STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
Oleh MARTINI
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang status gizi siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan penghitung berat badan ideal menggunakan antropometri penilaian status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua, pihak sekolah maupun guru yang mengajar.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab.
Pendidikan adalah upaya yang dikejakan secara radar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain dimulai dari sejak dini hingga akhir hayat.
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta bertanggung jawab bermasyarakat dan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka pemerintah mendirikan fasilitas untuk menunjang proses pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal disesuaikan dengan kemampuan daerah itu sendiri. Salah satu pendidikan formal adalah melalui Pendidikan jasmani yang pada dasarnya merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan cita-cita di atas dilakukan dengan menetapkan standar-standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan di antaranya standar isi dan standar kompetensi lulusan yang dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar perlu
masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Mata pelajaran itu berupa : (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Matematika, (5) IPA, (6) IPS, (7) Seni Budaya dan Keterampilan, dan (8) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Pada hakikatnya, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang mamanfaatkan aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum 1994 dalam Suherman (1997) Menggariskan bahwa pelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan merupakan alai pendidikan yang memberikan bantuan ataupun memberikan kelengkapan bagi usaha pendidik secara keseluruhan.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan salah satu bahan kajian dan pelajaran yang wajib termuat dalam isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. Dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah dasar, siswa membutuhkan kondisi fisik yang sehat seperti yang ada di dalam
semboyan men sana in korporisano yang diartikan sebagai "dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat".
Untuk mecapai suasana belajar yang kondusif, maka perlu
penjelasan pembelajaran yang tujuannya agar siswa menjadi lebih mengerti akan pentingnya pola hidup sehat sehari-hari. Salah sate pembelajaran tersebut adalah mengenai pengetahuan tentang gizi, gizi dalam kurikulum
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah sub pokok materi yang harus dipelajari oleh anak didik yang terdapat dalam materi kesehatan pada semester genap. Hal ini mengingat pada usia dini, anak berada pada masa pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya.
Pada saat ini, indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah Gizi kurang pada umumnya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan tersebut, pemerintah Indonesia telah menetapkan Hari Gizi Nasional (HGN) dimana program tersebut bertujuan untuk meningkatkan potensi anak-anak Indonesia yang menderita kekurangan gizi ataupun berpotensi mengalami kekurangan gizi. Masa Sekolah Dasar merupakan periode dimana anak memasuki lingkungan dari yang hanya bermain ke tahap belajar.
Anak sekolah merupakan salah satu kelompok rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar ketidak cukupan gizi bisa dihindari. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. Disinilah gizi memegang peranan penting untuk membantu siswa dalam pertumbuhan. Status gizi merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang dan keadaan kesehatan anak pada umumnya, khususnya anak-anak sekolah dasar.
Ukuran antropometri anak sekolah dianggap penting sebagai salah satu indikator derajat gizi dan kesehatan, Selain itu status gizi siswa SD juga mencerminkan cukup tidaknya konsumsi gizi masa-masa sebelumnya Berta. penyakit yang dideritanya.
Pengamatan dan pemantauan keadaan gizi anak usia sekolah sebenarnya adalah tanggung jawab kita semua baik orang tua maupun guru di sekolah. Karena sekolah merupakan salah satu tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu atau berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekola
dikarenakan adanya siswa yang tidak kuat mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani selama dua jam pelajaran. Hal ini diduga karena siswa kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi yang cukup sehingga menyebabkan mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan. judul " Studi Analisis Tentang Status Gizi di SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2011/2012"
.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Belum terpenuhinya penerapan pembelajaran di sekolah tentang ilmu pengetahuan gizi.
2. Kurangnya penjelasan guru tentang pentingnya Gizi.
3. Kurangnya pemantauan orang tua maupun guru terhadap keadaan Gizi anak.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Gambaran Status Gizi Siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu Tahun 2011/2012 ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang Status Gizi Siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2011/2012.
F. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi penulis
Bagi Penulis, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang Gizi yang didapat selama kuliah. b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan guna khasanah Ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu Gizi.
c. Mahasiswa Penjaskes
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut.
d. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
dalam pengembangan ilmu pembelajaran, khususnya untuk mata kuliah Ilmu Gizi.
e. Bagi pihak sekolah
Untuk merencanakan program dalam menetukan kebijakan yang berkaitan dengan status gizi anak-anak didiknya.
f. Bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengajar anak didiknya dalam pengetahuan tentang Kesehatan maupun ilmu Gizi di sekolah.
G. Ruang Lingkup Penelitian.
Obyek penelitian : Mengetahui status gizi siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kec. Gadingrejo Kab. Pringsewu
Subyek peneliti : Siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kec. Gadingrejo Kab. Pringsewu
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan secara
radar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh
pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.
Kurikulum 1994 dalam Suherman (1997: vi), menyatakan bahwa Pendidikan.
Jasmani dan Kesehatan adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani keterampilan berfikir
kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan, moral
melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap
sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukkan budaya, etnis dan
agama.
3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran pendidikan jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri
dan orang lain.
7. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi
untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.
8. Mampu mengisi ulang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
B. Kesehatan
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), Kesehatan adalah keadaan
sempurna baik fisik, mental maupun sosial, yang tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat. (Notoatmojo, 2003 : 3).
Kesehatan adalah sumber dari kesenangan kenikmatan dan kebahagiaan. Oleh
karena itu sangat bijaksana bila kita selalu memelihara dan meningkatkan
akan memberikan dukungan yang sangat berarti dalam pencapaian hidup
sehat. Keadaan sehat sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah keadaan
sehat sempurna, sehat ideal atau sehat yang diidam-idamkan.
Dalam Tarigan, (2008: 11) Sehat menurut Faal terutama dari aspek jasmaniah
yaitu, Normalnya proses-proses fisiologi didalam tubuh serta fungsi-fungsi
alat tubuh secara keseluruhan. Dalam ilmu faal, sehat dibagi dalam dua
tingkatan yaitu Sehat statis dan Sehat dinamis. Sehat statis yaitu normalnya
fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat, sedangkan sehat dinamis yaitu
normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu kerja atau olahraga.
1. Perilaku Hidup Sehat
Menurut Notoadmojo (2003: 118) " Perilaku hidup sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya". Perilaku hidup sehat
meliputi aspek sehat jasmani dan aspek sehat rohani. Aspek sehat jasmani
antara lain tubuh berkembang serasi dan seimbang, terampil, bugar, segar.
Sedangkan aspek rohani antara lain sehat sosial, sehat emosional, sehat
mental, sehat intelektual, dan sehat spiritual. Perilaku hidup sehat tersebut
mencakup antara lain :
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang
disini dalam artikulasi ( mengandung zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh ), dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Secara
2) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas ( gerakan ) dan kuantitas
dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.
3) Tidak merokok, merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras
dan mengkonsumsi narkoba ( narkotika dan bahan-bahan berbahaya
lainya).
5) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern,
mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan sehingga
waktu istirahat kurang.
6) Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan
akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai
akibat tuntutan hidup yang keras. Stress tidak dapat dihindari, yang
penting dijaga agar stress tidak mengakibatkan gangguan kesehatan.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
Dari beberapa pendapat tentang perilaku di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah aktivitas yang dikedakan individu terwujud dalam tindakan
atau sikap karena adanya stimulus yang diterima, tindakan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan.
2. Penerapan Perilaku Hidup Sehat
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan
serta lingkungan. Notoadmojo (2003: 118)
Cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi :
1) Jenis-jenis makanan yang bergizi
2) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatanya
3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan
4) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minuman keras dan narkoba
5) Pentingnya istirahat cukup, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan.
Dari beberapa pendapat itu dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku
kesehatan adalah segala tindakan atau sikap seseorang yang berhubungan
dengan kesehatan.
Adapun dalam membentuk pola kebiasaan hidup sehat akan dapat dicapai
melalui praktik nyata yang dapat diterapkan dalam keseharian diantaranya
yaitu:
1) Perilaku terhadap makan.
Perilaku terhadap makan, yakni respon seseorang terhadap makan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan pralctek terhadap makanan serta
unsur-unsur Yang, terkandung di dalamnya (zat gizi), konsumsi makan,
penyajian makanan dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
2) Perilaku terhadap kesehatan pribadi.
mengenai aktivitas pribadi, penampilan pribadi, keadaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan panca indera, pemeliharaan
kesehatan gigi, penyakit menular dan tidak, fungsi alat-alat tubuh dan
pertumbuhan. Hermawan (1998:13).
3) Perilaku terhadap sakit dan penyakit.
Penyakit adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme,
benda acing atau luka (injury). Hal ini adalah fenomena yang objektif
yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme
tubuh. Sedangkan sakit adalah penilaian seorang terhadap penyakit
sehubungn dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini
merupakan fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak
enak (feeling unwell). Notoadmojo (2003:180).
Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberikan pengaruh yang positif
pada kesehatannya, tetapi sebaliknya kebiasaan yang cenderung
memberi dampak negatif akibatnya, individu modal, terserang
penyakit. Perilaku terhadap sakit dan penyakit menurut Notoadmojo
(2003: 195) meliputi:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan misalnya makan-makanan yang bergizi, olahraga, dan
sebagainya.
b. Perilaku pencegahan penyakit adalah respon untuk melakukan
pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk
mencegah gigitan nyamuk malaria.
untuk melakukan atau mencari pengobatan kefasilitas pelayanan
kesehatan (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya).
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan, yaitu perilaku
yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan
setelah sembuh dari suatu penyakit, misalnya mematuhi
anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.
e. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan, perilaku ini
menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan dan obat-obatanya yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas-fasilitas.
f. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia,
seperti: penggunaan air bersih, rumah sehat, dan pembersihan
sarang nyamuk.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku terhadap
sakit dan penyakit adalah respon seorang terhadap sakit dan penyakit,
baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit
dan rasa sakit yang ada pada dirinya), maupun aktif (tindakan) yang
dilakukan sehubungan sakit dan penyakit tersebut. Adapun perilaku itu
ditekankan pada tindakan memelihara kesehatan, pencegahan penyakit,
usaha-usaha dalam pemulihan kesehatan setelah sakit, pemanfaatan
terhadap layanan kesehatan yang ada, dan respon seseorang terhadap
perilaku hidup sehat tercapai dan dapat terhindar dari sakit dan
penyakit. Dalam hal ini, upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang di
sebut sarana kesehatan yaitu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan seperti puskesmas, dokter, rumah
sakit, dan juga instansi-instansi terkait yang salah satunya adalah
sekolah.
C. Pendidikan Kesehatan Sekolah
Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau
tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan yang meliputi
seluruh aspek pribadi (fisik, mental, sosial) agar dapat tumbuh dan berkembang
secara. harmonik. ( Hermawan, 1998: 2)
Pendidikan kesehatan dikaitkan dengan Pendidikan Jasmani, sehingga menjadi
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang pada hakikatnya juga merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan kesehatan diarahkan
kepada pembinaan pola dan kebiasaan hidup sehat. Sebagai sasaran pendidikan
kesehatan adalah begaimana mengintegrasikan pengetahuan, sikap, nilai dan
perbuatan nyata berkenaan dengan pola hidup sehat.
Tujuan Pendidikan Kesehatan di sekolah menurut Syarifuddin dan Muladi
dalam Hermawan. (1998: 3), yaitu:
1) Meningkatkan pengetahuan anak didik tentang ilmu kesehatan termasuk
2) Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif terhadap
prinsip hidup sehat.
3) Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai
dengan syarat kesehatan.
4) Meningkatkan keterampilan anak didik dalam, melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.
Begitu padatnya kurikulum Sekolah Dasar (SD), sehingga guru juga
bertanggungjawab terhadap materi pendidikan kesehatan dan praktek olahraga.
Berdasarkan pemaparan di atas, salah satu gambaran yang perlu diterapkan
oleh seorang guru yaitu: siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman serta pengetahuan tentang arti pentingnya hidup
sehat.
D. Pengenalan Ilmu Gizi
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta
mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Untuk dapat beraktifitas
dengan baik, tubuh tentunya membutuhkan bahan bakar yang cukup. Oleh
karena itu, sudah seharusnya masalah gizi menjadi bahan perhatian kita.
Terlebih lagi bagi usia sekolah dasar baik laki-laki maupun perempuan yang
merupakan masa pertumbuhan sebagai modal dasar dan aset yang sangat
Kata "gizi" berasal dari bahasa arab "ghidza" yang berarti "makanan". Di satu
sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia.
Menurut Almatsir (2004: 3) bahwa Ilmu Gizi (nutrition scince) adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan optimal .
Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
1. Pengertian Gizi (Nutrition)
Menurut Almatsier (2004: 3) gizi adalah hubungan makanan dengan
kesehatan dan proses dimana organisms menggunakan makanan : untuk
menghasilkan energi, pertumbuhan dan perkembangan mengganti jaringan
sel rusak, dan mempertahankan hidup.
2. Status Gizi (Nutrition Status)
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dipengaruhi oleh asupan makanan,
penyerapan dan penggunaannya. Menurut Almatsier (2004: 3), secara
umurn terdapat empat kategori status gizi, yaitu status gizi buruk, kurang,
Kebutuhan gizi bagi setiap manusia berbeda-beda tergantung dari jenis
kelamin, umur, aktivitas, ukuran dan susunan tubuh, iklim/suhu udara, dan
kondisi fisik tertentu. Kecukupan atau konsumsi gizi anak berbeda dengan
kecukupan gizi pada usia dewasa. Gambaran status gizi anak pada
umumnya dapat dilihat melalui pertumbuhan fisik dan perkembangan
mentalnya, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metobolik.
Sedangkan perkembangan yaitu bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur. Masa yang
terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai
periode laten, karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis
ketika masih berstatus bayi.
Status gizi juga berkaitan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi
seseorang berkaitan dengan perkembangan otak, dan kemampuan belajar,.
Oleh karena itu, bagi negara berkembang seperti Indonesia kebutuhan gizi
merupakan salah satu faktor penting untuk memacu pembangunan,
khususnya yang berkaitan dengan perkembangan sumber daya manusia
berkualitas ( Almatsier, 2004: 4 )
Menurut Sediaoetama (1985: 17), ada beberapa komponen zat-zat gizi
yang dibutuhkan untuk meningkatkan status gizi, seperti:
a. Energi
untuk bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-14 tahun), terjadi
proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta, perubahan bentuk dan
susunan jaringan tubuh, di camping aktivitas fisik yang tinggi. Besar
kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta
intensitas kegiatan jasmani tersebut. Widyakarya Pangan dan Gizi
(1988) dalam Almatsier (2004: 302) disebutkan bahwa kecukupan
energi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi Per Hari.
Golongan Umur (tahun) Pria (kkal) Wanita (kkal)
1-3 1250 1250
4-6 1750 1750
7-9 1900 1900
10-12 2000 1900
13-15 2400 2100
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1988 dalam Sunita Almatsier (2004:302)
Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk kedalam tubuh
melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan ( Almatsier,
2004: 148). Lebih kurang setengah dari jumlah kandungan energi total
dalam tubuh, sementara sisanya lemak yang merupakan cadangan
yang diperlukan dapat di mobilisasikan pada penderita obesitas.
Cadanganini sangat besar begitu pula sebaliknya pada orang yang
kurus jumlah tersebut kecil ( Arisman, 2004: 159).
b. Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting. Karena merupakan Sumber
sedang mengalami proses pertumbuhan terutama sebagai energi.
Sumber karbohidrat terdapat dalam padi-padian, umbi-umbian,
kacang-kacang kering dan gula. Sumber karbohidrat yang benyak
dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung,
ubi singkong, talas, dan sagu ( Almatsier, 2004: 28).
c. Protein
Fungsi protein didalam tubuh sangat eras hubungannya dengan hayat
hidup sel. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah
konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh
dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa
pertumbuhan. Berdasarkan sumbernya, protein dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu protein hewani yang berasal dari daging, telur, ikan,
dan kerang. Serta protein nabati yang berasal dari sayuran dan
kacang-kacangan. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati
yang mempunyai nilai biologis tertinggi (Almatsier, 2004: 100).
Angka Kecukupan protein/hari yang dianjurkan menurut Widyakarya
Pangan dan Gizi (1988) dalam Sunita Almatsier (2004: 302) adalah
Tabel 2. Angka Kecukupan Protein/Hari.
Golongan Umur (tahun) Pria (kkal) Wanita (kkal)
1-3 23 23
4-6 32 32
7-9 37 37
10-12 45 54
13-15 64 62
"Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1988 dalam Almatsier
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun kualitas seperti telur, daging, unggas, ikan dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai, dan hasilnya seperti
tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai
merupakan sumber protein nabati yang mempunyai kualitas atau nilai
biologis tertinggi (Almatsier, 2004: 100).
d. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak yang
berlebih dapat disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga, dan
bila sangat berlebih akan disimpan sebagai lemak tubuh. Dianjurkan
konsumsi lemak hewani dikurangi dan banyak menggunakan lemak
nabati. Pada anak usia 1-3 tahun, kebutuhan lemak sekitar 40 – 40 %,
sedangkan anak usia 2-18 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi
lemak sekitar 25% dari total kecukupan energi sehari.(Almatsier,
2004: 302)
e. Vitamin
Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut
air. Kedua golongan vitamin tersebut mempunyai sifat umum
sendiri-sendiri. Fungsi umum vitamin adalah sebagai bagian dari enzim atau
koenzim, mempertahankan fungsi berbagai jaringan, membantu proses
pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru, serta membantu
pembuatan senyawa dalam tubuh. Tubuh manusia membutuhkan
vitamin A,B,C,D,E, dan K yang dapat diperoleh dari makanan
f. Mineral
Pada prinsipnya, mineral memang dibutuhkan sedikit, tetapi pada
anak-anak sering dijumpai masukan makanan kurang dalam beberapa
jenis mineral seperti zat besi (Fe), kalsium (Ca). Mineral merupakan
bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping itu mineral berperan
dalam sebagai faktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2004:
228).
Kebutuhan zat besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.
Kehilangan Zat besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang
kurang seimbang atau gangguan absorbsi. Pada orang dewasa laki-laki
kurang lebih 1 mg sehari zat besi yang hilang dari dalam tubuh.
Sedangkan pada perempuan melalui haid rata-rata 0,5 mg kehilangan
zat besi. Berikut angka kecukupan Zat Besi (Fe) yang dianjurkan oleh
Widyakarya Pangan clan Gizi untuk indonesia :
Tabel 3. Angka Kecukupan zat besi (Fe)
Golongan Umur Fe (mg)
Bayi 3-5 mg
Balita 8-9 mg
Anak Sekolah 10 mg
Golongan Umur Fe (mg)
Ibu Hamil +20 mg
Ibu Menyusui +2 mg
"Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1988 dalam Almatsier (2004: 254)
Selain zat besi, Kalsium juga merupakan mineral yang paling banyak
terdapat di dalam tubuh dalam jaringan keras yaitu dalam tulang dan
gigi. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil susu, seperti keju.
Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang
seimbang tiap hari. Berikut Angka Kecukupan Kalsium yang
dianjurkan oleh Widyakarya pangan dan gizi:
Tabel 4. Angka Kecukupan kalsium (Ca)
Golongan Umur Ca (mg)
Bayi 300-400 mg
Anak-anak 500 mg
Remaja 600-700 mg
Dewasa 500-800 mg
Ibu hamil dan menyusui +400 mg
"Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1988 dalam Almatsier (2004: 242)
g. Air
Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Kebutuhan air
meningkat dengan bertambahnya usia. Dengan berkurangnya
kemampuan ginjal maka air punya peranan penting sebagai
pengangkut sisa pembakaran tubuh clan mendorong peristaltik usus.
sebagai pelarut mineral dan komponen lainnya dan regulasi suhu tubuh
(Sediaoetama, 1985: 171). Cairan dalam tubuh merupakan bagian yang
terbesar, karena sebagian cairan ada yang terbuang melalui ginjal
sebagai urine atau melalui kulit sebagai keringat. Melihat begitu
kompleknya tugas air dalam tubuh, maka untuk menggantikan cairan
yang hilang, kurang lebih 2-3 liter (8 gelas) air dibutuhkan orang
dewasa dan 1- 1.5 liter (6 gelas) air per harinya bagi anak-anak.
Kebutuhan ini memang sangat relatif, jika hari pangs dan banyaknya aktifitas yang mengeluarkan keringat dilakukan, maka makin banyak
air dibutuhkan oleh tubuh. (Almatsier, 2003: 223).
3. Tingkat-Tingkat Status Gizi
Tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum
(eunutritional state). Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh semua zat gizi
tersebut.
Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang
sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang
setinggi-tingginya. Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih, adalah
kesehatan gizi lebih (overnutritional state). Ternyata kondisi ini
mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan
lebih tinggi dibandingkan berat badan ideal: tubuh kelebihan berat badan,
disebut overwight. Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi
defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan
penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan
menghambat fungsi jaringan tersebut (Sediaoetama, 1985: 26).
Pengukuran Antropometri merupakan cara penilaian status gizi yang
umum dan mudah dilakukan , salah satunya yaitu dengan cara :
1. Penimbangan berat badan.
2. Pengukuran tinggi badan.
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat
perhatian karena dapat digunakan secara luas dalam program-program
perbaikan gizi di masyarakat.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi jika tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih jika tedadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik
pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi
(Almatsier, 2004: 9).
4. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada
saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian
penyakit tertantu. Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses
pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data
penting, baik yang bersifat objektif, untuk kemudian dibandingkan dengan
baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data
pemeriksaan laboratories serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota
tim penilai (Arisman, 2002: 171).
Penilaian antropometri yang penting dilakukan ialah penimbangan berat
dan pengukuran tinggi badan, lingkar dengan, dan lipatan kulit triseps.
Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang berkelas
ekonomi dan social rendah. Pengamatan anak usia sekolah dipusatkan
terutama pada percepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini
setidaknya diselenggarakan setahun sekali, karena laju pertumbuhan pada
fase ini relatif lambat. Arisman (2002: 59).
Komponen penelitian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan
biokimiawi, pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan,
pemeriksaan antropometri, serta data psikososial (Arisman, 2002: 171).
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri adalah
besaran komposisi tubuh, yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan
status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu untuk
Penapisan diarahkan pada orang perorang untuk keperluan khusus. Survey
ditunjukkan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat
tertentu serta faktor-faktor, yang berkaitan dengan itu. Pemantauan
bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke
waktu. (Arisman, 2002: 181).
5. Jenis Parameter Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia. (Supariasa, 2002: 38)
Berikut adalah Jenis parameter antropometri yang akan digunakan :
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat. menurut Pustlitbang Gizi Bogor dalam (Supariasa, 2002: 38),
cara menentukan usia anak :
Contoh :
Tahun usia penuh (completed year)
Umur: 8 tahun 6 bulan 13 hari,
Dibulatkan menjadi 8 tahun
Umur: 8 tahun 11 bulan 10 hari,
Dalam pengambilan data untuk menentukan umur seoarang anak,
sebaiknya petugas menyesuaikan umur anak tersebut dengan akte
kelahiranya. (Tarigan, 2008)
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
cepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang
penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan (Quick Stik), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa,
2002: 39). Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umurn
ukuran tubuh dan panjang tulang. Namur tinggi saja belum bisa
dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali digabungkan
dengan indikator lain seperti usia dan berat badan.
Penggunaan tinggi, atau panjang, bukan tanpa kelemahan. Pertama,
baku acuan yang tersedia umumnya terambil dari penilaian tinggi badan
subjek yang berasal dari masyarakat berstatus gizi baik di negara maju.
Kedua, defisit pertumbuhan liner barn akan terjelma manakala
defisiensi telah berlangsung lama, yang berarti tidak terejawantah
semasa bayi. Ketiga, secara genetic setiap orang terlahir menurut
ukuran yang tidak serupa : orang yang bila dibandingkan dengan
populasi acuan ukuran lebih pendek tidak langsung berarti malnutrisi
(Arisman, 2002: 182).
c. Berat Badan
antropometri yang paling banyak digunakan, karena parameter ini
mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang beta huruf. Agar berat
bisa dijadikan satu ukuran yang terandal, parameter lain seperti tinggi,
ukuran rangka, proposi lemak otot, serta tulang, harus
dipertimbangkan. Dengan kata lain, ukuran berat harus
dikombinasikan dengan parameter antropometrik yang lain.
Dalam Nurhasan (2000: 52), Pengukuran berat badan dilakukan dengan
cars peserta berdiri tegak diatas timbangan dengan memakai baju
seminim/seringan mungkin dan tanpa memakai alas kaki. Menurut
Tarigan 2008 Untuk mendapatkan berat yang sebenarnya, sebaiknya
penimbangan dilakukan setelah selesai minimal 2 jam setelah makan.
Oleh karena itu, selain mengurangi pakaian yang dikenakan, maka
setiap anak di beri aturan tegas agar 2 jam sebelum di timbang anak
tidak boleh memakan makanan apapun.
6. Interpretasi Hasil Pengukuran Berat dan Tinggi Badan.
Interpretasi memerlukan data pembanding, yang berasal dari hasil
pengukuran subjek yang sehat dan berstatus gizi baik serta berasal dari
genetik yang sama pula yang berskala internasional, atau hanya lokal.
Sejak bulan juli tahun 2000, Depkes RIhanya menganjurkan baku acuan
WHO-NCHS. Buku acuan ini terpilih karena jauh lebih mendekati kriteria
atau dengan kata lain lebih epresentatif, ketimbang buku Harvard
(Arisman, 2002: 187).
pengukuran berat badan untuk usia 5-12 tahun, dapat dilakukan dengan
cara mengukur Lingkar Lengan Atas (LLA) (Hari Gizi Nasional, 2010).
E. Gizi dan Permasalahannya Pada Anak Usia SD
Walaupun pertumbuhan fisik anak SD cenderung lambat, namun tak dapat
disangkal bahwa kebutuhan gizi yang seimbang di usia SD tetap perlu
diperhatikan. Hal ini mengingat pada usia SD, anak berada pada masa
pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya.
Dikatakan bahwa menjelang usia 6-12 tahun anak menjadi lebih tinggi dan
berat. Hal ini karena pada usia tersebut tedadi perkembangan skeletal dan
muskular yang banyak berkaitan dengan jaringan tulang/kerangka dan otot
seseorang. Dilain pihak perkembangan motorik anak SDpun sudah lebih
sempurna dan terarah. Itulah sebabnya anak-anak SDsudah dapat dilatih
untuk berbagai kegiatan olah raga yang memerlukan koordinasi gerakan.
Namur agar dapat dilatih dan perkembangannya lebih sempurna, anak
memerlukan gizi yang baik, khususnya yang mencakup 4 sehat dan 5
sempurna.
Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat tergantung dari faktor bawaan
dan lingkungan. Karma dipengaruhi oleh faktor bawaan maka perkembangan
fisik dapat dikatakan sebagai proses kanalisasi, yaitu kecenderungan faktor
bawaan untuk membatasi perkembangan dari karakteristik yang ada, hal ini
terjadi karena adanya faktor lingkungan.
Yang dimaksud faktor lingkungan disini adalah selain rangsangan fisiologis
perhatian dan kasih sayang. Anak yang kekurangan gizi dalam
pertumbuhannya akan bermasalah di kemudian hari, tidak hanya kekurangan
berat badan, tetapi juga dapat berpengaruh pada perkembangan lain seperti segi
intelektual, maupun emosional. Pola makan yang salah juga dapat menjadi
masalah yang serius, karena akan menyebabkan perkembangan badan tidak
seimbang. Seperti misalnya kegemukan (obesitas). Penyakit juga dapat
berpengaruh dalam perkembangan anak, misalnya selain malnutrisi, juga
bagaimana imunisasi yang telah diperoleh anak di masa pertumbuhannya.
F. Akibat Gangguan Gizi Terhadap Tubuh
Konsumsi makanan akan mempengaruhi status gizi seseorang baik itu status
gizi kurang maupun status gizi lebih. Hal tersebut merupakan gangguan gizi
yang disebabkan oleh faktor primer dan sekunder.
1. Faktor Primer
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam
kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang
baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, dan kebiasaan
makan yang salah.
2. Faktor Sekunder
Faktor skunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya gangguan
pencernaan karena kelainan alai pencernaan dan kekurangan enzim,
gannguan proses absorbsi zat gizi karena adanya parasit, atau gangguan
1) Akibat Gizi Kurang pada Proses tubuh
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi
apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (kualitas dan
kuantitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses :
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan
sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan
rambut mudah rontok.
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan mnyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan
aktivitas/ orang menjadi malas, lemah, dan produktifitas ker a
menurun.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas
dan antibody berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti
pilek, batuk dan diare.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kemampuan berfikir, otak mencapai
bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat
berakibat pada terganggunya fungsi otak secara permanen.
e. Perilaku
menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng,
dan apatis.
2) Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi
yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak.
Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko dalam terjadinya
berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah
tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu.
(Dirangkum dari Almatsier, 2003: 9-12)
Dari beberapa keterangan diatas tampak jelas bahwa gizi yang baik
merupakan modal utama bagi pertumbuhan, perkembangan dan
aktifitas dan kualitas kehidupan seseorang.
3) Obesitas/Kegemukan
Kegemukan terjadi tidak hanya dikarenakan gangguan metabolisme,
akan tetapi juga Bering disebabkan karena pola makan yang - anak
akan menjadi kegemukan apabila energi yang diperoleh lebih besar
dari yang dikeluarkan sehingga akan menjadi masalah secara fisik dan
mental anak dalam pergaulan. Secara fisik menjadi hambatan bagi anak
yang bersangkutan untuk dapat bergerak dengan lincah dalam permainan
atau dalam pelaksanaan kegiatan. Sering pula anak kegemukan menjadi
olok-olokkan teman-temannya yang akibatnya dapat mempengaruhi rasa
percaya dirinya berkurang terutama di kalangan anak wanita. Dalam hal
ini, anak-anak yang gemuk dapat diklasifikasikan berdasarkan
ahli sepakat seorang anak dikatakan gemuk bila berat badannya 25%
lebih tinggi dari rata-rata dengan mempertimbangkan segi jenis kelamin,
usia, tinggi dan bentuk badan.
G. Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya),
maupun kuantitas jumlahnya). Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995 telah
mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Tujuan PUGS
merupakan alat untuk memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada
masyarakat luas, dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang. Pedoman
disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi
Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih
lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang
berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi
lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai menampakkan diri di Indonesia
(dirangkum dari Almatsier, 2004).
PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat-zat
gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan
tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang
dikandungnya. Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan, yaitu
didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai : 91) sumber
Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur
diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat
pembangun. Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut :
Diadopsi dart Almatsier, (2004).
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, seral/gandum, ubi kayu, kentang
dan yang semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan
buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu,
kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam
konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut
dengan urutan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang
dibutuhkan oleh tubuh.
H. Kerangka Fikir
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam pendidikan jasmani dan
dari proses pendidikan secara keseluruhan. Status gizi merupakan salah satu
parameter penting dalam menilai tumbuh kembang dan keadaan kesehatan
anak pada umum. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sekali dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama dalam segi
fisik dan mental. Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah
tersebut, diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas,
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan
sebelum dan sesudahnya. Narbuko (2007 : 4)
Desain penelitian ini adalah survei deskriptif, yang membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Di lihat dari segi waktu berbentuk cross sectional, pada saat penelitian berlangsung.
B. Identifikasi Variabel
Menurut Arkunto (2006:118) Variabel Penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Yang menjadi variabel
penelitian ini adalah status gizi.
C. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan status gizi dalam pengetahuan ini adalah suatu kondisi kesehatan tubuh setiap siswa yang dipengaruhi oleh konsumsi
1. Umur
Penentuan umur dicatat menggunakan tabel dengan ketentuan 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. 2. Berat Badan
Alat yang digunakan timbangan badan injak yang sudah distandarisasi.
3. Tinggi Badan
Alat yang dipakai adalah pengukur tinggi badan yang disebut microtoa
dan sudah distandarisasi.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 34
siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 16 perempuan. 2. Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, apabila lebih dari 100
maka dapat diambil sampel 10%-15% atau 20%-25%.
E. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu kelas IV.
2. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dua bulan Februari sampai dengan Maret 2012.
F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengukuran antropometrik yang terdiri dari BB, TB dan Umur. Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap
selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan menghitung Berat Badan Ideal (BBI) anak terlebih dahulu dengan rumus :
BBI = (Usia dalam Tahun x 7 – 5) : 2 Kg.
Sumber : “Nelson Textbook of pedeatrics” dalam Arisman (2004:55).
G. Instrumen Peneltian.
Instrumen Penelitian adalah alat-alat pada waktu penelititan menggunakan suatu metode. Dalam peneltian ini instrumen yang akan digunakan adalah
melalui pengukuran antropometri, yaitu dengan melakukan pencatatan umur, penimbangan dan pengukuran tinggi badan yang dimasukkan kedalam tabel.
Format Insrumen Penelitian. Instrumen Penlitian Gizi
IDENTITAS RESPONDEN Nama : ... Usia : ...
Sekolah : ... Alamat : ...
Tanggal Pengambil Data : ...
Data/Keterangan Antropometri
Berat Badan : ... kg Tinngi Badan : ... cm
Pengambil Data,
...
H. Cara Kerja
Dalam pengambilan data ini, petugas yang melakukan penilaian adalah
seorang mahasiswa penjas yang tugasnya adalah mencatat umur, tinggi badan dan juga berat badan. Seluruh siswa dicatat umurnya, kemudian ditimbang dengan timbangan pegas yang sama dan ditera sebelum melakukan
berdiri tegak ditengan alat timbangan, lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg. Pengukuran tinggi badan dengan mikrotoise tanpa alas kaki,
pandangan lurus kedepan, anak di instrusikan untuk menahan nafas dalam-dalam, maka pengukur sejajar dengan puncak kepala, geser alat ukur kebawah hingga sedikit menahan kepala, lakukan pembacaan dengan
ketelitian 0,1.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran BB dan TB tersebut dicatat pada
tebel yang telah disiapkan kemudian, dibandingkan dengan standarisasi antropometri berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dari WHO-NCHS untuk menentukan status gizinya.
I. Teknik Analisis Data.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus penentuan status gizi. Kriteria Penilaian Status Gizi berdasarkan BB menurut TB standar baku antropometri WHO-NCHS.
Tabel 5. Daftar standar baku perbandingan antropometri WHO-NCHS
Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi Berat Badan menurut
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum status gizi siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu menunjukan adanya hubungan antara status gizi dengan parameter antropomentri (umur,tinggi,dan berat badan).
2. Dari 34 siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang dikelompokan berdasarkan umur (9,10,dan 11) didapatkan 3 pengklasifikasian status gizi yang terdiri dari status gizi baik,sedang, dan kurang.
3. Kurangnya asupan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah akan mempengaruhi status gizi seseorang, baik itu status gizi kurang maupun status gizi lebih. 4. Menjaga keseimbangan gizi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi zat gizi
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mangajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Para orang tua diharapkan dapat memantau, memperhatikan serta mengatur pola makan yang baik pada anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan dengan baik.
2. Agar para guru olahraga dapat memberikan pengarahan, pengertian, serta pemahaman tentang pola hidup sehat dan pentingnya status gizi.
3. Bagi instansi pemerintah terkait, terutama pihak sekolah perlu diadakanya pemantauan keadaan status gizi anak di sekolah.
STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV
SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
M A R T I N I
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV
SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
Oleh M A R T I N I
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
Oleh MARTINI
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang status gizi siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan penghitung berat badan ideal menggunakan antropometri penilaian status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua, pihak sekolah maupun guru yang mengajar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 1 Wonodadi sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan, tinggi badan, dan umur.
KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012.
Nama Mahasiswa : M A R T I N I Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118024 Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd …………
Penguji : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Penulis dilahirkan di Desa Wonokriyo Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung pada tanggal 21 April 1963 dari pasangan Bapak Madikram dan Ibu Hj Daniyem. Penulis merupakan anak ke delapan dari sebelas bersaudara.
MOTTO
Usah merasa gagal sebelum menjalaninya, karena tak selamanya kita
gagal. Tersenyumlah, hidup ini akan terasa indah jika kita
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Allah SWT karena berkat kuasa dan KaruniaNya saya mampu menyusun Skripsi ini hingga selesai.
2. Bapak Dosen Pembimbing dan Pembahas yang telah memberi pengarahan yang kami butuhkan sehingga saya bisa tahu hal – hal yang saya belum tahu.
3. Bapak kepala sekolah yang telah mengizinkan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan Penelitian saya.
4. Suami dan Anak-anakku tersayang karena telah mendukung dan menjadi motivatorku.
5. Sahabatku, semoga silaturahmi yang sudah baik ini akan tetap terjalin selamanya.
6. Almamaterku FKIP UNILA, tempat yang mendewasakanku
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu terscurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini dengan judul “Studi Analisis Tentang Status Gizi Siswa Kelas IV SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 3. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd se`laku Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Penguji Utama.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
7. Segenap Staf dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
10. Teman-teman seperjuangan di Program S1 dalam Jabatan, ayo sukseskan program S1 secepatnya. Semangat.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 7 Pebruari 2012 Penulis,
STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV
SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
M A R T I N I
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STUDI ANALISIS TENTANG STATUS GIZI SISWA KELAS IV
SDN 1 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011/2012
Oleh
M A R T I N I
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR ... xv
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ... 10
4. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri ... 27
5. Jenis Parameter Antropometri ... 29
6. Interpretasi Hasil Pengukuran Berat dan Tinggi Badan ... 31
1. Gambaran Umum SD ... 44 2. Deskripsi Data Status Gizi ... 44 3. Deskripsi Data Status Gizi Berdasarkan Kelompok Umur ... 45 a. Pengelompokkan Status Gizi Kelompok Umur 9 Tahun .. 46 b. Pengelompokkan Status Gizi Kelompok Umur 10 Tahun . 47 c. Pengelompokkan Status Gizi Kelompok Umur 11 Tahun . 48 B. Pembahasan ... 49
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 53 B. Saran ... 54
Adzka, Akbar. 2007. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kebugaran Jasmani Mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Unila Agkatan 2006. Skripsi: Universitas Lampung.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Anonimus. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
Arisma. 2002. Buku Ajar Ilmu Gizi. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Proyek
Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BSNP ; Jakarta
Depdiknas.2003 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hari Gizi Nasional.2010, Tango Peduli Gizi Indonesia.
Hermawan, rahmat. 1998.pendidikan kesehatan. Bandar lampung.
Narbuko, Cholid. 2007. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhasan, 2000. Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Universitas Pendidikan Indonesia.
Notoatmojo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.PT Rineka Cipta. Jakarta
PGSD). Bandar Lampung.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka.Jakarta
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam UU RI No.
20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab.
Pendidikan adalah upaya yang dikejakan secara radar oleh manusia untuk
meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup
bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup dengan kata lain dimulai dari sejak dini hingga
akhir hayat.
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, hal ini dalam rangka agar tidak terjadi ketinggalan dari negara lain
yang sudah berkembang, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
A. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan secara
radar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh
pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.
Kurikulum 1994 dalam Suherman (1997: vi), menyatakan bahwa Pendidikan.
Jasmani dan Kesehatan adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani keterampilan berfikir
kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan, moral
melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau
kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan
sebelum dan sesudahnya. Narbuko (2007 : 4)
Desain penelitian ini adalah survei deskriptif, yang membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian. Di lihat dari segi waktu berbentuk cross
sectional, pada saat penelitian berlangsung.
B. Identifikasi Variabel
Menurut Arkunto (2006:118) Variabel Penelitian adalah objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Yang menjadi variabel
penelitian ini adalah status gizi.
C. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan status gizi dalam pengetahuan ini adalah suatu
kondisi kesehatan tubuh setiap siswa yang dipengaruhi oleh konsumsi
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum SD
Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Wonodadi Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang dilaksanakan bulan Februari
sampai dengan Maret 2012.
Di SDN 1 Wonodadi, memperoleh mats pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan satu kali dalam satu minggu dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
Dengan materi dan praktek Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang
dilaksanakan di lapangan.
2. Deskripsi Data Status Gizi
Deskripsi data dari hasil penelitian ini diperoleh melalui pengukuran yang
dilakukan dengan Penilaian Status Gizi berdasarkan berat badan menurut
tinggi badan penelitian yang kemudian diwujudkan dalam % median.
standar baku Antropometri WHO-NCHS menjadi gambaran tentang status
gizi pada siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu dengan jumlah siswa 34 yang meliputi kriteria gizi baik, gizi
sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Berikut data lengkapnya dapat dilihat
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara umum status gizi siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu menunjukan adanya hubungan antara status gizi
dengan parameter antropomentri (umur,tinggi,dan berat badan).
2. Dari 34 siswa SDN 1 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu yang dikelompokan berdasarkan umur (9,10,dan 11)
didapatkan 3 pengklasifikasian status gizi yang terdiri dari status gizi
baik,sedang, dan kurang.
3. Kurangnya asupan pangan, kurang baiknya distribusi pangan,
kemiskinan,ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah akan
mempengaruhi status gizi seseorang, baik itu status gizi kurang maupun
status gizi lebih.
4. Menjaga keseimbangan gizi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi zat
gizi yang sesuai dengan kebutuhan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri dari