• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN DALAM PANDANGAN ORANG MELAYU RIAU DISUSUN OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,MPd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN 1 PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPEMIMPINAN DALAM PANDANGAN ORANG MELAYU RIAU DISUSUN OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,MPd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN 1 PEKANBARU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEPEMIMPINAN DALAM PANDANGAN ORANG MELAYU RIAU DISUSUN OLEH

ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,MPd.

GURU BAHASA INDONESIA SMAN 1 PEKANBARU Alas Kata

Sebelum menguraikan fenomena yang terjadi di daerah Riau ini terlebih dahulu, penggagas secara mata batin, yaitu “ Kalau ilmu belum setampuk jagung, kalau akal belum selilit tunjuk, kok berjalan belum melampaui bendul rumah, kok makan belum habis sepiring, kok berguru dapat dihitung dengan jari”. Dengan kata lain, kalau ilmu pengetahuan dan pemahaman sebelum seberapa tetapi sebagai manusia yang berpikir dan berperasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT maka sepatutnyalah menyampaikan pandangan yang baik. Sebab apapun yang diciptakan Allah SWT semua mempunyai makna dalam kehidupan khususnya bagi pemimpin. “ Kok yang buta penghembus lesung, kok yang lumpuh penghalau ayam, kok pekak pembunyi bedil”. Fungsi kita di dunia ini, hanyalah sebagai menyampaikan yang benar. Soal dilaksanakan atau tidak bagi orang yang sudah mengetahui, itu urusan pribadi. Oleh sebab itu, penggagas meminta maaf kepada manusia baik kaum yang tua maupun kepada kaum yang muda dan meminta ampun kepada Allah SWT.

Dilihat dari nilai kepemimpinan Melayu dalam rangka meningkatkan budaya Melayu Riau ada yang perlu diubah, ada yang tak perlu diubah. Penggagas mengajak kita untuk merenung kembali tentang nilai kepemimpinan. Sebab ada pekerjaan rumah, yaitu apa yang disebut pemimpin? dan untuk apa pemimpin? serta bagaimana cara memimpin?. Karena nabi Muhammad SAW dalam memimpin bukan mempengaruhi

▸ Baca selengkapnya: apabila seseorang mengalami kemarahan sehingga hidupnya menderita dan sengsara orang itu dikuasai oleh sifat

(2)

2

orang lain untuk mencapai tujuan tertentu tetapi orang lain yang terpengaruh oleh tunjuk ajar-Nya. Dengan kata lain, nabi Muhammad SAW lebih menampakan akhlak-Nya bukan style-Nya atau gaya-Nya. Sebab merenung sesaat sebanding dengan sholat 70 tahun. Maksudnya, mengingat atau zikir kepada Allah SWT sesaat lebih bermakna kalau sholat tidak khusuk tetapi merenung sesat itu bukan meninggalkan sholat. Sholat itu tiang agama Islam. Allah SWT menilai amalan seseorang bukan dilihat dari bentuk orang tetapi keikhlasan seseorang dalam mendirikan sholat. Zaman sekarang, ujian atau musibah beruntun datangnya karena kalau mau berkiblat kepada Allah SWT adalah sholatnya tidak khusuk. Sebab fungsi sholat adalah mencegah kemungkaran dan maksiat. Kemungkaran itu adalah melanggar aturan-aturan atau janji Allah SWT dan maksiat adalah orang sekarang pada umumnya atau kecenderungan ingin membuka auratnya. Berjanji dengan Allah SWT tidak dapat ditawar-tawar seperti barang di pasar. Resikonya buka hanya di dunia saja diterima tetapi ada lagi resikonya di akhirat nanti.

Masalah kepemimpinan, terpulang kepada kita semua jawabannya. Sebab tunjuk ajar leluhur kita yaitu, “ Raja yang alim disembah dan raja yang zholim disanggah”. Maksudnya, kalau raja yang bekerja berdasarkan ilmu agama Islam oleh orang Melayu paling dihormati, dihargai, ditaati, dipatuhi. Sebaliknya, bagi pemimpin yang tidak menyimak dan tidak melaksanakan amanah dari Allah SWT menjadi caci maki oleh orang Melayu Riau.

Kebanyakan pemimpin jatuh dari kursinya kekuasaan itu bukanlah disebabkan oleh uang yang tidak ada. Kalau uang tidak ada masih dapat meminjam dan kalau beras untuk makan tida ada masih dapat meminta kepada orang (bangsa) tetapi

(3)

3

kalaulah unsur kepercayaan sudah hilang, lambat laun atau cepat atau lambat pemimpin itu pasti tidak berguna oleh rakyatnya untuk masa yang akan datang. Karena Allah SWT yang Mahatahu tentang alam yang nyata dan alam yang ghaib. Oleh sebab itulah, kita jangan terlalu latah terhadap ucapan karena dalil sudah dikodimkan oleh Allah SWT maka kita dalam ucapan haruslah melibatkan nama-Nya agar kita dalam kehidupan di dunia ini tidak terjadi kegelisahan dan ketakutan. Betapa banyak orang yang galau menghadapi kehidupan ini. Hidup ini, jangan takut menghadapinya. “Kalau takut digelombang jangan berumah di tepi pantai”. Menurut kajian ilmu filsafat, jangan gelombang itu yang dikritik tetapi cara kita membuat rumah di tepi pantai tersebut. Contoh, supaya tahan gelombang kita aduk semen dengan pasir satu banding satu ( 1:1 ) supaya tahan jangan ( 10:1). Gelombang buatan Allah SWT dan rumah itu hasil karya budaya kita. Jadi, ada hak Allah dan ada hak kita. Tidak selalu diserahkan semata-mata kepada takdir. Karena sudah Aku (Allah) tiupkan sebagian Ruhku ke dalam hatimu maka pergunakan dengan dengan baik. Karakteristik Pemimpin Menurut Pandangan Orang Melayu Riau

Karakteristik pemimpin saat ini ada 3 macam golongan, yaitu (1) Pemimpin sebagai penerus (2) Pemimpin sebagai terus-menerus, dan (3) Pemimpin tunggu terus. Artinya, pemimpin yang dinantikan rakyatnya adalah pemimpin sebagai penerus, maksudnya adanya regenerasi pemimpin. Sebab pola pemimpin yang tidak mau perubahan berarti tidak ada kemajuan. Untuk memilih pemimpin janganlah dilihat orangnya atau penampilannya tetapi lihatlah konsepnya. Dengan kata lain, janganlah dilihat manqolanya tetapi lihatlah makalahnya.

(4)

4

Pemimpin sebagai terus-menerus merupakan pemimpin yang tak mau mundur atau mengalah, kalau perlu sudah berpisah nyawa dengan tubuh barulah mencari penggantinya. Padahal, rakyatlah yang sebenarnya yang berkuasa bukan pemimpin karena pemimpin hanyalah mengkoordinir apa diperbuat oleh rakyat. Dulu, mencari dukungan suara dengan rakyat sekarang rakyat di dalam proses ditinggalkan. Hasilnya, rakyat tetap tidak menguntungkan. Jangan hanya tinggal slogan, “ Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “,

Menjadi pemimpin belum tentu menjamin berpendidikan tinggi tetapi pandai member nasihat, pendapat untuk mengatasi masalah sehingga berhikmah bagi masyarakatnya. UU. Hamidy dan Muktar Ahmad (1986), “ Walau banyak orang sukses sebagai intlektual setelah menjadi sarjana, tetapi sedikit sekali sarjana setelah jadi orang. Kenyataan, tujuannya hanya sekadar untuk kekuasaan dan kekayaan materi saja”. Dengan kata lain, “ Berapa banyak orang sarjana tetapi belum tentu menjadi orang”. Maka orang tua-tua mengatakan, “ Hati-hati sekolah Nak ! supaya menjadi orang “. Artinya, kalau tamat sekolah dapat berguna bagi masyarakat.

Pemimpin tunggu terus adalah pemimpin yang bernafsu untuk menduduki kursi yang diidolakannya. Sehingga dia berusaha memperoleh dukungan dari berbagai pihak serta sanggup terjun ke pelosok-pelosok kampung dalam rangka memenangkan kekuasannya tersebut. Inilah yang paling berbahaya dalam mengelola bangsa ini. Sebenarnya, secara praktis biarlah rakyat yang menetapkan keinginannya janganlah

(5)

5

digiring atau dipandu oleh pendukungnya. Akibatnya, kurang baik terhadap pemimpin itu.

Satu sisi, rakyat masih dalam suasana miskin, tugas pemimpin untuk mengurangi orang miskin itu bukan mengentaskan kemiskinan, ini tidak menyelesaikan masalah karena sifat orang miskin tidak akan hilang di muka bumi ini. Contohnya, di kota Pekanbaru masih banyak orang hidupnya meminta-minta di jalan-jalan raya baik yang dianggap layak hidupnya pun seolah-olah meminta juga kepada rakyat. Para pemuka masyarakat di kampung pun sudah mulai pudar nilainya dipandang oleh masyarakatnya karena tanah ulayat di jual kepada pemimpin zholim. Pemimpin zholim mendekati orang yang berpengaruh di kampung itu seperti kepala dusun, ninik mamak, orang bagak, dan ulama yang zholim pula.

Padahal, pancang orang Melayu Riau dalam bersikap dan bertindak berdasarkan, “Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Apapun aktivitas orang Melayu haruslah membasahi bibirnya dengan menyebut nama Allah SWT. Kalau paham makna membaca bismillah dijamin tidak akan hilang barang, tanah, kayu, air, angin, api, minyak, rotan, dan seluruh hasil bumi yang diciptakan Allah SWT untuk kebahagian dan kesejahteraan manusia. Kalau terjadi kehilangan sesuatu berarti tidak pernah melibatkan Allah SWT dalam segala kegiatan.

Maju atau tidak maju pembangunan di Riau ini, bergantung kepada niat baik pemimpin. Kata kuncinya adalah masalah nilai kepemimpinan seseorang. Orang tua kita, Bapak Tenas Effendy mengatakan, “ Bila pemimpin tahu diri ummat binasa rusaklah negeri. Ungkapan ini maksudnya apabila pemimpin tida tahu diri, tidak tahu

(6)

6

hak kewajibannya, tidak tahu tanggung jawabnya dan beban yang dipikulnya, tidak memiliki kemampuan untuk memimpin atau berbuat sewenang-wenang maka binasalah rakyat dan rusaklah negerinya.

Betapa besar pengaruh dan peranan pemimpin dalam menentukan nasib bangsa dan negara. Oleh karena itu, orang Melayu amatlah berhati-hati, hemat dan cermat dalam memilih dan menilai seseorang untuk dijadikan pemimpin orang Melayu memegang amanah nabi Muhammad SAW, yaitu menjadi pemimpin tidak boleh menonjolkan diri, biarlah rakyat yang menentukannya dan ambillah contoh pada diri Abu Nawas, setelah meninggal orang tuanya berarti kerajaan pastilah jatuh ketangan Abu Nawas, ternyata Abu Nawas tidak mau menerimanya karena tugas menjadi pemimpin itu berat maka Abu Nawas pura-pura gila sehingga digantikan oleh orang lain.

Nilai kepemimpinan sekarang adalah orang mendapat jabatan baru maka dia mengadakan syukuran, tidak seperti zaman dahulu, orang yang memegang jabatan itu menjadi menangis. Pejabat sekarang pada umumnya kaya duhulu barulah dia masuk penjara berbeda zaman dahulu masuk penjara dahulu baru kaya atau bahagia. Seperti Buya Hamka, Nelson Mandela(hadiah novel), Ir. Sukarno, Bung Hatta. Percaya atau tidak lihat sajalah di pengadilan itu satu demi satu sudah mulai bermunculan kepermukaan hukum Allah SWT. Padahal, jabatan itu hanya titipan Ilahi kepada manusia tetapi manusia menyalahgunakan titipan itu. UU. Hamidy (1986) ada tiga golongan kaum cerdik cendikia, yaitu (1) Kaum cerdik-cendikiawan dalam hidup dunia (2) Kaum cerdik-cendikiawan ilmu-ilmu

(7)

7

rahasia (dukun), (3) Kaum cerdik-cendikiawan yang berdasarkan ajaran Islam.

Dalam ungkapan adat Melayu dikatakan, “ Bila memilih tidak semenggah alamat ummat akan punah ranah”. Maksudnya adalah apabila yang dipilih adalah pemimpin yang tidak sempurna, tidak tepat, apalagi kelakuan tidak senonoh akan mengalami kebinasaan.

Pemimpin yang lazimnya disebut “ Orang yang dituakan “ adalah tokoh yang terpilih dan di tanam oleh masyarakatnya ( puak, kaum, suku, atau bangsanya) untuk memegang tali teraju pemerintah atau menjadi pucuk atau induk dalam kehidupan bermasyarakatnya, bangsa dan bernegara Pancasila. Sekarang pemimpin hanya dipakai istilah diangkat tentu maknanya tidak tumbuh dan berkembang untuk bangsanya tetapi kalau dipakai istilah ditanam maka hasilnya pasti tumbuh dan berkembang karena dicucuk kakinya ke bumi. Oleh sebab itu, orang tua-tua kita memakai istilah ditanam dalam memilih pemimpin selama lima tahun.

Dalam budaya Melayu, pemimpin itu banyak modelnya seperti pemimpin rumah tangga, dusun, kampung sampai pemimpin bangsa dan negara. Bidang kepemimpinan ini, bermula dari kekeluargaan, adat, agama, dan organisasi pemerintahan. Dalam ungkapan Melayu dikatakan, “ Yang disebutkan pemimpin banyaklah ragamnya, ada kecil dan ada besarnya, ada yang rendah, ada yang tinggi, ada pula letak tempatnya, yang rumah ada tiangnya, yang kampung ada pucuknya, yang negeri ada rajanya, bagai ayam ada induknya, bagaikan serai ada rumpunya”.

(8)

8

Betapa pentingnya pengaruh pemimpin dalam kehidupan orang Melayu maka pemimpin diberi kepercayaan, kekuasaan, dan tanggung jawabnya dalam memimpin umatnya tergambar dalam ungkapan dalam adat, “ Tangan diberi melenggang, kakinya diberi melangkah, lidahnya diberi berkata, supaya melangkah tidak terpepas, supaya melangkah tidak terdedat, supaya bercakap tidak terpekap”. Kepercayaan , kekuasaan, kebebasan itu tidaklah sewenang-wenang atau dipergunakan dengan cara yang tidak benar tetapi haruslah sesuai menurut acuan syarak ( ajaran Islam) , adat, budaya, dan norma-norma social yang dianut oleh masyarakatnya.

Dalam ungkapan adat dikatakan, “Kepercayaan jangan disia-siakan, kekuasaan jangan disalahgunakan, kebebasan jangan lantas angan. Kebebasan ada 2 macam yaitu kebebasan yang berbasis nilai Allah SWT dan kebebasan yang berbasis nilai nafsu/ setan bagi pemimpin hanya tinggal pilih saja. Jalannya sudah dibentangkan dua, kalau ke kanan menjadi selamat dan kalau belok ke kiri menjadi celaka.

Antara pemimpin dengan masyarakatnya tidaklah ada jurang pemisah, dan harus selalu bersebati, menyatu hidup bersama-sama pula. Dari sinilah diharapkan terwujudnya perpaduan persatuan dan kesatuan antara pemimpin dengan ummatnya yang disebut, “ Bersebati bagaikan mata putih dengan mata hitam, bersatu bagaikan air dengan tebing, berpadu bagaikan kuku dengan isi”.

Orang Melayu yakin bahwa pemimpin yang berkepribadian mulia maka akan mampu membawa ummatnya kepada kebahagian dan kesejahteraan. Sebaliknya

(9)

9

pemimpin yang rusak akhlaknya tentulah akan merusakan masyarakatnya dan negerinya, seperti ungkapan Melayu ( 2002: 2-5), “ Tuah ayam pada kakinya, tuah manusia pada baiknya, tuah kain pada tenunnya, tuah pemimpin pada santunnya, tuah Melayu elok marwahnya”. Dengan mengacu kepada akhlak baik atau buruk itu, orang Melayu membedakan pemimpin yang dapat ditaati atau diikuti.

Dari sisin lain, orang tua-tua memantangkan “ Menjilat ludah “. Maksudnya apa yang sudah dikrarkan dengan lidah dan dikukuhkan dalam hati, tanam melalui musyawarah/ mufakat , dikukuhkan dengan lidah dan perbuatan yaitu dalam upacara tertentu dan disaksikan oleh orang banyak.

Ungkapan Bapak Tennas Effendy tentang pakaian pemimpin terlihat dalam ungkapan Melayunya, yaitu:

Memakai syarak lahir dan batin. Imannya tebal adat pun kental

Takwanya nampak ilmu pun banyak. Berdada lapang berfikiran panjang Bermuka jernih berlidah fasih. Berpendirian kukuh berakal senonoh Berpijak tidak berkisar. Berpijak tidak berkisar

Bercakap tidak beralih. Beranisnya manahan uji Setianya tahan dicuba. Taatnya tahan dilipat

Tegaknya pada yang hak. Duduknya pada yang elok

Berbekal pada yang halal. Berpetua pada yang berfaedah. Berwasiat pada yang bermanfaat

Bercakap pada yang beradab. Berkata pada yang bermakna

(10)

10

Berkawan pada yang sejalan. Bersahabat pada yang bersifat Berguru pada yang tahu. Menuntut pada yang patut

Mencotoh pada yang senonoh. Meniru pada yang sejudu. Meneladan pada yang sepadan

Adil menjadi hakim. Bijak dalam bertindak. Cermat dalam melihat. Teliti dalam berjanji. Amanah dalam bersumpah

Tahu diri dengan perinya. Tahu duduk dengan tegaknya.Tahu alur dengan patutnya. Tahu berbudi arif memberi menenggang. Tahu merasa bijak berbicara Tahu membaca dalam isi. Tahu merasa bijak berbicara

Tahu membaca dalam gelita. Tahu menyimak dalam kemak. Tahu memandang masa datang. Tahu menengok hari esok

Tahu memelihara harta pusaka. Tahu menjaga harta soko

Tahu membela segala rakyatnya. Tahu menjaga kampung halamannya Tahu menyukat sama pepat. Tahu membagi sama isi

Tahu berjalan tidak melendan. Tahu melangkah tidak melapah Rela berlapang dalam sempit. Rela berbagi walau sedikit

Menjalankan tugas tahan beragas. Menjalankan amanah tahan dilapah.Menjalankan yang hak tahan diinjak.Menunaikan janji tahan dikeji.

Membela rakyat tahan dikerat. Membela bangsa tahan berseteru. Rajin beramal pantang menyesal. Rajin menolong pantang disanjung.

Sepadan amal dengan iman. Sepadan ilmu dengan kelakuan. Sepadan lidah dengan perbuatan. Sepadan takah dengan pakaian. Sepadan tokoh dengan bawaan.

Sepadan janji dengan isi. Sepadan kerja dengan upah. Sepadan harga dengan faedah. Sepadan tua dengan karenah. Sepadan muda dengan takah.

Di dalam majlis bermuka manis. Didalam helat duduk bersifat. Di dalam rumah beramah-tamah. Di dalam dusun tuntun- menuntun. Di dalam kampung tolong – menolong. Di dalam negeri beri – memberi. Di dalam kota rasam – merasa.

(11)

11

Selanjutnya, UU. Hamidy mengatakan dalam bukunya, “ Sebab itu pemimpin Melayu handaklah orang yang bermalu, sehingga dia mempunyai harga diri dalam pandangan masyarakatnya. Di Riau ini tidak ada ungkapan, “ Jangan malu-malu “ . Yang dipelihara ialah ungkapan, “ tidak bermalu “ ( 2003: 33 ).

Pemimpin zaman sekarang pada umumnya, kalau tersungkut kasus pidana atau dugaan pidana apabila diwawancara wajahnya tidak menampakan rasa bersalah atau rasa berdosa. Seolah-olah dia tidak ada masalah/ berdosa. Berarti dia lebih hebat dari para Nabi, yaitu nabi Adam sampai nabi Muhammad SAW semuanya mengakui adanya kezholiman terhadap Allah SWT. Maka doa-Nya para Nabi pasti terkabul. Sebab konsep Laa ilaaha illallaah untuk mengakui ada-nya Allah SWT itu, yang itu tidak ada. Betul-betul mengakui ada-Nya Allah itu dalam semua kegiatan kita tidak akan terjadi penyelewengan uang dan perkataan, dan tindakan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quranul Karim Surah An-nisa 4:103 yang artinya, “ Apabila kamu telah selesai sholat, maka hendaklah kamu mengingat Allah, baik ketika berdiri, duduk, maupun ketika kamu (berbaring ) di atas rusuk-rusukmu. Apabila kamu telah merasa aman, maka hendaklah kamu mendirikan sholat ( seperti biasa ), karena sesungguhnya sholat adalah suatu kewajiban yang telah ditentukan waktunnya bagi orang-orang yang beriman”.

Demikianlah tulisan dari orang awam ini, mudah-mudahan apa yang disampaikan ini membawa manfaat bagi kita semua. Akhirnya, hanya kepada Allah Swt juga kita memulangkan segala persoalannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhonya-Nya bagi bangsa kita dalam menatap hari depan yang lebih maju. “

(12)

12

Pekanbaru kota bertuah, kota Bangkinang kota serambi mekah, kalau ada kata yang salah, marilah kita minta ampun dan minta maaf dengan Allah Yang Maha Pemurah” Amin ya Rabbal-alamin. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Daftar Rujukan

Hasan, A. 2006. Al-Furqan Tafsir Al-quran. Jakarta: Universitas Al-Azhar Indonesia. Effendy, Tenas. 2002. Pemimpin dalam Ungkapan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka.

Hamidy, UU, dkk. 1986. Orang Patut. Pekanbaru: Bumi Pustaka.

______. 1997. Kebudayaan sebagai Amanah Tuhan. Pekanbaru: UIR Press

______. 2003. Jagad Melayu Dalam Lintasan Budaya di Riau. Pekanbaru: Bilik Kreatif Mahdini. 2000. Etika Politik Pandangan Raja Ali Haji dalam Tsamarat Al-Muhimmah.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya pengaruh adat istiadat dan budaya dapat bersinggungan dengan konsep keimanan atas suatu hal ghaib dalam agama. Sehingga pengaruh adat istiadat dan budaya

Kata ”ABSTRAK” haru s diketik dengan huruf-huruf besar tanpa tanda petik, diletakkan di tengah-tengah kertas berjarak 6 spasi dari pinggir atas pada halaman pertama abstrak.. Kata

Mutu pendidikan dapat optimal jika di dukung dengan kedisiplinan yang dibentuk atau dibangun sejak usia sekolah dasar karena dengan perilaku disiplin, anak

Penanggung jawab program penguatan peraturan perundang-undangan adalah Bagian Peraturan Perundang- Undangan, Biro H ukum dan Organisasi, Sekretariat Jenderal

Penaklukan-penaklukan yang terjadi pada masa Umar menyebabkan orang ramai- ramai memeluk agama Islam. Namun meskipun demikian tentu tidak ada paksaan terhadap mereka

Penelian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Komposisi rayap pada kebun gambir di Kanagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten

Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, berbagai warisan budaya di Kabupaten Agam dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu warisan budaya (1) bersifat

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pola asuh orang tua yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional, dan untuk mengetahui