• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN ACCEPTANCE OF DATING VIOLENCE PADA DIRI PEREMPUAN DEWASA MUDA KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN ACCEPTANCE OF DATING VIOLENCE PADA DIRI PEREMPUAN DEWASA MUDA KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN DI JAKARTA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN

DENGAN ACCEPTANCE OF DATING

VIOLENCE PADA DIRI PEREMPUAN

DEWASA MUDA KORBAN KEKERASAN

DALAM PACARAN DI JAKARTA

Marsha Ramadita

Jurusan Psikologi Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara

Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480. Telp. (62-21) 532 7630

marsharamadita@yahoo.com Esther Widhi Andangsari M. Psi., Psi.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety with acceptance of dating violence in young adulthood women dating violence victim in Jakarta. Subjects in this study were young adult woman who is a student, at the age of 18 years to 22 years old who had been in a dating violence relationship for at least 6 months and living in Jakarta. This research is a quantitative non-experimental research and uses non propability snowball sampling technique. Measuring instrument used is STAI (State Trait Anxiety Inventory) by Spielberger, Gorsuch, Lushene, Vagg, & Jacobs in 1983. The second measurement tool is Acceptance of Dating Violence by the researchers by using the concept of acceptance of Kaura in 2007. Analysis of the data in this study using the Product Moment Pearson Correlation. The results showed that the value of correlation is (r) 0.430 with significant values (p) 0.004. This means that there is a significant relationship with positive direction between anxiety with acceptance of dating violence in young adulthood women dating violence victim in Jakarta.

Keywords: Anxiety, Acceptance of Dating Violence, Dating Violence

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa muda yang berprofesi sebagai mahasiswi dengan usia 18 tahun sampai dengan 22 tahun yang telah menjalin hubungan yang terdapat kekerasan di dalamnya selama minimal 6 bulan pacaran dan berdomisili di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental yang menggunakan teknik non propability sampling dengan teknik snowball. Alat ukur yang digunakan adalah STAI (State trait Anxiety Inventory) yang dikonstruk oleh Spielberger, Gorsuch, Lushene, Vagg, & Jacobs pada tahun 1983. Alat ukur yang kedua adalah Acceptance of Dating Violence yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dengan menggunakan konsep acceptance dari Kaura pada tahun 2007. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) 0.430 nilai signifikansi (p) 0.004. Artinya terdapat hubungan yang positif antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta.

(3)

PENDAHULUAN

Semakin sering masyarakat mengetahui dan mendengar berita mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang mengetahui perihal kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP) atau Dating Violence.

Pacaran (dating) dimulai dari berkenalan, berteman dan kemudian pacaran (Tucker, 2004). Pacaran atau dating didefinisikan sebagai interaksi dyadic, termasuk didalamnya adalah mengadakan pertemuan untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama dengan keinginan secara eksplisit atau implisit untuk meneruskan hubungan setelah terdapat kesepakatan tentang status hubungan mereka saat ini (Straus, 2004).

Terdapat beberapa fungsi dating dalam kehidupan seseorang, yaitu rekreasi dan hiburan, meningkatkan status, belajar bersosialisasi, kesempatan eksplorasi, dan salah satu cara untuk memilih pasangan hidup (Green dalam DeGenova, 2008). Cate & Lloyd, dalam DeGenova tahun 2008 berpendapat bahwa masa pacaran (dating) penting untuk dilalui karena tujuan dari dating itu sendiri adalah saling mengenal pasangan lebih lanjut, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah.

Dilihat dari pernyataan di atas, timbul anggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar. Pemuda-pemudi juga merasa kalau tidak memiliki pacar rasanya tidak lengkap. Ada di antara mereka yang baru putus cinta dalam waktu 2 hingga 3 bulan saja sangat ingin memiliki pacar lagi. Namun ternyata pada kenyataannya tidak semua hubungan pacaran merupakan hubungan yang harmonis penuh keindahan dan kegembiraan. Terbukti dari wawancara singkat yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu korban kekerasan dalam pacaran sebagai sebuah studi awal.

