• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dalam Produksi Jagung Semi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dalam Produksi Jagung Semi"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.) DALAM

PRODUKSI JAGUNG SEMI

KUSTIYANA

A24060981

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

AGRONOMIC CHARACTER PERFORMANCE OF SOME CORN

(

Zea mays

L.) VARIETIES FOR PRODUCTION OF BABY CORN

Kustiyana

1

, Yudiwanti Wahyu E.K

2

, dan Sri Gajatri Budiarti

3

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

3

Peneliti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Abstract

Research was conducted to studied agronomic characters some varieties of maize in

baby corn production. In addition, to determinated the varieties that are relatively equal or

better than the control. The varieties were consisted of local varieties (Campaloga 2009,

Ketip Kuning 2117, Lokal Oesao 3033, and Lokal Srimanganti 3201), introduced varieties

(EW DMR Pool C6S2 3325 dan Phil DMR Comp. 2 3423), results of breeding variety

(Arjuna 2585), and one of variety hybrid, BISI 2 as a comparison. The researh arranged in a

split plot randomized completely block design with two factors and three replications.

Character that was had greatest influence in determining the net weight cob of plant/yield

were the net weight of cob, number cobs of plant, gross weight cobs of plant, number of

rejects cob, cob length, and diameter of cob. Interaction variety and detasseling had

significant respons to gross weight of cob for two varieties. They were Lokal Srimanganti

3201 and Arjuna 2585. The results showed that Arjuna 2585 has yield more than BISI 2.

Varieties that had the potential of yield characters were Arjuna 2585, Lokal Srimanganti

3201, and Lokal Oesao 3033. In this research, generally detasseling increasing the yield and

quality of baby corn.

(3)

RINGKASAN

KUSTIYANA. Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) dalam Produksi Jagung Semi. (Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU E.K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaan karakter agronomi beberapa varietas jagung dalam produksi jagung semi. Selain itu, untuk menentukan varietas yang relatif sama atau lebih baik dibandingkan kontrol. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan daya hasil dan kualitas jagung semi pada varietas-varietas jagung baik lokal, introduksi, unggul, maupun hibrida, terdapat beberapa varietas jagung lokal yang memiliki daya hasil jagung semi lebih tinggi dibanding varietas komersial, serta pemotongan bunga jantan (detasseling) meningkatkan daya hasil dan kualitas jagung semi.

Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor yang disusun dalam rancangan petak terbagi (Split Plot), terdiri dari perlakuan detasseling dan nondetasseling sebagai petak utama serta varietas sebagai anak petak. Varietas terdiri dari empat varietas jagung lokal (Campaloga 2009, Lokal Srimanganti 3201, Ketip Kuning 2117, dan Lokal Oesao 3033), varietas unggul yaitu Arjuna 2585, varietas introduksi (Phill DMR Comp 2 3423 dan EW DMR Pool C6S2 3325) dan varietas hibrida, BISI 2 sebagai pembanding. Percobaan disusun dalam tiga kelompok (ulangan), sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap perlakuan terdiri dari 75 individu tanaman yang ditanam dalam lima baris dengan 15 tanaman per baris sehingga keseluruhan percobaan terdiri dari 3 600 individu tanaman.

(4)

yaitu Lokal Srimanganti 3201 dan Arjuna 2585. Arjuna 2585 menunjukkan bobot bersih tongkol per tanaman yang nyata lebih besar dari varietas BISI 2, sehingga detasseling baik dilakukan pada dua varietas tersebut.

Hampir semua karakter memiliki ragam genetik yang tinggi kecuali karakter jumlah tongkol per tanaman. Demikian pula nilai heritabilitas semua karakter tinggi kecuali jumah tongkol per tanaman yang memiliki nilai heritabilitas sedang. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan karakter tersebut lebih banyak dipengaruhi faktor genetik dibandingkan lingkungan sehingga seleksi dapat dilakukan lebih ketat untuk memperoleh kemajuan genetik yang tinggi, sedangkan heritabilitas sedang menunjukkan bahwa karakter tersebut cukup besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Koefisien keragaman genetik pada masing-masing karakter yang diamati sangat beragam. Hal ini karena dalam populasi atau varietas-varietas tersebut bukan merupakan hasil seleksi. Varietas-varietas tersebut dipilih berdasarkan pengelompokan Varietas-varietas komersial (hibrida), introduksi, lokal, dan unggul.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot bersih tongkol per tanaman berkorelasi positif pada enam karakter yaitu karakter panjang tongkol (r = 0.87, p = 0.0001), bobot bersih per tongkol (r = 0.80, p = 0.0002), bobot kotor tongkol

per tanaman (r = 0.76, p = 0.0007), jumlah tongkol per tanaman (r = 0.65, p = 0.0067), jumlah tongkol afkir (r = 0.54, p = 0.0308), dan diameter tongkol

(r = 0.50, p = 0.047). Karakter yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan bobot bersih tongkol per tanaman adalah bobot bersih per tongkol dengan nilai C = 0.63170, kemudian secara berturut yaitu jumlah tongkol per tanaman (C = 0.44752), bobot kotor tongkol per tanaman (C = 0.12440), jumlah tongkol afkir (C = 0.09192), dan panjang tongkol (C = 0.08314). Diameter tongkol memberikan pengaruh langsung negatif terhadap hasil sebesar -0.02798. Nilai sisa (CS) sebesar 0.0588 menunjukkan bahwa 94.12% hasil dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh enam karakter tersebut.

(5)

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI

BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.) DALAM

PRODUKSI JAGUNG SEMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor

KUSTIYANA

A24060981

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

: KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA

VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.) DALAM

PRODUKSI JAGUNG SEMI

Nama

: KUSTIYANA

NIM

: A24060981

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS. NIP. 19631107 198811 2 001

Pembimbing II

Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. NIP. 19510204 198203 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakulltas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.ScAgr

NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 November 1987. Penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, pasangan Bapak Adang Muala dan Ibu Nuryati.

Tahun 1994 penulis lulus dari TK Islam Al Badriyah Jakarta, kemudian penulis melanjutkan sekolah di SD Islam Al Falah 2, Jakarta dan lulus tahun 2000. Tahun 2003 penulis lulus dari MTs. Al Falah Jakarta. Penulis menyelesaikan studinya tahun 2006 di MAN 10 Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan program minor yaitu Pengembangan Usaha Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi, tahun 2006 penulis menjadi panitia MPKMB (Masa Perkenalan Mahasiswa Baru) IPB. Tahun 2006 sampai 2010 penulis menjadi pengurus LDK Al-Hurriyyah IPB, selama tiga tahun berada di Departemen Sosial Kemasyarakatan sebagai anggota, bendahara, dan staf ahli, lalu satu tahun berada di Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai bendahara serta biro administrasi dan konsultan. Tahun 2007 penulis menjadi pengurus biro aplikasi pertanian, Departemen Pertanian BEM Faperta IPB. Selama di BEM, penulis menjadi Ketua Gebyar Pertanian 2008, Divisi Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi (PDD) Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Faperta 2008, dan berpartisipasi pada program Bina Desa BEM Faperta IPB.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis diberikan kesabaran dan kekuatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga akhirat kelak.

Penulisan skripsi yang berjudul “Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) dalam Produksi Jagung Semi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a, pengorbanan, kesabaran, dorongan dan kasih sayangnya, begitupun saudari kembarku (Ani), abang, dan adik atas segala perhatian dan kasih sayang.

2. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan secara teknis di lapangan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Desta Wirnas, MSi. Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, nasihat, dan semangat selama penulis menimba ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

6. Pihak kebun percobaan Cikarawang (Pak Sarta, Pak Argani, dan Pak Jaja), Sindang Barang (Pak Irfan), dan BB Biogen (Pak Sunarto dan Ibu Eha) atas bantuannya di lapangan baik dalam perbanyakan benih maupun penelitian. 7. Dr. Rahmi Yunianti, SP. MSi., Ka Arif, Nida, dan Hapshoh yang telah

(9)

8. Hima, Caca, Ani, Anto, Juned, Tika 45, Ical, Mawar, Via, Nazri, Dimas dan teman-teman lainnya yang selalu membantu selama panen dan pengamatan di lapangan dan Lab. Pemuliaan Tanaman sehingga meringankan pekerjaan di setiap harinya serta Ka Abdul dan Mba Tia atas perhatian dan kunci Lab. Pemuliaan Tanamannya.

9. Noni, Asih, Lia, Fitri, Sitkom, Ical, Yeni, Rina, Henry, Siti, Risti atas perhatian, dukungan, semangat, saran, kritik, dan kebersamaan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

10.Teman-teman AGH 43 atas kebersamaan, keceriaan, dan kekompakan selama penulis berada di departemen Agronomi dan Hortikultura.

11.Teman-teman satu pembimbing skripsi Wahyu, Yusuf, dan Anif atas dukungan dan bantuannya.

12.Warga kosan Ponpes Mahasiswi Al-Iffah khususnya Dedek, Lina, Citae, Vira, dan Lely atas curahan semangat dan kasih sayang selama ini.

13.Tim SDM 2010 LDK Al Hurriyyah atas persaudaraan, kebersamaan, perhatian, dan do’anya.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Tanaman Jagung ... 3

Jagung Semi ... 4

Pemuliaan Jagung Semi ... 5

Pemotongan Bunga Jantan ... 6

Korelasi dan Analisis Lintasan ... 7

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Percobaan ... 9

Pelaksanaan Percobaan ... 10

Pengamatan ... 11

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Keadaan Umum ... 15

Keragaan Karakter Agronomi ... 16

Karakter Hasil dan Komponen Hasil ... 17

Karakteristik Tongkol ... 23

(11)

Karakter Vegetatif ... 38

Parameter Genetik ... 41

Korelasi Linier dan Analisis Lintasan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Sidik Ragam RKLT Split Plot (Steel dan Torrie, 1989) ... 13 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Agronomi Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 17 3. Jumlah Tongkol per Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam

Produksi Jagung Semi ... 18 4. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per Tanaman

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 19 5. Bobot Kotor Tongkol per Tanaman dan Bobot Bersih Tongkol per

Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi.. 20 6. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih Tongkol per Tanaman

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 20 7. Bobot Kotor per Tongkol dan Bobot Bersih per Tongkol Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 21 8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih per Tongkol

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 22 9. Diameter Tongkol dan Panjang Tongkol pada Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 23 10. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 24 11. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 25 12. Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Tongkol Afkir pada Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 26 13. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak Pasar

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 26 14. Persentase Tongkol Layak Pasar pada Beberapa Varietas Jagung dalam

Produksi Jagung Semi ... 27 15. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Persentase Tongkol Layak Pasar

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 29 16. Persentase Kelayakan Tongkol Jagung Semi Perlakuan Nondetasseling

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 29 17. Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan Varietas Lokal,

Unggul, Introduksi, dan BISI 2 ... 30 18. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tongkol Afkir Beberapa Varietas

(13)

19. Tinggi Tongkol dan Ruas Muncul Tongkol Pertama pada Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 34 20. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tongkol Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 34 21. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Ruas Muncul Tongkol Pertama

Beberapa Varietas Jagung Semi ... 35 22. Umur Berbunga dan Umur Panen Beberapa Varietas Jagung dalam

Produksi Jagung Semi ... 36 23. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 36 24. Tinggi Tanaman, Diameter Batang, dan Jumlah Buku per Tanaman

pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 39 25. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 40 26. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 40 27. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per Tanaman

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 41 28. Nilai Ragam Genetik (Vg), Ragam Lingkungan (Ve), Ragam Interaksi

(Vdxg ), dan Ragam Fenotipik (Vp) Karakter yang Diuji ... 42 29. Koefisien Keragaman Genetik (KKG) dan Heritabilitas Arti Luas (h2bs)

Beberapa Karakter Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 43 30. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Beberapa Genotipe Jagung

dalam Produksi Jagung Semi ... 46 31. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Karakter terhadap

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Beberapa Serangan Hama dan Penyakit pada Pertanaman Jagung Semi.

(A) Belalang (B) Ulat Penggerek Tongkol (C) Ulat Penggerek Batang (D) Bulai (E) Hawar Daun (F) Karat Daun ... 15 2. Jagung Semi Layak Pasar Beberapa Varietas Jagung ... 28 3. Jagung Semi Afkir Beberapa Varietas Jagung Semi ... 32 4. Diagram Lintasan Beberapa Karakter dengan Bobot Bersih/Tanaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 57 2. Deskripsi Varietas Hibrida BISI 2 ... 58 3. Varietas-varietas Jagung Lokal, Unggul, dan Introduksi yang

Digunakan sebagai Bahan Penelitian ... 59 4. Data Iklim Bulanan Wilayah Darmaga, Bogor Bulan

Juni-September 2010 ... 59 5. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman (TT) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 59 6. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang (DB) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 60 7. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buku/Tanaman (JBU) Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 60 8. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga (UB) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 60 9. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tongkol (TTO) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 60 10. Sidik Ragam Karakter Umur Panen (UP) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 61 11. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol/Tanaman (JTT) Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 61 12. Sidik Ragam Karakter Ruas Muncul Tongkol Pertama (RTP)

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 61 13. Sidik Ragam Karakter Bobot Kotor Tongkol/Tanaman (BKTAN)

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 61 14. Sidik Ragam Karakter Bobot Kotor/Tongkol (BKTO) Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 62 15. Sidik Ragam Karakter Bobot Bersih Tongkol/Tanaman (BBTAN)

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 62 16. Sidik Ragam Karakter Bobot Bersih/Tongkol (BBTO) Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 62 17. Sidik Ragam Karakter Panjang Tongkol (PTO) Beberapa Varietas

Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 62 18. Sidik Ragam Karakter Diameter Tongkol (DTO) Beberapa

(16)

19. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Layak Pasar (TOLP)

Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 63 20. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Afkir (TOAF) Beberapa

Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ... 63 21. Sidik Ragam Karakter Persentase Tongkol Layak Pasar

(PRSTOLP) Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung

Semi ... 63 22. Sidik Ragam Karakter Persentase Tongkol Afkir (PRSTOAF)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung semi atau populer dengan nama baby corn adalah tongkol jagung yang dipanen ketika masih muda dan belum dibuahi. Menurut Sutjahjo et al. (2005), baby corn merupakan salah satu produk tanaman jagung yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Pengusahaan jagung semi dirasakan petani memberikan penghasilan lebih baik dibandingkan dengan membudidayakan jagung hibrida (Pikiran Rakyat Bandung, 2009). Menurut Soemadi dan Mutholib (2000), budidaya jagung semi sangat efisien karena tidak memerlukan lahan yang luas, jarak tanam dapat lebih rapat sehingga memperkecil biaya produksi per satuan luas, tidak adanya masalah dalam penyerbukan, serta waktu produksi pendek sehingga petani dapat menanam jagung semi empat kali atau lebih dalam setahun. Di samping itu, jika dilakukan pemotongan bunga jantan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung semi.

Saat ini produksi dan pasar baby corn semakin meluas di seluruh dunia. Khususnya Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Beberapa negara yang dikenal eksportir baby corn diantaranya Thailand, Sri Lanka, Taiwan, China, Zimbabwe, Zambia, Indonesia, Afrika Selatan, Nikaragua, Costa Rica, Guatemala, dan Honduras. Sebagian besar baby corn di pasarkan ke negara Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Taiwan, Jepang, dan Australia (Food Market Exchange, 2003). Menurut Gurgaon (2005), selama tiga tahun terakhir baby corn yang dikalengkan memiliki volume ekspor lebih tinggi dibandingkan baby corn segar.

(18)

Perubahan dalam pola diet dari non vegetarian menjadi vegetarian yang hanya mengkonsumsi sayuran saja menjadikan kebutuhan jagung semi akan semakin meningkat. Oleh karena itu penelitian jagung semi kini semakin penting terutama dalam mengetahui potensi produksi jagung semi serta merakit varietas khusus jagung semi yang memiliki sifat prolific, yaitu bertongkol banyak, dan berkualitas baik.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Sepriliyana (2010) menunjukkan bahwa varietas Ketip Kuning, Antasena, BC 10 MS 15, dan EW DMR Pool C6S2 menghasilkan jumlah tongkol per tanaman dan bobot tongkol bersih tidak berbeda dari BISI 2 sehingga dapat dikembangkan sebagai varietas jagung semi. Sebelumnya Wakhyono (2007) melaporkan bahwa jumlah tongkol varietas lokal tidak berbeda dari kontrol (BISI 3) dan varietas Ketip Kuning potensial dikembangkan sebagai varietas jagung semi. Penelitian jagung varietas lokal dalam produksi jagung semi diharapkan mampu mencapai tujuan jangka pendek yaitu dapat memberikan potensi hasil yang relatif sama dengan jagung-jagung hibrida yang biasa digunakan petani dalam produksi jagung semi sehingga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan ekonomi petani. Penelitian tersebut juga diharapkan mampu mencapai tujuan jangka panjang yaitu mendapatkan sumber genetik yang baik untuk pembentukan varietas jagung semi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaan karakter agronomi beberapa varietas jagung (Zea mays L.) dalam produksi jagung semi. Selain itu, untuk menentukan varietas yang relatif sama atau lebih baik dibandingkan kontrol.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan daya hasil dan kualitas jagung semi pada varietas-varietas jagung baik lokal, introduksi, unggul, maupun hibrida.

2. Terdapat beberapa varietas jagung lokal yang memiliki daya hasil jagung semi lebih tinggi dibanding varietas pembanding.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia). Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/ tropis basah. Agar dapat tumbuh optimal, jagung memerlukan beberapa persyaratan. Jagung dapat tumbuh baik pada 0°-50° LU hingga 0°-40° LS, dengan ketinggian tempat sekitar 3000 meter dari permukaan laut dengan derajat keasaman tanah (pH) yaitu 5.5 sampai 7, curah hujan 85-200 mm/ bulan pada lahan yang tidak beririgasi, suhu ideal 23°-27° C, dan pada tanah latosol berdebu (Purwono dan Purnamawati, 2008).

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung memiliki akar serabut yang terdiri dari akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Daun jagung keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 4-48 helaian, tergantung varietasnya. Bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.

(20)

Jagung Semi

Jagung semi (baby corn) adalah jagung yang dipetik pada saat masih muda dan belum terbentuk biji. Jagung semi sangat digemari oleh masyarakat yang umumnya menyukai mengkonsumsi sayuran muda. Selain itu, jagung semi digunakan sebagai pelengkap berbagai masakan sehingga penggunaan jagung semi oleh masyarakat semakin bertambah. Jagung semi akan terasa lebih renyah dan segar serta relatif lebih sedikit mengandung bahan kimia dibandingkan sayuran biasa karena dipanen pada saat muda dan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida (Thai Food Composition, 1999).

Nilai gizi baby corn sebanding dengan kembang kol, kubis, terong, tomat, dan mentimun. Produk sampingannya seperti tassel, kelobot muda, rambut dan batang hijau jagung semi dapat menyediakan makanan ternak yang bagus. Jagung semi mengandung vitamin B, riboflavin, vitamin B6, kalium, vitamin C dan serat (Thai Food Composition, 1999).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi jagung semi diantaranya kultivar, waktu tanam, dan jarak tanam (Kotch et al., 1995). Teknik budidaya jagung semi pada umumnya sama dengan jagung biasa dan jagung manis, kecuali jarak tanam yang digunakan umumnya lebih rapat karena dipanen lebih cepat. Jarak tanam yang lebih rapat cenderung meningkatkan produksi. Akan tetapi, bila jarak tanam terlalu rapat, produksi akan merosot karena kebutuhan unsur hara dan cahaya matahari tidak tercukupi.

Jagung semi dipanen 2-4 hari setelah rambut muncul dari kelobotnya yaitu 5-7 Minggu Setelah Tanam (MST). Sebelum pemanenan, pada saat muncul tassel yaitu 4-5 MST dilakukan detasseling atau pembuangan bunga jantan (Sutjahjo et al., 2005b).

(21)

menyebabkan tongkol semakin besar dan keras, sebaliknya panen yang dilakukan terlalu awal akan menyebabkan ujung tongkol menjadi mudah patah.

Pemuliaan Jagung Semi

Pemuliaan tanaman adalah ilmu dan seni dalam rangka mengubah dan memperbaiki pola genetik dari satu atau beberapa karakter penting dari populasi tanaman menjadi bentuk yang lebih bermanfaat (unggul) bagi manusia. Tujuan pemuliaan tanaman adalah membentuk tanaman yang unggul yang memiliki produksi dan produktivitas yang tinggi, tahan penyakit, stabil terhadap tekanan lingkungan serta memenuhi kebutuhan petani (Chaudhari, 1971).

Menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) program pemuliaan jagung mencakup tiga tahap, yaitu: pemilihan plasma nutfah, perbaikan berulang plasma nutfah yang terpilih, dan pembuatan galur untuk tetua hibrida dari plasma nutfah yang telah diperbaiki secara berkala tersebut. Pemilihan plasma nutfah sangat penting untuk menemukan populasi atau kultivar yang baik. Sutjahjo et al. (2005a) menambahkan pada penemuan plasma nutfah tersebut ada perbedaan di antara bahan-bahan pemuliaan disebabkan oleh perbedaan genetik yang telah ada dan seleksi yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menghasilkan kumpulan gen-gen yang baik dengan frekuensi yang lebih tinggi.

US Patent (2009) mencatat W701BC menghasilkan beberapa varietas inbrida yang sangat ideal untuk produksi jagung semi. Varietas tersebut mampu menghasilkan 7.2 tongkol/tanaman. Menurut Gurgaon (2005) Thailand telah memulai pengembangan jagung semi sejak 1976 dengan pendekatan awal mengembangkan varietas open-pollinated dan pada tahun 1981 merilis Rangsit-1, kemudian Suwan2 dan Chieng-mai90. Selanjutnya merakit varietas hibrida jagung semi diantaranya G 5414, SG 18, Pacific-116, Pacific-283, Uniseeds B-65, Kasetsart2.

(22)

Fadhil (2004), varietas jagung yang banyak digunakan untuk jagung semi adalah hibrida CPI-1, AGX, Pioneer, dan Arjuna.

Kegiatan pemuliaan tanaman dalam perbaikan kultivar jagung untuk jagung semi bertujuan membentuk kultivar jagung bertongkol banyak (Sutjahjo et al., 2005b). Selain itu, membentuk varietas yang memiliki kualitas yang seragam

dan baik. Jagung lokal memiliki karakteristik/sifat tertentu yang diperlukan seperti: masa kedewasaan lebih awal (70-80 hari), tingkat adaptasi, ketahanan terhadap penyakit downy mildew (Peronosclerospora maydis) (Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and Pacific Region, 2001). Penelitian varietas lokal untuk produksi jagung semi diharapkan mampu memberikan potensi hasil yang relatif sama dengan jagung-jagung hibrida sehingga dapat menjadi solusi bagi petani dalam budidaya jagung semi, lebih jauh untuk peningkatan keuntungan ekonomi petani.

Salah satu tahapan dalam pembentukan varietas adalah uji daya hasil. Pengujian daya hasil dilakukan untuk melihat kemampuan tanaman terhadap lingkungan dibanding varietas unggul yang sudah ada (Poespodarsono, 1988). Pengujian daya hasil jagung semi varietas unggul yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan secara luas oleh petani sehingga dapat mengurangi penggunaan benih hibrida.

Pemotongan Bunga Jantan

Bunga jantan pada jagung disebut tassel. Malai bunga jantan biasanya muncul pada umur 40 – 50 hari setelah tanam, lalu diikuti bunga betina 1 – 3 hari kemudian (Purwono dan Purnamawati, 2008). Bunga jantan menggunakan energi hasil fotosintat untuk mekar dan memproduksi serbuk sari (pollen). Tanaman jagung menggunakan tassel untuk penyerbukan bunga betina yang lebih dikenal dengan silk atau rambut jagung. Bunga jantan muncul 5-6 hari sebelum silk keluar. Jumlah pollen yang banyak dan kondisi lingkungan yang mendukung seperti kecepatan angin dan tidak hujan dapat membantu terjadinya penyerbukan sempurna sehingga tongkol jagung berbiji penuh.

(23)

panen lebih awal, meningkatkan prolifikasi (jumlah tongkol per tanaman), dan meningkatkan hasil dari jumlah tongkol. Pembuangan bunga jantan merupakan salah satu cara untuk menghindari terjadinya dominansi apikal yang memacu pertumbuhan vertikal sehingga fotosintat dapat dipergunakan untuk pertumbuhan ke samping diantaranya untuk pembentukan tongkol. Menurut Palungkun dan Budiarti (2002), pembuangan bunga jantan sebelum mekar menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan memperbesar tongkol yang dihasilkan. Hasil penelitian Bakrie et al. (1995) menunjukkan bahwa pembuangan bunga jantan meningkatkan produksi

per hektar dan kadar sukrosa. Pemotongan bunga jantan (detasseling) dilakukan setelah bunga jantan keluar tetapi belum sempat mekar.

Korelasi dan Analisis Lintasan

Budiarti et al. (2004) menyatakan pola hubungan antara hasil dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi. Korelasi menggambarkan keeratan hubungan antara karakter. Korelasi berada diantara nilai -1 dan +1. Analisis korelasi memiliki kelemahan yaitu dapat terjadi kesalahan dalam penafsiran data. Asumsi dalam analisis korelasi bahwa selain kedua sifat yang dipasangkan, yang lain dianggap konstan. Asumsi ini jelas kurang berlaku bagi makhluk hidup, karena pada makhluk hidup terjadi berbagai proses yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain (Ganefianti et al., 2006). Oleh sebab itu, karakter yang berkorelasi nyata dilanjutkan dengan analisis lintasan.

Analisis lintasan merupakan metode yang menjelaskan pola hubungan antara hasil dan komponen hasil melalui pengaruh langsung dan tidak langsung. Menurut Budiarti et al. (2004), analisis koefisien lintasan (path-coefficient analysis) mampu menentukan kontribusi relatif, dari komponen hasil terhadap

hasil, baik langsung maupun tidak langsung sehingga hubungan kausal diantara karakter yang dikorelasikan dapat diketahui.

(24)
(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di kebun percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor dengan jenis tanah latosol. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Juni sampai September 2010.

Bahan dan Alat

Percobaan ini menggunakan benih jagung hasil perbanyakan pada generasi sebelumnya. Benih yang digunakan terdiri dari tujuh varietas jagung yaitu empat varietas jagung lokal (Campaloga 2009, Lokal Srimanganti 3201, Ketip Kuning 2117, Lokal Oesao 3033), satu varietas unggul (Arjuna 2585), dua varietas introduksi (Phill DMR Comp 2 3423 dan EW DMR Pool C6S2 3325), dan satu varietas hibrida BISI 2 sebagai pembanding. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang, urea, SP-18, KCl, Furadan 3G, Saromyl 35 SD, Decis dan Dithane. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, meteran, penggaris, jangka sorong, kamera digital, alat tulis dan alat yang umum digunakan untuk budidaya.

Metode Percobaan

(26)

Model statistika yang digunakan adalah:

Yijk = µ + αi+ βj + ij+ k+ (α )ik+ εijk (i= 1,2; j= 1,2,3, k=1,2,3...8)

Yijk = Nilai pengamatan pada detasseling ke-i, ulangan ke-j, dan varietas ke-k

µ = Rataan umum

αi = Petak detasseling ke-i

βj = Pengaruh ulangan ke-j

ij = Galat petak utama (galat a) k = Pengaruh varietas ke-k

(α )ik = Pengaruh interaksi detasseling taraf ke-i dan varietas ke-k εijk = Galat anak petak (galat b)

Perbedaan antar perlakuan yang dievaluasi diuji dengan uji F. Bila perlakuan berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji t-Dunnett untuk membandingkan dengan kontrol dan kontras ortogonal untuk membandingkan antar perlakuan sesuai kebutuhan pada taraf 5%.

Pelaksanaan Percobaan

(27)

Pemotongan bunga jantan (detasseling) dilakukan pada tanaman dengan perlakuan detasseling segera setelah bunga jantan terbentuk. Pemanenan dilakukan tergantung pada umur tiap varietas yaitu setelah tongkol keluar rambut 2-3 cm. Pemanenan dilakukan bertahap yaitu sehari sekali dengan memotong pangkal tongkol.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada setiap petak dengan mengambil 10 tanaman contoh acak kompetitif. Peubah yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman yang diukur dari atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi yang ditegakkan, dilakukan sesudah keluar malai.

2. Diameter batang yang diukur sekitar 5 cm dari permukaan tanah, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya tassel.

3. Jumlah buku per tanaman yang dihitung dari buku terbawah pada tanaman contoh, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya tassel.

4. Umur berbunga (bunga jantan) yang dihitung dari hari penanaman hingga 50% dari tanaman keluar malai.

5. Tinggi tongkol, diukur dari atas permukaan tanah hingga pangkal tongkol pertama, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya tassel.

6. Ruas muncul tongkol pertama yang dihitung berdasarkan jumlah ruas tempat tongkol pertama kali muncul dari atas permukaan tanah, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya tassel. 7. Umur panen yang dihitung berdasarkan rata-rata umur petik tiap tongkol pada

tanaman contoh.

8. Jumlah tongkol per tanaman yang dihitung dari jumlah tongkol setiap tanaman contoh.

(28)

10. Bobot bersih per tongkol yang ditimbang berdasarkan rata-rata bobot tongkol per tanaman contoh tanpa kelobot dan rambutnya.

11. Bobot kotor tongkol per tanaman yang ditimbang berdasarkan jumlah bobot semua tongkol per tanaman contoh beserta kelobot dan rambutnya.

12. Bobot bersih tongkol per tanaman yang ditimbang berdasarkan jumlah bobot semua tongkol per tanaman contoh tanpa kelobot dan rambutnya.

13. Ukuran tongkol yang terdiri dari panjang dan diameter tongkol. Panjang tongkol diukur dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol jagung, sedangkan diameter diukur pada lingkar tongkol terbesar.

14. Jumlah tongkol layak pasar dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman contoh per tanaman yang memiliki kriteria tongkol layak pasar. Pengkelasan yang dipakai berdasarkan ketentuan standar CODEX baby corn (1993) yaitu panjang tongkol dengan kriteria kelas A (5.0 cm – 7.0 cm), kelas B (7.0 cm – 9.0 cm), kelas C (9.0 cm – 12.0 cm), dan afkir (>12.0 cm). Pada semua kriteria panjang tongkol, harus memiliki diameter antara 1 – 2 cm. 15. Jumlah tongkol afkir yaitu jumlah tongkol semua tanaman contoh per

tanaman yang tongkolnya bengkok atau tidak menarik, tidak mulus, terserang hama dan penyakit, cacat atau tidak memenuhi kriteria pengkelasan berdasarkan ukuran.

16. Persentase tongkol layak pasar dihitung dari perbandingan jumlah tongkol layak pasar per tanaman dengan total tongkol per tanaman.

17. Persentase tongkol afkir dihitung dari perbandingan jumlah tongkol afkir per tanaman dengan total tongkol per tanaman.

18. Tanaman terserang penyakit bulai per plot dihitung berdasarkan persentase tanaman terserang dengan jumlah tanaman keseluruhan.

Analisis Data

(29)

Tabel 1. Sidik Ragam RKLT Split Plot (Steel dan Torrie, 1989) Sumber

Keragaman

Derajat Bebas (db)

Kuadrat

Tengah (KT) H (KT)

Ulangan (r) r-1 KTk

Detasseling (D) a-1 KTp

Galat-a (r-1) (a-1) KTg

Varietas (V) b-1 KT3 2ε + r 2 + r a 2 D x V (a-1) (b-1) KT2 2ε + r 2

Galat-b a(r-1) (b-1) KT1 2ε

Umum rab-1

Keterangan: D = banyaknya taraf detasseling, V = banyaknya taraf varietas, r = banyaknya

ulangan

Rumus: 2g = KT3 – KT2 ra 2

e = KT1 rab 2

ge = KT2 – KT1 r

Keterangan: KT1 = Kuadrat tengah galat

KT2 = Kuadrattengah detasseling x varietas KT3 = Kuadrat tengah varietas

Analisis data digunakan untuk menghitung nilai heritabilitas, koefisien keragaman genetik, korelasi, dan analisis lintas.

Nilai dugaan heritabilitas (h2bs) dalam arti luas (Allard, 1960) menggunakan rumus: h2bs =

Keterangan h2bs = heritabilitas arti luas 2

g = ragam genetik 2

P = ragam fenotipe 2

P = 2g + 2e + 2ge (Stansfield, 1983)

Nilai koefisien keragaman genetik dapat dihitung menggunakan rumus: KKG =

Keterangan KKG = koefisien keragaman genetik 2

g = ragam genetik

(30)

r

1y

r2y r3y : : r

x11 x12 ... x18 x21 x22 …… x28

x31 x32 …… x38

: ;

x81 x82 …… x88

p

1y

p2y p3y : : p =

A B C

Keeratan hubungan antar pasangan ditentukan dengan nilai koefisien korelasinya (r). Rumus koefisien korelasi adalah:

Nilai r berada diantara -1 dan +1. Nilai r sama dengan 1 menunjukkan bahwa hubungan linear sempurna dan jika r sama dengan 0 maka tidak ada hubungan antara kedua peubah (Steel dan Torrie, 1989).

