• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Laktasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Laktasi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. LataLatar r BelaBelakangkang

Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Sejak masa Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Sejak masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada masa bayi didalam tubuh ibu secara kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan

alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI.

selanjutnya berupa ASI.

Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi. Pada abad Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi. Pada abad ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan 19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan  bayi –

 bayi – bayi yabayi yang dibng diberikan Aerikan ASI ternSI ternyata lebyata lebih rendaih rendah daripah daripada yg da yg diberi sdiberi susu fousu formularmula

Meningkatnya perjuangan hak-hak asasi wanita dalam meniti karir untuk bekerja di luar  Meningkatnya perjuangan hak-hak asasi wanita dalam meniti karir untuk bekerja di luar  rumah sampai pada titik kritis dengan meninggalkan tugas utama nya untuk memberikan ASI dan rumah sampai pada titik kritis dengan meninggalkan tugas utama nya untuk memberikan ASI dan menggantikan dengan susu botol (formula). Di samping itu propaganda susu formula demikian menggantikan dengan susu botol (formula). Di samping itu propaganda susu formula demikian gencar nya sehingga mereka yang merasa diri mampu dan terpelajar , merasa makin meningkatkan gencar nya sehingga mereka yang merasa diri mampu dan terpelajar , merasa makin meningkatkan kedudukan nya bila dapat menggantikan ASI- nya dengan susu formula. Rumah Sakit pun ikut kedudukan nya bila dapat menggantikan ASI- nya dengan susu formula. Rumah Sakit pun ikut memisa

memisahkan perawahkan perawatan ibu dan bayi. tan ibu dan bayi. KecendKecenderungaerungan demikian telah mencapn demikian telah mencapai titik yang sangatai titik yang sangat rawan sehingga pemerintah mengambil sikap untuk dapat mengembalikan fungsi hakiki wanita rawan sehingga pemerintah mengambil sikap untuk dapat mengembalikan fungsi hakiki wanita untuk dapat memberikan ASI. Ketetapan tersebut diikuti upaya mengembalikan fungsi wanita untuk  untuk dapat memberikan ASI. Ketetapan tersebut diikuti upaya mengembalikan fungsi wanita untuk  dapat memberikan ASI tanpa menghalangi kesempatan sebagai wanita karier 

dapat memberikan ASI tanpa menghalangi kesempatan sebagai wanita karier 

Di

Di linglingkunkungan rumah gan rumah saksakit it dan rumah dan rumah berbersalsalin, in, sissistem tem peraperawatwatan an daladalam m satsatu u ruaruangangann (rawat gabung) difungsikan kembali. Ternyata sistem rawat gabung tersebut menguntungkan Karena (rawat gabung) difungsikan kembali. Ternyata sistem rawat gabung tersebut menguntungkan Karena dapat meningkatkan pembentukan kejiwaan anak yang menjadi dasar utama kualitas sumber daya dapat meningkatkan pembentukan kejiwaan anak yang menjadi dasar utama kualitas sumber daya manusia.

manusia.

B.

B. TujTujuauan Penuln Penulisaisann

1

1.. TTuujjuuaan n UUmmuumm

Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami manajemen laktasi Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami manajemen laktasi dengan sebaik – baiknya.

(2)

2

2.. TTuujjuuaan n KKhhuussuuss

Adapun makalah manfaat dari penulisan makalah kami adalah : Adapun makalah manfaat dari penulisan makalah kami adalah :

a.

a. MMahahasasisiswwa maa mammpu mpu meenjnjeelalaskskan dan defefininisisi mai mananajejememen lan laktktasasii

 b.

 b. Mahasiswa maMahasiswa mampu mmpu menyebenyebutkan putkan periode – eriode – periode periode laktasilaktasi

c.

c. MaMahahasisiswswa ma mamampu pu mememamahahami mi kekeununtutungngan an dadan n kekerurugigian an dadari ri ASASII

d.

d. MMahahasasisiswwa ma mamampu pu memenjnjeelalaskskan pan peersrsiaiapapan An ASI ySI yaang bng beenanar r 

ee.. MMahahasasisiswwa ma maammpu pu mmeenynyeebbuuttkkaan kn koommppoossisisi Ai ASSII

C.

C. SistemSistematika Patika Penulienulisansan

Pada halaman pertama terdapat cover yang berisikan judul dan nama kelompok. Pada Pada halaman pertama terdapat cover yang berisikan judul dan nama kelompok. Pada lembar selajutnya adalah kata pengantar yang berisikan tentang ucapan terimakasih dari penulis. lembar selajutnya adalah kata pengantar yang berisikan tentang ucapan terimakasih dari penulis. Lalu daftar isi yang berisikan halaman – halaman yang ada di makalah. Lalu dilanjut dengan BAB I Lalu daftar isi yang berisikan halaman – halaman yang ada di makalah. Lalu dilanjut dengan BAB I  pendah

 pendahuluan yang berisikauluan yang berisikan latar n latar belakabelakang, tujuan penulisan, dan sistematikng, tujuan penulisan, dan sistematika a penulpenulisan. Lalu BABisan. Lalu BAB II yang berisikan tentang pembahasan yaitu manajemen laktasi. BAB III berisi kesimpulan dan II yang berisikan tentang pembahasan yaitu manajemen laktasi. BAB III berisi kesimpulan dan saran. Dan halaman terakhir adalah daftar pustaka yang berisikan sumber – sumber dari buku.

(3)

2

2.. TTuujjuuaan n KKhhuussuuss

Adapun makalah manfaat dari penulisan makalah kami adalah : Adapun makalah manfaat dari penulisan makalah kami adalah :

a.

a. MMahahasasisiswwa maa mammpu mpu meenjnjeelalaskskan dan defefininisisi mai mananajejememen lan laktktasasii

 b.

 b. Mahasiswa maMahasiswa mampu mmpu menyebenyebutkan putkan periode – eriode – periode periode laktasilaktasi

c.

c. MaMahahasisiswswa ma mamampu pu mememamahahami mi kekeununtutungngan an dadan n kekerurugigian an dadari ri ASASII

d.

d. MMahahasasisiswwa ma mamampu pu memenjnjeelalaskskan pan peersrsiaiapapan An ASI ySI yaang bng beenanar r 

ee.. MMahahasasisiswwa ma maammpu pu mmeenynyeebbuuttkkaan kn koommppoossisisi Ai ASSII

C.

C. SistemSistematika Patika Penulienulisansan

Pada halaman pertama terdapat cover yang berisikan judul dan nama kelompok. Pada Pada halaman pertama terdapat cover yang berisikan judul dan nama kelompok. Pada lembar selajutnya adalah kata pengantar yang berisikan tentang ucapan terimakasih dari penulis. lembar selajutnya adalah kata pengantar yang berisikan tentang ucapan terimakasih dari penulis. Lalu daftar isi yang berisikan halaman – halaman yang ada di makalah. Lalu dilanjut dengan BAB I Lalu daftar isi yang berisikan halaman – halaman yang ada di makalah. Lalu dilanjut dengan BAB I  pendah

 pendahuluan yang berisikauluan yang berisikan latar n latar belakabelakang, tujuan penulisan, dan sistematikng, tujuan penulisan, dan sistematika a penulpenulisan. Lalu BABisan. Lalu BAB II yang berisikan tentang pembahasan yaitu manajemen laktasi. BAB III berisi kesimpulan dan II yang berisikan tentang pembahasan yaitu manajemen laktasi. BAB III berisi kesimpulan dan saran. Dan halaman terakhir adalah daftar pustaka yang berisikan sumber – sumber dari buku.

(4)

BAB II BAB II

MANAJEMEN LAKTASI MANAJEMEN LAKTASI

2

2..11 KKoonnsseep p DDaassaarr

2.

2.1.1.11 PePengngerertitianan

Menurut utami roesli dan elizabeth yohni (2008), Menyusui merupakan proses yang cukup Menurut utami roesli dan elizabeth yohni (2008), Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan kompleks. Dengan mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara

sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eksklusif.

eksklusif.

Me

Menurnurut ut HaHaninifa fa wikwiknjonjosasaststro ro (20(200202), ), MaManajnajememen en laklaktatasi si adadalaalah h susuatu atu tattata a lalaksksanaana meyeluruh yang menyangkut laktasi dan pengunaan asi, yang menuju suatu keberhasilan menyusui meyeluruh yang menyangkut laktasi dan pengunaan asi, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemiliharaan kesehatan ibu dan bayinya. Manajemen laktasi ini harus dipahami oleh tenaga untuk pemiliharaan kesehatan ibu dan bayinya. Manajemen laktasi ini harus dipahami oleh tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan tugas sebagai promoter pengunaan asi. Manajemen ini meliputi kesehatan agar dapat melaksanakan tugas sebagai promoter pengunaan asi. Manajemen ini meliputi suatu persiapan dan pendidikan penyuluhan ibu, pelaksanaan menyusui dan rawat gabung dan usaha suatu persiapan dan pendidikan penyuluhan ibu, pelaksanaan menyusui dan rawat gabung dan usaha lanjutan perlindungan ibu yang menyusui.

lanjutan perlindungan ibu yang menyusui.

Menurut Harini Susiana, Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan Menurut Harini Susiana, Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai ibu dalam 3 tahap,yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal).

(postnatal).

Jad

Jadi i menmenuruurut t keskesimpuimpulan lan kelkelompompok, ok, manmanajemajemen en laktlaktasi asi adaladalah ah pelapelakaskasanaaanaan n untuntuk uk  mengatur dan membantu ibu dalam menyusui bayinya, sehingga bayi mempunyai asupan ASI yang mengatur dan membantu ibu dalam menyusui bayinya, sehingga bayi mempunyai asupan ASI yang cukup dari ibu dan ibu merasakan kepuasan dalam proses menyusui bayinya.

(5)

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2.1.2.1 Anatomi

1. Areola

Areola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat kelenjar – kelenjar  kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk  menjaga kesehatan kulit disekitar areola.

2. Alveoli

Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.

a. Duktus Laktiferus

Duktus Laktiferus merupakan saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI)

 b. Sinus Laktiferus/ampula

Sinus laktiferus merupakan salura ASI yang melebar dan membentuk kantung disekitar  areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.

(6)

c. Jaringan lemak dan Penyangga

Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghaslkan ASI yang sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot  polos, yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin

menyebabkan otot tersebut berkontraksi.

2.1.2.2 Fisiologi

Kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari sistem reproduksi, maka  perubahan fisiologis kelenjar tersebut erat berhubungan dengan reproduksi secara keseluruhan.

Beberapa minggu sesudah terjadi konsepsi timbul perubahan pada kelenjar payudara  payudara penuh, tegang, aerola lebih banyak mengandung fragmen, dan puting sedikit membesar. Pada awal transmiter kedua timbul sistem alveolar, baik duktus maupun asinus menjadi hipertrofi dibawah pengaruh esterogen dan progesteron yang kadarnya meningkat alveolus – alveolus mulai dari terisi cairan, yaitu kolostrum tidak dikeluarkan, hanya pada bulan – bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesufah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang lebih besar, dan lambat laun diganti dengan air susu. Jika bayi disusui dengan teratur, biasanya sesudah 24  jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya menjadi teratur.

2.1.3 Periode – Periode

Berikut beberapa tahap perkembangannya payudara pada remaja putri:

1. Tahap pertama: anak 

Anak perempuan dianggap sebagai tahap pertama perkembangan payudara dari lahir sampai pubertas. Payudara pada anak-anak benar-benar datar. Puting susu adalah satu-satunya bagian yang menonjol keluar dari dada.

(7)

Kuncup tumbuh di bawah puting payudara dan kadang-kadang bisa terasa seperti  benjolan. Kuncup ini membuat puting lebih menonjol dan membuat dada lebih  berbentuk.

Puting susu juga bisa menjadi sedikit sakit. Penonjolan payudara adalah tanda  pertama pubertas untuk anak perempuan.

Tahap ini dapat dimulai sejak usia 7 hingga akhir usia 14 tahun, tapi ada pula remaja memulai tahap perkembangan payudara saat berusia antara 8,5 hingga 11 tahun. Fase ini biasanya berlangsung 2-18 bulan.

3. Tahap ketiga: pertumbuhan payudara

Payudara sendiri mulai membengkak dan tumbuh selama tahap Tiga. Lingkaran yang lebih gelap dari kulit sekitar puting yang disebut disebut areola, semakin besar dan  puting mungkin akan lebih besar juga. Fase ini biasanya membutuhkan waktu 2 sampai

24 bulan.

4. Tahap keempat: puting mulai 'membukit'

Puting dan areola menjadi lebih besar pada tahap empat. Kathy McCoy, Ph.D. dan Charles Wibbelsman, MD menjelaskan bahwa selama tahap ini, puting dan areola dapat terlihat seperti massa yang berbeda atau gundukan di atas payudara. Panjang tahap keempat berkisar dari sekitar 8 sampai 24 bulan.

5. Tahap kelima: dewasa

Dewasa adalah fase terakhir untuk perkembangan payudara. Puting dan areola menjadi reintegrasi menjadi bentuk dasar payudara dan payudara tumbuh ke ukuran dewasa, yang bervariasi antara wanita.

(8)

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,  payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar –kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. segera setelah terjadi kehamilan maka korpus luteum berkembang terus dan megeluarkan estrogen dan progesterone, untuk mempersiapkan payudara, agar pada waktunya dapat memberikan ASI. Estrogen akan mepersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam  bentuk profilerasi , deposit lemak, air dan elektrolit , jaringan ikat makin banyak dan mioepitel disekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan progesteron meningkatkan kematangan kelenjar mamae bersama dengan hormone lainnya.

Hormon prolaktin yang sangat penting dalam pembentukan dan pengeluaran ASI makin  bertambah. Tetapi fungsinya belum mampu mengeluarkan ASI karena dihalangi hormone estrogen ,  progesteron, dan human placental lactogen hormon. Oksitosin meningkat dari hipofisis posterior 

tetapi juga belum berfungsi mengeluarkan ASI karena dihalangi hormone estrogen dan progesteron. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak, payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin meghitam.

Pesiapan mempelancar ASI dilaksananakan dengan Jalan :

1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak  menumpuk 

2. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memduhkan isapan bayi

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi

Segera setelah perslainan hormone-hormon yang dikeluarkan plasenta (estrogen,  progesterone, dan human plasental lactogen hormone) yang berfungsi menghalangi peranan  prolaktin dan oksitosin menurun. Untuk mempercepat pengeluaran ASI, segera setelah persalinan- bahkan semasih tali pusat belum dipotong –bayi langsung diisapkan pada putting susu ibunya sehingga terjadi refleks pengeluaran prolaktin dan oksitosin. Isapan bayi sangat menguntungkan karena dapat mempercepat pelepasan plasenta, serta perdarahan postpartum dapat dihindari. Setelah  plasenta Lahir dengan menurunya hormone estrogen, progesteron, dan human placenta lactogen hormone, maka prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan mengeluarkannya kedalam alveoli  bahkan smapai duktus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI kedalam sinus

(9)

Keberedaan putting susu dalam mulut bayi mempunyai keuntungan terrsendiri :

1. Rangsangan putting susu lebih mantap sehingga refleks pengeluaran ASI lebih sempurna

2. Menghindari kemungkinan lecet pada putting susu

3. Kepuasan bayi saat menghisap ASI lebih besar 

4. Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu banyak udara yang masuk ke dalam lambung bayi

Untuk menyempurnakan pembetukan ASI maka kedua payudara harus diperlakukan sama untuk menghindari terjadinya stagnasi dan buntu nya pembuluh kelenjar ASI serta selanjutnya meghindari kemungkinan infeksi payudara

2.1.5 Reflek – Reflek Terkait Proses Laktasi

Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu dan bayi yang penting  pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Reflex yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang

terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:

1. Reflek Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin )

Hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makin banyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar   payudara sehingga meragsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin.

Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI

Prolaktin akan berada diperedaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga  prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk 

(10)

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak   produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi.

Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi  berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi kandung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamuilan

2. Reflek Oksitosin (Let Down, Love Reflex)

Hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai  bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari  putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik  ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.

Oksitosin di bentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di  payudara aka mengalir untuk menghisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah – olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri.

Oksitosin merangsang rahim kontraksi :

a. Bayi menyusui

(11)

c. Kelenjar hipofise bagian belakang mengeluarkan hormon oksitosin

d. Oksitosin merangsang sel – sel otot mengkerut memerah ASI keluar 

Pengaliran ASI-hormon oksitosin. Oksitosin bekerjanya sebelum dan selama proses menyusui agar ASI mengalir dari pabrik ke gudang.

Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya.  perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada  jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan

menghentikan perdarahan persalinan.

Beberapa keadaan dibawah ini dianggap dapat meningkatnya produks hormon oksitosin :

a. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya

 b. Celoteh atau tangisan bayi

c. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, bermain,

mendendangkan bayi dan membantu pekerjaan rumah tagga

d. Pijat bayi

Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi produksi hormon oksitosn

a. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung

 b. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuhnya, meninggalkan bayi karena harus bekerja, dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi

c. Rasa sakit terutama saat menyusui.

2.1.6 Komposisi ASI

ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu dan mempunyai substansia yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu

(12)

Formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian  pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan

Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas :

1. Kolostrum

a. Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi

 b. Mengandung : Imunoglobin, Laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A,E,K, dan D), lemak dan rendah Laktosa

c. Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI yang mulai  berwarna putih

2. ASI transisi (antara)

ASI antara, mulai berwarana putih bening dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan  bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi

3. ASI sempurna

Pengeluran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna

Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor, buruk sehingga tidak patut diberikan pada bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum  banyak mengandung antibody dan anti infeksi serta dapat menumbuhkembangkan flora dalam usu  bayi, untuk siap menerima ASI. Memperhatikan perkembangan dan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI sampai umur 4 bulan

Produksi ASI selama 2 Tahun :

Umur Bayi Produksi ASI Sama Dengan Susu Bubuk  

ml/ hari Kalori/hari Susu sapi Susu gula gram

(13)

7-12 Bulan 500 385 91,5 105 14.000 13-18 Bulan 500 385 91,5 105 14.000 19-24 Bulan 200 154 36,5 42 5.700 0-24 512,5 381 375 437 58.300 Catatan :

1. Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja

2. Setelah berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa bubur susu atau nasi tim, buah dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu tahun sudah siap mendapatkan makanan seperti orang dewasa

3. 850 ml/hari, selama enam bukan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori. Sedangkan susu sapi diperlukan 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk sebanyak  24.600 gram.

Kenyataan, pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu botol tidak dapat dihindari, karena ibu-ibu bekerja di Luar rumah sedangkan di tempat kerja tidak terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.

Untuk ibu pekerja dapat dipecahkan dangan jalan :

1. Dapat memberikan susu formula, tetapi sebaiknya dengan sendok, sehingga bayi tidak  merasakan enaknya menghisap dot, yang pengeluaran susu nya sangat mudah dan cepat menyebabkan kenyang

2. ASI dapat diperas dan segera dibawa pulang untuk diberikan bayi dengan memakai sendok 

Selanjutnya setelah pulang dapat memberikan ASI sehingga bayi dengan dapat menetek  dengan puas. Sekali lagi diingatkan janganlah memberikan susu tambahan atau ASI yang telah diperas dengan dot. Karena keenakan memakai dot akan menyulitkan bayi menetek secara langsung.

2.1.7 Keuntungan dan Kerugian Pemberian ASI

Keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berkut :

1. Memberiksan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu. Sehingga dapat meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia

(14)

2. ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi

3. ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansi spesifik untuk bayi

4. ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin

5. ASI dapat disimpan selama 8 Jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 Jam

6. Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa penyakit tertentu

7. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan :

a. Terjadi Laktasi amenorea, dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relative 3 sampai 4 bulan

 b. Mempercepat terjadinya involusi uterus

c. Melalui pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae

d. Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna

8. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian ASI dengan jalan call feeding

Sedangkan Kerugian pemberian ASI adalah :

1. Waktu pemberian ASI tidak terjadwal, tergantung dari bayinya

2. Kesiapan ibu untuk memberikan ASI setiap saat

3. Terdapat kesulitan bagi ibu yang bekerja di luar rumah

2.1.8 Reflek saat Bayi menyusui

(15)

1. Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah

sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

2. Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang

merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit  belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI  pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.

3. Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian menurut NIC dan NOC :

 No

Data subjektif dan Data

objektif 

Problem Etiologi

1 Ds :

• Kepuasan bayi setelah

menyusui

• Ungkapan ibu tentang

 proses menyusui

Do :

• pola komunikasi ibu dan

 bayi yang efektif 

• menghisap teratur dan

terus menerus / menelan  pada payudara.

Keefektifan pemberian ASI • Pengetahuan dasar 

tentang menyusui

• Usia gestasi lebih dari 34

minggu

• Kepercayaan diri ibu

• Struktur payudara yang

normal

• Struktur payudara yang

normal

• Sumber pendukung

2 Ds : Ketidakefektifan pemberian

ASI

(16)

• Suplai susu yang tidak 

adekuat

• Ketidak puasan proses

menyusui

Do :

• Rewel dan menangis

setelah 1 jam proses menyusui

• Tidak ada pengeluaran

oksitosin yang dapat diamati

• Kemerahan yang terus

menerus dalam minggu  pertama menyusui.

yang kurang adekuat

• Anomali pada bayi

• Bayi menerima tambahan

makanan dari payudara  buatan

• Penghentian proses

menyusui

• Kurang pengetahuan

• Kecemasan atau ambiven

ibu

3 Ds :

• keinginan ibu untuk 

mempertahankan laktasi dan memberikan asi untuk kebutuhan nutrisi  bayi

Do :

• Bayi tidak menerima diet

 pada payudara

• Kurang pengetahuan

menyangkut pengeluaran dan penyimpanan ASI

• Pemisahan ibu dan anak 

Diskontinuitas pemberian ASI

• Penyapihan bayi yang

tiba – tiba

• Kontra indikasi untuk 

menyusui

(17)

2.2.2 Dianosa

Diagnosa keperawatan pada ibu menyusui menurut nic dan noc adalah

• Keefektifan pemberian ASI yang berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang menyusui,

usia gestasi lebih dari 34 minggu, kepercayaan diri ibu, struktur payudara yang normal, struktur payudara yang normal, sumber pendukung yang ditandai dengan kepuasan bayi setelah menyusui, ungkapan ibu tentang kepuasan dalam proses menyusui, pola komunikasi ibu dan bayi yang efektif, menghisap teratur dan terus menerus / menelan pada payudara.

• Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks menghisap bayi yang kurang

adekuat, aomali pada bayi, bayi menerima tambahan makanan dari payudara buatan,  penghentian proses menyusui, kurang pengetahuan, kecemasan atau ambiven ibu yang ditandai dengan suplai susu yang tidak adekuat, ketidak puasan proses menyusui, rewel dan menangis setelah 1 jam proses menyusui, tidak ada pengeluaran oksitosin yang dapat diamati, kemerahan yang terus menerus dalam minggu pertama menyusui .

• Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyapihan bayi yang tiba – tiba, kontra

indikasi untuk menyusui, pekerjaan ibu ditandai dengan keinginan ibu untuk  mempertahankan laktasi dan memberikan asi untuk kebutuhan nutrisi bayi, bayi tidak  menerima diet pada payudara, kurang pengetahuan menyangkut pengeluaran dan  penyimpanan ASI, pemisahan ibu dan anak 

2.2.3 Intervensi

Intervensi pada ibu menyusui menurut nic dan noc :

Dx 1 :  Keefektifan pemberian ASI yang berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang  menyusui, usia gestasi lebih dari 34 minggu, kepercayaan diri ibu, struktur payudara yang  normal, struktur payudara yang normal, sumber pendukung yang ditandai dengan kepuasan bayi setelah menyusui, ungkapan ibu tentang kepuasan dalam proses menyusui, pola komunikasi ibu dan bayi yang efektif, menghisap teratur dan terus menerus / menelan pada  payudara.

(18)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan keefektifan  pemberian ASI dipertahankan.

Kriteria hasil :

1. Kemantapan menyusui: bayi : ikatan yang sesuai dari bayi untuk dan menghisap dari  payudara ibu untuk mendapatkan diet selama 2-3 minggu pertama

2. Kemantapan menyusui : ibu : ibu menciptakan ikatan bayi yang sesuai dengan menyusu dari payudara ibu untuk diet selama 2-3 minggu

3. Mempertahankan menyusui : keberlangsungan diet bayi baru lahir melalui menyusui

4. Penyapihan menyusui : proses menuju pengakhiran menyusui

Intervensi :

1. Observasi teknik menyusui dengan benar 

Rasional : mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang menyusui

2. Pantau kemampuan bayi untuk menghisap

Rasional : mengetahui normalnya reflek menghisap pada bayi

3. Pantau kemampuan bayi untuk mencengkram puting dengan benar 

Rasional : mengetahui rangsangan bayi untuk mengeluarkan ASI

4. Pantau integritas kulit puting

Rasional : mencegah resiko kerusakan integritas kulit

5. Pantau refleks letdown

Rasonal : untuk mengetahui berapa banyak ASI yang keluar 

6. Bantu orang tua dalam mengidentifikasi isyarat bayi

Rasional : sebagai kesempatan untuk melatih menyusui

7. Anjurkan ibu untuk tidak membatasi bayi pada waktu menghisap

(19)

8. Informasikan pada ibu tentang pilihan – pilihan pompa yang tersedia jika dibutuhkan untuk mempertahankan laktasi

Rasional : bila ibu yang bekerja dapat menggunakan pompa tersebut

9. Dorong penggunaan bra menyusui yang nyaman, katun, dan menyokong.

Rasional : agar menghindari terhambatnya saluran ASI

Dx 2 : ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks menghisap bayi yang  kurang adekuat, aomali pada bayi, bayi menerima tambahan makanan dari payudara buatan, penghentian proses menyusui, kurang pengetahuan, kecemasan atau ambiven ibu  yang ditandai dengan suplai susu yang tidak adekuat, ketidak puasan proses menyusui,

rewel dan menangis setelah 1 jam proses menyusui, tidak ada pengeluaran oksitosin yang  dapat diamati, kemerahan yang terus menerus dalam minggu pertama menyusui.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ketidakefektifan pemberian ASI teratasi.

Kriteria hasil :

1. Kemantapan menyusui: bayi : ikatan yang sesuai dari bayi untuk dan menghisap dari  payudara ibu untuk mendapatkan diet selama 2-3 minggu pertama

2. Kemantapan menyusui : ibu : ibu menciptakan ikatan bayi yang sesuai dengan menyusu dari payudara ibu untuk diet selama 2-3 minggu

3. Mempertahankan menyusui : keberlangsungan diet bayi baru lahir melalui menyusui

4. Penyapihan menyusui : proses menuju pengakhiran menyusui

5. Pengetahuan : menyusui : tingkat kemantapan yang dapat ditunjukkan tentag laktasi dan makanan bayi melalui menyusui.

Intervensi :

(20)

Rasional : mengetahui ketidak mampuan bayi menghisap atau menelan

2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui

Rasional : mengetahui keinginan ibu untuk menyusui bayinya

3. Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi ( misalnya refleks rooting)

Rasional : mengetahui pengetahuian ibu dalam menyusui

4. Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting

Rasional : mengetahui ketarampilan ibu dalam menyusui

5. Pantau integritas kulit puting

Rasional : mencegah iritasi pada kulit puting

6. Sediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian dari menyusui

Rasional : agar ibu memahami keuntungan dan kerugian bila tidak memberikan ASI

7. Diskusikan metode alternatif menyusui

Rasional : bila ibu bekerja, ibu dapat menggunakan metode alternatif menyusui pada  bayinya

8. Demontrasikan latihan menghisap sesuai dengan kebutuhan

Rasonal : melatih keterampilan ibu dalam menyusui

9. Diskusikan tanda – tanda kesiapan penyapihan

Rasional : agar ibu memiliki pengetahuan yang cukup

Dx 3 : diskontinuitas pemberian asi berhubungan dengan penyapihan bayi yang tiba – tiba, kontra indikasi untuk menyusui, pekerjaan ibu ditandai dengan keinginan ibu untuk 

(21)

mempertahankan laktasi dan memberikan asi untuk kebutuhan nutrisi bayi, bayi tidak  menerima diet pada payudara, kurang pengetahuan menyangkut pengeluaran dan  penyimpanan ASI, pemisahan ibu dan anak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan diskontinuitas teratasi

Kritaria Hasil :

1. Kemantapan menyusui: bayi : ikatan yang sesuai dari bayi untuk dan menghisap dari  payudara ibu untuk mendapatkan diet selama 2-3 minggu pertama

2. Kemantapan menyusui : ibu : ibu menciptakan ikatan bayi yang sesuai dengan menyusu dari payudara ibu untuk diet selama 2-3 minggu

3. Mempertahankan menyusui : keberlangsungan diet bayi baru lahir melalui menyusui

4. Pengetahuan : menyusui : tingkat pemahaman yang dapat ditunjukan tentang laktasi dan diet dari bayi melalui menyusui

5. Ikatan orangtua dan bayi : perilaku yang menunjukan ketahanan ikatan afeksi antara ibu dan bayi

Intervensi :

1. Siapkan dan berikan cairan untuk bayi melalui botol

Rasional : agar bayi tidak kekurangan cairan.

2. Tentukan suber air yang digunakan untuk mengencerkan formula yang terkonsentrasi atau dalam bentuk bubuk 

Rasional : mencegahnya sumber mata air yang tercemar 

3. Berikan keyakinan, penerimanaan dan dorongan selama waktu stress

Rasional : agar ibu merasa lebih tenang untuk tidak memberikan ASI

4. Gunakan proses bantuan interaktif 

(22)

5. Pantau berat badan bayi

Rasional : mencegah terjadinya bayi kurang gizi

2.2.4 Implementasi

Dx 1 implementasi :

1. Mengobservasi teknik menyusui dengan benar 

2. Memantau kemampuan bayi untuk menghisap

3. Memantau kemampuan bayi untuk mencengkram puting dengan benar 

4. Memantau integritas kulit puting

5. Memantau refleks letdown

6. Membantu orang tua dalam mengidentifikasi isyarat bayi

7. Menganjurkan ibu untuk tidak membatasi bayi pada waktu menghisap

8. Menginformasikan pada ibu tentang pilihan – pilihan pompa yang tersedia jika dibutuhkan untuk mempertahankan laktasi

9. Mendorong penggunaan bra menyusui yang nyaman, katun, dan menyokong.

Dx 2 implementasi :

1. Mengevaluasi pola menghisap atau menelan

2. Menentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui

3. Mengevaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi ( misalnya refleks rooting)

4. Manantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting

5. Memantau integritas kulit puting

6. Menyediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian dari menyusui

(23)

8. Mendemontrasikan latihan menghisap sesuai dengan kebutuhan

9. Mendiskusikan tanda – tanda kesiapan penyapihan

Dx 3 Implementasi :

1. Menyiapkan dan berikan cairan untuk bayi melalui botol

2. Menentukan suber air yang digunakan untuk mengencerkan formula yang terkonsentrasi atau dalam bentuk bubuk 

3. Memberikan keyakinan, penerimanaan dan dorongan selama waktu stress

4. Mengunakan proses bantuan interaktif 

5. Memantau berat badan bayi

2.2.5 Evaluasi

Dx 1 evaluasi :

S :

• Bayi merasa puas setelah menyusui

• Ibu mengungkapkan kepuasan saat menyusui bayi

O :

• Komunikasi ibu dan bayi efektif 

• Bayi menghisap teratur dan terus menerus / menelan pada payudara.

A : Masalah teratasi

(24)

Dx 2 evaluasi :

S :

• Suplai susu adekuat

• Kepuasan proses menyusui

O :

• Bayi tenang saat menyusui

• adanya pengeluaran oksitosin yang dapat diamati

• tidak terjadi kemerahan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan

Dx 3 evaluasi :

S : keinginan ibu untuk mempertahankan laktasi dan memberikan asi untuk kebutuhan nutrisi  bayi

O :

• Bayi menerima diet pada payudara

• Ibu memiliki pengetahuan menyangkut pengeluaran dan penyimpanan ASI

A : Masalah teratasi

(25)

2.3 Hal – Hal Yang Terkait Manajemen Laktasi

2.3.1 Bayi menghisap Pada Payudara

Agar bayi menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk “puting buatan / DOT” yang betuknya lebih  panjang dari puting susu. Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari “puting buatan/ DOT”. Hal ini dapat kita lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi menghisap dengan hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya da kita dapat mendengar suara ASI yang dtelan.

2.3.2 Keterampilan Menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorag ibu harus memiliki keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu. Posisi  badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya  pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka

lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dn bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat dibawah bibir atas bayi.

(26)

1. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

2. Perut / dada bayi menempel pada perut / dada

ibu (chest to chest)

3. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

4. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik 

5. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

6. Pegang bahu jangan kepala bayi

7. Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :

1. Leher bayi terputar dan cenderung ke depan

2. Badan bayi menjauh bandan ibu

3. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu

4. Hanya leher dan kepala tersanggah

5. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi

2.3.3 Tanda Perlekatan Bayi dan Ibu yang Baik 

1. Dagu menyentuh payudara

2. Mulut terbuka lebar 

3. Bibir bawah terputar keluar 

4. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah

(27)

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak kerena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan  berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering.

2.3.4 Keberhasilan Menyusui

Untuk memaksimalkan mafaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan  pertama, antara lain :

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam  pertama (inisiasi menyusui dini)

Karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai reflek menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit – kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan  batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu – satunya bagi bayi anda.

Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhaslan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan “bingung puting”, serta meningkatkan resiko infeksi.

3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas.

(28)

2.3.5 Rawat Gabung

Dalam upaya untuk menggalakan kembali pemberian ASI, Rawat gabung merupakan langkah awal yang sangat penting. Pada saat propaganda susu formula, bayi yang baru lahir  dipisahkan dan disiapkan untuk diberikan susu formula. Berdasarkan evaluasi beberapa tahun terakhir ternyata bahwa sikap demikian merugikan bayi dan ibunya dengan terjadi kesakitan sampai kematian bayi yang tinggi. Kesadaran untuk kembali pada sistem lama mendapat inspirasi dari orang-orang “hippies” yang selalu memberikan ASI dan terbukti bayinya sehat dan tumbuh kembang dengan baik.

Kini rawat gabung disebarluaskan dengan gigih untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak awal kehidupan bayi di luar rahim dengan jalan memberikan ASI dan dirawat langsung oleh ibunya dalam satu ruangan. Dengan berpedoman demikian maka rawat gabung yang direncanakan maka rawat gabung yang direncanakan sebaiknya memenuhi beberapa syarat

1. Ruangan dengan ibu dan bayi normal dalam jumlah yang terbatas

2. Terdapat kelengkapan :

a. Tempat merawat bayi sehat

 b. Tempat tidur ibu dan bayinya

c. Toilet lengkap

3. Seorang petugas yang mempunyai kemampuan

a. Memberikan petunjuk untuk :

1) Merawat payudara

2) Memberikan ASI yang benar 

3) Mengetahui bahwa bayinya telah kenyang

4) Petunjuk bagaiman tidur bersama bayi

 b. Memberikan petunjuk tentang ;

1) Merawat bayi dengan benar 

(29)

3) Memandikan bayi

c. Memberikan petunjuk tentang :

1) Keadaan patologis pada payudara

2) Merawat payudara yang lecet

3) Merawat payudara yang infeksi ringan

4) Tanda-tanda abses payudara

5) Menentukan bahwa seorang ibu tidak diperkenankan memberikan ASI

4. Bayi dengan tindakan operasi

1) Bayi dengan seksio sesarea bukan merupakan halangan untuk rawat gabung

2) Bayi dengan tindakan operasi persalinan pervaginam memerlukan observasi

sementara sampai keadaan dapat dianggap normal untuk mendapatkan rawat gabung dan langsung menerima ASI

Dengan melakukan rawat gabung secara langsung ibu-ibu muda akan mendapatkan  pendidikan tentang berbagai cara merawat bayi dan memberikan ASI yang benar.

2.3.6 Larangan Pemberian ASI

Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan

1. Faktor dari ibu

a. Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu

 b. Ibu dengan preeclampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat –obatan yang telah diberkan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya

(30)

c. Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya

d. Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasis

e. Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi

f. Ibu dengan infeksi virus

g. Ibu dengan TBC atau Lepra

2. Faktor dari Bayi

a. Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI

 b. Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI

c. Bayi dengan BBLR, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam

d. Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan

e. Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI

3. Keadaan patologis pada payudara

Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemunkinan stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian ada keadaan patologis  payudara yang memerlukan konsultasu dokter sehingga tidak merugikan ibu

dan bayinya.

Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah :

a. Infeksi payudara

 b. Terdapat abses yang memerlukan insisi

(31)

d. ASI yang bercampur dengan darah

Memperhatikan hal-hal yang disebutkan diatas sudah wajarlah bila payudara yang sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama wanita adalah memberikan ASI yang merupakan tugas alami yang hakiki.

BAB III

PENUTUP

(32)

Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen  praktek menyusui yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui

sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan.

B. Saran

Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan. Petugas kesehatan harus mampu memotivasi, memberikan bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu.Dukungan tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan keluarga dan lingkungan.

Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi diharapkans etiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal sehingga  bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya manusia yang berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

• Wiknjosastro,hanifa.2002.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP-FKUI

Referensi

Dokumen terkait

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Jenis panci aluminium yang mempunyai kualitas yang baik adalah panci jenis Eagle karena mempunyai laju korosi yang paling lambat dibandingkan dengan Djawa dan Orchid..

Berdasarkan syarat ini, barang yang tidak ada ketika akad tidak sah dijadikan objek akad seperti jual beli yang sesuatu yang masih di dalam tanah atau menjual anak

Aliran uap reheat yang terjadi adalah sebagai berikut: Uap superheat yang berasal dari turbin tekanan tinggi, kembali ke steam generator(boiler), untuk mendapatkan panas

Pada Modul 1 Kimia dalam Kehidupan, memberikan kesempatan kepada Anda untuk ber- ke nalan dengan kimia, bahwa banyak sekali bahan kimia dan reaksi kimia terjadi di sekitar kita

 Bermain peran berimajinasi dan memprediksi peristiwa yang mungkin terjadi jika salah satu populasi pada rantai makanan jumlahnya berkurang  Membuat peta konsep hewan

Kegiatan pengembangan pemberian kompensasi pada umumnya bertujuan, selain untuk kepentingan Organisasi juga untuk Pegawai itu sendiri, hal ini dimaksudkan agar supaya tujuan

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai tahanan pentanahan rumah tinggal yang terdapat di kecamatan Gabek kota Pangkalpinang dengan kondisi jenis