• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Teknis Usaha Sarang Burung Walet

Di Indonesia, cikal bakal perburuan sarang burung walet di habitat aslinya diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an, yakni di gua Karangbolong yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak lama kemudian pencarian sarang burung walet mulai menyebar ke beberapa daerah seperti Gresik dan Tuban (Jawa Timur), Rembang, Tegal, Semarang dan Lasem (Jawa Tengah) dan dipinggiran Pantai Pulau Jawa. Selain di daerah–daerah tersebut, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Riau, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Timur dan Barat juga memiliki kekayaan sarang burung gua yang dihasilkan oleh walet sarang putih (Collocalia fuciphagus) dan walet sarang hitam (Collocalia maximus) ( Alhaddad, 2003 ).

Di Indonesia, walet terdapat hampir diseluruh propinsi, Walau terbangnya tinggi walet tidak menyukai daerah yang tandus dan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut ( Penebar Swadaya, 1995 ).

Walet merupakan sejenis burung pemakan serangga yang membuat sarang dari liurnya, Sudah sejak lama sarang walet dikonsumsi dan menjadi makanan kebanggaan para bangsawan dan raja. Itulah sebabnya sarang ini menjadi makanan mahal. Namun bukan hanya karena mahal sehingga perburuan sarang walet ke gua–gua semakin marak tetapi juga karena sarang ini sangat bermanfaat dan berkhasiat bagi kesehatan manusia ( Yamin dan Paimin, 2002 ).

(2)

80 species burung walet yang sudah ditemukan. Berdasarkan taksonominya (klasifikasi organisme), burung walet digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Animal Fillum : Chordata Subfillum : Vertebrata Kelas : Aves Ordo : Apodiformes Familia : Apodidae Genus : Collocalia Species : Collocalia sp. ( Iswanto, 2002 ).

Burung walet berkembang biak sepanjang tahun, dimana susunan alat perkembangbiakan (reproduksi) burung walet tidak berbeda dengan susunan alat reproduksi burung lainnya. Ketika musim kemarau, waktu yang diperlukan untuk berkembang biak lebih lama. Sarang burung walet dibuat dalam waktu 40–80 hari. Di dalamnya terdapat telur burung walet yang berjumlah 2 butir, setelah 2–5 hari, telur–telur itu dierami selama 23–24 hari. Burung walet biasanya mengeram dalam koloni atau secara berpasangan. Tidak lama setelah telur menetas, anakan walet langsung dipelihara oleh kedua induknya hingga bisa terbang (sekitar umur 40 hari) ( Iswanto, 2002 ).

Sarang burung walet dihasilkan dari air liurnya. Air liur diproduksi oleh kelenjar saliva yang terletak di bawah lidah. Sebelum melakukan perkawinan, burung walet betina dan jantan membuat sarang secara bersama-sama dan merekatkannya di tempat yang dianggap aman. Burung walet jantan menghasilkan

(3)

rajutan air liur lebih panjang dibandingkan dengan burung walet betina. Selanjutnya rajutan air liur ini dibentuk oleh burung walet menyerupai mangkuk kecil ( Alhaddad, 2003 ).

Pada dasarnya, tujuan burung walet membuat sarang sama seperti jenis burung lainnya, yakni sebagai tempat meletakkan telur, mengeraminya, dan mengasuh anak burung walet. Sarang inilah yang dipungut oleh pemburu sarang burung walet. Burung walet menempelkan sarangnya di bagian atap gedung yang tingginya bisa mencapai 5 m lebih. Burung walet, biasanya meletakkan sarang– sarangnya dalam bentuk koloni ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).

Untuk lokasi, sarang burung walet sangat memerlukan tempat yang lembab dengan tingkat kelembaban ruang yang dibutuhkan, sekitar 85%-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 250C–290C. Walet menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara ( Budiman, 2003 ).

Adapun jenis–jenis sarang walet adalah : a) Walet sarang putih (Collocalia fuciphagus) b) Walet sarang hitam (Collocalia maximus) c) Walet sapi (Collocalia esculenta)

d) Walet sarang lumut (Collocalia vanikorensis) e) Walet gunung (Collocalia brevirostris) f) Walet besar (Hydrochous gigas) ( Redaksi trubus, 2000 ).

Secara umum, ciri–ciri burung walet yang mampu terbang hingga mencapai kecepatan 150 km / jam ini sebagai berikut :

(4)

- Bentuk tubuh sangat ramping, dimana struktur atau bentuk ini sangat cocok untuk menghasilkan arus udara dari depan (aerodinamis)

- Bentuk sayapnya panjang meruncing - Panjang tubuh sekitar 9–15 cm

- Bentuk ekornya bercabang dua. Belahan ekor bervariasi ada yang dalam, ada juga yang dangkal

- Ukuran paruh relatif kecil

- Bentuk matanya bulat dan cekung, terletak dikiri dan kanan kepala

- Kakinya berukuran sangat kecil dan struktur kakinya sangat lemah. Sehingga tidak cukup kuat untuk menangkap mangsa atau untuk berjalan. Namun dengan bentuk kaki seperti itu, burung walet mampu merayapi tebing–tebing terjal ketika membuat sarangnya

- Pakannya adalah serangga–serangga kecil di udara yang ditangkap sembari terbang

- Indera penciumnya sangat tajam. Bau yang hampir tidak tercium oleh manusia bisa tercium oleh burung walet, karena itu, burung walet tidak akan mau masuk kedalam gedung walet yang baru selesai dibangun karena bau semen dan kayunya masih menyengat

( Iswanto, 2002 ).

Pemilihan lokasi bangunan rumah burung walet sangat mendukung keberhasilan pengoperasian gedung burung walet. Dalam pemilihan lokasi ini, harus diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang cocok untuk kehidupan burung walet, berdasarkan sifat dan secara alami disukai oleh burung walet ( Alhaddad, 2003 ).

(5)

Ada beberapa cara yang seringkali dilakukan oleh pengelola rumah burung walet untuk mengundang kedatangan burung ini. Cara tersebut adalah :

a) Cara pasif : dengan membiarkan rumah gedung kosong begitu saja dengan harapan dapat didatangi oleh seriti atau walet. Cara pasif ini sangat bersifat untung–untungan karena peran pemilik atau pengelola rumah walet amat sedikit sekali, sehingga banyak ruginya karena membutuhkan waktu yang lama sekali sebelum dihuni burung walet. Jika burung walet sudah langsung mau tinggal di rumah atau gedung maka pemilik tinggal melanjutkan budidaya.

b) Cara semiaktif : dengan melakukan usaha yang sedikit lebih aktif dari cara pasif. Ada dua cara semiaktif yang dapat dilakukan pemilik rumah atau gedung burung walet, yakni lewat penyediaan pakan dan memanggil burung walet dengan tape recorder.

c) Cara aktif : dengan cara menetaskan telur burung walet dan melatih anak burung walet agar terbiasa hidup di dalam gedung, memang keterlibatan pemilik dalam sistem ini amatlah besar, jerih payah yang dilakukan memang paling berat dibandingkan cara lainnya. Namun jika teliti dan sabar maka hal ini biasanya akan berdampak memuaskan.

(6)

TABEL 1. KANDUNGAN GIZI SARANG BURUNG WALET DAN BEBERAPA MAKANAN PEMBANDING UNTUK BERAT 100 GRAM

Sumber: Direktorat Gizi Dep. Kes. RI, 2001 ( Budiman, 2002 ).

Waktu panen atau pemetikan terencana artinya pemetikan sesuai jadwal yang sudah tersusun rapi, sesuai azasnya yaitu kelestarian dan keseimbangan. Memetik sarang burung tidak dengan azas kebutuhan. Bila memungut sarang burung berdasarkan azas kebutuhan secara terus menerus akibatnya regenerasi burung jadi runyam sehingga burung tersebut pindah tempat dan punah. Dengan memperhitungkan berbagai hal dapat disusun waktu dan cara panen yang ideal sebagai berikut :

a) Panen pertama dengan cara rampasan. Panen pada saat burung telah menyelesaikan sarangnya tetapi belum bertelur. Lakukan sekitar 10 hari menjelang bertelur agar burung masih sempat membuat sarang baru. Hasil Kandungan Sarang Walet Susu kental bergula Daging sapi Daging ayam Telur ayam Udang kering Tempe kedelai murni Kalori ( kal ) 281 336 273 302 162 295 149 Protein (g) 37,5 8,2 19,6 18,2 12,8 62,4 18,3 Lemak (g) 0,3 10 22 25 11,5 2,3 4 Karbohidrat (g) 32,1 55 0 0 0,7 1,8 12,7 Kalsium (g) 485 275 10 14 54 1209 129 Fosfor (mg) 18 229 150 200 180 1225 154 Zat Besi (mg) 3 0,2 2,7 1,5 2,7 6,3 10 Vit A (SI) 0 510 0 810 900 210 50 Vit B1(mg) 0 0,05 0,02 0,08 0,1 0,14 0,17 Vit C (mg) 0 1 0 0 0 0 0 Air (g) 24,5 25 60 7 74 90 64

(7)

panen rampasan kurang baik mutunya karena tipis dan tidak sempurna bentuknya.

b) Panen kedua dengan cara buang telur. Panen dilakukan setelah burung bertelur 2 butir, sekitar 2-3 bulan sejak sarang dibuat. Jangan panen bila melihat burung baru bertelur sebutir, ia akan panik dan mungkin pindah ke tempat lain. Untuk mengontrol jumlah telur dalam sarang dapat dilakukan dengan menggunakan cermin bertangkai panjang sehingga tidak perlu memanjat. Telur yang diambil dapat digunakan untuk menambah populasi burung, atau dijual kepada yang membutuhkan. Hasil panen cara ini bermutu baik, bentuk sarang sempurna dan tebal.

c) Panen ketiga dengan cara buang telur. Sama dengan cara panen kedua. d) Panen keempat dengan cara panen penetasan. Panen ini dilakukan setelah

anak walet sudah mampu terbang sekitar 45 hari sejak menetas. Sarang burung yang dihasilkan bermutu rendah karena bentuknya sudah rusak dan tercemar kotoran serta bulu.

( Redaksi Trubus, 2000 ).

Tinjauan Ekonomi dan Sosial Sarang Burung Walet

Dari tahun ke tahun harga komoditas sarang burung walet ini cenderung naik dan tidak pernah turun. Hal ini sangat berkaitan dengan meningkatnya jumlah permintaan tanpa diimbangi dengan hasil produksi yang stabil, padahal bisnis sarang burung walet di Indonesia sampai saat ini masih termasuk cerah. Ekspor komoditas ini sudah mampu menjangkau beberapa negara ( Alhaddad, 2003 ).

(8)

Produksi sarang burung walet di Indonesia umumnya tidak seragam. Pada musim hujan jumlah sarang burung walet yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan pada musim kemarau, hal ini disebabkan produksi air liur ditentukan oleh pakan yang tersedia pada musim penghujan, ketersediaan pakan walet cukup berlimpah. Dengan ketersediaan pakan yang cukup, tubuh walet lebih terangsang untuk memproduksi air liur, kawin, dan bertelur , sehingga produksi sarang dan masa bertelur akan berlangsung lebih cepat. Dengan demikian, secara alamiah, musim penghujan merupakan waktu yang tepat bagi burung walet untuk berkembang ( Alhaddad, 2003 ).

Gencarnya ekspor sarang burung walet sempat membuat kekhawatiran para pecinta lingkungan hidup dari Italia, Inggris, dan Perancis akan terancamnya populasi walet. Wujud kekhawatiran diungkapkan dalam konferensi di hotel Novotel, Surabaya pada 3-7 November 1996 berupa usulan agar walet dimasukkan dalam apendik II CITES. Artinya, perdagangan sarang walet dibatasi kuota. Tetapi, karena Indonesia bisa menunjukkan bahwa sarang burung yang diperdagangkan berasal dari walet hasil budidaya maka kuota tak jadi diberlakukan ( Redaksi Trubus, 2000 ).

Faktor keamanan juga penting dipertimbangkan, karena sebelum membangun rumah walet, sebaiknya survei dulu kondisi lingkungan setempat. Terutama kondisi sosial masyarakatnya. Daerah yang penduduknya relatif kurang mampu dan berpendidikan rendah umumnya kondisi keamanannya cenderung buruk. Hal ini akan berakibat pada kelangsungan perkembangan rumah walet ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).

(9)

Hingga saat ini, pengiriman sarang burung walet dari Indonesia sebagian besar masih mengandalkan pasar negara–negara Asia. Sekitar 80% sarang burung walet dari Indonesia membanjiri pasar Asia dan sebagian besar diekspor ke Hongkong. Hongkong diidentikkan sebagai pusat perdagangan sarang walet dunia karena dari Hongkong inilah kemudian sarang burung walet didistribusikan ke negara–negara lain di dunia, terutama Cina, Amerika Serikat, dan Kanada ( Taslim, 2002 ).

Standar harga sarang burung walet ditentukan oleh warna, ukuran, kebersihan dan struktur rajutannya, dengan kualitas sarang burung walet yang cukup bervariasi. Hal inilah yang membuat harganya berbeda–beda. Adapun kualitas sarang burung walet dipengaruhi oleh musim, cara pemetikan, gangguan hama, dan lingkungan ( Iswanto, 2002 ).

Standar mutu sarang burung walet adalah suatu standar yang sudah ditetapkan oleh pembeli sarang. Sarang yang sudah memenuhi standar siap jual tersebut dapat diterima pembeli lokal maupun importir. Sementara grading merupakan penilaian dan penentuan kriteria atas jenis dan kelas mutu produk yang berpedoman pada beberapa kriteria tertentu seperti bentuk, warna, kerapian proses, ukuran, dan ketebalan sarang ( Taslim, 2002 ).

Dari berbagai jenis sarang burung walet yang diperdagangkan, ada beberapa kriteria standar menurut keinginan importir, yaitu tingkat kebersihan, jenis, warna, dan perlakuan pembersihan (Secara alami atau menggunakan zat kimia tertentu). Berikut beberapa kriteria standar sarang walet :

(10)

a) Kecuali sarang hitam (Mao Yen), semua produk sarang harus dalam keadaan sudah dibersihkan, tidak ada sedikit pun kotoran atau bulu di dalam sarang, selain itu sarang harus bebas dari bahan kimia.

b) Jenis sarang hitam dapat dijual dalam keadaan baru panen (masih kotor atau banyak bulu). Umumnya jenis sarang ini akan diproses kembali secara massal untuk digunakan dalam industri minuman.

c) Sebelum dipasarkan, sarang yang sudah bersih perlu dibedakan berdasarkan jenis dan kelas mutu. Kegiatan ini disebut grading. Untuk kegiatan ini dibutuhkan supervisor yang bertugas memisahkan sarang walet berdasarkan bentuk maupun kelas.

d) Produk sarang yang sudah dibersihkan dan digrading dapat segera dipasarkan. Makin bersih sarang dan makin baik kelas mutunya, nilai jualnya pun makin tinggi.

e) Sarang putih (U-Yen) yang sudah diproses dan dibersihkan (tanpa kotoran dan bahan kima) biasanya akan selalu dibeli atau diterima importir. Memang nilainya tidak akan sama untuk masing–masing bentuk dan kelas. Terkadang karena ketidakumuman standardisasi yang berlaku, penilaian grading dapat berbeda untuk masing–masing importir. Oleh karena itu, sebelum ada transaksi sebaiknya harus ada penyamaan persepsi antara pedagang dan importir. Tujuannya agar tidak ada pihak–pihak yang dirugikan. Cara ini akan berdampak positif karena terjadi hubungan berkelanjutan (kontinu) di antara kedua belah pihak

(11)

f) Sebelum dikirim, sarang harus dikemas. Pengemasan dilakukan ekstra hati–hati agar sarang tidak cepat berjamur. Sarang yang berjamur akan menurunkan mutu dan harga

( Taslim, 2002 ).

Didalam penentuan pangsa pasar sarang burung walet, harus dipertimbangkan dan diperhatikan beberapa fakta dan kondisi produk tersebut sebagai berikut :

a) Harga sangat mahal.

b) Digunakan dan dipercaya untuk kesehatan.

c) Dimakan dengan cara dicampur obat atau makanan.

d) Fisik berwarna putih, kuning, oranye dan merah (kebanyakan berwarna putih atau krem).

( Taslim, 2002 ).

Dengan mempertimbangan beberapa fakta dan kondisi tersebut maka pangsa pasar yang sangat cocok untuk produk sarang burung walet adalah :

a) Masyarakat menengah ke atas,

b) Masyarakat yang mempercayai khasiat sarang walet (mayoritas masyarakat Cina, baik di dalam maupun di luar negeri),

c) Anak–anak hingga dewasa,

d) Orang yang sakit, terutama sakit paru–paru atau batuk,

e) Pria atau wanita yang ingin menjaga vitalitas atau daya tahan tubuh ( Taslim, 2002 ).

