• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN BEBERAPA BAHAN BAKU LOKAL DALAM PAKAN PEMBESARAN

UDANG VANAME (

Litopenaeus vannamei)

Kamaruddin*, Muslimin, Usman dan Asda Laining Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

*E-mail: siganus007@yahoo.com Abstrak

Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tambak udang adalah memanfaatkan bahan baku lokal untuk pakan udang vaname, Litopenaeus vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kinerja pertumbuhan udang vaname yang diberi pakan dengan menggunakan beberapa bahan baku lokal. Wadah penelitian yang digunakan berupa 6 bak beton berukuran 2,0 m x 1,5 x 1,8 m3 dan diisi dengan air laut sebanyak 3 ton. Udang vaname dengan bobot awal rata-rata 4,8 g ditebar dengan kepadatan awal 400 ekor bak. Pakan uji yang dicobakan adalah 2 pakan berbahan baku lokal dan 1 pakan komersil sebagai kontrol, masing-masing 2 ulangan dan didisain dengan rancangan acak lengkap. Udang tersebut dipelihara selama 45 hari dengan dosis pakan harian 4 – 3% secara menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot akhir dan laju pertumbuhan harian udang lebih rendah (P<0,05) pada pemberian ke dua pakan berbasis bahan baku lokal tersebut dibandingkan pakan kontrol. Namun efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, dan sintasan udang relatif sama untuk semua perlakuan. Kedua jenis pakan berbahan baku lokal tersebut dapat digunakan sebagai pakan alternatif, khususnya untuk budidaya udang vaname secara tradisional plus.

Kata kunci : bahan baku lokal, pakan, pembesaran, udang vaname Pengantar

Pakan merupakan salah satu faktor kunci dalam kegiatan budidaya perikanan, dan kontribusinya dapat mencapai 70% dari total biaya produksi pada kegiatan budidaya intensif (Harris 2006), terutama untuk biaya komponen protein pakan. Meningkatnya kepadatan udang dalam suatu luasan tertentu, tentu membutuhkan juga peningkatan jumlah kebutuhan pakan seiring dengan peningkatan biomassa, sementara daya dukung pakan alami dari areal budidaya tersebut sangat terbatas. Akibat daya dukung dari pakan alami yang tidak mencukupi dan agar udang tetap tumbuh normal, maka diperlukan adanya tambahan pakan dari luar.

Saat ini, harga pakan komersil cenderung semakin meningkat, sementara harga hasil budidaya relatif tidak mengalami peningkatan yang signifikan, menyebabkan pembudidaya terus mencari pakan alternatif yang dapat menunjang keberlanjutan usahanya. Para pembudidaya ikan/udang berusaha mencari pakan murah namun masih dapat memberi pertumbuhan yang cukup baik bagi ikan/udang peliharaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya untuk mendapatkan harga pakan murah adalah membuat pakan mandiri dengan memanfaatkan bahan-bahan baku lokal yang ada di wilayahnya.

Udang vaname merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang saat ini banyak dipelihara oleh pembudidaya, baik skala intensif, semi intensif, maupun tradisional plus. Pada budidaya udang vaname skala tradisional plus, umumnya pembudidaya juga menggunakan pakan buatan tambahan, karena kemampuan lahan menghasilkan makanan alami untuk mendukung pertumbuhan udang tersebut sangat terbatas. Dalam budidaya udang vaname skala tradisonal plus ini, pembudidaya dapat memanfaatkan bahan baku lokal utamanya limbah-limbah pertanian yang ada di sekelilingnya. Ada beberapa bahan baku lokal yang umum didapatkan di sekitar masyarakat pembudidaya, seperti bungkil kopra, ampas tahu, ubi kayu (tepung tapioka), di samping adanya ikan rucah yang relatif melimpah pada musim-musim tertentu sehingga berpotensi sebagai dijadikan sumber protein untuk pakan mandiri skala pembudidaya. Bahkan di beberapa tempat terdapat mi apkiran yang jumlahnya cukup banyak, sehingga beberapa pembudidaya ikan juga mencoba memanfaatkannya dalam kegiatan budidayanya seperti pada pemeliharaan ikan bandeng, nila, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian dengan memanfaatkan beberapa bahan baku lokal tersebut dalam formulasi pakan pembesaran udang vaname yang diperuntukkan untuk budidaya skala tradisional plus.

(2)

Bahan dan Metode Pakan uji

Pada penelitian ini dicobakan dua formulasi pakan berbahan baku lokal (F1 dan F2) dan satu pakan komersil (PK) sebagai kontrol (Tabel 1). Pada pakan formulasi 1 (F1) digunakan bahan ampas tahu, sementara pada formulasi 2 (F2) tidak digunakan bahan ampas tahu tetapi kandungan bungkil kopra dan mi apkirannya lebih tinggi dari pada pakan F1. Semua pakan uji memiliki kandungan protein yang relatif sama (iso-protein) dan iso-energi.

Tabel 2. Komposisi bahan dan analisis proksimat pakan uji (% bahan kering)

Bahan pakan Pakan uji / test diets

F1 F2 PK

Tepung ikan lokal 35 35

Ampas tahu 10 0

Bungkil kopra 22 25

Mi apkiran 22,5 30

Tepung tapioka lokal 7 6,5

Minyak ikan 1,0 1,0 Lecitin kedele 0,5 0,5 Vitamin premix 1,0 1,0 Vitamin C 0,05 0,05 Mineral mix Komposisi proksimat - Protein kasar (%) 27,8 27,8 30,0 - Lemak kasar (%) 14,3 14,6 6,5 - Serat kasar (%) 9,36 8,62 3,7 - Abu (%) 10,7 8,6 6,8 - Energi (Kkal/kg) 4556 4549 4480 Kondisi Percobaan

Wadah penelitian yang digunakan berupa 6 bak beton berukuran 2,0 m x 1,5 x 1,8 m3 dan diisi dengan air laut masing-masing sebanyak 3 ton serta dilengkapi dengan sistim aerasi. Tokolan udang vaname berbobot awal rata-rata 4,8 g, ditebar dengan kepadatan awal 400 ekor/bak. Tokolan udang vaname dalam bak tersebut diberi perlakuan pakan uji FA, FB atau pakan kontrol, masing-masing 2 ulangan yang didisain dengan rancangan acak lengkap. Selama 45 hari pemeliharaan, hewan uji tersebut diberi pakan uji sebanyak 4 – 3% secara menurun yang disesuaikan dengan biomassanya setiap 15 hari. Untuk mempertahankan mutu air, maka dilakukan pembuangan air lama dan pemasukan air baru setiap dua hari sebanyak 15-20%. Selama pemeliharaan, kualitas air media berada pada kisaran salinitas 28 – 30 ppm, oksigen terlarut 3,4 – 5,3 ppm, suhu 26 – 30 oC, pH 7,1 – 7,8, TAN 0,021 – 1,085 ppm, nitrit 0,013 – 0,055 ppm, dan masih cukup layak bagi pertumbuhan udang vaname.

Perhitungan respon pertumbuhan dan pemanfaatan pakan uji

Peubah pertumbuhan yang dihitung adalah pertambahan bobot tubuh ikan (%) setelah pemeliharaan selama 45 hari dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan yang dihitung berdasarkan formulasi berikut (Schulz et al. 2005):

SGR (% day-1) = 100 * (ln We – ln Ws)

d

dimana We = bobot ikan pada akhir percobaan (g), Ws = bobot ikan pada awal percobaan (g) dan d = periode pemeliharaan (hari).

Efisiensi pakan (FE) = pertambahan bobot ikan (g bobot basah)/ jumlah konsumsi pakan (g bobot kering) (Takeuchi, 1988).

Rasio efisiensi protein = Pertambahan bobot ikan (g bobot basah) / jumlah konsumsi protein (g bobot kering) (Takeuchi, 1988; Hardy, 1989)

(3)

Sintasan (%) = {jumlah ikan akhir / jumlah ikan awal} X 100 Analisis kimia dan statistik

Sampel bahan dan pakan uji yang representative dianalisis berdasarkan metode AOAC International (1999): bahan kering (DM) dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 16 jam, abu dengan pembakaran dalam muffle furnace pada suhu 550ºC selama 24 h dan protein kasar dianalisis dengan micro-Kjeldahl. Lemak kasar dideterminasi secara gravimetric dengan extraksi petrolium ether. Data pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, dan sintasan ikan dianalisis ANOVA berdasarkan rancangan acak lengkap. Perbedaan antara perlakuan diuji lajut dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1995).

Hasil dan Pembahasan Hasil

Pemanfaatan bahan baku lokal merupakan salah satu upaya untuk menurunkan biaya produksi khususnya dari komponen pakan. Beberapa bahan baku lokal yang potensial sebagai bahan baku pakan udang vaname tersedia di sekitar lokasi pembudidaya. Salah satu hasil ujicoba pemanfaatan bahan baku lokal dalam budidaya udang vaname disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa bobot akhir dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi terjadi pada udang vaname yang diberi pakan komersil, sementara udang vaname yang diberi pakan F1 dan F2 memiliki laju pertumbuhan yang relatif sama di antara keduanya, tetapi secara nyata (P<0,05) lebih rendah daripada yang diberi pakan komersil. Pakan komersil untuk pembesaran udang vaname biasanya memiliki komponen bahan baku impor seperti tepung ikan, tepung kedele, dan lain-lain. Bahan baku impor biasanya memiliki kualitas yang lebih baik namun harganya juga lebih tinggi. Kualitas bahan baku yang baik juga akan memberikan dampak respon pertumbuhan udang yang baik (Tacon dan Metian 2008; Browdy et al. 2012). Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan udang vaname yang diberi pakan komersil memiliki laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan yang diberi pakan F1 dan F2. Sementara sintasan hewan uji relatif sama untuk semua pakan uji dan pakan kontrol.

Tabel 2. Performansi pertumbuhan udang vaname pada pembesaran dalam bak beton

Peubah Pakan uji / test diets

F1 F2 PK

Bobot awal (g) 4,9 ± 0,35 4,6 ± 0,28 5,0 ± 0,28

Bobot akhir (g) 11,7 ± 1,56a 11,1 ± 0,78a 14,9 ± 0,14a

Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) 1,03 ± 0,07a 1,03 ± 0,01a 1,29 ± 0,06b

Sintasan (%) 72 ± 4,2a 80,4 ± 0,2a 69,9 ± 4,1a

Tingkat pemanfaatan pakan yang tercermin pada efisiensi pakan dan efisiensi protein menunjukkan bahwa udang vaname yang diberi pakan uji baik F1, F2 maupun pakan komersil semuanya memiliki efisiensi pakan dan efisiensi protein yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini berarti bahwa pakan uji F1 dan F2 dapat dimanfaatkan dengan baik oleh udang vaname untuk pertumbuhannya, khususnya untuk budidaya skala tradisional plus. Pakan uji F1 mengandung ampas tahu sebanyak 10%, bungkil kopra 22% dan mi apkiran 22,5%, sementara pakan F2 tidak mengandung ampas tahu tetapi memiliki kandungan yang lebih tinggi pada bungkil kopra (25%) dan mi apkiran (30%). Penggunaan bahan-bahan baku lokal berupa limbah pertanian dalam jumlah tersebut dapat menjadi bahan alternatif pengganti bahan impor seperti tepung kedele. Penggunaan beberapa baku secara bersama dalam formulasi pakan dapat saling komplementer untuk mencukupi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan optimal udang vaname. Ampas tahu memiliki profil nutrisi yang relatif sama dengan tepung kedele, namun nilainya lebih rendah. Bungkil kopra memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (sekitar 20%), meskipun juga mengandung serat kasar yang tingg (sekitar 16%). Sementara mi apkiran mempunyai nilai kecernaan yang tinggi (Usman et al. 2011) sehingga dapat menjadi sumber energi, terlebih pada udang vaname yang dapat memanfaatkan karbohidrat lebih baik dibandingkan udang windu (Shiau dan Peng, 1992; Rosas et al. 2001). Pakan ini sangat memungkinkan untuk diaplikasikan pada budidaya tradisional plus, di mana pakan alami masih berperan dalam menunjang pertumbuhan udang vaname. Pakan alami masih diharapkan untuk mensuplai kebutuhan nutrisi udang khususnya beberapa mikro nutrient essensial yang tidak dapat terpenuhi dari bahan baku lokal

(4)

Gambar 1. Efisiensi pakan dan efisiensi protein dari pakan uji pada pembesaran udang vaname dalam bak beton.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Bahan baku lokal berupa limbah pertanian seperti ampas tahu, bungkil kopra, mi apkiran yang terdapat di sekitar lokasi pembudidaya dapat diramu seperti pakan uji F1 dan F2 menjadi pakan alternatif untuk pembesaran udang vaname.

2. Pakan uji F1 dan F1 cukup layak untuk diaplikasikan pada budidaya udang vaname skala tradisional plus, dimana pakan alami masih diharapkan perannya untuk mensuplai kebutuhan nutrient essensial yang tidak terdapat dalam bahan baku lokal tersebut.

Daftar Pustaka

AOAC (Association of Official Analytical Chemists) International. 1999. Official Methods of Analysis, 16th edn. Gaithersberg, Maryland, USA. 1141 pp.

Browdy, C.L., Bharadwaj, A.S., Venero, J.A., and Nunes, A.J.P. 2012. Supplementation with 2-hydroxy-4-(methylthio) butanoic acid (HMTBa) in low fish meal diets for the white shrimp, Litopenaeus vannamei. Aquaculture Nutrition, 18: 432-440.

Hardy, R.W. 1989. Diet preparation. In: Halver JE, editor. Fish Nutrition. Second Edition. San Diego: Academic Press, hlm. 476549.

Harris, E. 2006. Akuakultur berbasis “Trophic Level”: Revitalisasi untuk ketahanan pangan, daya saing ekspor dan kelestratian lingkungan. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 65 hal.

Rosas, C., Cuzon, G., Taboada, G., Pascual, C., Gaxiola, G. and Wormhoudt, V A. (2001) Effect of dietary protein and energy levels on growth, oxygen consumption, haemolymph and digestive gland carbohydrates, nitrogen excretion and osmotic pressure of Litopenaeus vannamei (Boone) and L. Setiferus (Linne) juveniles (Crustacea, Decapoda; Penaeidae). Aquac. Res., 32, 531–547. Nutrition

Schulz, C., Knaus, M., Wirth, and Rennert, B. 2005. Effect of varying dietary fatty acid propile on growth performance, fatty acid, body and tissue composition of juvenile pike perch (Sander lucioperca). Aquaculture Nutrition 11: 403413.

Shiau, S.Y. and Peng, C. (1992) Utilisation of different carbohydrates at different dietary protein levels in grass prawn, P. Monodon reared in seawater. Aquaculture, 101, 241–250.quaculture

(5)

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Alih bahasa: Bambang Sumantri. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta. 748 hal.

Takeuchi, T. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrients. In: Watanabe T. Editor. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: Departemen of Aquatic Bioscience, University of Fisheries, hlm. 179233.

Tacon, A.G.J. and Metian, M. (2008) Global overview on the use of fish meal and fish oil in industrially compounded aquafeeds: trends and future prospects. Aquaculture, 285, 146–158.

Usman, Kamaruddin, Laining, A., dan Palinggi, N.N. 2012. Penggunaan pakan berbasis bungkil kopra pada pembesaran ikan bandeng di tambak. Laporan hasil penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros, 17 halaman.

Tanya Jawab -

Gambar

Tabel 2.  Komposisi bahan dan analisis proksimat pakan uji (% bahan kering)
Tabel 2.  Performansi pertumbuhan udang vaname pada pembesaran dalam bak beton
Gambar  1.    Efisiensi  pakan  dan  efisiensi  protein  dari  pakan  uji  pada  pembesaran  udang  vaname  dalam bak beton

Referensi

Dokumen terkait

Selama PI atau BCR tersebut sama dengan atau lebih besar dari satu, maka kita akan menerima usulan investasi tersebut. Secara umum kalau metode NPV dan PI dipakai

Media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,

Keluarga besar HMP PPKn periode 2015 dan BEM FKIP UMS periode 2016 terima kasih atas dukungan semangat, doa serta ilmu dan pengalaman yang luar biasa ini semoga

Tinjauan Tanah Asli dan Tanah + Pasir Vulkanik Merapi 88 Gambar 5.19 Grafik Hasil Pengembangan Pada CBR Rendaman dengan. Tinjauan Tanah Asli dan Tanah + Gipsum +

Penelitian yang dilakukan oleh purba (2011) dengan menggunakan enam variabel independen yaitu kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,

Definisi konsepsional dalam penelitian ini yakni pelaksanaan erau di Kutai Kartanegara dalam perspektif komunikasi lintas budaya adalah suatu proses upacara adat yang

kemudian Anak korban berlari ke dalam ruang kelas, beberapa saat kemudian Anak korban kembali keluar dari ruang kelas dan bertemu kembali dengan Anak yang

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai media yang bisa digunakan dalam materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan