• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN BISNIS KPHP MODEL POGOGUL KABUPATEN BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN BISNIS KPHP MODEL POGOGUL KABUPATEN BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN BISNIS

KPHP MODEL POGOGUL

KABUPATEN BUOL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2015

(3)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK

KPHP MODEL POGOGUL

TAHUN 2015

KABUPATEN BUOL PROVINSI

SULAWESI TENGAH

Disahkan di : Pada tanggal : Oleh :

Kepala KPHP Model Pogogul

(………) NIP……….. Desember 2015 Buol Abram, SP., MSi. NIP. 19720404 199803 1 014 Ttd

(4)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan Penyusunan Rencana Bisnis KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015 dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dokument ini merupakan acuan utama bagi KPHP Model Pogogul dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan bisnis di wilayah kerjanya.

Penyusunan Dokumen rencana bisnis ini dibiayai melalui sumber dana APBN Kementerian Kehutanan Tahun 2015 pada Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XIV Palu Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Dokumen ini menyajikan gambaran perencanaan pengelolaan bisnsi KPHP Model Pogogul meliputi rencana pembangunan bisnis, dan strategi bisnis yang akan dilakukan KPHP Model Pogogul.

Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam proses penyusunan dokumen rencana bisnis KPHP Model Pogogul. Diharapkan dokumen ini dapat memberikan konstribusi yang baik bagi pengelolaan hutan lestari dan mewujudkan kemandirian KPHP Model Pogogul di Kabupaten Buol. Demikian dokumen ini disusun, semoga bermanfaat adanya.

Palu, Desember 2015 Kepala KPHP Model Pogogul,

(………) NIP………..

Abram, SP., MSi.

NIP. 19720404 199803 1 014 Ttd

(5)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF

Visi KPHP Model Pogogul. Visi pengelolaan hutan KPHP Model Pogogul adalah

“Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan hutan Untuk

mengoptimalkan fungsinya secara ekonomi, sosial dan ekologi yang

lestari dan berkelanjutan”. Mewujudkan visi tersebut KPHP Model Pogogul perlu

mengembangkan usaha pada sektor kehutanan dalam pemanfaatan sumber daya alam telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pembangunan nasional. Kontirbusi berupa peningkatan pendapatan negara dari pembayaran pajak, iuran dan kewajiban lainnya terhadap pemerintah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan kerja, peluang berusaha, merangsang pertumbuhan industri yang membuka lapangan kerja baru.

Perencanaan bisnis di KPHP model Pogogul mencakup tentang gambaran umum rencana meliputi beberapa asepk-aspek yakni jenis produk yang akan dikembangkan, segmentasi pasar dan pemasaran produk, teknik dan tenologi yang digunakan setiap produk, pengembangan manajemen dan organisasi, kondisi keuangan, kondisi operasional dan strategi bisnis dimasa mendatang. Produk yang akan dihasilkan adalah hasil hutan kayu dari hutan alam meliputi kayu meranti, kayu indah dan kayu rimba campuran, hasi hutan bukan kayu meliputi tanaman rotan dan hasil madu pada hutan alam.

Perkembangan permintaan produk ke pasar terhadap produksi hasil hutan di provinsi Sulawesi Tengah memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan produksi kayu bulat dan kayu rimba campuran meningkat dari tahun ke tahun, Keadaan ini menjadi peluang besar bagi KPHP Model Pogogul dalam pembangunan bisnis kehutanan. Pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah kerja KPHP Model Pogogul diketahui luasan efektif areal berhutan dengan potensi diameter diatas 50 cm adalah seluas 671 Ha dengan daur selama 30 tahun. luas tebangan pertahun seluas 22 Ha/Tahun dan jatah produksi tahunan = 169,45 m3/tahun. Hasil perhitungan kelayakan menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) positif yakni sebesar Rp. 1.326.653.734,39/tahun sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 1,74 sehingga dapat dinilai layak, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya (suku bunga rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 30,95% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial

(6)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Perkembangan potensi dan peluang bisnis hasil pemanfaatan rotan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Realisasi perdagangan rotan antar pulau di Sulawesi Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah mengalami peningkatan drastis dari tahun ke tahun. Rencana pemungutan hasil hutan berupa rotan diarahkan pada lahan-lahan hutan lindung blok pemanfaatan dengan luas 9.653,87 Ha, rotasi pemungutan rotan ditentukan selama 12 tahun dan jatah luas pemungutan rotan pertahun seluas 805 Ha. Rencana bisnis selama 5 tahun kedepan akan ditujukan pemanfaatan rotan fase pertama seluas 4.405,64 Ha. Jenis produk yang akan dihasilkan untuk pemungutan rotan adalah rotan asalan yang akan di pasarkan ke industry fernitur, industri meubel dan pengrajin produk rotan. Hasil perhitungan kelayakan bisnis menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) positif yakni sebesar Rp. 4.366.918,69/ton/tahun, sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 dan dinilai layak, serta memiliki nilai IRR (suku bunga rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%.

Menghasilkan madu alam asli merupakan suatu peluang yang potensial dalam bisnis, karena banyaknya produk madu campuran dipasaran membuat para konsumen sangat sulit mendapatkan madu alam asli. Segmentasi pasar produk madu cukup banyak peluang untuk memenuhi permintaan konsumen baik tingkat kabupaten, provinsi maupun antar provinsi. Saat ini teridentifikasi 974 (Sembilan ratus tuju puluh empat) target pasar dalam pengembangan bisnis hasil madu di tingkat wilayah Kabupaten Buol dan Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan budidaya madu alam akan dilakukan secara kemitraan dengan masyarakat sekitar kawasan hutan yang telah masuk dalam program pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Model Pogogul. Pada tahun 2015, telah dibentuk 10 kelompok tani hutan yang akan menjadi target kemitraan yang akan dilakukan dalam pengusahaan madu. Setiap kelempok akan memiliki minimal 10 (sepuluh) kotak untuk 100 (seratus) koloni lebah madu. Hasil perhitungan menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) sebesar Rp. 4.366.918,69, sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 sehingga dapat dinilai layak (lebih besar dari 1) dan angka IRR sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%.

(7)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Melihat potensi dan peluang perkembangan bisnis di sektor kehutanan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Kondisi tersebut, memberikan peluang bisnis kepada KPHP Model Pogogul mengembangankan investasi di wilayah kelolahnya. Keberhasilan bisnis kehutanan bagi KPH adalah Kemampuan KPH dalam mengelola bisnis diwilayahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik tingkat domestik maupun ekspor. Pencapaian keberhasilan tersebut, diperlukan penentuan pasar dan strategi pemasaran terhadap produk hasil hutan.

Adanya dokumen rencana bisnis tidak sekedar untuk menghasilkan dokumen rencana yang tersusun rapi. Tanpa ikhtiar dan ketetapan KPH untuk merealisasikan rencana tersebut maka suatu perencanaan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya komitmen seluruh aparatur KPH dan pemerintah menjadi bagian penting untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan, baik sasaran kuantitatif maupun kualitatif. Dukungan semua pihak demi terlaksananya program-program dalam rencana bisnis KPHP Model Pogogul menjadi jaminan atas pencapaian target dan sasaran yang ditetapkan. Untuk itu kepedulian, kebersamaan dan partisipasi seluruh institusi dan elemen masyarakat diharapkan dapat terpartisipatif secara maksimal dalam seluruh tahapan pembangunan KPHP Model Pogogul.

