• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Hasil Dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Sebagai Jagung Semi (Baby Corn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Hasil Dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Sebagai Jagung Semi (Baby Corn)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

SEBAGAI JAGUNG SEMI (

Baby Corn)

Oleh

Widya Rachmat Sepriliyana

A24052578

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

SEBAGAI JAGUNG SEMI (

Baby Corn)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Widya Rachmat Sepriliyana

A24052578

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

WIDYA RACHMAT SEPRILIYANA. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby corn). Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU E. K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi potensi beberapa

varietas jagung yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

dengan genotipe sebagai perlakuan. Genotipe ini terdiri dari 17 genotipe koleksi

dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah

Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil

pemuliaan (Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa,

Wisanggeni), dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2,

Kiran, Phil DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai

pembanding. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga seluruhnya

terdapat 54 satuan percobaan. Terhadap data tiap peubah dilakukan analisis

ragam. Uji nilai tengah yang digunakan adalah t-Dunnett untuk membandingkan

tiap genotipe yang diuji dengan hibrida BISI-2 sebagai pembanding serta uji

kontras ortogonal untuk membandingkan genotipe atau kelompok genotipe yang

dikehendaki.

Hubungan korelasi antara bobot tongkol kotor dengan beberapa peubah

bernilai positif, tetapi negatif dengan peubah jumlah tongkol per tanaman dan

jumlah tongkol afkir masing-masing r : -0.5008 (p : 0.0001) dan r : -0.4685

(p : 0.0004). Bobot tongkol bersih memiliki korelasi positif dengan beberapa

peubah, tetapi berkorelasi negatif pula dengan jumlah tongkol per tanaman dan

jumlah tongkol afkir masing-masing dengan nilai r : -0.5801 (p : 0.0001) dan

r : -0.5516 (p : 0.0001). Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan

(4)

jagung semi. Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa bobot tongkol bersih dan

jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman

sehingga peubah ini dapat digunakan untuk kriteria seleksi.

Pengujian analisis ragam untuk masing-masing peubah menunjukkan

bahwa semua peubah berbeda sangat nyata kecuali peubah jumlah tongkol layak

pasar (berbeda nyata). Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe

Kiran (3.67 tongkol) memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih

banyak dibanding varietas hibrida BISI-2 (2.87 tongkol) dan dari hasil uji kontras

ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena (2.47 tongkol) dan

Kiran (3.67 tongkol) nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak

dibandingkan rata-rata jumlah tongkol genotipe lokal (2.26 tongkol). Genotipe

Genjah Kodok (2.38 tongkol) dan Phil DMR Comp. 2 (3.33 tongkol) sangat nyata

memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan rata-rata jumlah

tongkol genotipe hasil pemuliaan (2.02 tongkol). Genotipe Genjah Kodok

memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya

sehingga umur berbunga dan umur panen pun lebih genjah. Genotipe ini memiliki

persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, yaitu

sebesar 10.59%. Jumlah tongkol afkir pada genotipe-genotipe yang diuji cukup

tinggi, bahkan ada yang mencapai 100% sehingga perlu dilakukan seleksi untuk

meningkatkan kualitas jagung semi. Dari hasil penelitian ini genotipe Genjah

Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai

(5)

Judul : ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI JAGUNG SEMI (Baby Corn)

Nama : Widya Rachmat Sepriliyana

NRP : A24052578

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu EK., MS Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS NIP. 19631107 198811 2 001 NIP. 19510204 198203 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27 September

1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak H. Mamat

Rachmat, ST dan Ibu Hj. Elina.

Tahun 1992 penulis lulus dari TK Islamic Village Tangerang, kemudian

pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi kembali di SD Islamic Village

Tangerang. Tahun 2002 penulis lulus dari SMP Negeri 6 Tangerang. Selanjutnya

penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tangerang tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Agronomi

dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian

dengan program minor yaitu Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan.

Tahun 2006 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi

(HIMAGRON), Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai

anggota Club Tanaman Buah (CTB) HIMAGRON. Tahun 2009 penulis

mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang lolos dan dibiayai

oleh Direktorat Pendidikan Tertinggi (DIKTI) dan mengajukan tulisan mengenai

penelitian ini di ajang Festival Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis

IMTAQ 2009 kerjasama KEMENEGPORA dan majalah An-nida yang terpilih

(7)

KATA PENGANTAR

Hamdan Syakuron penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberi kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan baik dan lancar.

Skripsi yang berjudul ’Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby Corn)’ disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat untuk meraih

gelar Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura di Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS. sebagai dosen pembimbing

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran kepada penulis

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan secara teknis di lapangan dan saran serta kritik kepada

penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan banyak saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan akademik kepada penulis.

5. Papa dan Mama, atas segala doa, kesabaran, pengorbanan, dukungan dan

kasih sayang serta dorongannya ”You are My Power of Love”, Irfan ’My lil’

bro’, serta seluruh keluarga besar, Ema, Mijum dan Abah Ganda, Nono, atas doa dan dukungannya.

6. Teman-teman AGH’4β (Era, Eka, Firoh, Hardi, Mas Heru, Esa, Candra, Eni, Mila, Ima, Mb Nia, Furqon, Rela, Diah ’mbo’, Rina E) dan Lab.PMT (Pakdhe,

Rinay, Cibi, Dina, Riyant, Bang Adi, Abdul ’adul’, Rohim ’ace’, Kang Ucup, Mb Cici, Mb Nita, Pak Syukur dan Bu Echa) atas persaudaraan, kebersamaan,

keceriaan, dan kesedihan yang kita bagi bersama, serta semuanya yang tidak

(8)

7. Sahabat-sahabat tercinta Mariyatul Qibtiyah, Rina Febriana, Riszky

Desmarina dan Riya Safariyah.

8. Pihak kebun percobaan Leuwikopo (Pak Maman, Pak Sardju), Cikeumeuh

(Pak Sunarto), dan Cikabayan (Pak Suyanto) atas segala bantuan dan

semangatnya.

9. Keluarga besar Kaligiri, Brebes, Jawa Tengah, tempat terindah yang

memberikan apa makna hidup sebenarnya (spesial untuk Gina, Gita, Galih

’AM’) dan warga Kaligiri atas bantuannya.

10.Kaligiri’ers : Azi ’lebay’, Rela, Maul, Daina, atas kekompakan, persaudaraan dan keceriaannya.

11.Teman-teman kost Pondok Malea Putri Atas, Yakuza dan adik-adik Mata

Kuliah Pemuliaan Tanaman Terapan.

12.Teman-teman dari KEMENEGPORA dan AN-NIDA serta 20 finalis Festival

Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis IMTAQ 2009.

13.Dedi Prasetyo, terima kasih telah memberikan saran, kritik, mendengarkan

cerita dan keluhan penulis serta semangat saat penulis merasa rendah diri.

Mudah-mudahan kisah kita tidak hanya sampai disini. Amien...

14.Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan sampai

penyusunan skripsi ini dilaksanakan.

Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Botani Tanaman Jagung ... 3

2.2 Jagung Semi ... 4

2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi ... 5

2.3 Analisis Lintas ... 6

3. BAHAN DAN METODE ... 7

3.1 Waktu dan Tempat Peneltian ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 7

3.3 Metode Penelitian ... 7

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 8

3.5 Analisis Data ... 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Kondisi Umum ... 15

4.2 Parameter Genetik ... 17

4.3 Keragaan Karakter Agronomi ... 26

4.3.1 Karakter Vegetatif dan Genetatif ... 26

4.3.2 Karakter Umur Berbunga dan Umur Panen ... 30

4.3.3 Karakter Hasil ... 33

4.3.4 Kualitas Jagung Semi ... 37

4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi ... 44

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar CODEX untuk Baby Corn ... 11 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak ... 12

3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter

Tanaman Jagung ... 17

4. Nilai Ragam Genetik (VG), Ragam Fenotipik (VP), Ragam

Galat (VE), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan

Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter ... 18

5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung ... 21

6. Koefisien Lintasan untuk Menunjukkan Pengaruh Langsung

dan Tak Langsung Beberapa Genotipe Jagung... 24

7. Nilai Tengah Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah

Buku per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 26

8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman

Beberapa Genotipe Jagung ... 27

9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang

Beberapa Genotipe Jagung ... 28

10.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per

Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 29

11.Nilai Tengah Umur Panen Awal, Umur Panen Akhir, Umur

Panen Rata-rata dan Umur Berbunga ... 30

12.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga

Beberapa Genotipe Jagung ... 31

13.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Panen Rata-rata

Beberapa Genotipe Jagung ... 32

14.Nilai Tengah Jumlah Tongkol per Tanaman, Bobot Tongkol

(11)

ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

SEBAGAI JAGUNG SEMI (

Baby Corn)

Oleh

Widya Rachmat Sepriliyana

A24052578

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

SEBAGAI JAGUNG SEMI (

Baby Corn)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Widya Rachmat Sepriliyana

A24052578

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

WIDYA RACHMAT SEPRILIYANA. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby corn). Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU E. K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi potensi beberapa

varietas jagung yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

dengan genotipe sebagai perlakuan. Genotipe ini terdiri dari 17 genotipe koleksi

dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah

Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil

pemuliaan (Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa,

Wisanggeni), dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2,

Kiran, Phil DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai

pembanding. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali sehingga seluruhnya

terdapat 54 satuan percobaan. Terhadap data tiap peubah dilakukan analisis

ragam. Uji nilai tengah yang digunakan adalah t-Dunnett untuk membandingkan

tiap genotipe yang diuji dengan hibrida BISI-2 sebagai pembanding serta uji

kontras ortogonal untuk membandingkan genotipe atau kelompok genotipe yang

dikehendaki.

Hubungan korelasi antara bobot tongkol kotor dengan beberapa peubah

bernilai positif, tetapi negatif dengan peubah jumlah tongkol per tanaman dan

jumlah tongkol afkir masing-masing r : -0.5008 (p : 0.0001) dan r : -0.4685

(p : 0.0004). Bobot tongkol bersih memiliki korelasi positif dengan beberapa

peubah, tetapi berkorelasi negatif pula dengan jumlah tongkol per tanaman dan

jumlah tongkol afkir masing-masing dengan nilai r : -0.5801 (p : 0.0001) dan

r : -0.5516 (p : 0.0001). Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan

(14)

jagung semi. Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa bobot tongkol bersih dan

jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman

sehingga peubah ini dapat digunakan untuk kriteria seleksi.

Pengujian analisis ragam untuk masing-masing peubah menunjukkan

bahwa semua peubah berbeda sangat nyata kecuali peubah jumlah tongkol layak

pasar (berbeda nyata). Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe

Kiran (3.67 tongkol) memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih

banyak dibanding varietas hibrida BISI-2 (2.87 tongkol) dan dari hasil uji kontras

ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena (2.47 tongkol) dan

Kiran (3.67 tongkol) nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak

dibandingkan rata-rata jumlah tongkol genotipe lokal (2.26 tongkol). Genotipe

Genjah Kodok (2.38 tongkol) dan Phil DMR Comp. 2 (3.33 tongkol) sangat nyata

memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan rata-rata jumlah

tongkol genotipe hasil pemuliaan (2.02 tongkol). Genotipe Genjah Kodok

memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya

sehingga umur berbunga dan umur panen pun lebih genjah. Genotipe ini memiliki

persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, yaitu

sebesar 10.59%. Jumlah tongkol afkir pada genotipe-genotipe yang diuji cukup

tinggi, bahkan ada yang mencapai 100% sehingga perlu dilakukan seleksi untuk

meningkatkan kualitas jagung semi. Dari hasil penelitian ini genotipe Genjah

Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai

(15)

Judul : ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI JAGUNG SEMI (Baby Corn)

Nama : Widya Rachmat Sepriliyana

NRP : A24052578

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu EK., MS Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS NIP. 19631107 198811 2 001 NIP. 19510204 198203 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27 September

1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak H. Mamat

Rachmat, ST dan Ibu Hj. Elina.

Tahun 1992 penulis lulus dari TK Islamic Village Tangerang, kemudian

pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi kembali di SD Islamic Village

Tangerang. Tahun 2002 penulis lulus dari SMP Negeri 6 Tangerang. Selanjutnya

penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tangerang tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Agronomi

dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian

dengan program minor yaitu Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan.

Tahun 2006 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi

(HIMAGRON), Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai

anggota Club Tanaman Buah (CTB) HIMAGRON. Tahun 2009 penulis

mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang lolos dan dibiayai

oleh Direktorat Pendidikan Tertinggi (DIKTI) dan mengajukan tulisan mengenai

penelitian ini di ajang Festival Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis

IMTAQ 2009 kerjasama KEMENEGPORA dan majalah An-nida yang terpilih

(17)

KATA PENGANTAR

Hamdan Syakuron penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberi kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan baik dan lancar.

Skripsi yang berjudul ’Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) sebagai Jagung Semi (Baby Corn)’ disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat untuk meraih

gelar Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura di Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS. sebagai dosen pembimbing

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran kepada penulis

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan secara teknis di lapangan dan saran serta kritik kepada

penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan banyak saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan akademik kepada penulis.

5. Papa dan Mama, atas segala doa, kesabaran, pengorbanan, dukungan dan

kasih sayang serta dorongannya ”You are My Power of Love”, Irfan ’My lil’

bro’, serta seluruh keluarga besar, Ema, Mijum dan Abah Ganda, Nono, atas doa dan dukungannya.

6. Teman-teman AGH’4β (Era, Eka, Firoh, Hardi, Mas Heru, Esa, Candra, Eni, Mila, Ima, Mb Nia, Furqon, Rela, Diah ’mbo’, Rina E) dan Lab.PMT (Pakdhe,

Rinay, Cibi, Dina, Riyant, Bang Adi, Abdul ’adul’, Rohim ’ace’, Kang Ucup, Mb Cici, Mb Nita, Pak Syukur dan Bu Echa) atas persaudaraan, kebersamaan,

keceriaan, dan kesedihan yang kita bagi bersama, serta semuanya yang tidak

(18)

7. Sahabat-sahabat tercinta Mariyatul Qibtiyah, Rina Febriana, Riszky

Desmarina dan Riya Safariyah.

8. Pihak kebun percobaan Leuwikopo (Pak Maman, Pak Sardju), Cikeumeuh

(Pak Sunarto), dan Cikabayan (Pak Suyanto) atas segala bantuan dan

semangatnya.

9. Keluarga besar Kaligiri, Brebes, Jawa Tengah, tempat terindah yang

memberikan apa makna hidup sebenarnya (spesial untuk Gina, Gita, Galih

’AM’) dan warga Kaligiri atas bantuannya.

10.Kaligiri’ers : Azi ’lebay’, Rela, Maul, Daina, atas kekompakan, persaudaraan dan keceriaannya.

11.Teman-teman kost Pondok Malea Putri Atas, Yakuza dan adik-adik Mata

Kuliah Pemuliaan Tanaman Terapan.

12.Teman-teman dari KEMENEGPORA dan AN-NIDA serta 20 finalis Festival

Pemuda Berprestasi di Bidang IPTEK Berbasis IMTAQ 2009.

13.Dedi Prasetyo, terima kasih telah memberikan saran, kritik, mendengarkan

cerita dan keluhan penulis serta semangat saat penulis merasa rendah diri.

Mudah-mudahan kisah kita tidak hanya sampai disini. Amien...

14.Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan sampai

penyusunan skripsi ini dilaksanakan.

Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Botani Tanaman Jagung ... 3

2.2 Jagung Semi ... 4

2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi ... 5

2.3 Analisis Lintas ... 6

3. BAHAN DAN METODE ... 7

3.1 Waktu dan Tempat Peneltian ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 7

3.3 Metode Penelitian ... 7

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 8

3.5 Analisis Data ... 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Kondisi Umum ... 15

4.2 Parameter Genetik ... 17

4.3 Keragaan Karakter Agronomi ... 26

4.3.1 Karakter Vegetatif dan Genetatif ... 26

4.3.2 Karakter Umur Berbunga dan Umur Panen ... 30

4.3.3 Karakter Hasil ... 33

4.3.4 Kualitas Jagung Semi ... 37

4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi ... 44

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar CODEX untuk Baby Corn ... 11 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak ... 12

3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter

Tanaman Jagung ... 17

4. Nilai Ragam Genetik (VG), Ragam Fenotipik (VP), Ragam

Galat (VE), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan

Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter ... 18

5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung ... 21

6. Koefisien Lintasan untuk Menunjukkan Pengaruh Langsung

dan Tak Langsung Beberapa Genotipe Jagung... 24

7. Nilai Tengah Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah

Buku per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 26

8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman

Beberapa Genotipe Jagung ... 27

9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang

Beberapa Genotipe Jagung ... 28

10.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per

Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 29

11.Nilai Tengah Umur Panen Awal, Umur Panen Akhir, Umur

Panen Rata-rata dan Umur Berbunga ... 30

12.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga

Beberapa Genotipe Jagung ... 31

13.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Panen Rata-rata

Beberapa Genotipe Jagung ... 32

14.Nilai Tengah Jumlah Tongkol per Tanaman, Bobot Tongkol

(21)

15.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per

Tanaman Beberapa Genotipe Jagung ... 34

16.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Kotor

Beberapa Genotipe Jagung ... 35

17.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Bersih

Beberapa Genotipe Jagung ... 36

18.Nilai Tengah Diameter Tongkol, Panjang Tongkol, Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Jumlah Tongkol Afkir Beberapa

Genotipe Jagung ... 37

19.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol

Beberapa Genotipe Jagung ... 38

20.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol

Beberapa Genotipe Jagung ... 39

21.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak

Pasar Beberapa Genotipe Jagung ... 40

22.Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Afkir

Beberapa Genotipe Jagung ... 42

23.Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hama dan Penyakit yang Terindentifikasi Menyerang Tanaman

Jagung ... 16

2. Diagram Lintas Berantai antara Komponen Produksi dan

Produksi Jagung Semi pada Beberapa Genotipe Jagung... 25

3. Penampilan Tongkol Jagung Semi Layak Pasar dari Beberapa

Genotipe Jagung ... 41

4. Penampilan Tongkol Jagung Semi Afkir dari Beberapa

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Genotipe - genotipe Jagung Lokal, Hasil Pemuliaan dan

Introduksi yang Digunakan Sebagai Bahan Penelitian ... 51

2. Data Iklim Bulanan Wilayah Darmaga, Bogor, Bulan Mei -

Juli 2009 ... 51

3. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman ... 52

4. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang ... 52

5. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buku per Tanaman ... 52

6. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga (bunga jantan) ... 52

7. Sidik Ragam Karakter Umur Panen Rata-rata ... 52

8. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol per Tanaman ... 53

9. Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Kotor ... 53

10.Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Bersih ... 53

11.Sidik Ragam Karakter Diameter Tongkol ... 53

12.Sidik Ragam Karakter Panjang Tongkol ... 53

13.Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Layak Pasar ... 54

14.Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Afkir ... 54

(24)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan

makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek

cukup baik dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Tidak hanya jagung yang

masih mudanya saja yang dapat dimanfaatkan, bagian dari hijauannya juga

dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena teksturnya halus dan masih muda

sehingga mudah dicerna oleh hewan ternak yang memakannya.

Jagung semi secara pemeliharaan lebih sulit dibandingkan dengan jagung

biasa, namun dibalik kesulitan ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :

permintaan pasar terhadap baby corn meningkat sehingga meningkatkan pendapatan petani dan panen hasil dari jagung semi tidak memerlukan waktu yang

lama (Palungkun dan Budiarti, 1992). Menurut Soeseno (1997) jagung semi atau

jagung putri, berasal dari jagung hibrida biasa, tetapi setiap bunga jantannya yang

muncul langsung dibuang (emaskulasi). Akibatnya, pembentukan tongkol jagung dapat lebih cepat.

Beberapa negara pengekspor baby corn antara lain Thailand, Sri Lanka, Taiwan, China, Zimbabwe, Zambia, Indonesia, Afrika Selatan, Nikaragua, Costa

Rica, Guatemala, dan Honduras. Thailand merupakan salah satu negara yang

mengekspor baby corn terbesar dalam statistik perdagangan resmi. Pada tahun 1993, Thailand mengekspor baby corn ke-22 negara (Graef, 1995). Sebagian besar baby corn yang dijual di Amerika diproses dan diimpor dari Asia, terutama Thailand (University of Kentucky, 2006).

Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi adalah

penggunaan varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi.

Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang

sudah tersedia di pasar. Kendala lainnya yaitu penerapan komponen teknologi

produksi yang belum dilakukan sesuai anjuran berupa ketidaksesuaian dalam

(25)

Jumlah tongkol yang biasa dihasilkan jagung umumnya sekitar 1-2 buah.

Varietas jagung hibrida yang banyak digunakan sebagai baby corn antara lain Hibrida C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta

Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002). Menurut

Wakhyono (2003), persentase tongkol dengan panjang lebih dari 9.5 cm dan afkir

tinggi sehingga perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe untuk

meningkatkan kualitas tongkol. Diharapkan beberapa varietas jagung yang ada

dapat menghasilkan jagung semi dengan kuantitas dan kualitas lebih baik.

Kuantitas jagung semi dengan menghasilkan tongkol banyak dan kualitas jagung

semi seperti rasa manis, tidak berserat, alur biji lurus, berwarna kekuningan, dan

seragam.

1.2 Tujuan

Memperoleh informasi potensi beberapa varietas jagung yang dapat

dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi (baby corn) dan menganalisis pengaruh langsung maupun tidak langsung komponen hasil terhadap hasil jagung

semi.

1.3 Hipotesis

1. Terdapat varietas jagung yang menghasilkan jagung semi dengan kuantitas

dan kualitas lebih baik dibanding varietas hibrida BISI-2.

2. Terdapat karakter komponen hasil yang memiliki pengaruh langsung

(26)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Jagung

Jagung adalah herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas.

Tanaman ini termasuk famili Poaceae, genus Zea, dan spesies Zea mays L. Tanaman memiliki bunga jantan yang tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina yang tumbuh terpisah

sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang di ketiak daun

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Perakaran tanaman ini berupa akar serabut yang terdiri dari akar primer

dan akar sekunder yang mana akar ini berkembang pada buku-buku pangkal

batang dan tumbuh menyamping. Pada sistem perakarannya terdapat akar

penyokong untuk memberikan tambahan topangan dan membantu penyerapan

hara. Menurut Poeting (1994), pada tanaman berakar serabut memiliki perakaran

koronal dan akar udara yang muncul pada buku di bawah atau di atas permukaan

tanah tepatnya di 5 - 6 buku pertama.

Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1.5 m dan 2.5 m

dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap

buku. Menurut Singh (1987) jumlah buku tanaman ini 10 - 20 buku per tanaman,

dimana pada buku ke-6 atau ke-7 akan ditemui tongkol jagungnya. Daun tanaman

ini ada yang disebut lidah daun (ligula), melekat kuat melingkupi batang pada

ujung pelepah dengan lembar daun berselang-seling. Daun panjang ini memiliki

lebar agak seragam dan tulang daun yang terlihat jelas dengan banyak tulang daun

kecil sejajar dengan panjang daun.

Tongkol jagung yang terbentuk pada batang sekunder yang berkembang

lebih lambat dan jarang produktif. Pada jagung manis tongkolnya lebih kecil

dibandingkan jagung biasa. Antesis ditandai dengan munculnya rambut dari

kelobot di puncak tongkol. Umumnya para petani dalam mengusahakan jagung

(27)

2.2 Jagung Semi

Baby corn disebut juga jagung semi atau jagung putri dikenal sebagai primadona sayuran mini yang manis rasanya dan memiliki komponen gizi utama

yaitu betakaroten, vitamin C, vitamin B dan mineral berupa kalsium, fosfor, dan

besi yang bermanfaat bagi pencernaan (Arnelia, 2003). Jagung semi merupakan

bagian dari tongkol jagung muda yang dipetik sebelum berbiji.

Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), tanda-tanda yang tepat

untuk menentukan panen pada jagung semi antara lain: biji (bagian dari bunga

betina) mulai terisi zat pati yang berbentuk seperti cairan susu, biji belum keras

dan bila dipijit akan keluar cairan putih seperti susu, panjang rambut jagung pada

tongkol antara 3 - 5 cm, kelobot pada tongkol jagung berwarna hijau, dan kondisi

tanaman jagung masih segar berwarna hijau.

Jagung semi dapat tumbuh pada daerah berketinggian 0 - 1 300 m dpl dan

dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas atau dingin dengan temperatur

sekitar 23 - 27° C dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Tanah yang disukai jagung semi adalah

tanah yang gembur, kaya akan humus, dan tingkat kemiringan yang tidak lebih

dari 8%. Namun demikian, jagung semi masih dapat berproduksi tinggi pada

tanah yang tidak terlalu subur asalkan mendapatkan pemeliharaan yang teliti.

Seperti juga jagung, baby corn dapat ditanam secara tumpang sari atau secara rotasi dengan padi(BPPT, 2005).

Menurut Soemadi dan Mutholib (2000), panen jagung dilakukan saat

tanaman berumur 1 – 1.5 bulan dengan memetik tongkol menggunakan tangan atau pisau ramping, caranya pelepah daun tempat tongkol berada dibelah sedikit

lalu tongkol ditarik ke samping pada bagian yang dibelah tadi dan ujung tongkol

dipotong. Pemanenan jagung semi secara manual dilakukan 1 - 2 hari setelah

silking, dimana tongkol masih sangat muda. Pemanenan harus dilakukan segera agar tidak berukuran terlalu besar dan keras. Frekuensi panen dilakukan setiap

2 - 3 hari sekali dan masa akhir pemanenan sekitar 2 - 4 minggu setelah panen

(28)

2.3 Pemuliaan Tanaman Jagung Semi

Pemuliaan tanaman merupakan ilmu dan seni untuk merakit keragaman

genetik yang tersedia menjadi varietas tanaman yang berguna bagi manusia

(Makmur, 1992). Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menambahkan, untuk

menghasilkan varietas tanaman yang sesuai dengan sistem budidaya yang ada dan

tujuan ekonomi yang diinginkan.

Teknik penyerbukan buatan tanaman jagung (Sibbing) bertujuan menghasilkan benih jagung yang memiliki daya tumbuh baik dan persentase hasil

benih tinggi, dari hasil perkawinan satu varietas yang sama. Langkah yang umum

dilakukan mencakup tiga langkah dasar antara lain : (i) memotong tongkol jagung

yang masih muda dan belum keluar rambut serta menutupnya dengan plastik

(ii) mengumpulkan tepung sari (iii) melakukan penyerbukan (Singh, 1987).

Palungkun dan Budiarti (1992) menyatakan pembuangan bunga jantan

(detasseling) dilakukan setelah bunga jantan keluar dan belum sempat mekar (sekitar 5 - 6 minggu setelah tanam). Dengan demikian penyerbukan bunga jantan

tidak terjadi sehingga energi yang dipakai untuk mekarnya bunga jantan dialihkan

untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru jagung semi.

Menurut Titatarn et al. (1992) pemuliaan jagung semi di Thailand tahun 1976 menyeleksi 147 varietas koleksi plasma nutfah termasuk dari India dan

Filipina sehingga dihasilkan satu varietas komposit yaitu Rangsit 1. Tahun 1993

Thailan berhasil melepas varietas hibrida unggul jagung semi yaitu Suwan 3101,

NS1 (s) C2 F2, CM 90 dan Super Sweet DMR. Menurut Zhao (1991) di Cina tahun

1993 dihasilkan varietas jagung semi yang mampu menghasilkan lima tongkol

yaitu Lu Sun Yu 1. Menurut Yodpetch dan Bautista (1983) di Filipina tahun 1983

ditemukan varietas harapan jagung semi yaitu Golden Bantam dan Super Sweet.

Di Indonesia, upaya pengembangan jagung semi belum banyak dilakukan.

Adapun varietas jagung yang umum digunakan untuk memproduksi jagung semi,

baik itu oleh petani maupun pengusaha skala yang lebih besar yaitu hibrida CPI-1

(29)

2.4 Analisis Lintas

Analisis lintas (sidik lintas) sangat bermanfaat dalam menentukan strategi

pemuliaan tanaman yang efektif (Ganefianti et al., 2006). Analisis lintas menguraikan seberapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung komponen

hasil terhadap hasil. Besarnya pengaruh langsung dinyatakan oleh besarnya

koefisien lintas. Penjumlahan dari pengaruh langsung dan tidak langsung disebut

sebagai pengaruh total. Menurut Ganefianti et al. (2006) analisis lintasan (sidik lintas) dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan, komponen

hasil dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak

langsung sehingga pemilihan sifat yang diinginkan menjadi lebih efektif. Singh

dan Chaudary (1979) mengemukakan bahwa penentuan pengaruh langsung dan

tak langsung dalam menarik kesimpulan dari hasil tabel analisis lintas yaitu :

1. Jika korelasi antara peubah hampir sama dengan pengaruh langsungnya maka

korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung

melalui peubah tersebut akan efektif

2. Jika korelasi positif tetapi pengaruh langsungnya negatif maka pengaruh tidak

langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut. Pengaruh tak langsung ini

merupakan peubah yang harus diperhatikan lebih lanjut

3. Jika korelasi negatif dan kecil sedangkan pengaruh langsungnya positif dan

besar maka pemilihan model selanjutnya yang dilakukan harus dengan

pembatasan yang benar agar pengaruh peubah tak langsung menjadi hilang,

(30)

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di

Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian

250 m dpl dengan jenis tanah latosol.

3.2 Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan 17 genotipe jagung koleksi Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian (BB Biogen) terdiri atas 5 genotipe lokal (Campaloga, Genjah Kodok,

Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti), 7 genotipe hasil pemuliaan

(Antasena, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa, Wisanggeni)

dan 5 genotipe introduksi (EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2, Kiran, Phil

DMR Comp. 2, Phil DMR 6) serta varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dilakukan pemupukan dengan Urea,

SP-18, KCl dan pupuk kandang. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

menggunakan insektisida dan fungisida.

Alat yang digunakan antara lain alat budidaya pertanian, jangka sorong,

label, meteran, pisau, plastik, timbangan digital, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah 17 genotipe dan

varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding. Dengan demikian seluruhnya

terdapat 54 satuan percobaan dan setiap satu satuan percobaan terdiri

(31)

Model matematika RKLT yang digunakan (Gomez and Gomez, 1995)

adalah :

Yij = μ + αi+ j + εij

Keterangan :

i = 1, 2, 3,...n j = 1, 2, 3

Yij = Respon pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j μ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

j = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j

Terhadap karakter yang berbeda nyata pada taraf 5% dilakukan uji lanjut

dengan uji t-Dunnett. Selain itu dilakukan uji kontras ortogonal antar genotipe

atau kelompok genotipe sesuai kebutuhan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor kemudian

cangkul dilanjutkan pemberian pupuk kandang dan dibiarkan selama satu minggu.

Setelah satu minggu dilakukan pemetakan dengan ukuran 26.6 m x 5 m untuk tiap

ulangan dan setiap genotipe ditanam dalam dua baris dengan ukuran petak

1.4 m x 5 m dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm. Dengan demikian terdapat

25 tanaman per baris dan 50 tanaman per genotipe per ulangan.

3.4.2 Penanaman

Benih yang ditanam sebanyak 2 benih per lubang tanam dan diikuti

dengan pemberian Furadan 3G untuk pengendalian hama lalat bibit dan serangan

(32)

3.4.3 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak ± 7 cm dari

lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 200 kg/ha Urea, 400 kg/ha

SP-18 dan 100 kg/ha KCl. Pupuk Urea diberikan setengah dosis rekomendasi

pada saat tanam dan sisanya diberikan 21 HST (Hari Setelah Tanam). Pupuk

SP-18 dan KCl diberikan satu dosis rekomendasi pada saat tanam saja.

3.4.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma

(penyiangan), pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan.

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 3 MST (Minggu

Setelah Tanam), kegiatan penyiangan dilakukan kembali sekitar 6 MST karena

gulma yang tumbuh menghambat pertumbuhan tanaman jagung serta menyulitkan

pemanenan. Pengendalian penyakit menggunakan fungisida berupa Saromyl yang

diaplikasikan pada benih sebelum ditanam dengan tujuan mencegah penyakit

bulai. Pengendalian hama menggunakan insektisida Furadan 3G untuk

mengendalikan hama lalat bibit serta untuk pengendalian ulat serta belalang

digunakan Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 ml per 1 liter air.

Pengendalian hama dengan Furadan diaplikasikan saat tanam yang

diberikan bersamaan dengan benih dan diaplikasikan pada ujung daun tanaman

jagung saat berumur 2 - 4 MST untuk pengendalian ulat grayak. Penjarangan

yaitu membuang satu tanaman jagung sehingga hanya satu tanaman jagung saja

yang tersisa setiap lubang tanamnya. Bertujuan mengurangi persaingan

pertumbuhan tanaman dalam populasi.

Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini hanya meliputi pengendalian

hama dan penyakit, pengendalian gulma, dan pembumbunan. Penyulaman

tanaman yang mati tidak dilakukan karena dikhawatirkan tanaman jagung semi

(33)

3.4.5 Pemanenan

Kegiatan pemanenan pada umumnya dilakukan setelah tanaman berumur

54 HST (di bagian tongkol sudah keluar rambut 2 - 3 cm dan warna kelobot

hijau-tua), yang dilakukan setiap dua hari sekali. Penelitian ini menggunakan

17 genotipe yang berbeda dan varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding

sehingga panen dilakukan sesuai umur panen tiap genotipe. Menurut Fadhil

(2004) berdasarkan penelitian yang dilakukannya, genotipe jagung lokal memiliki

umur panen yang pendek yaitu Ketip Kuning (57.5 HST), Genjah Kodok

(58.5HST), Lokal Srimanganti (61.0 HST) dan Lokal Oesao (62.6 HST)

dibandingkan dengan genotipe jagung hasil pemuliaan, Sadewa (62.7 HST).

3.4.6 Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan terhadap 10 tanaman contoh yang kompetitif

yang diambil secara acak per genotipe. Peubah yang diamati antara lain :

1. Tinggi tanaman

Diukur setelah tanaman keluar tassel (bunga jantan), mulai dari permukaan tanah pada ruas terakhir dimana terdapat akar hingga ujung

daun tertinggi yang ditegakkan dan dilakukan satu minggu sekali.

2. Diameter batang

Pengukuran ini bersamaan dengan tinggi tanaman, yang diukur pada ruas

terbesar sekitar 5 cm dari ruas terakhir dimana terdapat akar dan dilakukan

satu minggu sekali.

3. Jumlah buku per tanaman

Perhitungan dari buku terbawah setiap tanaman contoh dan dilakukan satu

minggu sekali.

4. Umur berbunga (bunga jantan)

Umur saat pertama penanaman sampai 50% dari populasi tanaman keluar

malai.

5. Umur panen

(34)

6. Jumlah tongkol per tanaman

Dihitung berdasarkan semua tongkol yang dihasilkan setiap tanaman

contoh.

7. Bobot tongkol kotor

Ditimbang berdasarkan bobot semua tongkol beserta kelobot dan

rambutnya dari setiap tanaman contoh.

8. Bobot tongkol bersih

Ditimbang berdasarkan bobot tongkol tanpa kelobot dan rambut tongkol

dari setiap tanaman contoh.

9. Ukuran tongkol

Pengukuran dilakukan terhadap panjang tongkol dan diameter tongkol.

Pengukuran panjang tongkol mulai dari bagian pangkal tongkol sampai

ujung tongkol sedangkan diameter diukur pada bagian pangkal tongkol

karena berdasarkan pengamatan bagian ini adalah bagian dengan diameter

tongkol terbesar untuk tongkol yang layak pasar.

10.Jumlah tongkol layak pasar

Dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman contoh per genotipe.

Tongkol layak pasar memiliki ciri-ciri berupa bentuk tongkol yang lurus,

baris bakal biji lurus, tidak cacat atau terserang hama dan penyakit, serta

ukuran yang sesuai dengan kriteria kelas yang digunakan oleh perusahaan

jagung semi. Misalnya PT NSI (Nusantara Swadaya Industri) menetapkan

jagung semi kelas A (panjang tongkol 4 - 6 cm), kelas B (panjang tongkol

6 - 8 cm), kelas C (panjang tongkol 8 - 10 cm), dan kelas D (panjang

tongkol 10 - 12 cm). Pada penelitian ini digunakan standar CODEX

(Tabel 1) untuk mengkelaskan jagung semi berdasarkan ukuran tongkol.

Tabel 1. Standar CODEX untuk Baby corn (Brisco, 2000) Kode Ukuran Panjang Tongkol(cm)

A 5.0 - 7.0

B 7.0 - 9.0

C 9.0 - 12.0

(35)

11.Jumlah tongkol afkir

Tongkol dengan penampilan kurang menarik misalnya bengkok, cacat,

terserang hama dan penyakit, tidak mulus, baris bakal biji yang bengkok

atau melingkar, dan ukuran tongkol yang tidak memenuhi kriteria

pengkelasan. Dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman contoh per

genotipe.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis Ragam dan Uji Nilai Tengah

Masing-masing peubah dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA)

dari Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT).

Tabel 2. Sidik Ragam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat E (KT) F hitung

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Faktor koreksi 1

Ulangan r-1 JKk KT σ2ε + σ2

Genotipe t-1 JKg KTg σ2ε+σ2g KTg/KTe

Galat (r-1) (t-1) JKe KTe σ2ε

Umum rt-1 JKu

Apabila dalam sidik ragam terdapat peubah yang nilai F-hitungnya

berbeda nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji lanjut setelah analisis ragam

dengan menggunakan uji perbedaan nilai tengah yaitu uji t-Dunnett dan uji

kontras ortogonal.

