pertengkaran itu, kemudian RT pingsan, karena sangat terlihat letih, akibat melampiaskan kemarahan yang selama ini dia pendam bertahun-tahun. Kemudian datanglah ayah RT dan membawa RT pulang sambil digendong,

(22)

dan meminta maaf kepada semua orang yang ada ditempat kejadian.

Observasi selanjutnya pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2017, penulis memperhatikan suasana hati RT sudah nampak tenang, dan duduk di teras rumahnya sendirian. Penulis mencoba untuk mewawancarai RT, dengan langkah awal sapaan ringan terlebih dahulu. “baa raso perasaan tu kini RT (bagaimana perasaan kamu sekarang RT), dia menjawab “lai cando biaso nyo bang, ado apo bang kamari, ka mambali lawuek abang (seperti biasanya saja kok kak, mau beli ikan kakak kemari), penulis menjawab “indak ee, kebetulan abang lewat siko dan mancaliek RT agak lain manuangnyo nampak di abang, mangkonyo abang singgah. Kalau bulieh tau, Apo yang sadang RT pikiekan (tidak,, kakak kebetulan lagi lewat di depan rumah RT dan melihat RT lagi melamun sendirian, seperti ada yang sedang dipikirkan, maka dari pada itu kakak mampir kesini. Kalau boleh tahu, apa yang sedang RT pikirkan) lalu RT menjawab sebagai berikut:

“sabananyo persoalan ko alah lamo den simpan ma bang, abang pasti tau juo kejadian duo hari yang lewat nyo, den manyarang SK karumahnyo, karano den lah indak tahan lai do, manyanak kasudu hati den rasonyo, masih tangiang-ngiang ditalingo den, wakatu nyo dulu manyabuik den anak angkek sambie manggalakkan den pulang sakolah. kapatang tu den jambak rambuik nyo karumahnyo tu, karano sahari sabalun itu den tadanga nyo mambunjiang kan den di rumah etek sabalah ko nha, ado laki-laki mananyo den ka inyo, antah manga lo harus nyo katokan den anak angkek ka urang tu teeh, maumeh hati den mancalieknyo, mangko nyo den turuik kapatang tu

(23)

karumahnyo ma.(sebenarnya persoalan ini sudah lama saya simpan kak, kakak pasti sudah tahu juga kejadian dua hari yang lewat, saya melabrak SK kerumahnya, itu karena saya sudah tidak tahan lagi, sakit terasa hati saya dan membuncak kedada, masih terngiang-ngiang ditelinga saya sampai sekarang, waktu sekolah dahulu dia menyebut saya seorang anak angkat dan menertawakan saya bersama teman-temannya, dijalan pulang kerumah. Kemarin saya menjambak rambutnya karena sehari sebelum itu terdengar langsung ditelinga saya, ada anak laki-laki menanyakan tentang saya kepada dia, entah apa maksudnya dia ceritakan kepada orang itu, saya ini seorang anak angkat, sakit hati saya melihat dia, makanya saya hampiri dia kerumahnya). Kemudian penulis lanjut menanyakan kepada RT, apa sekarang kamu sudah bisa memaafkan dia beserta orang lain yang menyebut kamu anak angkat itu? RT mengungkapkan sebagai berikut:

“kalau untuek ka mamaokan indak akan pernah do bang, alah den piciek hati ketek den ko ma, indak akan den maokan urang nan lah mambunjiangkan den tu do. Jan kan mamaokannyo, manyapo nyo ajo indak ajan den lai do. Mancalieknyo ajo, mode mancaliek anjiang den. Bialah den dirumah dan didalam kamar ajo lai, dari pado den harus bakawan atau bakumpue jo urang cando itu, ko nan disakaliliang ko nha, indak ado nan elok hati ko do, hati ubili ajo kasadonyo pakai ma, pandai bana mamburuek-buruekkan urang nyo, ado-ado ajo kesalahan urang nan nampak di inyo ma. Dirinyo batueh kasado, urang busuek hati, dirinyo elok katonyo ma, diri urang ko salah dimatonyo kasado ma. Selagi urang amak-amak jo paja tu bakumpue, hati den indak akan pernah tanang tu do, pasti nyo mambunjiangkan den ma. Den akan tetap ka mancurigai urang ko kasado ko nyo, sebab nyo acok bakumpue-kumpue untuek bagunjiang.(kalau untuk memaafkan mereka sulit dan sangat berat rasanya kak, sudah saya tanamkan dalam hati kecil saya, saya tidak akan pernah memaafkan mereka, jangankan memaafkan dia, bersapaan dengan dia saja saya tidak mau lagi. Melihat dia saja, seperti melihat anjing saya rasanya. Biarlah saya dirumah dan didalam kamar saja dari pada harus berkumpul dan gabung sama mereka. Semua yang disekitar ini, tidak

(24)

ada satupun yang baik hatinya, hati setan yang mereka pakai itu, sangat pandai menghasut dan memburuk-burukkan orang lain, kesalahan orang kelihatan sama dia, sedangkan dirinya selalu benar. Mereka itu memiliki hati yang busuk. Selagi mereka mereka sering berkumpul termasuk SK itu, hati saya tidak akan pernah bisa tenang, pasti mereka membunjingkan saya. Saya akan tetap selalu curiga kepada mereka, sebab mereka sering berkumpul

untuk bergunjing).7

Untuk lebih memperkuat hasil wawancara penulis dengan RT, penulis mencoba mewawancarai Ayah RT yaitu bapak EM, penulis mewawancarai bapak EM pada hari Jumat tanggal 2 Juni 2017. Penulis bertemu dengan bapak EM di tempat gudang pemasak ikan teri, kemudian penulis menyapa bapak EM, “lai banyak bada nan ka di teri kini ko pak?(apa ikan hari ini banyak yang akan di buat teri pak). Bapak EM menjawab “kurang kini nak, pukek ko indak lo banyak tajariang bada dek nyo do(sedikit sekarang nak, jaring penangkap ikannya cuman sedikit yang tertangkap olehnya). Selanjutnya penulis bertanya lagi, “den caliek RT masih suko bamanuang dirumah pak, ado apo agaknyo nan tajadi tu pak?(saya lihat RT suka melamun dirumah sendirian pak, apa yang sedang terjadi kepada dirinya). EM mengungkapkan sebagai berikut:

“handeeh... kan itu lah di ang ka, inyo ko sakik hati bana ka SK tu nyo. Di dalam kampuang ko SK tu paliang di banci nyo ma. Masalahnyo karano curiga dari RT ko kapado SK, nan salalu manyabuik dan mangabakan ka urang baru, kalau RT ko anak angkek apak. Itu sabananyo nan ado dalam pikirannyo ma, dek apak lai taraso pulonyo.

7

(25)

Nan ciek lai, nyo mungkin lun pueh jo jawaban apak do, dimano kabaradaan urang tuo kanduang nyo kini. Itu mungkin yang sadang dipikiekannyo ma, mangkonyo suko bamanuang cando itu. Apak pun lah habih caro pikie apak mancaliek parangainyo kini. Curigaa ajo ka urang lain.(aduuh... pusing bapak sebenarnya, dia sangat sakit hati sama SK. Di kampung ini orang yang paling dibencinya adalah SK itu. Masalahnya RT ini sangat curiga kepada SK, sebab SK ini sering memberitahukan kepada orang lain, apalagi orang yang baru kenal dengan RT, dia langsung mengabarkan kepada orang tersebut kalau RT ini adalah anak angkat bapak. Satu lagi mungkin dia belum puas dengan jawaban bapak kepada dia, tentang keberadaan kedua orang tua kandungnya sekarang, makanya dia suka melamun sekarang. Bapak pun sudah habis pikir melihat sikap nya yang selalu curiga dengan orang lain).

Kemudian penulis lanjut bertanya sama bapak EM, sejak kapan RT merasa dirinya selalu di bicarakan oleh orang lain itu pak? EM menuturkan sebagai berikut:

“pokoknyo samanjak kejadian waktu SD kelas 4 dulu lah, sampai kini RT tu selalu curiga jo urang ma. Samanjak inyo tahu dari SK kalau dirinyo tu anak angkek, dan dari Uni-uni yang ado disakaliliang rumah tu nha, inyo manjadi indak suko mangecek bana jo urang sakaliliang tu lai. Kalau lah bakumpue Uni-uni tu jo nan gadih-gadih di sakitar rumah den tu nha, RT ko sangek curiga ma, sampai-sampai inyo sibuek-sibuekkan urang nan sadang bakumpue tu dari jendela bagai. Mungkin dalam pangananyo, manyabuik den urang ko ko,, mungkin itu yang tapikie di kapalonyo.(semenjak kejadian waktu RT kelas 4 SD, sampai sekarang RT selalu curiga dengan orang lain. Semenjak dia tahu dari SK kalau dirinya itu anak angkat dan dari Ibu-Ibu yang ada disekitar tempat tinggal saya itu, dia menjadi orang yang tidak suka lagi berbicara kepada orang yang ada dilingkungan rumah saya itu. Kalau Ibu-Ibu itu sudah berkumpul dengan Remaja-Remaja disekitar rumah saya itu, RT sangat curiga sekali, sampai-sampai dia perhatikan dari jendela rumah saya, mungkin dalam pikirannya, orang ini pasti sedang menyebut-nyebut tentang saya).

(26)

Penulis lanjut bertanya lagi kepada bapak EM, kalau sebelum kejadian ini, apa dia juga berperilaku seperti itu pak? EM menuturkan:

“inyo sabananyo barubah tu samanjak kelas 4 SD tu lah, sampai kini, dan yang parah nyo tu, yo pas lah kelas 2 SMP tu nyo. Nyo di ejek samo nak urang yang samo gadang, dan mangatokannyo anak angkek, sampai-sampai amanyo bacakak jo amak paja nan mangatokan RT tu anak angkek ma. Sasudah tu nyo indak panyapo urang lai do, dan bajadi-jadi curiga kapado urang lai, samanjak kejadian itu.(sebenarnya dia berubah semenjak kelas 4 SD awal mulanya, sampai sekarang, dan yang paling parah itu, ketika dia kelas 2 SMP. Dia di ejek saat pulang sekolah sama teman satu sekolahnya, sampai-sampai mamanya berkelahi dengan orang tua anak yang mengejek RT tersebut. Sesudah kejadian itu dia tidak lagi menyapa orang, dan semakin besar kecurigaannya kepada orang semenjak kejadian itu).8

Untuk lebih memperkuat hasil observasi dan wawancara penulis terhadap RT, yang tidak suka berbicara kepada orang yang ada dilingkungannya dan sering curiga kepada orang yang ada di sekitar tempat tinggalnya, penulis mewawancarai FM adik laki-laki pertama dari RT pada hari Minggu 3 Juni 2017, bagaimana tanggapan kamu terhadap perilaku RT yang sekarang? ia menuturkan sebagai berikut:

“Cando iko ma bang, akak RT tu manjadi pandiam dan indak panyapo urang karano urang yang disabalah rumah ko dulu bang nha, kato nyo cuman sekedar bagara anaknyo manyampaikan kato nan mngatokan akak tu anak angkek nyo, dan inyo indak manyangko kalau ka bak cando ko jadi ka diri akak do. Tapi karano nasi lah jadi bubu di abang, ma akak indak basapoan samo anak maupun jo etek tu sampai kini lai do bang. Luko bana hati akak nampaknyo

8

(27)

digitukan urang tu bang. Den pun tau akak ko bukan anak ayah ma dari nenek, itupun lah kelas 2 SMP den dikasih tau samo nenek. (begini kak, kakak saya RT itu menjadi pendiam dan tidak suka bersapaan dengan orang lain, itu penyebab utamanya adalah tetangga sebelah rumah ini kak. Kata dia waktu anaknya menyampaikan kepada kakak bahwa kakak itu anak angkat, itu cuman sekedar candaan saja, dia tidak pernah memperkirakan bahwa kakak akan terluka karna kata-katanya tersebut. Karena nasi sudah menjadi bubur, maka kakak sampai sekarang kakak tidak bersapaan sampai sekarang dengan ibu dan anak yang mengatakan hal tersebut kepada kakak. Terlalu dalam luka yang membekas di hati kakak karena orang itu kak. Saya tahu kalau kakak itu bukan anak kandung ayah dari nenek, itupun saya sudah di kelas 2 SMP baru dikasih tahu sama nenek).

Kemudian penulis bertanya kembali kepada FM, apakah RT dengan keluarga di rumah juga tidak suka berbicara? FM menjawab:

“kalau akak kini jarang mangecek di rumah lai nyo bang, nyo duduek surang-surang ajo, indak ado duduek basamo kalau sadang dirumah do. Nan ciek lai, inyo kalau jo den indak juo talalu banyak mangecek do, karano bilo sakali mangecek nyo tu, pamberang. Kalau jo ayah jo ama pun cuman sakali-sakali lo mangecek nyo, jo SV adiek den nan paliang ketek lai acok mangecek tu nyo, sebab SV ketek baru kan, jadi kalau akak di rumah, akak yang mangasueh nyo acok. (sekarang kak RT jarang untuk berbicara di rumah, karena dia duduk sendirian saja, tidak ada duduk berkumpul dengan kami kalau di rumah. Satu lagi, kalau dia dengan saya memang dari dahulu tidak banyak berbicara, karena dia dengan saya bila ada perlu saja ngomong, dia orangnya sedikit galak kepada adik-adiknya. Kalau dengan Ayah dan Mama cuman sekali-sekali saja dia bebricara, dia sering berbicara dengan SV adik saya yang paling kecil, sebab SV masih kecil, jadi kakak yang

mengasuhnya kalau kakak di rumah).9

9

(28)

Pendapat di atas diperkuat oleh Ibu SM Asisten rumah tangga di rumah RT. Pada hari Selasa tanggal 5 Juni 2017, saat itu penulis berada di rumah RT, dan melihat RT tidak ada diluar, maka penulis bertanya sama Ibu SM, tentang kemana RT, rupanya RT sedang mengurung diri dikamar, oleh karena itu untuk mengetahui mengapa RT sering mengurung diri dikamar, pendiam dan tidak berteguran dengan orang lain serta suka curiga kepada orang lain, penulis mewawancarai Ibu SM tentang bagaimana pendapat Ibu SM terhadap diri RT yang sekarang dan ia mengungkapkan sebagai berikut:

“Den nan alah barumur satangah abad ko nak nha, nan dari sajak ketek RT tu naik karumah ko, tahu bana baa perubahan parangainyo. Kalau dulu RT tu nyinyie ma, kasado ka ditanyo samonyo, lai ado nan nampak lai, pasti di tanyo ma, baiek itu binatang maupun urang. Dulu urang nan di sakaliliang rumah ko sayang mancalieknyo ma, dan indak ado nan indak galak kalau mancaliek parangainyo nan dulu do. Tapi samanjak SD kelas 4 waktu inyo tahu kalau dirinyo tu bukan anak kanduang EM ko do nha, maa barubah bana parangainyo, sampai kini. Nyo jadi suko manguruang diri dalam biliek, indak talalu banyak mangecek samo siapopun lai do. Manyapo urang ajo nyo jarang lai nyo. Malahan kini nan parahnyo, curiga nyo tu nha, indak bakatantuan do, kasado urang kadicurigainyo, ado ajo induek-induek tu duduek basamo curiga nyo ma. (saya yang sudah berumur setengah abad ini nak, yang sejak kecil RT itu baru menginjakkan kaki di rumah ini, saya tahu betul perubahan sikapnya. Kalau dahulu RT itu suka berbicara, apapun yang dilihatnya selalu ditanya, baik itu hewan maupun orang yang lewat. Dahulu tetangga yang disekitar rumah ini sayang melihat dia, tidak ada satu orangpun yang tidak ketawaa kalau melihat tingkah lakunya yang dahulu. Akan tetapi semenjak SD kelas 4 waktu dia tahu bahwa dirinya itu bukan anak kandung dari EM, sikap dan tingkah lakunya jadi berubah, sampai sekarang. Dia jadi suka mengurung diri di dalam kamar,

(29)

tidak terlalu banyak bicara dengan siapapun. Bersapaan dengan orang saja dia jarang, malahan yang paling parah sekarang dia itu sangat curigaan orangnya, semua orang dicurigainya, kalau ada Ibu-Ibu itu berkumpul bersama dia

langsung curiga itu).10

Untuk lebih memperkuat observasi dan wawancara, penulis mewawancarai tetangga RT dan sekaligus sepupu dari RT yaitu IN. Semua pendapat di atas diperkuat oleh IN sepupu sekaligus sahabat RT dari kecil. Melalui wawancara yang penulis lakukan dengan IN pada hari Kamis tanggal 7 Juni 2017, sangat jelas sekali RT berperilaku diam tanpa kata dan tidak bertegur sapa dengan orang lain, karena dia mendapatkan trauma secara langsung dari masa lalunya, sehingga RT menjadi dendam kepada orang-orang dilingkungan tempat tinggalnya. Untuk lebih jelas berikut paparan wawancara dengan IN, ia mengatakan sebagai berikut:

“IN jo RT tu bakawan sajak dari ketek ma bang, sebab nyo kan anak uwan IN ma. Kami selalu main basamo ma, karno IN baliek sakolah samonyo, dari TK sampai SMA, dan sampai kuliah kini, IN sakamar lo samonyo lai. Emang batueh ma bang, RT tu jadi pandiam sajak dari kelas 4 SD tu ma, samanjaknyo di ejek samo kawan nan samo salokal dulu, nan mangatokan RT ko anak angkek. Paja tu tau RT ko anak angkek uwan IN, dari amak nyo. Amaknyo yo agak ember lo muncuang ma bang, mangkonyo sampai ka anak ee muncuang ee jadi ember. Sajak itulah RT ko pandiam, dan kalau indak panyapo urang tu, samanjak kelas 2 SMP ma bang, wakatu dulu tu RT pulang sakolah samo IN, dan ado anak laki-laki nyo ejek RT ko sampai jambatan tu, nyo gadueh RT ko, dan taruih maulang kato kalau RT ko anak angkek, sampai-sampai paja tu IN imbek jo batu ma. Paneh jo hati IN calieknyo, samo muncuang jo induek-induek. Tibo dirumah RT ko manangih jo lai, IN manangih lo jadinyo bang, sebab baa ka baa di bang, nyo sepupu IN,

