• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal EBISNIS diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer (STEKOM). Jurnal EBISNIS sebagai sarana komunikasi dan penyebarluasan hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal EBISNIS diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer (STEKOM). Jurnal EBISNIS sebagai sarana komunikasi dan penyebarluasan hasil"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

penyebarluasan hasil penelitian, pemikiran serta pengabdian pada masyarakat

(2)

EBISNIS

JURNAL ILMIAH EKONOMI DAN BISNIS

Penanggung Jawab :

Ketua Sekolah Tinggi Elektronika & Komputer

Pemimpin Redaksi :

Sulartopo, S.Pd, M.Kom

Penyunting Pelaksana :

Dr. Ir. Drs. R. Hadi Prayitno, S.E, M.Pd

Dr. Ir. Agus Wibowo, M.Kom, M.Si, M.M

Sarwo Nugroho, S.Kom, M.Kom

Sekretaris Penyunting:

Ir. Paulus Hartanto, M.Kom

Mars Caroline Wibowo, S.T, MT. Tech

Sekretariat :

Unang Achlison, S.T, M.Kom

Djoko Soerjanto, S.E, M.Kom

Desain Grafis :

Setiyo Adi Nugroho,S.E, S.Kom

Alamat Redaksi :

Pusat Penelitian - Sekolah Tinggi Elektronika & Komputer (STEKOM) Jl.

Majapahit No. 605 Semarang Telp. 024-6710144 E-Mail :

(3)

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan terbitnya Jurnal Ilmu ekonomi dan bisnis (EBISNIS) Edisi April 2017, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 dengan artikel-artikel yang selalu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bidang ekonomi dan bisnis. Semua artikel yang dimuat pada Jurnal Ilmu ekonomi dan bisnis (EBISNIS) ini telah ditelaah oleh Dewan Redaksi yang mempunyai kompetensi di bidang ekonomi dan bisnis. Pada edisi ini kami menyajikan beberapa topik menarik tentang penerapan ekonomi dan bisnis yaitu: “

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama

Tanaman Tembakau”, serta “Rancangan Sistem Informasi Pencatatan Administrasi Keuangan

Menggunakan Metode Common Size Pada Sd Solafide Ungaran Dan Berbasis Multiuser”,

selanjutnya “Sistem Informasi Panduan Manasik Haji Dan Umrah Berbasis Andriod”, dan

“Sistem Klasifikasi Pelanggan Untuk Monitoring Tagihan Berbasis Web Dengan Algoritma C

4.5”. “Sistem Pendukung Keputusan Rekrutmen Karyawan Dengan Menggunakan Metode

SAW dan Topsis Berbasis Web”, serta “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan

Jumlah Produksi Menggunakan Metode

Fuzzy Tsukamoto

Pada Pt. Asia Pacific Fibers ”.

Terima kasih yang mendalam disampaikan kepada penulis makalah yang telah berkontribusi

pada penerbitan Jurnal EBISNIS edisi kali ini. Dengan rendah

hati dan segala hormat, mengundang Dosen dan rekan sejawat peneliti dalam bidang ekonomi dan bisnis untuk mengirimkan naskah, review, gagasan dan opini untuk disajikan pada Jurnal Ilmu ekonomi dan bisnis (EBISNIS) ini. Sebagai akhir kata, saran dan kritik terhadap Jurnal Ilmu ekonomi dan bisnis (EBISNIS) yang membangun sangat diharapkan. Selamat membaca.

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

1. Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo ……….………...…..1-12

2. Rancangan Sistem Informasi Pencatatan Administrasi Keuangan Menggunakan Metode

Common Size Pada Sd Solafide Ungaran Dan Berbasis Multiuser, Lovina Kumala Dewi R

……….………13-23

3. Sistem Informasi Panduan Manasik Haji Dan Umrah Berbasis Andriod , Usman, Muchamad

Iman Saufik S, Arsito Ari K ………..………. 24-34

4. Sistem Klasifikasi Pelanggan Untuk Monitoring Tagihan Berbasis Web Dengan Algoritma C

4.5 (Studi Kasus Di PT Indosmart Group Indonesia), Diyah Lestari.………35-40

5. Sistem Pendukung Keputusan Rekrutmen Karyawan Dengan Menggunakan Metode SAW

dan Topsis Berbasis Web ( Studi Kasus di PT Intidaya Rajawali Mulia ), Setianingsih