Analisis lintas ini dilakukan dengan menggunakan persamaan matriks yang dikemukakan Shing dan Chaudary (1977). Bobot bersih tongkol per tanaman digunakan sebagai peubah tak bebas (y) dan karakter agronomi lain sebagai peubah bebas (x). Rumus matriks analisis lintas adalah sebagai berikut: ry = rx P0n

Sehingga untuk mendapatkan nilai C (koefisien lintasan) digunakan rumus: C = B-1 A

Keterangan :

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Penelitian ini diawali penanaman untuk perbanyakan benih jagung

varietas yang digunakan dalam penelitian. Penanaman dilakukan tanggal 2 Februari 2010 di empat lokasi yaitu Cikarawang, Sawah Baru, Sindang Barang,

dan BB Biogen Cimanggu. Penanaman untuk penelitian dimulai pada tanggal 17 Juni 2010 dan panen terakhir tanggal 21 September 2010. Daya berkecambah benih pada umumnya tinggi yaitu 98.50%. Data BMKG menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian dari bulan Juni-September 2010 rata-rata suhu 25.67°C, kelembaban 84.29%, dan curah hujan 413.10 mm.

Gambar 1. Beberapa Serangan Hama dan Penyakit pada Pertanaman Jagung Semi. (A) Belalang (B) Ulat Penggerek Tongkol (C) Ulat Penggerek Batang (D) Bulai (E) Hawar Daun (F) Karat Daun

[image:31.612.172.462.316.574.2]
(32)

sehingga perkembangannya terganggu. Hujan disertai angin ketika tanaman berumur 4 MST menjadikan tanaman rebah dan beberapa patah karena itu segera ditegakkan dan dilakukan pembumbunan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Hama yang terdapat pada penelitian jagung semi ini diantaranya adalah belalang (Locusta spp.), ulat penggerek tongkol (Heliothis armigera), dan ulat penggerek batang (Sesamia inferens). Penyakit yang mengganggu pertanaman jagung semi adalah bulai (Sclerospora maydis), hawar daun (Helminthosporium maydis), dan karat daun (Puccinia sp.), adapun yang paling berat adalah bulai. Secara keseluruhan pertanaman terserang bulai sebesar 26.72%. Ketip Kuning merupakan varietas yang paling rentan terserang bulai yaitu sebesar 59.12%. Hal ini karena ketika perbanyakan benih, tanaman terserang bulai akibat penanaman yang berdekatan dengan tanaman jagung lain yang terserang bulai. Gejala serangan bulai pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Keragaan Karakter Agronomi

(33)
[image:33.612.100.512.114.587.2]

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Karakter F – hitung

No Varietas Detasseling Interaksi KK

1 Tinggi tanaman 8.99**

0.0048 5.36tn 0.1466 2.27tn 0.0656 7.83

2 Diameter batang 11.85**

0.0021 0.06tn 0.8325 0.84tn 0.5663 8.81

3 Jumlah buku per tanaman 3.97* 0.0446 1.70tn 0.3225 0.68tn 0.6901 20.89

4 Umur berbunga 65.94**

<.0001 0.12tn 0.7588 2.16tn 0.0770 2.50

5 Tinggi tongkol 7.45**

0.0084 0.39tn 0.5964 1.57tn 0.1947 14.95

6 Umur panen 19.34**

0.0004 1.78tn 0.3143 3.08* 0.0194 3.22

7 Ruas muncul tongkol pertama 85.39** <.0001 3.39tn 0.2071 1.32tn 0.2845 4.80

8 Panjang tongkol 36.43**

<.0001 0.09tn 0.7980 0.56tn 0.7785 8.10

9 Diameter tongkol 4.03*

0.0431 0.11tn 0.7723 1.08tn 0.4067 7.38

10 Jumlah tongkol per tanaman 11.48** 0.0023 56.11* 0.0174 0.47tn 0.8428 13.35

11 Persentase tongkol layak pasar 4.68* 0.0297 6.79tn 0.1211 0.96tn 0.4855 17.59

12 Persentase tongkol afkir 3.13tn 0.0775 6.80tn 0.1210 1.67tn 0.1662 26.06

13 Jumlah tongkol layak pasar 4.00* 0.0439 23.57* 0.0399 2.35tn 0.0572 13.15

14 Jumlah tongkol afkir 8.53** 0.0056 0.52tn 0.5468 0.47tn 0.8493 37.40

15 Bobot kotor per tongkol 5.94* 0.0158 20.44* 0.0456 2.48* 0.0472 12.72

16 Bobot kotor tongkol per tanaman 3.58tn 0.0571 54.41* 0.0179 1.93tn 0.1110 18.99

17 Bobot bersih per tongkol 33.23** <.0001 2.54tn 0.2521 0.50tn 0.8278 15.54

18 Bobot bersih tongkol per tanaman 20.71** 0.0004 6.06tn 0.1330 1.04tn 0.4302 18.02

Keterangan: KK = Koefisien Keragaman, * = berbeda nyata pada α = 0.05, ** = berbeda nyata pada α = 0.01, tn = tidak berbeda nyata

Karakter Hasil dan Komponen Hasil

Karakter hasil dan komponen hasil terdiri dari jumlah tongkol per tanaman, bobot kotor tongkol per tanaman, bobot kotor per tongkol, bobot bersih tongkol per tanaman, dan bobot bersih per tongkol.

(34)

Tabel 3. Jumlah Tongkol per Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Varietas Jumlah Tongkol/ Tanaman

Detasseling Nondetasseling Rataan ---tongkol--- Lokal

Campaloga 2.2 1.9 2.1*(-)

Ketip Kuning 2.8 2.1 2.5tn

Lokal Oesao 2.7 2.2 2.5tn

Lokal Srimanganti 2.2 1.7 1.9*(-)

Unggul

Arjuna 3.1 2.7 2.9tn

Introduksi

EW DMR Pool C6S2 2.3 1.7 2.0*(-)

Phil DMR Comp. 2 3.1 2.3 2.8tn

Pembanding

BISI 2 3.1 3.2 3.2

Rataan 2.7a 2.2b

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn : tidak berbeda nyata. (+) : lebih dibandingkan dengan varietas BISI 2. (-) : kurang dibandingkan varietas BISI 2. Untuk baris rataan detasseling nondetasseling pada peubah yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji-F pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 3, jumlah tongkol per tanaman varietas Ketip Kuning (2.5 tongkol), Lokal Oesao (2.5 tongkol), Arjuna (2.9 tongkol), dan Phil DMR Comp. 2 (2.8 tongkol) tidak berbeda dengan varietas BISI 2 yang memiliki tongkol sebanyak 3.2 tongkol. Varietas Campaloga (2.1 tongkol), Lokal Srimanganti (1.9 tongkol) , dan EW DMR Comp. 2 (2.0 tongkol) memiliki jumlah tongkol yang lebih sedikit dari BISI 2. Berdasarkan penelitian Sepriliyana (2010) Lokal Oesao, Lokal Srimanganti, Arjuna P18, Bayu, Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EY Pool C4S2, dan Phil DMR 6 memiliki jumlah tongkol yang lebih sedikit dari BISI 2. Banyaknya jumlah tongkol per tanaman akan memperbesar bobot kotor tongkol dan bobot bersih tongkol sehingga dapat meningkatkan hasil panen per hektar. Jumlah tongkol per tanaman yang banyak juga dapat memberikan peluang banyaknya jumlah tongkol yang dipasarkan petani.

(35)

banyak dari varietas Lokal dan introduksi (2.3 tongkol). Kelompok varietas introduksi (2.4 tongkol) tidak berbeda nyata jumlah tongkol per tanamannya dengan kelompok varietas lokal (2.3 tongkol). Demikian pula varietas Lokal Oesao (2.5 tongkol) tidak berbeda jumlah tongkol per tanamannya dengan varietas lokal lainnya (2.2 tongkol).

Tabel 4. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per Tanaman Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) Rataan a

(tongkol)

Rataan b

(tongkol) F-hitung Pr>F

BISI 2 vs lainnya 3.2 2.4 5.94* 0.0204

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 2.9 2.3 5.32* 0.0275

Introduksi vs Lokal 2.4 2.3 0.88tn 0.3539

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 2.5 2.2 3.87tn 0.0578

Keterangan: *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda nyata pada taraf 1%, tn: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas dengan perlakuan detasseling nyata lebih banyak jumlah tongkol per tanamannya dibandingkan yang nondetasseling. Varietas yang didetasseling menghasilkan jumlah tongkol per tanaman mencapai 2.7 tongkol, sedangkan varietas nondetasseling hanya 2.2 tongkol/tanaman.

Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bobot kotor tongkol per tanaman tidak berbeda nyata antar varietas tetapi nyata dipengaruhi oleh pemotongan bunga jantan (detasseling). Tabel 5 menyajikan data nilai tengah bobot kotor tongkol per tanaman jagung semi.

Hasil uji t-Dunnett pada Tabel 5 menunjukkan bahwa varietas yang nyata lebih besar bobot bersih tongkol per tanamannya dari varietas BISI 2 adalah Arjuna yaitu 26.69 g sedangkan Lokal Srimanganti (13.22 g) menunjukkan tidak berbeda nyata dari BISI 2. Bobot bersih tongkol per tanaman varietas Campaloga (11.95 g), Ketip Kuning (12.94), Lokal Oesao (10.63 g), EW DMR Pool C6S2 (11.34 g) dan Phil DMR Comp. 2 (12.27 g) nyata lebih kecil dibandingkan BISI 2 (17.79 g).

(36)

bobot bersih tongkol per tanamannya dari Campaloga. Penelitian Sepriliyana (2010) menunjukkan bahwa Ketip Kuning, Lokal Srimanganti, Antasena, Arjuna P18, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa, EY Pool C4S2, dan Phil DMR 6 tidak berbeda nyata dengan pembanding BISI 2, namun demikian varietas tersebut memiliki bobot bersih tongkol per tanaman lebih berat dibanding varietas hibrida BISI 2.

Tabel 5. Bobot Kotor Tongkol per Tanaman dan Bobot Bersih Tongkol per Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn : tidak berbeda nyata. (+) : lebih dibandingkan dengan varietas BISI 2. (-) : kurang dibandingkan varietas BISI 2. Untuk baris rataan detasseling nondetasseling pada peubah yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji-F pada taraf 5%.

Tabel 6. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih Tongkol per Tanaman Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) Rataan a

(g)

Rataan b

(g) F-hitung Pr>F

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 26.69 12.06 4.86* 0.0346

Introduksi vs Lokal 11.81 12.18 0.15tn 0.7001

EW DMR Pool C6S2 vs Phil DMR

Comp.2 11.34 12.27 15.10

**

0.0005

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 10.63 12.70 1.14tn 0.2926

Ketip Kuning vs Campaloga 12.94 11.95 15.10** 0.0005

Keterangan: *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda nyata pada taraf 1%, tn: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Perlakuan

Bobot Kotor Tongkol/Tanaman Bobot Bersih Tongkol/Tanaman

Detasseling Non

Detasseling Rataan Detasseling

Non

Detasseling Rataan

---g---

Lokal

Campaloga 77.18 58.66 67.92 12.90 11.00 11.95 *(-)

Ketip

Kuning 92.30 53.17 72.74 15.50 10.38 12.94 *(-)

Lokal Oesao 89.09 79.26 84.17 10.64 10.62 10.63 *(-)

Lokal

Srimanganti 120.53 66.66 93.59 15.11 11.33 13.22 tn

Unggul

Arjuna 123.78 100.04 111.91 27.85 25.54 26.69 *(+)

Introduksi

EW DMR

Pool C6S2 73.10 43.83 58.46 12.36 10.32 11.34 *(-)

Phil DMR

Comp. 2 85.39 52.32 68.85 14.41 10.12 12.27 *(-)

Pembanding

BISI 2 87.87 99.75 93.81 16.49 19.09 17.79

[image:36.612.115.505.253.505.2]
(37)

Menurut Palungkun dan Budiarti (2002), pembuangan bunga jantan sebelum mekar menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan memperbesar tongkol yang dihasilkan. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan detasseling menjadikan varietas menghasilkan bobot kotor tongkol per tanaman (93.65 g) nyata lebih besar dibanding bila tidak dilakukan pemotongan bunga jantan (69.21 g). Meskipun demikian pemotongan bunga jantan tidak mempengaruhi bobot bersih tongkol per tanaman.

Tabel 7. Bobot Kotor per Tongkol dan Bobot Bersih per Tongkol Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Perlakuan

Bobot Kotor/Tongkol Bobot Bersih/Tongkol

Detasseling Non

Detasseling Rataan Detasseling

Non

Detasseling Rataan

---g---

Lokal

Campaloga 35.23tn 30.43tn 32.83

5.38 5.74 5.56 tn

Ketip Kuning 32.48tn 24.89tn 28.69 5.20 4.75 4.97 tn

Lokal Oesao 33.21tn 35.41tn 34.31

3.83 4.95 4.39 tn

Lokal

Srimanganti 56.15*

(+)

40.27tn 48.21 6.86 7.08 6.97tn

Unggul

Arjuna 2585 39.57*(+) 36.95tn 38.26 9.03 9.59 9.31 *(+)

Introduksi

EW DMR

Pool C6S2 31.83

tn

25.56tn 28.70 5.55 6.16 5.85 tn

Phil DMR

Comp. 2 27.18

tn

22.68tn 24.93 4.40 4.29 4.34 tn

Pembanding

BISI 2 28.05 31.12 29.59 5.38 6.22 5.80

Rataan 35.46a 30.91b 5.70 a 6.10a

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama dan tiap varietas detasseling atau nondetasseling * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn : tidak berbeda nyata. (+) : lebih dibandingkan dengan varietas BISI 2. (-) : kurang dibandingkan varietas BISI 2. Untuk baris rataan detasseling nondetasseling pada peubah yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji-F pada taraf 5%.

[image:37.612.113.506.300.584.2]
(38)

Arjuna (39.57 g) nyata memiliki bobot kotor per tongkol lebih tinggi dibanding BISI 2, sedangkan bobot kotor per tongkol varietas lainnya tidak berbeda dari BISI 2. Pada perlakuan nondetasseling, semua varietas yang diuji tidak berbeda bobot kotor per tongkolnya dari BISI 2. Hasil di atas menunjukkan bahwa untuk mendapatkan bobot kotor per tongkol yang lebih besar dari pembanding, maka pada varietas Lokal Srimanganti dan Arjuna sebaiknya di-detasseling, sebaliknya varietas lainnya lebih baik tidak di-detasseling, disamping hasilnya tidak berbeda dengan pembanding, juga akan lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja sehingga menghemat biaya produksi (Tabel 7).

Tabel 8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih per Tongkol Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) Rataan a

(g)

Rataan b

(g) F-hitung Pr>F

BISI 2 vs lainnya 5.80 5.90 0.10tn 0.7512

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 9.31 5.35 0.20tn 0.6555

Introduksi vs Lokal 5.10 5.47 1.67tn 0.2054

EW DMR Pool C6S2 vs Phil DMR

Comp.2 5.85 4.34 6.05

*

0.0193

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 4.39 5.83 2.27tn 0.1410

Lokal Srimanganti vs (Ketip Kuning dan

Campaloga) 6.97 5.27 4.35

*

0.0449

Ketip Kuning vs Campaloga 4.97 5.56 6.05* 0.0193

Keterangan: *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda nyata pada taraf 1%, tn: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Bobot bersih per tongkol BISI 2 sebesar 5.80 g. Varietas Arjuna memiliki bobot bersih per tongkol sebesar 9.31 g nyata lebih besar dari pembandingnya. Varietas Campaloga (5.56 g), Ketip Kuning (4.97 g), Lokal Oesao (4.39 g), Lokal Srimangati (6.97 g), EW DMR Pool C6S2 (5.85 g), dan Phil DMR Comp. 2 (4.34 g) tidak berbeda nyata dari pembanding. Hal ini berarti varietas-varietas tersebut memiliki potensi bobot bersih per tongkol yang relatif sama (Tabel 7).

