ZAKAT,HAJI, dan
WAQOF
Ditinjau dari arti bahasa atau etimologi
zakat
bermakna mensucikan atau
membersihkan. Sedang menurut
istilah
syara’, zakat adalah bentuk harta yang
tertentu, diberikan kepada yang
berhak menerimanya, dengan beberapa
syarat-syarat yang tertentu pula,
dikerjakan semata-mata untuk mencari
ridho Allah.
Zakat ini merupakan rukun islam yang
ketiga dan hukumnya
fardhu ‘ain
untuk setiap orang islam yang telah
mencukupi akan syarat-syaratnya. Hal
ini diterangkan dalam sebuah hadist
Rasulullah saw, yang artinya :
“ Islam ditegakkan dalam lima
prinsip, yaitu menyaksikan bahwa tidak
ada tuhan selain Allah, dan
bahwasannya Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, mengerjakan haji
dan berpuasa pada bulan Ramadhan “.
Sebagaimana diterangkan, bahwa ajaran
islam sangat mengutamakan kesucian dalam
segala hal, termasuk pula didalamnya
kesucian yang menyangkut hak kepemilikan
atau harta benda. Sesungguhnyalah bahwa
kesucian harta benda dari hak-haknya orang
fakir miskin akan menambah keberkahan bagi
pemiliknya, serta akan menjaga dari
Asal arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “alqashdu” atau “menyengaja”.
Sedangkan arti haji dilihat dari segi istialah (terminologi) berarti “ bersengaja mendatangi baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu yang tertentu pula, menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh syara’, semata-mata demi mencari ridho Allah”.
Ibadah haji termasuk rukun islam yang kelima,
diwajibkan pada setiap muslim yang mampu
melakukannya seumur hidup sekali.
Adapun dalil naqli yang menjadi dasar ketentuan
tentang perihal wajibnya melaksanakan ibadah
haji atas setiap musim yang memang harus
mampu untuk melaksanakannya adalah
sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya
yang tersebut dalam surat Ali Imran ayat 97:
“ mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Waqof adalah menyerahkan suatu benda kepada lembaga keagamaan untuk diambil manfaatnya bagi masyarakat
dengan niat semata-mata mengharap pahala dan ridho dari Allah. Adapun hokum waqof seperti shodaqoh dan infaq, yaitu Sunnah.
Contoh-contoh waqof, antara lain :
1. Menyerahkan sebidang tanah untuk pembangunan masjid 2. Meletakkan karpet di masjid untuk orang-orang sholat di masjid
3. Meletakkan mushaf Al-Qur’an di masjid untuk dibaca para jama’ah, dll.
Dengan pengertian zakat
sebagai alat pembersih harta
benda ini dijelaskan dalam surat
At-Taubah ayat 103 :
Artinya :
“Pungutlah zakat dari harta benda
mereka, akan mensucikan mereka dan
Orang yang berkewajiban zakat adalah
muzakki, yaitu orang yang telah memiliki harta,
mencukupi nishabnya dan mencapai satu tahun
sempurna.
Berbeda halnya dengan zakat fitrah,
dimana orang yang berhak menerima zakat
ftrah hanyalah 2 golongan saja, yaitu
golongan
fakir dan golongan miskin,
maka dalam hal
zakatul mal atau zakat harta kekayaan
ada
delapan golongan yang berhak menerimanya.
Seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an
surat At-Taubah ayat 60 :
Artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Delapan golongan itu yaitu :
1. Orang Fakir, ialah orang yang miskin dan sangat kekurangan, karena sama sekali tidak mempunyai mata pencaharian.
2. Orang Miskin, yaitu orang yang tidak mampu
karena penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup hari.
3. Amil Zakat, yaitu orang yang bertugas
melaksanakan pengumpulan dan
pembagian zakat maal kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk agama islam.
5. Hamba Sahaya atau Budak
6. Gharim atau Orang yang Terlilit Hutang, yakni ornag berhutang demi untuk mencukupi kebutuhan hidup yang primer atau maksud lain yang sifatnya halal. Lilitan hutang demi hutang akhirnya menyebabkan orang tersebut tidak mampu lagi mengembalikannya.
7. Fi sabilillah,
yaitu berbagai bentuk usaha
dan perjuangan untuk
menyebarkan agama islam
serta mempertahankannya.
Dalam arti ini dapat
dimasukkan segala amalan
yang memang dengan sengaja
dimaksudkan untuk dakwah
islam amar makruf nahi
munkar, semacam para
tentara islam atau
8. Ibnu Sabil,
yaitu orang yang sedang
dalam perjalanan sedang
bekalnya sangat kurang.
Ada beberapa harta kekayaan
yang terkena wajib zakat apabila
memang harta kekayaan tersebut
telah sampai nishabnya, atau telah
mencapai batas minimal. Beberapa
jenis harta kekayaan yang terkena
wajib zakat tersebut ialah :
Ketentuan zakat terhadap kedua
logam mulia ini dengan jelas tersebut
dalam surat At-Taubah ayat 34 :
َ
Artinya : “Mereka yang menyimpan emas dan
perak, dan tidak mereka infaqkan (zakatkan)
di jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka
Kedua jenis logam mulia ini, dengan berbagai
bentuknya seperti dalam bentuk mata uang mas, mas lantakan, ataupun dalam bentuk perhiasan apabila
merupakan hak milik yang bukan termasuk barang yang diperdagangkan, kepemilikannya sudah mencapai satu tahun serta telah mencapi nishabnya, maka wajib bagi pemiliknya untuk mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 %.
Adapun tentang nishabnya bagi emas murni
seberat 85 gram, dan bagi emas yang kurang murni (seperti emas 22 karat) maka nishabnya seharga emas murni (24 karat) seberat 85 gram. Sedang nishabnya perak ialah seberat 200 dirham atau 5 awaq atau 672 gram perak murni. Dan bagi perak yang kurang murni kadarnya masa nishabnya adalah perak
Manakala telah mencapai nishabnya
berbagai hasil tanaman semacam padi, gandum,
kentang, jagung, dsb, yang sifatnya menjadi
bahan makanan pokok, wajib dikeluarkan
zakatnya saat panen.
Nishab hasil tanaman terbagi menjadi 2
macam, yaitu bagi hasil pertanian yang
diusahakan dengan menggunakan system irigasi
zakatnya
5%
dari lima wasaq biji-bijian yang
telah dibersihkan kulitnya, semacam biji padi
yang telah dijadikan beras.
Sedang terhadap hasil tanaman yang
tidak memerluakn budidaya manusia,
semacam padi gogo rancah dan
sejenisnya atau dengan siraman hujan
besarnya zakat
10%
dari hasil panennya.
Harta perniagaan adalah semua
bentuk harta benda yang dipromosikan
untuk diperjual belikan dengan
bermacam-macam cara serta membawa
manfaat dan kebaikan bagi
kesejahteraan manusia.
Sesuai firman Allah SWT. Surat
Al-Baqarah ayat 267 :
Artinya : “Hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahanya yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu.”
Nishabnya sama dengan nishab emas, yaitu
85 gram emas murni. Apabila pada akhir tahun
jumlah nilai keuntungan dan modal cukup
senishab maka harus dikeluarkan zakatnya
sebesar
2,5 %
nya. Demikian ketentuannya
bahwa pada setiap akhir tahun harta
perniagaan itu harus dizakati, terkecuali modal
yang tidak bergerak. Terhadap modal semacam
ini bilamana telah pernah dizakati maka untuk
seterusnya ia tidak perlu dizakati kembali
Binatang ternak yang wajib dikenai
zakat adalah sapi dan kerbau,
1) Sapi dan kerbau
Setiap 30 ekor sapi atau kerbau dikenai zakat
seekor anak sapi atau anak kerbau umur satu
tahun, dan tiap 40 ekor dikenai zakat seekor
anak sapi atau kerbau umur dua tahun, tiap 50
ekor zakatnya 1 ekor sapi, tiap 100 ekor
zakatnya 2 ekor sapi. Demikian selanjutnya
apabila bertambah setiap 50 ekor, maka
2) Kambing / biri-biri
Mulai dari jumlah 40 ekor kambing
sampai dengan jumlah 120 ekor dikenai
zakat seekor kambing. Dan mulai 121
ekor kambing sampai dengan 200 ekor
dikenai zakat 2 ekor kambing.
Selebihnya diatas 300 ekor kambing
maka setiap pertambahan 100 ekor
dikenai satu ekor kambing.
3) Unta
Mengenai unta, nishab dan kadar zakatnya adalah sebagai berikut :
a. 5 – 9 ekor dikenai zakat seekor kambing umur 1 tahun
b. 10 – 14 ekor dikenai zakat dua ekor kambing umur 1 tahun
c. 15 – 19 ekor dikenai zakat tiga ekor kambig umur 1 tahun
d. 20 – 24 ekor dikenai zakat empat ekor kambing umur 1 tahun
e. 25 – 35 ekor dikenai zakat seekor anak unta umur 1 tahun
f. 36 – 45 ekor dikenai zakat seekor anak unta
umur 2 tahun lebih
g. 46 – 60 ekor dikenai zakat seekor anak unta
umur 3 tahun lebih
h. 61 – 75 ekor dikenai zakat seekor anak unta
umur 4 tahun lebih
i. 76 – 90 ekor dikenai zakat 2 ekor anak unta
umur 2 tahun lebih
j. 91 – 120 ekor dikenai zakat 2 ekor anak unta
umur 3 tahun lebih.
Segala bentuk dan hasil tambang,
semacam emas, perak, tembaga,
alumunium, timah ataupun yang berwujud
minyak, gas LNG dan sebangsanya
terkena juga wajib zakat, yang kadar
zakatnya adalah
2,5%
.
Sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 267 :
Artinya : “Dan segala sesuatu yang
Rikaz artinya tersembunyi, yaitu harta yang terpendam, yang besar kemungkinannya dipendam oleh orang-orang zaman dahulu. Jika seseorang menemukan harta semacam itu, dan jumlahnya mencapai nishab seharga 85 gram emas murni maka kepada penemunya diwajibkan membayar
zakat sebesar 20% dari jumlah barang temuannya, dan dibayarkan tanpa menunggu sampai satu tahun masa kepemilikannya.
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim laki-laki atau perempuan, besar atau kecil, merdeka atau budak, pada hari raya
fitri bilamana pada dirinya ada kelebihan makanan untuk hari tersebut. Zakat fitrah itu dibyarkan sebanyak 2,5 kg bahan makanan pokok untuk
setiap orangnya. Adapun tentang sifat barangnya, maka bahan-bahan pokok yang dipergunakan untuk membayar zakat adalah harus sejenis dan
Yang berhak menerima zakat fitrah ada 2 golongan, yaitu :
1. Golongan fakir 2. Golongan miskin
Zakat fitrah ini didalamnya mengandung hikmah antara lain :
1) Guna mensucikan diri pribadi dari perbuatan dan perkataan kotor dan keji
Ibadah haji yang tetapkan sebagai
kewajiban atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syaratnya adalah salah satu
dari rangkaian rukun islam yang kelima, yang
ditetapkan pada tahun keenam hijriah.
Kewajiban melakukan ibadah ini bagi setiap
muslim hanya berlaku sekali saja sepanjang
hidupnya. Dan apabila ada yang ingin
melakukannya untuk kedua kali atau lebih
banyak lagi, maka ibadah tersebut hanya
bernilai ibadah sunnah, bukan bernilai wajib
lagi.
Dalam melaksanakan ibadah haji ada (5) ketentuan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Lima ketentuan ini termasuk syarat sahnya
ibadah haji seseorang : 1. Islam
2. Berakal sehat 3. Baligh
4. Kuasa
Pengertian seorang muslim yang berkemampuan
atau berkuasa ini antara lain ditunjukan dari
segi :
1. Mempunyai bekal yang cukup untuk berangkat
pulang ke negerinyakembali,serta tersedia bekal
yang cukup untuk biaya hidup dan keperluan
lainnya selama berada di mekkah.
2. Mempunyai persediaan yang cukup untuk
biaya hidup seluruh keluarganya yang ditingaldi
rumah selama menunaikan ibadah haji.
3. Kondisi fisik serta psikisnya dalam
keadaan baik, sehat dan kuat
4. Situasi dan kondisi perjalanan dalam
keadaan cukup aman dan menjamin,
seperti aman dari peperangan dan
sejenisnya.
yang dimaksud dengan rukun dalam ibadah haji ialah segala sesuatu yang harus dilakukan yang
menyebabkan sahnya haji seseorang. Rukun ini tidak dapat diganti oleh apapun juga, sampai
dengan bentuk denda (daam) sekalipun. Sehingga kalau salah satu dari rukun tersebut tidak
ditunaikan, maka akan mengakibatkan tidak sahnya haji seseorang, dan ibadah itu harus diulang
kembali pada musim haji tahun depan. Yang termasuk rukun haji ada 6 perkara, yaitu :
Ihram ialah meniatkan salah satu dari 2 ibadah, yaitu ibadah haji atau umrah, atau meniatkan
untuk kedua ibadah itu sekaligus, dengan disertai mengenakan pakaian tertentu uantuk ihram.
Pakaian ihram untuk pria adalah terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai
Sedangkan
pakaian ihram untuk pria
adalah
berpakaian yang menutup aurat
seperti halnya pakaian biasa (pakaian
berjahit) dengan muka dan kedua telapak
tangan yang tetap terbuka.
Dalam melaksanakan ihram
ada 3 macam,
yaitu :
1. Qiron
Ialah merangkap ihram haji dengan umrah dari
miqat, dan mengucapkan waktu talbiah :
“Labbaika Umratan wa Hajjan”
artinya
“aku
penuhi panggilan-Mu untuk melaksanakan
umrah dan haji.”
Bagi orang yang melaksanakan ihram
qiron ia harus tetap dalam keadaan ihram
sampai ia menyelesaikan semua amalan
ibadah haji dan umrah. Dapat juga dalam
bentuk ihram untuk umrah kemuadian
masuk didalamnya mengerjakan
amalan-amalan haji sebelum thawaf.
2. Ifrad
Dinamakan ifrad kalau seseorang mengenakan
ihram dari miqat hanya untuk haji saja, dan
mengucapkan waktu talbiyah :
“Labbaika
Hajjan”
artinya
“aku penuhi panggilan-Mu
untuk melakukan haji.”
Pakaian ihram ini harus tetap tidak dilepaskan
sampai keseluruhan amalan haji terselesaikan
dengan sempurna. Kemudian berihram kembali
untuk umrah.
3. Tamattu’
Ialah mengerjakan umrah pada bulan-bulan
pelaksanaan ibadah haji, kemudian ia melakukan
haji pula pada waktu yang sama.
Tamattu’
artinya bersenang-senang.
Dinamakan
demikian karena setelah menunaikan umrah,
yaitu sesudah tahallul ia dapat menikmati
berbagai amalan lainnya seperti yang dilakukan
orang yang tidak berihram, seperti memakai
pakaian berjahit, wangi-wangian, dll. Setelah
itu baru berihram kembali dari kota Mekkah
guna menunaikan ibadah haji.
Rukun haji yang kedua adalah wuquf
di Arafah yaitu hadir di padang Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah. Adapun batas
waktu wuquf di Arafah dimulai dari sejak
tergelincirnya matahari tanggal 9
Dzulhijjah hingga sampai terbitnya fajar
pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dimulai dari tempat hajar aswad (batu hitam) dengan
posisi ka’bah berada disebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf
a. Thawaf Qudum yaitu thawaf yang dikerjakan waktu seseorang baru saja tiba di masjid Haram dari negerinya
b. Thawaf Sunnah yaitu thawaf yang dikerjakan semata-mata untuk mencari keutamaan dari Allah SWT.
3. Thawaf Wada’ yaitu thawaf pamitan atau thawaf perpisahan atau thawaf selamat tinggal. Dinamakan demikian karena thawaf ini dikerjakan sebagai
perpisahan dengan baitullah sebelum meninggalkan
Mekkah. Thawaf ini dilakukan bagi orang bukan penduduk Mekkah, seketika mereka akan segera meninggalkan
Mekkah dan ditunaikan sesudah orang selesai dari semua urusannya, termasuk juga urusan ibadah haji.
4. Thawaf ifadhah yaitu thawaf yang dikerjakan
setelah kembali dari wuquf di Arafah. Thawaf inilah yang termasuk salah satu dari rukun haji, sehingga oleh
karenanya ia juga sering disebut dengan istilah thawaf rukun.
Ialah berjalan agak cepat antara
shafa dan marwah sebanyak 7 kali,
dimulai dari shafa dan berakhir
Ialah menghalalkan pada dirinya apa yang sebelumnya diharamkan bagi dirinya karena
sedang ihram. Adapun tahallul ditandai dengan memotong rambut, baik dengan cara
mengguntingnya beberapa helai atau yang lebih afdhol adalah mencukurnya sampai habis (gundul). Dalam hal tahallul ini khusus bagi kaum wanita
tidak dituntunkan untuk mencukur rambut
melainkan cukup dengan cara menggunting atau memotong sebagian rambutnya.
Waktu tahallul
Tahallul bagi orang yang mengerjakan umrah dilakukan sesudah melakukan thawaf ifadhah dan juga selesai melakukan sa’i dari Shafa ke Marwah. Sedangkan tahallul bagi orang yang mengerjakan haji maka hal itu baru dilakukan setelah
melempar jumrah ‘Aqabah pada hari Nahar (hari
Tahallul Pertama dan Tahallul Kedua
Bagi seorang yang telah menyelesaikan jumrah pada hari Nahar, yaitu jumrah ‘Aqabah pada
tanggal 10 Dzulhijjah, dan memotong binatang kurbannya serta mencukur atau memotong
rambutnya, maka pada saat itu baginya telah dihalalkan atas segala apa yang dilarang pada
waktu ihram, kecuali melakukan hubungan badan dengan istri atau suaminya. Tahallul seperti inilah yang disebut dengan Tahallul Pertama.
Jika seseorang seperti keadaan ini
meneruskan ibadahnya dengan melakukan
thawaf ifadhah atau thawaf rukun, sa’i antara
shafa dan marwah, kemudian kembali ke Mina
untuk menginap dan melempar 3 jumrah, yaitu
jumrah Ula, jumrah Wustha, jumrah ‘Aqabah
(jumratul kubro) dua atau tiga malam, maka
sesudah semuanya terselesaikan dengan
sempurna maka selesai dan sempurnalah ibadah
hajinya, dan dengan demikian dia dihalalkan
semua yang dilarang waktu ihram. Inilah
Tahallul Kedua
atau sering juga disebut
dengan
Tahallul Akhir.
Tertib mengandung arti bahwa dalam
melaksanakan rukun haji secara berurutan. Berarti akan mendahulukan niat dari semua rukun lainnya, mendahulukan hadir di Padang Arafah daripada thawaf daripada sa’i.
Yang dimaksud dengan wajib dalam ibadah haji ialah sesuatu yang menjadikan sahnya ibadah haji, dan jika ia ditinggalkan karena sesuatu hal, dapat diganti
dengan membayar denda (daam) yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang wajib dalam ibadah haji itu adalah :
1. ihram dari miqat
2. bermalam di muzdhalifah 3. melempar jumrah ‘Aqabah 4. melempar tiga jumrah
IHRAM DARI MIQAT
Miqat adalah batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah. Batas yang
berhubungan dengan waktu mengenakan pakaian ihram disebut MIQAT ZAMANI dan batas yang berhubungan dengan tempat yang ditentukan
untuk mengenakan ihram disebut MIQAT MAKANI.
1. MIQAT ZAMANI
Batas waktu bagi ibadah haji ialah bulan-bulan
tertentu. Bulan-bulan tertentu tersebut oleh para fuqaha disepakati dari bulan syawal sampai dengan tanggal 10 Dzulhijjah. Sedang mengenai batas
waktu untuk melaksanakan ibadah umrah, maka
ibadah ini dapat dilaksanakan kapanpun juga, tidak terkait oleh waktu-waktu tertentu sebagaimana ibadah haji.
2. MIQAT MAKANI
Batas tempat dimana ibadah haji dan atau umrah dimulai dengan mengenakan ihram ditentukan
sebagai berikut : 1). Dzul Hulaifah
Dimulainya ihram bagi penduduk madinah dan
orang-orang yang dating dari jurusan Madinah dari negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah.
Kini tempat untuk mengenakan ihram dikenal dengan nama masjid Bir Ali.
2). Juhfah
Dimulainya ihram bagi orang yang dating dari
Siria, Mesir, atau negeri-negeri Maghribi (Afrika Utara) serta negeri yang sejajar dengan negeri tersebut.
3). Yalamlam
Dimulainya ihram bagi orang yang dating dari arah Yaman, India, Indonesia serta negeri-negeri yang sejajar dengan negeri tersebut.
4). Qarnul Manazil
Dimulainya ihram bagi orang yang datang dari negeri Nejed dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri itu.
5). Zatu ‘Irq
Dimulainya ihram bagi orang yang datang dari Irak dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri itu.
BERMALAM DI MUZDALIFAH
Wajib haji yang kedua adalah bermalam di
muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, sesudah menjalankan wuquf di Arafah.
Tata cara mabit (bermalam) di Muzdalifah : 1) Hendaklah bertolak dari Arafah menuju ke Muzdalifah pada waktu setelah matahari
terbenam.
2) Hendaklah sholat mghrib dan sholat Isya’ dilakukan dengan cara dijama’.
3) Hendaklah tetap menunggu hingga terbit
fajar, sehingga dapat menjalankan sholat subuh di Muzdalifah.
MELEMPAR JUMRAH AQABAH
Melempar jumrah Aqabah dilaksanakan
pada tanggal 10 Dzulhijjah, sesudah bermalam
di Muzdalifah. Jumrah sendiri artinya bata
kecil atau kerikil, yaitu kerikil yang digunakan
untuk melempar tugu yang ada didaerah mina.
Tugu yang ada di mina itu ada 3 buah, yang
dikenal dengan nama jumratul Aqabah,
Al-Wustha, As-Sughrah (yang kecil).
Diantara ketiga tugu tersebut maka tugu
tugu jumratul Aqabah atau sering juga disebut
sebagai jumratul kubra (yang besar) adalah
tugu yang terbesar dan yang terpenting, yang
wajib untuk dilempari dengan 7 kerikil pada
tanggal 10 Dzulhijjah.
BERMALAM DI MINA
Bermalam di Mina pada hari tasyrik, yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina ini dapat dijalankan sesudah menjalankan thawaf ifadhah dan sa’i lebih dahulu di Mekkah, kemudian setelah itu semua selesai barulah kembali ke Mina untuk bermalam selama 3 hari.
Bagi orang yang sudah melempar jumrah pada tasyrik pertama dan kedua, manakala ia ingin cepat-cepat pulang baginya tidak ada masalah. Sedang
kewajiban bermalam di Mina untuk hari tasyrik yang ketiga serta kewajiban untuk melempar jumrah pada hari ketiga, maka hilanglah kewajiban tersebut baginya (hal ini sering disebut dengan nafar awwal) sedangkan bagi yang menginap di Mina selama 3 hari penuh
MELEMPAR TIGA JUMRAH
Wajib haji yang kelima adalah melempar tiga jumrah, yaitu jumratul Ula (jumratul asghar),
jumratul wustha dan jumratul aqabah, pada hari tasyrik pertama, tasyrik kedua dan tasyrik ketiga.
Beberapa macam denda (daam)
Denda atau daam dalam ibadah haji ada 5
macam, yaitu :
1. Karena terhalang oleh sesuatu, semacam
sakit atau terkepung musuh sehingga tidak
dapat menyempurnakan ibadah hajinya.
Terhadap orang semacam ini diperkenankan
tahallul, memotong rambut atau mencukurnya
dan mengakhiri amalan hajinya ditahun-tahun
mendatang. Dan tahallul itu baru
diperkenankan manakala ia telah membayar
denda atau daam yang berupa menyembelih
seekor kambing dimana ia terhalang, kemudian
dagingnya dibagikan kepada fakir miskin
2.Karena menjalankan haji tamattu’ atau qiran
Kalau seseorang dalam menjalankan ibadah haji
mendahulukan ‘umrah atas hajinya, yang dalam
istilah haji disebut tamattu’, atau menjalankan
haji dan umrah dalam satu waktu, yang dalam
sebutannya dinamakan haji qiran, maka baginya
harus membayar daam berupa :
a. Menyembelih kambing untuk dibagikan
kepada fakir miskin, jika tidak dapat
melaksanakannya karena sesuatu hal, maka
boleh diganti dengan
b. Berpuasa 10 hari yang dijalankan 3 hari
ketika masih di Mekkah dan 7 hari setelah
3. Karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan sebagaimana berikut :
1) Bercukur atau memotong rambut
2) Bagi pria memakai pakaian yang berjahit
3) Mengenakan harum-haruman dan atau memakai minyak rambut
Terhadap pelanggaran dari salah satu larangan
tersebut diatas maka dikenakan denda dengan memilih diantara :
a. Menyembelih kambing untuk dibagikan kepada fakir miskin, atau
b. Berpuasa 3 hari, atau
c. Bersedekah kepada 6 orang miskin, masing-masing setengah sha’ (12 ½ kg).
4.Karena membunuh binatang buruan (binatang
liar)
Seseorang yang sedang melakukan ihram
dilarang membunuh binatang buruan yang ada
di tanah haram, kecuali beberapa binatang
yang secara eksplisit dinyatakan oleh
Rasulullah, yaitu burung gagak, ular,
kalajengking, tikus, dan serigala (anjing buas).
Apabila seseorang membunuh binatang buruan
ditanah haram sedang ia berihram, maka
a. Bilamana binatang yang dibunuh itu ada
persamaannya, wajiblah baginya mengganti dengan binatang yang sejenisnya, kemudian sembelihlah binatang tersebut, atau
b. Binatang yang dibunuhnya itu ditaksir harganya, yang kemudian hasilnya dibelikan makanan guna
dibagikan kepada fakir miskin, atau
c. Berpuasa dengan ketentuan setiap satu mud (0,80 kg) diganti dengan puasa satu hari. Sehingga
perhitungan dapat ditentukkan sebagai berikut : taksiran harga binatang buruan yang dibunuhnya
dibelikan bahan makanan, kemudian seberapa jumlah mud yang didapatkan itulah jumlah hari yang harus ditebus dengan puasa.
5. Karena hubungan suami istri sebelum tahallul Perbuatan semacam ini mengakibatkan batalnya haji atau umrah yang dilakukan, serta terkena denda menyembelih unta untuk diberikan kepada fakir miskin di Mekkah. Dan seandainya tidak
mendapatkan unta, maka dapat diiganti dengan lembu atau dengan tujuh ekor kambing.
1. PENGERTIAN UMRAH
Umrah artinya berziarah atau berkunjung.
Dimaksudkan berziarah ke ka’bah, mengelilinginya, sa’i antara shafa dan marwah dan bercukur rambutt
dengan cara-cara tertentu sebagaimana ditentukan oleh syara’.
Umrah ini tata caranya hampir sama dengan tata cara mengerjakan ibadah haji. Hanya saja kalau haji masih harus diteruskan dengan mengerjakan wuquf di Arafah, maka untuk umrah hal ini tidak dilakukan. Oleh karena itu, maka umrah ini seringkali disebut juga
dengan sebutan haji kecil. Tentang ibadah ini ia disyari’atkan bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan yang mampu menjalaninya.
2. RUKUN UMRAH
Dalam hal umrah ada 5 rukun yang harus
dijalani, yaitu :
1) Ihram
2) Thawaf (mengelilingi) ka’bah
3) Sa’i antara Shafa dan Marwah
4) Bercukur
3. WAJIB UMRAH
a) Ihram dari tempat yang telah ditentukan (miqat makani). Sedang miqat zamaninya tidak
ditentukan karena ibadah umrah dapat dikerjakan sepanjang tahun.
b) Menjauhkan diri dari segala yang diharamkan bagi orang yang sedang melaksanakan umrah atau haji.
Yang dimaksud dengan binatang kurban ialah binatang yang disembelih dengan maksud tujuan untuk mendekatkan diri (ibadah) kepada Allah SWT pada hari raya haji dan 3 hari yang
Ibadah kurban dengan bentuk menyembelih binatang
ternak tertentu, yaitu kambing atau biri-biri, sapi, kerbau, dan unta bukannya dimaksudkan mempersembahkan daging dan darah kehadapan Allah, seperti halnya yang pernah
dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Mereka berkurban dengan mempersembahkan daging dan darah kurban
kepada tuhannya. Mereka percikkan darah kurban itu pada tempat mereka memuja tuhan. Ibadah kurban dalam islam dimaksudkan untuk menunjukkan secara tulus akan
ketaatan, kecintaan dan ketaqwaan kepada Allah,
sebagaiman yang pernah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim yang dengan ikhlas dan pasrah menunaikan perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail as.
Jenis-jenis binatang yang dapat dijadikan kurban adalah kambing atau domba, sapi, kerbau, dan
unta. Sedang binatang selain keempat jenis
tersebut tidak dapat dijadikan binatang kurban, seperti binatang kuda, keledai, kijang dan lainnya. Seekor kambing, biri-biri atau domba hanya
dapat dipergunakan untuk kurban 1 orang, sedang terhadap unta, lembu atau kerbau dapat
Adapun binatang kurban yang akan
disembelih hendaklah dicarikan yang
sebaik mungkin. Beberapa ketentuan
terhadap hal itu diterangkan oleh
a. Sudah sampai pada batas umurnya
Ketentuan tentang batas umur bagi binatang
kurban, antara lain dalam hadits Rasulullah yang artinya :
“janganlah kalian sembelih (kambing kurban) melainkan mussinah (umur 2 masuk 3 tahun),
kecuali apabila kalian sulit mendapatkannya, maka sembelihlah kambing yang telah berumur 4 masuk 5 tahun (jadza’ah).” (HR. Muslim dari Jabir r.a)
b. Tidak cacat, berpenyakit, kurus, dan tidak tua sekali dan tidak ompong gigi depannya. Hal ini dapat ditegasskan dalam sebuah hadits, yang artinya :
“Nabi saw berdiri diantara kami dan berkata :
“Empat macam yang tidak boleh ada pada binatang kurban, yaitu buta sebelah yang nyata butanya,
dan sakit yang nyata sekali sakitnya dan pincang yang jelas akan pincangnya dan yang tua, yang
tidak lagi bersungsum”.” (HR. Ahmad dan “Empat” serta disahkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Bara bin Azib ra.)
Waktu menyembelih kurban dimulai dari
setelah selesai dilaksanakannya sholat Iedul Adha sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah.
1. RUKUN WAQOF
Untuk melakuan waqof ada ketentuannya. Ketentuan itu disebut rukun waqof. Adapun rukun waqof ialah :
1)Adanya orang yang berwaqof.
Orang yang berwaqof itu harus atas kehendaknya sendiri.
2) Adanya barang yang diwaqofkan.
Barang atau sesuatu yang diwaqofkan harus tahan lama dan kepunyaan orang yang mewaqofkan itu sendiri.
3) Tempat mewaqofkan itu harus jelas.
4) Adanya lafadz atau ucapan penyerahan barang atau sesuatu yang wajib diwaqofkan oleh orang yang
2. SYARAT WAQOF
Untuk sempurnanya waqof maka harus memenuhi beberapa syarat waqof. Adapun syarat-syarat waqof ialah :
1. Waqof untuk selamanya
Tidak sah waqof untuk sementara saja 2. Tunai
Tidak sah mewaqofkan sesuatu dengan perkataan, misalnya : “ kalau saya lulus ujian, sepeda ini
saya waqofkan untuk sekolah.”
3. Hendaknya jelas kepada siapa mewaqofkan barang itu