• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TASAWUF DAN TERAPI KESEHATAN MENTAL MENURUT AMIN SYUKUR. perhatian besar terhadap masalah-masalah tasawuf. Prof. Dr. HM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TASAWUF DAN TERAPI KESEHATAN MENTAL MENURUT AMIN SYUKUR. perhatian besar terhadap masalah-masalah tasawuf. Prof. Dr. HM."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

42

A. Profil Amin Syukur

1. Biografi Amin Syukur

Amin Syukur adalah salah satu tokoh tasawuf yang memiliki

perhatian besar terhadap masalah-masalah tasawuf. Prof. Dr. HM. Amin

Syukur, MA. Lahir di Gresik 17 Juli 19521 yang menjadi seorang guru besar tasawuf di UIN Walisongo Semarang, lahir dari pasangan orang tua H. Abdus Syukur, (almarhum) dan Hj. Umi Kulsum (almarhumah) di desa Kali Rejo Dukun Gresik. Desa yang lingkungannya semuanya beragama Islam. Walaupun di desanya tidak ada pondok pesantren, namun kegiatan agama setiap harinya seolah-olah seperti pondok pesantren. Dari siang hingga malam hari, banyak anak-anak yang belajar mengaji Alquran maupun ibadah kepada ustadznya. Amin Syukur dibesarkan dalam lingkungan masyarakat dan keluarga Nahdlatul Ulama (N.U.) yang ketat dalam urusan agama.2

Saat ini beliau bertempat tinggal di BPI Blok S-18 Ngaliyan,

Semarang.3 Sehari-harinya (sejak tahun 1980) beliau beraktifitas sebagai

tenaga pengajar tetap di Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, Semarang.

1 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). hlm. 159. 2

Amin Syukur dan Fathimah Utsman, Terapi Hati dalam Seni Menata Hati, (Semarang, Pustaka Nuun, 2009). hlm. 145.

3 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(2)

Beliau yang menjadi suami bagi Dra. Fathimah Usman, M.Si. ini dikaruniai

dua orang putri, yaitu Ratih Rizki Nirwana dan Nugraheni Itsnal Muna.4

Selanjutnya berkaitan masalah riwayat pendidikan yang beliau tempuh, Amin Syukur memulai pendidikannya di Madrasah Islamiyah desa Sembungan Kidul, Gresik. Satu tahun setelah menyelesaikannya beliau mengikuti kakaknya Abdul Mujib untuk mondok di al-Karimi Tebuwung, di pondok ini beliau hanya sempat mengenyam pendidikan selama satu tahun karena kakaknya sudah lulus. Setelah dari pesantren al-Karimi Amin Syukur melanjutkannya di pondok pesantren Ihyaul Ulum Gresik dengan pengasuh K.H. Ma‟shum. Disini beliau tidak tinggal di pesantren, tetapi menjadi santri kalong atau lazim disebut santri nglaju. Setiap harinya Amin Syukur berjalan kaki dari rumah menuju pesantren, kadang-kadang juga naik sepeda onthel.

Pendidikan formal yang pernah ditempuhnya ialah Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Ihyaul „Ulum di Dukun Gresik. Sedangkan jenjang SMP dan SMA ditempuh di Pondok Pesantren Darul „Ulum, Jombang. Beliau mendapatkan gelar Sarjana Muda dari Fakultas Ushuluddin, Universitas Darul Ulum, Jombang, dan di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang sekarang menjadi UIN Walisongo Semarang. Adapun gelar S2 dan S3, ia dapat dari IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Beliau juga pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor III IAIN Walisongo pada tahun 1996-2002 dan Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi

(3)

kemasyarakatan, seperti ICMI Jawa Tengah, penasehat Yayasan Pendidikan PAPB Semarang dan NASIMA, Direktur Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf (LEMBKOTA) Semarang, dan lain sebagainya.

Beliau pernah melakukan kunjungan ke luar negeri beberapa kali, antara lain, menunaikan ibadah haji (1987 & 1997), menunaikan ibadah umrah (2008, 2009, 2010, 2011, 2013), mengikuti kursus masalah administrasi universitas di Zidney, Australia (1994-1995), menjadi undangan untuk menyampaikan ceramah dan seminar di berbagai komunitas Muslim di Malaysia, Pusat Rawatan Muslim Malaysia, Universiti Malaya, dan di Kedutaan esar Malaysia (2009), melakukan kunjungan ke Singapura (2010), memberi pelatihan zikir di Universiti Malaya (2011), melakukan kunjungan

ke Beijing dan Ghuanyu, China (2012).5

Ketertarikan Amin Syukur untuk menggeluti dunia tasawuf sebetulnya sudah dari dulu beliau menyukai tasawuf, dan berawal dari sebuah pengalaman pribadi yang kemudian menjadi motivasi utama dalam keseriusannya menggeluti dunia tasawuf adalah dua kali kena kanker yaitu kanker otak dan kanker saluran pernapasan (nashofaring).6 Bahkan beliau pernah divonis oleh dokter hanya mempunyai kesempatan hidup di dunia ini 3 bulan paling lama 1 tahun, sakit yang diderita sekaligus pengalaman yang berharga dalam hidupnya.7 Karena sebuah kebesaran Allah, penyakit itu telah sembuh. Selain itu keinginan untuk mencari hidup lebih bermakna dari

5

Amin Syukur, Menata Hati Agar di Sayang Ilahi, hlm. 129.

6 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(4)

sekedar makan dan mensyukuri nikmat Allah yang telah diterimanya telah membuat beliau semakin eksis dan produktif menekuni dunia tasawuf modern ini.

Dengan demikian Amin Syukur bisa dikatakan sebagai orang yang menghabiskan sebagian hidupnya dalam mengikuti berbagai kegiatan baik yang bersifat religius maupun kepemimpinan. Hal seperti ini yang perlu dicontoh dan diambil hikmahnya oleh semua orang. Dengan mencontoh semangat dan kedisiplinan ilmunya, tentunya membuat semangat dalam diri seseorang khususnya para peserta didik untuk meneruskan perjuangan dan mengisi kemerdekaan negara ini dengan belajar yang rajin.

2. Karya-karyanya

Banyak kegiatan bersifat sosial maupun intelektual yang telah dilakukan oleh Amin Syukur, sementara itu berbagai artikel juga dimuat di berbagai media massa seperti Harian Suara Merdeka dan jurnal-jurnal ilmiah di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Sejak bulan Desember 2000 sampai sekarang (2015). Tahun 2000-2013 secara rutin mengisi rubrik dialog “Tasawuf Interaktif” yang dimuat pada harian Suara Merdeka dan pada tahun 2013 sampai sekarang (2015) di muat pada Sindo. Pada tanggal 11 Oktober 2001 beliau mendirikan LEMBKOTA (Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf) Semarang, juga merupakan salah satu devisi yang melaksanakan aktivitas Yayasan al-Muhsinun dalam mencapai visi dan misinya.

Sampai sekarang (2015) lembaga tersebut juga dikembangkan sebagai kursus tasawuf Seni Menata Hati yang dulunya bertempat di kediaman beliau

(5)

perumahan Bakti Persada Indah Blok S nomor 18 Ngaliyan, sekarang bertempat di sekretariat BPI Blok S nomor 21 Ngaliyan Semarang, maupun di lembaga-lembaga yang telah diajak bekerja sama. Diantara kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam Paket Kursus Seni Menata Hati bersifat sosial adalah: a. Paket Seni Menata Hati (SMH) Membangun remaja kreatif dan prestatif,

ditujukan untuk remaja dan dilaksanakan sebagai liburan sekolah. b. Paket Seni Menata Hati (SMH) membentuk keluarga yang sakinah c. Klinik Konsultasi Rohaniah yang dilaksanakan di kediamannya.

d. Pengajian Tasawuf Rutin yang bersifat umum di Masjid al-Ikhlas BPI Ngaliyan.

e. Paket Wisata Rohani, silaturahmi ke pondok pesantren dan tokoh Ulama‟ yang dapat memberikan tambahan spiritual.

f. Seminar dan Diskusi yang bersifat rutin, dan lain-lain.8

Dalam lingkungan UIN Walisongo Semarang, Amin Syukur termasuk intelektual yang produktif dalam pemikirannya. Sampai saat ini sudah beberapa buku telah diterbitkan maupun dalam bentuk makalah yang telah ditulis dan disampaikan dalam forum diskusi ilmiah yang diselenggarakan tidak hanya dilakukan di lingkungan UIN Walisongo Semarang saja, tetapi juga di perguruan tinggi yang lain. Di antara karya-karyanya adalah:

1. Buku-buku yang telah diterbitkan adalah:

a. Pengantar Studi Akhlak, diterbitkan oleh Duta Grafika tahun 1988.