(39)

tongkol. Semakin panjang dan lebar tongkol maka semakin besar bobot bersih per tongkol. Pengalengan baby corn membutuhkan bobot bersih per tongkol yang optimum tetapi tidak keluar dari standar CODEX yang ditentukan, yaitu panjang 5 cm – 12 cm dan diameter 1 cm – 2 cm.

Hasil uji F pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan detasseling meningkatkan bobot kotor per tongkol dibandingkan perlakuan nondetasseling. Meskipun demikian perlakuan tersebut tidak mempengaruhi karakter bobot bersih per tongkol.

Karakteristik Tongkol

[image:39.612.127.504.387.639.2]

Berikut disajikan pembahasan dari karakteristik tongkol. Karakteristik tongkol dalam penelitian ini adalah karakter panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah tongkol layak pasar, persentase tongkol layak pasar dan jumlah tongkol afkir.

Tabel 9. Diameter Tongkol dan Panjang Tongkol pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Perlakuan

Diameter Tongkol Panjang Tongkol

Detasseling Non

Detasseling Rataan Detasseling

Non

Detasseling Rataan

---cm---

Lokal

Campaloga 1.34 1.39 1.37 tn 7.16 6.56 6.86 *(-)

Ketip Kuning 1.26 1.13 1.19 tn 7.45 7.10 7.27 *(-)

Lokal Oesao 1.24 1.32 1.28 tn 6.44 6.61 6.52 *(-)

Lokal

Srimanganti 1.42 1.35 1.39

tn

7.46 8.03 7.75*(-)

Unggul

Arjuna 1.45 1.46 1.45 *(+) 9.79 9.73 9.76 tn

Introduksi

EW DMR

Pool C6S2 1.34 1.34 1.34

tn

6.82 6.77 6.79 *(-)

Phil DMR

Comp. 2 1.32 1.19 1.25

tn

6.24 6.35 6.30 *(-)

Pembanding

BISI 2 1.20 1.26 1.23 8.90 9.38 9.14

Rataan 1.32 1.31 7.53 7.57

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

(40)

Tabel 9 menunjukkan bahwa karakter diameter tongkol pada varietas Arjuna (1.45 cm) nyata lebih besar dari varietas pembandingnya (1.23 cm). Sedangkan pada varietas Campaloga (1.37 cm), Ketip Kuning (1.19 cm), Lokal Oesao (1.28 cm), Lokal Srimanganti (1.39 cm), EW DMR Pool C6S2 (1.34 cm) dan Phil DMR Comp. 2 (1.25 cm) tidak berbeda nyata dengan BISI 2. Diameter tongkol sesuai standar CODEX baby corn adalah antara 1 cm – 2 cm, kurang atau lebih dari itu maka termasuk kriteria jagung semi afkir.

Tabel 10. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) Rataan a

(cm)

Rataan b

(cm) F-hitung Pr>F

BISI 2 vs lainnya 1.23 1.33 3.61tn 0.0661

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 1.45 1.31 3.00tn 0.0924

Introduksi vs Lokal 1.30 1.31 0.18tn 0.6768

EW DMR Pool C6S2 vs Phil DMR Comp.2 1.34 1.25 0.65tn 0.4272

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 1.28 1.32 5.52* 0.0250

Lokal Srimanganti vs (Ketip Kuning dan

Campaloga) 1.39 1.28 5.64

*

0.0235

Ketip Kuning vs Campaloga 1.19 1.37 0.65tn 0.4272

Keterangan: *

: berbeda nyata pada taraf 5%, **

: berbeda nyata pada taraf 1%, tn

: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Hasil uji kontras ortogonal (Tabel 10) menunjukkan bahwa Lokal Oesao nyata memiliki diameter tongkol yang lebih kecil dari rata-rata ketiga varietas lokal lainnya, sedangkan Lokal Srimanganti memiliki diameter tongkol yang nyata lebih besar dari rata-rata Ketip Kuning dan Campaloga. Oleh karena itu, varietas Lokal Oesao memiliki persentase jagung semi kualitas A yang lebih banyak dari kualitas B, C, dan afkir, baik pada perlakuan detasseling maupun nondetasseling (Tabel 15).

(41)

Uji kontras ortogonal (Tabel 11) menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata pada masing-masing perbandingan. BISI 2 dengan panjang tongkol 9.14 cm lebih panjang tongkolnya dari rata-rata varietas lainnya, sedangkan Arjuna memiliki tongkol terpanjang dari semua varietas yang diuji yaitu 9.76 cm. Phil DMR Comp. 2 merupakan varietas yang memiliki panjang tongkol terpendek dari varietas lainnya. Ada dua kelompok yang rata-rata memiliki panjang tongkol dengan rentang 5 cm – 7 cm yaitu kelompok varietas lokal dan introduksi, sedangkan varietas yang rata-rata memiliki panjang tongkol dengan rentang 5 cm – 7 cm yaitu Campaloga, Lokal Oesao, EW DMR Pool C6S2, dan Phil DMR Comp. 2. Dua varietas lokal lainnya yaitu Ketip Kuning dan Lokal Srimanganti memiliki panjang tongkol dengan rentang 7 cm – 9 cm. Varietas BISI 2 (Hibrida) dan Arjuna (Unggul) memiliki panjang tongkol dengan rentang 9 cm – 12 cm.

Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) rataan a

(cm)

rataan b

(cm) F-hitung Pr>F

BISI 2 vs lainnya 9.14 7.32 35.19** <.0001

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 9.76 6.92 31.67** <.0001

Introduksi vs Lokal 6.54 7.10 7.95** 0.0081

EW DMR Pool C6S2 vs Phil DMR

Comp.2 6.79 6.30 49.08

**

<.0001

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 6.52 7.29 20.60** <.0001

Lokal Srimanganti vs (Ketip Kuning dan

Campaloga) 7.75 7.07 9.12

**

0.0048

Ketip Kuning vs Campaloga 7.27 6.86 49.08** <.0001

Keterangan: *

: berbeda nyata pada taraf 5%, **

: berbeda nyata pada taraf 1%, tn

: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Pemotongan bunga jantan tidak berpengaruh terhadap panjang dan diameter tongkol. Varietas yang dilakukan pemotongan bunga jantan menghasilkan tongkol dengan diameter 1.32 cm dan panjang tongkol 7.53 cm, sedangkan varietas nondetasseling memiliki diameter 1.31 cm dengan panjang tongkol 7.57 cm (Tabel 9).

(42)
[image:42.612.114.508.219.486.2]

BISI 2 merupakan varietas hibrida yang dirakit sebagai penghasil jagung yang besar dan seragam. Namun, pada pengujian ini, Lokal Oesao memiliki jumlah tongkol layak pasar yang tidak berbeda nyata dengan hibrida. Lokal Oesao dan BISI 2 sama-sama memiliki jumlah tongkol layak pasar yang lebih tinggi dari varietas lainnya (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Tongkol Afkir pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Perlakuan

Jumlah Tongkol Layak Pasar Jumlah Tongkol Afkir

Detasseling Non

Detasseling Rataan Derasseling

Non

Detasseling Rataan

---tongkol---

Lokal

Campaloga 17.7 12.7 15.2 *(-) 7.3 8.0 7.7 tn

Ketip

Kuning 20.3 9.7 15.0

*(-)

9.3 12.0 10.7 tn

Lokal Oesao 22.3 16.3 19.3 tn 5.0 5.3 5.2 tn

Lokal

Srimanganti 16.0 11.5 13.8

*(-)

5.5 5.0 5.3 tn

Unggul

Arjuna 19.0 15.7 17.3 *(-) 14.0 11.7 12.8 tn

Introduksi

EW DMR

Pool C6S2 17.7 9.3 13.5

*(-)

6.0 9.3 7.7 tn

Phil DMR

Comp. 2 20.3 13.3 16.8

*(-)

11.3 10.7 11.0 tn

Pembanding

BISI 2 22.5 22.5 22.5 7.5 8.5 8.0

Rataan 19.5a 13.9b 8.3a 8.8a

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn : tidak berbeda nyata. (+) : lebih dibandingkan dengan varietas BISI 2. (-) : kurang dibandingkan varietas BISI 2. Untuk baris rataan detasseling nondetasseling pada peubah yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji-F pada taraf 5%.