(12)

Landasan Teori

Dengan meningkatnya jumlah perdagangan dan permintaan pada setiap tahunnya maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan sarang burung walet sangat berprospek. Ini disebabkan permintaan banyak, tetapi produk yang tersedia sangat terbatas, karena burung walet sendiri tidak dapat diternakkan. Makanan burung walet pun masih tergantung pada alam. Walaupun sangat berprospek, harga jual maupun harga beli sarang walet sangat berfluktuasi. Tidak heran kalau eksportir yang sudah lama berkecimpung pada bisnis ini pun sering mengalami untung maupun rugi. Untuk menjaga reputasi penjual dan mempertahankan pelanggan, tetap saja eksportir menjual produknya walupun terjadi fluktuasi kurs mata uang asing atau faktor lain ( Taslim, 2002 ).

Prospek bisnis sarang burung walet dari tahun ketahun semakin meningkat, hal ini terbukti dari jumlah ekspor ke negara–negara lain semakin bertambah. Secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan usaha sarang burung walet dikatakan mempunyai prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Untuk meningkatkan ekspor yang lebih besar, perlu dilakukan pengembangan sarang burung walet dengan meningkatkan berbagai persyaratan perdagangan seperti kualitas, kuantitas, serta usaha untuk memenuhi permintaan pasar ( Penebar Swadaya, 1995 ).

Semakin besarnya permintaan sarang burung walet dari luar negeri maka Indonesia pun berusaha memenuhinya. Terbukti sejak tahun 1990 perkembangan rumah walet sangat pesat. Bahkan pusat pengembangannya kini sudah bergeser ke Bali dan Sumatera ( Redaksi Trubus, 2000 ).

(13)

Harga sarang burung walet yang pernah mencapai 17,5 juta rupiah per kg membuat para investor berlomba–lomba untuk membangun gedung walet dan membudidayakan burung walet tersebut di dalamnya. Padahal untuk membangun gedung walet diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup agar investasi atau modal yang telah dikeluarkan tidak sia–sia ( Iswanto, 2002 ).

Secara umum, pasar sarang walet dapat dikatagorikan dalam dua bentuk yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Daya serap pasar sarang burung walet lebih banyak dilakukan oleh pasar luar negeri, yaitu lebih dari 95%, sementara pasar dalam negeri hanya mampu menyerap beberapa persen saja. Target pasar dalam negeri terutama adalah masyarakat kalangan menengah keatas ; ekspatriate dari Benua Asia seperti orang Taiwan, Singapura dan Malaysia ; warga keturunan Cina ; pengumpul dan eksportir ; konsumen langsung serta calo sarang walet. Sementara target pasar luar negeri antara lain Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Amerika Serikat dan Kanada ( Taslim, 2002 ).

Selama ini perizinan ekspor sarang burung walet diabaikan eksportir. Pasalnya sebagian besar mereka hanya mengekspor ke negara–negara tetangga seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan. Ekspor ke Amerika Serikat dan Kanada baru dilakukan beberapa orang (Pengusaha) dalam jumlah terbatas. Prosedur ekspor ke Amerika Serikat dan Kanada relatif sulit karena harus dilengkapi berbagai surat izin ( Trubus, 2005 ).

Setiap produksi subsektor pertanian dipengaruhi oleh faktor produksi modal. Berbeda dengan sistem produksi alam, pengaruhnya terhadap produksi peternakan berbeda dengan produksi tanaman pangan. Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut dinamakan makin padat modal atau

(14)

makin intensif. Apakah makin intensif suatu usaha maka makin tinggi keuntungannya? Itu masih dipengaruhi oleh harga output dan harga input ( Daniel, 2002 ).

Kemudahan memasarkan sarang burung walet tak lepas dari daya serap pasar luar negeri yang begitu besar, terutama negara–negara di Asia. Indonesia yang merupakan salah satu produsen sarang walet terbesar di dunia menjadi sasaran para importir dari Hongkong dan Singapura ( Redaksi trubus, 2000 ).

Pasar merupakan kumpulan atau himpunan dari para pembeli, baik pembeli nyata maupun pembeli potensial atas suatu produk atau jasa tertentu. Pasar juga mengandung arti adanya kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu produk. Pasar nyata merupakan himpunan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan dan akses pada suatu produk dan jasa tertentu. Dalam pasar nyata biasanya konsumen pasti melakukan transaksi, Hal ini disebabkan konsumen didukung dengan minat atau keinginan untuk membeli serta memiliki pendapatan atau akses, namun suatu saat apabila telah memiliki pendapatan dan ada akses mereka akan membeli, sehingga kelompok ini merupakan pasar potensial ( Kasmir dan Jakfar, 2003 ).

Tujuan pasar dalam kegiatan memasarkan suatu produk atau jasa secara umum adalah sebagai berikut :

a) Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi.

b) Memaksimumkan kepuasaan konsumen. c) Memaksimumkan pilihan (ragam produk).

(15)

d) Memaksimumkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga pokok barang, mutu lingkungan fisik dan mutu lingkungan kultur).

e) Meningkatkan penjualan dan jasa.

f) Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing. g) Memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa.

h) Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa. ( Kasmir dan Jakfar, 2003 ).

Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses untuk membeli, artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan yang dimiliki seseorang konsumen untuk membeli, kemampuan tersebut diukur dari tingkat pendapatan yang dimiliki ( Kasmir dan Jakfar, 2003 ).

Analisis ekonomi adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber–sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut ( Kadariah, dkk,1994 ).

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variabel harga yang dipakai adalah harga bayangan (Shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variabel harga yang digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1995 ).

Dalam analisis ekonomi tidak dipakai harga pasar tetapi selalu dipakai harga bayangan (Shadow Price). Penggunaan harga pasar dalam analisis ekonomi

(16)

dapat menimbulkan kesalahan pada waktu menganalisis suatu proyek, kesalahan– kesalahan ini bisa terjadi misalnya dalam menganalisis suatu proyek yang banyak menggunakan barang–barang atau komponen dari luar negeri, sedangkan harga valuta asing untuk mengimpor tersebut kemungkinan dinilai terlalu rendah sehingga hasil analisis akan menguntungkan proyek. Harga bayangan dapat didefenisikan sebagai harga yang berlaku dalam keadaan keseimbangan. Jadi bila harga pasar dianggap harga riil, maka harga dalam keadaan keseimbangan merupakan harga bayangan. Dalam praktek, khusus dalam proyek pertanian, pengukuran harga bayangan sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketidakpastian (uncertainity) yang sering dijumpai pada proyek tersebut ( Kadariah, dkk, 1994 ).

Yang dimaksud dengan biaya ialah pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Biaya tetap ialah biaya yang sampai pada batas tertentu tidak berubah, tidak dipengaruhi besar kecilnya volume hasil, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah–ubah mengikuti kesibukan usaha tersebut ( Wasis, 1992 ).

Penyusutan dalam perhitungan analisis ekonomi tidak dianggap sebagai biaya penyusutan atau depresiasi sesungguhnya hanya merupakan pengalokasian biaya investasi setiap tahun sepanjang umur ekonomi proyek untuk menjamin bahwa biaya modal itu diperhitungkan dalam laporan/neraca rugi-laba tahunan (Profit and loss statement). Tetapi sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil, sebab yang benar–benar merupakan pengeluaran biaya adalah investasi semula ( Kadariah, dkk, 1994 ).

(17)

Biaya produksi yang tinggi mengakibatkan harga jual yang tinggi pula, sehingga dapat membawa kerugian pada perusahaan, karena kalah dalam persaingan harga dengan para pesaing. Penelitian pasar dan informasi pasar dari konsumen dapat membantu perusahaan untuk memutuskan apakah biaya–biaya produksinya efisien ( Husein, 1998 ).

Harga pokok adalah jumlah biaya seharusnya untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya lainnya hingga barang itu berada di pasar. Bila suatu hasil produksi di bawa ke pasar, maka ongkos produksi merupakan dasar utama dalam penentuan harga penjualan ( Manullang, 1992 ).

Tujuan analisis proyek adalah memperbaiki penilaian investasi karena sumber- sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan sumber–sumber yang langka ( Kadariah, dkk, 1986 ). Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penyetujuan atau penolakan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investmen criteria atau kriteria investasi ( Gray, dkk, 1995 ).

Keuntungan bersih suatu usaha adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya maka NPV suatu proyek adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus biaya dapat dituliskan sebagai berikut :

    n t i t Ct Bt NPV 0 (1 ) ) ( ( Gray, dkk, 1995 ).

Lalu Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah Present Value yang negatif

(18)

 

           n t t n t t Ct Bt Untuk i Ct Bt Ct Bt Untuk i Ct Bt C B Net 0 0 0 ) 1 ( 0 1 / ( Gray, dkk, 1995 ).

The internal rate of return (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. Perkiraan IRR yang dekat didapat dengan memecahkan persamaan berikut :

IRR = (2 1) 2 1 1 NPVNPVNPV i i i    ( Gray, dkk, 1995 ).

Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak, modal tetap adalah barang–barang yang digunakan didalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali contoh : mesin, pabrik, gedung dan lain–lain. Modal bergerak adalah barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya biasa digunakan sekali pakai, contoh : bahan mentah, pupuk, bibit, bahan bakar dan lain–lain ( Mubyarto, 1989 ).

Penerimaan tunai usaha tani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha tani, namun tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) didefenisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, namun tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok ( Daniel, 2002 ).

(19)

Kerangka Pemikiran

Usaha sarang burung walet merupakan salah satu usaha yang banyak diminati masyarakat terbukti dengan banyaknya muncul usaha sarang burung walet. Tuntutan perkembangan zaman dan meningkatnya permintaan pasar luar negeri akan sarang burung walet, maka usaha sarang burung walet mulai dilakukan secara Semiaktif (yaitu mengundang burung walet dengan cara meletakkan tape recorder di dalam gedung walet, agar dapat memproduksi sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet) sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Saat ini yang umumnya diusahakan masyarakat adalah sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet yaitu sarang walet putih jenis Collocalia fuciphagus. Hal ini disebabkan burung walet jenis Collocalia fuciphagus cepat berproduksi dan harga jual dari hasil produksinya lebih mahal daripada burung walet jenis lain. Sarang tersebut merupakan produk olahan dari burung walet.

Untuk memproduksi sarang yang dihasilkan dari air liur walet dibutuhkan biaya produksi yang dibagi atas dua yakni biaya tetap terdiri dari biaya pembuatan gedung, dan pembelian peralatan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pemeliharaan/penjagaan gedung dan upah tenaga kerja.

Yang menjadi hal utama dalam usaha sarang burung walet adalah produksi yaitu sarang yang dihasilkan dari air liur walet. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan berkualitas diperlukan suatu penanganan atau manajemen pemeliharaan yang baik dari semua aspek pemeliharaan. Pembuatan atau pembangunan gedung yang nyaman bagi burung walet merata, seimbang dan merangsang burung walet untuk berproduksi lebih banyak lagi.

(20)

Setelah berproduksi, maka sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet akan dipasarkan atau dijual langsung ke luar negeri seperti Hongkong, Singapura dan Taiwan disebabkan karena permintaan pasar luar negeri akan sarang burung walet sangat banyak sedangkan permintaan pasar dalam negeri sedikit, disebabkan harga per kg sarang burung walet sangat mahal. Harga sarang burung walet ini sangat bervariasi tergantung kurs mata uang asing (USD), jika naik maka nilai jual sarang burung walet akan naik.

Penjualan setiap per kg sarang burung walet akan menghasilkan penerimaan bagi pengusaha burung walet. Seluruh totalitas dalam usaha sarang burung walet mulai dari pembuatan gedung walet hingga menghasilkan produksi serta kegiatan pasca panen sangat menentukan jumlah biaya dalam suatu periode kegiatan produksi. Totalitas biaya inilah yang akan mengurangi penerimaan pengusaha (petani) dan mencari pendapatan bersihnya yang nantinya akan dianalisis dengan alat uji kelayakan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi (NPV, Net B/C dan IRR). Maka ditetapkan apakah usaha burung walet ini layak diusahakan secara finansial dan secara ekonomi dengan ketentuan bila hasil perbandingan lebih besar dari satu (>1) maka usaha masih layak diusahakan atau dikembangkan, sedangkan bila lebih kecil dari satu (<1) maka usaha tidak layak diusahakan atau dikembangkan. Hal ini berlaku untuk waktu tertentu dan tingkat suku bunga tertentu dan umur ekonomis usaha diketahui. Bila hasil perbandingan = 1, maka usaha sarang burung walet tersebut mencapai titik impasnya pada bunga modal sebesar 1% selama usaha tersebut berjalan.

Dalam mengembangkan sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet ini biasanya terdapat beberapa hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi oleh

(21)

pengusaha burung walet (Petani), seperti kondisi lingkungan masyarakat sekitar terganggu karena adanya burung walet dengan suaranya yang ribut dan menimbulkan jentik–jentik nyamuk serta kondisi keamanan yang buruk yaitu disatroni pencuri, dan untuk itu ada upaya–upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi hambatan–hambatan teknis dan ekonomi yang ada dan dapat diketahui prospek pengembangannya.

Untuk lebih memperjelas mengenai prospek pengembangan usaha sarang burung walet yang ditimbulkan serta hubungannya dengan hal–hal yang tercantum pada identifikasi masalah pada bab sebelumnya, maka dapat kita lihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini ( Gambar I ).

(22)

Gbr I. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan = Menyatakan Memiliki

Usaha Burung Walet

Produksi Harga Permintaan Pasar  Dalam Negeri  Luar Negeri Faktor Produksi  Lahan  Modal  Tenaga Kerja  Manajemen Upaya-upaya Mengatasi Pendapatan Bersih Hambatan-hambatan  Teknis  Ekonomis Analisis Finansial/Ekonomi  NPV  Net B/C  IRR

Layak Tidak Layak

(23)

Hipotesis Penelitian

Dari landasan teori yang sudah dibuat, maka diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

a) Hasil dari burung walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya. Sarang burung walet ini merupakan hasil produk dari air liur walet, selain mempunyai harga yang tinggi juga mempunyai banyak kegunaan dalam dunia kesehatan. Diduga hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet adalah sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet.

b) Prospek bisnis sarang burung walet dari tahun ketahun semakin meningkat, Terbukti dari jumlah ekspor ke negara–negara lain semakin bertambah, secara umum bahwa pengembangan usaha sarang burung walet dikatakan mempunyai prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk. Di mana harga sarang burung walet yang pernah mencapai 17,5 juta rupiah per kg membuat para investor berlomba–lomba untuk membangun gedung walet dan membudidayakan burung walet di dalam gedung. Diduga prospek pengembangan usaha sarang burung walet secara finansial dan ekonomi layak dikembangkan di daerah penelitian.

c) Semakin besarnya permintaan sarang burung walet dari luar negeri di Indonesia. Maka secara umum, pasar sarang burung walet dibagi dalam dua bentuk yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Daya serap pasar sarang burung walet lebih banyak dilakukan oleh pasar luar negeri, yaitu lebih dari 95%, sementara pasar dalam negeri hanya mampu menyerap beberapa persen saja. Di duga volume permintaan pasar luar negeri meningkat lebih dari 95%, sementara permintaan pasar dalam negeri hanya beberapa persen saja

(24)

disebabkan harga per kg sarang burung walet yang begitu mahal untuk dikonsumsi.

d) Target pasar dalam negeri terutama masyarakat kalangan menengah keatas, Sementara target pasar luar negeri antara lain Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Amerika Serikat dan Kanada. Di duga tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian adalah Hongkong, Singapura, dan Taiwan.

Gambar

TABEL 1. KANDUNGAN GIZI SARANG BURUNG WALET DAN BEBERAPA MAKANAN PEMBANDING UNTUK BERAT 100 GRAM

Referensi

Dokumen terkait

Izin pengusahaan sarang burung walet di luar habitat alami termasuk dalam izin usaha peternakan yang berlaku selama perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usaha sesuai

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2012 tentang Izin Usaha Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet (Berita

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 04 Tahun 2008 tentang Izin Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocalia

Pelaksanaan zakat sarang burung walet masih jauh dari ketentuan hukum Islam, Pelaksanaan zakat hasil usaha penangkaran burung walet di Kecamatan Tembilahan mengeluarkan

Kedua adalah ketika pemerintah Tiongkok berhasil mengeluarkan produk derivasi sarang burung walet, baik bertujuan untuk dijual di pasar domestik maupun pasar internasional

Melihat majunya industri walet rumah di Jawa dan meningkatnya produksi sarang dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sarang burung walet telah dapat dilakukan

Koleksi pak Oemar Zainuddin: Surat permintaan kulit ke Gresik dari Perusahaan Jepang Selain usaha pabrik kulit, rokok, batik dan sarang burung walet, pak. Asnar dan empat

Penangkaran burung walet mulai dikenakan pajak menjadi Pajak sarang burung walet di Kepulauan Meranti pada tahun 2011 dikarenakan Kabupaten Kepulauan Meranti dibentuk dan diberikan