KDP merupakan salah satu bentuk dari tindakan kekerasan terhadap perempuan. Sedangkan definisi kekerasan terhadap perempuan itu sendiri, menurut Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994 pasal 1, adalah “Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang

berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.” (Komnas Perempuan, 2002).

Kasus kekerasan dalam pacaran masih cukup tinggi, baik itu yang bersifat psikologis maupun fisik. Berdasarkan catatan Rinaldi (2008), kekerasan pada perempuan berada pada urutan kedua setelah kekerasan terhadap istri. Data kasus kasus kekerasan terhadap pacar yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 1994 hingga tahun 2007 mencapai 703. Jumlah ini lebih rendah dibanding kekerasan terhadap istri yang mencapai 2.425. Kasus kekerasan pada perempuan lainnya adalah perkosaan sebanyak 281 kasus dan pelecehan seksual sebanyak 174 kasus. Pada tahun 2007 tercatat ada 37 kasus kekerasan dalam pacaran, sedangkan hingga bulan November tahun 2008 ada 19 kasus.

Statistik Mitra Perempuan (2010) memaparkan bahwa pada tahun 2011 (hingga 10 Desember) di Jabodetabek, mencatat bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan terbanyak dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai relasi perkawinan dengan perempuan yang menjadi korbannya. Diantaranya, suami, mantan suami, orang tua, anak, bahkan saudara atau kerabat. 90,43% dari 209 kasus kekerasan yang dialami perempuan tersebut merupakan kasus KDRT. 75,60% (158 orang) pelakunya adalah suami, 6,70% (14 orang) pelakunya adalah mantan suami, 8,13% orangtua/anak/saudara (17 orang). Terdapat juga 9.09% pelaku adalah pacar atau teman dekat. Dapat dilihat bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pacar atau teman dekat (9.09%) merupakan kekerasan urutan tertinggi kedua setelah kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami (75,60%). Sembilan dari 10 perempuan yang melaporkan kasus kekerasan dalam pacaran terhadap Mitra Perempuan, mengalami dampak kekerasan terhadap kesehatan jiwa (mental health) termasuk seorang mencoba bunuh diri. Selain itu dampak lainnya ialah pada kesehatan fisik (35,41%) dan kesehatan reproduksi (1,44%).

(4)

US Departement of Justice Statistics (2012) mengatakan bahwa, anak perempuan dan

perempuan yang berada di antara usia 16 tahun dan 24 tahun termasuk dalam tingkat tertinggi yang mengalami kekerasan dari pasangan intimnya. Satu dari 5 anak perempuan sekolah menengah atas secara fisik atau seksual terluka oleh pasangan mereka. Hanya 33% dari remaja yang diketahui dan melaporkan tentang kekerasan yang mereka alami di dalam hubungan. Ironisnya, 82% orang tua dari remaja tersebut tidak mengetahui bahwa terjadi kekerasan dalam hubungan pacaran anak mereka (Women’s Health, 2004).

Kekerasan yang dialami perempuan sangat banyak bentuknya, baik yang bersifat psikologis, fisik, seksual maupun yang bersifat ekonomis. Seperti yang dipaparkan oleh Komnas Perempuan (2002), bentuk-bentuk kekerasan ini hadir dalam seluruh jenis hubungan sosial yang dijalani seorang perempuan, termasuk dalam hubungan pacaran.

Bentuk-bentuk kekerasan fisik yang terjadi dalam konteks relasi personal yang dialami perempuan mencakup, antara lain, tamparan, pemukulan, penjambakan, pendorong-dorongan secara kasar, penginjak-injakan, penendangan, pencekikan, lemparan benda keras, penyiksaan menggunakan benda tajam, seperti pisau, seterikaan, serta pembakaran. Bentuk-bentuk penyiksaan psikologis yang dialami perempuan mencakup makian dan penghinaan yang berkelanjutan untuk mengecilkan harga diri korban, bentakan dan ancaman yang diberi untuk memunculkan rasa takut, larangan ke luar rumah atau bentuk-bentuk pembatasan kebebasan bergerak lainnya (Komnas Perempuan, 2002).

Kasus yang nampak hanya kasus-kasus yang dilaporkan atau tanpa sengaja terbukti dan diketahui. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi namun banyak hal yang membuatnya tidak muncul ke permukaan salah satunya adalah karena tidak dilaporkan (Women’s Health, 2004). Korban dan pelaku berusaha menutupi fakta yang ada dengan berbagai cara atau dalih, walaupun terkadang tanpa sengaja terungkap. Hanya 33% dari korban yang mengakui bahwa terdapat kekerasan dalam hubungan pacaran mereka (US Departement of Justice Statistics, 2012).

Kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran kerap terjadi disebabkan karena korban menerima diperlakukan dengan kasar oleh pasangannya. Acceptance atau penerimaan terhadap kekerasan yang dialami korban memiliki pengertian yang sama dengan sikap seseorang yang membenarkan atau toleransi terhadap kekerasan itu sendiri (Foshee et al., 1992 dalam Kaura & Lohman, 2007; Kaura, Lohman, & Scnurr, 2010). Namun menurut Kaura & Lohman (2007), sedikit penelitian yang meneliti mengenai pengaruh acceptance of dating violence pada korban kekerasan dan masalah kesehatan mental. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk meneliti hal tersebut ialah penelitian yang dilakukan oleh Jackson et al. (2000, dalam Kaura & Lohman, 2007) yang fokus melakukan penelitian terhadap perempuan, dikarenakan perempuan lebih rentan mengalami kekerasan dibandingan dengan laki-laki. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat penerimaan kekerasan dan tingkat kesehatan mental korban. Artinya, jika seseorang adalah korban kekerasan kencan dan menerima diperlakukan dengan kasar, disimpulkan kesehatan mental mereka (depresi, kecemasan, dan somatik) terganggu.

Masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan adalah depresi (Riger et al., dalam Goodkindet al., 2003). Carlson et al. (2003) melaporkan bahwa korban yang mengalami kekerasan lebih dari empat kali, lebih mungkin untuk melaporkan depresi yang dialaminya dibandingkan orang yang tidak mengalami kekerasan sama sekali. Masalah kesehatan mental yang paling umum kedua yang terjadi dan telah dikaji adalah anxiety (kecemasan). Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa korban kekerasan pacaran melaporkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari kecemasan yang dialami oleh orang biasa yang tidak mengalami kekerasan dalam pacaran. Cascardi et al. (1995), yang memeriksa korban mahasiswa dalam hubungan pacaran mereka, menemukan bahwa 10% melaporkan tingkat kecemasan yang signifikan. Carlson et al.(2003) menemukan bahwa lebih dari seperempat dari para korban kekerasan dalam pacaran dalam penelitian mereka telah mengalami tingkat kecemasan yang signifikan. Masalah kesehatan mental yang ketiga adalah gejala somatik. Gejala tersebut biasanya meliputi perubahan berat badan, sakit perut, sakit kepala, dan kegelisahan atau pusing (Coker et al., 2002). Gejala somatik cenderung tumpang tindih dengan gejala depresi dan kecemasan. Sebagai contoh, Kimerling & Calhoun (1994) menemukan bahwa tekanan psikologis dan keluhan somatik sering tumpang tindih dengan gejala depresi dan kecemasan pada korban perkosaan. Didukung dengan hasil penelitian

(5)

Kaura & Lohman (2007) yang menyebutkan bahwa kecemasan dan somatis yang berdampak paling signifikan diantara 3 gelaja tersebut.

Patut diketahui bahwa kekerasan dalam pacaran, bagaimanapun bentuknya, adalah suatu hal yang tidak pantas terjadi. Hubungan yang terdapat kekerasan di dalamnya tidak hanya menghambat kesejahteraan pasangan, tapi juga dapat membahayakan kesejahteraan pasangan (Whitson & El-Sheikh 2003). Sebagai manusia kita memiliki hak asasi untuk hidup tenang, aman, dan damai. Kekerasan harus dilaporkan, dengan demikian pelaku dapat mendapatkan penanganan yang tepat (konseling dan terapi) begitu pula dengan korban. Selain itu, dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa membuka pemikiran siapapun yang membacanya dan membuat mereka yang membacanya tidak memandang sebelah mata perihal kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran pada masa kini dan pelaku maupun korban harus ditangani secara khusus dan sesegera mungkin.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara kecemasan dengan acceptanceof dating violencepada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta?”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai hubungan antara kecemasan dengan

acceptanceof dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di

Jakarta.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian dan Tehnik Sampling Karakteristik subjek penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa muda yang berusia 18-22 tahun berprofesi sebagai mahasiswi, menjalin hubungan pacaran dalam jangka waktu minimal 6 bulan, mengalami tindakan kekerasan dalam pacaran (kekerasan fisik dan kekerasan psikologis), dan berdomisili di Jakarta.

Setting lokasi penelitian

Pengambilan data uji coba kuesioner Acceptance of Dating Violence dilakukan pada tanggal 5 Juli 2012 hingga 12 Juli 2012 yang dimulai pada pukul 11.00 sampai dengan pukul 15.00. Pengambilan data dilakukan di berbagai tempat. Seperti di kampus tempat responden berkuliah, di rumah responden, dan di tempat makan suatu pusat perbelanjaan. Pada saat penelitian lapangan, pembagian kuesioner dimulai dari tanggal 15 Juli 2012 higga 18 Juli 2012 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 19.00 dan berlokasi di kampus tempat responden berkuliah dan di rumah responden.

Tehnik sampling

Metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah non probability sampling. Non

probability sampling merupakan teknik sampling yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap

unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel (Nasution, 2006). Peneliti menggunakan teknik

non-probability sampling berjenis snowball yang merupakan teknik sampling yang semula berjumlah kecil

kemudian anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya (Riduwan, 2003).

(6)

Pada tahap pertama, peneliti memperoleh responden sejumlah 35 orang yang mengaku mengalami kekerasan dalam pacaran. Kemudian pada tahap kedua peneliti kembali menyebarkan kuisioner kepada 35 orang lainnya secara umum dalam rangka untuk menambah jumlah responden. Lalu peneliti melakukan pemilahan terhadap responden tersebut hanya yang mengalami kekerasan dalam pacaran saja yang ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasilnya diperoleh 9 orang yang menjadi responden berdasarkan pemilahan tersebut. Sehingga total responden yang diperoleh melalui teknik snowball sebanyak 44 orang responden.

Desain penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian yang menjunjung tinggi objektifitas, keseragaman, positivisme, verifikasi, pengamatan, dan pengukuran (Purwanto, 2007). Selanjutnya Purwanto mengatakan bahwa kebenaran dari penelitian kuantitatif merupakan realitas yang tampak sebagaimana didefinisikan oleh peneliti.

Menurut kehadiran variabelnya, penelitian ini bersifat non-eksperimen karena peneliti tidak melakukan manipulasi setting penelitian karena variabel yang hendak diteliti telah ada saat penelitan dilakukan. Peneliti tidak dapat memanipulasi keadaan karena faktanya telah terjadi (Purwanto, 2007).

Alat ukur penelitian

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur untuk mengukur kecemasan dan penerimaan terhadap kekerasan. Kecemasan diukur dengan menggunakan alat ukur State Trait Anxiety Inventory (STAI) yang dikonstruk oleh Spielberger dkk pada tahun 1983. Pada peneltian ini, peneliti hanya akan meneliti dengan menggunakan alat ukur kecemasan trait. Sedangkan untuk mengukur penerimaan terhadap kekerasan dalam pacaran, peneliti menggunakan alat ukur Acceptance of Dating Violence yang dikonstruk sendiri oleh peneliti.

Uji reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur adalah menggunakan uji reliabilitas sekali ukur (one shot) yang terdiri dari uji konsistensi butir (internal) multi bagian dengan menggunakan Cronbach’s Alpha, dikarenakan instrumen kedua alat ukur berbentuk skala Likert (Nisfiannoor, 2009).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas alat ukur STAI formulir X-2 (trait) menunjukkan nilai sebesar 0.891 dengan total 20 buah

item. Alat ukur kedua yaitu Acceptance of Dating Violence memperoleh hasil reliabilitas sebesaar 0.752

dengan total 26 item. Nilai reliabilitas dari kedua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam klasifikasi nilai reliabilitas tinggi menurut Guilford (1978).

Pengukuran variabel penelitian

Pengukuran variabel penelitian ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah untuk

karakteristik responden (usia, jangka waktu menjalin hubungan pacaran, frekuensi kekerasan fisik, dan frekuensi kekerasan psikologis), distribusi skor variabel, dan uji mean antara kecemasan trait dan

acceptance of dating violence.Sedangkan bagian kedua adalah pengukuran variabel kecemasan trait dan acceptance of dating violence.

Prosedur

Persiapan penelitian

Langkah pertama, peneliti membuat rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, mulai dari masalah yang akan dibahas, peneliti mengkaji teori yang mendukung penelitian, kemudian membuat kerangka berpikir agar dapat lebih fokus dalam membuat hipotesis. Baik itu hipotesis penelitian, maupun hipotesis statistik. Selanjutnya, peneliti membuat desain penelitian yang terdiri dari cara pengambilan sampel, penetapan sampel, instrumen penelitian, alat pengukuran yang digunakan serta metode analisis yang akan digunakan.

(7)

Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari, dimana saat itu peneliti menunggu persetujuan jurusan terlebih dahulu akan proposal yang diajukan oleh peneliti. Pengambilan data uji coba kuesioner

Acceptance of Dating Violence dilakukan pada tanggal 5 Juli 2012 hingga 12 Juli 2012 yang dimulai pada

pukul 11.00 sampai dengan pukul 15.00. Saat penelitian lapangan, pembagian kuesioner dimulai dari tanggal 15 Juli 2012 higga 18 Juli 2012 pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 19.00.

Tehnik pengolahan data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan teknik pengolahan data statistik dengan melakukan uji koefisien korelasi metode Product Moment Pearson. Menurut Priyatno (2010), Product Moment Pearson digunakan untuk memproses data yang berbentuk interval guna menjawab rumusan masalah, hipotesis penelitian, serta hubungan antar kedua variabel yang diteliti.

HASIL DAN BAHASAN

Hasil Uji Hipotesis

Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, dilakukan uji hipotesis korelasional. Uji korelasional ini menggunakan uji Pearson dikarenakan data yang ada adalah data interval. Di bawah ini terdapat hipotesis penelitian yang akan diuji, dan tabel nilai kasifikasi korelasi yang digunakan untuk melihat kuat tidaknya hubungan dari kedua variable penelitian:

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda

korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda

korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta.

Di bawah ini peneliti sajikan tabel klasifikasi nilai korelasi untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel:

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Korelasi

Nilai Keterangan

>0-0,25 Korelasi Sangat Lemah >0,25-0.5 Korelasi Cukup >0,5-0,75 Korelasi Kuat >0,75-0,99 Korelasi Sangat Kuat Sumber: Sarwono, 2012.

(8)

Tabel 2. Nilai Korelasi Pearson Correlations SkorTotalTrait SkorTotalACC SkorTotalTrait Pearson Correlation 1 .430 ** Sig. (2-tailed) .004 N 44 44 SkorTotalACC Pearson Correlation .430 ** 1 Sig. (2-tailed) .004 N 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data Penelitian 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai korelasi Pearson antara variabel kecemasan trait dengan variabel acceptance of dating violence sebesar 0.430. Menurut Sarwono (2012) apabila nilai korelasi (r)>0,05 maka hubungan antara variabel dikatakan kuat dan apabila nilai korelasi (r)<0,05 maka hubungan antara variabel dikatakan lemah. Dari hasil korelasi yang didapatkan adalah korelasi positif antara dua variabel, korelasi yang terjadi dikatakan cukup kuat, dikarenakan nilai (r)>0.05, yaitu 0.430>0.05 yang artinya terdapat hubungan positif antara kedua variabel, yaitu jika kecemasan meningkat maka acceptance of dating violence juga akan meningkat, begitu pula dengan sebaliknya.