8 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(6)

b. pengantar Ilmu Tauhid, diterbitkan oleh Bangun Desa Tahun 1987.

c. Pengantar Studi Islam, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta tahun 1996.

d. Zuhud di Abad Modern, di terbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta tahun 1997.

e. Menggugat Tasawuf, Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21 diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta tahun 1999. f. Intelektualisme Tasawuf, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar

Yogyakarta, 2001.

g. Tasawuf Kontekstual, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2012.

h. Tasawuf bagi Orang Awam, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2012.

i. Insan Kamil.

j. Zikir Menyembuhkan Kankerku, diterbitkan oleh Mizan publika Jakarta, 2007.

k. Dari Hati ke Hati.

l. Mempertautkan Dua Hati.

m. Kiat Sukses Membina Keluarga Sakinah.

n. Tasawuf Sosial, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2004

(7)

p. Terapi Hati, diterbitkan oleh Pustaka Nuun Semarang 2009. 2. Penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah:

a. Pemikiran dan Penguasaan Tanah, penelitian individual 1998. b. Sumbangan al-Hallaj terhadap Perkembangan Pemikiran Tasawuf,

tesis, 1990.

c. Corak Pemikiran Tafsir al-Qur‟an pada Abad XX, Suatu Kajian Metodologis, penelitian kolektif 1993.

d. Pemikiran Ulama‟ Sufi Abad XX tentang Zuhud, penelitian kolektif 1993.

e. Rasionalisme dalam Tasawuf, penelitian individual 1996.

f. Tanggung Jawab Sosial Tasawuf Abad XX, penelitian individual 1996.

g. Aplikasi Zuhud dalam Sorotan al-Qur‟an, Desertasi Individual 1996.9

B. Konsep Tasawuf menurut Amin Syukur

Jika dilihat dari garis besar ajaran Islam, Amin Syukur mengartikan tasawuf dalam bidang Ihsan, yakni suatu bentuk spiritualitas Islam dengan berbagai varian yang tertuju pada satu tujuan, yaitu kesadaran dan komunikasi

langsung dengan Allah SWT.10 Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW

sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim yang melukiskan tentang

9

Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

10 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(8)

dialog Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril AS mengenai sendi-sendi agama Islam. Setelah Rasulullah SAW menjelaskan keimanan dan keislaman, maka ketika Rasulullah SAW ditanya tentang Ihsan, maka beliau menjawab:

“”Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Maka

jika engkau tidak bisa melihat-Nya, ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia

melihatmu”. (HR. Imam Muslim).

Definisi Ihsan di atas tampak sangat melangit, seolah sama sekali tidak menyentuh permukaan bumi. Inti dari pernyataan Rasulullah SAW tersebut adalah pentingnya kesadaran dalam beribadah, sekaligus penghayatan yang mendalam terhadap ajaran Islam. Melalui kesadaran dan penghayatan, maka segala sesuatu yang diperbuat oleh seorang Muslim maupun yang terjad pada dirinya, merupakan

kehendak Allah SWT.11

Secara umum tasawuf dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaki adalah ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat. Tasawuf amali yaitu tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini tasawuf amali sering dikonotasikan dengan thariqat. Sedangkan tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional penggagasnya.12 Dari cara memperoleh ilmu menggunakan rasa, sedang menguraikannya menggunakan rasio, ia tidak bisa dikatakan tasawuf secara total dan tidak bisa pula disebut filsafat, tetapi perpaduan antara keduanya yang selanjutnya

11 Amin Syukur, Sufi Healing; Terapi dengan Metode Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2012). hlm. 5-6.

(9)

disebut tasawuf falsafi. Ketiga model tasawuf tersebut hanya sebatas dalam sistematika keilmuan, bukan dalam tataran praktis. Ketiganya menyatu pada pribadi yang satu dan utuh.13

Islam adalah agama pertengahan (wasath), bila dibanding dengan kedua agama samawi pendahulunya. Agama Yahudi, misalnya, lebih menekankan pada aspek legalistik yang berorientasi pada kemasyarakatan. Sementara agama Kristen lebih menekankan pada aspek spiritualistik seperti pengalaman rohani sehingga membuat agama itu terkesan lembut (kasih).14

Maka sebagai bentuk pertengahan (wasath) dari kedua agama pendahulunya itu, Islam mengandung ajaran-ajaran hukum dengan orientasi kepada masalah-masalah tingkah laku secara lahiriyah seperti agama Yahudi, tapi juga mengandung ajaran-ajaran ketuhanan yang mendalam seperti pada agama Kristen.

Tasawuf sebagai salah satu khazanah Islam, lahir sebagai produk sejarah Islam, setelah mengalami proses dan pasang surut sejarahnya telah mengkristal menjadi sebuah disiplin ilmu keislaman yang berdiri sendiri, baik dalam aspek materi maupun metodologinya.

Amin Syukur memaknai bahwa penyebab munculnya dan berkembangnya tasawuf dan spiritnya adalah persoalan sosio-kultur, masyarakat senantiasa berkembang sehingga tasawuf dituntut mampu menjadi solusi bagi persoalan-persoalan masyarakat yang muncul dewasa ini, terutama pada abad sekarang ini, di mana eranya adalah era modernisasi. Bahkan sebagai kekuatan ajaran yang utuh

13 Amin Syukur dan Fatimah Usman, Insan Kamil. hlm. 5.

14 Amin Syukur, Masa Depan Tasawuf dalam Tasawuf dan Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). hlm. 34.

(10)

antara iman dan ihsan. Pada nabi Muhammad SAW telah menjelaskan dirinya sebagai pembawa penceramah terhadap masyarakat yang tengah mengalami masa kegelapan.15

Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat daripada masa lalu, karena kondisi dan situasinya lebih kompleks sehingga refleksinya bisa berbeda.16 Sehingga dalam Tasawuf Sosial bagian keempat Amin Syukur mengatakan posisi Islam di tengah-tengah deraan lajunya kemajuan sains dan teknologi. Dalam menghadapi masyarakat modern yang menempatkan pertimbangan akal atau rasio sebagai kekuatan utama, Islam haruslah ditawarkan secara utuh dan fungsional. Di sinilah, doktrin Islam akan teruji keuniversalan dan keorisinalitasnya.

Persoalan yang dihadapi dalam membumikan Islam, khususnya tasawuf di tengah-tengah masyarakat modern, bukan tidak tersedianya perangkat nilai-nilai etis yang dikandung Islam, melainkan sejauh mana kemampuan umatnya memahami Islam itu sendiri.17

Pada pola hidup demikian melahirkan manusia yang pincang, hanya berorientasi pada masalah kekinian dan segala perubahan yang dilakukan tanpa dilandasi pegangan hidup serta tujuan hidup yang kuat justru melahirkan krisis.18 Sehingga wajar jika pada akhirnya manusia modern dilanda krisis spiritual yang melahirkan gangguan psikologis, seperti merasa tidak aman dan terancam oleh

15 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

16

Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). hlm. 111. 17 Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). hlm. xi-xii. 18 Amin Syukur dan Abdul Muhaya, Tasawuf dan Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). hlm. 22.

(11)

kemajuan yang dicapai. Maka dari itu sikap seorang sufi terhadap masa kekinian harus dapat menerima, menyaring dan memilah-milah terhadap kemajuan untuk dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.19

Kemajuan ilmu dan teknologi sebagai tulang punggung modernisasi ternyata tanpa sadar mengakibatkan dampak negatif dengan terjadinya kerusakan-kerusakan lingkungan, baik lingkungan teknologi informal maupun lingkungan sosial-kultur serta penyakit hati yang telah merata dalam masyarakat.

Oleh karena itu Amin Syukur melihat bahwa ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam tasawuf memiliki relevansi dengan pembangunan masyarakat.

C. Pandangan Amin Syukur terhadap Maqāmat Tasawuf sebagai Terapi Mental

Menurut Amin Syukur bahwa nilai-nilai tasawuf bisa dijadikan sebagai

penyembuhan penyakit, baik psikis maupun fisik.20 Karena tasawuf merupakan

bagian dari Islam, yang muaranya pada pendekatan diri kepada Allah SWT. spiritual Islam dalam tasawuf yang menjadi dasar penelitian ini adalah adanya maqāmat.

Jalan untuk sampai kepada Allah sangat berkaitan dengan maqām-maqām dalam hati, seperti taubat, wara’, zuhd, sabr, qana’ah, tawakkal, ridhā, mahabbah, dan ma‘rifah, serta berkaitan dengan sifat-sifat terpuji seperti shiddīq, ikhlās,

19

Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

20 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(12)

khawf, dan rajā’. Semua itu sudah diajarkan oleh Rasulullah secara langsung kepada para sahabat, dan dalam tasawuf dikenal dengan istilah maqāmāt dan ahwāl.

