• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN SEKTOR USAHA BIDANG PERTANIAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN SEKTOR USAHA BIDANG PERTANIAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN SEKTOR USAHA BIDANG PERTANIAN

DALAM MENGHADAPI AEC 2015

Oleh :

KADIN Indonesia

Disampaikan Dalam

PENAS Petani dan Nelayan XIV 2014 di Malang

(2)

2

1. SEKILAS MENGENAI AEC 2015 2. KONDISI INDONESIA

3. PELUANG INDONESIA

4. TANTANGAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI AEC 2015

5. FAKTOR PENTING MENGHADAPI AEC 2015.

6. PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DALAM MENGHADAPI AEC 2015. 7. USULAN LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN MENGHADAPI AEC 2015

8. UPAYA KADIN

(3)

Terbentuknya Pasar dan basis produksi tunggal Kawasan Berdaya-saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata

• Bebas arus barang • Bebas arus jasa • Bebas investasi • Bebas tenaga kerja • Bebas arus permodalan • Priority Integration Sectors (PIS) • Pengembangan sektor food-agriculture-forestry • Kebijakan persaingan • Perlindungan konsumen, HKI • Pembangunan infrastruktur • Kerjasama energi • Perpajakan • E-commerce • Pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, • Partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global 4 PILAR

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Integrasi dengan Perekonomian Dunia • Pengembangan UKM • Mempersempit kesenjangan pembangunan antar negara ASEAN

I. SEKILAS

AEC 2015

(4)

EMPAT PILAR MEA 2015

4

Pasar dan Basis Produksi Tunggal

1

2

3

4

Wilayah Ekonomi yang Kompetitif

Wilayah dengan Perkembangan Ekonomi yang Adil

(5)

ELEMEN PASAR DAN BASIS PRODUKSI TUNGGAL

Aliran bebas barang

1

2

3

4

5

Aliran bebas jasa

Aliran bebas investasi

Aliran bebas tenaga terampil

Aliran bebas modal

(6)

BEBERAPA CONTOH KONSEKUENSI BERLAKUNYA AEC 2015

KONDISI YANG AKAN TERJADI

pada AEC

UPAYA PERLINDUNGAN

Membanjirnya barang-barang impor dan kemungkinan

beredarnya barang impor bermutu rendah di pasar domestik dengan harga murah yang akan

berpengaruh terhadap UMKM dan IMKM di Indonesia.

• Penerapan harmonisasi SNI thd barang sejenis yang diproduksi Indonesia.

Labelling semua produk di pasar.

Pembinaan thd UMKM dan IMKM untuk peningkatan daya saing, (CPPOB).

Pemberian insentif kpd UMKM dan IMKM untuk meningkatkan daya saing.

• Sosialisasi untuk mencintai (“wajib”) menggunakan produk dalam negeri. Pasokan Day Old Chiken (DOC)

yang akan semakin banyak,

berkualitas dan lebih kompetitif akan berpengaruh besar terhadap peternak lokal.

• Usulan GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional) memasukkan unggas dalam ‘Sensitive List” (treatment khusus).

• Segera membenahi peternak unggas dengan fasilitasi pemerintah dan pendampingan.

(7)

II. KONDISI

INDONESIA

INDONESIA’S AGRICULTURE MACRO INDICATORS

1

KONDISI UKM INDONESIA DI ASEAN

2

POSISI INDONESIA DI ASEAN

3

NERACA EKSPOR - IMPOR PERTANIAN

(8)

8

INDONESIA’S AGRICULTURE MACRO INDICATORS

Description 2010 2011 2012 2013

GDP (nominal) Total (USD billion)

$709.50 $845.68 $878.20 $ 946.40 GDP per capita/ source IMF $2,986 $3,511 $3,592 $ 3,817

Agricultural contribution to the national GDP

15.31% 14.72% 15.14% 15.00% Trade balance (USD billion) 22,115 26,061 -1,669 - 4,077

Investment (Domestic) (USD billion) 7.357 9.615 6.312 12.820 Investment (Foreign) (USD billion) 756 1,246 1,287 28,617 Population 221,567,000 237,424,363 246,864,191 250,542,467 (growth 1.49%/y) Workforce 116,544,943 117,402,985 118,176,291 105,000,000 Agricultural sector 41,490,000 39,330,000 38,880,000 42,000,000 Percentage of total 35.6% 33.5% 32.9% 40.0%

(9)

Berdasarkan survey dari

Asian Development Bank

(ADB) 2013

UKM yang beroperasi di ASEAN : 95 % – 99 %.

• Menciptakan Lapangan Kerja : 43 % – 97 %.

• Kontribusi terhadap PDB : 23 % – 58 %.

Peranan ekspor di masing – masing negara : 10 % – 30 %

Berdasarkan survey dari

Economic Research Institute for Asean and East Asia

(ERIA)

SKOR INDEK KEBIJAKAN UKM DI ASEAN (implementasi kebijakan fasilitasi UKM)

1. Singapura : 5,4

2. Malaysia : 4,7

3. Indonesia : 4,1

4. Rata-rata ASEAN : 3,7

Namun keterwakilan kepentingan UKM oleh Asosiasi dalam pengambilan

kebijakan, Indonesia di bawah rata-rata ASEAN.

(10)

1. Perdagangan intra-regional ASEAN belum dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia (23 %), total ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN masih dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

2. Peringkat Indonesia menurut global competitivenes index berada pada posisi ke 38 dari 148 negara di dunia dalam hal daya saing produk. Sementara Singapura menempati posisi ke 2, Malaysia di posisi ke 24, Thailand di posisi 37, Vietnam ke 70 dan Filipina di posisi 59.

3. Peringkat daya saing produk Indonesia unggul pada produk hasil perkebunan : kelapa sawit, karet dan kakao.

4. Pengembangan potensi SDA, Keanekaragaman Hayati dan SDM belum optimal.

5. Kesiapan Indonesia (81,3%) dalam menghadapi AEC 2015 yang

dimanifestasikan dalam bentuk score-card masih dibawah Thailand (84,6%), Malaysia (84,3%), Laos (84,3%) dan Singapura (84%).

10

(11)

Sub Sektor

Ekspor

Impor

Neraca

Tanaman

Pangan

0,150

6,306

- 6,156

Hortikultura

0,502

1,813

- 1,311

Perkebunan

32,476

3,111

29,365

Peternakan

0,556

2,698

- 2,142

Total

33,684

13,928

19,756

(US $ Milyar)

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2012

(12)

1. Proses integrasi ekonomi dalam rangka AEC 2015 membuka peluang pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia.

2. Populasi penduduk ASEAN yang besar, yaitu berjumlah 600 juta jiwa (8 % dari total penduduk dunia), mayoritas berada pada usia produktif.

3. Pertumbuhan Ekonomi ASEAN relatif lebih baik dari pertumbuhan rata-rata ekonomi dunia.

4. Stabilitas makro ekonomi cukup baik, dengan tingkat inflasi terkendali.

5. AEC 2015 akan mendorong masuknya investasi ke dalam negeri sehingga menciptakan multiplier effect.

6. AEC akan memudahkan perusahaan dalam negeri membentuk joint venture

dengan perusahaan ASEAN, sehingga akan memudahkan akses bahan baku yang belum dapat dipasok dari dalam negeri.

12

(13)

1. Promosi yang belum terkoordinasiantara berbagai sektor;

2. Belum familiar-nya publik terhadap AEC 2015, sehingga sektor swasta dan masyarakat masih belum siap dalam menghadapi AEC 2015;

3. Pengawasan terhadap produk-produk impor yang dibawah standar kualitas masih sangat lemah;

4. Lambatnya penanganan dan perlindungan terhadap industri dalam negeri dari praktek-praktek un-fair trade;

5. Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi, antara lain maraknya demonstrasi,bentrokan antar warga, terorisme dan lainnya;

6. Kondisi infrastruktur yang belum baikmenyebabkan tingginya biaya logistik. 7. Suku bunga kredit bank tidak kompetitif.

8. Prosedur administrasi di pelabuhan masih panjang dan rumit. 9. THC (Terminal Handling Charge) di Indonesia relatif lebih mahal.

(14)

14

1. Biaya logistik di Indonesia tinggi :

Indonesia

Cikarang – Priok (55,4 Km) biaya US$ 750 (US$ 13.5/Km)

Malaysia

Pasir Gudang – Tanjung Pelepas (56,4 Km) biaya US$ 450 (US$ 7,9/Km)

Indonesia 10 – 13 % Malaysia 3 % Thailand 3 %

(15)

1. PENINGKATAN DAYA SAING

 Peningkatan Produktivitas.  Memperlancar Distribusi.  Pengembangan Infrastruktur.

 Dukungan Perbankan dengan suku bunga kredit murah dan mudah.  Evisiensi.

2. PENGAMANAN PASAR DOMESTIK

 Mengutamakan Produk Lokal (“Cintailah Produk Indonesia”).  Penguatan UMKM, IMKM.

3. PENGUATAN EKSPOR (6K HT)  Kualitas

 Kuantitas  Keamanan

 Kontinyuitas dan Berkelanjutan.  Ketepatan delivery.

 Harga kompetitif.

 Traceability (rekam jejak, keamanan pangan, SPS)

(16)

Prioritas pengembangan agro industri

dalam rangka mengisi pasar ASEAN

yang memiliki daya saing relatif lebih baik dibandingkan negara-negara

ASEAN lainnya, antara lain:

1.

Produk berbasis

CPO, Kakao dan Karet.

2. Ikan

dan Produk Olahannya.

3. Makanan dan Minuman

.

4. Hortikultura.

5. Pupuk & Petrokimia.

6. Mesin Peralatan Pertanian.

16

VI. PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

(17)

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN 1. Kelapa Sawit, CPO • Peningkatan produktivitas dengan replanting.

• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.

Pemberian insentif pengembangan industri hilir.

Jaminan penyediaan gas untuk kontinyuitas produksi.

• Peningkataninformasi ramah lingkungan.

• Peningkatan kegiatan Litbang .

Kakao • Peningkatan kualitas (fermentasi).

• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.

• Mempertahankanpenerapan BK.

• Peningkatan Litbang Industri Kakao.

• Pemberian insentif tax allowance.

Promosi Investasi.

Karet • Pengembangan kualitas produk.

• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.

• Promosi investasi industri hilir.

• Peningkatan kegiatan Litbang .

(18)

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN 2. Ikan dan Produk

Olahannya

Membantu pembangunan Cold Storagedi Tanjung Priok,

Bengkulu, Sawang dan Sorong.

Peningkatan mutu melalui penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

• Peningkatan kompetensi SDM.

Pengawasan illegal fishing.

3. Makanan dan

Minuman

• Penyusunan SNI

Peningkatan mutu melalui penerapan CPPOB dan HACCP.

• Fasilitasi penyediaan gasuntuk energi.

• Fasilitasi pengamanan suplai bahan baku.

4. Hortikultura • Pengembangankawasan hortikultura.

• Penerapan GAP.

• Perbaikan Supply Chain Management (SCM).

• Penanganan Pasca Panen.

• Peningkatan Promosi.

(19)

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN 5. Pupuk & Petrokimia • Fasilitasi

Revitalisasi Industri

Pupuk.

• Fasilitasi

Penyediaan

Bahan baku

Gas.

• Promosi

investasi.

• Pengembangan

SDM

dan

Litbang.

6. Mesin dan

Peralatannya

Pengembangan produksi Alsintan

berdaya saing.

Promosi

pengembangan

akses pasar

dalam negeri dan luar negeri;

Pengembangan kelembagaan

(Alsintan Center) di daerah – daerah potensial pertanian di Sumbar,

Kallbar dan Kaltim, dll.

• Optimalisasi pemanfaatan

insentif tax holiday.

(20)

Mengintensifkan sosialisasi AEC 2015kepada stakeholder industri, Koperasi dan Petani.

Mengaktifkan event- event besar sektor agro industri di dalam negeri dan luar negeri.

Percepatan pemberlakuan safeguard dan anti-dumping bagi produk impor tertentu yang mengakibatkaninjury industri dalam negeri.

Percepatan pembangunan Resi Gudang, Cold Storage, Drier dengan fasilitas pemberian insentif.

Memasukkan Unggas dalam “Sensitive List”.

Penguatan Industri Kecil dan Menengah.

Mengembangkan wirausaha baru IKM.

 TerwujudnyaInovasi Pembiayaan Agribisnis.

Menyusun jejaring database yang update dan mudah diakses. 20

VII. USULAN LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN

(21)

1. Pengembangan perdagangan dan perekonomian di forum internasional :

 WEF.

 APEC – PPFS.

 GROW ASIA PARTNERSHIP.

2. Memberikan masukan dan saran kebijakan, dalam :  MP3EI.

 RENCANA AKSI BUKITTINGGI.

 PENYUSUNAN RPJM 2015 – 2019 (BAPPENAS – KADIN).  PENYUSUNAN BUKU INOVASI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS .  DIALOG, SEMINAR DAN WORKSHOP.

 PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI UINVERSITAS : IPB, UNPAD, BAKRIE, UNTIRTA dan ITSB.

3. Menyelenggarakan Feed Indonesia Feed The World, setiap 2 tahun sekali, (FIFTW 3 akan diselenggarakan bulan Februari 2015)

(22)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Studi Tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Aktifitas Fisik saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pada morfologi ruang kawasan Lingkungan Santren ini ditentukan dan dipengaruhi oleh perubahan dari variabel yang

Value Added Capital Employed (VACA) dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) Sedangkan Value Added Human

34 menjelaskan bahwa kemudaratan yang dapat ditimbulkan oleh perjudian antara lain, selain perbuatan itu sendiri merupakan cara peralihan (memakan) harta dengan

Sanksi hukum orang yang menikahkan pelaku poligami tanpa izin pengadilan agama dalam tinjauan hukum Islam tidak ada perbedaan tidak ada perbedaan pelaku poligami dan orang

Kertas industri merupakan kelompok jenis kertas yang berhubungan dengan proses produksi di berbagai industri, baik yang dipergunakan sebagai salah satu bahan baku

Adapun mencetak generasi anak usia dini yang berjiwa Qur’ani dalam perspektif Pendidikan Agama Islam yaitu dengan membangun kepribadian Qur’ani di usia sedini

c) Fokus Meja Hijau adalah proses keseluruhan pengembangan aplikasi dan teknik atau metode yang dipergunakan dalam penyelesaian permasalahan serta pertanggungjawaban revisi