Tabel 13. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak Pasar Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) rataan a

(tongkol)

rataan b

(tongkol) F-hitung Pr>F

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 17.3 15.6 8.60** 0.0061

Introduksi vs Lokal 15.2 15.8 0.21tn 0.6516

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 19.3 14.6 6.32* 0.0170

Keterangan: *

: berbeda nyata pada taraf 5%, **

: berbeda nyata pada taraf 1%, tn

(43)

Hasil uji kontras ortogonal (Tabel 13) menunjukkan bahwa Arjuna dan Lokal Oesao masing-masing nyata lebih banyak jumlah tongkol layak pasarnya dibandingkan dengan pembandingnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan Lokal Oesao memiliki jumlah tongkol layak pasar terbanyak dari varietas lokal. Banyaknya tongkol layak pasar merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pemuliaan jagung semi selain jumlah tongkol yang dihasilkan. Keragaan tongkol layak pasar dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 14. Persentase Tongkol Layak Pasar pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Varietas Persentase Tongkol Layak Pasar

Detasseling Nondetasseling Rataan ---%--- Lokal

Campaloga 0.80 0.67 0.74tn

Ketip Kuning 0.75 0.46 0.61tn

Lokal Oesao 1.00 0.85 0.93tn

Lokal Srimanganti 0.87 0.79 0.83tn

Unggul

Arjuna 0.61 0.63 0.62tn

Introduksi

EW DMR Pool C6S2 0.83 0.54 0.69tn

Phil DMR Comp. 2 0.70 0.63 0.67tn

Pembanding

BISI 2 0.86 0.81 0.84

Rataan 0.80a 0.67b

Keterangan: Untuk rataan tiap varietas pada peubah yang sama * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn : tidak berbeda nyata. (+) : lebih dibandingkan dengan varietas BISI 2. (-) : kurang dibandingkan varietas BISI 2. Untuk baris rataan detasseling nondetasseling pada peubah yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji-F pada taraf 5%.

[image:43.612.116.505.259.499.2]
(44)
[image:44.612.89.504.133.682.2]

pertanaman varietas Lokal Oesao menghasilkan tongkol layak pasar yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan tongkol afkirnya (Tabel 14).

(45)

Hasil uji kontras ortogonal (Tabel 15) menunjukkan bahwa semua perbandingan varietas maupun kelompok varietas tidak berbeda nyata persentase tongkol layak pasarnya. Keragaan tongkol layak pasar dapat dilihat pada Gambar 2. Pemotongan bunga jantan berpengaruh nyata terhadap persentase tongkol layak pasar. Varietas yang dilakukan pemotongan bunga jantan menghasilkan tongkol layak pasar dengan persentase sebesar 80% sedangkan varietas nondetasseling hanya mengahasilkan tongkol layak pasar sebesar 67%. Oleh karena itu, pemotongan bungan jantan efektif untuk meningkatkan jumlah tongkol layak pasar per tanaman.

Tabel 15. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Persentase Tongkol Layak Pasar Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Kontras (a vs b) rataan a

(tongkol)

rataan b

(tongkol) F-hitung Pr>F

Arjuna vs (lokal dan introduksi) 0.62 0.74 1.98tn 0.1683

Introduksi vs Lokal 0.68 0.77 3.61tn 0.0661

Lokal Oesao vs Lokal lainnya 0.93 0.72 1.26tn 0.2689

Keterangan: *

: berbeda nyata pada taraf 5%, **

: berbeda nyata pada taraf 1%, tn

: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal.

Tabel 16. Persentase Kelayakan Tongkol Jagung Semi Perlakuan Nondetasseling Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi

Perlakuan Persentase Tongkol Layak

Pasar Persentase Tongkol Afkir

Nondetasseling

Lokal

Campaloga 63.36 tn 36.64 tn

Ketip Kuning 44.12 *(-) 55.88 *(+)

Lokal Oesao 74.09 tn 25.91 tn

Lokal Srimanganti 70.83 tn 29.17 tn

Unggul

Arjuna 58.95 tn 41.05 tn

Introduksi

EW DMR Pool C6S2 51.24 tn 48.76 tn

Phil DMR Comp. 2 57.97 tn 42.03 tn

Pembanding

BISI 2 72.60 27.40

Keterangan: * : berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI 2, tn

(46)

Hasil uji t-Dunnett menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan bunga jantan (detasseling) tidak berpengaruh nyata pada karakter persentase tongkol layak pasar dan persentase tongkol afkir terhadap varietas pembanding, BISI 2. Di lain pihak, perlakuan nondetasseling pada hasil uji t-Dunnett (Tabel 16) menunjukkan bahwa varietas Ketip Kuning menghasilkan persentase tongkol layak pasar nyata lebih sedikit dibanding dengan varietas BISI 2, tetapi persentase tongkol afkir nyatanya lebih banyak dibanding BISI 2.

Tabel 17. Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan Varietas Lokal, Unggul, Introduksi, dan BISI 2

Perlakuan Jumlah Tongkol

per Tanaman

Kelas (%)

A B C Afkir

DETASSELING

Lokal

Campaloga 24.67 41.45 27.34 1.19 30.02

Ketip Kuning 29.67 18.54 40.02 9.94 31.50

Lokal Oesao 28.00 61.24 18.92 2.31 17.53

Lokal Srimanganti 21.50 27.74 35.64 14.69 21.93

Unggul

Arjuna 33.00 0.00 12.32 45.22 42.46

Introduksi

EW DMR Pool C6S2 23.67 34.08 34.41 2.56 28.95

Phil DMR Comp. 2 32.33 34.35 28.87 0.95 35.83

Pembanding

BISI 2 30.00 1.79 36.83 36.83 24.55

NONDETASSELING

Lokal

Campaloga 21.00 40.49 16.75 6.13 36.64

Ketip Kuning 21.67 12.48 24.43 7.21 55.88

Lokal Oesao 22.00 39.22 30.30 4.57 25.91

Lokal Srimanganti 16.50 8.93 48.81 13.10 29.17

Unggul

Arjuna 27.67 1.01 18.58 39.36 41.05

Introduksi

EW DMR Pool C6S2 18.67 20.29 22.85 8.10 48.76

Phil DMR Comp. 2 24.00 30.39 24.29 3.29 42.03

Pembanding

BISI 2 31.00 1.67 12.92 58.02 27.40

[image:46.612.116.507.260.645.2]
(47)

berdasarkan panjang tongkolnya. Kelas A panjang 5 cm – 7 cm, kelas B 7 cm – 9 cm, dan kelas C 9 cm – 12 cm. Jagung semi layak pasar memiliki

diameter 1 cm – 2 cm.

Tabel 17 menunjukkan bahwa persentase tertinggi jagung semi kelas A pada perlakuan detasseling yaitu varietas Lokal Oesao yang mencapai 61.24%, sedangkan persentase tertinggi jagung semi kelas A pada perlakuan

Gambar

Gambar 1.   Beberapa Serangan Hama dan Penyakit pada Pertanaman Jagung Semi. (A) Belalang (B) Ulat Penggerek Tongkol (C) Ulat Penggerek Batang (D) Bulai (E) Hawar Daun (F) Karat Daun
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi
Tabel 6. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih Tongkol per Tanaman Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi
Tabel 7. Bobot Kotor per Tongkol dan Bobot Bersih per Tongkol  Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan besarnya debit yang akan diolah.. Standart Baku Mutu Industri Tekstil. Dengan karakteristik limbah seperti yang tercamtum diatas

Selanjutnya, dengan mendasarkan pada Permenakertrans Nomor 19/2012, timbul demo buruh secara nasional untuk merubah status hubungan kerja outsourcing bagi jenis pekerjaan (yang

Variabel penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang penggunaan media audio midi sebagai upaya peningkatan teknik vokal dalam materi bernyanyi

Dengan adanya informasi tentang Ratio Likuiditas, Rentabilitas, Financial Leverage dan Penilaian Klasifikasi Koperasi kita dapat memberikan gambaran atau kondisi keuangan

Penelitian ini menggunakan Skala Likert, Menurut (Sugiyono, 2008:93ü 1 ”Š•Š 1 ’”Ž›• 1 yaitu alat yang digunakan untuk mengukur jawaban dari Wajib Pajak Orang

Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis deskriptif untuk melihat nilai rerata hasil kemampuan metakognitif.

1) Bagi pelaku bisnis dalam meningkatkan ekspor dan impor. Model yang dihasilkan akan berguna untuk membuat strategi posisioning komoditas unggulan non-migas

- Peserta didik mampu menguji hasil konfigurasi VLAN pada cisco dengan terampil.. Alat,Media dan