………..………41-48

6. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Jumlah Produksi Menggunakan Metode

Fuzzy Tsukamoto

Pada Pt. Asia Pacific Fibers, Nanang Kurniawan

(5)

PENERAPAN METODE

FORWARD CHAINING

UNTUK SISTEM PAKAR

IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN TEMBAKAU

Rusito1), Agung Sudino Raharjo2)

1, 2 Program Studi S1 Sistem Komputer STEKOM Semarang

Jl. Majapahit No. 605 Semarang Telp: (024)6710144 Email : rusito@stekom.ac.id

Abstrak

Bagi petani tembakau, tembakau merupakan sumber pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan mencapai 70-80%. Masing-masing jenis tembakau ini mempunyai spesifikasi dalam pemanfaatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tembakau harus diperhatikan. Salah satu faktor yang dapat mengurangi pertumbuhan dan produktivitas tembakau adalah hama pada tanaman tembakau.

Sistem pakar merupakan sistem yang mempekerjakan pengetahuan manusia yang ditangkap komputer untuk memecahkan suatu masalah yang biasanya membutuhkan keahlian manusia. Dalam pengambilan suatu keputusan sistem pakar menggunakan metode forward chaining. Kemudian aturan dibuat dimana masing-masing aturan mengandung dalam bagian IF mempunyai gejala dan dalam bagian THEN mempunyai hama yang dispesifikasikan. Mesin inferensi (forward chaining) adalah algoritma pencocokan pola yang tujuan utamanya adalah mengasosiasikan fakta (data input) dengan aturan yang berlaku dari basis aturan (rule base).

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan Research and Development (R & D) Borg & Gall. Dan hasil dari penelitian ini adalah uji validasi yang dilakukan oleh ahli materi menunjukkan nilai 2,8 yang tergolong dalam kategori sangat valid dan user menunjukkan nilai 3,22 yang tergolong dalam kategori efektif.

Keywords: Sistem Pakar, Metode Forward Chaining, Hama Tembakau.

PENDAHULUAN

Produk perkebunan yang potensial di Jawa Tengah adalah komoditas tembakau. Peranan komoditas tembakau terhadap perekonomian nasional saat ini dan masa yang akan datang masih cukup penting terutama dalam penyediaan tenaga kerja, sumber pendapatan petani, dan penerimaan negara. Meskipun di sisi lain, pemakaian tembakau perlu memperhatiakan faktor-faktor kesehatan. Bagi petani tembakau, tembakau merupakan sumber pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan mencapai 70-80% (Balitas, 1984). Beberapa jenis tembakau yang dikembangkan di Jawa Tengah sesuai dengan spesifikasi lokasi misalnya tembakau Kendal, Temanggung atau tembakau Boyolali. Masing-masing jenis ini mempunyai spesifikasi dalam pemanfaatannya. Secara nasional komoditas ini dianggap sebagai sumber devisa negara yang cukup tinggi, hanya ironisnya produktivitas dan kualitasnya belum bisa setara dengan kualitas kelas pasar internasional. Produktivitas yang redah ini

tercermin dari kebutuhan yang belum tercapai, pada tahun 1986-1990 kebutuhan sebesar 23,045 ton (Anonimus, 1991) sehingga kekurangan masih impor. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Volume produksi untuk lelang Pasar masih belum terpenuhi sesuai permintaan konsumen yang berkisar antar 8000-10000 bal per tahunnya. Penyebabnya tidak terpenuhinya pasar tersebut cukup komplek antara lain akibat serangan hama disamping faktor fisik dan lingkungan seperti iklim terutama curah hujan dan faktor tanah. Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman tembakau antara lain Bengkak akar, Agrotis ipsilon (Ulat tanah),

Spodoptera litura (Ulat grayak), Solenopsis geminata (Semut api), Prodenia litura (Ulat daun), Plusia signata (Ulat kilan), Hama meteng, Myzus persicae (Kutu tembakau), Kepik hijau (Setiawan, 1992).

Munculnya beberapa hama yang menyerang tanaman tembakau berdampak terhadap menurunya hasil panen. Diperlukan sebuah usaha untuk mencegah dan mengatasi beberapa hama yang dapat menyerang

(6)

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

tanaman tembakau. Cara pengendalian hama

tanaman tembakau secara teratur. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama. Apabila populasi hama tanaman tembakau melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilalukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis teknik budidaya maupun secara kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan mengutip ulat tersebut. Kemudian dari segi penyiraman secara teratur, pada lahan kering umumnya tembakau petani pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melalukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.

Secara umum, Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, orang awam pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Sistem pakar juga akan dapat membantu aktivitas para pakar sebagai asisten yang berpengalaman dan mempunyai asisten yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan. Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference rule) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu (Kusumadewi,2003).

Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka Di Desa Ngampel Wetan memerlukan sebuah sistem yang dapat melakukan identifikasi terhadap jenis hama yang menyerang tanaman tembakau berdasarkan gejala klinis. Dalam sistem pakar ini digunakan metode forward chaining karena untuk memudahkan user dalam mendeteksi suatu hama tanaman tembakau. Supaya pengguna dari sistem pakar ini diantarannya penyuluh pertanian, petani dan orang awam.

Kemudian proses forward chaining dimulai dengan menanyakan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh hama tanaman tembakau kepada user, sehingga user dapat mengetahui jawaban yang berupa hama yang menyerang tanaman tembakau tersebut. Namun jika sistem pakar ini menggunakan metode

backward chaining yang merupakan pelacakan yang dimulai dari kesimpulan menuju fakta-fakta, jika pengguna dari sistem pakar ini orang awam maka akan sulit bagi user ini untuk memasukan informasi yang berupa sebuah kesimpulan yaitu hama tembakau karena untuk orang awam pengetahuan mereka akan hama tembakau masih sangat terbatas maka untuk memudahkan orang awam dalam memperoleh sebuah keputusan maka proses pelacakan dimulai dengan menanyakan gejala-gejala terlebih dahulu sampai mencapai sebuah keputusan. Jika pengguna sistem pakar ini merupakan penyuluh pertanian atau petani tembakau maka dengan metode forward chaining atau backward chaining tidak terlalu sulit karena pengetahuan mereka akan hama tanaman tembakau lebih banyak dibandingkan orang awam.

KAJIAN LITERATUR

Artificial Intelligence

Artificial Intelligence dapat diartikan menjadi kecerdasan buatan, yang mana pada prosesnya berarti membuat, atau mempersiapkan mesin seperti komputer agar memiliki sebuah intelligence atau kecerdasan berdasarkan perilaku manusia. Artificial Intelligence pada dasarnya bertujuan untuk membuat komputer melaksanakan suatu perintah yang dapat dilakukan oleh manusia. Langkah pertama dalam menyelesaikan setiap masalah adalah dengan mendefinisikan terlebih dahulu ruang lingkup permasalahan tersebut atau domain untuk permasalahan yang akan diselesaikan. Hal ini juga berlaku untuk pemrograman Artificial Intelligence

(AI). Dikarenakan terdapat hal-hal yang berkaitan dengan mistis berpadu dengan AI maka masih ada sesuatu yang melekat untuk tetap mempercayai pepatah lama “merupakan bagian dari masalah AI jika masalah tersebut belum diselesaikan”. Definisi yang populer lainnya dari AI adalah AI menjadikan komputer berakting dan bergaya seperti

2

(7)

halnya para artis berakting di bioskop. Saat ini banyak permasalahan dunia nyata yang diselesaikan menggunakan AI dan banyak juga aplikasinya yang dikomersilkan.