Sedangkan untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, dilihat dari nilai signifkannya. Apabila nilai signifikan (p)>0.05 maka H0 diterima dan apabila nilai signifikansi (p)<0.05 maka H0

ditolak. Oleh karena nilai signifikansi (p)=0.004<0.05, maka H0 ditolak yang mengartikan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kecemasan trait dengan acceptance of dating violence pada korban kekerasan dalam pacaran.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ialah terdapat hubungan yang signifikan dengan arah yang positif antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta. Dimana hal tersebut mengartikan bahwa, apabila seseorang individu memiliki tingkat kecemasan trait yang tinggi, maka ia memiliki karakteristik yang menganggap sebagian besar situasi yang terjadi dalam hidupnya sebagai sesuatu yang sangat berbahaya dan mengancam, dan sangat perduli terhadap kritik dan komentar orang lain terhadap diri mereka. Individu tersebut juga termasuk dalam orang-orang yang memiliki tingkat acceptance of dating violence yang tinggi. Dimana mereka menerima diperlakukan kasar oleh pasangannya dan tak mampu melawan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan responden pada penelitian ini merupakan responden yang memang mengalami kecemasan.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jackson et al. (2000, dalam Kaura & Lohman, 2007) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat penerimaan kekerasan dan tingkat kesehatan mental korban. Artinya, jika seseorang adalah korban kekerasan kencan dan menerima diperlakukan dengan kasar, disimpulkan kesehatan mental mereka (depresi, kecemasan, dan somatik) terganggu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan acceptance of dating

violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta. Dapat diketahui

(9)

Artinya, apabila kecemasan trait meningkat, maka acceptance of dating violence juga akan semakin meningkat, begitu pula dengan sebaliknya.

Responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa muda yang berusia 22 tahun (43.2%) dan responden yang paling sedikit jumlahya ialah yang berusia 19 tahun (4.5%).

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya :

1. Dapat dilakukan penelitian yang serupa dengan dengan skala populasi dan responden yang lebih besar agar dapat lebih menggambarkan hubungan antara kecemasan dengan acceptanceof dating

violence pada diri perempuan dewasa muda korban kekerasan dalam pacaran di Jakarta. Untuk

mendapatkan kejelasan populasi dan responden yang lebih banyak, ada baiknya apabila penelitian selanjutnya melakukan kerja sama dengan LSM yang menangani korban kekerasan dalam pacaran.

2. Selain melihat dari sisi korban, penelitan selanjutnya diharapkan dapat meneliti si pelaku kekerasan dalam pacaran, agar semakin melengkapi penelitian sebelumnya. Faktor-faktor apa sajakah yang membuat pelaku melakukan tindak kekerasan dalam hubungan pacaran.

3. Penelitian lain juga bisa mencari tahu apakah terdapat hubungan antara keintiman seksual dengan penerimaan terhadap kekerasan dalam hubungan pacaran oleh korban.

(10)

REFERENSI

Andri, Dewi, Y. (2007). Jurnal Majelis Kedokteran Indonesia.Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan. 57,7. Diambil padat anggal 4 April 2012, dari http://www.researchgate.net/publication/ 210277782_Anxiety_Theory_Based_On_Classic_Psychoanalitic_and_ Types_of_ Defense_Mechanism_To_Anxiety

Campbell, T. E., Lindhorst, T., Huang, B., Walters, K. L. (2006). American Journal of Public

Health. Interpersonal violence in the lives of urban American Indian and Alaska native women: implications for health, mental health, and help-seeking.8, 1416. Diambil dari, ProQuest Education Journal Database

Carlson, B. E., McNutt, L. A., & Choi, D. Y. (2003). Journal of Interpersonal Violence. Childhood and adult abuse among women in primary health care: Effects on mental health. 18, 924-941. Diambil dari, ProQuest Education Journal Database

Carlson, B. E.,McNutt, L. A., Choi, D. Y.,& Rose, I.M. (2002). Violence Against Women. Intimate partner abuse and mental health: The role of social support and other protective factors., 8,720–745.Diambil dari, ProQuest Education Journal Database

Cascardi, M., O’Leary, K. D., Lawrence, E. E., &Schlee, K. A.(1995). Journal of Consulting and Clinical Psychology. Characteristics of women physically abused by their spouses and Who seek treatment regarding marital conflict. 63, 616–623. Diambildari, ProQuest EducationJournal Database

Coker, A. L., et al. (2002). American Journalof Preventive Medicine. Physical and mental health effects of intimate partner violence for men and women. 23, 260–268. Diambil dari, ProQuest EducationJournal Database

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2004). Abnormal Psychology (9th ed.). United States of America: John Wiley & Sons, Inc

De Genova. (2008). Intimate Relationship, Marriage and Families. New York: McGraw Hill Feeney, J., Noller, P. (1996). Adult Attachment. California: Sage Publications, Inc

Goodkind, J. R., Gillum, T. L., Bybee, D. I., & Sullivan, C. M. (2003).Violence Againts Women. The Impact of Family and Friends, Reactions on The Well Being of Women With Abusive Partners.9, 347-373. Diambildari, ProQuest Education Journal Database Gravetter, F. J., Forzano, L. A. (2009). Research Methods for The Behavioural Science

(4th ed.). Canada: Wadsworth Cengage Learning

Guilford, J. P. (1978). Fundamental Statistic in Psychology and Education (6th ed.). Singapore: McGraw-Hill Book Company

Hall, C. S., Linzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Supratiknya, A. (Eds.) Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, Elisabeth, B. (2004). Psychology Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indria, K., Nindyati, A. D. (2007). Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective Remaja. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

(11)

Kaura S. A., Lohman, B. J., (2007). J Fam Viol. Dating Violence Victimization, Relationship Satisfaction, Mental Health Problems, and Acceptability of Violence :A Comparison of Men and Women. DOI: 10.1007/s10896-007-9092-0. 22, 367-381.Diambildari, ProQuest Education Journal Database

Kaura,S. A., Lohman, B. J., Scnurr, M. P. (2010). Violence and Victims.Variation in Late Adolescents Reports of Dating Violence Perpetration: A Dyadic Analysis. DOI: 10.1891/0886-6708.25.1.84, 25, 1. Diambildari, ProQuest Education Journal Database Kimerling, R., & Calhoun, K. S. (1994). Journal of Consulting and Clinical Psychology. Somatic

symptoms, socialsupport, and treatment seeking among sexual assault victims. 62, 333 340. Diambildari, ProQuest Education Journal Database

Komnas Perempuan. (2002). Peta Kekerasan: Pengalaman Perempuan Indonesia. Jakarta: Ameepro.

Kusumastuti, E. D. (2012, Maret 19). Flashmob Hits Without Violence Libatkan 3.000 Anak Muda. Suara Pembaruan. Diambil pada tanggal 26 Maret 2012, dari

http://www.suarapembaruan.com/home/flashmob-hits-without violence-libatkan-3000-anak-muda/18213

Mulford, C., Giordano, P. C. (2009). National Institute of Justice Journal. Teen Dating Violence: A Closer Look at Adolescent Romantic Relationships. 261, 88-92. Diambilpadatanggal 8 Agustus 2011, dari, http://www.nij.gov/journals/261/teen-dating-violence.htm Nasution. (2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern. Jakarta: Salemba Humanika.

O’Keefe, M., &Treister, L. (1998). Violence Against Women. Victims of dating violence among high school students: Are the predictors different for males and females?. 4, 195–223. Diambil dari, ProQuest Education Journal Database

Papalia, D. R., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2007). Human Development (10th ed.). New York: McGraw-Hill International Edition.

Poerwandari, K. (2006). Penguatan Psikologis untuk Menanggulangi Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Kekerasan Seksual. Universitas Indonesia: Kajian Wanita Program Pascasarjana.

Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS, Analisis Statistik Data. Yogyakarta: MediaKom. Purwanto.(2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Riduwan. (2003). Dasar Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Rinaldi, I. (2010, Januari 4).Duh...Kasus Kekerasan Pacaran Meningkat. Diambil pada tanggal 29 Maret 2012 dari http://nasional.kompas.com/read/2010/01/04/19295445/

Duh....Kasus.Kekerasan.Pacaran.Meningkat

Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Sarwono, J. 2012.Metode Riset Skripsi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo.

Speilberger.(2004). Comperensive Handbook of Psychological Assessment Volume 2. Hersen, M. J., Segal, D. L. (Eds.). United State of America : John wiley& Sons, Inc

(12)

Speilberger. (2003). Handbook of Psychological Assessment (4th ed.). Marnat, G., G. (Eds.) United States of Americs: John Wiley & Sons Inc

Statistik Mitra Perempuan. (2010). StatistikCatatanTahunan. Indonesia. Diambil dari Situs Mitra Perempuan: http://perempuan.or.id/

Straus, A.M. (2004). Journal of Violence Against Woman. Prevalence of Violence Against Dating Partners by Male and Female.8, 163-199. DiambilpadaMaret 10, 2012 dari http://pubpages.unh.edu/~mas2/ID16.pdf

Supardi.(2007). PenelitianTindakanKelas. Jakarta: PT.BumiAksara

Tucker (2004).Dating, Love, Marriage And Sex.DiambilpadaMaret 10, 2012 dari http://www.psychologicalselfhelp.org/Chapter10.pdf

Tolman, R. M., Rosen, D. (2001). Violence Againts Women.Domestic Violence in the Lives of

Women Receiving Welfare Mental Health, Substance Dependence, and Economic Well-Being. 7, 141-158. Diambildari, ProQuest Education Journal Database

US Departement of Justice Statistics.(2012). Teen Dating Violence Survey. United States of America, Liz clairbone. Diambil dari http://labmf.org/facts/statistics

Werdiono, D. (2004, Desember 13).1.663 Perempuan Jateng Jadi Korban Kekerasan. Suara

Merdeka. Diambil pada tanggal 29 Maret 2012, dari http://www.suaramerdeka.com/ harian/ 0412/13/kot09.htm

Whitson, S., & El-Sheikh, M. (2003). Aggression and Violent Behavior. Marital conflict and health: Processes and protective factors., 8, 283–312.Diambil dari, ProQuest Education Journal Database

Womens Health. (2004). Violence Againts Women. United States of America. Diambildari http://www.womenshealth.gov

RIWAYAT PENULIS

Marsha Ramadita lahir di Surabaya pada 24 Maret tahun 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2012.

Gambar

Tabel 2. Nilai Korelasi Pearson  Correlations  SkorTotalTrait  SkorTotalACC  SkorTotalTrait  Pearson  Correlation  1  .430 ** Sig

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu bentuk bahan bakar baru, briket merupakan bahan yang sederhana, baik dalam proses pembuatan ataupun dari segi bahan baku yang digunakan, sehingga

Dalam kerendahan hatiNya, Allah yang penuh kasih telah meninggalkan kemuliaan Sorga untuk menjadi serupa dengan manusia dalam diri Yesus Kristus.. Dengan penuh

Adapun pengertian penempatan menurut Suwatno (2003:138) mendefinisikan bahwa Penempatan karyawan adalah untuk menempatkan karyawan sebagai unsur pelaksana pekerjaan pada

Ajeng (2012) mengemukakan ada 4 fungsi layanan dalam bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Fungsi Pemahaman, memahami secara obyektif karateristik, potensi, dan

Dengan variasi pengambilan sampel dan variasi diameter kolom yang digunakan, dapat dilihat bahwa semakin dekat jarak dan semakin besar diameter kolom yang digunakan

Pada kasus ini, pasien mengalami mual dan muntah, pasien diberikan antiemetik untuk mengatasi terjadinya mual dan muntah, menurut guideline terapi untuk menangani mual

Penelitian ini mencoba membahas 3 masalah yaitu pelaksanaan pemenuhan hak untuk mendapat pendidikan dan pengajaran terhadap anak didik pemasyarakatan, hambatan-hambatan yang ditemui

Pada sisi yang lain, globalisasi di bidang kultur, politik, ekonomi, pengetahuan---meskipun fenomena ini tidak bisa diidentikkan dengan imperialisme atau bentuk