• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI PIPA AIR LIMBAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI PIPA AIR LIMBAH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

S

S

T

T

A

A

N

N

D

D

A

A

R

R

O

O

P

P

E

E

R

R

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

P

P

R

R

O

O

S

S

E

E

D

D

U

U

R

R

(

(

S

S

O

O

P

P

)

)

K

K

O

O

N

N

S

S

T

T

R

R

U

U

K

K

S

S

I

I

P

P

I

I

P

P

A

A

A

A

I

I

R

R

L

L

I

I

M

M

B

B

A

A

H

H

A A..PPEEKKEERRJJAAAANNPPEERRSSIIAAPPAANN A A..11..SSuurrvveeyyTTooppooggrraaffii

Survey topografi merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian pekerjaan, meliputi kegiatan:

 Pengecekan ulang elevasi rencana.

 Menyebarkan titik-titik panduan diseluruh wilayah kerja.  Menentukan titik-titik (koordinat) posisi manhole.

Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole 1. Pemeriksaan ulang elevasi rencana

Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa kebenaran/akurasi survey perencanaan.

(2)

Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang ditetapkan oleh Badan Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) serta benchmark yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13.

2. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat) posisi manhole

Tujuan dari penyebaran titik-titik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi hendak dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan elevasi invert saluran. Titik lokasi

manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan.

Start Data-data:  Koordinat Manhole  Jalur Pipa  Elevasi  Titik-titik Acuan Survey Topografi

Menetapkan titik-titik referensi untuk pelaksanaan di areal pekerjaan

Ada Perubahan

Revisi Perencanaan

Beri tanda di permukaan jalan posisi Manhole Catat:  Nomor Manhole  Koordinat Manhole  Data Elevasi Finish Tidak Ya

(3)

Gambar 3. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan

A

A..22..TTeessttPPiitt

Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah.

Utilitas tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya yang mungkin ada. Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang menghalangi jalur pipa, maka jalur pipa tersebut harus disesuaikan.

Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau sebaliknya). Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah memindahkan utilitas bersangkutan dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.

Start

Data-data:

 Rencana Jalur Pipa

 As Built Drawing (PDAM, PLN, Telkom)

 Posisi Bangunan Utilitas (Box Telkom, Trafo, Tiang Kabel Besar, dll.

Tentukan Posisi Test Pit

Lakukan Test Pit

Ada Utilitas

Revisi Jalur Rencana Pipa Catat:

 Utilitas yang ada

 Posisi Utilitas (Horizontal, Vertikal)

Finish Ya

Ada Perubahan

Jalur Pipa Tetap Tidak

(4)

Gambar 4. Diagram Alir Test Pit A

A..33..PPeemmeerriikkssaaaannKKoonnddiissiiBBaanngguunnaannEExxiissttiinngg

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak pada bangunan, tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di kemudian hari apabila ada keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah kerusakan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua dokumentasi haruslah dilengkapi dengan foto.

Gambar 5. Pemeriksaan Bangunan Existing

B

B..PPEEKKEERRJJAAAANNPPEEMMAASSAANNGGAANNPPIIPPAA B

B..11..KKaarraakktteerriissttiikkPPiippaa

Pipa primer dan sekunder terbuat dari beton bertulang (RCP) dengan bahan dari semen anti sulfat, sedangkan untuk pipa lateral menggunakan pipa PVC. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu mengalirkan air limbah secara gravitasi.

Tabel 1. Jenis Pipa Yang Akan Digunakan

Diameter Bahan

200 Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)

250 Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)

300 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

400 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

500 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

600 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

700 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

800 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)

B

B..22..MMeettooddaaPPeemmaassaannggaannPPiippaaDDeennggaannMMeettooddeeCClleeaannCCoonnssttrruuccttiioonn

Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib sehingga dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.

 Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap segmen sepanjang 50 m.

 Tanah galian langsung diangkut dengan dump truck ke tempat pembuangan sementara untuk digunakan kembali nantinya

(5)

 Tidak diperkenankan menaruh material di jalan/trotoar kecuali dalam area di tempat kerja.

 Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas yang memadai. Untuk pekerjaan pada malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman

 Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja dilakukan setiap hari untuk menghindari debu.

Gambar 6. Pekerjaan Penggalian Dengan Metode Clean Construction

B

B..33..TTaahhaappaannPPeellaakkssaannaaaannPPeekkeerrjjaaaannPPeemmaassaannggaannPPiippaa

Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini:

Mulai

Data Perencanaan

Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan

Penggalian

Pemasangan Pipa

Selesai

Pengangkutan hasil galian ke Stock Yard

Pengangkutan pipa dari Stock Yard

Pengangkutan material timbunan dari

Stock Yard

(6)

Gambar 7. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa 1. Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan

Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan jalur pipa yang akan dipasang. Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa disesuaikan dengan kondisi jalan dan utilitas yang ada di bawah jalan. Selain sebagai penanda jalur pipa, tanda pada permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian. Permukaan jalan yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 5-7 cm. Pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 5-7 cm dengan mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian.

Gambar 8. Pekerjaan Penandaan Jalur Pipa

Gambar 9. Pengupasan Permukaan Jalan 2. Pekerjaan galian

Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi dengan lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi faktor utama dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian, yaitu; Lebar daerah milik jalan (Damija), Jenis tanah, Elevasi muka air tanah dan Kepadatan lalu lintas.

Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual (tenaga manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut ke tempat pembuangan. Di lokasi - lokasi tertentu penggalian dilakukan

(7)

dengan mesin dan manual. Bagian atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan excavator.

Gambar 10. Pekerjaan Penggalian Secara Manual Dan Penggunaan Mesin

a. Pemasangan Turap

Berdasarkan jenis karakteristik tanah, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu galian dengan turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran lepas). Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah yang mudah runtuh, maka penggunaan turap sangat diperlukan untuk memastikan galian tetap pada kondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan antara lain

turap kayu, sheeting plate dan sheet pile.

(8)

Gambar 12. Sheet Pile

Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile

lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.

Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.

Gambar 13. Turap dengan menggunakan material dari kayu

(9)

b. Dewatering

Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus disertai dengan usaha membuang air (dewatering) bila elevasi air tanah lebih dangkal dari dasar galian. Artinya tanah galian terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air tanah tinggi, mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah, maka galian harus diamankan dengan penggunaan turap yang kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat atau dengan menggunakan tempat penampungan.

Gambar 15. Pekerjaan Dewatering 3. Pemasangan Pipa

Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat diperlukan diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa terpasang dari manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena terjadi beda tinggi antara invert awal dan akhir. Berdasarkan data-data tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan pipa harus mengawasi dan mengecek elevasi dari masing-masing pipa karena pipa dipasang satu per satu.

Gambar 16. Konstruksi Manhole

Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai dipasang namun kenyataan dilapangan, seringkali jaringan pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti ini biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan menyisakan 2 batang pipa. Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam rangkaian pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole yang posisinya pada persimpangan

(10)

jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas sangat besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus.

Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan, pengukuran elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di atas bila tidak dapat terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan berisiko bocor, terjadi genangan atau endapan, dan bahkan tidak mengalir.

a. Penyambungan pipa

Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang diisi pasir. Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan yang baik dan stabil. Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara keseluruhan, elevasi dapat dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat dimulai dari spigot ataupun socket.

Mulai

Data-data:

- Elevasi invert manhole dan pipa - Galian telah mencapai elevasi yang sesuai

- Galian tidak terendam air

Turunkan Pipa

Atur Elevasi/Kemiringan dan Kelurusan Pipa

Elevasi/Kemiringan pipa sudah benar?

Siapkan pipa berikutnya: - Pasang rubber ring

- Beri pelumas kedua bagian pipa yang akan disambung

Turunkan pipa berikutnya dan sambungkan dengan pipa yang sudah terpasang

Selesai

Sudah Belum

Kelurusan pipa sudah benar?

Belum

Sudah Ulangi aktivitas penyambungan

(11)

b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa

Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya. Pengecekan ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya.

c. Pengukuran kelurusan pipa

Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga harus benar. Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi

manhole dan pengaturan jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan dengan cara menarik benang as pipa dari manhole ke manhole. Benang ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah lurus, harus ditarik garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut.

4. Timbunan Dan Pengaspalan

Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masing-masing tahapan harus dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh timbunan dengan material pilihan dan agregat kelas A & B. Timbunan berhenti pada ketinggian minus 90 mm dari permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi dengan Asphalt Treatment Base (ATB) setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan seperti alur kegiatan di samping berikut ini.

a. Timbunan / urugan pasir

Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan.Tujuan dari memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah antara pipa dengan tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan ditusuk-tusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa.

b. Timbunan/urugan material pilihan

Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material yang digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan.

(12)

Urugan dengan material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah pengisian dengan agregat A dan B. Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat pemadat mekanis.

Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu iperhatikan teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang baik akan menimbulkan rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah yang banyak. Rongga-rongga tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang baik adalah kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu mekanis. Peralatan yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan yang baik. Penggunaan alat pemadat mekanis seperti stamper, tendem,

baby roller sangat membantu menghasilkan pemadatan yang baik. Selain itu jumlah lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata. Pemadatan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas galian sehingga membahayakan kendaraan / pengguna jalan.