AI mempunyai banyak ruang lingkup atau bidang. Bidang sistem pakar merupakan penyelesaian pendekatan yang sangat berhasil/bagus untuk permasalahan AI klasik dari pemrograman intelligent (cerdas). Profesor Edward Feigenbaum dari Universitas Stanford yang merupakan seorang pelopor awal dari teknologi sistem pakar, yang mendefinisikan sistem pakar sebagai : “suatu program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan (knowledge) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup sulit sehingga membutuhkan seorang yang ahli untuk menyelesaikannya”(Kusumadewi,2003). Sistem Pakar

Sistem Pakar merupakan salah satu cabang dari AI yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar. Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau kemampuan khusus yang orang lain tidak mengetahui atau mampu dalam bidang yang dimilikinya. Knowledge dalam sistem pakar merupakan seorang ahli, atau knowledge yang umumnya terdapat dalam buku, majalah dan orang yang mempunyai pengetahuan tentang suatu bidang. Sistem pakar telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang yang trend saat ini, seperti bisnis, kedokteran, ilmu pengetahuan, dan teknik.

Bagian dalam sistem pakar terdiri dari 2 komponen utama yaitu knowledge base yang berisi knowledge dan mesin inferensi yang menggambarkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan respons dari sistem pakar atas permintaan pengguna (Arhami, 2005).

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Kusrini,2006). Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa

dilakukan oleh para ahli (Kusumadewi, 2003).

Forward Chaining

Suatu perkalian inferensi yang menghubungkan suatu permasalahan dengan solusinya disebut dengan rantai (chain). Suatu rantai yang dicari atau dilewati / dilintasi dari suatu permasalahan untuk memperoleh solusinya disebut dengan forward chaining. Cara lain menggambarkan forward chaining

ini adalah dengan penalaran dari fakta menuju konklusi yang terdapat dari fakta. (Muhammad Arhami:2005).

Forward chaining disebut juga penalaran dari bawah ke atas karena penalaran dari

evidence (fakta) pada level bawah menuju konklusi pada level atas didasarkan pada fakta. Penalaran dari bawah ke atas dalam suatu sistem pakar dapat disamakan untuk pemrograman konvensional dari bawah ke atas. Tingkat akurasi penarikan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta pada forward chaining adalah 95% (Dermawan Setyabudi, 2010).

Penggunaan yang baik untuk forward chaining terjadi jika pohon aturan melebar dan tidak dalam. Hal ini karena forward chaining memudahkan pencarian breadth first. Forward chaining baik jika pencarian untuk konklusi berproses level ke level.

(8)

Premis 1

Premis 2

Premis 3

Premis 4

Premis 5

Premis 6

Konklusi 1

Konklusi 2

Konklusi 3

Konklusi 4

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

Gambar 1. Contoh aturan pada forward chaining

Hama Tanaman Tembakau

Hama tembakau cukup banyak jenisnya. Serangan hama dapat terjadi di lapangan (kebun) maupun di gudang pengolahan dan penyimpanan. Berikut hama yang ditemukan di lapangan :

1. Bengkak akar (Puru akar) Gejala :

Tanaman yang masih muda tampak layu. Jika keadaan tidak menguntungkan, tanaman akan mati. Pada waktu tanaman dicabut, tampak benjolan-benjolan pakar akarnya. Benjolan-benjolan itu disebut puru akar.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh meloidogyne spp. Nematoda ini bentuknya seperti cancing tanah, mampu bertelur sebanyak 800-3000 butir. Perkembangbiakan dan kemampuan beradaptasinya cepat. Nematoda ini bersifat polifag sehingga banyak tanaman yang dijadikan inangnya, di antaranya semua warga solananceae.

Pengendalian :

Secara biologis,yaitu dengan menanam varietas yang resisten dan mengadakan rotasi tanaman. Rotasi berfungsi untuk memutuskan siklus hidup nematode. Oleh karena itu, jenis tanaman yang dirotasikan yang tidak termasuk inangnya. Secara

kimiawi, yaitu dengan menggunakan furadan 3G, Vydate 10G, Vydate 10 AS, dan temik 10G.Selain itu, perlu juga dilakukan streilisasi tanah bedengan. 2. Ulat tanah (Agrotis ipsilon hunfnayel)

Gejala :

Akar, batang, dan daun yang masih muda tampak rusak. Kalau serangan serius, maka batang bisa terpotong.Permukaan bekas potongannya tidak rata.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh serangan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hunfnayel). Ulat ini mempunya inang banyak, termasuk semua warga Solanaceae, kapas, tebu, jeru, kopi, bawang, kacang tanah dan rumput-rumputan. Ulat betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 500-2500 butir.

