ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (
Zea mays
L.)
SEBAGAI JAGUNG SEMI (
Baby Corn)
Oleh
Widya Rachmat Sepriliyana
A24052578
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (
Zea mays
L.)
SEBAGAI JAGUNG SEMI (
Baby Corn)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Widya Rachmat Sepriliyana
A24052578
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
WIDYA RACHMAT SEPRILIYANA. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby corn). Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU E. K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi potensi beberapa
varietas jagung yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
dengan genotipe sebagai perlakuan. Genotipe ini terdiri dari 17 genotipe koleksi
dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah
Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil
pemuliaan (Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa,
Wisanggeni), dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2,
Kiran, Phil DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai
pembanding. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga seluruhnya
terdapat 54 satuan percobaan. Terhadap data tiap peubah dilakukan analisis
ragam. Uji nilai tengah yang digunakan adalah t-Dunnett untuk membandingkan
tiap genotipe yang diuji dengan hibrida BISI-2 sebagai pembanding serta uji
kontras ortogonal untuk membandingkan genotipe atau kelompok genotipe yang
dikehendaki.
Hubungan korelasi antara bobot tongkol kotor dengan beberapa peubah
bernilai positif, tetapi negatif dengan peubah jumlah tongkol per tanaman dan
jumlah tongkol afkir masing-masing r : -0.5008 (p : 0.0001) dan r : -0.4685
(p : 0.0004). Bobot tongkol bersih memiliki korelasi positif dengan beberapa
peubah, tetapi berkorelasi negatif pula dengan jumlah tongkol per tanaman dan
jumlah tongkol afkir masing-masing dengan nilai r : -0.5801 (p : 0.0001) dan
r : -0.5516 (p : 0.0001). Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan
jagung semi. Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa bobot tongkol bersih dan
jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman
sehingga peubah ini dapat digunakan untuk kriteria seleksi.
Pengujian analisis ragam untuk masing-masing peubah menunjukkan
bahwa semua peubah berbeda sangat nyata kecuali peubah jumlah tongkol layak
pasar (berbeda nyata). Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe
Kiran (3.67 tongkol) memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih
banyak dibanding varietas hibrida BISI-2 (2.87 tongkol) dan dari hasil uji kontras
ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena (2.47 tongkol) dan
Kiran (3.67 tongkol) nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak
dibandingkan rata-rata jumlah tongkol genotipe lokal (2.26 tongkol). Genotipe
Genjah Kodok (2.38 tongkol) dan Phil DMR Comp. 2 (3.33 tongkol) sangat nyata
memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan rata-rata jumlah
tongkol genotipe hasil pemuliaan (2.02 tongkol). Genotipe Genjah Kodok
memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya
sehingga umur berbunga dan umur panen pun lebih genjah. Genotipe ini memiliki
persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, yaitu
sebesar 10.59%. Jumlah tongkol afkir pada genotipe-genotipe yang diuji cukup
tinggi, bahkan ada yang mencapai 100% sehingga perlu dilakukan seleksi untuk
meningkatkan kualitas jagung semi. Dari hasil penelitian ini genotipe Genjah
Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai
Judul : ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI JAGUNG SEMI (Baby Corn)
Nama : Widya Rachmat Sepriliyana
NRP : A24052578
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu EK., MS Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS NIP. 19631107 198811 2 001 NIP. 19510204 198203 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27 September
1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak H. Mamat
Rachmat, ST dan Ibu Hj. Elina.
Tahun 1992 penulis lulus dari TK Islamic Village Tangerang, kemudian
pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi kembali di SD Islamic Village
Tangerang. Tahun 2002 penulis lulus dari SMP Negeri 6 Tangerang. Selanjutnya
penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tangerang tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Agronomi
dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
dengan program minor yaitu Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan.
Tahun 2006 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi
(HIMAGRON), Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai
anggota Club Tanaman Buah (CTB) HIMAGRON. Tahun 2009 penulis
mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang lolos dan dibiayai
oleh Direktorat Pendidikan Tertinggi (DIKTI) dan mengajukan tulisan mengenai
penelitian ini di ajang Festival Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis
IMTAQ 2009 kerjasama KEMENEGPORA dan majalah An-nida yang terpilih
KATA PENGANTAR
Hamdan Syakuron penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberi kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik dan lancar.
Skripsi yang berjudul ’Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby Corn)’ disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura di Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS. sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan secara teknis di lapangan dan saran serta kritik kepada
penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS. sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan akademik kepada penulis.
5. Papa dan Mama, atas segala doa, kesabaran, pengorbanan, dukungan dan
kasih sayang serta dorongannya ”You are My Power of Love”, Irfan ’My lil’
bro’, serta seluruh keluarga besar, Ema, Mijum dan Abah Ganda, Nono, atas doa dan dukungannya.
6. Teman-teman AGH’4β (Era, Eka, Firoh, Hardi, Mas Heru, Esa, Candra, Eni, Mila, Ima, Mb Nia, Furqon, Rela, Diah ’mbo’, Rina E) dan Lab.PMT (Pakdhe,
Rinay, Cibi, Dina, Riyant, Bang Adi, Abdul ’adul’, Rohim ’ace’, Kang Ucup, Mb Cici, Mb Nita, Pak Syukur dan Bu Echa) atas persaudaraan, kebersamaan,
keceriaan, dan kesedihan yang kita bagi bersama, serta semuanya yang tidak
7. Sahabat-sahabat tercinta Mariyatul Qibtiyah, Rina Febriana, Riszky
Desmarina dan Riya Safariyah.
8. Pihak kebun percobaan Leuwikopo (Pak Maman, Pak Sardju), Cikeumeuh
(Pak Sunarto), dan Cikabayan (Pak Suyanto) atas segala bantuan dan
semangatnya.
9. Keluarga besar Kaligiri, Brebes, Jawa Tengah, tempat terindah yang
memberikan apa makna hidup sebenarnya (spesial untuk Gina, Gita, Galih
’AM’) dan warga Kaligiri atas bantuannya.
10.Kaligiri’ers : Azi ’lebay’, Rela, Maul, Daina, atas kekompakan, persaudaraan dan keceriaannya.
11.Teman-teman kost Pondok Malea Putri Atas, Yakuza dan adik-adik Mata
Kuliah Pemuliaan Tanaman Terapan.
12.Teman-teman dari KEMENEGPORA dan AN-NIDA serta 20 finalis Festival
Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis IMTAQ 2009.
13.Dedi Prasetyo, terima kasih telah memberikan saran, kritik, mendengarkan
cerita dan keluhan penulis serta semangat saat penulis merasa rendah diri.
Mudah-mudahan kisah kita tidak hanya sampai disini. Amien...
14.Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini dilaksanakan.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Hipotesis ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Botani Tanaman Jagung ... 3
2.2 Jagung Semi ... 4
2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi ... 5
2.3 Analisis Lintas ... 6
3. BAHAN DAN METODE ... 7
3.1 Waktu dan Tempat Peneltian ... 7
3.2 Alat dan Bahan ... 7
3.3 Metode Penelitian ... 7
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 8
3.5 Analisis Data ... 12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
4.1 Kondisi Umum ... 15
4.2 Parameter Genetik ... 17
4.3 Keragaan Karakter Agronomi ... 26
4.3.1 Karakter Vegetatif dan Genetatif ... 26
4.3.2 Karakter Umur Berbunga dan Umur Panen ... 30
4.3.3 Karakter Hasil ... 33
4.3.4 Kualitas Jagung Semi ... 37
4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi ... 44
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar CODEX untuk Baby Corn ... 11 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak ... 12
3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter
Tanaman Jagung ... 17
4. Nilai Ragam Genetik (VG), Ragam Fenotipik (VP), Ragam
Galat (VE), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan
Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter ... 18
5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung ... 21
6. Koefisien Lintasan untuk Menunjukkan Pengaruh Langsung
dan Tak Langsung Beberapa Genotipe Jagung... 24
7. Nilai Tengah Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah
Buku per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 26
8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman
Beberapa Genotipe Jagung ... 27
9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang
Beberapa Genotipe Jagung ... 28
10.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per
Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 29
11.Nilai Tengah Umur Panen Awal, Umur Panen Akhir, Umur
Panen Rata-rata dan Umur Berbunga ... 30
12.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga
Beberapa Genotipe Jagung ... 31
13.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Panen Rata-rata
Beberapa Genotipe Jagung ... 32
14.Nilai Tengah Jumlah Tongkol per Tanaman, Bobot Tongkol
ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (
Zea mays
L.)
SEBAGAI JAGUNG SEMI (
Baby Corn)
Oleh
Widya Rachmat Sepriliyana
A24052578
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (
Zea mays
L.)
SEBAGAI JAGUNG SEMI (
Baby Corn)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Widya Rachmat Sepriliyana
A24052578
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
WIDYA RACHMAT SEPRILIYANA. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby corn). Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU E. K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi potensi beberapa
varietas jagung yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
dengan genotipe sebagai perlakuan. Genotipe ini terdiri dari 17 genotipe koleksi
dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah
Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil
pemuliaan (Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa,
Wisanggeni), dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2,
Kiran, Phil DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai
pembanding. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga seluruhnya
terdapat 54 satuan percobaan. Terhadap data tiap peubah dilakukan analisis
ragam. Uji nilai tengah yang digunakan adalah t-Dunnett untuk membandingkan
tiap genotipe yang diuji dengan hibrida BISI-2 sebagai pembanding serta uji
kontras ortogonal untuk membandingkan genotipe atau kelompok genotipe yang
dikehendaki.
Hubungan korelasi antara bobot tongkol kotor dengan beberapa peubah
bernilai positif, tetapi negatif dengan peubah jumlah tongkol per tanaman dan
jumlah tongkol afkir masing-masing r : -0.5008 (p : 0.0001) dan r : -0.4685
(p : 0.0004). Bobot tongkol bersih memiliki korelasi positif dengan beberapa
peubah, tetapi berkorelasi negatif pula dengan jumlah tongkol per tanaman dan
jumlah tongkol afkir masing-masing dengan nilai r : -0.5801 (p : 0.0001) dan
r : -0.5516 (p : 0.0001). Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan
jagung semi. Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa bobot tongkol bersih dan
jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman
sehingga peubah ini dapat digunakan untuk kriteria seleksi.
Pengujian analisis ragam untuk masing-masing peubah menunjukkan
bahwa semua peubah berbeda sangat nyata kecuali peubah jumlah tongkol layak
pasar (berbeda nyata). Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe
Kiran (3.67 tongkol) memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih
banyak dibanding varietas hibrida BISI-2 (2.87 tongkol) dan dari hasil uji kontras
ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena (2.47 tongkol) dan
Kiran (3.67 tongkol) nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak
dibandingkan rata-rata jumlah tongkol genotipe lokal (2.26 tongkol). Genotipe
Genjah Kodok (2.38 tongkol) dan Phil DMR Comp. 2 (3.33 tongkol) sangat nyata
memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan rata-rata jumlah
tongkol genotipe hasil pemuliaan (2.02 tongkol). Genotipe Genjah Kodok
memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya
sehingga umur berbunga dan umur panen pun lebih genjah. Genotipe ini memiliki
persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, yaitu
sebesar 10.59%. Jumlah tongkol afkir pada genotipe-genotipe yang diuji cukup
tinggi, bahkan ada yang mencapai 100% sehingga perlu dilakukan seleksi untuk
meningkatkan kualitas jagung semi. Dari hasil penelitian ini genotipe Genjah
Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai
Judul : ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI JAGUNG SEMI (Baby Corn)
Nama : Widya Rachmat Sepriliyana
NRP : A24052578
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu EK., MS Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS NIP. 19631107 198811 2 001 NIP. 19510204 198203 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27 September
1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak H. Mamat
Rachmat, ST dan Ibu Hj. Elina.
Tahun 1992 penulis lulus dari TK Islamic Village Tangerang, kemudian
pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi kembali di SD Islamic Village
Tangerang. Tahun 2002 penulis lulus dari SMP Negeri 6 Tangerang. Selanjutnya
penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tangerang tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Agronomi
dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
dengan program minor yaitu Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan.
Tahun 2006 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi
(HIMAGRON), Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai
anggota Club Tanaman Buah (CTB) HIMAGRON. Tahun 2009 penulis
mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang lolos dan dibiayai
oleh Direktorat Pendidikan Tertinggi (DIKTI) dan mengajukan tulisan mengenai
penelitian ini di ajang Festival Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis
IMTAQ 2009 kerjasama KEMENEGPORA dan majalah An-nida yang terpilih
KATA PENGANTAR
Hamdan Syakuron penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberi kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik dan lancar.
Skripsi yang berjudul ’Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby Corn)’ disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura di Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS. sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan secara teknis di lapangan dan saran serta kritik kepada
penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS. sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan akademik kepada penulis.
5. Papa dan Mama, atas segala doa, kesabaran, pengorbanan, dukungan dan
kasih sayang serta dorongannya ”You are My Power of Love”, Irfan ’My lil’
bro’, serta seluruh keluarga besar, Ema, Mijum dan Abah Ganda, Nono, atas doa dan dukungannya.
6. Teman-teman AGH’4β (Era, Eka, Firoh, Hardi, Mas Heru, Esa, Candra, Eni, Mila, Ima, Mb Nia, Furqon, Rela, Diah ’mbo’, Rina E) dan Lab.PMT (Pakdhe,
Rinay, Cibi, Dina, Riyant, Bang Adi, Abdul ’adul’, Rohim ’ace’, Kang Ucup, Mb Cici, Mb Nita, Pak Syukur dan Bu Echa) atas persaudaraan, kebersamaan,
keceriaan, dan kesedihan yang kita bagi bersama, serta semuanya yang tidak
7. Sahabat-sahabat tercinta Mariyatul Qibtiyah, Rina Febriana, Riszky
Desmarina dan Riya Safariyah.
8. Pihak kebun percobaan Leuwikopo (Pak Maman, Pak Sardju), Cikeumeuh
(Pak Sunarto), dan Cikabayan (Pak Suyanto) atas segala bantuan dan
semangatnya.
9. Keluarga besar Kaligiri, Brebes, Jawa Tengah, tempat terindah yang
memberikan apa makna hidup sebenarnya (spesial untuk Gina, Gita, Galih
’AM’) dan warga Kaligiri atas bantuannya.
10.Kaligiri’ers : Azi ’lebay’, Rela, Maul, Daina, atas kekompakan, persaudaraan dan keceriaannya.
11.Teman-teman kost Pondok Malea Putri Atas, Yakuza dan adik-adik Mata
Kuliah Pemuliaan Tanaman Terapan.
12.Teman-teman dari KEMENEGPORA dan AN-NIDA serta 20 finalis Festival
Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis IMTAQ 2009.
13.Dedi Prasetyo, terima kasih telah memberikan saran, kritik, mendengarkan
cerita dan keluhan penulis serta semangat saat penulis merasa rendah diri.
Mudah-mudahan kisah kita tidak hanya sampai disini. Amien...
14.Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini dilaksanakan.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Hipotesis ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Botani Tanaman Jagung ... 3
2.2 Jagung Semi ... 4
2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi ... 5
2.3 Analisis Lintas ... 6
3. BAHAN DAN METODE ... 7
3.1 Waktu dan Tempat Peneltian ... 7
3.2 Alat dan Bahan ... 7
3.3 Metode Penelitian ... 7
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 8
3.5 Analisis Data ... 12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
4.1 Kondisi Umum ... 15
4.2 Parameter Genetik ... 17
4.3 Keragaan Karakter Agronomi ... 26
4.3.1 Karakter Vegetatif dan Genetatif ... 26
4.3.2 Karakter Umur Berbunga dan Umur Panen ... 30
4.3.3 Karakter Hasil ... 33
4.3.4 Kualitas Jagung Semi ... 37
4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi ... 44
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar CODEX untuk Baby Corn ... 11 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak ... 12
3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter
Tanaman Jagung ... 17
4. Nilai Ragam Genetik (VG), Ragam Fenotipik (VP), Ragam
Galat (VE), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan
Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter ... 18
5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung ... 21
6. Koefisien Lintasan untuk Menunjukkan Pengaruh Langsung
dan Tak Langsung Beberapa Genotipe Jagung... 24
7. Nilai Tengah Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah
Buku per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 26
8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman
Beberapa Genotipe Jagung ... 27
9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang
Beberapa Genotipe Jagung ... 28
10.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per
Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 29
11.Nilai Tengah Umur Panen Awal, Umur Panen Akhir, Umur
Panen Rata-rata dan Umur Berbunga ... 30
12.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga
Beberapa Genotipe Jagung ... 31
13.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Panen Rata-rata
Beberapa Genotipe Jagung ... 32
14.Nilai Tengah Jumlah Tongkol per Tanaman, Bobot Tongkol
15.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per
Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 34
16.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Kotor
Beberapa Genotipe Jagung ... 35
17.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Bersih
Beberapa Genotipe Jagung ... 36
18.Nilai Tengah Diameter Tongkol, Panjang Tongkol, Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Jumlah Tongkol Afkir Beberapa
Genotipe Jagung ... 37
19.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol
Beberapa Genotipe Jagung ... 38
20.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol
Beberapa Genotipe Jagung ... 39
21.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak
Pasar Beberapa Genotipe Jagung ... 40
22.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Afkir
Beberapa Genotipe Jagung ... 42
23.Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Hama dan Penyakit yang Terindentifikasi Menyerang Tanaman
Jagung ... 16
2. Diagram Lintas Berantai antara Komponen Produksi dan
Produksi Jagung Semi pada Beberapa Genotipe Jagung... 25
3. Penampilan Tongkol Jagung Semi Layak Pasar dari Beberapa
Genotipe Jagung ... 41
4. Penampilan Tongkol Jagung Semi Afkir dari Beberapa
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Genotipe - genotipe Jagung Lokal, Hasil Pemuliaan dan
Introduksi yang Digunakan Sebagai Bahan Penelitian ... 51
2. Data Iklim Bulanan Wilayah Darmaga, Bogor, Bulan Mei -
Juli 2009 ... 51
3. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman ... 52
4. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang ... 52
5. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buku per Tanaman ... 52
6. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga (bunga jantan) ... 52
7. Sidik Ragam Karakter Umur Panen Rata-rata ... 52
8. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol per Tanaman ... 53
9. Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Kotor ... 53
10.Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Bersih ... 53
11.Sidik Ragam Karakter Diameter Tongkol ... 53
12.Sidik Ragam Karakter Panjang Tongkol ... 53
13.Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Layak Pasar ... 54
14.Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Afkir ... 54
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan
makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek
cukup baik dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Tidak hanya jagung yang
masih mudanya saja yang dapat dimanfaatkan, bagian dari hijauannya juga
dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena teksturnya halus dan masih muda
sehingga mudah dicerna oleh hewan ternak yang memakannya.
Jagung semi secara pemeliharaan lebih sulit dibandingkan dengan jagung
biasa, namun dibalik kesulitan ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
permintaan pasar terhadap baby corn meningkat sehingga meningkatkan pendapatan petani dan panen hasil dari jagung semi tidak memerlukan waktu yang
lama (Palungkun dan Budiarti, 1992). Menurut Soeseno (1997) jagung semi atau
jagung putri, berasal dari jagung hibrida biasa, tetapi setiap bunga jantannya yang
muncul langsung dibuang (emaskulasi). Akibatnya, pembentukan tongkol jagung dapat lebih cepat.
Beberapa negara pengekspor baby corn antara lain Thailand, Sri Lanka, Taiwan, China, Zimbabwe, Zambia, Indonesia, Afrika Selatan, Nikaragua, Costa
Rica, Guatemala, dan Honduras. Thailand merupakan salah satu negara yang
mengekspor baby corn terbesar dalam statistik perdagangan resmi. Pada tahun 1993, Thailand mengekspor baby corn ke-22 negara (Graef, 1995). Sebagian besar baby corn yang dijual di Amerika diproses dan diimpor dari Asia, terutama Thailand (University of Kentucky, 2006).
Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi adalah
penggunaan varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi.
Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang
sudah tersedia di pasar. Kendala lainnya yaitu penerapan komponen teknologi
produksi yang belum dilakukan sesuai anjuran berupa ketidaksesuaian dalam
Jumlah tongkol yang biasa dihasilkan jagung umumnya sekitar 1-2 buah.
Varietas jagung hibrida yang banyak digunakan sebagai baby corn antara lain Hibrida C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta
Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002). Menurut
Wakhyono (2003), persentase tongkol dengan panjang lebih dari 9.5 cm dan afkir
tinggi sehingga perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe untuk
meningkatkan kualitas tongkol. Diharapkan beberapa varietas jagung yang ada
dapat menghasilkan jagung semi dengan kuantitas dan kualitas lebih baik.
Kuantitas jagung semi dengan menghasilkan tongkol banyak dan kualitas jagung
semi seperti rasa manis, tidak berserat, alur biji lurus, berwarna kekuningan, dan
seragam.
1.2 Tujuan
Memperoleh informasi potensi beberapa varietas jagung yang dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn) dan menganalisis pengaruh langsung maupun tidak langsung komponen hasil terhadap hasil jagung
semi.
1.3 Hipotesis
1. Terdapat varietas jagung yang menghasilkan jagung semi dengan kuantitas
dan kualitas lebih baik dibanding varietas hibrida BISI-2.
2. Terdapat karakter komponen hasil yang memiliki pengaruh langsung
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Jagung
Jagung adalah herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas.
Tanaman ini termasuk famili Poaceae, genus Zea, dan spesies Zea mays L. Tanaman memiliki bunga jantan yang tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina yang tumbuh terpisah
sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang di ketiak daun
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Perakaran tanaman ini berupa akar serabut yang terdiri dari akar primer
dan akar sekunder yang mana akar ini berkembang pada buku-buku pangkal
batang dan tumbuh menyamping. Pada sistem perakarannya terdapat akar
penyokong untuk memberikan tambahan topangan dan membantu penyerapan
hara. Menurut Poeting (1994), pada tanaman berakar serabut memiliki perakaran
koronal dan akar udara yang muncul pada buku di bawah atau di atas permukaan
tanah tepatnya di 5 - 6 buku pertama.
Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1.5 m dan 2.5 m
dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap
buku. Menurut Singh (1987) jumlah buku tanaman ini 10 - 20 buku per tanaman,
dimana pada buku ke-6 atau ke-7 akan ditemui tongkol jagungnya. Daun tanaman
ini ada yang disebut lidah daun (ligula), melekat kuat melingkupi batang pada
ujung pelepah dengan lembar daun berselang-seling. Daun panjang ini memiliki
lebar agak seragam dan tulang daun yang terlihat jelas dengan banyak tulang daun
kecil sejajar dengan panjang daun.
Tongkol jagung yang terbentuk pada batang sekunder yang berkembang
lebih lambat dan jarang produktif. Pada jagung manis tongkolnya lebih kecil
dibandingkan jagung biasa. Antesis ditandai dengan munculnya rambut dari
kelobot di puncak tongkol. Umumnya para petani dalam mengusahakan jagung
2.2 Jagung Semi
Baby corn disebut juga jagung semi atau jagung putri dikenal sebagai primadona sayuran mini yang manis rasanya dan memiliki komponen gizi utama
yaitu betakaroten, vitamin C, vitamin B dan mineral berupa kalsium, fosfor, dan
besi yang bermanfaat bagi pencernaan (Arnelia, 2003). Jagung semi merupakan
bagian dari tongkol jagung muda yang dipetik sebelum berbiji.
Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), tanda-tanda yang tepat
untuk menentukan panen pada jagung semi antara lain: biji (bagian dari bunga
betina) mulai terisi zat pati yang berbentuk seperti cairan susu, biji belum keras
dan bila dipijit akan keluar cairan putih seperti susu, panjang rambut jagung pada
tongkol antara 3 - 5 cm, kelobot pada tongkol jagung berwarna hijau, dan kondisi
tanaman jagung masih segar berwarna hijau.
Jagung semi dapat tumbuh pada daerah berketinggian 0 - 1 300 m dpl dan
dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas atau dingin dengan temperatur
sekitar 23 - 27° C dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Tanah yang disukai jagung semi adalah
tanah yang gembur, kaya akan humus, dan tingkat kemiringan yang tidak lebih
dari 8%. Namun demikian, jagung semi masih dapat berproduksi tinggi pada
tanah yang tidak terlalu subur asalkan mendapatkan pemeliharaan yang teliti.
Seperti juga jagung, baby corn dapat ditanam secara tumpang sari atau secara rotasi dengan padi(BPPT, 2005).
Menurut Soemadi dan Mutholib (2000), panen jagung dilakukan saat
tanaman berumur 1 – 1.5 bulan dengan memetik tongkol menggunakan tangan atau pisau ramping, caranya pelepah daun tempat tongkol berada dibelah sedikit
lalu tongkol ditarik ke samping pada bagian yang dibelah tadi dan ujung tongkol
dipotong. Pemanenan jagung semi secara manual dilakukan 1 - 2 hari setelah
silking, dimana tongkol masih sangat muda. Pemanenan harus dilakukan segera agar tidak berukuran terlalu besar dan keras. Frekuensi panen dilakukan setiap
2 - 3 hari sekali dan masa akhir pemanenan sekitar 2 - 4 minggu setelah panen
2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi
Pemuliaan tanaman merupakan ilmu dan seni untuk merakit keragaman
genetik yang tersedia menjadi varietas tanaman yang berguna bagi manusia
(Makmur, 1992). Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menambahkan, untuk
menghasilkan varietas tanaman yang sesuai dengan sistem budidaya yang ada dan
tujuan ekonomi yang diinginkan.
Teknik penyerbukan buatan tanaman jagung (Sibbing) bertujuan menghasilkan benih jagung yang memiliki daya tumbuh baik dan persentase hasil
benih tinggi, dari hasil perkawinan satu varietas yang sama. Langkah yang umum
dilakukan mencakup tiga langkah dasar antara lain : (i) memotong tongkol jagung
yang masih muda dan belum keluar rambut serta menutupnya dengan plastik
(ii) mengumpulkan tepung sari (iii) melakukan penyerbukan (Singh, 1987).
Palungkun dan Budiarti (1992) menyatakan pembuangan bunga jantan
(detasseling) dilakukan setelah bunga jantan keluar dan belum sempat mekar (sekitar 5 - 6 minggu setelah tanam). Dengan demikian penyerbukan bunga jantan
tidak terjadi sehingga energi yang dipakai untuk mekarnya bunga jantan dialihkan
untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru jagung semi.
Menurut Titatarn et al. (1992) pemuliaan jagung semi di Thailand tahun 1976 menyeleksi 147 varietas koleksi plasma nutfah termasuk dari India dan
Filipina sehingga dihasilkan satu varietas komposit yaitu Rangsit 1. Tahun 1993
Thailan berhasil melepas varietas hibrida unggul jagung semi yaitu Suwan 3101,
NS1 (s) C2 F2, CM 90 dan Super Sweet DMR. Menurut Zhao (1991) di Cina tahun
1993 dihasilkan varietas jagung semi yang mampu menghasilkan lima tongkol
yaitu Lu Sun Yu 1. Menurut Yodpetch dan Bautista (1983) di Filipina tahun 1983
ditemukan varietas harapan jagung semi yaitu Golden Bantam dan Super Sweet.
Di Indonesia, upaya pengembangan jagung semi belum banyak dilakukan.
Adapun varietas jagung yang umum digunakan untuk memproduksi jagung semi,
baik itu oleh petani maupun pengusaha skala yang lebih besar yaitu hibrida CPI-1
2.4 Analisis Lintas
Analisis lintas (sidik lintas) sangat bermanfaat dalam menentukan strategi
pemuliaan tanaman yang efektif (Ganefianti et al., 2006). Analisis lintas menguraikan seberapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung komponen
hasil terhadap hasil. Besarnya pengaruh langsung dinyatakan oleh besarnya
koefisien lintas. Penjumlahan dari pengaruh langsung dan tidak langsung disebut
sebagai pengaruh total. Menurut Ganefianti et al. (2006) analisis lintasan (sidik lintas) dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan, komponen
hasil dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
langsung sehingga pemilihan sifat yang diinginkan menjadi lebih efektif. Singh
dan Chaudary (1979) mengemukakan bahwa penentuan pengaruh langsung dan
tak langsung dalam menarik kesimpulan dari hasil tabel analisis lintas yaitu :
1. Jika korelasi antara peubah hampir sama dengan pengaruh langsungnya maka
korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung
melalui peubah tersebut akan efektif
2. Jika korelasi positif tetapi pengaruh langsungnya negatif maka pengaruh tidak
langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut. Pengaruh tak langsung ini
merupakan peubah yang harus diperhatikan lebih lanjut
3. Jika korelasi negatif dan kecil sedangkan pengaruh langsungnya positif dan
besar maka pemilihan model selanjutnya yang dilakukan harus dengan
pembatasan yang benar agar pengaruh peubah tak langsung menjadi hilang,
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di
Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian
250 m dpl dengan jenis tanah latosol.
3.2 Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan 17 genotipe jagung koleksi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah Kodok,
Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil pemuliaan
(Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa, Wisanggeni)
dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2, Kiran, Phil
DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dilakukan pemupukan dengan Urea,
SP-18, KCl dan pupuk kandang. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
menggunakan insektisida dan fungisida.
Alat yang digunakan antara lain alat budidaya pertanian, jangka sorong,
label, meteran, pisau, plastik, timbangan digital, dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah 17 genotipe dan
varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding. Dengan demikian seluruhnya
terdapat 54 satuan percobaan dan setiap satu satuan percobaan terdiri
Model matematika RKLT yang digunakan (Gomez and Gomez, 1995)
adalah :
Yij = μ + αi+ j + εij
Keterangan :
i = 1, 2, 3,...n j = 1, 2, 3
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j μ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
j = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j
Terhadap karakter yang berbeda nyata pada taraf 5% dilakukan uji lanjut
dengan uji t-Dunnett. Selain itu dilakukan uji kontras ortogonal antar genotipe
atau kelompok genotipe sesuai kebutuhan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor kemudian
cangkul dilanjutkan pemberian pupuk kandang dan dibiarkan selama satu minggu.
Setelah satu minggu dilakukan pemetakan dengan ukuran 26.6 m x 5 m untuk tiap
ulangan dan setiap genotipe ditanam dalam dua baris dengan ukuran petak
1.4 m x 5 m dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm. Dengan demikian terdapat
25 tanaman per baris dan 50 tanaman per genotipe per ulangan.
3.4.2 Penanaman
Benih yang ditanam sebanyak 2 benih per lubang tanam dan diikuti
dengan pemberian Furadan 3G untuk pengendalian hama lalat bibit dan serangan
3.4.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak ± 7 cm dari
lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 200 kg/ha Urea, 400 kg/ha
SP-18 dan 100 kg/ha KCl. Pupuk Urea diberikan setengah dosis rekomendasi
pada saat tanam dan sisanya diberikan 21 HST (Hari Setelah Tanam). Pupuk
SP-18 dan KCl diberikan satu dosis rekomendasi pada saat tanam saja.
3.4.4 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma
(penyiangan), pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 3 MST (Minggu
Setelah Tanam), kegiatan penyiangan dilakukan kembali sekitar 6 MST karena
gulma yang tumbuh menghambat pertumbuhan tanaman jagung serta menyulitkan
pemanenan. Pengendalian penyakit menggunakan fungisida berupa Saromyl yang
diaplikasikan pada benih sebelum ditanam dengan tujuan mencegah penyakit
bulai. Pengendalian hama menggunakan insektisida Furadan 3G untuk
mengendalikan hama lalat bibit serta untuk pengendalian ulat serta belalang
digunakan Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 ml per 1 liter air.
Pengendalian hama dengan Furadan diaplikasikan saat tanam yang
diberikan bersamaan dengan benih dan diaplikasikan pada ujung daun tanaman
jagung saat berumur 2 - 4 MST untuk pengendalian ulat grayak. Penjarangan
yaitu membuang satu tanaman jagung sehingga hanya satu tanaman jagung saja
yang tersisa setiap lubang tanamnya. Bertujuan mengurangi persaingan
pertumbuhan tanaman dalam populasi.
Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini hanya meliputi pengendalian
hama dan penyakit, pengendalian gulma, dan pembumbunan. Penyulaman
tanaman yang mati tidak dilakukan karena dikhawatirkan tanaman jagung semi
3.4.5 Pemanenan
Kegiatan pemanenan pada umumnya dilakukan setelah tanaman berumur
54 HST (di bagian tongkol sudah keluar rambut 2 - 3 cm dan warna kelobot
hijau-tua), yang dilakukan setiap dua hari sekali. Penelitian ini menggunakan
17 genotipe yang berbeda dan varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding
sehingga panen dilakukan sesuai umur panen tiap genotipe. Menurut Fadhil
(2004) berdasarkan penelitian yang dilakukannya, genotipe jagung lokal memiliki
umur panen yang pendek yaitu Ketip Kuning (57.5 HST), Genjah Kodok
(58.5HST), Lokal Srimanganti (61.0 HST) dan Lokal Oesao (62.6 HST)
dibandingkan dengan genotipe jagung hasil pemuliaan, Sadewa (62.7 HST).
3.4.6 Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan terhadap 10 tanaman contoh yang kompetitif
yang diambil secara acak per genotipe. Peubah yang diamati antara lain :
1. Tinggi tanaman
Diukur setelah tanaman keluar tassel (bunga jantan), mulai dari permukaan tanah pada ruas terakhir dimana terdapat akar hingga ujung
daun tertinggi yang ditegakkan dan dilakukan satu minggu sekali.
2. Diameter batang
Pengukuran ini bersamaan dengan tinggi tanaman, yang diukur pada ruas
terbesar sekitar 5 cm dari ruas terakhir dimana terdapat akar dan dilakukan
satu minggu sekali.
3. Jumlah buku per tanaman
Perhitungan dari buku terbawah setiap tanaman contoh dan dilakukan satu
minggu sekali.
4. Umur berbunga (bunga jantan)
Umur saat pertama penanaman sampai 50% dari populasi tanaman keluar
malai.
5. Umur panen
6. Jumlah tongkol per tanaman
Dihitung berdasarkan semua tongkol yang dihasilkan setiap tanaman
contoh.
7. Bobot tongkol kotor
Ditimbang berdasarkan bobot semua tongkol beserta kelobot dan
rambutnya dari setiap tanaman contoh.
8. Bobot tongkol bersih
Ditimbang berdasarkan bobot tongkol tanpa kelobot dan rambut tongkol
dari setiap tanaman contoh.
9. Ukuran tongkol
Pengukuran dilakukan terhadap panjang tongkol dan diameter tongkol.
Pengukuran panjang tongkol mulai dari bagian pangkal tongkol sampai
ujung tongkol sedangkan diameter diukur pada bagian pangkal tongkol
karena berdasarkan pengamatan bagian ini adalah bagian dengan diameter
tongkol terbesar untuk tongkol yang layak pasar.
10.Jumlah tongkol layak pasar
Dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman contoh per genotipe.
Tongkol layak pasar memiliki ciri-ciri berupa bentuk tongkol yang lurus,
baris bakal biji lurus, tidak cacat atau terserang hama dan penyakit, serta
ukuran yang sesuai dengan kriteria kelas yang digunakan oleh perusahaan
jagung semi. Misalnya PT NSI (Nusantara Swadaya Industri) menetapkan
jagung semi kelas A (panjang tongkol 4 - 6 cm), kelas B (panjang tongkol
6 - 8 cm), kelas C (panjang tongkol 8 - 10 cm), dan kelas D (panjang
tongkol 10 - 12 cm). Pada penelitian ini digunakan standar CODEX
(Tabel 1) untuk mengkelaskan jagung semi berdasarkan ukuran tongkol.
Tabel 1. Standar CODEX untuk Baby corn (Brisco, 2000) Kode Ukuran Panjang Tongkol(cm)
A 5.0 - 7.0
B 7.0 - 9.0
C 9.0 - 12.0
11.Jumlah tongkol afkir
Tongkol dengan penampilan kurang menarik misalnya bengkok, cacat,
terserang hama dan penyakit, tidak mulus, baris bakal biji yang bengkok
atau melingkar, dan ukuran tongkol yang tidak memenuhi kriteria
pengkelasan. Dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman contoh per
genotipe.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Ragam dan Uji Nilai Tengah
Masing-masing peubah dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA)
dari Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT).
Tabel 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat E (KT) F hitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Faktor koreksi 1
Ulangan r-1 JKk KT σ2ε + σ2
Genotipe t-1 JKg KTg σ2ε+σ2g KTg/KTe
Galat (r-1) (t-1) JKe KTe σ2ε
Umum rt-1 JKu
Apabila dalam sidik ragam terdapat peubah yang nilai F-hitungnya
berbeda nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji lanjut setelah analisis ragam
dengan menggunakan uji perbedaan nilai tengah yaitu uji t-Dunnett dan uji
kontras ortogonal.
Berikut rumus nilai kritikal dari uji t-Dunnett :
d’ = t(dunnett)
Berikut rumus dari uji kontras ortogonal :
H0 = c1u1 + c2u2 + ... + ciui= ∑ ciui= 0 , dengan syarat : ∑ci = 0
Keterangan : ui = total perlakuan atau nilai tengah
3.5.2 Pendugaan Heritabilitas
Nilai heritabilitas merupakan nilai yang digunakan oleh pemulia tanaman
dalam melakukan seleksi terhadap beberapa karakter yang diinginkan (Allard,
1960). Nilai ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana suatu populasi tanaman
secara fenotipik dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan sekitarnya. Perhitungan
nilai ragam genotipe dan ragam fenotipe diduga dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
σ2
ε = =
σ2
= =
σ2
р = = Vg + Ve
Keterangan : KTg = kuadrat tengah genotipe
KTe = kuadrat tengah galat
VG = ragam genotipe
VE = ragam lingkungan
VP = ragam fenotipe
r = banyaknya ulangan
Rumus heritabilitas sebagai berikut : h2bs =
Kriteria nilai heritabilitas (h2bs) menurut Stanfield (1991) terdiri dari tiga kelas
yaitu:
Heritabilitas rendah : h2bs < 0.2
Heritabilitas sedang : 0.β ≤ h2bs ≤ 0.5
3.5.3 Koefisien Keragaman Genetik (KKG)
Rumus untuk perhitungan koefisien keragaman genetik adalah:
KKG = x100%
Keterangan : KKG = koefisien keragaman genetik
VG = ragam genetik
= nilai tengah
Menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) kriteria KKG relatif yaitu : rendah
(0% <x≤ 25%), agak rendah (25% <x≤ 50%), cukup tinggi (50% <x≤ 75%) dan tinggi (75% <x≤ 100%).
3.5.4 Koefisien Korelasi
Keeratan hubungan antar dua peubah yang diamati dapat diketahui melalui
nilai koefisien korelasinya (r). Rumus untuk menduga koefisien korelasi adalah :
Keterangan : r (xy) = koefisien korelasi peubah x dan y
= nilai pengamatan ke-i pada peubah pertama
= nilai pengamatan ke-i pada peubah kedua
Nilai r berada diantara -1 dan +1. Nilai 1 atau -1 menunjukkan bahwa hubungan
linear sempurna dan jika r sama dengan nol maka tidak ada hubungan antara
kedua peubah atau hubungannya tidak linier.
3.5.5 Analisis Lintas
Besarnya nilai koefisien lintasan (P) dicari dengan menggunakan metode
aljabar matriks menurut Singh dan Chaudary (1979). Pengolahan data ini
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009 di
Kebun Percobaan Lewikopo IPB dimana pada bulan tersebut merupakan akhir
dari musim hujan. Curah hujan yang turun selama penelitian berdasarkan data
statistik dari stasiun klimatologi Dramaga yaitu 346.57 mm/bulan, dimana pada
bulan Mei curah hujan sangat tinggi (570.60 mm). Suhu udara berkisar 26o C dengan kelembaban udara 81.67%. Dengan demikian curah hujan tersebut adalah
cukup untuk fase pertumbuhan sampai pembentukan tongkol. Tim Penebar
Swadaya (1992) menyatakan bahwa kisaran curah hujan ideal bagi jagung semi
adalah 100 – 125 mm/bulan. Data curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara dicantumkan pada Lampiran 11.
Pertumbuhan tanaman jagung cukup baik, terlihat dari daya tumbuh
rata-rata dari 18 genotipe adalah 99.44%. Hal ini dikarenakan sebelum penanaman
jagung untuk penelitian, benih diperbanyak terlebih dahulu.
Gambar 1 memperlihatkan beberapa hama dan penyakit yang menyerang
tanaman jagung selama penelitian. Serangan hama mulai terlihat saat tanaman
berumur 3 MST berupa belalang (Melanoplus sp.), ulat tanah (Agrotis ipsilon) dan ulat grayak (Spodoptera litura). Hama ulat penggerek tongkol (Heliothis armigera) dan ulat penggerek batang (Sesamia inferens) menyerang saat panen jagung semi berlangsung sekitar 40 – 55 HST, akibat serangan keduanya terjadi penurunan kualitas tongkol jagung semi.
Penyakit bulai (Sclerospora maydis) menyerang tanaman jagung yang masih muda berumur sekitar 3 MST sehingga untuk menghindari penyebaran
penyakit ini dilakukan pencabutan dan pembuangan tanaman jagung yang
terserang (Gambar 1). Saat tanaman jagung berumur lebih dari 5 MST serangan
bulai cukup luas sekitar 8.04% secara keseluruhan. Genotipe yang banyak
terserang bulai antara lain BC 10 MS 15 (37.33%), Sadewa (14%) dan EY Pool
C6S2 (15.33%). Genotipe BC 10 MS 15 merupakan genotipe hasil pemuliaan
terdapat 15 – 25 tanaman. Penyakit lain yang menyerang tanaman jagung selama penelitian adalah hawar daun (Helminthosporium maydis) dan karat (Puccinia sp.). Penyakit hawar daun awalnya berupa bercak-bercak kecil selanjutnya berwarna coklat kehijauan dan lama kelamaan membesar sedangkan
penyakit karat pada tingkatan yang jauh menyebabkan bagian-bagian daun
mengering (Semangun, 1991).
(a) (b) (c)
(d) (e) (f) (g)
(h)
Gambar 1. Hama dan Penyakit yang Teridentifikasi Menyerang Tanaman Jagung Semi. (a) ulat tanah (b) ulat grayak (c) ulat penggerek tongkol (d) batang tanaman jagung akibat serangan penggerek batang (e) bercak daun (f) bulai (g) karat daun dan (h) hawar daun
Pemanenan jagung semi dilakukan setiap dua hari sekali, dengan ciri-ciri
panen berupa panjang rambut 2 – 3 cm dan warna kelobot hijau tua. Panjang rambut ini hanya dapat digunakan untuk kriteria pemanenan sampai tongkol
lebih dari 3 cm. Tongkol muncul tidak serempak sehingga panen tidak dapat
dilakukan sekaligus.
Berdasarkan hasil sidik ragam peubah yang diperoleh, pengaruh genotipe
untuk semua peubah adalah nyata atau sangat nyata (Tabel 3 disarikan dari
Lampiran 3-14).
Tabel 3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter Tanaman Jagung.
Keterangan :
* = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berbeda nyata
w) = transformasi (√x+o.5 )
4.2 Parameter Genetik
4.2.1 Keragaman Genetik, Keragaman Fenotipik dan Heritabilitas
Nilai ragam genetik (VG) dan ragam fenotipik (VP) pada beberapa peubah
yang diamati lebih besar daripada nilai ragam lingkungan (VE). Hal ini
dikarenakan nilai VP merupakan hasil penjumlahan dari nilai VG dan VE. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa populasi jagung semi untuk beberapa peubah
yang diamati mempunyai ragam genetik luas karena peubah-peubah ini lebih
dikendalikan oleh faktor genetik daripada lingkungan.
Nilai koefisien keragaman genetik (Tabel 4) diperoleh dari nilai ragam
genetik, jika nilai ragam genetik kecil maka koefisien keragaman genetik akan
Karakter F-hitung Pr > F KK (%)
Tinggi tanaman 4.39** 0.0001 6.20
Diameter batang 10.43** 0.0001 6.18
Jumlah buku per tanaman 71.88** 0.0001 3.83
Umur berbunga 109.63** 0.0001 1.79
Umur panen rata-rata 11.90** 0.0001 3.55
Jumlah tongkol per tanaman 15.92** 0.0001 10.43
Bobot tongkol kotor 10.83** 0.0001 13.45
Bobot tongkol bersih 12.66** 0.0001 16.77
Diameter tongkol 9.02** 0.0001 5.86
Panjang tongkol 29.55** 0.0001 7.82
Jumlah tongkol layak pasar 2.49* 0.0115 10.37w)
kecil pula yang menunjukkan variabilitas genetik yang sempit. Menurut
Moedjiono dan Mejaya (1994) kriteria KKG relatif yaitu : rendah (0% <x≤ 25%),
agak rendah (25% <x≤ 50%), cukup tinggi (50% <x≤ 75%) dan tinggi (75% <x≤ 100%). Dengan menjadikan nilai absolut 33.10% hasil penelitian
ini sebagai nilai relatif 100%, maka kisaran nilai absolut koefisien keragaman
genetik (KKG) jagung semi ini berturut-turut rendah (0% <x≤ 8.28%), agak rendah (8.28% <x≤ 16.55%), cukup tinggi (16.55% <x≤ 24.83%) dan tinggi (24.83% <x≤ 33.10%). Berdasarkan kriteria tersebut, karakter yang keragaman genetiknya relatif rendah adalah : tinggi tanaman, diameter batang, umur panen
rata-rata dan jumlah tongkol layak pasar; agak rendah yakni : umur berbunga dan
diameter tongkol; cukup tinggi yakni : jumlah buku per tanaman, jumlah tongkol
per tanaman, bobot tongkol kotor, panjang tongkol dan jumlah tongkol afkir; dan
tinggi yakni bobot tongkol bersih. Menurut Warid et al. (1999) seleksi akan efektif dilakukan pada peubah dengan variabilitas genetik luas, yang ditunjukkan
oleh nilai KKG yang tinggi.
Tabel 4. Nilai Ragam Genetik (Vg), Ragam Fenotipik (Vp), Ragam Galat (Ve), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter
Keterangan :
w) = transformasi (√x+o.5)
Keragaan tanaman jagung semi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Besar atau kecilnya peranan faktor genetik terhadap keragaan tanaman dapat
dilihat dari nilai heritabilitas arti luas (h2bs). Pada percobaan nilai heritabilitas
Peubah Vg Vp Ve KKG (%) h2bs
yang tinggi terlihat pada hampir semua peubah sehingga secara umum peubah
yang diamati tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh nilai h2bs masing-masing peubah yang lebih dari 50%. Kriteria
nilai heritabilitas tinggi berkisar 50% - 100% (Stanfield, 1991). Nilai heritabilitas
yang tinggi (Tabel 4) pada penelitian jagung semi ini antara 77.20% - 99.10%.
Nilai heritabilitas yang tinggi dari beberapa peubah pada 18 genotipe jagung semi
didukung oleh nilai ragam genetik yang luas. Terhadap populasi dengan nilai
heritabilitas tinggi, memungkinkan dilakukan seleksi. Menurut Jonharnas (1995)
seleksi pada karakter yang memiliki heritabilitas tinggi akan berlangsung efektif
karena pengaruh lingkungan kecil dan faktor genetik lebih dominan dalam
penampilan genotipe tanaman.
4.2.2 Keeratan Hubungan Antar Peubah
Dalam pencapaian tujuan seleksi terhadap peubah tanaman, perlu
diketahui korelasi antar peubah. Saat seleksi berlangsung terkadang ada peubah
tidak dikehendaki yang ikut terseleksi dimana peubah ini dapat menguntungkan
atau merugikan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya dengan pasti digunakan
korelasi dengan melihat nilai keeratan hubungan antar peubah. Menurut Mattjik
dan Sumertajaya (2006) koefisien korelasi dinotasikan dengan r pada kisaran nilai
-1 ≤ r ≤ 1, r mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah dan nilai r mendekati nol menunjukkan hubungan kedua peubah
tersebut tidak linier atau tidak ada hubungan antar peubah. Nilai r ini didukung
juga oleh peluang nyata atau tidak nyata untuk menentukan keeratan hubungan
antar dua peubah yang diamati.
Keeratan hubungan antar peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.
Tinggi tanaman memiliki keeratan yang tinggi dengan jumlah buku per tanaman
(r : 0.7688, p : 0.0001) namun memiliki nilai rendah dan berkorelasi negatif
dengan jumlah tongkol afkir (r : -0.4265, p : 0.0013). Dengan demikian, semakin
banyak jumlah buku maka tanaman akan semakin tinggi dan fase vegetatif pun
berlangsung lama yang dapat memperpanjang umur berbunga (fase generatif) dan
Umur berbunga berkorelasi positif dan mendekati satu (r : 0.9503,
p : 0.0001) dengan panen awal. Dengan demikian, semakin genjah umur berbunga
maka akan semakin genjah pula umur panen jagung semi. Bobot tongkol kotor
memiliki keeratan yang mendekati satu dengan bobot tongkol bersih (r : 0.8339,
p : 0.0001) sedangkan bobot tongkol bersih sendiri juga memiliki nilai korelasi
yang mendekati satu dengan jumlah tongkol layak pasar (r : 0.9957, p : 0.0001).
Jumlah tongkol per tanaman dengan jumlah tongkol afkir memiliki nilai korelasi
positif dan tingkat keeratan hubungannya terlihat sangat erat karena nilai
korelasinya mendekati satu (r : 0.9612, p : 0.0001).
Yodpetch dan Bautista (1983) menyatakan bahwa kriteria jagung semi
yang baik seharusnya memiliki umur berbunga yang genjah, hasil per hektar
tinggi, jumlah tongkol per tanaman yang banyak, tinggi tanaman yang rendah,
kualitas yang baik, dan indeks panen tinggi. Jumlah tongkol per tanaman
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil jagung semi karena terkait
dengan jumlah tongkol layak pasar dan jumlah tongkol afkir. Dengan demikian
dapat diperkirakan beberapa kriteria seleksi jagung semi yaitu tinggi tanaman
rendah, umur berbunga genjah, umur panen genjah, jumlah tongkol per tanaman
banyak dan jumlah tongkol layak pasar banyak. Peubah-peubah inilah yang dapat
digunakan dalam memilih atau menyeleksi populasi genotipe jagung semi.
Berdasarkan kriteria tersebut, Genjah Kodok memenuhi kriteria tinggi tanaman
rendah, umur berbunga dan umur panen genjah. Kiran memenuhi kriteria jumlah
tongkol per tanaman banyak dan Phil DMR Comp. 2 memenuhi kriteria jumlah
Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung
TT DB BU UB UPR PAW PAK JT BTK BTB JTL JTA DT
DB 0.5661 0.0001
BU 0.7688 0.4752 0.0001 0.0003
UB 0.6387 0.5694 0.8451 0.0001 0.0001 0.0001
UPR 0.4655 0.5617 0.7344 0.6501 0.0004 0.0001 0.0001 0.0001
PAW 0.6502 0.4509 0.8546 0.9503 0.5891 0.0001 0.0006 0.0001 0.0001 0.0001
PAK 0.4496 0.4804 0.7478 0.7487 0.8445 0.7330 0.0006 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001
JT -0.4355 -0.0897 -0.5373 -0.6877 -0.0283 -0.7964 -0.3251 0.0010 0.0519 0.0001 0.0001 0.8389 0.0001 0.0165
BTK 0.4664 0.5663 0.5437 0.6511 0.4073 0.6595 0.5322 -0.5008 0.0004 0.0001 0.0001 0.0001 0.0022 0.0001 0.0001 0.0001
BTB 0.5360 0.5485 0.6813 0.7676 0.5472 0.8181 0.6487 -0.5801 0.8339 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001
JTL 0.5605 0.5467 0.7159 0.8005 0.5537 0.8521 0.6584 -0.6235 0.8250 0.9957 0.0001 0.0001 0.0010 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001
JTA -0.4265 -0.1034 -0.5323 -0.6517 -0.0261 -0.7677 -0.3197 0.9612 -0.4685 -0.5516 -0.5941 0.0013 0.4567 0.0001 0.0001 0.8513 0.0001 0.0184 0.0001 0.0004 0.0001 0.0001
DT 0.3227 0.3680 0.5152 0.4967 0.3520 0.5689 0.4324 -0.4302 0.7419 0.7966 0.7899 -0.3710 0.0173 0.0061 0.0001 0.0001 0.0090 0.0001 0.0011 0.0012 0.0001 0.0001 0.0001 0.0057
PT 0.6269 0.6957 0.7763 0.8616 0.6573 0.8463 0.7305 -0.5537 0.7183 0.8820 0.8955 -0.5497 0.5730 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001
2.3 Analisis Lintas
Analisis lintas (sidik lintas) sangat bermanfaat dalam menentukan strategi
pemuliaan tanaman yang efektif. Analisis lintasan (sidik lintas) dapat digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman
yang mempunyai pengaruh lansung maupun tidak langsung sehingga pemilihan
sifat yang diinginkan menjadi lebih efektif (Ganefianti et al., 2006).
Karakter diameter batang dan umur panen rata-rata memiliki nilai korelasi
yang tidak nyata pada taraf 5% terhadap jumlah tongkol per tanaman sehingga
kedua karakter ini tidak dapat digunakan sebagai karakter penduga jumlah tongkol
per tanaman. Koefisien lintas yang bernilai negatif terhadap jumlah tongkol per
tanaman adalah tinggi tanaman (P1 = -0.0685), umur berbunga (P4 = -0.1303),
panen awal (P6 = -0.5311), panen akhir (P7 = -0.0372), bobot tongkol kotor
(P8 = -0.0608), jumlah tongkol layak pasar (P10 = -0.7419) dan diameter tongkol
(P12 =-0.0995). Menurut Tiwari dan Verma (1997) diameter batang berpengaruh
langsung pada hasil jagung semi. Hasil peneliltian Hidajat dan Puspitarati (1985)
menunjukkan bahwa analisis lintasan tinggi tanaman kacang hitam amat
berpengaruh terhadap hasil.
Korelasi antara jumlah buku dengan jumlah tongkol per tanaman adalah
nyata pada taraf 5% (r3h = -0.5373). Adapun pengaruh langsungnya bernilai positif
(P3 = 0.13868) sedangkan pengaruh tidak langsung dari karakter ini melalui umur
panen rata-rata (r3-5P3 = 0.2363) dan bobot tongkol bersih (r3-9P3 = 0.5843)
memberikan kontribusi lebih besar daripada pengaruh langsungnya terhadap
jumlah tongkol per tanaman (P3 = 0.1387). Dengan demikian berarti bahwa jumlah
buku berpengaruh tidak langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman melalui
umur panen rata-rata dan bobot tongkol bersih. Diagram lintas yang menunjukkan
pengaruh langsung dan tak langsung beberapa karakter morfologi jagung semi
terhadap jumlah tongkol per tanaman ditampilkan pada Gambar 2.
Korelasi antara bobot tongkol bersih dan jumlah tongkol afkir dengan
jumlah tongkol per tanaman adalah nyata pada taraf 5% (r9h = -0.5801,
r11h = 0.9612). Adapun pengaruh langsungnya bernilai positif masing-masing
P9 = 0.85759 dan P11 = 0.43819 yang memberikan kontribusi lebih besar daripada
Koauychai et al. (1999) hasil analisis lintas dari bobot tongkol bersih berpengaruh langsung terhadap hasil jagung semi. Dengan demikian berarti bahwa bobot
tongkol bersih dan jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah
tongkol per tanaman. Menurut Risliawati (2007), karakter vegetatif maupun
karakter generatif tanaman pala menjadi penduga paling efektif bagi produksi,
selain tergantung pada morfologi tanaman, juga tergantung pada kondisi
lingkungan di mana tanaman berkembang.
Nilai pengaruh sisa dari hasil analisis lintas penelitian ini Px = 0.1696
dimana tergolong kecil sehingga pengaruh selain komponen hasil berpengaruh
kecil terhadap hasil jagung semi. Kecilnya nilai pengaruh sisa memudahkan dalam
Tabel 6. Koefisien Lintasan yang Menunjukkan Pengaruh Langsung dan Tak Langsung pada Jumlah Tongkol per Tanaman melalui Berbagai Karakter dari Beberapa Genotipe Jagung Semi
TT DB BU UB UPR PAW PAK BTK BTB JTL JTA DT PT
rijPj
TT -
DB 0.0873 -
BU 0.1066 0.0659 -
UB -0.0832 -0.0742 -0.1101 -
UPR 0.1498 0.1807 0.2363 0.2092 -
PAW -0.3453 -0.2395 -0.4539 -0.5047 0.1896 -
PAK -0.0167 -0.0179 -0.0278 -0.0279 -0.4486 -0.0273 -
BTK -0.0283 -0.0344 -0.0330 -0.0396 -0.0152 -0.0401 -0.0323 -
BTB 0.4597 0.4704 0.5843 0.6583 -0.0332 0.7015 0.5563 0.7151 -
JTL -0.4158 -0.4056 -0.5312 -0.5939 0.4749 -0.6322 -0.4885 -0.6121 -0.7387 -
JTA -0.1869 -0.0453 -0.2332 -0.2856 0.0194 -0.3364 -0.1401 -0.2053 -0.2417 -0.2603 -
DT -0.0321 -0.0366 -0.0512 -0.0494 0.1543 -0.0566 -0.0430 -0.0738 -0.0792 -0.0786 0.0369 -
PT -0.0619 -0.0687 -0.0766 -0.0851 -0.0654 -0.0836 -0.0721 -0.0709 -0.0871 -0.0884 0.0543 -0.0566 -
Pj -0.0685 0.1543 0.1387 -0.1303 0.3218 -0.5311 -0.0372 -0.0608 0.8576 -0.7419 0.4382 -0.0995 -0.0987
rih -0.4355 -0.0897 -0.5373 -0.6877 -0.0283 -0.7964 -0.3251 -0.5008 -0.5801 -0.6235 0.9612 -0.4302 -0.5537
Keterangan :
Px = pengaruh sisa = 0.1696
TT : Tinggi tanaman, DB : Diameter Batang, BU : Jumlah Buku per Tanaman, UPR : Umur Panen Rata-rat