Berikut rumus nilai kritikal dari uji t-Dunnett :

d’ = t(dunnett)

Berikut rumus dari uji kontras ortogonal :

H0 = c1u1 + c2u2 + ... + ciui= ∑ ciui= 0 , dengan syarat : ∑ci = 0

Keterangan : ui = total perlakuan atau nilai tengah

(36)

3.5.2 Pendugaan Heritabilitas

Nilai heritabilitas merupakan nilai yang digunakan oleh pemulia tanaman

dalam melakukan seleksi terhadap beberapa karakter yang diinginkan (Allard,

1960). Nilai ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana suatu populasi tanaman

secara fenotipik dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan sekitarnya. Perhitungan

nilai ragam genotipe dan ragam fenotipe diduga dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

σ2

ε = =

σ2

= =

σ2

р = = Vg + Ve

Keterangan : KTg = kuadrat tengah genotipe

KTe = kuadrat tengah galat

VG = ragam genotipe

VE = ragam lingkungan

VP = ragam fenotipe

r = banyaknya ulangan

Rumus heritabilitas sebagai berikut : h2bs =

Kriteria nilai heritabilitas (h2bs) menurut Stanfield (1991) terdiri dari tiga kelas

yaitu:

Heritabilitas rendah : h2bs < 0.2

Heritabilitas sedang : 0.β ≤ h2bs ≤ 0.5

(37)

3.5.3 Koefisien Keragaman Genetik (KKG)

Rumus untuk perhitungan koefisien keragaman genetik adalah:

KKG = x100%

Keterangan : KKG = koefisien keragaman genetik

VG = ragam genetik

= nilai tengah

Menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) kriteria KKG relatif yaitu : rendah

(0% <x≤ 25%), agak rendah (25% <x≤ 50%), cukup tinggi (50% <x≤ 75%) dan tinggi (75% <x≤ 100%).

3.5.4 Koefisien Korelasi

Keeratan hubungan antar dua peubah yang diamati dapat diketahui melalui

nilai koefisien korelasinya (r). Rumus untuk menduga koefisien korelasi adalah :

Keterangan : r (xy) = koefisien korelasi peubah x dan y

= nilai pengamatan ke-i pada peubah pertama

= nilai pengamatan ke-i pada peubah kedua

Nilai r berada diantara -1 dan +1. Nilai 1 atau -1 menunjukkan bahwa hubungan

linear sempurna dan jika r sama dengan nol maka tidak ada hubungan antara

kedua peubah atau hubungannya tidak linier.

3.5.5 Analisis Lintas

Besarnya nilai koefisien lintasan (P) dicari dengan menggunakan metode

aljabar matriks menurut Singh dan Chaudary (1979). Pengolahan data ini

(38)

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009 di

Kebun Percobaan Lewikopo IPB dimana pada bulan tersebut merupakan akhir

dari musim hujan. Curah hujan yang turun selama penelitian berdasarkan data

statistik dari stasiun klimatologi Dramaga yaitu 346.57 mm/bulan, dimana pada

bulan Mei curah hujan sangat tinggi (570.60 mm). Suhu udara berkisar 26o C dengan kelembaban udara 81.67%. Dengan demikian curah hujan tersebut adalah

cukup untuk fase pertumbuhan sampai pembentukan tongkol. Tim Penebar

Swadaya (1992) menyatakan bahwa kisaran curah hujan ideal bagi jagung semi

adalah 100 – 125 mm/bulan. Data curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara dicantumkan pada Lampiran 11.

Pertumbuhan tanaman jagung cukup baik, terlihat dari daya tumbuh

rata-rata dari 18 genotipe adalah 99.44%. Hal ini dikarenakan sebelum penanaman

jagung untuk penelitian, benih diperbanyak terlebih dahulu.

Gambar 1 memperlihatkan beberapa hama dan penyakit yang menyerang

tanaman jagung selama penelitian. Serangan hama mulai terlihat saat tanaman

berumur 3 MST berupa belalang (Melanoplus sp.), ulat tanah (Agrotis ipsilon) dan ulat grayak (Spodoptera litura). Hama ulat penggerek tongkol (Heliothis armigera) dan ulat penggerek batang (Sesamia inferens) menyerang saat panen jagung semi berlangsung sekitar 40 – 55 HST, akibat serangan keduanya terjadi penurunan kualitas tongkol jagung semi.

Penyakit bulai (Sclerospora maydis) menyerang tanaman jagung yang masih muda berumur sekitar 3 MST sehingga untuk menghindari penyebaran

penyakit ini dilakukan pencabutan dan pembuangan tanaman jagung yang

terserang (Gambar 1). Saat tanaman jagung berumur lebih dari 5 MST serangan

bulai cukup luas sekitar 8.04% secara keseluruhan. Genotipe yang banyak

terserang bulai antara lain BC 10 MS 15 (37.33%), Sadewa (14%) dan EY Pool

C6S2 (15.33%). Genotipe BC 10 MS 15 merupakan genotipe hasil pemuliaan

(39)

terdapat 15 – 25 tanaman. Penyakit lain yang menyerang tanaman jagung selama penelitian adalah hawar daun (Helminthosporium maydis) dan karat (Puccinia sp.). Penyakit hawar daun awalnya berupa bercak-bercak kecil selanjutnya berwarna coklat kehijauan dan lama kelamaan membesar sedangkan

penyakit karat pada tingkatan yang jauh menyebabkan bagian-bagian daun

mengering (Semangun, 1991).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f) (g)

(h)

Gambar 1. Hama dan Penyakit yang Teridentifikasi Menyerang Tanaman Jagung Semi. (a) ulat tanah (b) ulat grayak (c) ulat penggerek tongkol (d) batang tanaman jagung akibat serangan penggerek batang (e) bercak daun (f) bulai (g) karat daun dan (h) hawar daun

Pemanenan jagung semi dilakukan setiap dua hari sekali, dengan ciri-ciri

panen berupa panjang rambut 2 – 3 cm dan warna kelobot hijau tua. Panjang rambut ini hanya dapat digunakan untuk kriteria pemanenan sampai tongkol

(40)

lebih dari 3 cm. Tongkol muncul tidak serempak sehingga panen tidak dapat

dilakukan sekaligus.

Berdasarkan hasil sidik ragam peubah yang diperoleh, pengaruh genotipe

untuk semua peubah adalah nyata atau sangat nyata (Tabel 3 disarikan dari

Lampiran 3-14).

Tabel 3. Rekapitulasi Uji F Pengaruh Genotipe Beberapa Karakter Tanaman Jagung.

Keterangan :

* = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berbeda nyata

w) = transformasi (√x+o.5 )

4.2 Parameter Genetik

4.2.1 Keragaman Genetik, Keragaman Fenotipik dan Heritabilitas

Nilai ragam genetik (VG) dan ragam fenotipik (VP) pada beberapa peubah

yang diamati lebih besar daripada nilai ragam lingkungan (VE). Hal ini

dikarenakan nilai VP merupakan hasil penjumlahan dari nilai VG dan VE. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa populasi jagung semi untuk beberapa peubah

yang diamati mempunyai ragam genetik luas karena peubah-peubah ini lebih

dikendalikan oleh faktor genetik daripada lingkungan.

Nilai koefisien keragaman genetik (Tabel 4) diperoleh dari nilai ragam

genetik, jika nilai ragam genetik kecil maka koefisien keragaman genetik akan

Karakter F-hitung Pr > F KK (%)

Tinggi tanaman 4.39** 0.0001 6.20

Diameter batang 10.43** 0.0001 6.18

Jumlah buku per tanaman 71.88** 0.0001 3.83

Umur berbunga 109.63** 0.0001 1.79

Umur panen rata-rata 11.90** 0.0001 3.55

Jumlah tongkol per tanaman 15.92** 0.0001 10.43

Bobot tongkol kotor 10.83** 0.0001 13.45

Bobot tongkol bersih 12.66** 0.0001 16.77

Diameter tongkol 9.02** 0.0001 5.86

Panjang tongkol 29.55** 0.0001 7.82

Jumlah tongkol layak pasar 2.49* 0.0115 10.37w)

(41)

kecil pula yang menunjukkan variabilitas genetik yang sempit. Menurut

Moedjiono dan Mejaya (1994) kriteria KKG relatif yaitu : rendah (0% <x≤ 25%),

agak rendah (25% <x≤ 50%), cukup tinggi (50% <x≤ 75%) dan tinggi (75% <x≤ 100%). Dengan menjadikan nilai absolut 33.10% hasil penelitian

ini sebagai nilai relatif 100%, maka kisaran nilai absolut koefisien keragaman

genetik (KKG) jagung semi ini berturut-turut rendah (0% <x≤ 8.28%), agak rendah (8.28% <x≤ 16.55%), cukup tinggi (16.55% <x≤ 24.83%) dan tinggi (24.83% <x≤ 33.10%). Berdasarkan kriteria tersebut, karakter yang keragaman genetiknya relatif rendah adalah : tinggi tanaman, diameter batang, umur panen

rata-rata dan jumlah tongkol layak pasar; agak rendah yakni : umur berbunga dan

diameter tongkol; cukup tinggi yakni : jumlah buku per tanaman, jumlah tongkol

per tanaman, bobot tongkol kotor, panjang tongkol dan jumlah tongkol afkir; dan

tinggi yakni bobot tongkol bersih. Menurut Warid et al. (1999) seleksi akan efektif dilakukan pada peubah dengan variabilitas genetik luas, yang ditunjukkan

oleh nilai KKG yang tinggi.

Tabel 4. Nilai Ragam Genetik (Vg), Ragam Fenotipik (Vp), Ragam Galat (Ve), Koefisien Keragaman Genetik (KKG), dan Heritabilitas Arti Luas (h2bs) Beberapa Karakter

Keterangan :

w) = transformasi (√x+o.5)

Keragaan tanaman jagung semi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Besar atau kecilnya peranan faktor genetik terhadap keragaan tanaman dapat

dilihat dari nilai heritabilitas arti luas (h2bs). Pada percobaan nilai heritabilitas

Peubah Vg Vp Ve KKG (%) h2bs

(42)

yang tinggi terlihat pada hampir semua peubah sehingga secara umum peubah

yang diamati tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini dapat

ditunjukkan oleh nilai h2bs masing-masing peubah yang lebih dari 50%. Kriteria

nilai heritabilitas tinggi berkisar 50% - 100% (Stanfield, 1991). Nilai heritabilitas

yang tinggi (Tabel 4) pada penelitian jagung semi ini antara 77.20% - 99.10%.

Nilai heritabilitas yang tinggi dari beberapa peubah pada 18 genotipe jagung semi

didukung oleh nilai ragam genetik yang luas. Terhadap populasi dengan nilai

heritabilitas tinggi, memungkinkan dilakukan seleksi. Menurut Jonharnas (1995)

seleksi pada karakter yang memiliki heritabilitas tinggi akan berlangsung efektif

karena pengaruh lingkungan kecil dan faktor genetik lebih dominan dalam

penampilan genotipe tanaman.

4.2.2 Keeratan Hubungan Antar Peubah

Dalam pencapaian tujuan seleksi terhadap peubah tanaman, perlu

diketahui korelasi antar peubah. Saat seleksi berlangsung terkadang ada peubah

tidak dikehendaki yang ikut terseleksi dimana peubah ini dapat menguntungkan

atau merugikan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya dengan pasti digunakan

korelasi dengan melihat nilai keeratan hubungan antar peubah. Menurut Mattjik

dan Sumertajaya (2006) koefisien korelasi dinotasikan dengan r pada kisaran nilai

-1 ≤ r ≤ 1, r mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah dan nilai r mendekati nol menunjukkan hubungan kedua peubah

tersebut tidak linier atau tidak ada hubungan antar peubah. Nilai r ini didukung

juga oleh peluang nyata atau tidak nyata untuk menentukan keeratan hubungan

antar dua peubah yang diamati.

Keeratan hubungan antar peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.

Tinggi tanaman memiliki keeratan yang tinggi dengan jumlah buku per tanaman

(r : 0.7688, p : 0.0001) namun memiliki nilai rendah dan berkorelasi negatif

dengan jumlah tongkol afkir (r : -0.4265, p : 0.0013). Dengan demikian, semakin

banyak jumlah buku maka tanaman akan semakin tinggi dan fase vegetatif pun

berlangsung lama yang dapat memperpanjang umur berbunga (fase generatif) dan

(43)

Umur berbunga berkorelasi positif dan mendekati satu (r : 0.9503,

p : 0.0001) dengan panen awal. Dengan demikian, semakin genjah umur berbunga

maka akan semakin genjah pula umur panen jagung semi. Bobot tongkol kotor

memiliki keeratan yang mendekati satu dengan bobot tongkol bersih (r : 0.8339,

p : 0.0001) sedangkan bobot tongkol bersih sendiri juga memiliki nilai korelasi

yang mendekati satu dengan jumlah tongkol layak pasar (r : 0.9957, p : 0.0001).

Jumlah tongkol per tanaman dengan jumlah tongkol afkir memiliki nilai korelasi

positif dan tingkat keeratan hubungannya terlihat sangat erat karena nilai

korelasinya mendekati satu (r : 0.9612, p : 0.0001).

Yodpetch dan Bautista (1983) menyatakan bahwa kriteria jagung semi

yang baik seharusnya memiliki umur berbunga yang genjah, hasil per hektar

tinggi, jumlah tongkol per tanaman yang banyak, tinggi tanaman yang rendah,

kualitas yang baik, dan indeks panen tinggi. Jumlah tongkol per tanaman

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil jagung semi karena terkait

dengan jumlah tongkol layak pasar dan jumlah tongkol afkir. Dengan demikian

dapat diperkirakan beberapa kriteria seleksi jagung semi yaitu tinggi tanaman

rendah, umur berbunga genjah, umur panen genjah, jumlah tongkol per tanaman

banyak dan jumlah tongkol layak pasar banyak. Peubah-peubah inilah yang dapat

digunakan dalam memilih atau menyeleksi populasi genotipe jagung semi.

Berdasarkan kriteria tersebut, Genjah Kodok memenuhi kriteria tinggi tanaman

rendah, umur berbunga dan umur panen genjah. Kiran memenuhi kriteria jumlah

tongkol per tanaman banyak dan Phil DMR Comp. 2 memenuhi kriteria jumlah

(44)
[image:44.842.103.755.132.456.2]

Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung

TT DB BU UB UPR PAW PAK JT BTK BTB JTL JTA DT

DB 0.5661 0.0001

BU 0.7688 0.4752 0.0001 0.0003

UB 0.6387 0.5694 0.8451 0.0001 0.0001 0.0001

UPR 0.4655 0.5617 0.7344 0.6501 0.0004 0.0001 0.0001 0.0001

PAW 0.6502 0.4509 0.8546 0.9503 0.5891 0.0001 0.0006 0.0001 0.0001 0.0001

PAK 0.4496 0.4804 0.7478 0.7487 0.8445 0.7330 0.0006 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001

JT -0.4355 -0.0897 -0.5373 -0.6877 -0.0283 -0.7964 -0.3251 0.0010 0.0519 0.0001 0.0001 0.8389 0.0001 0.0165

BTK 0.4664 0.5663 0.5437 0.6511 0.4073 0.6595 0.5322 -0.5008 0.0004 0.0001 0.0001 0.0001 0.0022 0.0001 0.0001 0.0001

BTB 0.5360 0.5485 0.6813 0.7676 0.5472 0.8181 0.6487 -0.5801 0.8339 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001

JTL 0.5605 0.5467 0.7159 0.8005 0.5537 0.8521 0.6584 -0.6235 0.8250 0.9957 0.0001 0.0001 0.0010 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001

JTA -0.4265 -0.1034 -0.5323 -0.6517 -0.0261 -0.7677 -0.3197 0.9612 -0.4685 -0.5516 -0.5941 0.0013 0.4567 0.0001 0.0001 0.8513 0.0001 0.0184 0.0001 0.0004 0.0001 0.0001

DT 0.3227 0.3680 0.5152 0.4967 0.3520 0.5689 0.4324 -0.4302 0.7419 0.7966 0.7899 -0.3710 0.0173 0.0061 0.0001 0.0001 0.0090 0.0001 0.0011 0.0012 0.0001 0.0001 0.0001 0.0057

PT 0.6269 0.6957 0.7763 0.8616 0.6573 0.8463 0.7305 -0.5537 0.7183 0.8820 0.8955 -0.5497 0.5730 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001

(45)

2.3 Analisis Lintas

Analisis lintas (sidik lintas) sangat bermanfaat dalam menentukan strategi

pemuliaan tanaman yang efektif. Analisis lintasan (sidik lintas) dapat digunakan

untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman

yang mempunyai pengaruh lansung maupun tidak langsung sehingga pemilihan

sifat yang diinginkan menjadi lebih efektif (Ganefianti et al., 2006).