Pengendalian :

Pengendalian dilakukan secara kimiawi dengan Azodrin 15 WSC, Basamid G, Gardona 24 EC.

3. Ulat grayak (Spodoptera litura fabricius) Gejala :

Daun yang terserang adalah daun yang masih muda, tampak rusak dan berlubang-lubang.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius). Hama ini termasuk polifag dan suka menyerang

4

(9)

inangnya pada malam hari. Perkembangbiakannya cukup potensial karena mampu bertelur 2000-3000 butir. Pengendalian :

Secara mekanik, yaitu dengan mengambil telur yang biasanya diletakan secara bergerombol dan kelompok ulat yang masih kecil kemudian dimusnahkan. Ulat yang telah dewasa dibasmi dengan cara memasang perangkap cahaya (letakan baskom yang berisi campuran air dan minyak di bawah gantungan lampu yang menyala). Secara kimiawi, antara lain dengan Azodrin 15 WSC, Banyrusil 250 EC, Tamaron 200 LC, Thiodan 35 EC. 4. Semut api (Solenopsis geminate fbr)

Gejala :

Basal batang dan akar tampak rusak. Kerusakan terlihat seperti bekas gigitan kecil.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh semut api (Solenopsis geminate Fabr). Semut ini tinggal di dalam tanah dang sangat terkenal gigitan yang panas rasanya. Pengendalian :

Sebelum disemaikan,benih dikecambahkan lebih dahulu.

5. Gangsir (Brachytrypes portentosus) Gejala :

Kerusakan tanaman tampak pada bagian akar, batang, dan daun.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh gangsir (Brachytrypes portentosus) yang suka membuat terowongan hingga mencapai 90 cm.

Pengendalian :

Secara kimiawi, yaitu dengan memasukan Diazinon ke liang gangsir untuk mematikannya. Secara mekanik, yaitu dengan menangkap langsung hama ini, kemudian diumpankan ke ternak ayam. 6. Ulat daun (Prodenia litura)

Gejala :

Daun yang tua tampak pecah (robek). Kadang-kadang gejala terus tampak sampai ke gudang pemeraman sehingga daun di gudang menjadi rombeng (pecah). Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh ulat daun (Prodenia litura). Ulat ini berwarna kelabu muda sampai kehitaman. Setelah menjadi kupu-kupu mampu bertelur 2000-3000

butir. Selain tembakau, tanaman inang lainya yaitu kedelai, kacang tanah, cabai, bawang merah, kangkung, genjer, jarak, murbei dan bayam.

Pengendalian :

Secara kimiawi, yaitu dengan menyemprotkan insektisida (misalnya Thiodan) ke pembibitan secara periodic. Penyemprotan dilakukan 2 kali seminggu sejak bibit berumur 12 hari- 40 hari.Secara mekanis, yaitu langsung memungut ulat dari pertanaman.

7. Ulat kilan (Plusia signata) Gejala :

Daun tembakau di pesemaian atau di lapangan tampak rusak, berlubang-lubang. Gejala ini paling sering melanda tembakau deli. Kerusakan yang ditimbulkan akan mengakibatkan tingkat kerugian sampai 20%.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh ulat kilan

(Plusia signata). Ulat ini berwarna hijau dan jika berjalan setengah badannya terangkat. Kupu-kupunya mampu bertelur sebanyak 1000 butir.

Pengendalian :

Pengendalian untuk hama ini sama dengan yang dilakukan untuk mengendalikan hama Prodenia litura.

8. Hama Meteng Gejala :

Tulang daun tembakau di pesemaian dan di lapangan membengkak dan pertumbuhan terhambat.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh hama meteng (Genorimoschema heliopa). Kupu-kupunya dapat bertelur sebanyak 200-300 butir. Telur ini diletakkan di sebelah bawah daun. Selain tembakau, tanaman inang lainnya yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus).

Pengendalian :

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam bibit yang bebas dari hama ini. Setelah selesai menanamnya, sisi bibit dibersihkan. Batang tembakau sisa panen harus dibakar. Apabila tanaman telah terserang, maka bagian yang membengkak dipotong.

