• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK, BANTEN BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS BENTHOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK, BANTEN BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS BENTHOS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK, BANTEN

BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS BENTHOS

Imran Said L Tobing

Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta

ABSTRACT

Knowledge of aquatic environmental condition is important, not only to assess its habitat function, but also its prospect in sustainable use of natural resources. Assessment can be done using various methods, one of these is based on benthic diversity index. This method possibly one of the best because benthos is bottom dweller, which rarely migrate in case of environmental condition change. Thereby the diversity index truly reflects its community condition. Accordingly, this research was conducted to know the condition of coastal water around Merak, Banten, based on benthic diversity index. There were 22 benthic species found (12 – 14 species per station), included bivalvia, gastropods, scaphopods, echinoids and foraminiferas; and the most abundant species found were foraminiferas and molluscs (bivalvia). Diversity index of benthos at two research station near Samangraya were classified as middle class, while that at two research station near Terate were classified as high. This indicates that the coastal water around Merak is still in relatively good condition; and should be looked after to maintain its productivity.

Key words: benthos, diversity, condition, coastal, Merak

PENDAHULUAN

Perairan pantai sangat penting sebagai habitat berbagai jenis organisme. Perairan pantai merupakan daerah peralihan antara perairan tawar dan laut, terutama di daerah-daerah dekat muara sungai. Sebagai daerah peralihan; perairan pantai mempunyai kekayaan organisme yang relatif tinggi, sehingga sangat potensial untuk dijaga agar kondisinya tetap dalam keadaan baik. Kondisi perairan pantai yang baik, tidak hanya akan menguntungkan secara ekologis, tetapi juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat; baik secara langsung bagi masyarakat nelayan maupun secara tidak langsung bagi masyarakat lainnya.

Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut. Sifat-sifat ini akan saling berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi satu salam lain secara kompleks; sehingga kondisi fisik dan/atau kimiawi akan mempengaruhi kondisi biotik; demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi biotik juga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan/atau kimiawi suatu perairan. Berbagai jenis organisme dapat digunakan sebagai indikator penduga kondisi (kualitas) suatu perairan; baik jenis-jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton), benthos, nekton maupun organisme aquatik lainnya.

(2)

Setiap jenis atau golongan organisme masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk digunakan sebagai objek penduga kondisi perairan. Namun secara umum, benthos mempunyai kelebihan karena sifat hidupnya yang relatif menetap di dasar perairan, sehingga perubahan kondisi habitat akan berpengaruh lebih nyata karena sifat benthos yang relatif tidak bermigrasi. Oleh karena itulah, penelitian ini memilih benthos sebagai objek penduga kondisi perairan di Merak, Banten.

Parameter yang digunakan untuk penilaian juga bervariasi; dapat berupa keberadaan (kehadiran) suatu jenis tertentu (bioindikator), kelimpahan populasi, dan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis tertentu sebagai bioindikator dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis sensitif dan/atau jenis-jenis yang mempunyai daya toleransi luas terhadap perubahan kondisi lingkungan. Kehadiran jenis-jenis sensitif dapat merupakan indikasi kualitas lingkungan perairan masih baik; sebaliknya ketidak hadiran jenis-jenis sensitif dan/atau banyaknya jenis-jenis toleran dapat merupakan indikasi buruknya kualitas lingkungan perairan. Selanjutnya, populasi yang melimpah merupakan indikasi bahwa kondisi lingkungan yang baik; tetapi ini hanya berlaku (baik) bagi jenis itu sendiri, kecuali populasi yang melimpah terjadi pada sebagian besar jenis penghuni. Hal ini terjadi karena beberapa jenis benthos (organisme) hanya dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik dalam lokasi yang mempunyai kualitas perairan bagus, tetapi beberapa jenis masih dapat hidup dan berkembang dengan baik dalam perairan yang mempunyai kondisi buruk. Bila suatu jenis organisme (benthos) dapat toleran terhadap kondisi buruk, maka jenis tersebut akan berkembang dengan baik karena sedikitnya kompetitor.

Pada penelitian ini, penilaian kondisi habitat (lingkungan) perairan dilakukan menggunakan parameter keanekaragaman jenis berupa indeks keanekaragaman jenis benthos. Parameter ini mengakomodasi keseimbangan antara populasi dan jumlah jenis, sehingga pendugaan kondisi diharapkan akan menjadi lebih mencerminkan keadaan sebenarnya. Variasi nilai indeks keaneka-ragaman akan dikategorikan ke dalam beberapa tingkatan (Krebs, 1978), dengan setiap tingkatan menduga kualitas perairan

Semakin buruk kondisi suatu perairan akan menyebabkan keaneka-ragaman jenis benthos akan semakin kecil; karena akan semakin sedikit spesies yang dapat toleran dan beradaptasi terhadap kondisi perairan tersebut. Ini terjadi karena setiap spesies mempunyai rentang atau daya toleransi tersendiri dalam beradaptasi terhadap kualitas perairan.

Perairan di sekitar pantai Merak; dapat mempunyai kondisi berbeda-beda antar berbagai lokasi, tidak hanya karena pengaruh geografis tetapi juga karena pengaruh aktivitas manusia. Perbedaan ini tentunya akan dapat menjadi sumber penyebab bagi keanekaragaman jenis organisme penghuni, termasuk organisme benthos. Oleh karena itu, penelitian ini akan mendata beberapa parameter kondisi fisik perairan yang dianggap dapat menjadi kendala bagi kelangsungan hidup benthos. Namun demikian, belum diketahui : seberapa besar perbedaan kondisi fisik antar lokasi dalam kawasan perairan sekitar pantai Merak ? Apakah terdapat perbedaan jenis-jenis benthos pada lokasi berbeda dan/atau saat pasang dan surut di perairan sekitar pantai Merak ? Apakah variasi kondisi fisik telah berpengaruh terhadap dinamika populasi benthos di perairan sekitar pantai Merak ?

Untuk menjawab permasalahan yang ada maka penelitian ini dilakukan

(3)

dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi fisik perairan, serta kondisi biotik (keanekaragaman benthos) perairan di sekitar pantai Merak, Banten. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan indeks keanekaragaman benthos; baik antar lokasi maupun antara saat pasang dan surut, di perairan sekitar pantai Merak, Banten. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai patokan penilaian kondisi lingkungan perairan Merak dalam upaya mempertahankan dan/atau meningkatkan potensinya sebagai habitat berbagai jenis organisme aquatik serta fungsinya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan perairan pantai sekitar Merak, Banten. Pengambilan sampel ditetapkan di 2 (dua) lokasi lokasi yaitu : Lokasi I adalah di daerah perairan sekitar Krakatau Steel – Samangraya, dan Lokasi II adalah di daerah perairan sekitar Terate – Teluk Banten. Sampling di setiap lokasi dilakukan di 2 (dua) stasion. Stasion pengambilan sampel di Lokasi I berada pada posisi 1050 85’ 55” BT dan 050 55’ 13” LS (Stasion 1) serta pada posisi 1050 58’ 55” BT dan 050 54’ 00” LS (Stasion 2). Selanjutnya, stasion pengambilan sampel di Lokasi II berada pada posisi 1060 08’ 42” BT dan 05057’ 53” LS (Stasion 1) serta pada posisi 1060 11’ 24” BT dan 050 55’ 37” LS (Stasion 2).

B. Bahan dan alat penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alkohol sebagai bahan pengawet sampel tanah (lumpur)

untuk memeriksa keberadaan benthos. Selanjutnya alat yang digunakan meliputi : Eckman Grap untuk mengambil lumpur; kantong plastik untuk menampung lumpur; perlengkapan selam untuk membantu penyelam mengambil lumpur di lepas pantai; coolbox untuk menyimpan sample agar tidak rusak.

C. Cara Kerja

Sampling dilakukan dua kali di setiap stasion penelitian yang telah ditetapkan pada waktu yang berbeda yaitu saat kondisi perairan sedang pasang dan saat kondisi perairan sedang surut. Pengambilan sampel lumpur untuk mengetahui dan mendeteksi keberadaan dan kelimpahan benthos dilakukan menggunakan eckman grap. Namun demikian, pengambilan sampel lumpur di daerah lepas pantai, penggunaan eckman grap menjadi tidak efektif karena derasnya arus (gelombang) yang mengakibatkan terbawanya alat (eckman grap). Oleh karena itu; pengambilan sampel lumpur di daerah lepas pantai dilakukan dengan pengambilan langsung (menyelam) dari dasar perairan. Penyelaman juga digunakan untuk mengetahui kondisi dasar perairan, baik kondisi secara fisik maupun kondisi secara biotik.

Sampel lumpur yang diambil di setiap stasion, dimasukkan ke dalam kantong plastik transfaran dan diberi pengawet (alkohol) untuk menghindari terjadinya pembusukan organisme (benthos) yang terdapat dalam sampel. Sampel lumpur disimpan di dalam coolbox untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama dalam perjalanan.

D. Analisis sampel dan data

Sampel lumpur yang diambil dari setiap stasion, diperiksa di laboratorium

(4)

untuk mengetahui keberadaan (identifikasi jenis) benthos yang hidup di dasar perairan. Data semua taksa yang ditemukan beserta jumlah individu / kelimpahan setiap taksa benthos ditabulasikan berdasarkan periode sampling (saat kondisi pasang dan saat kondisi surut) pada masing-masing stasion (stasion 1 atau stasion 2) di setiap lokasi penelitian.

Analisis data dilakukan mengguna-kan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai Equitabilitas untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan kekayaan jenis dan kekayaan individu setiap jenis (Magurran, 1988). Keseimbangan kedua parameter yang tercermin dalam indeks keanekaragaman dijadikan sebagai indikasi kestabilan

ekosistem perairan. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman merupakan indikasi bahwa semakin stabil suatu ekosistem perairan. Selanjutnya untuk mengetahui keseragaman jenis benthos di suatu stasion dilakukan analisis tentang equitabilitas. Nilai equitabilitas akan dimanfaatkan untuk menilai terjadi / tidaknya keseragaman benthos di suatu stasion; sekaligus untuk menyimpulkan ada tidaknya suatu jenis atau taxa yang dominan di suatu stasion.

Indeks Keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian akan dibanding-kan dengan tiga kategori (Tabel 1) yang ditetapkan oleh Krebs (1978) untuk menilai tinggi-rendahnya keanekaragaman benthos di suatu habitat.

Tabel 1. Kategori indeks keanekaragaman

Nilai H Kategori

0 ≤

H

≤ 1 : Keanekaragaman Rendah 1 ≤H ≤ 3 : Keanekaragaman Sedang H > 3 : Keanekaragaman Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Kondisi dasar perairan pantai

sekitar Merak

Secara umum, kondisi dasar perairan pantai sekitar Merak – Banten mempunyai kedalaman dan kekeruhan bervariasi. Lokasi Samangraya mempunyai perairan lebih dalam (35 – 40 meter) dibandingkan dengan perairan Terate (11 meter). Dasar perairan di Terate adalah berlumpur, sedangkan di Samangraya adalah pasir bercampur lumpur (sebelah

barat pulau Temposo) serta pasir bercampur pecahan karang (sekitar Krakatau Steel) (Tabel 2). Dasar perairan berlumpur di Lokasi II (perairan pantai Terate) menyebabkan perairan menjadi keruh karena terjadinya pengadukan air oleh gelombang, sehingga jarak pandang hanya 2 meter; namun di Lokasi I (Samangraya) yang mempunyai kedalaman 35 – 40 meter, jarak pandang masih dapat mencapai 5 meter. Terhalangnya jarak pandang mengakibatkan pengamatan terhadap biota penghuni menjadi sulit dilakukan; namun demikian pada Lokasi I

(5)

Stasion 2 dan Lokasi II Stasion 2 masih terdeteksi adanya kehidupan makro algae. Tabel 2. Kondisi dasar perairan pantai sekitar Merak, Banten

No Kriteria

Lokasi I (Samangraya) Lokasi II (Terate) Stasion 1 Stasion 2 Stasion 1 Stasion 2

1. Kedalaman 35 M 40 M 11 M 11 M

2. Dasar perairan Pasir dan karang Pasir dan lumpur Lumpur Lumpur

3. Jarak pandang 5 M 5 M 1,5 M 2 M

4. Biota - Algae - Algae

Kehadiran makro algae di perairan pantai sekitar Merak merupakan suatu bukti bahwa perairan tersebut masih dapat berfungsi sebagai habitat bagi berbagai jenis biota aquatik, karena algae sebagai salah satu produsen yang merupakan sumber pakan bagi hewan-hewan konsumen masih dapat bertahan hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa; secara ekologis, perairan pantai sekitar Merak masih mempunyai kondisi yang relatif stabil. Pendapat senada dikemukakan oleh Handayani dan Tobing (2008); berdasarkan hasil penelitian mereka, bahwa indeks diversitas fitoplankton di perairan sekitar Merak – Banten tergolong tinggi (lebih besar dari 4) yang merupakan indikasi terjaganya keseimbangan lingkungan perairan.

1. Kondisi perairan pantai Samangraya

Hasil penelitian berdasarkan penyelaman di Lokasi I (perairan sekitar Krakatau Steel - Samangraya) pada Stasion 1, menunjukkan bahwa kondisi dasar perairan (kedalaman sekitar 35 meter) merupakan hamparan pasir dan karang keras, namun demikian tidak terdeteksi adanya kehidupan terumbu karang.

Keadaan ini terjadi karena adanya sedimen di lokasi tersebut yang tidak sesuai (lagi) dengan pertumbuhan karang yang kemungkinan besar berasal dari pengerukan pantai Merak (dan lokasi ini merupakan jalur yang biasa dilalui oleh kapal) sehingga kemampuan jarak pandangpun (visibility) di dalam air hanya sekitar 5 meter.

Pada lokasi penyelaman di Stasion 2 (sebelah barat Pulau Tamposo), kondisi dasar perairan (kedalaman sekitar 40 meter) merupakan hamparan pasir dan lumpur. Jenis biologi aquatik yang masih terdeteksi dapat tumbuh adalah beberapa makro algae; namun demikian terumbu karang juga tidak terdeteksi hidup (tumbuh) di daerah ini. Tidak ditemukannya terumbu karang, seperti juga pada lokasi di sebelah barat Dermaga Pertamina Merak, mungkin sekali terjadi karena adanya lumpur (yang terbukti dengan kemampuan jarak pandang di perairan hanya sekitar 5 meter). Lumpur yang menutupi dasar perairan diduga berasal dari reklamasi pantai Merak yang merupakan pelabuhan Pertamina.

(6)

Hasil penelitian di Lokasi II (perairan sekitar Terate) menunjukkan bahwa di Stasion 1 (sebelah selatan Pulau Panjang), kondisi dasar perairan (pada kedalaman sekitar 11 meter) merupakan lumpur tebal yang diperkirakan mencapai sekitar 1 meter. Pada dasar perairan Terate tidak ditemukan adanya kehidupan terumbu karang maupun rumput laut. Menurut informasi masyarakat setempat (nelayan setempat), dahulu di sekitar pantai Terate merupakan kawasan padang rumput laut, tetapi setelah reklamasi pantai Bojonegoro mengakibatkan sedimen menumpuk di Terate (kemampuan jarak pandang hanya sekitar 1,5 meter), sehingga mengakibatkan perubahan kondisi pantai Terate dan hilangnya rumput laut dari kawasan tersebut.

Pada Stasion 2 (sebelah timur laut Pulau Panjang), kondisi dasar perairan (pada kedalaman sekitar 11 meter) relatif sama dengan kondisi di lokasi sebelah selatan Pulau Panjang (lumpur tebal). Walaupun sedimen juga relatif menghalangi penetrasi sinar matahari (kemampuan jarak pandang sekitar 2 meter), tetapi beberapa makro alga masih dapat ditemukan hidup. Ini menandakan bahwa walaupun kondisi perairan sudah mengalami kekeruhan, tetapi kehidupan masih berlangsung di kawasan tersebut.

B.

Kondisi perairan berdasarkan

indeks keanekaragaman benthos

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan pantai sekitar Merak (Samangraya dan Terate) ditemukan 22 jenis benthos. Pada perairan pantai sekitar Samangraya ditemukan 14 jenis benthos (12 jenis di stasion 1 dan 14 jenis di stasion 2), serta 15 jenis di perairan pantai sekitar Terate (14 jenis di stasion 1 dan 13 jenis di stasion 2). Jenis-jenis yang ditemukan umumnya adalah moluska dan

foraminifera; sedangkan krustasea hanya ditemukan 2 jenis serta Echinodea 1jenis (Tabel Lampiran).

1. Kondisi perairan pantai Samangraya

Kondisi perairan, selain dapat dinilai dari kesesuaian untuk kehidupan plankton, juga dapat ditinjau dari segi kehidupan organisme benthos. Jumlah jenis benthos yang terdeteksi di perairan sekitar Samangraya mencapai 14 jenis; yang terdiri dari Mollusca (6 jenis), Arthropoda (1 jenis), Echinodermata (1 jenis) dan Protozoa (6 jenis) (Tabel lampiran). Jenis-jenis tersebut ditemukan dengan kelimpahan dan keanekaragaman yang sedikit bervariasi antar stasion. Jenis-jenis dari Bivalvia (Mollusca) dan Foraminifera (Protozoa) umumnya dapat ditemukan di kedua stasion baik dalam kondisi perairan sedang pasang maupun saat kondisi perairan sedang surut. Selanjutnya populasi setiap jenis benthos yang ditemukan di perairan Samangraya sangat bervariasi; yang didominasi oleh jenis-jenis dari foraminifera. Bahkan ditemukan satu jenis foraminifera dengan populasi (jumlah individu) yang sangat melimpah, yaituOperculinasp.

Jenis-jenis benthos yang ditemukan di Stasion 1 adalah 12 jenis, sedangkan di Stasion 2 adalah 14 jenis. Jenis-jenis yang ditemukan umumnya adalah dari golongan Foraminifera (6 jenis) dan Bivalvia (3 jenis), baik di Stasion 1 maupun di Stasion 2. Demikian juga halnya dengan kelimpahan populasi; individu terbanyak yang ditemukan adalah dari golongan Foraminifera dan Bivalvia, baik di stasion I maupun di stasion II (Tabel 3) .

Hasil analisis terhadap jumlah individu dan jumlah taxa benthos yang ditemukan di Lokasi I (perairan pantai sekitar Samangraya), seperti tercantum pada tabel 3, memperlihatkan bahwa secara

(7)

umum indeks diversitas benthos di kedua lokasi sampling termasuk ke dalam golongan sedang (berkisar antara 1 dan 3), dengan nilai equitabilitas juga tergolong sedang (rata-rata berkisar antara 70% dan 80 %) di daerah tersebut. Hasil analisis ini memberi arti bahwa, populasi jenis-jenis

benthos yang hidup di kawasan tersebut adalah tersebar relatif tidak merata, yang tercermin dari tingginya populasi jenis-jenis Foraminifera terutama Operculinasp. yang mendominasi komunitas benthos di kawasan tersebut, baik di Stasion 1 maupun di Stasion 2.

Tabel 3. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Samangraya (Lokasi 1), Merak.

No Taxa Benthos Stasion 1 Stasion 2SpIndSpInd 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bivalvia Gastropoda Scaphopoda Crustacea Echinoidea Foraminifera 3 1 1 1 6 12 1 2 1 110 3 2 1 1 1 6 15 4 4 1 1 88 Jumlah 12 126 14 113 Indeks Diversitas Equitabilitas 2,26 0,78 2,76 0,77

Hasil analisis ini dapat menjadi indikasi bahwa perairan pantai sekitar Samangraya, walaupun kondisinya masih tergolong “kualitas sedang”, tetapi sudah memperlihatkan terjadnya ketidak seimbangan populasi antar spesies benthos penghuni. Ketidak seimbangan populasi terjadi karena adanya tekanan lingkungan yang diantisipasi secara bervariasi oleh spesies penghuni. Perbedaan kemampuan toleransi antar spesies terhadap tekanan lingkungan akan mengakibatkan perbedaan ukuran populasi. Populasi dari suatu spesies toleran akan lebih melimpah dibandingkan dengan populasi suatu

spesies sensitif; sehingga terjadi ketidak seimbangan populasi.

2. Kondisi perairan pantai Terate

Jumlah jenis benthos yang terdeteksi di perairan pantai sekitar Terate mencapai 15 jenis; yang terdiri dari Mollusca (8 jenis), Arthropoda (1 jenis), dan Protozoa (6 jenis) (Tabel Lampiran); dengan sedikit variasi antar Stasion. Kesamaan jenis benthos antar kedua stasion adalah relatif tinggi; yang dibuktikan oleh jenis-jenis yang ditemukan antar stasion adalah relatif sama, kecuali dua jenis Bivalva (hanya ditemukan di

(8)

Stasion 1) dan satu jenis dari Foraminifera (hanya ditemukan di Stasion 2). Jenis-jenis benthos yang ditemukan mempunyai variasi populasi yang tidak jauh berbeda, dengan populasi relatif tinggi adalah dua jenis benthos dari Foraminifera yaitu

Quinqueloculina sp.danSpiroloculina sp. Benthos yang ditemukan di Stasion I berjumlah 14 jenis, sedangkan di Stasion

2 berjumlah 13 jenis. Jenis-jenis benthos yang ditemukan berasal dari empat kelas, dengan jumlah spesies tertinggi berasal dari Foraminifera (5 jenis di Stasion 1 dan 6 jenis di Stasion 2) dan Bivalvia (5 jenis di Stasion 1 dan 3 jenis di Stasion 2). Demikian juga dengan jumlah individu terbanyak; berasal dari Foraminifera dan Bivalvia (Tabel 4).

Tabel 4. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Terate (Lokasi 2), Merak.

No Taxa Benthos Stasion 1 Stasion 2SpIndSpInd 1. 2. 3. 4. Bivalvia Gastropoda Crustacea Foraminifera 5 3 1 5 20 6 2 48 3 3 1 6 16 7 3 40 Jumlah 14 76 13 66 Indeks Diversitas Equitabilitas 3,32 0,90 3,50 0,94

Hasil analisis terhadap jumlah individu dan jumlah taxa benthos yang ditemukan di Lokasi II, seperti tercantum pada tabel 4, memperlihatkan bahwa secara umum indeks diversitas benthos di kedua stasion tergolong tinggi (lebih besar dari 3), dengan nilai equitabilitas juga tergolong cukup tinggi (lebih besar dari 80 %) di kedua stasion tersebut. Hasil analisis ini memberi arti bahwa, walaupun populasi setiap jenis benthos yang ditemukan adalah tersebar relatif kurang merata, tetapi belum menunjukkan adanya satu jenispun benthos yang benar-benar mempunyai populasi ekstrim sehingga mendominasi daerah perairan di sekitar pantai Terate, Merak.

Hasil analisis ini dapat menjadi indikasi bahwa perairan pantai sekitar

Terate, relatif masih baik bagi berbagai jenis benthos. Ini memberi arti bahwa kondisi perairan di kawasan perairan pantai Terate, adalah relatif baik, sehingga ekosistem perairan tersebut perlu “dijaga” agar tidak menjadi rusak. Bila kondisi perairan menjadi lebih buruk, maka tidak hanya komunitas perairan saja yang menjadi terancam tetapi juga akan berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar.

Secara umum, perairan pantai sekitar Merak-Banten relatif mempunyai kualitas baik sampai kualitas sedang. Penurunan kualitas perairan di sekitar Samangraya terjadi karena campur tangan manusia (pengurukan pantai). Oleh karena itu, aktivitas manusia yang dapat

(9)

mengakibatkan penurunan kualitas perairan pantai sekitar Merak harus dipertimbangkan secara serius; karena kawasan tersebut merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar terutama nelayan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dua lokasi tersebut, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Benthos di perairan pantai sekitar

Merak – Banten umumnya adalah jenis-jenis dari Foraminifera dan Moluska (Bivalvia)

2. Kondisi perairan pantai sekitar Terate mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan perairan pantai sekitar Samangraya

3. Secara umum, kualitas perairan pantai sekitar Merak - Banten tergolong baik sampai sedang sehingga masih potensial sebagai habitat sehingga perlu dipertahankan agar produktivitasnya tetap terjaga

B. Saran

1. Penelitian tentang keanekaragaman dan kelimpahan ikan sangat perlu dilakukan sebagai salah satu penilaian potensi ekonomi perairan pantai sekitar Merak bagi masyarakat

2. Berbagai aktivitas manusia yang dapat menurunkan kualitas perairan seyogia-nya menjadi perhatian, agar tidak merugikan bagi lingkungan dan masyarakat sekitar

DAFTAR PUSTAKA

APHA-AWWA-WCS. Standard Methods for the examination of water and

wastewater, 14th ed. APHA – AWWA – WCF.

Buckland ST, DR Anderson, KP Burnham and JL Laake. Distance sampling, estimating abundance of biological populations. Chapman and Hall. London. 1994. 446pp.

Caughley G and ARE Sinclair. Wildlife Ecology and Management. Blackwell Science. Cambridge. 1994. 334pp.

Greenwood JJD. Basic techniques. pp. 11-110. In : W. J. Sutherland, ed. Ecological Census Techniques. A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge. 1997.

Handayani S dan ISL Tobing. Keanekaragaman fitoplankton di perairan pantai sekitar Merak – Banten dan pantai Penet – Lampung. VIS VITALIS, Jurnal Ilmiah Biologi 01 (1) : 29-33, 2008.

Magurran AE. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm.. London. Sydney. 1988. 179pp. Nybakken JW. Biologi Laut; suatu

pendekatan ekologis. Penerbit PT Gramedia Jakarta. 1992. 453pp. Pianka ER. Evolutionary Ecology. Third

Edition. Harper & Row, Publishers New York. 1983. 415pp.

Sulastri dan DI Hartoto. Phytoplankton changes in some inland water habitat of Central Kalimantan, Indonesia. Berita Biologi, Edisi Khusus : Wetlands Indonesia-Peat Lands, 5 (3) : 285 - 297, 2000.

(10)

Tabel Lampiran. Jenis-jenis benthos dan jumlah individu yang ditemukan di perairan pantai sekitar Samangraya (Lokasi I) dan Terate (Lokasi II), Merak.

No Golongan

Perairan Pantai Samangraya (Lokasi I)

Perairan Pantai Terate (Lokasi II)

Stasion 1 Stasion 2 Stasion 1 Stasion 2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. MOLLUSCA BIVALVIA Anadara sp. Corbula sp. Donacidae Gafrarium sp. Nuculana sp. Tellina sp. Veneridae GASTROPODA Atys sp. Cerithium sp. Liloa sp. Ringicula sp. Volvulela sp. SCAPHOPODA Dentaliumsp. ARTHROPODA CRUSTACEA Cypridinaesp. Pennaiidae sp.1 ECHINODERMATA ECHINOIDEA sp.1 PROTOZOA FORAMINIFERA Asterorotalia sp. Cavarotalia sp. Operculina sp. Pseudorotalia sp. Quinqueloculina sp. Spiroloculina sp. -2 -7 3 -1 -2 -1 11 8 60 17 3 11 -2 -8 5 2 -2 -4 -1 1 12 8 47 5 8 8 2 2 3 -6 7 -2 -1 3 -2 -7 8 6 -15 12 -7 -3 6 -3 -2 2 -3 -5 2 2 5 15 11 Jumlah taksa 12 14 14 13 14 15

(11)

Indeks Diversitas Equitabilitas 2,26 0,78 2,76 0,77 3,32 0,90 3,50 0,94

Gambar

Tabel 2. Kondisi dasar perairan pantai sekitar Merak, Banten
Tabel 3. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Samangraya (Lokasi 1), Merak.
Tabel 4. Keanekaragaman benthos di perairan pantai Terate (Lokasi 2), Merak.
Tabel Lampiran. Jenis-jenis benthos dan jumlah individu yang ditemukan di perairan pantai sekitar Samangraya (Lokasi I) dan Terate (Lokasi II), Merak.

Referensi

Dokumen terkait

Petugas Teller harus menempatkan Pelanggan sebagai orang penting, sehingga baru kita bisa melakukan Service, bagi pelanggan yang bermasalah kita harus

Hukum Internasional tidak mengenal hak secara umum dari Kepala Perwakilan asing untuk memberikan suaka di dalam gedung perwakilannya, karena jelas bahwa tindakan

Harapan ini kami sampaikan baik kepada Dewan maupun kepada Presiden, karena RUU Prioritas yang harus diselesaikan, sebagaimana yang tertuang dalam Prolegnas,

Namun untuk tujuan menyerlahkan persepsi wanita sebagai objek seks, Azizi telah “melicinkan” kejanggalan tersebut, dalam erti kata tinggalnya Hayati bersama Tengku Yunus

Proses ini dapat memakan waktu karena pelayan harus berkeliling untuk mengantarkan nota ke kasir dan dapur, serta memungkinkan terjadinya human error dimana pada bagian dapur

Dalam rangka mengamankan kepentingan bank selaku kreditur, pemberian jaminan oleh debitur tidak dilarang, hal tersebut mempunyai dasar hukum yang sangat kuat

Kemudian kecepatan fluida sirkulasi didalam annulus (Vann) lebih besar dibandingkan dengan jumlah kalkulasi antara kecepatan kritis serbuk bor (Vc) dan kecepatan terminal serbuk

Walaupun secara keseluruhan terlihat bahwa angka kebuntingan yang dicapai dalam penelitian ini hanya satu ekor masih dibawah angka yang diharapkan, tetapi apabila dilihat dari