10

(30)

dan kami dari ketek basamo lai. Ibo hati IN jadinyo mancalieknyo manangih cando tu ma bang. Ma IN lalok dirumah nyo samalam tu jadi di bang, karano IN takuik, beko bunueh dirinyo ko, sebab tu partamo kali IN calieknyo lamo manangihnyo bang. Icin bausao muantokkannyo di bang, dan maumbueknyo makan, tapi seharian tu nyo yo indak ado makan do, cuman manangih ajonyo. Besoknyo ama RT pai kasakolah di bang, dan dituruik paja tu di ama RT, IN tunjuekkan urangnyo, dan tarnyato paja tu indak jauh tingga dari siko do. Diberangkan paja tu di ama RT, indak talok mangecek paja tu do. Dan sampai pulang sakolah ama RT di sekolah di bang ma. Lah tibo wakatu pulang sakolah, ama RT ko, dituruik urang tuo paja laki-laki nan mambuek RT manangih tu di bang, bacakak ama RT ko jo urang tuo paja tu, namo paja tu RK ma, anaknyo emang nakal bang. Setelah batempur cando tu di bang, RT ko tetap badiam diri ma. RT ko tamasuek urang yang pandiam ma bang, kalau soal bacakak atau maejek tu, nyo emang ndak suko do. Dan pernah nyo manyabuik sakali ka IN, setelah kejadian itu, inyo indak kamanyapo urang disakaliliang ko lai do, sebab urang disiko katonyo cuman bisa ngatokan nyo anak yang indak punyo urang tuo ajo, dan anggapnyo urang pandatang disiko, mako dari pado tu nyo sampai kini pandiam, jalan manaku, dan indak panyapo urang lai tu do bang. Sebab nyo maraso indak ado urang tu nan ka bisa nyo hargai lai do, Dandam sabana dandam nyo jadi ka urang bang. (IN dengan RT itu sudah berteman dari kecil, karena RT itu adalah anak Mamak IN, dan kami dahulu sering main bersama, pergi sekolah bersama, dari TK sampai SMA, bahkan sampai kuliah sekarang kami satu kamar ngontrak. Dan emang benar semua info yang kakak dapatkan, RT itu jadi pendiam dari kelas 4 SD, semenjak dia tahu bahwa dia adalah anak angkat, dan dia tahu dari teman satu lokal waktu SD dahulu, teman itu tahu RT anak angkat dari orang tuanya pula, orang tua dia memang suka menggosip, makanya turun kebiasaan itu kepada anaknya. Semenjak itulah RT jadi pendiam, tapi kalau yang tidak penyapa orang itu semenjak dia kelas 2 SMP, waktu itu RT dan IN pulang dari sekolah, dan di jalan kami pulang kerumah ada anak laki-laki yang mengejek RT dan mengatakan RT ini anak angkat sepanjang perjalanan pulang, mulut laki-laki itu seperti perempuan, sampai-sampai karena IN tidak tahan lagi mendengarnya, IN lempar dia pakai batu, baru dia berhenti. Sedih IN dan panas hati IN melihat RT digitukan orang. Sesampainya dirumah RT menangis sepanjang hari

(31)

itu, dia tidak makan, IN coba membujuknya untuk makan namun dia tidak mau, dan seharian dia menangis dikamar. Karena kondisinya seperti itu, IN tidak pulang kerumah IN menginap di rumah RT, menemaninya, karena IN takut nanti dia bunuh diri, sebab baru pertama kali IN melihat dia menangis seperti itu lamanya kak. Kemudian besok harinya, mama RT pergi kesekolah dan mencari laki-laki yang mengejek RT, dan IN juga tidak senang hati, IN tunjukkan orang yang mengejek RT tersebut, akhirnya laki-laki tersebut di caci maki dan dimarahi sama mama RT, dan dia takut tidak menjawab sepatah katapun. Sampai jadwal pulang sekolah mama RT disekolah menunggu RT sampai pulang, sepulang sekolah mama RT mengunjungi rumah laki-laki yang bernama RK itu, karena rumahnya tidak jauh dari sini, maka sesampainya mama RT di rumah RK, mama RT marah-marah, macam-macam kalimat yang keluar dan memaki RK beserta orang tuanya, karena mama RT tidak suka dan sangat marah kepada orang yang membuat RT menangis seharian. Bertempur lah mama RT dan orang tua RK hari itu, dan RT ini cuman berdiam diri, karena RT merupakan orang yang tidak suka bertengkar, dia diam saja. Dan sesampainya di rumah, RT menyebutkan kepada IN, setelah kejadian ini saya tidak akan menyapa orang lagi, karena mereka semua hanya menganggap saya sebagai anak yang tidak memiliki orang tua, saya hanya anak angkat dan pendatang bagi mereka. Maka semenjak itulah dia pendiam, jalan menunduk, dan tidak menyapa orang lagi. Sepertinya dia sangat dendam kepada orang disekitar ini kak, karena bagi dia tidak ada seorang pun dilingkungan ini yang bisa dia hargai , dan dia benar-benar dendam

kepada orang di sini.11

Pendapat di atas juga diperkuat oleh, Ibu angkat RT yaitu Ibu WT. Ketika penulis berada di rumah RT pada hari Sabtu tanggal 9 Juni 2017, sambil memperhatikan RT, kebetulan ada Ibu WT sedang duduk diluar rumah, maka penulis mewawancarai Ibu RT, ia mengungkapkan sebagai berikut:

11

Wawancara Langsung dengan IN Sepupu RT Sekaligus Teman dari Kecil RT, Hari Kamis 7 Juni 2017

(32)

“RT manjadi pandiam dan indak suko mangecek tu karano nyo lah tahu dari ketek kalaunyo tu bukan anak kandung den ma. Samanjak itu lah RT tu manjadi indak pangecek samo urang lai do, dan suko curiga ka urang. Nyo curiga dek dirinyo tu maraso urang kalau lah bakumpue tu, mancaritokan tentangnyo ajo. Sahinggo inyo tu curiga ajoo ma, jo urang nan di sakaliling ko nan lah tau kalau nyo tu anak angkek. (RT menjadi pendiam dan tidak suka berbicara itu karena dia sudah tahu dari kecil kalau dia itu bukan anak kandung saya, Semenjak itu lah dia jadi tidak suka berbicara dengan orang lain, dan dia suka curiga kepada orang. Dia curiga karena dia merasa kalau orang- orang di sini sudah berkumpul, dalam pikirannya, sedang membicarakan tentang dia, sehingga dia jadi curiga, apalagi dengan orang – orang disekitar tempat tinggal saya ini yang

sudah tahu kalau dia adalah anak angkat).12

Pada hari Minggu 10 Juni 2017, untuk menguatkan hasil Observasi dan Wawancara Penulis mencari data tambahan dengan mewawancarai tetangga RT yaitu WR, Ketika itu penulis melihat WR lagi berbicara dengan TN, mereka berdua lagi membicarakan RT yang sudah semakin parah kecurigaannya kepada semua orang, padahal WR dan tetangga-tetangga dekat rumahnya sangat jarang menyebut hal yang berkaitan dengan RT. Apalagi dengan kejadian beberapa hari yang lewat, semakin membuat WR menjadi Risih. Untuk mengetahui bagaimana pandangan WR terhadap RT yang sekarang, penulis mewawancarai WR karena RT dalam pandangan WR sudah terlampau curiga kepada dirinya dan orang yang ada disekitar tempat tinggalnya, ia mengungkapkan sebagai berikut:

“Parangai RT yang kini yo indak dapek di samokan jo nan dulu do, pandiam bana, indak suko bakumpue jo kami lai do. Malahannyo manaku jo kalau batamu jo den, nyo indak pulo mangecek apo-apo tu do. Dan yang labieh parahnyo,

12

(33)

inyo tu kini suko curiga dengan urang – urang nan ado di sakaliliang tampek tinggah kami ko nha. Samanjak SD dulu lah, waktu kelas 4, nyo barubah drastis lai. Danga-danga kaba sih, nyo jadi urang curiga kayak gitu karano, inyo maraso di sabuik-sabuik urang, kalau dirinyo tu anak angkek. maota jo jarang samo kami lai nyo. Malahan nyo kalau mancaliek kami sadang maota, kayak urang lagi curiga jo, caliek nyo ka kami. Padohal kami indak pernah manyabuiknyo do, inyo ajo nan selalu curiga cando itu. (tingkah laku RT yang sekarang tidak dapat disamakan dengan yang dahulu. Dia sangat pendiam, tidak suka berkumpul dengan kami lagi, malahan dia menunduk saja kalau bertemu dengan saya, tidak pula berkata apa-apa. Dan yang lebih parah dia suka curiga sekarang dengan semua orang. Pokok nya semenjak SD kelas 4 dulu, dia jadi berubah drastis sampai sekarang, dengar kabar sih dia itu jadi curigaan seperti itu, karena dia merasa di sebut-sebut sebagai anak angkat. Berbincang-bincang saja sama kami jarang. Malahan kalau dia sedang melihat kami berbincang-bincang, seperti orang yang sedang curiga saja dia sama kami. Padahal kami tidak ada sama sekali menyebut dia,

dia aja yang suka curiga.13

Berdasarkan Wawancara di atas dapat dengan jelas terlihat bahwa yang membuat RT menjadi seorang yang pendiam dan tidak menyapa orang itu, karena dia masih belum bisa memaafkan orang yang mengatakan dan mengejek dia sebagai anak angkat dari kecil. Sehingga dia menjadi orang yang suka curiga kepada orang yang dahulu pernah membunjing dia sebagai seorang anak angkat. Dia tidak nyaman kalau sudah berkumpul Ibu-Ibu dan Remaja-Remaja yang sama besar dengannya, yang ada di sekitar tempat tinggalnya dia pasti curiga, dan berpikir orang-orang itu pasti sedang membicarakan tentang dia.

13

(34)

2. Analisis dan Interprestasi Data

Berdasarkan dari deskripsi data lapangan yang penulis lakukan terhadap SH beserta keluarganya dan RT beserta keluarganya terlihat Life potition (posisi hidup) yang cenderung dimiliki anak angkat berdua ini tergambar dari perilaku kesehariannya, yang ditinjau dalam konseling analisis transaksional. Adapun anak angkat pertama SH yang suka dengan suasana menyendirinya karena dia lebih nyaman sendiri dari pada harus berkumpul di tempat keramaian, yang ujung-ujungnya dia akan merasa dikucilkan juga, sebab dia merasa kehadirannya di tempat pesta, pondok Ronda maupun di Kampung Sungai Sirah tidak diharapkan dan tidak di inginkan. Dari perilaku SH di atas dapat terlihat dengan jelas SH lebih cenderung memiliki posisi hidup yang I‟am Not Ok You are Ok yaitu orang yang berada diposisi hidup seperti ini adalah seseorang yang membutuhkan perhatian, takut terancam, rendah diri, dan membutuhkan kasih sayang. Sehingga dia

sulit untuk mengemban suatu tugas tertentu.14

Kebutuhan manusia menurut Maslow ada lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang,

kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.15 Sedangkan

menurut Zakiah Daradjat (di dalam Ramayulis) kebutuhan manusia dibagi atas dua kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan primer seperti kebutuhan jasmaniah, dan kebutuhan sekunder seperti kebutuhan akan

14

Taufik, Model-Model Konseling, (Padang : UNP 2009)

15 Muhammad Ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),

(35)

rasa kasih sayang, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa harga diri, kebutuhan rasa bebas, kebutuhan rasa sukses, dan kebutuhan akan rasa ingin tahu.16

Anak angkat yang berinisial SH ini merupakan orang yang suka merendahkan dirinya, dia merasa tidak dianggap dalam lingkungan tempat tinggalnya, yang membuatnya menjadi pribadi yang tidak percaya diri, karena kebutuhan kasih sayang, perhatian, kebutuhan rasa harga dirinya kurang dapat dia rasakan dari orang-orang disekitar tempat tinggalnya. Sehingga SH memiliki posisi hidup yang I‟am Not Ok-You‟r Ok (saya tidak Ok-kamulah yang Ok). Posisi ini didapatkan karena tidak adanya hubungan interaksi dan komunikasi yang baik antara SH dengan orang-orang disekitar tempat tinggalnya, umumnya penyebab rasa rendah diri adalah hasil olah pikiran yang mengatakan jika dirinya memiliki kekurangan. Dan sebaliknya, merasakan kelebihan orang lain yang tidak bisa dia raih sehingga muncullah rasa rendah diri.

Seharusnya SH lebih menyadari apapun yang dimilikinya adalah pemberian Allah, semuanya milik Allah, begitupun dengan yang dimiliki orang lain, hendaknya bukan rasa rendah diri yang sepatutnya SH rasakan. Posisi hidup rendah diri hanya akan membuat SH menarik diri dari lingkungan, dan menjadikannya tidak baik-baik saja, dan dalam pikirannya, hanya orang lain yang lebih dari pada

(36)

dirinya. Hal semacam itu membuat dirinya berada pada posisi hidup I‟am Not Ok You‟r Ok, jika dia bisa memandang dirinya baik-baik saja, maka dia akan mengakui derajat setiap manusia itu sama, yang membedakan antara dirinya dan orang lain itu hanya ketakwaan kepada Allah SWT. Apabila SH bisa mendapati posisi hidup seperti ini, maka dia akan berada pada posisi hidup I‟am Ok You‟r Ok, dan terjalinlah kehidupannya dengan orang lain menjadi perilaku sosial yang saling membutuhkan, saling menghargai dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Karena dirinya merasa baik, begitupun pandangan dirinya terhadap orang lain.

Kemudian anak angkat yang kedua yang bernama RT, dimana dalam kesehariannya, perilaku RT yang penulis lihat adalah pendiam dan tidak suka menyapa orang lain, itu karena RT merasa dendam dengan perlakuan orang-orang kepada dirinya yang ada disekitar tempat tinggalnya, yang suka membunjing dan mengejeknya sebagai anak angkat. Dia merasa orang yang ada dilingkungan hidupnya hanya suka menggunjingkan dirinya, sehingga dia pun menjadi curiga kepada Ibu-Ibu dan Remaja yang sama besar dengannya, karena mereka lah yang suka menyebut-nyebut tentang RT. Apabila mereka sudah berkumpul maka RT tidak akan merasa aman lagi, seperti kehidupannya terganggu dengan orang yang berkumpul tersebut.

RT lebih cenderung memiliki Life Potition I‟am Not OK You‟r OK, yang mana kepribadian orang yang memiliki posisi ini merasa

(37)

curiga dengan apapun yang sedang dilakukan orang lain,17 dan itulah yang sedang dialami oleh RT, yang selalu curiga dengan apa yang sedang dibicarakan orang lain, itupun karena dia merasa apa yang dibicarakan orang lain itu adalah tentang dirinya. Perilaku ini muncul karena dimasa lalu dia selalu digunjingkan sebagai anak angkat oleh teman-teman sekolahnya, begitupun dengan orang yang berada dilingkungan tempat tinggalnya dan sampai sekarang dia tidak bisa memaafkan orang-orang yang mengatakan dirinya anak angkat.

Menurut Zakiah Daradjat di (dalam Ramayulis) tidak adanya rasa aman menyebabkan seseorang terganggu sikap integritas dirinya dengan masyarakat dan dengan lingkungannya. Dampak negatif dari tidak terpenuhi kebutuhan ini antara lain curiga, buruk sangka, tidak

tenang, khawatir dan lain sebagainya.18

Padahal di dalam Agama Islam di larang untuk selalu curiga, karena dapat menimbulkan prasangka buruk. Allah SWT berfirman:

                                   

Artinya ; Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka buruk. Karena sebagian dari prasangka buruk itu adalah dosa ..." (QS. al-Hujurat: 12)

17

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, GI; Denpasar, 1984, h. 217-218

Referensi

Dokumen terkait

Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 17 perawat shift siang, ada 12 orang perawat sebelum shift pagi memiliki tekanan darah sistolik normal, serta 12 perawat

kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan. Taman Bungkul yang merupakan kawasan wisata di kota Surabaya, tempat ini selalu ramai

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PEMBANGUNAN PERUMAHAN KAWASAN SATUAN KERJA PENGELOLAAN KAWASAN MASUK D AFT AR P E N D E K Jakarta, Juni 2012 Urutan Perusahaan Peserta

Berat barang yang dimasukkan dan dimensi truk yang digunakan sama dengan yang terjadi pada simpul 2 dan fungsi pembatas tidak akan mematikan simpul tersebut

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ilustrasi digunakan untuk menyampaikan proses komunikasi secara cepat, tepat, dan tegas serta sedapat mungkin mampu

Dengan demikian, maka menurut hukum acara pidana patutlah bagi Majelis Hakim Agung pada tingkat Pemeriksaan Peninjauan Kembali untuk membatalkan putusan judex pacti Pengadilan Tinggi

Gak bisa setahun dua tahun kayak gitu, membentuk eee membentuk apa ya situasi kerja yang bisa seperti ini itu, prosesnya lama. Ini tuh, aaah jatuh bangunnya

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang dan membuat antena Vivaldi tapered slot di frekuensi 1 - 5 GHz karena alat yang di gunakan untuk pendeteksian obyek yang