9. Kutu tembakau (Myzus persicae) Gejala :

(10)

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

Daun kering sebagain dan akhirnya robek.

Sebelum kering, daun tampak berwarna kuning tidak merata dan pertumbuhannya tidak sempurna.

Penyebab :

Gejala di atas disebabkan oleh sebangsa aphis (Myzus persicae). Aphis ini termasuk polifag dan banyak menyerang ketika cuaca kering. Aphis yang bersayap berwarna hitam, sedangkan yang tak bersayap berwarna hijau, kuning, dan merah.

Pengendalian :

Kondisi lingkungan diatur sehingga kelembapannya tinggi dan konstan. Selain itu, dilakukan penyemprotan dengan insektisida sistemik, misalnya Anthio 25,01 formulasi.

10.Kepik hijau Gejala :

Daun-daun tampak layu setempat, akhirnya menjadi kering. Gejala tersebut terjadi karena cairan daun diisap oleh predator.

Penyebab :

Kepik hijau yang berwarna hijau, panjangnya sekitar 1,5 cm. Selain menyerang tembakau, kepik hijau juga menyerang padi.

Pengendalian :

Untuk mengendalikan serangan hama ini tidak ada alternatif lain, kecuali dengan menangkap dan membinasakannya (Setiawan, 1992).

Kerangka Berfikir :

(11)

Potensi dan MasalahPengumpulan Data Desain Produk

Validasi

Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Revisi Produk

Uji Coba

Pemakaia

n

Revisi Produk

Produksi Massal

Mulai

Pilih Gejala

Akar rusak

Tampil Pertanyaan

Proses

diagnosa

Hasil diagnosa

Laporan diagnosa

Selesai

Gambar 2. Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN

Metode sistem pakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Forward Chaining, sedangkan model pengembangan yang digunakan termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan istilah

Research and Development (R & D).

Pada penelitian ini akan menghasilkan suatu produk website Penerapan Metode

Forward Chaining Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman Tembakau di Desa Ngampel Wetan yang menggunakan model pengembangan. Rancangan pengembangan dengan desain R & D mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Dengan langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:

Gambar 2. Langkah-langkah penggunakan Metode

Research and Development

Penggunaan yang baik untuk forward chaining terjadi jika pohon aturan melebar dan tidak dalam. Hal ini karena forward chaining memudahkan pencarian breadth first. Forward chaining baik jika pencarian untuk konklusi berproses level ke level.

Contoh kasus tembakau terserang hama dengan gejala yaitu Akar rusak, batang rusak dan daun muda tampak rusak. Berdasarkan gejala yang terjadi tersebut, penggunaan

forward chaining pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai sebagai berikut:

(12)

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

Penalaran maju seperti yang digambarkan di atas sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal (IF) dan ingin dicapai penyelesaian akhir berupa konklusi (THEN), maka seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju, dapat dimodelkan sebagai berikut :

Contoh : IF Akar rusak

IF batang rusak AND daun muda tampak rusak

THEN ulat tanah

Kemudian proses forward chaining dimulai dengan menampilkan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh hama tanaman tembakau. User memilih gejala yang dialami tembakau yang terserang hama ulat tanah, kemudian sistem akan memunculkan hasil diagnosa dan laporan diagnosa.

Metode yang digunakan yaitu basis aturan forward chaining atau rule-rule yang dijelaskan sebagai berikut :

Rule 1

IF Data Hama AND Data Gejala Sudah Ada THEN Hama Gejala Dilakukan

Rule 2

IF Data Hama AND Data Pencegahan Sudah Ada THEN Hama Pencegahan Dilakukan Rule 3

IF Data Hama AND Data Pengendalian Sudah Ada THEN Hama Pengendalian Dilakukan

Rule 4

IF Data Hama AND Data Gejala AND Data Pencegahan AND Data Pengendalian Sudah Ada THEN Diagnosa Sistem Pakar dilakukan Rule 5

Diagnosa Sistem Pakar tidak bisa dilakukan

DFD (

Data Flow Diagram

)

Gambar 4. Konteks diagram

Keterangan :

Didalam konteks diagram terdapat dua entitas pakar dan user. Entitas pakar mempunyai arus data gejala, hama, diagnosa,

pengendalian, rule ke sistem pakar diagnosa tembakau. Entitas user mempunyai arus data input gejala, hama Entitas user juga menerima arus data dari sistem pakar berupa hasil gejala, hama, diagnosa, pengendalian.

a. DFD (

Data Flow Diagram

) Level 0

oleh sistem pakar yang dibangun.

Entitas user memberikan input berupa input gejala, hama ke dalam sistem yang selanjutnya diproses oleh sistem untuk

8

(13)

dilakukan diagnosa. Kemudian hasil dari

diagnosa sistem akan diberikan kepada user berupa hasil gejala, hama, diagnosa,pengendalian. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengembangan

Berdasarkan hasil penelitian dan rancangan semua sistem yang telah dilakukan, kini mulai saatnya mengimplementasikan suatu sistem yang nantinya dapat membantu memudahkan

petani tembakau untuk mendapatkan informasi dan cara pengendalian hama tanaman tembakau. Implementasi program merupakan penerapan program dari rancangan secara visual kedalam rancangan secara multimedia.

1.

2. Tampilan Login Administrator

Tampilan login administrator digunakan

untuk masuk ke dalam sistem

administrator sistem pakar tembakau

dengan memasukkan username dan

password.Sehingga nanti semua menu

dapat di akses dan digunakan.Login ini

hanya dapat di akses nantinya oleh

orang-orang yang berperan sebagai pakar.

Gambar 6. Tampilan Login Administrator

3. Tampilan Utama Administrator

Tampilan utama administrator ini menampilkan menu utama yang terdiri dari form input data gejala, input data hama, input data video, input data pengendalian, setting rule, setting pengendalian, sistem pakar, laporan diagnosa, gallery video dan about yang hanya bisa dilakukan oleh administrator.

(14)

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

Gambar 7. Tampilan Utama Administrator Hasil Pengembangan

Angket ini digunakan sebagai tingkat pengukuran sikap, pendapat, dan presepsi perseorangan.Selanjutnya hasil data penilaian angket dimasukkan dalam kriteria skala penilaian. Adapun kriteria skala nilai sebagai berikut :

Nilai 4 = sangat tepat/sangat menarik/sangat layak/sangat sesuai

Nilai 3 = tepat/menarik/layak/sesuai Nilai 2 = kurang tepat/kurang menarik/kurang layak/kurang sesuai

Nilai 1 = tidak tepat/tidak menarik/tidak layak/tidak sesuai

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data nilai diperoleh dari penilaian sistem angket.Data kuantitatif dari setiap item dihitung dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dirumuskan validasinya :

µ=

x

n

Keterangan :

µ = nilai rata-rata

∑x = jumlah total nilai validasi n = jumlah validator

Dengan kriteria penilaian validasi sebagai berikut :

Berdasarkan data dari 5 responden dan 10 jumlah pertanyaan, nilai yang diperoleh: Tabel 1. Hasil pengisian angket oleh user

Responden

Nilai

Jumlah

1

2

3

4

1

0

1

12

20

34

2

0

6

9

16

31

3

0

4

6

24

34

4

0

2

15

16

33

5

0

4

21

4

29

Jumlah Total

161

10

(15)

1 2 3 4 5 0 5 10 15 20 25 Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 1 Nilai 2 RESPONDEN JU M L A H

Gambar 8. Grafik Hasil pengisian angket oleh user Jumlah total nilai sebanyak 5

responden yakni 161, maka dapat dihitung nilai rata-rata responden :

x

responden

=

jumlahtotal nilai responden

jumlahresponden

x

responden

=

161

5

xresponden=32,2

Maka diperoleh nilai validasi dari responden sebagai berikut:

µ

user

=

x

responden

n

µ

user

=

32,2

10

µ

user

=

3.22

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi dari para user menunjukkan nilai 3.22 berada diantara 2,51 – 3,25 yakni tergolong dalam kategori Efektif.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan untuk membuat penerapan metode

forward chaining untuk sistem pakar identifikasi hama tanaman tembakau antara lain yaitu : Dari hasil uji validasi yang dilakukan oleh ahli materi menunjukkan nilai 2,8 yang tergolong dalam kategori sangat valid, Dari hasil uji validasi yang dilakukan

oleh pakar tembakau menunjukkan nilai 3,3 yang tergolong dalam kategori valid dan Dari hasil uji validasi yang dilakukan oleh user menunjukkan nilai 3,22 yang tergolong dalam kategori efektif.

REFERENSI

Arhami, Muhammad, 2005; ”Konsep Dasar Sistem Pakar” , Yogyakarta : Andi,. Anonimus, 1991, Tembakau Verginia di Jawa

Timur. Booklet Hasil Kerjasama Disbun Dati I Jawa Timur dan Balittas dengan PT. Jarum Kudus. 208 p.

Balittas, 1984, Permodalan Pada Tembakau Bahan Baku Rokok Kretek dan Usaha Peningkatan Produktivitasnya. Seminar Nasional Pertembakauan.

Surabaya, 13-14 Desember 1984.

Darmawan, Teddy, 2014 ; “Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Penyakait Hiv Aids Menggunakan Metode Forward Chaining”, STEKOM Semarang. Gunawan, Wahyu, 2010; ”Kebut Sehari Jadi

Master PHP”, Yogyakarta : Genius Publiser,.

Hermanto, Surachman, G. Maryadi dan T. Prasetyo. 1998. Strategi Pengembangan Teknologi Pertanian

(16)

Penerapan Metode

Forward Chaining

Untuk Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman

Tembakau, Rusito, Agung Sudino Raharjo Vol. 1 No.1 – Ebisnis, Desember 2017

Spesifik Lokasi. Makalah Seminar Strategi Pembangunan Pertanian Jawa Tengah Menyosong Abad 21, Semarang.

Hariadi, Sandi, 2011; “Trik dan Solusi Jitu Pemrograman Web”; Yogyakarta : Lokomedia.

http://www.appservnetwork.com/modules.php ?

name=Content&pa=showpage&pid=1 8 Akses tanggal 14 Agustus 2014,. https://helpx.adobe.com/dreamweaver/archive

.html akses 14 Agustus 2014,.

Kusumadewi, Sri.,2003, Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya), Graha Ilmu, Yogyakarta.

McLeod, Raymond.Jr.,1995, Management Information System, 6th Ed., Prentice Hall.Inc, New Jersey.

Setiawan, Ade, 1992, Pembudidayaan, Pengolahan, dan pemasaran tembakau, Jakarta: Penebar Swadaya.

Setiawan, Hosea Dwi, 2014 ; “Sistem Pakar Diagnosa Kerusakan Sepeda Motor Matic Honda Beat Menggunakan Metode Forward Chaining”, STEKOM Semarang.

Sugiyono, 2008; “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung : CV. Alfabeta.

Gambar

Gambar 1. Contoh aturan pada forward chaining Hama Tanaman Tembakau
Gambar 2. Langkah-langkah penggunakan Metode Research and Development Penggunaan   yang   baik   untuk  forward
Gambar 4. Konteks diagram
Gambar 6. Tampilan Login Administrator 3. Tampilan Utama Administrator
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tingkat rasionalitas penggunaan obat indikator peresepan WHO di tiap Puskesmas Kota Kendari pada parameter jumlah obat tiap resep yang mencapai standar adalah

Oleh karena itu, para generasi muda harus diberi pedoman akan pengetahuan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat menjadi remaja yang tidak mudah terpengaruh dengan

Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji keadaan tanah yang menyebabkan terjadinya pola permukiman memanjang penduduk Desa Brawijaya Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten

Pendekatan dengan statistika dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara DS dengan kadar amilum, kadar glukosa enzimatis dan daya cerna

Dari hasil tersebut bahan ajar instrument authentic assessment dapat digunakan dikelas V SDN 03 PLAOSAN KABUPATEN MALANG sebagai alat ukur tingkat kemampuan

Minimarket X dan Y, merupakan sebuah perusahan Nasional yang bergerak dalam bidang Ritel dengan target pasar masayarakat yang mayoritas beragama Islam. Tujuan

Dari berbagai pengertian diatas maka prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yang dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi