• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menghindari Coping Stress yang Tidak Produktif pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cara Menghindari Coping Stress yang Tidak Produktif pada Remaja"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Cara Menghindari

Coping

Stress

yang

Tidak Produktif pada Remaja

Christoffel Elthan Umboh (2016031011), Layla Nurul Af’idati (2016031021), Bayu Aditya Suryanto (2015041008), Arbi Rizky Ramadhan (2015041030)

Psikologi, Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya E-mail : christoffel.elthanumboh@student.upj.ac.id

E-mail : layla.nurulafidati@student.upj.ac.id E-mail : bayu.aditya@student.upj.ac.id

E-mail : arbi.rizky@student.upj.ac.id

Abstract

Workshop "How To Avoid Unproductive Coping Stress on Teenagers" intend to encourage teenagers to do Productive Coping Stress. The author hope this workshop can be accepted positively by the high school and college student who will be attending this workshop. The author has a prediction that this workshop will go smoothly and achieve it purpose. The predict is based of moderator who attend this workshop, which is they are competent in this workshop material. The author see with this focus group discussion will be further effective

by this provided workshop material, so that the purpose of the workshop can be accomplished.

Keywords : adolescence, stress, stressor, coping stress, problem focused coping, focus group discussion

1. PENDAHULUAN

1.1. Remaja

1.1.1. Pengertian Remaja

Monks (Nasution, 2007) menyatakan remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Hurlock (Nasution, 2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak matang secara seksual dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang berusia 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

1.1.2. Stress pada Remaja

Walker (Nasution, 2007) menyatakan ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stress, yaitu: 1. Faktor biologis, yaitu:

a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga

b. Penggunaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga

c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga

(2)

d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga

e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatris seperti kelaianan makanan, skizofrenia, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan

f. Kematian salah satu anggota keluarga

g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik h. Perceraian orangtua

i. Konflik dalam keluarga 2. Faktor kepribadian, yaitu:

a. Tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata

b. Tingkah laku agresif dan antisosial c. Penggunaan dan ketergantungan obat

terlarang

d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah

e. Masalah dengan tidur atau makan 3. Faktor psikologis dan sosial, yaitu:

a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga

b. Tidak dapat memenuhi harapan orangtua seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas dan penolakan sosial

c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan

d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan

e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan

Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stress adalah faktor biologis, sosial, kepribadian, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya.

1.2. Stress

1.2.1. Pengertian Stress

Santrock (2006) menyatakan stress

adalah respon individu terhadap stressor dan kejadian tertentu, yang dapat mengancam dan kemampuan untuk mengatasinya. Stress secara umum merupakan suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah

Stress muncul akibat adanya tekanan atau beban hidup. Stress menjadi kecemasan jika apa yang dikhawatirkan belum terjadi dan menjadi depresi jika ”bencana” yang ditakutkan sudah terjadi. Munculnya stress biasanya ditandai dengan gangguan tidur, mudah terkejut, cemas berlebihan, sulit berkonsentrasi, jantung berdebar, hingga gangguan fisik seperti sakit perut dan diare.

1.2.2. Penggolongan Stress

Selye (dalam Nasution, 2007) menggolongkan stress menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya. Salah satu golongan tersebut, yaitu:

Distress (stress negatif)

Selye menyebutkan distress

merupakan stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stress

(3)

individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

1.2.3. Stressor

Lazarus & Folkman (dalam Nasution, 2007) menyatakan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stress disebut dengan stressor.

Lazarus & Cohen (dalam Nasution, 2007) mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Cataclysmic events

Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian–kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.

2. Personalstressors

Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.

3. Backgroundstressors

Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.

Ada beberapa jenis-jenis stressor

psikologis (Nasution, 2007), yaitu: 1. Tekanan (pressures)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.

2. Frustrasi

Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustrasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.

3. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.

Berdasarkan pengertian stressor di atas dapat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stress.

1.3. Coping

1.3.1. Pengertian Coping

Perilaku coping merupakan suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin dalam Riadi, 2013).

Strategi coping didefinisikan secara terperinci oleh Folkman (Riadi, 2013) sebagai bentuk usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatur tuntutan internal dan eksternal yang timbul dari hubungan individu dengan lingkungan, yang dianggap menganggu batas-batas yang dimiliki oleh individu tersebut.

(4)

Selain itu Cohen dan Lazarus (Riadi, 2013) menambahkan tujuan perilaku coping adalah untuk menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa atau kenyataan-kenyataan yang negatif, mempertahankan keseimbangan emosi, mempertahankan self image yang positif.

Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi coping merupakan aktivitas-aktivitas spesifik yang dilakukan oleh individu dalam bentuk kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu tersebut, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh masalah internal maupun eksternal dan menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan negatif, mempertahankan keseimbangan emosi dan self image

positif.

1.3.2. Bentuk-bentuk Strategi Coping

Lazarus & Folkman (Riadi, 2013) mengklasifikasikan strategi coping yang digunakan menjadi dua, yaitu:

a. Problem focused coping (PFC)

Problem focused coping (PFC) merupakan strategi coping untuk menghadapi masalah secara langsung melalui tindakan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stress. Problem focused coping

memungkinkan individu membuat rencana dan tindakan lebih lanjut, berusaha menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk memperoleh apa yang telah direncanakan dan diinginkan sebelumnya. Pada strategi coping

berbentuk PFC dalam mengatasi masalahnya, individu akan berpikir logis dan berusaha memecahkan permasalahan dengan positif.

b. Emotion focused coping (EFC)

Emotion focused coping

merupakan strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh

stressor (sumber stress), tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stress secara langsung.

Emotion focused coping memungkinkan individu melihat sisi kebaikan (hikmah) dari suatu kejadian, mengharap simpati dan pengertian orang lain, atau mencoba melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang telah menekan emosinya, namun hanya bersifat sementara (Riadi, 2013).

2. METODE

Dalam menghadapi stress memang ada baiknya para remaja melakukan

coping stress dengan problem focused coping, karena dengan begitu para remaja tidak salah dalam mengambil keputusan yang negatif. Program yang kami gunakan adalah workshop yang bertemakan “Cara Menghindari Coping Stress yang Tidak Produktif pada Remaja”. Workshop ini diperuntukkan bagi remaja usia 15-18 tahun yang bertujuan untuk memberi informasi dan melatih remaja dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan strategi problem focused coping. Strategi tersebut digunakan agar para remaja dapat menghadapi masalah secara langsung melalui tindakan untuk menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stress.

Program ini digagas dengan harapan mendapatkan bantuan dari Psikolog, yaitu orang yang mempelajari bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan dalam psikologi mengenai perilaku manusia. Psikolog dapat membantu penggagas untuk menjadi pembicara di

(5)

dalam workshop untuk memberikan informasi dan pelatihan kepada remaja mengenai cara coping stress dengan

problem focused coping. Psikolog dapat membantu para remaja menemukan strategi-strategi yang tepat untuk menghadapi stress.

Untuk prosedur awal, dilakukan kerjasama antara pihak penggagas dengan pihak Universitas Pembangunan Jaya (sponsor) sebagai fasilitator dalam workshop ini. Dalam workshop ini, pihak penggagas akan menghadirkan Psikolog yang berkompeten sebagai narasumber yang akan memberikan pelatihan: pertama, mengenali sumber masalah dan berfikir logis akan masalah tersebut. Kedua, membuat perencanaan untuk mengantisipasi masalah. Ketiga, menyelesaikan masalah dengan cara yang positif. Workshop akan dimulai dengan pemberian kuesioner yang diberikan panitia lalu dilanjutkan dengan penjelasan dan pelatihan mengenai coping stress oleh Psikolog. Setelah mendapat informasi, peserta akan dibentuk dalam beberapa

focus group discussion sesuai usianya dengan seorang fasilitator di setiap kelompoknya, fasilitator tersebut yaitu seorang mahasiswa atau mahasiswi psikologi tingkat akhir dari UPJ yang berkompeten dalam materi workshop. Kemudian peserta diberikan contoh kasus (seperti permasalah keluarga, relationship,

atau hubungan interpersonal) dan peserta diminta untuk memberikan solusi dari kasus tersebut. Tugas fasilitator dalam setiap kelompok adalah membantu mengarahkan peserta dalam mengambil keputusan supaya peserta tidak mengambil solusi yang tidak produktif.

Untuk prosedur selanjutnya, penggagas akan membuat undangan yang akan dibagikan ke beberapa SMA dan ke

Universitas Pembangunan Jaya untuk menentukan pihak peserta.

Keunggulan dari program ini adalah program ini akan diselenggarakan secara terbuka untuk umum dengan usia yang telah ditentukan oleh penggagas. Remaja akan mendapat informasi dan pelatihan secara detail mengenai coping stress dan dipersilahkan untuk menanyakan apapun terkait dengan coping stress. Pihak penggagas juga akan memberikan sertifikat kepada pihak peserta yang menghadiri workshop ini. Dengan adanya workshop ini, diharapkan dapat membantu mengurangi kenakalan remaja seperti mengkonsumsi narkoba, minuman keras dan lain-lainnya yang termasuk dalam coping stress yang tidak produktif. Secara teknis prosedur pelaksanaan workshop sebagai berikut:

2.1. Tahap Persiapan

Untuk mendapatkan tempat dalam

workshop ini, pihak penggagas akan bekerja sama dengan pihak Universitas Pembangunan Jaya sebagai fasilitator, karena workshop akan dilaksanakan di kampus Universitas Pembangunan Jaya. Lalu untuk mendapatkan peserta, penggagas akan menyebarkan undangan ke sekolah SMA di Jakarta dan juga mengundang mahasiswa serta mahasiswi Universitas Pembangunan Jaya. Setelah itu, untuk menentukan pembicara penggagas akan mencari seorang psikolog yang tepat terkait dengan materi yang akan dibahas dalam workshop. Setelah mendapatkan pembicara, penggagas mencari seorang mahasiswa atau mahasiswi psikologi tingkat akhir dari Universitas Pembangunan Jaya yang berkompeten dalam materi workshop

untuk membantu jalannya workshop.

(6)

sekolah yang ingin menjadi peserta adalah selama 1 bulan.

2.2. Observasi

Setelah menentukan peserta, pembicara dan fasilitator dalam workshop

ini, pihak penggegas akan melakukan observasi dengan memberikan kuesioner kepada pihak sekolah dan mahasiswa serta mahasiswi guna mengetahui pengetahuan peserta mengenai materi yang akan diberikan dalam workshop ini. pihak penggagas akan melakukan workshop

selama 4-5 jam dan memberikan sertifikat kepada para peserta yang hadir. Pihak penggagas sudah menentukan jumlah peserta yang hadir dalam seminar ini 25-40 orang.

Pihak penggagas sudah memperkirakan dengan jumlah peserta 25-40 orang akan efektif untuk acara workshop ini. Adapun pendekatan yang dilakukan yaitu dengan focus group discussion. Focus group discussion adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-10 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator (Setyobudi, 2010). Focus Group discussion akan membahas contoh kasus tentang materi yang diberikan oleh pihak penggagas. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tahap ini adalah selama 1 bulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tahap Pelaksanaan

a) Peserta memasuki ruangan yang telah disediakan.

b) Pihak panitia akan memberikan kuesioner untuk pihak peserta, peserta diberikan kesempatan 20

menit untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

c) MC memasuki ruangan (lelaki dan wanita, tujuan untuk mencairkan suasana).

d) Perkenalan dan penjelasan.

e) Penyampaian materi oleh Psikolog. f) Menjelang penyampaian materi

selesai, moderator bersiap untuk mendapingi peserta dalam Focus Group Discussion.

g) Penyampaian materi selesai dan sesi tanya jawab.

h) MC memberikan arahan kepada peserta untuk bersiap Focus Group Discussion.

i) Focus Group Discussion dengan

materi yang sudah ditentukan dimulai. Tujuannya agar para peserta lebih memahami materi yang diberikan.

j) Focus Group Discussion selesai. Rangkaian acara selesai. Ditutup dengan tepuk tangan yang meriah. k) Pemberian kuesioner kepada

peserta yang sudah mengikuti

workshop. Tujuannya untuk mengevaluasi keefektifan acara yang diberikan.

Workshop yang bertemakan “Cara Menghindari Coping Stress yang Tidak Produktif pada Remaja” ini diharapkan dapat membantu siswa menghindari

coping stress yang tidak produktif.

Penggagas melampirkan rundown workshop di lampiran 1.1.

3.2. Tahap Pasca Pelaksanaan

Panitia mengolah data dari kuesioner yang diberikan di awal dan di akhir acara untuk mengetahui keefektifan dari workshop. Panitia juga mengevaluasi

(7)

kekurangan dan kelebihan dari kuesioner yang diberikan.

4. KESIMPULAN

Workshop “Cara Menghindari Coping Stress yang Tidak Produktif pada Remaja” bertujuan untuk mengarahkan remaja melakukan coping stress yang produktif. Penggagas berharap agar

workshop ini dapat diterima dengan positif oleh pihak SMA dan mahasiswa yang akan menghadiri workshop ini. Penggagas memprediksikan workshop ini akan berjalan dengan lancar dan tercapai tujuannya. Prediksi kelancaran workshop

ini didasari oleh pihak moderator yang menghadiri workshop, dimana para moderator tersebut merupakan orang yang berkompeten dalam materi yang dibahas dalam workshop ini. penggagas melihat dengan adanya Focus Group Discussion

akan lebih mengefektifkan materi

workshop yang diberikan sehingga tujuan dari workshop ini dapat lebih terlaksana.

5.DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. W. (2006). Human Adjusment. New York NY: McGraw-Hill. Nasution, I. K. (2007). Stress pada

Remaja. Diakses dari http:/library. Usu.ac.id/download/fk/132316815 (1).pdf

Riadi, m. (2013). Strategi Coping.

Psikologi. Diakses dari http://www .kajianpustaka.com/2013/10/strateg i-coping.html

Setyobudi, W. T. (2010). Teknik Moderasi Focus Group Discussion (FGD). Di akses dari http://inspirewhy.com/te khnik-moderasi-focus-group-discussion

(8)

RUNDOWN

No Mulai Selesai Durasi Cast Storyline

1 8:00 - 8:45 0:45:00

Seluruh Panitia workshop

Proses registrasi peserta seminar (SMA & Mahasiswa), dan pengisian kuisioner yang

diberikan panitia. 2 8:45 - 8:50 0:05:00 Seluruh Panitia workshop & Peserta

Proses registrasi selesai, peserta mengumpukan kuisioner, dan seluruh peserta seminar sudah menempati tempat duduk yang

telah disediakan. 3 8:50 - 9:00 0:10:00 MC, Seluruh Panitia & Peserta

MC mulai membuka acara dan menyapa seluruh peserta yang hadir, dan meminta seluruh peserta yang berada di dalam ruangan untuk

tertib selama acara berlangsung.

4 9:00 - 9:15 0:15:00 MC,

Pembicara

MC mempersilahkan pembicara untuk naik ke atas panggung dan sedikit chit-chat dengan

pembicara.

6 9:15 - 10:15 1:00:00 MC,

Pembicara

Pembicara mulai membawakan materi presentasinya.

7 10:15 - 10:45 0:30:00 MC,

Pembicara

Sesi tanya-jawab dengan pembicara. Dibuka 6 sesi, 3 dari SMA dan 3 dari Mahasiswa.

8 10:45 - 10:55 0:10:00 MC

MC mempersilahkan peserta untuk duduk membentuk 5 kelompok dan setiap kelompoknya dibantu oleh satu fasilitator.

9 10:55 - 11:00 0:10:00

Panitia dan peserta workshop

Proses pembagian kelompok selesai dan seluruh peserta seminar sudah menempati

tempat duduk yang telah disediakan.

10 11:00 - 11.30 0:30:00 Fasilitator dan seluruh peserta workshop

Fasilitator memberikan contoh kasus terkait coping stress dan para peserta di setiap kelompok ditugaskan untuk memecahkan

masalah tersebut di kertas yang sudah disediakan. 11 11:30 - 12.00 0:30:00 Fasilitator, seluruh peserta workshop

Fasilitator mengumpulkan jawaban dan memberikan kuisioner lalu peserta kembali ke

tempat duduk semula.

12 12:00 - 12.10 0:10:00

MC, Pembicara

& Peserta

MC mempersilahkan peserta untuk mengumpulkan kuisioner dan memberikan review materi pembicara dan recap kepada

(9)

13 12:10 - 12.15 0:05:00 MC, Pembicara, Ketua Prodi PSI

MC mempersilahkan Ketua Prodi untuk memberikan Plakat kepada pembicara dan

berfoto bersama.

14 12:15 - 12.30 0:15:00 MC,

Pembicara

MC berterima kasih kepada pembicara, peserta yang sudah hadir pada seminar. Menutup acara

dan menginformasikan untuk mengambil sertifikat di meja registrasi.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk metode belajar visual adalah dengan menggunakan gambar, kehadiaran buku bacaan atau buku cerita dengan disertai gambar lebih menarik minat anak untuk

Oleh karena itu, penutur menggunakan cara-cara tertentu agar tuturan yang disampaikan mengandung makna sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur tetapi

Kedua poin tersebut memeroleh sekor dengan presentase 75 %, sehingga, sistematika penyajian dikategorikan cukup layak dan perlu dilakukan revisi.Setelah dilakukan

Glow Plug, komponen dari starter mesin yang berfungsi untuk memanaskan bahan bakar; funfsi: memudahkan menyalakan mesin; letak: sistem mesin.. Governor, alat yang digunakan

Dengan perkataan lain, remaja yang berada pada masa peralihan akan mengalami.. kesulitan dalam pengembangan

Futures adalah kontrak berjangka panjang yang bersifat mengikat atau memberi kewajiban kepada kedua belah pihak untuk membeli atau menjual underlying asset

[r]

Pokja Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Banggai Kepulauan pada SKPD Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah