• Tidak ada hasil yang ditemukan

0853022027

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0853022027"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran fisika, banyak siswa yang mengeluhkan kesulitan

menerapkan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari kesalahan-kesalahan dalam melakukan praktik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, mengakibatkan rendahnya prestasi dan kreativitas siswa baik dalam melakukan praktik, mengerjakan tugas dan ujian.

Keseluruhan proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini mengartikan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik.

(2)

sesuai dengan kemampuan kognitif siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama yang rendah dan belum mencapai target standar ketuntasan kriteria ideal untuk indikator, yaitu 75%.

Faktor penyebab rendahnya hasil belajar kemampuan berfikir kritis siswa antara lain adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar. Selain itu, model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. Kebisingan atau keributan sering mendominasi situasi kelas yang membuat siswa menjadi kurang tertarik dan tidak terpusat pada pelajaran saat pembelajaran berlangsung.

Menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian materi yang menarik yang lebih dominan melibatkan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang lebih mengedepankan aktivitas, dimana siswa dituntut memperoleh pengalaman secara langsung dan

menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Salah satu pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model PembelajaranProblem Based Learningdan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Dengan model pembelajaran PBL dan Inkuiri terbimbing siswa lebih banyak terlibat secara langsung selama proses pembelajaran, siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu: teliti,

(3)

pembelajaran terbatas.

Dari kedua model pembelajaran tersebut masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan, Serta memiliki langkah yang berbeda. Untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran fisika dan dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan, penulis

berkeinginan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dikelas penelitian dan melihat hasil belajar serta kemampuan berpikir kritis yang didapat siswa dengan model pembelajaran PBL dan Inkuiri Terbimbing serta membandingkannya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka telah dilakukan penelitian yang berjudul Hasil Belajar Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis antara Model PembelajaranProblem Bassed Learning(PBL) dengan Inkuiri Terbimbing

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model PBL dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan manakah yang lebih tinggi?

(4)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menjadi strategi pembelajaran yang bervariasi yang mengacu pada keaktifan siswa dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. 2. Sebagai kontribusi positif dalam pemilihan model belajar yang sesuai

dengan pembelajarn fisika.

3. Dapat membangun cara berfikir kritis dan kreatif, serta tanggung jawab pada diri siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih terfokus, maka ruang lingkup yang akan diteliti adalah : 1. PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai

(5)

belajar, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah dan menekankan pada proses mencari serta menemukan masalah yang meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.

3. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan. 4. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa setelah

memdapatkan perlakuan dengan nilai tes hasil belajar.

(6)

A. Tinjauan Pustaka

1. Problem Bassed Learning

Problem Based Learning(pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran

berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

(7)

dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Menurut Trianto (2009:91),

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Fokus pembelajaran PBL adalah pada masalah yang dipilih sehingga

pebelajaran tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.Oleh sebab itu, pebelajaran tidak hanya harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah.

Menurut Ibrahim dalam Sulatra (2005:11), mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang berbasis masalah, yaitu:

a) mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik b) suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan

c) penyelidikan autentik d) kerja sama

e) menghasilkan karya (publikasi hasil)

(8)

pembelajaran di sekitar masalah tersebut, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

Ibrahim dalam Sulatra (2005:12) menyusun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Kegiatan guru

hap 1. Orientasi siswa terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demostrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah 2. Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk

mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok.

Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembang kan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya hap5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sintaks dari PBL adalah memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses

(9)

2. Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan.Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi

pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok, dalam Hamalik (2004: 220).

Gulo dalam Trianto (2011: 166) menyatakan:

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sitematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat.

Menurut Sanjaya (2009: 196) ada beberapa hal yang menjadi cirri utama strategi pembelajaran inkuiri:

1) Srategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Gulo dalam Trianto (2011: 169) adalah sebagai berikut :

(10)

3) Mengumpulkan data. 4) Analisis data.

5) Membuat kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2009: 208 -209) sebagai berikut:

1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

2) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat diartikan pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

(11)

Langkah langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2000: 42):

(1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, (6) mengambil kesimpulan.

Enam langkah pada inkuri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan

pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri terbimbing yang akan diterapkan pada penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.

Tabel 2.2 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase

Ke

-Indikator Peran Guru

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.

2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

(12)

3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan.Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah-langkah percobaan. 4 Melakukan percobaan

untuk memperoleh data.

Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan.

5 Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.

Menurut Suryosubroto (2002: 201), beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu :

(1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persedian dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, (2)

membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang - kadang kegagalan, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, (4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan, (5) siswa terlibat dalam belajar sehingga termotivasi dalam belajar, (6) model ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipassi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui.

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan atau dipilih oleh guru.

Menurut Suryosubroto (2002: 201), beberapa kelemahan pembelajaran inkuir terbimbing, yaitu:

(13)

atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu, (3) harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka inkuiri terbimbing merupakan suatu proses pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha dalam belajar. Setelah mengalami proses belajar, maka seseorang akan memperoleh suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4):

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing-masing individu. Hasil belajar

(14)

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku seperti yang dikemukakan Slameto (2003: 4)

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampila

Menurut Hamalik (2004: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar

b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bias mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 10) juga menyatakan pengertian hasil belajar:

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

(15)

1) Informasi verbal, adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bantuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan intelektual, adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik, adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

a) Kognitif Domain :Knowledge(pengetahuan,

ingatan),comprehension(pemahaman, menjelaskan,meringkas), analysis(menguraikan, menentukan hubungan),synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru),evaluation(menilai),application(menerapkan). b) Affective Domain :Receiving(sikap menerima),responding

(member respon),Valuing(menilai),organization(organisasi), characterization(karakterisasi).

c) Psychomotor Domain :initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

(16)

yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2008: 57) bahwa nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar.

Mengukur hasil belajar dengan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200):

Banyak keuntungan yang didapatkan dengan melakukan penilaian hasil belajar, baik keuntungan bagi murid sendiri maupun bagi guru. Dengan menilai hasil atau kemajuan muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha murid saja, tetapi juga menilai hasil usaha sendiri.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 200) mengemukakan tentang tujuan evaluasi belajar:

Tujuan utama evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami seseorang setelah mengalami proses belajar yang dapat diukur dengan evaluasi.

5. Kemampuan Berpikir Kritis

(17)

49-sekedar mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Namun, kemampuan tersebut bisa dilatih dan dikembangkan, yang diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk pengembangan berpikir tersebut.

Hal ini senada dengan pendapat Anggelo dalam Achmad (2007: 1):

berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Secara teknis, kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi (Komalasari, 2010: 266).

Spliter dalam Komalasari (2010: 267) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

(18)

terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana.

Morgan dalam Suprapto (2011: 1) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas:

(1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Menurut Langrehr dalam Mulyana (2010: 6), untuk melatih berpikir kritis, siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

(1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-pokok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5)

Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

Gokhale dalam Mulyana (2010: 6) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

(19)

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran PBL (X1) dan Inkuiri terbimbing (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1) dan kemampuan berpikir kritis ( Y2 ). Pada pembelajaran PBL hasil belajar adalah (Y11) dan kemampuan berfikir kritis adalah (Y22).

Sedangkan pada model pembelajaran Inkuiri terbimbing hasil belajar adalah (Y12) dan kemampuan berpikir kritis adalah (Y22). Kemudian dilakukan uji

hipotesis untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis antara model pembelajaran PBL dan Inkuiri terbimbing dan mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar fisika dengan pembelajaran PBL atau Inkuiri terbimbing.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut bagan diagram kerangka pemikiran:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan :

X1: Model pembelajaran PBL

X2 : Model pembelajaran Inkuiri terbimbing

Y1 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran PBL X1

X2

Y11

Y21

Y12

Y22

Dibandingkan

(20)

Y2 : Rata-rata hasil belajar kemampuan berpikir kritis dengan model PBL

Y1 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing

Y2 : Rata-rata hasil belajar kemampuan berpikir kritis dengan model Inkuiri terbimbing.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaranProblem Bassed Learning(PBL) dan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Model pembelajaran PBL dan Inkuiri Terbimbing melatih siswa bagaimana proses penemuan dan proses berfikir ilmiah dalam menyelesaikan masalah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

Model pembelajaran PBL mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana pemecahan masalah yang berkaitan tentang dunia nyata. Pada model

pembelajaran PBL siswa juga dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara melakukan kegiatan ilmiah atas inisiatif sendiri. Didalam

kegiatan pembelajaran, model pembelajaran ini menggunakan keterlibatan aktif siswa secara langsung seperti mendorong siswa mengungkapkan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan yang membimbing, melakukan percobaan menggunakan media yang secara langsung digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pembelajaran. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan

(21)

dibagi menjadi beberapa kelompok agar memudahkan siswa dalam

pemecahan masalah yang diberikan. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang, rendah).

Keunggulan model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang didasarkan pada masalah, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang komplek sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah. Disamping keunggulan yang dimiliki model pembelajaran PBL, model pembelajaran ini juga mampu memberikan pendidikan yang sifatnya berkarakter. Didalam model

pembelajaran PBL juga dikembangkan tentang rasa tanggung jawab, disiplin, dan menghargai pendapat orang lain.

Penelitian model pembelajaran PBL dilaksanakan pada kelas X4, sedangkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dilaksanakan pada kelas X3. Dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing siswa juga dibagi dalam beberapa kelompok heterogen. Proses pembelajaran model Inkuiri Terbimbing hamper sama dengan proses pembelajaran pada model PBL, tetapi pada model pembelajaran ini tidak disasarkan pada masalah yang komplek.

(22)

didalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, langkah-langkah dan petunjuk dalam melakukan percobaan diberikan oleh guru.

Berdasarkan proses yang dikemukakan, model pembelajaran PBL dapat diduga hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis akan lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam waktu bersamaan.

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:

1) Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

2) Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan. 2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran PBL dengan Inkuiri terbimbing.

1

H : Ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran PBL dengan Inkuiri terbimbing.

(23)

pembelajaran PBL dengan Inkuiri terbimbing.

1

(24)

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2011/2012 di SMA Negeri 1 Seputih Agung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Agung pada semester genap Tahun Ajaran 2011/ 2012 yang terdiri atas 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 189 orang.

2. Sampel Penelitian

(25)

X1 O1

X2 O2

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada studi eksperimen dengan menggunakan desainOne-Shot Case Study. Dengan pemberian perlakuan, kemudian diberikan soal ujian. Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran tehadap keterampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan dua kelas eksperimen sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini siswa yang menjadi sampel penelitian dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dan siswa mendapatkan materi pelajaran yang sama. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan dua model pembelajaran yaitu model PBL dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa ranah kognitif dan berfikir kritis.

Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:

Gambar 3.1 Desain eksperimenOne-Shot Case Study Keterangan :

X1= perlakuan dengan model pembelajaran PBL

X2= perlakuan dengan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing

O1= nilai observasi hasil perlakuan dengan model pembelajaran PBL

O2= nilai observasi hasil perlakuan dengan model pembelajaran Inkuiri

(26)

(Sugiyono, 2010: 110)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel, yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran PBL (X1) dan model pembelajaran Inkuiri terbimbing (X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar ranah kognitif

menggunakan model pembelajaran PBL (Y1 )dan kemampuan berpikir kritis menggunakan model pembelajaran PBL (Y2 )sedangkan hasil belajar ranah kognitif menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing(Y1 )dan kemampuan berfikir kritis menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing(Y2 ).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah tes pada akhir pembelajaran berupa 5 butir soal uraian hasil belajar siswa dan 5 butir soal uraian berpikir kritis pada saat ujian akhir atau ujian blok.

F. Analisis Instrumen

(27)

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

(Arikunto, 2008: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(28)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=

1 1

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model yang diukur

berdasarkan skala 0 sampai 1.

(29)

2.

3. gan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. 5.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir atau ujian blok.

Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Data hasil belajar (test) No.

Soal

Rata-rata hasil belajar (PBL)

Rata-rata hasil belajar (Inkuiri Terbimbing) Nilai

terendah

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai tertinggi

1 5 20 5 20

2 5 20 5 20

(30)

4 5 20 5 15

5 10 20 5 15

[image:30.595.137.431.85.129.2]

jumlah 40 95 25 90

Tabel 3.2 Data Kemampuan Berpikir Kritis (test) No. Soal Rata-rata kemampuan berpikir kritis (PBL) Rata-rata kemampuan berpikir kritis (Inkuiri Terbimbing) Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai tertinggi

1 10 15 5 10

2 5 20 5 20

3 5 20 5 20

4 0 20 10 15

5 10 20 5 20

jumlah 30 95 30 85

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis perbandingan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa digunakan nilai hasil ujian. Perbandingan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus : % Pencapaian Hasil Belajar= × 100 %

(31)

nya).

d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus : Rata-rata hasil belajar siswa=

e) Ketuntasan tergantung tempat penelitian.

Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245), yaitu :

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

Sudjiono (2005 : 318)

2.Pengujian Hipotesis

1.Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya. Menurut Sudjana (2005: 466) terdiri atas dua rumusan hipotesis, yaitu:

O

(32)

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

3. Uji Sample T Test

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: Hipotesis

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran PBL dengan pembelajaran Inkuiri terbimbing.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

(33)

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

b. HO ditolak jika-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed) atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas < 0,025 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41) a. Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

(34)

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing. H1 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed) atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

(35)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran ( PBL dengan Inkuiri Terbimbing). Hasil belajar siswa pada model pembelajaran PBL lebih tinggi dibandingkan dengan model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran PBL 76,83 dan nilai rata-rata model pembelajaran Inkuiri Terbimbing 67,59.

2. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran ( PBL dengan Inkuiri Terbimbing). Kemampuan berpikir kritis siswa pada model pembelajaran PBL lebih tinggi

dibandingkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis model pembelajaran PBL 79,83 dan nilai rata-rata model pembelajaran Inkuiri Terbimbing 67,93.

(36)

Berdasarkan teori-teori yang melandasi operasional penelitian dan hasil

pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model PBL dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa.

2. Peranan guru dalam proses belajar model pembelajaran PBL sangatlah diperlukan. Meskipun model ini berpusat pada siswa,peranan guru diperlukan agar kegiatan pembelajaran terkontrol dan kondusif. 3. Bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran PBL

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui lembar kegiatan siswa perlu dirancang dengan tepat dan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa frustasi yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan semangat dan percaya diri dalam menyelidiki dan menemukan konsep.

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 2.2 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Data hasil belajar (test)
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2 Pemberian buah pare dalam bentuk sediaan fruit pulp mempengaruhi penurunan kadar gula darah dari obat pioglitazone sebagai akibat dari pemberian terapi

Kali ini saya akan menginstal operasi sistem linux debian pada virtual machine(VMWare).Ada dua cara untuk melakukan instalasi Debian ini,cara yang pertama

Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki kesamaan latar

Media Permainan Erster und letzter Buchstabe merupakan salah satu permainan kata yang dapat melatih siswa agar mampu bekerja sama dengan kelompoknya, mengingat

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Akhir ini yang berjudul

Menurut penelitian yang termuat dalam jurnal internasional yang berjudul “ Assessment of Information and Communication Technology Integration in Teaching and Learning in

Hal tersebut mengacu pada teori milik (Zikmund, 2003) yakni aspek variabel loyalitas (variabel Y), dapat diukur berdasarkan: (1) satisfaction (kepuasan), merupakan

Berbeda dengan hasil uji korelasi tersebut, pada kelas XI MIPA 3 diperoleh hubungan persepsi peserta didik dengan hasil belajar biologi berada pada kategori kuat yang ditunjukkan