Maqām (jama‟nya: maqāmāt) adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi. Sedangkan hāl (jama‟nya: ahwāl) adalah kondisi sikap yang diperoleh seseorang yang datangnya atas karunia Allah SWT kepada yang dikehendaki-Nya.21

Selain itu, masih ada istilah-istilah lain yang tergolong sebagai maqāmāt atau ahwāl, antara lain qana’ah (merasa cukup), shukur (berterima atas segala pemberian Allah SWT), faqr (sangat membutuhkan dan tidak memiliki sesuatu yang mencukupi kebutuhannya), dan yaqīn (mempercayaan berdasarkan kenyataan; mengetahui dengan sebenarnya, dan merasa yaqin dengan sebenar-benarnya). Maqāmāt dan ahwāl tersebut adalah bagian dari proses pencapaian seorang sufi menuju Tuhannya. Adapun focus kajian penelitian ini yaitu pada maqāmāt saja. Beberapa maqāmat yang dapat dinilai sebagai metode terapi antara lain sebagai berikut:

1. Taubat

Taubat berarti, ar-ruju min adz-dzanbi, ar-ruju’ an adz-dzanbi, kembali dari berbuat dosa menuju kebaikan atau meninggalkan dosa. Dalam buku Dalil al-Falihin karya Ibn „Alan Asyidiqi sebagimana yang dikutip oleh Yunahar Ilyas mengatakan bahwa taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang

21 Amin Syukur, Sufi Healing; Terapi dengan Metode Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2012). hlm. 52-53.

(13)

kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridai-Nya, kembali dari saling bertentangan menuju saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat setelah menentang-Nya.22 Sedangkan menurut Amin Syukur taubat adalah kembali kepada Allah.

Lebih lanjut, tobat itu merupakan salah satu kunci dalam pengobatan jiwa, bahkan dapat dikatakan sebagai media pengobatan yang paling penting dalam rangka membersihkan jiwa dan hati, serta dapat mengembangkan rasa cita-cita di dalamnya, setelah dihancurkan oleh gejolak dan kerancuan, atau setelah dipotong oleh keputusasaan.

Dosa sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang melakukannya. Akibat dosa yang dilakukannya itu, tidak jarang mengakibatkan stress atau depresi, yang pada gilirannya mendatangkan penyakit. Dengan demikian, dosa adalah bibit penyakit secara fisik maupun secara psikis. Cara ampuh untuk menghilangkan bibit penyakit itu, tidak lain kecuali dengan taubat.

Amin Syukur mengatakan bahwa taubat jika dihubungkan dengan indikator mental yang sehat berkaitan dengan apa yang ditetapkan oleh Maslow, yaitu seseorang mampu meraih kesehatan mental dengan adanya hubungan antara dirinya dengan beberapa nilai, seperti kejujuran seseorang

(14)

kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran, bertanggung jawab dan melakukan sesuatu yang dikerjakannya.

2. Wara’

Wara’ adalah meninggalkan setiap yang syubhat dan meninggalkan setiap hal yang tidak berguna, atau meninggalkan barang yang melebihi kebutuhan. Al-Muhasibi menjelaskan, bahwa wara’ adalah menghisab setiap hal yang dibenci oleh Allah, baik tindakan fisik, hati atau anggota badan, dan menjauhi dari menyia-nyiakan sesuatu yang diwajibkan oleh Allah, baik dalam hati maupun anggota badan, dan hal ini hanya akan dapat dilakukan dengan muhasabah. Adapun wara‟ menurut Amin Syukur adalah mensucikan hati dan berbagai anggota badan.23

Dalam pandangan Amin Syukur, wara‟ jika dikaitkan dengan indikator-indikator mental yang sehat, yitu mampu mengetahu mana yang baik dan mana yang tidak baik.

3. Zuhud

Secara bahasa, kata zuhud dapat diruntut berdasarkan lafadz “zahida fiihi wa’anhu, zuhdan wa zahaadatan”, artinya berpaling dari sesuatu, meninggalkannya karena kehinaannya atau karena kesalahan kepadanya. Lafadz zahuda fi asy-syai artinya tidak membutuhkannya, jika dikatakan zahida di ad-dunyaa artinya meninggalkan materi duniawi yang halal karena

(15)

takut hisab-Nya dan meninggalkan yang haram dari dunia itu karena takut siksa-Nya.

Untuk memahami makna zuhud secara terminologi, berikut pengertian zuhud menurut beberapa tokoh: Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa “zuhud” tersimpul dalam dua kalimat dalam al-Qur‟an, supaya kamu tidak bersedih hati karena apa yang lepas dari tanganmu dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu. “sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang angkuh dan sombong” (QS. Al-Hadid) 57; 23. Siapa yang tidak sedih terhadap sesuatu yang luput darinya dan tidak bersuka-cita atas apa yang dimilikinya, ia adalah orang zuhud.24

Dengan demikian, menurut ayat tersebut, orang boleh sedih dan boleh gembira, asalkan tidak berlebih-lebihan. Al-Ghazali menyatakan bahwa zuhud secara keseluruhan berarti benci kepada yang disukai dan berpaling kepada yang lebih disukai. Orang yang tidak menginginkan sesuatu selain Allah hingga surgapun diabaikannya.25

Berbicara tentang arti zuhud menurut Amin Syukur, tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, zuhud sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tasawuf. kedu, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam dan gerakan protes, yaitu sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam menatap dunia fana ini. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan untuk

24 Amin Syukur, Sufi Healing, hlm. 57. 25 Amin Syukur, Sufi Healing. hlm. 58.

(16)

meraih keridaan Allah SWT, bukan tujuan hidup dan disadari bahwa mencintai dunia akan membawa sifat-sifat mazmumah (tercela).26

Zuhud tidak identik dengan kehidupan miskin. Perilaku zuhud ialah bersedia miskin maupun jadi miliuner, tapi harta tidak menjadi penghalang dalam mendekatkan diri pada Tuhan. Mencari materi itu sehat, asalkan materi duniawi untuk akhirat, dan jangan melupakan bagianmu di dunia, atau sebaliknya. Juga tidak berarti eksklusif dari dunia, karena Islam tidak mengajarkan agar manusia bermalas-malasan, akan tetapi tetap bekerja keras dan menjadikan dunia sebagai sawah ladang untuk akhirat.

Berdasarkan pengertian di atas, maka jelaslah bahwa mentalitas zuhud dapat dijadikan sebagai sarana untuk penyembuhan bagi penyakit jiwa. Penyakit jiwa yang dimaksud tentu saja penyakit jiwa yang disebabkan oleh materi, atau upaya pencarian materi, sehingga melupakan segalanya, bahkan dirinya sendiri. Memporsir tenaga tanpa menghiraukan kesehatan; memakan makanan yang haram; berlebih-lebihan terhadap yang halal. Pada akhirnya, materi tidak tercukupi, Allah ditinggalkan, dan ia tidak mendapatkan apa-apa, yang ada justru penyakit lahir (seperti diabetes, stroke, patah tulang, dan lainlain), yang juga bisa jadi disebabkan oleh adanya penyakit psikis (seperti stress atau depresi). Dalam hal ini zuhud akan dapat menjadi obat yang mujarab dalam mengatasinya. Dengan demikian, maka zuhud dapat dartikan sebagai sikap mental untuk menjauhkan diri dari kehidupan di dunia demi

(17)

akhirat, dengan kata lain menyeimbangkan antara aspek-aspek lahiriah dan batiniah, jasmaniah dan rohaniah.

Amin Syukur memandang bahwa zuhud jika dihubungkan dengan indikator mental yang sehat, yaitu berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Kartini Kartono menyebutkan bahwa dengan zuhud mampu mempunyai kemampuan-kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup yang jelas, mempunyai konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, meiliki regulasi-diri dan integrasi kepribadian dan batinnya selalu tenag.

4. Sabar

Sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dengan syariat, tenang saat ditimpa musibah, dan menampakkan kecukupan ketika dalam kefakiran.27

Sabar menurut Amin Syukur adalah menghindarkan diri dari cobaan dan menerima apa yang telah menimpaya. Sifat sabar (sabr) dalam Islam menempati posisi yang istimewa sebagai inti perbuatan hati (‘amal al-qulūb). Jika sabar dikaitkan dengan shalat, maka sabar adalah inti (perbuatan hati). Selain itu sabar juga akan melahirkan sikap tawadhu‟, takwa, shiddiq, dan lain-lain. Tawadhu‟ adalah sikap hati yang tunduk kepada Allah SWT. sikap hati ini akan tercermin dalam sikap hidup sehari-hari yang penuh ketundukan atas perintah-perintah Allah yang pada gilirannya akan melahirkan sikap yang sopan-santun dalam pergaulan sehari. Sikap semacam ini menuntut

(18)

kebersihan hati dan kelapangan jiwa dalam menerima berbagai ketetapan dan ketentuan Allah terhadap diri seseorang.

Dengan demikian, maka sabar akan dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan yang ampuh. Ketika mendapat ujian berupa sakit, maka seseorang dapat menggunakan kesabarannya dalam menahan serangan rasa sakit dengan mengembalikannya kepada Allah. Sabar atas segala keputusan-Nya, sehingga rasa sakit justru menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami betapa besar kekuasaannya. Pada gilirannya, sakit fisik tidak akan menambah sakit psikis dan sebaliknya, jika semuanya dikembalikan kepada Allah Yang Maha Penyembuh.

Menurut Amin Syukur, sabar jika dikaitkan dengan indikator mental yang sehat akan mampu mengatasi stres dengan coping yang positif, bila mendapat masalah dalam hidupnya selalu berusaha memecahkan dengan cara yang positif.

5. Qona’ah (menerima kenyataan hidup)

Qana‟ah menurut Amin Syukur, yaitu menerimanya hati terhadap apa yang ada, meskipun sedikit, disertai sikap aktif, usaha. 28 Ia adalah perbendaharan yang tidak akan sirna. Karena orang yang qana‟ah hatinya menerima kenyataankaya itu bukan kaya harta, tetapi kayanya hati. Kaya raya dengan hati yang rakus, maka akan tersiksa dengan sikapnya itu.

Orang yang qana‟ah menganggap cukup dari apa yang ada sebagai pemberian dari Allah, dan orang ini akan terbebas dari sifat ghurūr (tertipu),

(19)

tidak akan menyaingi Allah; dari sifat ‘ujub (merasa dirinya hebat), dan dari sikap su-ul adab (akhlak yang buruk) kepda Allah SWT.29

Sikap ini cukup efektif untuk menterapi diri dan/atau orang lain dari penyakit psikis yang sering membawa dampak negatif terhadap kesehatan pisik, karena dari dalam diri seseorang muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika sakit maupun sehat, ketika dalam kondisi kaya maupun miskin. Dia merasa bahwa semua sudah ditentukan dalam skenario besar Allah SWT., sambil meyakini bahwa semua yang ada pada dirinya, akan membawa hikmah di belakang hari. Dan dia ridā kepada-Nya dalam keadaannya itu. 6. Rida

Rida (ridā) secara etimologis berarti rela, tidak marah. Menurut al-Hujwiri, rida terbagi menjadi 2, yaitu rida Allah terhadap hamba-Nya, dan rida hamba terhadap Allah SWT. Rida Allah terhadap hamba-Nya, adalah dengan dengan cara memberikan pahala, nikmat, dan karamah-Nya, sedangkan rida hamba kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan tunduk atas segala hukum-perintah-Nya. Amin Syukur mengartikan rida adalah kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala karunia yang diberikan.30

Jika dikaitkan dengan indikator mental yang sehat, dengan sikap sabar akan selalu beriman dan beribadah kepada Allah SWT, keimanan kepada Allah bisa menanamkan rasa lapang, bahagia dalam diri seseorang, merasa aman dan tenang, serta merasa dilindungi oleh Allah SWt.

29 Amin Syukur, Sufi Healing, hlm. 62. 30 Amin Syukur, Sufi Healing, hlm. 62.

(20)

7. Ikhlas

Ikhlas berarti murni, bersih dan terbebas dari tujuan selain Allah. Erbe Sentanu, dalam buku Quantum Ikhlas, mengartikan istilah ikhlas dengan ketrampilan (skill) penyerahan diri total kepada Tuhan untuk meraih puncak sukses dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Menurut Erbe Sentanu, dengan melatih gelombang otak untuk tetap bertahan dalam zona ikhlas setiap hari dan mengaplikasikan semua kegiatan kita, maka akan tercipta suatu sikap hidup yang rela dan jujur di dalam diri kita. Rela karena semua yang kita lakukan selalu untuk keperluan yang lebih tinggi, lebih besar, dan lebih mulia. Jujur karena apa pun yang kita lakukan atau tidak kita lakukan adalah memang pilihan kita. Semua itu akan mengubah gelombang energinya menjadi doa yang kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.31

8. Tawakal

Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri kepada Allah. Bertawakal adalah bahwa seorang hamba melepaskan diri dari daya dan kekuatan dan bertumpu kepada pemilik daya dan kekuatan tersebut (Allah SWT) seraya mengetahui bahwa menjalani hukum sebab-akibat tidak menafikan tawakal. Amin syukur mengartikan tawakal, yaitu berserah diri kepada Allah dan tidak ada keraguan tentang apa yang menjadi keputusan Allah.32

31 Amin Syukur, Sufi Healing, hlm. 64.

32 Wawancara dengan Prof. Amin Syukur di Perumahan BPI Blok S.18 Ngaliyan – Semarang, tanggal 17 September 2015.

(21)

Dalam kaitannya dengan menghadapi penyakit, tawakal adalah kunci mencapai kesembuhan. Obat apapun yang diinjeksikan ke dalam tubuh, tidak akan bermanfaat manakala dalam hati seseorang tidak ada rasa tawakal dan ridha. Ada pepatah mengatakan, “Jangan pergi ke dukun, kalau engkau membawa obat”. Artinya, ketika seseorang diberi obat, dia belum bisa berserah diri pada satu obat, melainkan masih digalaukan oleh adanya obat lain, yang menurutnya memungkinkan untuk menyembuhkan. Ia belum rida jika diobati dengan satu jenis obat. Hal ini tentu saja, kecil kemungkinan untuk sembuh dari penyakit, sebab goyahnya keyakinan dalam diri akan sembuhnya suatu penyakit. Oleh karena itu, tawakkal dan rida, dapat dijadikan salah satu terapi untuk mempercepat proses penyembuhan, di samping tentu saja untuk pencegahan penyakit.33

Dalam pandangan Amin Syukur, jika tawakal dikaitkan dengan indikator-indikator mental yang sehat bisa menerima kenyataan hidup, yang ditandai dengan menerima keadaan fisik.

Sikap-sikap sufistik diatas Semua itu merupakan anak tangga menuju hidup yang stabil dan seimbang. Dengan menghayati dan mengamalkannya setiap hari, maka akan sangat membantu kita untuk mewujudkan hidup yang dinamis.

Sebagaimana, bahwa ajaran tasawuf adalah salah satu bentuk spiritualitas Islam yang terletak pada pengolalaan hati, sedemikian rupa sehingga dapat benar-benar tertuju kepada Allah SWT. dengan diharapkan hati seseorang hanya berisi kepasrahan kepada Allah SWT atas segala bentuk takdir yang diberikan-Nya.

(22)

Semua itu dilakukan dengan tujuan agar meraih kedekatan dengan-Nya, tanpa batas antara makhluk dan khalik, sampai akhirnya memperoleh kelezatan iman dan kebahagian dunia akhirat. Inilah konsep awal yang senantiasa dijadikan dasar bagi para sufi dalam melakukan berbagai praktik sufistik. Dalam katannya dengan penyembuhan penyakit, maka maqamat dan ahwal dapat dijadikan sebagai konsep dasar bagi proses penyembuhan berbagai penyakit, terutama mental, dan dapat juga dijadikan sebagai sumber penyembuhan penyakit fisik, jika dihubungkan dengan teori Psikoneuroendokrinmunologi yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan. Lebih lanjut, dalam psikologi, hal ini masuk dalam psikologi transpersonal.34

Dikatakan oleh Amin Syukur bahwa peran jiwa kita sangat berpengaruh dalam melakukan penyembuhan terhadap penyakit fisik maupun psikis. Pengobatan dari medis atau pengobatan dari luar sifatnya hanya membantu saja. Dalam hal ini, bahwa faktor utama penyembuhan, khususnya sakit psikis itu sebagian berasal dari dalam, yaitu sikap batin (60%), sedangkan selebihnya (40%) adalah faktor lingkungan, seperti faktor dari keluarga, obat dan lain sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan kinerja karyawan, pengaruh budaya organisasi secara tidak langsung (melalui variabel kepuasan kerja) lebih baik dari pada pengaruh langsung.

Sejalan dengan hasil penelitian Iqbal (2012) bahwa kepuasan dan komitmen organisasional memiliki hubungan yang signifikan terhadap karyawan, karena faktor kepuasan

Aset dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, jika dan hanya jika, 1) Grup saat ini

Pada umur pengamatan 1 minggu setelah aplikasi menunjukkan perlakuan herbisida 2,4-D dosis 2,5 l ha-1 memiliki rerata jumlah anakan lebih rendah 50,55% dibandingkan penyiangan

(3).Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara

Standar industry untuk current Ratio adalah sebanyak 200%. Jika banyaknya Current Rasio berada jauh dibawah standar industri hal ini menunjukkan bahwa

Beradasarkan kedekatan sel-sel parenkim hati dengan pembuluh darah (vena distribusi), maka sel-sel tersebut dapat dibagi menjad 3 zona:.. a) Zona 1 : sel-sel pada zona I