(8)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ii iii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Sasaran ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 3

1.5 Defenisi Opresaional ... 4

BAB II DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL POGOGUL 2.1 Visi dan Misi KPHP Model Pogogul ... 7

2.2 status Organisasi KPHP Model Pogogul ... 8

2.3 Risalah Wilyah KPHP Model Pogogul ... 10

2.4 Potensi Wilayah KPHP Model Pogogul ... 12

2.5 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya ... 18

2.6 Potensi Bisnis KPHP Model Poggul ... 23

2.7 Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul ... 28

BAB III RENCANA KEGIATAN... 32

3.1 Pendahuluan ... 32

3.2 Tujaun ... 32

3.3 Segmentasi Pasar ... 33

3.4 Produksi... ... 35

3.5 Rencana Kegiatan Bisnis... 36

(9)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

BAB IV RENCANA BISNIS PEMANFAATAN HASIL ROTAN

4.1 Pendahuluan ... 47

4.2 Tujuan ... 48

4.3 Segmentasi ... 48

4.4 Produksi ... 50

4.5 Rencana Kegiatan Bisnis Pemanfaatan Hasil Rotan ... 52

BAB V 4.6 Rencana Investasi ... RENCANA BISNIS PENGUSAHAAN MADU ALAM 58 5.1 Pendahuluan ... 61

5.2 Tujuan ... 62

5.3 Segmentasi ... 62

5.4 Rencana Kegiatan Bisnis Penguasahaan Madu Alam ... 64

BAB VI 5.5 Rencana Investasi ... RENCANA STRATEGI BISNIS 6.1 Strategi Pemasaran ... 73 76 6.2 sumber dan Strategi Pendanaan ... 80

6.3 Strategi Kemitraan Bisnis ... 83

6.4 Strategi Manajemen Resiko ... 86

BAB V PENUTUP ... 88

(10)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 2.1 Luas wilayah hutan di KPHP Model Pogogul ... 10

2.2 Keadaan penduduk wilayah kecamatan di KPHP unit I ... 18

2.3 Jumlah penduduk beradasarkan matapencaharian penduduk

di wialyah KPHP unit I ... 20

2.4 Jenis dan jumlah sarana dan prasara ... 20

2.5 Data kelompok tani RHL dlam wilayah BPDAS Palu Poso di

Kabupaten Buol ... 22

2.6 Rerata volume hasil hutan kayu di KPHP Model Pogogul.... 25

2.7 Potensi hasil hutan berupa rotan di KPHP Model Pogogul

Berdasarkan hasil invetarisasi hutan tahun 205 ... 26

2.8 Kualitas hasil hutan kayu di wilayah KPHP Model Pogogul.. 27

2.9 Kualitas hasil hutan rotan di wilayah KPHP Model Pogogul.. 28

2.10 Kerangka perencanaan bisnis di KPHP Model Pogogul.. ... 29

3.1 Segmentasi pasar produk hasil hutan di wilayah

Sulawesi Tengah ... 34

3.2 Jenis biaya pengusahaan hasil hutan kayu hutan alam ... 38

3.3 Hasil analsis kelayakan finalisasi pengusahaan hasil hutan

Kayu hutan alam ... 46

4.1 Segmentasi pasar produk hasil rotan ... 49

4.2 Potensi hasil hutan berupa rotan di KHPP Model Pogogul

Berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 2015 ... 51

4.3 Hasil analsis kelayakan finalisasi pengusahaan hasil hutan

Kayu hutan alam ... 53

4.4 Kriteria dan indikator pemantauan dan evaluasi kerja

KPHP Model Pogogul Tahun 2015 ... 59

5.1 Segmentasi pasar produk madu pada berbagai jenis

koperasi ... 63

5.2 Segmentasi pasar produk madu pada berbagai jenis

koperasi ... 74

6.1 Penyediaan pendanaan melalui lembaga mitra untuk

(11)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Organisasi KPHP Model Pogogul ... 9

2.2 Peta zonasi curah hujan di wilayah KPHP unit I ... 12

2.3 Peta DAS prioritas di wilayah KPH Unit I... 16

2.4 Peta penutupan lahan di wilayah KPHP Unit I ... 17

2.5 Peta administrasi kecamatan di wilayah KPHP Unit I ... 19

2.6 Sediaan jumlah kelas tiang (N) berdasarkan kelompok jenis ... 24

2.7 Sebaran kelas diameter berdasarkan kelompok jenis ... 25

2.8 Sediaan rata-rata volume kayu per Hektar.. ... 25

3.1 Perkembangan permintaan hasil hutan kayu pada tahun 2010-2014 ... 33

4.1 Perkembangan realisasi perdagangan rotan antar pulau di Sulawesi tengah padaa tahun 2010-2014 ... 49

4.2 Rotasi pemanfaatan hasil rotan kelompok hutan Buol KPHP Model Pogogul dengan Daur 12 tahun ... 52

4.3 Struktur organisasi bisnis pemanfaatan hasil rotan ... 54

4.4 Hasil Rotan Asalan ... 56

5.1 Segmentasi pasar produk madu pada badan usaha koperasi ... 63

5.2 contoh kotak untuk 100 koloni lebah madu ... 64

5.3 Struktur organisasi bisnis pengusahaan madu ... 65

5.4 Kotak stup... 68

5.5 Kotak stup berisi frame/sisiran ... 68

5.6 Perlengkapan kerja pemanenan madu ... 72

5.7 Perlengkapan produksi madu... 72

6.1 Skema strategi pengembangan segmentasi pasar produk Hasil hutan dan rotan ... 77

(12)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Tahun 2020 mendatang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mentargetkan, bahwa seluruh wilayah kawasan hutan di Indoensisa telah terbentuk kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Pengelolaan hutan dilakukan melalui pembentukan KPH akan menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan, baik di level nasional, provinsi maupun kabupaten-kota. Pembentukannya ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan berkelanjutan pada tingkat tapak. Pembangunan KPH diarahkan menuju pengelolaan hutan lestari sekaligus berkontribusi pada perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.

KPHP Model ini dibentuk pada tahun 2013 berdasarkan Peraturan Bupati Buol Nomor: 04/Dishut Tahun 2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Unit I Pogogul pada Dinas Kehutanan Kabupaten Buol. Sejak berdirinya KPHP Model Pogogul telah disusun Rencana Pengelolaan HUtan Jangka Panjang (RPHJP) periode tahun 2014-2023. Adanya dokumen RPHJP tersebut, dimaksudkan untuk menjadi acuan rencana pengelolaan hutan yang diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan.

(13)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Fungsi utama dokumen RPHJP adalah sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan hutan secara optimal dengan menyiapkan

sebuah peluang usaha dibidang kehutanan dengan tetap

mengedepankan asas kelestarian. Usaha-usaha yang dilakukan akan memberikan kontribusi bagi kemadirian KPH melalui membangun sebuah pola wirausaha di sektor kehutanan yang nantinya secara bertahap akan menjadi sumber pendapatan bagi unit KPH tersebut dan berimplikasi pada pendapatan negara secara keseluruhan.

Mewujudkan Pencapaian kemandirian KPHP Model Pogogul dipandang perlu untuk menyusun sebuah rencana usaha KPH yang

kemudian dikenal dengan istilah “Business Plan KPH”. Business Plan

KPH merupakan sebuah penjabaran dari visi suatu unit KPH terhadap potensi sumberdaya yang ada dalam wilayah kerja yang nantinya akan menjadi inti dari model kewirausahaan sektor kehutanan yang akan dibangun oleh unit KPH yang bersangkutan. Visi kewirausahaan KPH akan dibangun melalui rencana-rencana bisnis yang berbasis pada profit oriented, dengan tidak melupakan asas kelestarian pengelolaan hutan. Pengembangan bisnis-bisnis KPH dapat berupa pengelolaan hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu serta pemanfaatan jasa lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan rencana bisnis KPHP Model Pogogul dimaksudkan untuk memberikan arahan dan acuan bagi KPH dalam melakukan pembangunan dan pengembangan bisnis di wilayahnya melalui penciptaan peluang investasi kepada mitra KPH. Tujuan rencana bisnis KPH adalah untuk mencapai rencana pengelolan KPH secara optimal serta meningkatkan efektiitas pembangunan KPH. Adanya rencana bisnis KPH diharapkan dapat memberikan sumbangan pendapatan daerah demi kemakmuran masyarakat, khususnya yang bermukim di

(14)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

1.3 Sasaran

Sasaran rencana bisnis KPHP Model Pogogul adalah peluang bisnis yang ada di wilayah Kerja KPHP Model Pogogul baik hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu maupun jasa lingkungan.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup rencana bisnis KPHP Model Pogogul disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.6/Menhut- II/2010, Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.47/Menhut-II/2013. Adapun ruang lingkup rencana bisnis KPHP Model Pogogul adalah sebagai berikut;

1. Ringkasan eksekutif; memuat ringkasan pembangunan dan pengembangan bisnis di wilayah KPHP Model Pogogul, yang mengandung informasi singkat tentang; gambaran bisnis, dan tingkat keuntungan.

2. Pendahuluan; memuat informasi rencana bisnis berupa latar belakang, maksud dan tujuan, sararan, ruang lingkup, dan defenisi operasional.

3. Deskripsi Kawasan; mengandung informasi tentang : a) risalah wilayah KPHL Model Pogogul yang meliputi letak, luas, aksesibiltas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah KPHP Model Pogogul; b) potensi umum wilayah KPH e) Keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan sekitar hutan; f) potensi bisnis KPHP Model Pogogul; g) deskripsi calon wilayah tertentu yang akan dikelola KPH; h) kerangka perencanan bisnis KPHP Model Pogogul. 4. Rencana Bisnis Pemanfaatan Tegakan Pengelolaan Hasil

Hutan Kayu; mengandung insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis

(15)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

5. Rencana Bisnis Pengelolaan Hasil Rotan; mengandung insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis peluang usaha.

6. Rencana Bisnis Pengelolaan Hasil Madu Alam; mengandung insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis peluang usaha.

7. Strategi Pengembangan Bisnis; mengandung insformasi tentang; manajemen bisnis, sumber pendanaan, kemitraan bisnis. rencana strategi bisnis, dan strategi manajemen Resiko meliputi manajemen resiko sosial, dan resiko lingkungan;

8. Penutup; mengandung insformasi tentang rekomendasi rencana bisnis KPHP Model Pogogul;

9. Lampiran; berisikan peta tematik wilayah KPHP Model Pogogul meliputi peta tematik sebaran potensi bisnis dan peta pendukung lainnya.

1.5 Defenisi Operasional

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,

(16)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

4. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

5. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

6. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.

7. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek.

8. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH yang selanjutnya disebut RPHJP KPH adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

9. Rencana Bisnis adalah deskripsi tertulis yang komprehensif tentang produk berupa barang dan jasa yang diproduksi, proses dan teknologi produksi yang digunakan, pangsa pasar dan pengguna produk yang menjadi target, strategi pemasaran, kriteria dan jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan, bentuk organisasi, persyaratan yang diperlukan dalam hal: infrastruktur dan peralatan, sumber-sumber pembiayaan yang diharapkan, serta berisi perincian inflow dan outflow keuangan selama periode tertentu.

(17)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariaannya.

11. Penggunaan Kawasan Hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

12. Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannnya secara lengkap.

13. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan.

14. Wilayah tertentu dalam KPH antara lain, adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.

15. Kemitraan kehutanan adalah kerjasama antar masyarakat setempat dengan pemegang izin pemanfaatan hutan atau pengelola hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan dan atau KPH dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.

16. Etat adalah jatah tebangan tahunan (JPT) yang diperkenankan dan disesuaikan dengan rotasi atau daur tebang yang telah ditetapkan. Etat dibagi menjadi dua, yaitu etat luas dan etat volume.

(18)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

II. DESKRIPSI KAWASAN

KPHP MODEL POGOGUL

2.1 Visi dan Misi KPHP Model Pogogul

Visi KPHP Model Pogogul. Visi pengelolaan hutan KPHP Model

Pogogul adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan

hutan Untuk mengoptimalkan fungsinya secara ekonomi, sosial dan ekologi yang lestari dan berkelanjutan”. Pencapaian visi tersebut telah dirumuskan 8 (delapan) misi sebagai berikut:

1. Peningkatan Pengelolaan dan Pemanfaatan hutan produksi dan hutan lindung sesuai zona -zona yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku;

2. Mendorong percepatan dan terbentuknya kelembagaan KPHP sesuai ketentuan yang berlaku;

3. Mendorong dan membuka peluang invenstasi disektor kehutanan melalui pemanfaatan kawasan hutan, hasil hutan dan jasa lingkungan;

4. Menjabarkan, mengimplementasikan dan melakukan pemantauan serta penialaian kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya;

5. Mengoptimalkan dan menjamin akses masyarakat terhadap hutan serta mendukung penyelesaian konflik lahan;

6. Melakukan rehabilitasi hutan, reklamasi pemulihan dan perlindungan dengan monitoring dan evaluasi;

7. Melaksakana tata kelolah pemerintah dan pelayanan publik yang akuntabel, adil transparan, efektif dan efesien;

8. Meningkatkan SDM aparatur dan masyarakat melalui Diklat

(19)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Berdasarkan misi tersebut, KPHP Model Pogogul berupaya secara maksimal menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari secara efisien dan efektif. Pengelolaan hutan dilakukan dengan memperhatikan fungsi ekologis, produksi, sosial dan ekonomi. Kedepan diharapkan KPHP dapat mengelola hutan secara lestari dan mandiri dengan membangun dan mengembangkan investasi kehutanan.

Salah satu misi KPHP Model Pogogul adalah mendorong dan membuka peluang invenstasi disektor kehutanan melalui pemanfaatan kawasan hutan, hasil hutan dan jasa lingkungan. Mendukung peran dan fungsi KPHP terhadap misi tersebut, KPHP dipandang perlu untuk menyusun sebuah rencana usaha (Business Plan) KPHP guna membangun sektor kehutanan yang mandiri.

2.2 Status Organisasi KPHP Model Pogogul

Sampai dengan saat penyusunan dokumen ini, kelembagaan KPHP Model Pogogul masih berbentuk model Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Permendagri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi.

Organisasi UPTD KPHP Model Pogogul memiliki tipe A, yaitu Organsasi KPH yang memiliki karakteristik terhadap pemahaman konsep KPH baik, SDM cukup dan kapabel, dukungan stakeholder tinggi, dan potensi usaha baik..

Kelembagaan UPTD KPHP Model Pogogul menuju KPH yang mandiri dibutuhkan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang mengelolanya, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Kualitas SDM terutama yang terkait dengan kualifikasi dan kompetensi staf yang memiliki relevansi dengan komponen-komponen kegiatan yang akan

(20)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Sub Bagian Tata Usaha

Staf Tata Usaha

ditanganinya. Penunjukan Personil pengelola KPH Model berdasarkan

Keputusan Bupati Buol Nomor: 800/10-71/Dishut Tanggal 07 Maret 2013 disajikan pada gambar berikut:

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah Kepala KPHP Model Pogogul

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Pengelolaan Seksi Perencanaan

Gambar 2.1. Organisasi KPHP Model Pogogul

Pembangunan bisnis yang akan diusahakan KPHP Model Pogogul perlu melakukan pembenahan organisasi KPHP, karena dalam pembagunan bisnis yang akan dilakukan memerlukan penambahan dan penempatan beberapa staf diantaranya pada bagian pemanenan hasil hutan dan pemasaran hasil hutan. Penambahan staf tersebut dianggap penting untuk mengoptimalkan pelaksanaan bisnis yang diusahakan KPHP Model Pogogul.

2.3 Risalah Wilayah KPHP Model Pogogul 1. Letak dan Luas

Wilayah KPHP Model Pogogul secara administrasi termasuk ke dalam Kabupaten Buol yang tersebar di 11 (sebelas) Kecamatan yaitu Kecamatan Lakea, Kecamatan Bokat, Kecamatan Bukal, Kecamatan

(21)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Bunobogu, Kecamatan Gadung, Kecamatan Karamat, Kecamatan Lipunoto, Kecamatan Momunu, Kecamatan Paleleh, Kecamatan Paleleh Barat, dan Kecamatan Tiloan. Luas wilayah pengelolaan KPHP Model Pogogul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.635/Menhut-II/2013 tanggal 24 September 2013 adalah sebesar ± 187.544,27 Ha. Adapun rincian masing-masing luas kawasan hutan berdasarkan fungsi hutan diuraikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2.1. Luas wilayah hutan di KPHP Model Pogogul.

No. Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Hutan Lindung (HL) 42.310,38 22,56

2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 49.789,32 26,55

3 Hutan Produksi (HP) 95.444,57 50,89

Jumlah 187.544,27 100

Sumber: Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Pogogul, 2013.

2. Aksesibilitas Kawasan

Lokasi PHP Model Pogogul di Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah pada ebelas wilayah kecamatan yaitu: Kecamatan Lakea, Kecamatan Biau, Kecamatan Karamat, Kecamatan Momunu, Kecamatan Tiloan, Kecamatan Bokat, Kecamatan Bukal, Kecamatan Bunobogu, Kecamatan Gadung, Kecamatan Paleleh, dan Kecamatan Paleleh Barat. Aksesibilitas Kawasan Wilayah KPHP Model Pogogul belum cukup memadai sehingga arus transportasi antar desa dalam wilayah kecamatan maupun dari dan menuju desa di kecamatan yang lainnya masih sulit. Disamping itu sarana penunjang berupa jembatan juga belum memadai untuk melintasi wilayah ini. Dengan demikian keterjangkauan wilayah KPHP belum cukup memadai dijangkau hingga

(22)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

3. Batas-batas KPH

KPHP Model Pogogul, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah utara: berbatasan dengan kawasan APL di wilayah Kecamatan Paleleh s.d. Kecamatan Biu Kabupaten Buol.

b) Sebelah timur: berbatasan dengan kawasan APL Desa Umu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol.

c) Sebelah selatan: berbatasan dengan KPHL Unit III Kabupaten Parigi Moutong dan Provinsi Gorontalo.

d) Sebelah barat: berbatasan dengan KPHP Unit II Kabupaten Tolitoli.

4. Sejarah Wilayah KPH

KPHP Unit I yang terletak di wilayah Kabupaten Buol dan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah terbentuk sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.79/MENHUT-II/2010 Tanggal 10 Februari 2010 Tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan KPHL dan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah.

Berdasarkan sejarah pengelolaan hutan, wilayah KPHP Unit I pernah dikelola oleh HPH PT. PT. Regasia Jaya Nusantara hingga awal tahun 1990-an seluas 71.700 Ha. Selanjutnya mulai tahun 2000 PT. Inhutani I diserahi tugas oleh Departemen Kehutanan untuk melakukan rehabilitasi dan pengamanan Eks HPH tersebut. Pada tahun 2000, PT. Inhutani memperoleh surat rekomendasi dari Bupati Kepala Dati II Buol Tolitoli No. 522/1296/Tapem tgl 1 Maret 2000 untuk ditetapkan sebagai areal HPH PT Inhutani I.

2.4 Potensi Wilayah KPHP Model Pogogul 1. Iklim

Wilayah KPHP Unit I dipengaruhi oleh dua musim yang tetap yakni musim Barat dan musim Timur dengan iklim tropis. Dari hasil analisis Peta Curah Hujan RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, curah hujan

(23)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

rata-rata tahunan di wilayah KPHP Unit XVI berkisar 1.800 – 2.800 mm/tahun. Curah dominan berkisar 2.000 - 2.600 mm/tahun.

Gambar 2.2. Peta Zonasi Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit I

Dari hasil analisis data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Buol periode tahun 2002-2007 diketahui bahwa curah hujan rata-rata tahunan mencapai 1.920,43 mm/thn. Jumlah bulan basah sebanyak 11 bulan dan bulan kering 0 bulan. Dengan demikian tipe iklim berdasarkan klasifikasi Smith dan Ferguson adalah termasuk dalam tipe iklim A. Selanjutnya berdasarkan data curah hujan Tahun 2007 diketahui jumlah hari hujan sebanyak 126 hh atau rata-rata 10 hh. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 adalah 187 mm/bulan, yang mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April (430 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (45 mm). Suhu udara maksimum rata-rata tertinggi di wilayah Buol dan sekitarnya adalah

(24)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

32,45 0C pada bulan Mei dan suhu udara minimum rata-rata terendah adalah 23,53 0C dibulan Februari.

Kelembaban udara rata-rata bulanan juga bervariasi, tertinggi adalah 88,00% yang terjadi pada bulan September dengan kelembaban udara rata-rata terendah sebesar 82,00% yang terjadi pada bulan Oktober.

2. Geologi, Tanah dan Geomorfologi Geologi:

Berdasarkan peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1:250.000, wilayah Kabupaten Buol termasuk dalam Mendala Geologi Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, bagian timur wilayah ini relatif lebih erpengaruhi secara tektonik dibanding bagian baratnya. Di bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan dua arah utama yaitu tenggara-barat laut dan timur laut-barat daya. Disamping itu, terdapat sesar-sesar dekstral di Pegunungan Paleleh dan G. Tentalomatinan. Adapun bagian timur Buol, gejala struktur relatif tidak dominan, hanya terdapat dua struktur utama, yaitu sesar sungkup di barat Momunu dan sesar vertikal di sebelah barat Leok. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan antiklin dan kekar-kekar yang banyak terdapat pada seluruh formasi batuan yang ada di wilayah ini.

Tanah:

Berdasarkan data FAO/UNESCO/Soil Survey Staff (1968), penyebaran jenis di wilayah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah jenis tanah yang ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff USDA, 1999), ditemukan tiga order utama tanah diantaranya adalah Entisols, Inceptisols, dan Mollisols. Entisols menempati wilayah pesisir dengan variasi sifat-sifat kimia tanah yang cukup beragam, sedangkan Inceptisols dan Mollisols penyebarannya sempit dengan variasi sifat-sifat tanah yang relatif kecil. Selanjutnya berdasarkan klasifikasi tanah LPT Bogor, jenis tanah yang terdapat di wilayah DAS

(25)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Merah Kuning, Litosol, Rendzina, Mediteran Merah Kuning, dan Aluvial. Jenis tanah lainnya adalah Latosol, Hidromorf, dan Organosol (Sumber: Peta Lahan Kritis Kabupaten Buol, BPDAS Palu Poso, Tahun 2009).

Geomorfologi:

Secara fisiograti, wilayah Kabupaten Buol berada di antara jajaran vulkanik lengan utara (northern volcanic ranges) dengan wilayah pegunungan bagian tengah (central mountains) dari Pulau Sulawesi. Morfologi wilayah ini sebagian merupakan perbukitan dengan relief sedang, sebagian besar yang berelief tinggi terutama pada bagian selatan. Sebagian lagi berelief rendah yang umumnya berupa dataran alluvial dan menempati wilayah-wilayah pesisir pantai, atau bagian utara Kabupaten Buol.

Berdasarkan pada proses geologi, pengelompokan umum morfologi laut dan daratan wilayah Kabupaten Buol, dapat dlbagi dalam:

1. Lereng/tebing depresi, menghubungkan daerah depresi yang dalam dengan daerah paparan yang relatif dangkal. Pada beberapa bagian laut, lereng yang terbentuk berupa tebing curam Karena proses subduksi. Lereng depresi kedalamannya berkisar antara 10 - 200 meter.

2. Daerah paparan; dengan kedalaman kurang dari 200 m dengan lebar dari pantai yang relatif bervariasi ditemui pada sepanjang dasar laut kabupaten ini.

3. Dataran; terdiri dari:

a. Dataran kipas alluvial yang melereng landai, umumnya merupakan lahan datar pesisir yang tersebar pada sebagian besar wilayah terutama di wilayah Kecamatan Tiloan yang berakhir di wilayah Kecamatan Lipunoto.

b. Dataran Lumpur antara pasang surut, tersebar pada luasan yang sempit pada semua kecamatan yang ada. Secara umum, sebagian dari satuan morfologi ini merupakan permukiman yang sudah

(26)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

4. Perbukitan, terdiri dari:

a. Punggung bukit sedimen asimetrik tak terorientasi. Bentukan seperti ini dijumpai dalam luasan yang sempit pada daerah perbukitan pesisir bagian selatan sepanjang wilayah Kabupaten Buol

b. Perbukitan karst (kapur) di atas batu gamping coral Bentukan bukit karst seperti ini dapat ditemui di wilayah Kecamatan Biau.

c. Deretan bukit sangat curam di atas batuan beku, dijumpai di bagian barat dan timur Kabupaten Buol seperti pada Kecamatan Biau, Kecamatan Tiloan dan Kecamatan Paleleh. 5. Pegunungan, terdiri dari:

a. Punggung bukit sedimen asimetrik tertoreh melebar, sebarannya dijumpai di sebagian wilayah kecamatan yang ada.

b. Punggung gunung metamorfik terorientasi terjal, dijumpai pada hampir semua wilayah kecamatan di bagian selatan Kabupaten Buol.

3. Hidrologi dan DAS

Di wilayah KPHP Unit I terdapat dua DAS prioritas I yaitu DAS Kuala besar, Lintidu, Bodi, Lantikadigo-mulat, Lonu, Bunobogu, Buol, Lakea, Lakuan, dan Maraja. Sedangkan DAS lainnya termasuk dalam prioritas II dan III. Umumnya sungai-sungai utama di wilayah KPHP Unit I memiliki pola aliran dendritik dan paralel yang seluruh sungai utama dan anak sungainya mengalirkan air ke arah utara (Laut Sulawesi)

(27)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Gambar 2.3. Peta DAS Prioritas di Wilayah KPHP Unit I

Air sungai di wilayah KPHP ini hanya sebahagian besar diimanfaatkan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan irigasi pertanian. Hamparan lahan sawah cukup luas terdapat di wilayah Kecamatan Biau, Kecamatan Tiloan, Kecamatan Momunu, dan Kecamatan Paleleh. Pada desa-desa lainnya umumnya air sungai dimanfaatkan penduduk untuk air, mandi, dan mencuci. Sungai-sungai penyumbang banjir dan sedimentasi terbesar di wilayah KPHP ini adalah Sungai Buol.

4. Penutupan Vegetasi/Lahan

Kondisi penutupan lahan/vegetasi di wilayah KPHP Unit I terdiri atas: 123,79 ha hutan mangrove primer, 0,06 Ha hutan mangrove sekunder, 145,399,99 Ha hutan primer, 41.852,59 ha hutan sekunder, 248,18 perkebunan, 3.709,96 pertanian lahan kering, 3.999,94 pertanian lahan kering campur, 75,41 sawah, 4.149, 40 ha semak belukar, dan 16,79 ha tambak. (Dishut Sulteng, 2011)

(28)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Gambar 2.4. Peta Penutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit I

5. Potensi Kayu/Non-Kayu

KPHP Unit I adalah salah satu wilayah KPH di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang cukup tinggi. Di wilayah ini terdapat hutan pegunungan/hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah, yang kaya jenis-jenis vegetasi berkayu dan vegetasi tak berkayu baik komersial dan non-komersial.

Jenis-jenis flora yang cukup dikenal masyarakat bernilai komersial tinggi di pasar Internasional maupun domestik, khususnya dari jenis kayu adalah Kayu Meranti (Shorea spp.), Palapi (Herriteria sp.), Nyatoh (Palaqium spp.), Rau (Dracontamelon mangiferum), Bintangur (Calophyllum soulatri), Maraula (Diospyros macrophylla), Agatis/Damar (Agathis spp.), Matoa (Pometia pinnata), Dao (Dracontamelon dao), Mangga hutan (Mangifera foetida), Binuang (Octomeles sumatrana), dll.

(29)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Selanjutnya dari jenis flora berupa jenis non-kayu adalah Rotan (Calamus spp.), Bambu (Bambusa spp.), Aren (Arenga pinnata) dan jenis palma lainnya. Dari jenis flora tersebut beberapa jenis yang dikategorikan sebagai jenis tanaman multiguna seperti Agatis (penghasil kayu dan getah damar), Durian (penghasil kayu dan buah), Aren (penghasil nira, ijuk, pati, lidi, buah), dsb.

2.5. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Kependudukan

Secara administratif KPHP Unit I berada dalam wilayah Kecamatan Biau, Karamat, Lipunoto, Bukal, Bokat, Bunobogu, Gadung, Paleleh Barat dan Paleleh di Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya sebaran jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada tiga belas wilayah kecamatan di Kabupaten Buol disajikan pada tabel berikut. Adapun gambaran secara spasial administrasi kecamatan tersebut disajikan pada Gambar berikut.

Tabel 2.2. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di KPHP Unit I

NO Kecamatan Luas Wiayah (km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah KK Kepadatan Pendududk (jiwa/km2) 1 2 3 4 5 6 A Kabupaten buol 1 Biau 361,65 16.630 3.689 12 2 Kramat*) 3 Liponoto 217,8 20.283 4.623 7 4 Momonu 400,4 12.954 2.988 14 5 Tiloan 1.437,70 7.450 1.961 8 6 Bokat 196,1 11.831 2.852 14 7 Bukal 355,52 11.875 2.956 13 8 Bonubogu 327,15 8.287 1.826 8 9 Gadung 160,38 10.650 2.371 8 10 Paleleh 586,87 15.161 3.621 17 11 Paleleh Barat *) Jumlah 4043,57 115.121 26.887 101

(30)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Gambar 2.5. Peta Administrasi Kecamatan di Wilayah KPHP Unit I

2. Mata Pencaharian dan Pendapatan

Matapencaharian penduduk yang dimaksud adalah mata pencaharian utama (penduduk usia produktif) yang merupakan sumber penghidupan pokok penduduk, dimana dalam hal ini merupakan sumber penghasilan penduduk minimal 50% dari keseluruhan penghasilan mereka. Jadi dengan mengetahui mata pencaharian penduduk yang bermukim pada satu wilayah akan memudahkan kita dalam mengetahui tingkat pendapatannya. Berdasarkan hasil analisis data dan informasi mata-pencaharian yang diperoleh dari data BPS Kecamatan di Kabupaten Buol (KPHP Unit I), diperoleh hasil seperti yang tertera pada

(31)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Penduduk di Wilayah KPHP Unit I

no Kecamatan Petani dan

Nelayan Pedagang

PNS/

Karyawan Industri, dll Jasa dan jumlah (Org)

1 2 3 4 5 6 7 1 Biau/Kramat 3.032 91 126 449 3.698 2 Lipunoto 2.774 55 462 832 4.632 3 Momonu 2.532 95 139 231 2.988 4 Tiloan 1.608 43 67 243 2.961 5 Bokat 2.424 73 97 258 2.852 6 Bukal 2.542 79 101 234 2.956 7 Bunobogu 1.570 47 62 146 1.826 8 Gadung 2.039 61 81 190 2.371 9 Paleleh/Palele Barat 3.114 93 123 290 3.621 Jumlah 21.635 637 1.258 2.873 27.905

Dari tabel di atas, nampak bahwa jenis matapencaharian penduduk di wilayah DAS dalam wilayah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah masih didominasi petani dan nelayan, disusul pegawai, pedagang, industri dan jasa layanan lainnya.

3. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Keberadaan sarana dan prasarana perekonomian di wilayah KPHP Unit I bertujuan untuk menunjang kelancaran kegiatan ekonomi. Adapun kondisi sarana dan prasarana perekonomian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana

No KecamatanNama BankJenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah)

Swasta BPD BPR PemerintahBank KoperasiPrimer

1 Biau - - - 1 5 2 Kramat *) - - - - - 3 Lipunoto - 1 - 2 61 4 Momonu - - - - 12 5 Tiloan - - - - 9 6 Bokat - - - - 9 7 Bukal - - - - 11

(32)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

No KecamatanNama

Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah) Bank

Swasta BPD BPR PemerintahBank KoperasiPrimer

8 Bunobogu - - - - 6 9 Gadung - - - - 12 10 Paleheh - - - 1 14 11 Paleleh Barat *) - - - -

Data pada tabel terlihat jenis sarana dan prasarana perekonomian untuk menunjang kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di wilayah kecamatan yang meliputi; jenis dan jumlah perbankan, jenis dan jumlah koperasi. Selain itu terdapat pasar tradisional, toko, warung dan kios.

4. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan di wilayah KPHP Unit I, di setiap kecamatan telah tersedia, seperti pukesmas dan puskemas pembantu. Untuk di Kecamatan Lipunoto sebagai ibu kota kabupaten disamping tersedia puskemas juga tersedia rumah sakit.

5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan di wilayah KPHP Unit I, di setiap kecamatan telah tersedia sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas. Untuk di ibu Kota Kabupaten terdapat Perguruan Tinggi Swasta.

6. Lembaga Formal dan Informal

Desa-desa dan kelurahan di dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit I semuanya telah mempunyai lembaga masyarakat, baik yang bersifat formal maupun yang non-formal sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan, antara lain Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan BPD. Selain itu, juga terdapat lembaga informal yang merupakan Lembaga/Badan/Organisasi yang dibentuk berdasarkan inisiatif kelompok/ warga masyarakat tertentu dengan dana warga

(33)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

masyarakat bersangkutan, seperti kelompok tani, lembaga adat dan lainnya.

Dari data BPDAS Palu Poso Tahun 2009, di wilayah Kabupaten Buol sampai dengan Tahun 2008 terdapat sebanyak 57 kelompok tani hutan dengan jumlah peserta sebanyak 2.210 orang yang tersebar pada 45 desa/kelurahan dalam sebelas wilayah kecamatan. Kelompok tani hutan dimaksud adalah kelompok tani pada kegiatan RHL (Gerhan, DAK dan MDM) dengan luas areal sasaran 2.063 Ha. Untuk jelasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.5. Data Kelompok Tani RHL dalam Wilayah BPDAS Palu Poso di Kabupaten Buol No Kecamatan Desa/ Kelurahan Jumlah Kelompok (Bh) Jumlah Anggota Jumlah Luas

(Ha) Jenis Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 1 Bunobogu Domag 1 49 50 Gerhan Nonu 2 124 124 Gerhan Ponipingan 2 50 35 DAK 2 Gadung Labuton 1 123 100 Gerhan Taat 2 70 60 Gerhan Rupu Bogu 1 17 10 Gerhan Diapatih 1 25 25 Gerhan Lokodidih 1 25 25 Gerhan

3 Bukal

Petangoan 1 65 50 DAK Mooyong 2 78 78 Gerhan Mopu 3 171 175 DAK, Gerhan Bungkudu 1 25 25 Gerhan

4 Momunu

Momunu 1 25 25 Gerhan Lamadong 1 50 50 Gerhan Puji Mulyo 1 52 50 Gerhan Pinamula 2 50 50 MDM Potogu 1 25 25 Gerhan 5 Biau/Kramat Busak II 1 45 50 DAK Lakea I 3 74 60 Gerhan Lamakan 1 58 50 Gerhan Tualan 1 50 50 Gerhan Mondalan 2 40 35 Gerhan

(34)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

No Kecamatan Kelurahan Desa/

Jumlah Kelompok (Bh) Jumlah Anggota Jumlah Luas

(Ha) Jenis Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7

Lakuan Buol 1 25 25 Gerhan

6 Paleleh/Paleleh Barat

Bodi 2 59 50 DAK, Gerhan Harmoni 1 16 10 Gerhan Tolau 1 50 50 Gerhan Molangato 1 35 50 MDM 7 Bokat Pikopo 1 50 50 DAK Kodolagon 1 50 50 Gerhan Doulan 1 50 50 Gerhan Negeri Lama 1 25 5 Gerhan Kantanan 1 25 5 Gerhan Bongo 1 50 50 Gerhan Bukamog 1 53 50 Gerhan Tang 1 50 50 Gerhan Bokat 1 50 50 Gerhan 8 Tiloan

Air Terang 1 50 50 Gerhan Maniala 1 50 50 Gerhan Jatimulya 1 25 25 Gerhan Boilan 1 50 50 Gerhan

9 Liponotu

Kel. Leok I 2 85 80 Gerhan Kumaligen 1 15 10 Gerhan Kampung

Bugis 1 15 10 Gerhan Kel. Kali 1 15 16 Gerhan

2.6. Potensi Bisnis KPHP Model Pogogul

Dalam rangka mempercepat pembangunan KPHP Model Pogogul menjadi KPHP yang mandiri, maka di wilayah KPHP ini dialokasikan lahan hutan produksi terbatas dan hutan produksi guna dimanfaatkan menjadi usaha hasil hutan kayu alam dan atau restorasi ekosistem. Selain itu, untuk pengembangan usaha hasi hutan bukan kayu (rotan, madu dan getah) dan jasa lingkugan (Jasling) berupa usaha jasa wisata alam (Jasling-WA), usaha jasa penyerap dan atau penyimpanan karbon dan jasa sumber air. KPHP menyediakan pula lahan-lahan hutan di

(35)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah Jum lah P oho n

kawasan hutan lindung. Pengembangan wilayah untuk tujuan kelola sosial di KPHP Model Pogogul terdapat blok pemberdayaan masyarakat, yang akan dikembangkan sebagai pemanfaaatan hasil hutan kayu dengan model pengembangan Hutan Kemasyarakat (HKM) seluas ±7.622,36 Ha, dan pemafaatan hasil hutan kayu melalui model pengembangan hutan desa seluas ±2.900 Ha.

Pengembangan investasi di wilayah KPHP Model Pogogul memiliki potensi untuk penyelengaraan setiap jenis kegiatan usaha yang akan dilakukan dalam bentuk kemitraan dengan berbagai pihak yang akan melakukan investasi di wilayah KPHP. Rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP dilakukan melalui pemanfaatan hasil hutan kayu (pemanfataan kayu pada hutan alam dan hutan tanaman), dan hasil bukan hutan kayu (rotan, madu dan getah).

1. Potensi Hasil Hutan Kayu pada Hutan ALam

Hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) di wilayah KPHP Model Pogogul yang dilakukan tahun 2015 pada tahap I seluas 7.336,19 Ha, bahwa terdapat potensi kayu meliputi kayu indah, kayu meranti, dan kayu rimba campuran sebagai mana disajikan pada Gambar 2.6 dan hasil rata-rata volume kayu per hektar disajikan pada Gambar 2.7, Gambar 2.8 dan Tabel 2.6 berikut.

400 350 300 250 200 150 100 50 0

Kayu Indah Meranti Rimba Campuran N 59 172 355

(36)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 V o lum e (M ³/ H a) 2 0 -29 3 0 -39 4 0 -49 5 0 -59 6 0 -69 7 0 -79 8 0 -U P 2 0 -29 3 0 -39 4 0 -49 5 0 -59 6 0 -69 7 0 -79 8 0 -U P 2 0 -29 3 0 -39 4 0 -49 5 0 -59 6 0 -69 7 0 -79 8 0 -U P 350 300 250 200 150 100 50 0

Kayu Indah Meranti Rimba Campuran

Gambar 2.7. Sebaran Kelas Diameter Berdasarkan Kelompok Jenis

35 30 25 20 15 10 10 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - Up N 19,923 22,683 18,585 28,365 24,260 32,656 7,677

Gambar 2.8. Sediaan Rata-rata Volume Kayu Per Hektar

Tabel 2.6. Rerata volume hasil hutan kayu di KPHP Model Pogogul

No. Kategori Pohon DiameterKelas JumlahBatang (M³ / Ha)Volume

1 Pohon Kecil 20 - 29 369 19,92

2 Pohon Besar 30 - 39 270 22,68

3 Pohon Besar 40 - 49 116 18,59

4 Pohon Besar 50 - 59 62 28,37

(37)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

No. Kategori Pohon DiameterKelas JumlahBatang (M³ / Ha)Volume

6 Pohon Besar 70 - 79 49 32,66

7 Pohon Besar 80 - Up 95 7,68

Jumlah Rerata Volume (M3/Ha) 22,02

2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

Jenis rotan yang dijumpai dilokasi sampel plot adalah 8 (delapan jenis) dengan jumlah 1759 individu. Lokasi sampel plot tersebut didominasi oleh jenis rotan lambang (Calamus ornatus Blume), rotan batang (Calamus zollingeri Becc), rotan susu (Daemonorops robusta Warb), dan rotan tohiti (Calamus inops Becc). Potensi rotan di KPHP Model Pogogul berdasarkan hasil inventarisasi hasil hutan bukan kayu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7. Potensi Hasil Hutan Berupa Rotan di KPHP Model Pogogul Berdasarkan Hasil Inventarisasi Hutan Tahun 2015

No Nama Lokal Jumlah

Individu INP

1 Lambang (Calamus ornatus Blume) 504 45,22

2 Batang (Calamus zollingeri Becc) 347 36,30

3 Susu (Daemonorops robusta Warb) 258 28,87

4 Tohiti (Calamus inops Becc) 118 20,91

5 Rotan Tikus (Calamus didymocarpus Warb) 195 11,65

6 Umbul (Calamus symphysipus) 48 9,83

Keberadaan potensi sumber daya hutan yang dimiliki KPHP Model Pogogul dapat memberikan peluang investasi terhadap usaha di sektor kehutanan. KPHP sebagai pengelola hutan menawarkan investasi berbagai produk terhadap pemanfaatan kawasan hutan dan sumber daya hutan. Rencana Pengembangan Investasi di wilayah KPHP Model Pogogul dilakukan berdasarkan analisis kelayakan usaha pemanfaatan

(38)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

hutan melalui pemanfaatan hasil kayu pada hutan alam dan hutan tanaman serta pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.

Keberadaan KPHP Model Pogogul telah memiliki fasilitas yang memadai dalam mendukung dan melakukan usaha di sektor kehutanan. Failitas KPHP yang telah dimilki adalah Kantor KPHP Model Pogogul, saran dan prasarana (sapras) operasional lapangan meliputi sapras perkantoran, kendaraan operasional, dan sapras survey potensi hutan. Selain itu, telah terdapat persemaian permanen untuk pengelolaan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Pembanguan usaha di wilayah KPHP akan dilakukan penyediaan fasilitas dalam pengelolaan produksi hasil hutan, guna mengoptimalkan penyelenggaraan investasi di KPHP Model Pogogul.

3. Keunggulan Produk

Keungulan produk hasil hutan KPHP Model Pogogul meurpakan hasil hutan yang dikelolah oleh KPH dengan memiliki izin legalitas hasil hutan. Adapun kualitan hasil hutan kayu dan rotan yang berada di wilayah KPHP Model Pogogul disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.8. Kualitas Hasil Hutan Kayu di Wilayah KPHP Model Pogogul

No. Jenis Hasil Hutan Kelas Keterangan

Kuat Awet

1 Kayu Indah; Ebony I I Mebel Mewah

2. Meranti I-II I-II Venir, Kayu Olahan, Kayu Gergajian, Mebel

3. Rimba Campuran;  Nyatoh  Palapi  Bintangur  Bayur  Jabon  Benuang I I II-III II-III III-IV IV-V II I-II III IV V V

Kayu Olahan, Kayu Gergajian, Mebel, dan Pulp

(39)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Tabel 2.9. Kualitas Hasil Hutan Rotan di Wilayah KPHP Model Pogogul

No. Jenis KelasKuat MekanikKelas KelasSifat Keterangan

1 Batang I 74 140 Industri bahan

baku, bahan setengah jadi dan barang jadi

2. Tohiti I 71 146

3 Lambang II 48 99

Kekuatan utama potensi hasil hutan cukup besar, kualitas produk yang baik dan berpotensi untuk diproduksi memenuhi permintaan pasar dari tahun ke tahun. Produksi hasil hutan dilakukan dengan menyortir hasil hutan dan mengutamakan kualitas hasil hutan.

2.7. Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul

Rencana strategis bisnis pemanfaatan hutan KPHP Model Pogogul disusun berdasarkan kondisi serta data dan fakta aktual di lapangan, sesuai dengan konsep Pengelolaan Hutan Produksi Alam Lestari (PHAPL) dalam rangka menghadapi tuntutan pasar domestik dan internasional terhadap produk hasil hutan. Produk hasil hutan merupakan segala sumber daya hutan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan. Produk yang akan dihasilkan adalah hasil hutan kayu dari hutan alam meliputi kayu meranti, kayu indah dan kayu rimba campuran, hasi hutan bukan kayu meliputi tanaman rotan dan hasil madu pada hutan alam.

Perencanaan bisnis di KPHP model Pogogul mencakup tentang gambaran umum rencana meliputi beberapa asepk-aspek yakni jenis produk yang akan dikembangkan, segmentasi pasar dan pemasaran produk, teknik dan tenologi yang digunakan setiap produk, pengembangan manajemen dan organisasi, kondisi keuangan, kondisi operasional dan strategi bisnis dimasa mendatang. Adapun kerangka perencanaan bisnis KPHP Model Pogogul disajikan pada tabel berikut.

(40)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Tabel 2.10. Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul Komponen

Produk yang akan dikembangkan

Hasil Kayu Hutan Alam Rotan Madu Hutan

Segmen Pasar

- Siapa Pelanggan Industri kayu gergajian, Industri

Bulat, Industri furniture, Sawmil, K Industri furniture, pengrajin rotan Toko herbal supermarket

- Tingkat daya Beli Menengah ke atas Menengah ke atas Semua Lapisan

- Apa yang paling menarik bagi

pelanggan

Kebutuhan kayu bangunan

semakin meningkat Murah, multi fungsi, permintaan hasil rotan meningkat Kebutuhan madu asli hutan alam semakin meningkat

- Bagaimana pelanggan memperoleh

produk Melalui staf pemasaran KPH Melalui staf pemasaran KPH Melalui staf pemasaran KPH

Nilai produk yang ditawarkan

- Apa yang KPH tawarkan kepada

Pelanggan Log kayu Rotan Asalan Madu dalam kemasan 600 ml

- Keunggulan produk Kelas awet kayu 1-2 dan

kelas kuat kayu 1,2,3

(41)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Komponen

Produk yang akan dikembangkan

Hasil Kayu Hutan Alam Rotan Madu Hutan

Jaringan

- Bagaimana pelanggan menginginkan

saluran terhadap pasokan Langsung ke KPH Langsung ke KPH Langsung ke KPH

- Bagaimana distribusi tersebut dapat

efisien Membuat unit pemasaran di KPH Membuat unit pemasaran di KPH Membuat unit pemasaran di KPH

- Tipe distribusi pemasaran yang

dilakukan Komunikasi langsung Komunikasi langsung Komunikasi langsung, melalui web?

Hubungan kepada pelanggan

- Bagaimana mengikat pelanggan

yang potensial Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang

kompetitif, melakukan kerjasama dan mengikuti pameran

Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang kompetitif, melakukan kerjasama dan mengikuti pameran

Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang kompetitif, melakukan

kerjasama dan mengikuti pameran

Sumberdaya

- Sumberdaya yang dibutuhkan dalam

sistem produksi Hasil hutan kayu alam dengan diameter kayu diatas 50 Cm

dan memiliki produktivitas yang tinggi

Tanaman rotan siap panen dengan kondisi rotan unggul sesui

ketentuan produksi rotan alam

Hasil inventarisasi sarang madu alam pada Kelompok Tani Hutan yang berada di blok

(42)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Komponen

Produk yang akan dikembangkan

Hasil Kayu Hutan Alam Rotan Madu Hutan

- Sumber daya manusia yang

diperlukan untuk memelihara pelanggan

Sumberdaya manusia di bidang

pemasaran Sumberdaya manusia di bidang pemasaran Sumberdaya manusia di bidang pemasaran

- Sumberdaya yang dibutuhkan untuk

melancarkan pendapatan Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam

invetasi bisnis

Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam invetasi bisnis

Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam invetasi bisnis

Aktivitas yang sudah dilakukan

- Aktivitas penyiapan sistem produksi Baru berupa data potensi,

belum sampai pada sistem produksi

Baru berupa data potensi, belum

sampai pada sistem produksi Baru berupa data potensi, belum sampai pada sistem

produksi

- Penyiapan SDM Profesional Masih minim Kerja sama dengan petani rotan 10 Kelompok Tani Hutan

(43)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

III. RENCANA BISNIS PENGELOLAAN

HASIL HUTAN KAYU HUTAN ALAM

3.1 Pendahuluan

Hasil Hutan kayu adalah salah satu potensi yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis KPHPP Model Pogogul, bisnis pemanfaatan hasil hutan kayu diharapkan mampu memberikan kontribusi pendapatan daerah serta diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kayu bagi masyarakat, kayu pertukangan, kayu meoubler mapun kayu bakar.

Permintaan hasil hutan kayu pada tingkat kabupaten dan provinsi di Sulawesi Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadi peluang bagi KPH dalam membangun bisnis pengelolaan hasil hutan kayu dalam memenuhi permintaan kayu baik untuk kebutuhan bahan baku industri kayu olahan, kayu lapis, meubel dan lain-lain.

Pemanfaatan hasil hutan kayu yang ada di wilayah kerja KPHP Model Pogogul didasarkan atas masih banyaknya potensi Kayu sesuai dengan hasil inventarisasi tegakan yang dilakukan pada wilayah tertentu terdapat potensi jenis kayu meranti, jenis kayu indah diantaranya eboni, cempaka dan cendana, kayu rimba campuran diantaranya nyatoh, palapi, bintangur, jabon, dan benuang. Keberadaan potensi hasil hutan kayu tersebut, memberikan peluang besar kepada KPH untuk membangun bisnis hasil hutan kayu

3.2 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam pembangunan dan pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu diantaranya;

(44)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

2. Memberikan arahan startegi dalam pengembangan bisnis

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten dan provinsi sekaligus memberikan pendapatan pada negara

4. Menjaring mitra dari berbagai pihak dalam pengembangan investasi usaha hasil hutan kayu

3.3 Segmentasi Pasar

Pasar (Market) adalah salah satu bagian dalam sumber daya bisnis kehutanan. Tanpa adanya pasar untuk hasil produksi, jelas tujuan bisnis produk kehutanan tidak mungkin tercapai. Menganalisis aspek pasar dan pemasaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan perkembangan permintaan produk hasil hutan.

Perkembangan permintaan produk ke pasar terhadap produksi hasil hutan di provinsi Sulawesi Tengah memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan produksi kayu bulat dan kayu rimba campuran meningkat dari tahun ke tahun, Keadaan ini menjadi peluang besar bagi KPHP Model Pogogul dalam pembangunan bisnis kehutanan. Adapun perkembangan realisasi permintaan hasil hutan disajikan pada gambar berikut. 90.000,00 80.000,00 70.000,00 60.000,00 50.000,00 40.000,00 30.000,00 20.000,00 10.000,00 0,00 2010 2011 2012 2013 2014 Kayu Bulat/logs

Kayu Gergajian/sawn wood

Kayu Rimba

Campuran/Forest Wood

Gambar 3.1.

(45)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Melihat potensi dan peluang perkembangan bisnis di sektor kehutanan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Kondisi tersebut,

memberikan peluang bisnis kepada KPHP Model Pogogul

mengembangankan investasi di wilayah kelolahnya. Keberhasilan bisnis kehutanan bagi KPH adalah Kemampuan KPH dalam mengelola bisnis diwilayahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik tingkat domestik maupun ekspor. Pencapaian keberhasilan tersebut, diperlukan penentuan pasar dan strategi pemasaran terhadap produk hasil hutan.

Segementasi pasar dilakukan dengan mempertahankan pasar yang sudah ada dan mencari pasar baru. Perencanaan dalam penentuan segmentasi pasar bisnis kehutanan melalui usaha pemisahaan pasar pada kelompok-kelompok segmentasi pasar menurut jenis-jenis produk yang dihasilkan. Segmentasi pasar untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah terdapat peningkatan industri manufaktur kehutanan. Saat ini terdapat 13 (tiga belas) industri sebagai target pasar dalam pengembangan bisnis hasil hutan di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun beberapa industri kehutanan yang akan menjadi target segmentasi pasar sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Segmentasi Pasar Produk Hasil Hutan di Wilayah Sulawesi Tengah.

No. Nama Perusahaan Produk Alamat

1 UPK. Mitra Patnership Kayu Olahan Desa Bokat, Buol Sulawesi Tengah

2 CV. Sumber Harapan Kayu Olahan Jl. Lanang Desa Lampassio, Toli Toli 95516

3 CV. Budi Abadi Kayu Olahan Jl. Towua No. 96 A Palu Selatan

4 CV. Sinar Palu Kayu Olahan Jl. Roviga No. 27 Palu Timur

5 CV. Pantai Timur Jaya Kayu Olahan Jl. Trans Sulawesi Palu Utara,

94352

6 CV. Kayu Abadi Kayu Gergajian Jl. Surevele . Palu Utara

(46)

KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

No. Nama Perusahaan Produk Alamat

8 CV. Saudara Inda Jaya Kayu Gergajian Jl. Moh. Yamin No.3 Taipa, Palu Utara, 94352

9 PT. Fairco Mitra Aneka

Wood Industry Plywood Jl. Trans Palu-Pantoloan Km 15 Palu Utara

10 PT. Leang Yang Group Meubel Jl. Pantoloan, Palu Utara

11 CV. Lywan Meubel Jl. Datu Adam, Palu Barat

12 CV. Unggul Utama Furniture Jl. Palu Pantoloan, Palu Utara

13 CV. Multi Pusmit mulia Kayu ekspor Jl. Trans Sulawesi, Palu Utara

Data statistik Kementerian Kehutanan permintaan hasil hutan berupa kayu olahan (kayu bulat, kayu gerajian dan kayu lapis) mengalami peningkatan baik untuk kebutuhan ekspor. Produk kayu dari wilayah Indonesia diekspor ke berbagai Negara terutama Asia seperti Jepang, Hongkong, Cina dan Korea Selatan, sebagian lagi ke negara- negara Eropa, Australia dan Amerika.

3.4 Produksi

Kegiatan penebangan atau pemanenan kayu adalah suatu kegiatan untuk memanen pohon/tegakan yang telah memenuhi syarat untuk dipanen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, khususnya yang menyangkut limit diameter pohon. Namun demikian agar kegiatan pemanenan yang dilakukan dapat menjamin kelestarian fungsi produksi, perlu terlebih dahulu dilakukan perhitungan etatnya.

Analisis zonasi lokasi pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah kerja KPHP Model Pogogul diketahui luasan efektif areal berhutan dengan potensi diameter diatas 50 cm adalah seluas 671 Ha. Rencana penebangan mencerminkan rencana pengaturan kelestarian hasil hutan dengan menentukan daur selama 30 tahun. Dengan luasan efektif tersebut, maka etat (jatah tebang) luas tebangan tahunan adalah;

Etat Luas = Luas efektif areal berhutan ÷ Daur = 671 Ha ÷ 30 Tahun

Gambar

Gambar 2.2. Peta Zonasi Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit I
Gambar 2.3. Peta DAS Prioritas di Wilayah KPHP Unit I
Gambar 2.4. Peta Penutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit I  5. Potensi Kayu/Non-Kayu
Tabel 2.2. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di KPHP Unit I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditandai dengan terjadinya tren penurunan produksi (hasil tangkapan) udang. Penurunan hasil tangkapan tersebut diduga disebabkan karena terjadinya eksploitasi sumberdaya

Kajian Model Pengelolaan Sumberdaya Dalam Pengembangan Usaha Masyarakat Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Selatan Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo,

Hal ini ditandai dengan terjadinya tren penurunan produksi (hasil tangkapan) udang. Penurunan hasil tangkapan tersebut diduga disebabkan karena terjadinya eksploitasi sumberdaya

Kalimantan Selatan Visi Kabupaten Tanah Laut Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Terwujudnya Kalimantan Selatan sebagai Wilayah Industri yang Maju dan Berdaya

Sumber Baru Hydropower dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) di Way Besai oleh PT. Wijaya Karya dan PT. Posisi Areal Kerja Dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah

Administrasi keadaan wilayah kerja Puskesmas Gadung dapat dilihat pada tabel berikut :.. Gambaran karakteristik responden Distribusi responden berdasarkan umur

Secara garis besar isu-isu pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Desa Talise yang perlu ditangani adalah status tanah sebagian besar masih milik Pemerintah Daerah, konflik

Luas Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara secara keseluruhan adalah 102.110 Ha, dari luas tersebut yang menjadi wilayah kerja dari KPHL Selagai Lingga yang merupakan