• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DI DUSUN TAENO, DESA RUMAHTIGA, KECAMATAN TELUK AMBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DI DUSUN TAENO, DESA RUMAHTIGA, KECAMATAN TELUK AMBON"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN

DI DUSUN TAENO, DESA RUMAHTIGA,

KECAMATAN TELUK AMBON

INCOME ANALYSIS OF LEAF VEGETABLES FARMING IN TAENO SUB-VILLAGE, RUMAHTIGA VILLAGE,

TELUK AMBON SUB-DISTRICT

Isna V. Karepesina, Stephen F. W. Thenu, Johanna M. Luhukay

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233

E-mail : vanikarepesina@gmail.com stevethenu@gmail.com

johanna_m19@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani sayuran daun, dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga jenis sayuran daun yaitu kangkung, sawi, dan bayam. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan analisis B / C ratio (rasio keuntungan dan biaya). Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga sebesar Rp 270.164.717,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 7.301.749,- selama satu tahun produksi. Analisis B / C ratio mengindikasikan nilai rasio sebesar 1,6, yang artinya pendapatan yang dihasilkan oleh para petani 1,6 kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran daun di Dusun Taeno “layak untuk diusahakan” karena pendapatan lebih besar daripada biaya.

Kata kunci: Kelayakan usahatani; pendapatan; produksi

Abstract

This study aims to analyze the income of leaf vegetable farming and the feasibility of leaf vegetable farming in Taeno Sub-village, Rumahtiga Village. The types of vegetables which are the focus are kale, mustard greens, and spinach. The analysis applied in this study is the analysis of income and analysis of B / C ratio (Benefit and Cost ratio). The results displays that the income of leaf vegetable farming in Taeno Hamlet, Rumahtiga Village was IDR 270,164,717, - with an average income of IDR 7,301,749 per one year of production. The B / C ratio analysis indicates a ratio value of 1.6, which means that the income generated by farmers is 1.6 times greater than the costs incurred. Based on the analysis, it can be concluded that the leaf vegetable farming in Taeno Sub-village is “worth the effort” because the income is greater than the cost.

(2)

Pendahuluan

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis di era globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi besar terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55 persen penduduk Indonesia bekerja dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan (Krisnandhi dalam Siddik dkk, 2017).

Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun pertanian menuju pertanian yang tangguh, hal ini dikarenakan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting sebagai sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Sistem pertanian yang tangguh dalam pembangunan sub sektor tanaman hortikultura, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sayur yang didukung oleh kemampuan memproduksinya.

Pemerintah, khususnya Departemen Pertanian telah memberikan perhatian besar dalam pengembangan komoditas holtikultura. Hal ini dilandasi oleh prospek permintaannya yang terus meningkat dan potensi produksi yang masih bisa ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk holtikultura perlu disikapi dengan pengembangan holtikultura secara terpadu dan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Ridwan dkk, 2014).

Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku dan merupakan salah satu daerah terbesar penghasil sayuran daun seperti kangkung, sawi dan bayam di Maluku. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2017) Kota Ambon menempati urutan pertama produksi sayur kangkung dan sawi terbesar di Maluku dengan jumlah produksi masing-masing sayur yaitu 13.190 kuintal dan 7.469 kuintal. Sedangkan

(3)

untuk bayam, Kota Ambon menempati urutan ketiga di Maluku dengan jumlah produksi sebesar 2.470 kuintal.

Dusun Taeno merupakan salah satu dusun di Desa Rumahtiga Kecamatan Teluk Ambon dimana sub sektor hortikultura yaitu sayuran daun kangkung, sawi dan bayam merupakan komoditi utama yang diusahakan pada musim penghujan. Selama musim penghujan petani secara intensif memproduksi sayuran daun kangkung, sawi dan bayam sehingga walaupun hasil produksi tersebut bukan merupakan sumber pendapatan utama tetapi telah menunjang pendapatan rumah tangga petani selama musim penghujan.

Penelitian dari Palaudi dkk (2015) menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari usahatani sayuran kangkung, sawi, bayam, tomat dan terong sebesar Rp 19.800.000,- dan hasil analisis BCR sebesar 1,49 artinya usahatani sayuran layak untuk diusahakan karena BCR>1, Pattiasina dan Mussa (2012) menyatakan bahwa pendapatan petani kakao sebesar Rp 6.210.310,- dan hasil BCR sebesar 3,89 artinya usahatani layak untuk diusahakan karena BCR>1, Wairatta dkk (2017) menyatakan bahwa pendapatan petani komoditi durian sebesar Rp 6.577.314/tahun. Sulistyanto dkk (2013) menyatakan bahwa nilai R/C ratio sebesar 1,82 dan nilai B/C ratio sebesar 1,58. Sesuai dengan kriteria kelayakan yang diperoleh yaitu R/C ratio dan B/C ratio > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan atau menguntungkan dari aspek finansial. Saputra (2015), menyatakan bahwa perbandingan pendapatan pada usahatani sawah apung dan sawah konvensional di Desa Ciganjeng didapatkan hasil nilai R/C ratio pada usahatani sawah apung atas biaya total bernilai 1,05. Sedangkan pada sawah konvensional nilai R/C ratio atas biaya total bernilai 1,69. Usahatani sawah apung menguntungkan dan dapat menjadi alternatif pemanfaatan lahan persawahan yang terendam banjir sedangkan sawah konvensional menguntungkan untuk dijalankan karena biaya total lebih kecil dari penerimaan total dan nilai R/C ratio yang lebih dari satu.

Walaupun demikian, penelitian tentang besarnya pendapatan petani dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga masih belum

(4)

banyak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani sayuran daun, dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Taeno, Desa Rumahtiga. Penentuan lokasi ini dipilih secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bawa Dusun Taeno merupakan salah satu dusun potensial sayur khususnya kangkung, sawi, dan bayam.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani sayuran daun yang ada di Dusun Taeno yaitu sebanyak 37 orang. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan metode teknik sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel yang menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2014), Penulis memilih sampel menggunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 37 orang petani sayuran daun di Dusun Taeno Negeri Rumahtiga.

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan dua alat analisis yaitu analisis pendapatan dan analisis kelayakan usahatani. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Analisis Kelayakan usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun taeno Desa Rumahtiga dengan menghitung ratio antara pendapatan dan biaya (B/C).

Analisis Pendapatan

Soekartawi (2002), keuntungan merupakan total penerimaan dikurangi dengan total biaya. Secara matematik ditulis sebagai berikut :

(5)

π = TR - TC

Dimana, TR = Py. Y dan TC = FC + VC Sehingga, π = (Py.Y) – (FC + VC) Keterangan :

π =Pendapatan atau Keuntungan, dinyatakan dalam satuan (Rp) Py = Harga Produksi, dinyatakan dalam satuan (Rp)

Y = Produksi, dinyatakan dalam satuan (kg)

TFC = Total Biaya Tetap (TotalFixed Cost), dinyatakan dalam satuan (Rp)

TVC =Total Biaya Tidak Tetap (Total Variabel Cost), dinyatakan dalam satuan(Rp) TR = Total Penerimaan (Total Revenue), dinyatakan dalam satuan (Rp)

TC = Total Biaya (Total Cost), dinyatakan dalam satuan (Rp)

Analisis Kelayakan Usahatani

Ratio Antara Pendapatan dan Biaya (B/C Ratio)

Rumus matematis untuk mencari B/C ratio yaitu: B/C Ratio = 𝐹𝐼

𝑇𝐶

Keterangan : B/C = Benefit/Cost Ratio FI = Total Pendapatan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

Kriteria : B/C > 1, usahatani layak diusahakan B/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan B/C = 1, usahatani dikatakan impas

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden Umur

Depkes RI (2009) mengkategorikan umur menjadi masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, dan masa lansia awal 46-55 tahun.Umur muda

(6)

memungkinkan seseorang lebih dinamis dalam mengelola usahataninya. Selain itu kemampuan bekerjanya lebih besar walaupun belum banyak memiliki pengalaman (Kartasapoetra, 1988). Selain itu umur muda lebih cepat menerima hal-hal baru (inovasi), dan mudah membaca peluang usaha untuk menjaga kebutuhan keluarga.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur di Dusun Taeno Tahun 2019

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan rata-rata responden termasuk dalam umur produktif dengan responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 46-55 tahun yaitu sebanyak 19 orang (51,4%). Hal menunjukkan bahwa rata-rata responden termasuk dalam kategori masa lansia awal. Meskipun banyak petani yang tidak dikategorikan memiliki umur yang muda akan tetapi petani masih produktif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang berada pada masa lansia awal, masa lansia akhir dan masa manula lebih banyak dibandikan dengan petani yang berada pada masa dewasa awal dan masa dewasa akhir. Faktor pengalaman dan adanya kolaborasi dari anggota keluargalah yang menjadikan petani tetap produktif walaupun sudah memasuki masa lansia.

Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan indikator yang berperan dalam menentukan status sosial individu masyarakat. Pendidikan erat hubungannya dengan keterampilan, kemampuan dan tingkat penghasilan yang diperoleh seseorang. Dengan demikian semakin tinggi pendidikan maka seseorang diharapkan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Pendidikan

Kategori Umur (tahun) Petani Persentase

Masa dewasa awal 26-35 1 2,7

Masa dewasa akhir 36-45 4 10,8

Masa lansia awal 46-55 19 51,4

Masa lansia akhir 56-65 8 21,6

Masa manula >65 5 13,5

(7)

merupakan salah satu aspek yang menentukan pola pikir individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden bervariasi.

Tabel 2. Tingkat pendidikan petani sayuran daun di Dusun Taeno Tahun 2019

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Tidak Bersekolah 10 27

SD 17 46

SMP 9 24

SMA 1 3

Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 2 tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh kategori pendidikan SD yaitu sebanyak 17 responden (40%), tidak tamat sekolah sebanyak 10 responden (27%), sementara responden tingkat pendidikan SMP berjumlah 9 orang (24%), kemudian tingkat pendidikan SMA juga sebanyak 1 responden (3%). Hal ini menunjukkan bahwapendidikan formal petani masih rendah tetapi petani sudah berpengalaman dalam berusahatani, dimana kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendukunguntuk meningkatkan produksi usahataninya.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, seperti ayah, ibu, anak, dan saudara yang tinggal serumah termasuk responden sendiri. Indikator jumlah anggota keluarga menjadi penting untuk diperhitungkan karena berpengaruh terhadap pola produksi dan jumlah konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan. Jumlah anggota dalam keluarga juga dapat mempengaruhi semangat anggota dalam melaksanakan pekerjaannya dan dapat menghasilkan ketersediaan tenaga kerja yang dapatas diberdayakan.

Tabel 3.Jumlah anggota keluarga petani sayuran daun di Dusun Taeno Tahun 2019

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Keluarga Petani Persentase

2-5 25 68

6-9 12 32

(8)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian responden memiliki jumlah anggota keluarga berkisar 2-5 sebanyak 25 responden (68%). Sedangkan responden dengan jumlah anggota keluarga berkisar 6-9 orang sebanyak 12 responden (32%). Jumlah anggota keluarga petani akan mempengaruhi jumlah biaya eksplisit yang ditanggung petani, khususnya yang berkaitan dengan tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga.

Luas Lahan

Sayogyo, (1997) mengelompokkan petani di dalam tiga kategori, yaitu: petani skala kecil dengan luas usaha tani <0,5 hektar, skala menengah dengan luas usahatani 0,5 – 1,0 hektar, dan skala luas dengan luas lahan usaha tani >1,0 hektar.Luas lahan mempengaruhi besar kecilnya produksi hasil usahatani. Semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut jika sarana dan prasarana serta pengelolaanya memadai.

Tabel 4. Luas lahan responden di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018

Luas Lahan (ha) Jumlah Responden Persentase (%)

< 0,5 37 100

0,5 – 1 0 0

> 1 0 0

Jumlah 37 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki luas lahan <0,5 ha, maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki usahatani dalam skala kecil. Rata-rata luas lahan responden yaitu 0,023.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga merupakan petani skala kecil. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan petani digunakan untuk menanam komoditi lain seperti kacang panjang, chili, tomat, terong, dll. Untuk komoditi kangkung, sawi dan bayam petani hanya mengalokasikan sedikit lahannya untuk menanam sayuran daun. Hal ini karena sayuran daun kangkung, sawi dan bayam merupakan komoditi yang diusahakan

(9)

petani saat musim hujan sehingga ketika musim hujan tiba, petani membersihkan sedikit lahannya untuk menanam sayuran daun.

Modal

Menurut Soekartawi dalam Hafid (2009), modal terbagi atas dua yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap meliputi besaran nominal berupa uang (dalam rupiah) yang dipergunakan untuk pembiayaan penyusutan peralatan dan sewa lahan. Modal lancar meliputi besaran nominal berupa uang (dalam rupiah) yang dipergunakan untuk pembelian pupuk, pestisida, benih, plastik mulsa, biaya tenaga kerja, biaya air dan biaya pengepakan.

Tabel 5. Modal tetap dan modal lancar usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Negeri Rumahtiga 2018

Kategori Modal Total Modal (Rp) Rata-rata (Rp)

A. Modal Tetap - Penyusutan 25.074.155 677.680 - Sewa Lahan 19.650.000 893.181 Total 44.724.161 1.208.761 B. Modal Lancar - Pupuk 8.390.160 226.761 - Benih 12.637.500 341.554 - Pestisida 1.026.222 27.736 - Plastik Mulsa 9.820.800 297.600 - Tenaga Kerja 33.767.200 912.627 - Biaya Air 1.300.040 35.136 - Biaya Pengepakan 1.794.792 48.507 - Biaya Transportasi 842.000 22.757 Total 69.578.713 1.880.506 Total A + B 114.302.874 3.089.267

Tabel 5 menunjukkan bahwa modal terbesar yaitu pada modal lancar sebesar Rp 69.578.713,- dengan rata-rata Rp 1.880.506,- selama satu tahun produksi.

(10)

Sedangkan modal tetap lebih kecil dibandingkan dengan modal lancar yaitu sebesar Rp 44.724.161,- dengan rata-rata Rp 1.208.761,- selama satu tahun produksi. Modal lancar lebih besar dari modal tetap karena modal lancar habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek dengan kata lain modal lancar ini adalah modal yang dapat diuangkan dalam jangka pendek atau selalu diuangkan setiap produksi. Sedangkan modal tetap modal yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani sayuran daun adalah tenaga kerja manusia yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang bersumber dari dalam keluarga dan luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk usahatani sayuran daun ini meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Pemanfaatan tenaga kerja yang bersumber dari dalam keluarga umumnya tidak diupah, tapi diberikan makanan berupa sarapan pagi dan camilan untuk sore hari berupa roti dan segelas teh. Untuk tenaga kerja luar keluarga diupah per hari sesuai dengan durasi atau beratnya pekerjaan yang dilakukan. Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) untuk sayuran daun adalah 123 hari/tahun.

Produksi

Produksi sayuran kangkung, sawi, bayam masing-masing responden sangatlah bervariasi. Hal ini dikarenakan oleh faktor luas lahan yang diusahakan, jenis tanaman yang diusahakan, serangan hama penyakit, serta faktor alam seperti iklim dan musim juga turut mempengaruhi jumlah produksi. Selain itu apabila lahan yang diusahakan semakin luas maka jumlah petakan juga semakin banyak, kemudian jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman sayuran yang merupakan tanaman

(11)

umur pendek yang pada usia 25-40 hari sudah dapat dipanen. Produksi sayuran kangkung, sawi, dan bayam dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel.6. Produksi sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018

Komoditi Total Produksi Produksi/Kg/Tahun Rata-rata

Kangkung 14.487 402

Sawi 15.600 488

Bayam 3.363 146

Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi sayuran daun tertinggi yaitu sayuran sawi dan di ikuti oleh kangkung. Sementara produksi terendah yaitu bayam. Hal ini disebabkan karena sawi dan kangkung merupakan komoditi utama yang diusahakan petani di Dusun taeno desa rumahtiga dan banyak petani yang menggunakan pola tanam secara tumpang sari untuk komoditi kangkung dan bayam. Tetapi ada juga petani yang memetakan tiap tanaman di petakan yang berbeda, selanjutnya untuk panen dilakukan secara bertahap.

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Daun Penerimaan Usahatani

Penerimaan petani sayuran daun beraneka ragam tergantung besar kecilnya hasil produksi sayuran daun saat panen juga ditentukan luasan lahan yang dimiliki petani.

Tabel 7. Total penerimaan usahatani sayuran daun per komoditi di Dusun Taeno Negeri Rumahtiga Tahun 2018

Jenis Komoditi Total Penerimaan (Rp) Rata-rata (Rp)

Kangkung 138.483.000 3.846.750

Sawi 162.420.000 5.075.625

Bayam 54.915.000 2.387.609

Jumlah 355.818.000 9.616.703

Tabel 7 menunjukkan bahwa sawi menjadi komoditi dengan penerimaan tertinggi karena sawi merupakan komoditi utama yang diusahakan petani di dusun

(12)

Taeno desa Rumahtiga dimana permintaan akan sayuran sawi lebih tinggi dibandingkan kangkung dan bayam di pasar. Sawi juga mempunyai harga jual yang tinggi dibandingkan kangkung dan bayam. Kangkung memperoleh penerimaan tertinggi kedua setelah sawi.

Hal ini dikarenakan produksi kangkung hampir sama dengan produksi sawi akan tetapi harga jual kangkung lebih kecil dibandingkan sawi. Bayam merupakan komoditi dengan total penerimaan terendah karena bayam bukanlah komoditi utama yang diusahakan oleh petani di Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Bayam biasanya ditanam secara tumpang sari dengan kangkung. Produksi bayam lebih sedikit dibandingkan dengan sawi dan kangkung sehingga total penerimaanya lebih kecil.

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dalam satu kali proses produksi. Biaya produksi dapat digolongkan atas dasar hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variable (Mubyarto,1989).

Tabel 8. Biaya produksi usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018

Komoditi Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp)

Kangkung 30.437.408 19.293.275

Sawi 30.463.295 21.821.411

Bayam 8.678.011 3.659.470

Total 69.578.713 44.724.161

Berdasarkan Tabel 8 dijelaskan bahwa total biaya variabel sebesar Rp

69.578.713,- biaya tersebut termasuk biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida, plastik mulsa dan tenaga kerja selama satu tahun, dan biaya tetap sebesar Rp 44.724.161,- selama satu tahun produksi.

(13)

Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani responden didapat dari total produksi yang dihitung dalam satu tahun dikalikan dengan harga jual komoditi. Pendapatan usahatani yang dimaksud adalah penerimaan bersih dari hasil usahatani dikurangi dengan biaya selama produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Tabel 9. Pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018

Jenis Komoditi Total Pendapatan (Rp) Rata-rata (Rp)

Kangkung 88.287.314 2.452.425

Sawi 109.614.210 3.425.444

Bayam 42.263.604 1.837.548

Jumlah 240.165.126 6.490.949

Tabel 9 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani terbesar bersumber dari komoditi sawi yaitu sebesar Rp 109.614.210,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.425.444,-. Komoditi kangkung memberikan pendapatan sebesar Rp 88.287.314,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.452.425,-. Pendapatan terkecil yaitu pada komoditi bayam dengan total pendapatan sebesar Rp 42.263.604,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.837.548,- per tahun.

Analisis Kelayakan Usahatani Sayuran Daun

Tujuan analisis kelayakan adalah untuk mengetahui apakah usahatani sayuran daun yang ada di Dusun Taeno Desa Rumahtiga memberikan keuntungan dan layak untuk di usahakan. Kelayakan usahatani dapat di analisis dengan menggunakan analisis benefit cost ratio.

Tabel 10. Pendapatan dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Negeri Rumahtiga Tahun 2018

Jenis Komoditi Pendapatan Biaya Produksi B/C Ratio

Kangkung 88.287.314 50.195.686 1,7

Sawi 109.614.210 52.805.790 2,0

Bayam 42.263.604 12.651.397 3,3

(14)

Hasil penelitian pada tabel 10 diatas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh lebih besar dari rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan. Adapun hasil analisis benefit cost ratio menunjukkan nilai rasio sebesar 1,9 artinya pendapatan yang diperoleh petani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga 1,9 kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis B/C ratio komoditi kangkung 1,7, sawi 2,0, dan bayam 3,3 (>1) maka dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran daun kangkung, sawi, dan bayam di Dusun Taeno layak untuk diusahakan.

Kesimpulan

Pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga sebesar Rp 240.165.126,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 6.490.949,- selama satu tahun produksi. Berdasarkan hasil analisis B/C ratio komoditi kangkung 1,7, sawi 2,0, dan bayam 3,3 (>1) maka dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran daun kangkung, sawi, dan bayam di Dusun Taeno layak untuk diusahakan. .

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Ambon Dalam Angka. Ambon: Badan Pusat Statisktik.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan RI: 2010.

Hafid, M. 2009. “Pengaruh Tenaga Kerja, Modal Dan Luas Lahan Terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Kartasapoetra. 1988. Teknologi Budaya Tanaman Pangan di Daerah Tropis. Jakarta: Bina Aksara.

(15)

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Palaudi, Pattiasina M, dan Tuhumury M. T. F. 2015. “Analisis Pendapatan Petani Sayuran di Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon”. Jurnal Agrilan. Vol 3 (1): 84-96.

Pattiasina-Suripatty, M, dan A Mussa. 2012. “Analisis Pendapatan Usahatani Kakao”.

Jurnal Budidaya Pertanian. Vol 8: 39-45.

Ridwan., Hastuti, D., dan Prabowo, R. 2014. “Analisis Pendapatan Petani Kangkung Darat (Ipomea Repians Poir) Tradisional”. Jurnal Mediagro. Vol 10 (2): 81-89.

Saputra D W. 2015. “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah Apung”. Skripsi. Bogor : Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sayogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Bogor: LPSBIPB.

Siddik, A. J., Soetoro., Pardani, C. 2017. “Analisis Biaya Pendapatan Dan R/C Usahatani Kangkung Darat”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyanto G D, Kusrini N, dan Maswadi. 2013. “Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Padi”. Jurnal. Pontianak. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.

Wairata Y, Thenu S. F. W, Leatemia E. D. 2017. “Analisis Tingkat Pendapatan Komoditi Durian di Negeri Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Jurnal Agrilan. Vol 5 (1). 16-24.

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur di Dusun Taeno Tahun 2019
Tabel 2.  Tingkat pendidikan petani sayuran daun di Dusun Taeno Tahun 2019  Tingkat Pendidikan  Jumlah Responden (orang)  Persentase (%)
Tabel 4. Luas lahan responden di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018  Luas Lahan (ha)  Jumlah Responden  Persentase (%)
Tabel  5.  Modal  tetap  dan  modal  lancar  usahatani  sayuran  daun  di  Dusun  Taeno  Negeri Rumahtiga 2018
+4

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN OPTIMALISASI POLA TANAM KOMODITI SAYURAN DI DESA SUKATANI, KECAMATAN.. PACET, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI

Berdasarkan hasil analisis R/C tersebut, komoditi wortel, bayam hijau, dan selada cos cukup menguntungkan untuk diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas

dalam sektor tanaman pangan adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan hortikultura (sayur-sayuran dan

Adapun rincian biaya rata-rata pada kegiatan usahatani sayuran yang dikeluarkan oleh petani responden lahan luas maupun lahan sempit selama tiga musim tanam terakhir per 1000

Ditlin Hortikultura (2020) menetapkan Desa Pasir Datar Indah Kecamatan Caringin menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Sukabumi sehingga menganalisis

Hasil analisis regresi koefisien harga sayuran buah sebesar 0,361 dan signifikan pada α % yang berarti bahwa apabilaharga sayuran buah mengalami kenaikan sebesar satu

1) Dalam setahun, pendapatan bersih yang diperoleh nelayan rawai di kecamatan Teluk Ambon adalah sebesar Rp.45.556.046. 2) Rata-rata produksi nelayan rawai selama

Dengan demikian, hasil penelitian membuktikan bahwa usahatani sayuran sawi merupakan jenis usahatani yang memiliki kemampuan untuk memberikan pendapatan yang paling