Mulai

Pipa dan manhole sudah terpasang dengan benar

Timbunan dengan pasir

Pemadatan dengan tangan dan disiram air

Timbunan dengan material pilihan lapis perlapis hingga – 90 mm dari permukaan

jalan

Pemadatan dengan alat pemadat mekanis

Selesai

(13)

Gambar 19. Potongan Timbunan/Urugan Pasir

c. Pengaspalan

Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer Medan dibedakan dalam 2 tipe penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut :

1) Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal 4 cm hanya selebar galian pipa .

2) Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm selebar galian pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut.

Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :

 Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai proporsi material job mix formula yang sudah disetujui.

 Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan permukaan hamparan dari debu dan kotoran sampah

 Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m2 disemprotkan di atas permukaan agregat A sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan alat roda bagi tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)°C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet

(tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan jumlah lintasan 12-16 PP.

Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m2 disemprotkan di atas permukaan

perkerasan aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses pemadatan AC denganalat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110-125)°C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet

(14)

 Hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di lapangan untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98 % dari kepadatan laboratorium (JMF) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi agregat ).

 Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan marka jalan sesuai marka yang lama.

C

C..PPEENNGGAATTUURRAANNAARREEAAKKEERRJJAA

Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media K3 (keselamatan dan keamanan kerja) bagi masyarakat umum yang melintas di sekitar lokasi kerja. Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang digunakan. Penggalian dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator akan membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan galian manual.

Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan untuk menempatkan bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang public digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang terbuat dari seng dan diberi warna yang mencolok agar pada malam hari dapat mudah dikenali. Khusus pada malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkapi dengan lampu isyarat.

(15)

Gambar 21. Ruang kerja pemasangan pipa dengan metode galian terbuka di tengah jalan (jalan ditutup sementara untuk kendaraan)

Gambar 22. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka pada Jalan Dengan Lebar Lebih Dari 7 m

D

D..PPEENNGGAATTUURRAANNLLAALLUULLIINNTTAASS

Untuk mengatasi dan meminimalkan dampak terhadap lalu lintas tersebut, diperlukan upaya pengaturan lalu lintas yang harus dilakukan oleh pihak proyek, kontraktor pelaksana dan konsultan supervise. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1) Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat.

2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak-pihak terkait sebelum kegiatan dimulai.

(16)

4) Pemasangan papan peringatan yang menerangkan bahwa di lokasi tersebut ada kegiatan pemasangan pipa.

5) Pemasangan rambu dan penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man).

6) Pemasangan pagar pengaman galian yang terbuat dari seng dan dicat dengan warna yang mencolok, misal; kuning bergaris hitam.

7) Pengaturan penempatan hasil galian, stock material pipa dan material timbunan

(material management) secara baik sehingga tidak banyak memakai badan jalan dan

ruang publik lainnya.

8) Tidak boleh membiarkan ada galian terbuka selama 24 jam.

Gambar 23. Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah E

E..MMEETTOODDEEJJAACCKKIINNGG

E

E..11..LLaattaarrBBeellaakkaannggPPeenngggguunnaaaannMMeettooddeeJJaacckkiinngg

Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup dalam untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan dan pada struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu lintas, geometri jalan dan kondisi sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode jacking, diharapkan persoalan-persoalan tersebut dapat teratasi/ diminimalkan karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat direduksi, tingkat kebisingan dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan tidak diperlukan penutupan jalan secara total.

E

E..22..KKaarraakktteerriissttiikkPPiippaaUUnnttuukkJJaacckkiinngg

Pipa yang akan dipasang dengan metoda jacking memiliki kekuatan yang lebih besar daripada pipa yang dipasang dengan metoda galian terbuka (open trench). Hal tersebut karena pipa akan ditekan dengan kekuatan yang besar dalam proses jacking. Mutu beton dari pipa yang akan digunakan pada pemasangan pipa metoda jacking adalah K-550.

(17)

E

E..33..MMeettooddeePPeellaakkssaannaaaann

Tahap persiapan pemasangan pipa dengan metoda jacking sama dengan pemasangan pipa dengan metode galian terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengan jalan dan memiliki kedalaman hingga 6,0 m, sangat jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft.

Dengan demikian test pit cukup dilakukan di posisi shaft.

Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut: Mulai Data: - Jalur pipa - Posisi Test Pit Ada perubahan

Konstruksi Arrival Shaft

Persiapan mesin jacking (di luar shaft) dan mesin slurry

Pengamanan mesin jacking di arrival shaft

Tidak Ya

Pindahkan posisi

Konstruksi Departur Shaft

Persiapan mesin jacking (di dalam shaft)

Perakitan bagian-bagian mesin jacking

Memposisikan mesin jacking dan pipa-pipa pada

relnya

Pelaksanaan jacking

Selesai Pemasangan Manhole dan

bongkar Shaft

Demobilisasi mesin jacking ke titik berikutnya

Timbunan dan

Gambar 24. Diagram Alir Pemasangan Pipa Dengan Metoda Jacking

E

E..44..PPeemmbbuuaattaannSShhaaffttJJaacckkiinngg

Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking akan efektif bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft sekaligus galian untuk manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk dua arah. Dan bila ternyata terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi garis lurus,

(18)

maka dapat saja jacking diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan catatan mesin

jacking mampu menekan pipa hingga manhole berikutnya.

Gambar 25. Ilustrasi Arah Jacking

E

E..55..KKaarraakktteerriissttiikkSShhaafftt

Kegiatan pemasangan pipa dengan Jacking dilakukan di bawah permukaan tanah, namun masih diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat berakhirnya pipa. Terdapat dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft. Departure shaft

adalah tempat yang didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan ruang kontrol pelaksanaan jacking. Dalam departure shaft terdapat mesin jacking dan segala perlengkapan untuk kegiatan jacking.

Dimensi aktual yang di lapangan selalu lebih besar dari kebutuhan. Ini disebabkan sheet pile yang digunakan memiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya selalu kelipatan 40 cm agar didapat jumlah sheet pile yang pas.

Gambar 26. Tipikal Departure Shaft Pile

Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan dimensi. Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan peralatan jacking dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan hanya berfungsi untuk mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan dengan kebutuhan elevasi pipa.

(19)

Gambar 27. Tipikal Arrival Shaft

E

E..66..KKoonnssttrruukkssiiSShhaafftt

Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft,

digunakanlah deck beton bertulang sebagai penutup lubang galian sehingga ruang publik yang dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang tertutup

deck dengan baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan dengan kegiatan:  Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang

akan ditutup dengan deck beton bertulang. Tutup deck beton bertulang akan dibuka hanya pada saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan.

 Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian lubang shaft sehingga penggunaan ruang publik dapat seminimal mungkin. Pembukaan tutup deck.

 beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton yang akan

dijacking. E

E..77..MMeettooddeePPeellaakkssaannaaaannJJaacckkiinnggPPiippaa

Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak merusak struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya

(Earth Pressure Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Jacking

Mekanisme Jacking metode slurry:

 Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan mengebor tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur dengan cairan slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipa-pipa slurry. Dalam melakukan pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin

(20)

bor harus disesuaikan dengan tekanan tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah.

Gambar 28. Diagram Alir Konstruksi Shaft

Gambar 29. Garis Besar Pekerjaan Jacking

 Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa

(21)

pipa vertikal dan akan dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan mesin proses slurry yang dipasang di luar shaft.

 Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor tanah sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki untuk diangkut ke tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem tersebut akan berlangsung selama jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial

pengukur tekanan, katup-katup dan pompa-pompa.

 Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa masuk ke dalam tanah yang telah digali/dibor.

 Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka akan dilakukan pemantauan pada ruang kontrol.

Gambar 30. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa

2. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking

Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin

jacking sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran sudah tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di departure shaft. Hasil survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam melakukan monitoring ini.

Gambar

Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana
Gambar 3. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan
Gambar 4. Diagram Alir Test Pit  A. A .3 3. .  P Pe em me er ri ik ks sa aa an n   K Ko on nd di is si i   B Ba an ng gu un na an n   E Ex xi is st ti in ng g
Gambar 6.  Pekerjaan Penggalian Dengan Metode Clean Construction
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki Softcopy hasil pemindaian (scan) Surat Perjanjian kerjasama pengadaan material timbunan pilihan dari sumber galian dari pihak/seseorang/badan usaha yang

Analisis dilakukan 2 model yaitu timbunan yang menggunakan tanah pilihan biasa dan timbunan yang menggunakan mortar busa ringan dengan 3 material model yang berbeda yaitu

Kedalaman galian pipa dalam perencanaan SPALD-T dipengaruhi oleh kemiringan ( Slope ) pipa dan kemiringan ( Slope ) tanah. Hasil perhitungan galian pipa akan

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang

Hasil analisis menggunakan Plaxis juga menunjukkan bahwa tanah dasar tidak mampu menahan beban berat timbunan sendiri yang berupa material tanah karena pada model terlihat bahwa oprit

: 3.2/01 Timbunan material random dari hasil galian Setempat untuk cofferdam sementara bagian hulu m3 700,00 3.2/02 Timbunan material random dari hasil galian Setempat untuk

Dokumen ini berisi spesifikasi teknis untuk proyek konstruksi penahan

CBM Common Borrow Material Common Borrow Material CBM adalah material untuk timbunan yang diambil dari luar proyek, dimana jika tanah hasil galian untuk dilakukan penimbunan tidak