Karakter diameter batang dan umur panen rata-rata memiliki nilai korelasi

yang tidak nyata pada taraf 5% terhadap jumlah tongkol per tanaman sehingga

kedua karakter ini tidak dapat digunakan sebagai karakter penduga jumlah tongkol

per tanaman. Koefisien lintas yang bernilai negatif terhadap jumlah tongkol per

tanaman adalah tinggi tanaman (P1 = -0.0685), umur berbunga (P4 = -0.1303),

panen awal (P6 = -0.5311), panen akhir (P7 = -0.0372), bobot tongkol kotor

(P8 = -0.0608), jumlah tongkol layak pasar (P10 = -0.7419) dan diameter tongkol

(P12 =-0.0995). Menurut Tiwari dan Verma (1997) diameter batang berpengaruh

langsung pada hasil jagung semi. Hasil peneliltian Hidajat dan Puspitarati (1985)

menunjukkan bahwa analisis lintasan tinggi tanaman kacang hitam amat

berpengaruh terhadap hasil.

Korelasi antara jumlah buku dengan jumlah tongkol per tanaman adalah

nyata pada taraf 5% (r3h = -0.5373). Adapun pengaruh langsungnya bernilai positif

(P3 = 0.13868) sedangkan pengaruh tidak langsung dari karakter ini melalui umur

panen rata-rata (r3-5P3 = 0.2363) dan bobot tongkol bersih (r3-9P3 = 0.5843)

memberikan kontribusi lebih besar daripada pengaruh langsungnya terhadap

jumlah tongkol per tanaman (P3 = 0.1387). Dengan demikian berarti bahwa jumlah

buku berpengaruh tidak langsung terhadap jumlah tongkol per tanaman melalui

umur panen rata-rata dan bobot tongkol bersih. Diagram lintas yang menunjukkan

pengaruh langsung dan tak langsung beberapa karakter morfologi jagung semi

terhadap jumlah tongkol per tanaman ditampilkan pada Gambar 2.

Korelasi antara bobot tongkol bersih dan jumlah tongkol afkir dengan

jumlah tongkol per tanaman adalah nyata pada taraf 5% (r9h = -0.5801,

r11h = 0.9612). Adapun pengaruh langsungnya bernilai positif masing-masing

P9 = 0.85759 dan P11 = 0.43819 yang memberikan kontribusi lebih besar daripada

(46)

Koauychai et al. (1999) hasil analisis lintas dari bobot tongkol bersih berpengaruh langsung terhadap hasil jagung semi. Dengan demikian berarti bahwa bobot

tongkol bersih dan jumlah tongkol afkir berpengaruh langsung terhadap jumlah

tongkol per tanaman. Menurut Risliawati (2007), karakter vegetatif maupun

karakter generatif tanaman pala menjadi penduga paling efektif bagi produksi,

selain tergantung pada morfologi tanaman, juga tergantung pada kondisi

lingkungan di mana tanaman berkembang.

Nilai pengaruh sisa dari hasil analisis lintas penelitian ini Px = 0.1696

dimana tergolong kecil sehingga pengaruh selain komponen hasil berpengaruh

kecil terhadap hasil jagung semi. Kecilnya nilai pengaruh sisa memudahkan dalam

(47)
[image:47.842.85.771.142.473.2]

Tabel 6. Koefisien Lintasan yang Menunjukkan Pengaruh Langsung dan Tak Langsung pada Jumlah Tongkol per Tanaman melalui Berbagai Karakter dari Beberapa Genotipe Jagung Semi

TT DB BU UB UPR PAW PAK BTK BTB JTL JTA DT PT

rijPj

TT -

DB 0.0873 -

BU 0.1066 0.0659 -

UB -0.0832 -0.0742 -0.1101 -

UPR 0.1498 0.1807 0.2363 0.2092 -

PAW -0.3453 -0.2395 -0.4539 -0.5047 0.1896 -

PAK -0.0167 -0.0179 -0.0278 -0.0279 -0.4486 -0.0273 -

BTK -0.0283 -0.0344 -0.0330 -0.0396 -0.0152 -0.0401 -0.0323 -

BTB 0.4597 0.4704 0.5843 0.6583 -0.0332 0.7015 0.5563 0.7151 -

JTL -0.4158 -0.4056 -0.5312 -0.5939 0.4749 -0.6322 -0.4885 -0.6121 -0.7387 -

JTA -0.1869 -0.0453 -0.2332 -0.2856 0.0194 -0.3364 -0.1401 -0.2053 -0.2417 -0.2603 -

DT -0.0321 -0.0366 -0.0512 -0.0494 0.1543 -0.0566 -0.0430 -0.0738 -0.0792 -0.0786 0.0369 -

PT -0.0619 -0.0687 -0.0766 -0.0851 -0.0654 -0.0836 -0.0721 -0.0709 -0.0871 -0.0884 0.0543 -0.0566 -

Pj -0.0685 0.1543 0.1387 -0.1303 0.3218 -0.5311 -0.0372 -0.0608 0.8576 -0.7419 0.4382 -0.0995 -0.0987

rih -0.4355 -0.0897 -0.5373 -0.6877 -0.0283 -0.7964 -0.3251 -0.5008 -0.5801 -0.6235 0.9612 -0.4302 -0.5537

Keterangan :

 Px = pengaruh sisa = 0.1696

 TT : Tinggi tanaman, DB : Diameter Batang, BU : Jumlah Buku per Tanaman, UPR : Umur Panen Rata-rat

Gambar

Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung
Tabel 6. Koefisien Lintasan yang Menunjukkan Pengaruh Langsung dan Tak Langsung pada Jumlah Tongkol per Tanaman  melalui                     Berbagai Karakter dari Beberapa Genotipe Jagung Semi
Gambar 2. Diagram Lintas Berantai antara Komponen Produksi dan Produksi       Jagung Semi pada Beberapa Genotipe Jagung
Tabel 7 diperoleh 16 genotipe yang memiliki diameter batang nyata lebih kecil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan varietas bisi - 2 memiliki produksi yang tinggi yang didukung oleh karakter generatif yaitu karakter jumlah baris pertongkol, bobot biji

Ternyata pada lama penyimpanan 70 hari dan 112 hari, macam suhu pengeringan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada kadar protein jagung varietas Lokal, Arjuna dan

Varietas lokal Cipanas menghasilkan rata-rata bobot per エッョァォセャ@ dan bobot tongkol bersih tertinggi dibanding- kan keempat varietas lain C Tabel 10). Bobot

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 979 jarak tanam 60 x 15 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram/ liter pada umur 14 hari

Gambar 4.2 Pengaruh infeksi dan tidak diinfeksi cendawan Fusarium sp terhadap layu daun tanaman jagung varietas lokal dan varietas hibrida,angka rata- rata yang

Keunggulan : Potensi hasil tinggi, tahan terhadap karat daun, tahan rebah,beradaptasi baik pada musim kemarau di daerah yang cukup tersedia air, dan umur lebih genjah dari BISI-2

Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya tinggi, umur genjah, ketahanan tanaman juga rendemennya

Varietas jagung yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Bisi 18, berdasarkan Lampiran 1 rata-rata hasil untuk varietas Bisi 18 adalah 9 ton/ha pipilan kering