• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: antiplasmodium, ekstrak daun Delonix regia, ekstrak biji Delonix regia, mencit Swiss Webster, Plasmodium berghei.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: antiplasmodium, ekstrak daun Delonix regia, ekstrak biji Delonix regia, mencit Swiss Webster, Plasmodium berghei."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Ekstrak Daun Delonix regia dan Ekstrak Biji Delonix

regia terhadap Densitas Parasit dengan Uji In Vivo pada Hewan

Coba Mencit Swiss-Webster Terinfeksi Plasmodium berghei

Qam Qam Qurratul Aini*, Fatmawaty**

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

**Staff Departemen Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRAK. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi Plasmodium

sp. Malaria adalah penyakit yang tersebar di dunia serta memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Penurunan efikasi obat pilihan utama disebabkan resistensi parasit terhadap obat malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami efek ekstrak daun dan ekstrak biji Delonix regia terhadap densitas parasit pada binatang percobaan mencit Swiss Webster yang terinfeksi Plasmodium berghei dan untuk mengetahui kandungan fitokimia ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia sebagai antiplasmodium. Penelitian ini dibagi menjadi delapan kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif dengan air, kontrol positif dengan klorokuin dosis 0.52 mg/20 gr mencit, ekstrak daun Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, 8.4 mg/20 gr mencit, dan 14 mg/20 gr mencit, ekstrak biji Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, 8.4 mg/20 gr mencit, dan 14 mg/20 gr mencit. Perlakuan dimulai pada hari ke-0 pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei dan observasi parasitemia dilakukan pada hari ke-0 sebelum pemberian perlakuan dan hari ke-3. Uji Statistik One Way Anova menunjukkan bahwa ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia tidak memiliki aktivitas yang berbeda jika dibandingkan kontrol negatif (p=0.139). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia tidak bisa menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei.

Kata kunci: antiplasmodium, ekstrak daun Delonix regia, ekstrak biji Delonix regia,

mencit Swiss Webster, Plasmodium berghei.

ABSTRACT. Malaria is an infectious disease caused by infection of Plasmodium sp.

Malaria is world wide disease which a high mortality rate. The decreasing of efficacy of its firstline drugs is caused by the parasite’s resistance to malaria drugs. The aims of the research were to understand the effect of Delonix regia leaf extract and seed extract against the parasite density on experimental animal Swiss Webster mice infected by Plasmodium berghei and to know the content of phytochemystry of Delonix regia leaf extract and Delonix regia seed extract as antiplasmodium. This research was divided into eight treatment groups, namely negative control by water, positif control by cloroquin of dose 0.52 mg/20 gr mice, Delonix regia leaf extract of dose 2.8 mg/20 gr mice, 8.4 mg/20 gr mice, and 14 mg/20 gr mice, Delonix regia seed extract of dose 2.8 mg/20 gr mice, 8.4 mg/20 gr mice, and 14 mg/20 gr mice. The treatments were started on day 0 on where the mices were infected by Plasmodium berghei and the observation of parasitemia carried out on day 0 before giving the treatments and day 3. One Way Anova statistical test showed that Delonix regia leaf extract and Delonix regia seed extract did not have different activity

(2)

against negative control (p=0.139). The results showed Delonix regia leaf and Delonix regia seed extract could not inhibit the growth of Plasmodium berghei.

Keywords: antiplasmodium, Delonix regia leaf extract, Delonix regia seed extract,

Swiss Webster mice, Plasmodium berghei.

Pendahuan

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yaitu Plasmodium sp. Malaria merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Ibu hamil, bayi, dan balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena penyakit malaria. Penyakit malaria ini terbukti mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi, dan balita. Malaria juga berdampak pada penurunan produktivitas kerja akibat anemia. Oleh karena itu, penyakit ini selalu menjadi pusat perhatian dunia. Bahkan menjadi bagian komitmen global Millenium Development Goals (MDG’s), dimana ditargetkan menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden malaria pada tahun 2015. Indikator tercapainya target MDG’s ini dilihat dari indikator menurunnya prevalensi dan kematian akibat malaria.1

Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI NO

293/MENKES/SK/IV/2009.Pelaksanaan pengendalian malaria dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau. Pengendalian malaria ini dilaksanakan guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat dan bebas dari penularan malaria sampai tahun 2030. 1

Angka kejadian malaria terus meningkat dari tahun ke tahun. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa. Dari data tersebut dikatakan bahwa tahun 2007 di Indonesia masih terdapat 396 kabupaten endemis dari 495 kabupaten yang ada, hal ini berarti terdapat sekitar 80% kabupaten endemis malaria dari seluruh kabupaten yang ada. Diperkiraan sekitar 45 % penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tinggi terhadap penularan malaria. Berdasarkan API (Annual Parasite Incidence), Indonesia bagian timur termasuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah Kalimantan,

(3)

Sulawesi, dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi. 1

Upaya untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas akibat malaria meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, pengawasan dan pengendalian vector yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan malaria. 1

Pada beberapa daerah endemik malaria, penanggulangan terhadap malaria mendapatkan berbagai hambatan diantaranya ketersediaan obat yang tidak memadai, harga obat yang tidak terjangkau oleh masyarakat, serta adanya peningkatan kasus resistensi parasit malaria terhadap obat malaria. Pada dua dekade terkhir ini, terdapat peningkatan kasus malaria hingga dua kali lipat terutama disebabkan munculnya resistensi terhadap obat malaria. Munculnya parasit malaria yang resisten terhadap obat malaria merupakan masalah kesehatan yang harus segera diatasi, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengusahakan sumber bahan obat antimalaria yang baru. 2

Akhir-akhir ini, para peneliti banyak melakukan penelitian terhadap tanaman yang dimanfaatkan untuk bahan pembuatan obat. Tanaman obat

yang biasa digunakan masyarakat sebagai obat tradisional mencapai lebih dari 1000 jenis, 74% diantaranya merupakan tumbuhan liar yang hidup di hutan.2 Terdapat beberapa jenis

tanaman yang diteliti sebagai anti malaria. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tanaman yang diyakini sebagai antimalaria adalah kelompok alkaloid, terpenoid, flavonoid, limonoid, calkon, peptide, santon, dan kumarin.

Flamboyan merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai tanaman obat. Salah satu negara yang menggunakan tanaman ini sebagai tanaman obat adalah Nigeria. Disamping itu, masyarakat Indonesia khususnya yang berada di pulau Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur juga menggunakan tanaman ini sebagai obat malaria. Dari penelitian sebelumnya diperkirakan bahwa Delonix regia dapat menghambat parasit malaria yang menginfeksi manusia.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun dan ekstrak biji tanaman flamboyan (Delonix regia) sebagai zat antimalaria dengan uji in vivo pada mencit yang terinfeksi Plasmodium berghei. Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui apakah

(4)

ekstrak daun dan ekstrak biji Delonix regia efektif sebagai antimalaria, sehingga penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk menambah jenis tanaman obat yang bisa menjadi alternative obat antimalaria.

Rumusan Masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah kandungan alkaloid pada ekstrak daun flamboyan (Delonix regia) lebih tinggi daripada ekstrak biji flamboyan (Delonix regia)? 2. Apakah ekstrak daun flamboyan

(Delonix regia) efektif menjadi antiplasmodium?

3. Apakah ekstrak biji flamboyan (Delonix regia) efektif menjadi antiplasmodium?

Tinjauan Teoritis

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium sp. Parasit ini menginfeksi eritrosit dan ditemukan dalam bentuk aseksual di dalam darah. Gejala klinis yang bisa ditemukan ialah demam tinggi, menggigil, splenomegali, dan anemia. Penyakit ini ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles. Malaria juga bisa ditularkan oleh ibu hamil terhadap janinnya. Disamping itu, transfusi darah merupakan salah satu jalur penularan malaria. 3,4

Terdapat 4 spesies Plasmodium sp yang bisa menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum, , dan Plasmodium ovale. Keempat spesies tersebut umumnya memiliki daur hidup yang sama, terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dan aseksual (skizogoni). 5

Di Indonesia, Plasmodium malaria yang paling sering ditemukan ialah Plasmodium vivax (penyebab plasmodium tertian) dan Plasmodium falciparum (malaria tropika). Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dimana Indonesia bagian Timur termasuk dalam stratifikasi malaria tinggi, dari Depkes RI tahun 2009 didapatkan lima propinsi tertinggi kejadian malaria, dari yang paling tinggi ialah Papua Barat, NTT, dan Maluku Utara. Stratifikasi malaria sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali termasuk dalam stratifikasi rendah walaupun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi.3,5

Hospes definitif Plasmodium sp. adalah nyamuk Anopheles dan hospes perantaranya adalah vertebrata termasuk manusia. 5

Plasmodium sp melewati berapa fase kehidupan, yaitu fase jaringan,

(5)

fase aseksual dalam darah, dan fase seksual dalam darah.

Parasit bisa memiliki kemampuan untuk tetap hidup dan/atau berkembangbiak walaupun pemberian dan absorpsi obat sesuai dosis standar atau lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan tetapi masih dapat ditoleransi hospes. Kemampuan parasit untuk bertahan disebut sebagai resistensi parasit. 5

Resistensi terhadap obat malaria dapat terjadi karena mutasi spontan pada level molekul yang mempengaruhi struktur akses obat terhadap plasmodium. Seleksi obat terhadap parasit terjadi jika konsentrasinya tidak cukup untuk menghambat parasit yang bermutasi. Resistensi dapat dipicu oleh kadar obat dalam plasma yang berada di bawah kadar terapetik dan kurva datar antara dosis obat dan responnya. 5

Penyebaran dan perkembangan resistensi plasmodium terhadap obat dipengaruhi beberapa faktor yaitu obat, parasit dan manusia sebagai hospes saling berinteraksi. Mekanisme molekuler cara kerja obat merupakan factor yang penting dalam menentukan cepatnya suatu obat menjadi resisten. Peningkatan penggunaan obat juga akan mempercepat resistensi. Semakin sering obat digunakan, semakin tinggi

kemungkinan parasit akan terpapar kadar obat yang tidak adekuat, selanjutnya parasit akan terseleksi untuk bermutasi. Faktor parasit yang berhubungan dengan resistensi adalah spesies plasmodium dan intensitas transmisi. Factor hospes termasuk pemakaian obat besar-besaran dan/atau penggunaan obat yang tidak rasional, selain derajat imunitas hospes. Faktor imun akan bekerja sama dengan obat secara sinergis, sehingga dapat meningkatkan efek terapetik obat, bahkan mungkin akan mengeliminasi parasit yang resisten di dalam darah.5

Flamboyan (Delonix regia) merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat Indonesia khususnya yang berada di pulau Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur juga menggunakan tanaman ini sebagai obat malaria. Dari penelitian sebelumnya diperkirakan bahwa Delonix regia dapat menghambat parasit malaria yang menginfeksi manusia.

Flamboyan dikenal juga dengan nama Royal Poinciana. Royal poinciana endemik Madagaskar dan biasanya ditemukan di hutan kering gugur. Tumbuhan ini langka di alam, tetapi dibudidayakan secara luas di tempat lain.6

(6)

Senyawa kimia dalam Delonix regia antara lain: Alkaloid, Flavonoid, Terpenoid, kuinon, Fenolik serta senyawa kimia lainnya. Senyawa-senyawa kimia tersebut memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Plasmodium sp. Akan tetapi, senyawa kimia yang paling berpengaruh menghambat pertumbuhan Plamodium sp adalah senyawa alkaloid.7

Senyawa alkaloid diketahui dapat menghambat pertumbuhan

Plasmodium, kemampuan

menghambat plasmodium dengan cara mengeblok transport intraseluler kolin, sedangkan senyawa kolin ini diperlukan oleh plasmodium untuk biosintesis phospholipid dalam pembentukan membrane parasit yang berguna untuk menutup parasitophorus vacuole, sitosol dan subcellular compartement.7

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi eksperimental di laboratorium untuk menguji efektivitas ekstrak Delonix regia daun dan ekstrak biji Delonix regia terhadap densitas parasit dengan uji in vivo pada sampel mencit Swiss-Webster yang terinfeksi Plasmodium berghei. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Desember

2010-Desember 2012 di Laboratorium Departemen Kimia FKUI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Depkes RI, dan Departemen Parasitologi FKUI. Daun dan biji flamboyan (Delonix regia) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (Balitro) Bogor. Sedangkan Plasmodium berghei dan hewan percobaan Swiss-Webster diperoleh dari Litbang Depkes RI.

Penentuan Dosis Tiap Perlakuan

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya ekstrak bunga Delonix regia digunakan sebagai antiartritis, dosis yang digunakan adalah 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB penelitian ini dilakukan pada tikus dan tidak terbukti toksik. Sehingga dalam penelitian ini digunakan dosis yang mendekati dosis penelitian tersebut yaitu 100 mg/KgBB, 300 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB. Penelitian in akan dilakukan pada mencit sehingga dosis harus konversi dosis dari tikus ke mencit. Hasil perhitungan didapatkan sebagai berikut:8,9 - Dosis pertama: 100 mg/KgBB x 0.2 Kg x 0.14 = 2.8 mg/20 gr mencit - Dosis kedua: 300 mg/KgBB x 0.2 Kg x 0.14 = 8.4 mg/20 gr mencit - Dosis ketiga: 500 mg/KgBB x 0.2 Kg x 0.14 = 14 mg/20 gr mencit

(7)

Sedangkan dosis untuk klorokuin mengikuti dosis klorokuin untuk manusia yaitu 600 mg dalam 1 minggu. Karena penelitian ini dilakukan selama 3 hari maka dosis tiap harinya ialah 200 mg sehingga konversi dosis manusia ke dosis mencit perhitungannya sebagai berikut: 9,10

- Dosis klorokuin: 200 mg x 0.0026 = 0.52 mg/20 gr mencit.

Sedangkan untuk kontrol negatif digunakan akuades.

Persiapan Ekstrak Daun Delonix regia dan Ekstrak Biji Delonix regia

Pada penelitian ini dilakukan dua jenis ekstraksi, yaitu:

- Ekstraksi senyawa aktif dari daun dan biji tanaman Delonix regia dengan mengunakan soxhlet. Hasil ekstraksi ini digunakan sebagai bahan uji fitokimia.11

- Ekstraksi senyawa aktif dari daun dan biji tanaman Delonix regia dengan cara maserasi. Hasil ektraksi ini akan diberikan secara oral pada mencit percobaan.12

Uji Fitokimia

Uji fitokimia dalam percobaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenolik.13

Persiapan Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit Swiss-Webster, sehat, berat 20-30 gram, usia 2-3 bulan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 mencit sehingga dibutuhkan 24 mencit.

Awalnya, mencit percobaan diinfeksi dengan Plasmodium berghei dengan cara menyuntikkan darah mencit donor yang telah terinfeksi Plasmodium berghei, penyuntikan ini dilakukan secara intraperitoneal. Kemudian dibiarkan selama 5 hari sehingga mencit benar-benar terinfeksi Plasmodium berghei. Setelah itu, darah mencit diambil dari vena ekor untuk dibuat apus darah kemudian diperiksa di bwah mikroskop untuk mengetahui apakah mencit telah terinfeksi. Mencit yang telah positif mengandung parasit P. berghei dikelompokkan menjadi 8 kelompok perlakuan.

Dibuat 8 kelompok mencit perlakuan yang sudah diinfeksi Plasmodium berghei, yaitu:

a. kelompok 1: mencit yang mendapatkan plesebo berupa air sekali sehari secara per-oral

b. kelompok 2: mencit yang mendapatkan klorokuin dosis 0.52 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

(8)

c. kelompok 3: mencit yang mendapatkan ekstrak daun Delonix regia dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

d. kelompok 4: mencit yang mendapatkan ekstrak daun Delonix regia dosis 8.4 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

e. kelompok 5: mencit yang mendapatkan ekstrak daun Delonix regia dosis 14 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

f. kelompok 6: mencit yang mendapatkan ekstrak biji Delonix regia dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

g. kelompok 7: mencit yang mendapatkan ekstrak biji Delonix regia dosis 8.4 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

h. kelompok 8: mencit yang mendapatkan ekstrak biji Delonix regia dosis 14 mg/ 20 gr mencit sekali sehari secara per-oral

Perlakuan terhadap mencit ini dilakukan setiap hari, pengamatan derajat parasitemia dilakukan pada hari ke-0 (hari ketika mencit percobaan benar-benar telah terinfeksi Plasmodium berghei dan belum mendapatkan perlakuan) dan hari ke-3 (hari terakhir mencit percobaan mendapatkan perlakuan).

Perhitungan Hasil

Pemeriksaan densitas parasit dilakukan dengan cara membuat apus darah tebal dan tipis dengan pewarnaan Giemsa. Apusa darah diambil pada hari ke-0 (hari ketika mencit percobaan benar-benar telah terinfeksi Plasmodium berghei dan belum mendapatkan perlakuan) dan hari ke-3 (hari terakhir mencit percobaan mendapatkan perlakuan). Kemudian diambil nilai selisih densitas parasit hari ke-3 dan hari ke-0. Selisih densitas parasit kemudian dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk. Distribusi data dikatakan normal jika nilai p>0,05, kemudain analisis data dilanjutkan dengan uji hipotesis One Way Anova, nilai p < 0,05 dijadikan patokan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diambil berbeda bermakna setelah itu dilanjutkan uji Post Hoc.14

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas ekstrak daun dan biji Delonix regia sebagai antiplasmodium. Penggunaan Delonix regia dipilih karena tanaman ini termasuk famili Fabaciae dan dijadikan sebagai tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat Nigeria serta masyarakat Indonesia, khususnya yang

(9)

berada di pulau Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Disamping itu, dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ankrah, NA et al, dimana penelitian tersebut menggunakan gabungan ekstrak dari Jatropha curcas, Gassypium hirsutum, Physalis angulata, dan Delonix regia sebagai obat antiplasmodium dan hasil penelitian ditemukan bahwa formulasi dari ekstrak tanaman tersebut bisa digunakan untuk mengobati malaria karena terbukti bisa mengeliminasi Plasmodium falciparum dan Plasmodium malaria.15

Perhitungan densitas parasit pada penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:7

Hasil pemeriksaan densitas parasit pada mencit percobaan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak daun Delonix regia dosis

2.8 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 1D 5.4 6.3 0.9 2D 18.9 40.3 21.4 3D 16.2 24.4 8.2 Rata-rata 13.5 23.6 10.1

Tabel 2 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak daun Delonix regia dosis

8.4 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 4D 16.1 19.4 3.3 5D 0.9 5 4.1 6D 1.2 7.4 6.2 Rata-rata 6.1 10.6 4.5

(10)

Tabel 3 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak daun Delonix regia dosis

14 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 7D 11.6 14 2.4 8D 14.4 45.4 31 9D 18.1 23.1 5 Rata-rata 14.7 27.5 12.8

Tabel 4 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak biji Delonix regia dosis

2.8 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 1B 2.2 3.6 1.4 2B 0.4 6.8 6.4 3B 9.4 16.1 6.7 Rata-rata 4 8.8 4.8

Tabel 5 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak biji Delonix regia dosis

8.4 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 4B 15.3 23.9 8.6 5B 16.1 30.3 14.2 6B 1.9 6.3 4.4 Rata-rata 11.1 20.2 9.1

Tabel 6 Data densitas parasit setelah diberi ekstrak biji Delonix regia dosis

14 mg/ 20 gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 7B 12.2 50.3 38.1 8B 5.6 13.2 7.6 9B 1.2 3.3 2.1 Rata-rata 6.3 22.2 15.9

(11)

Tabel 7 Data densitas parasit setelah diberi kloroquin (kontrol positif)

dosis 0.52 mg/20gr mencit Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 1K 17.0 1.9 -15.1 2K 7.8 1.5 -6.3 3K 13.6 0.9 -12.7 Rata-rata 12.8 1.4 -11.4

Tabel 8 Data densitas parasit setelah diberi akuades (kontrol negatif)

Mencit Densitas Parasit (%) Hari ke- Selisih Densitas Parasit 0 3 4K 7.4 10 2.6 5K 1.1 5.8 4.7 6K 2.2 14.2 12 Rata-rata 3.5 10 6.4

Hasil pengolahan data SPSS untuk uji normalitas dengan Shapiro-Wilk terhadap 24 sampel menunjukkan nilai p>0,05, hal ini menunjukan bahwa data terdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas data dengan Test

of Homogenity of Variances menunjukan nilai p = 0,51, hal ini menunjukkan bahwa data homogen. Sehingga bisa dilanjutkan ke tahap analisis dengan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA terhadap data densitas parasit menunjukkan p=0,13 (p>0,05) sehingga tidak bisa diteruskan pada uji Post Hoct.

Tabel 9 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk Perlak uan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statisti c df Sig . Statis tic df Sig. Daun1 .214 3 . .989 3 .803 Daun2 .352 3 . .825 3 .176 Daun3 .250 3 . .967 3 .650 Kontrol Positif .310 3 . .899 3 .383 Kontrol Negatif .266 3 . .952 3 .579 Biji1 .254 3 . .964 3 .634 Biji2 .340 3 . .849 3 .239 Biji3 .322 3 . .881 3 .326 a. Lilliefors Significance Correction

(12)

Tabel 10 Hasil uji homogenitas (Test of Homogeneity of Variances)

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.641 7 16 .051

Tabel 11 Hasil uji hipotesis One Way Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Betw een Grou ps 4.938 7 .705 1.888 .139 Withi n Grou ps 5.979 16 .374 Total 10.917 23

Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia dari ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonis regia didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 12 Hasil Uji Fitokimia Daun Delonix regia

No Nama Uji Hasil

1 Uji Flavonoid +1 2 Uji Fenolik +3 3 Uji Terpenoid +3 4 Uji Alkaloid +3

Tabel 13 Hasil Uji Fitokimia Biji Delonix regia

No Nama Uji Hasil

1 Uji Flavonoid - 2 Uji Fenolik - 3 Uji Terpenoid +4 4 Uji Alkaloid +1

Hasil percobaan menunjukkan bahwa daun Delonix regia mengandung senyawa kimia flavonoid, fenolik, terpenoid, dan alkaloid. Dimana kandungan untuk flavonoid rendah (+1) dan kandungan fenolik, terpenoid dan alkaloid tinggi (+3). Sedangkan biji Delonix regia mengandung senyawa kimia terpenoid dan alkaloid. Dimana kandungan terpenoid sangat tinggi (+4) dan kandungan alkaloid rendah (+1).

(13)

Diskusi

Uji ANOVA untuk data densitas parasit pada penelitian ini menunjukkan nilai p=0,13, dimana nilai p>0,05 hal ini berarti data tidak berbeda bermakna. Sehingga tidak bisa diteruskan pada uji Post Hoct.

Walaupun dari analisis SPSS tidak bisa diteruskan pada uji Post Hoct. Akan tetapi bisa dilihat dari data densitas parasit dimana terdapat perbedaan peningkatan parasit hari k-0 dan hari ke-3 pada berbagai perlakuan dan bahkan ada yang mengalami penurunan. Jika dijadikan grafik maka bisa dilihat grafik berikut ini:

Gambar 1 Grafik rata-rata peningkatan densitas parasit hari ke-0 dan hari ke-3

Dari grafik di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan peningkatan derajat parasitemia pada masing-masing perlakuan. Berikut ini adalah grafik rata-rata selisih densitas parasit hari ke-3 dikurangi hari ke-0:

Gambar 2 Grafik rata-rata selisih densitas parasit

Dari data tersebut dapat diurutkan peningkatan derajat parasitemia dari peningkatan terkecil sampai terbesar yaitu kontrol positif, ekstrak daun dosis 8.4 mg/20 gr mencit , ekstrak biji dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit, kontrol negatif, ektrak biji dosis 8.4 mg/ 20 gr mencit, ekstrak daun dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit, ekstrak daun dosis 14 mg/ 20 gr mencit, dan ektrak biji dosis 14 mg/ 20 gr mencit.

Keterangan: daun 1= ekstrak daun dosis 2.8 mg/

20gr mencit; daun 2= ekstrak daun dosis 8.4 mg/20 gr mencit; daun 3= ekstrak daun dosis 14 mg/20 gr mencit; biji 1 = ekstrak biji dosis 2.8 mg/ 20gr mencit; biji 2 = ekstrak biji dosis 8.4 mg/20 gr mencit; daun 3 = ekstrak biji dosis 14 mg/20 gr mencit; kontrol positif= klorokuin dosis 0.52/ 20 gr mencit; kontrol negatif = air.

Keterangan: daun 1= ekstrak daun dosis 2.8 mg/

20gr mencit; daun 2= ekstrak daun dosis 8.4 mg/20 gr mencit; daun 3= ekstrak daun dosis 14 mg/20 gr mencit; biji 1 = ekstrak biji dosis 2.8 mg/ 20gr mencit; biji 2 = ekstrak biji dosis 8.4 mg/20 gr mencit; daun 3 = ekstrak biji dosis 14 mg/20 gr mencit; kontrol positif= klorokuin dosis 0.52/ 20 gr

(14)

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kontrol positif, ekstrak daun dosis 8.4 mg/ 20 gr mencit dan ekstrak biji dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit memiliki pengaruh terhadap peningkatan densitas parasit yang lebih kecil daripada kontrol negatif.

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa senyawa kimia alkaloid bersifat antimalaria. Senyawa alkaloid diketahui dapat menghambat

pertumbuhan Plasmodium,

kemampuan menghambat plasmodium dengan cara mengeblok transport intraseluler dari kolin, dimana senyawa kolin diperlukan oleh plasmodium untuk biosintesis phospholipid dalam pembentukan membran parasit yang berguna untuk menutup parasitophorus vacuole, sitosol dan subcellular compartement. 7

Hasil uji fitokimia didapatkan bahwa daun dan biji Delonix regia memiliki senyawa alkaloid, dimana senyawa alkaloid ini memiliki potensi sebagai antiplasmodium. Hal ini mendukung grafik sebelumnya (gambar 2) yang menunjukkan daun 2 dan biji 1 memiliki peningkatan densitas parasit yang lebih rendah daripada kontrol negatif.

Dari hasil analisis SPSS dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal dan homogen akan

tetapi dari uji one way ANOVA hasilnya adalah tidak berbeda bermakna. Namun setelah dilakukan analisis secara manual terlihat ada pengaruh jenis ekstrak dan dosis ekstrak terhadap peningkatan parasit. Perbedaan ini terjadi bisa karena ada faktor lain yang mempengaruhi perubahan densitas parasit. Beberapa hal yang mempengaruhi densitas parasit pada percobaan ini yang perlu dipertimbangkan ialah:

1. Densitas awal parasit

Pada penelitian ini, densitas awal parasit sebelum mendapatkan perlakuan berada pada rentang yang agak jauh. Pada penelitain ini sebenarnya diharapkan densitas awal parasit berada pada rentang 1-5%, akan tetapi pada kenyataannya sulit untuk membuat densitas parasit berada pada rentang tersebut dan pada percobaan ini rentang densitas awal parasit adalah 0,4-18,9%. Perbedaan densitas parasit yang agak jauh ini tentunya akan meningkatkan bias terhadap penelitian ini, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan densitas awal parasit pada rentang yang sempit untuk mengurangi bias pada hasil penelitian.

(15)

2. Imunitas hewan percobaan

Setiap individu memiliki tingkat imunitas yang berbeda, demikian pula pada hewan percobaan dalam percobaan ini. Imunitas akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan parasit yang menginfeksi tubuh. Pada percobaan ini, setiap mencit tentunya memilki imunitas yang berbeda sehingga memungkinkan untuk mempengaruhi densitas parasit. Individu yang memiliki imunitas yang bagus akan memperkecil kemungkinan untuk terinfeksi oleh parasit daripada individu yang memiliki imunitas yang buruk. Sehingga tingkat imunitas hewan percobaan bisa menjadi perancu pada pengaruh ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia.

3. Infeksi lain

Mencit percobaan pada percobaan ini dipilih mencit yang sehat, akan tetapi tidak menutup kemungkinan hewan yang terlihat sehat pada pemilihan hewan percobaan sebenarnya ada sebagian yang telah terinfeksi penyakit lain sehingga imunitasnya menurun. Keadaan ini akan mempengaruhi densitas parasit dan harus dipertimbangkan untuk

mengurangi perancu pada pengaruh pemberian ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia.

4. Dosis ekstrak pada percobaan Dosis ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia pada percobaan ini menggunakan dosis yang merujuk pada penggunaan ekstrak bunga Delonix regia sebagai antiartritis. Penelitian ini menggunakan rujukan dosis tersebut karena belum ada dosis ekstrak Delonix regia yang diketahui efektif sebagai antiplasmodium dan tidak toksik terhadap mencit.

Hasil pengolahan data secara statistic menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia tidak berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatif, akan tetapi pada hasil uji fitokimia didapatkan bahwa ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia mengandung alkaloid yang terbukti menghambat pertumbuhan plasmodium. Keadaan seperti ini mungkin diakibatkan kurangnya dosis ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia yang memungkinkan jumlah alkaloid

(16)

yang terkandung dalam ekstrak tersebut cukup untuk menghambat pertumbuhan Plasmodium. Oleh karena itu, diharapkan untuk penelitian lebih lanjut ditentukan dosis ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia yang tepat, dosis ekstrak bisa ditinggikan sehingga diketahui apakah ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia efektif atau tidak dalam menghambat pertumbuhan plasmodium.

5. Pelarut ekstrak

Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah ethanol 70%. Pada percobaan ini tidak dilakukan pembuatan ekstrak dari berbagai pelarut sehingga tidak diketahui jenis pelarut yang lebih maksimal dalam melarutkan senyawa aktif alkaloid. Sehingga jika ada penelitian lanjutan bisa

dipertimbangkan untuk

menggunakan pelarut yang berbeda.

6. Jumlah sampel percobaan

Pada percobaan ini masing-masing percobaan menggunakan 3 hewan percobaan, jumlah hewan percobaan yang sedikit ini bisa jadi belum mempresentasikan pengaruh dari ekstrak daun Delonix regia dan

ekstrak biji Delonix regia terhadap penghambatan pertumbuhan parasit. Sehingga diharapkan untuk percobaan selanjutnya digunakan junmlah hewan percobaan yang lebih banyak supaya lebih mempresentasikan pengaruh ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia apakah benar efektif atau tidak dalam menghambat densitas parasit. 7. Resistensi Plasmodium

Penginfeksian mencit percobaan dilakukan dengan cara menyuntikkan darah mencit donor secara intra peritoneal terhadap mencit percobaan. Bisa jadi parasit yang menginfeksi hewan percobaan tersebut berbeda sifatnya, ada sebagian yang sensitive terhadap ekstrak yang diberikan, ada sebagian yang tidak sensitive terhadap ekstrak yang diberikan. Pada setiap individu mencit tentunya terdapat perbedaan komposisi parasit yang sensitive terhadap ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia dan yang tidak sensitive terhadap ekstrak tersebut. Hal ini akan mempengaruhi perubahan densitas parasit dan akan menjadi perancu terhadap pengaruh ekstrak daun Delonix

(17)

regia dan ekstrak biji Delonix regia terhadap densitas parasit pada percobaan ini.

8. Kondisi Lingkungan

Pada percobaan ini, kondisi lingkungan dibuat pada kondisi yang sama, walaupun kandang yang digunakan pada mencit percobaan ini berbeda akan tetapi kondisi lingkungan dibuat sama, sehingga pengaruh perbedaan lingkungan tidak akan terlalu memberikan bias terhadap hasil penelitian ini.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa densitas parasit bisa dipengaruhi beberapa faktor. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji delonix regia tidak berbeda bermakna dengan kontrol negative sedangkan perhitungan secara manual menunjukkan adanya perlakuan yang menunjukkan selisih densitas parasit yang lebih kecil daripada kontrol negative yaitu pada hewan percobaan yang diberi ekstrak daun dosis 8.4 mg/20 gr mencit , ekstrak biji dosis 2.8 mg/ 20 gr mencit. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kemungkinan ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia memiliki potensi sebagai

antiplasmodium. Penelitian ini merupakan penelitian yang masih awal sehingga bisa dilakukan penelitian lanjutan dimana pada penelitian tersebut faktor yang bisa menjadi perancu diminimalisir atau dihilangkan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa:

1. Kandungan alkaloid pada ekstrak daun Delonix regia lebih tinggi daripada ekstrak biji Delonix regia.

2. Ekstrak daun Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, dosis 8.4 mg/20 mg mencit, dan 14 mg/20 gr mencit tidak efektif menjadi antiplasmodium.

3. Ekstrak biji Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, dosis 8.4 mg/20 mg mencit, dan 14 mg/20 gr mencit juga tidak efektif menjadi antiplasmodium.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai:

1. Penelitian lanjutan dengan menggunakan mencit terinfeksi Plasmodium berghei pada densitas yang memiliki rentang yang sempit sehingga bisa

(18)

dihindari adanya bias pada penelitian.

2. Penelitian lanjutan mengenai mekanisme kerja penghambatan ekstrak daun dan buah Delonix regia terhadap pertumbuhan Plasmodium.

3. Penelitian lanjutan untuk melakukan ekstraksi alkaloid dari daun dan batang Delonix regia untuk diuji aktivitas antimalaria, dimana diharapkan mendapatkan data lebih spesifik. 4. Penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah sampel mencit terinfeksi Plasmodium berghei yang lebih banyak

sehingga lebih

merepresentasikan hasil yang maksimal.

Referensi

1. Pusat Data dan Informasi Direktorat Pengendalian Penyakit Berumber Binatang. Epidemiologi Malaria di Indonesia dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan-Epidemiologi Malaria di Indonesia. Volume I. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2011. 1-16.

2. Peoloengan M, Chairul, Komala I, Slamah S, Susan MN.

Aktivitas Antimikroba dan Fitokimia dari Tanaman Obat. [online]. [disitasi 14 April 2012].

diunduh dari:

http://bbalitvet.litbang.deptan.go. id/ind/attachments/247_46.pdf. 3. Harijanto PN. Malaria. Dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing; 2009.h.2813-20. 4. Dugdale DC, Vyas JM, Zieve D.

Malaria. [online]. 6 September 2011. [disitasi 14 April 2012]. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/medlinepl us/ency/article/000621.htm. 5. Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2000; p. 171-209.

6. Spooner A, Carpenter J, Smith G, Spence K. Delonix regia. [online]. 19 Pebruari 1997. [disitasi 30 Juni 2012]. Diunduh dari

http://florabase.dec.wa.gov.au/br owse/profile/14737.

7. Muti’ah R. Aktivitas Antimalaria Ekstrak Batang Talikuning (Anamirta cocculus) terhadap Mencit Jantan Galur balb/C yang Terinfeksi Plasmodium berghei.

(19)

Sainstis. April-September 2012; 1(1): 77-91.

8. Chitra V, Ilango K, Rajanandh MG, Soni D. Evaluation of Delonix regia Linn. Flowers for Antiarthritic and Antioxidant activity in Female Wistar Rats. Annals of Biological Research. 2010; 1(2): 142-147.

9. Paget GE, Barnes JM. dalam Laurence DR & Bacharach AL. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. Vol.I. London: Academic Press; 1964. h. 161-162.

10. Kusuma PKGT. Uji Efektivitas Akar Kayu Kuning (Coscinium fenestratum Colebr) Sebagai Antimalaria pada Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei.[online]. Juni 2011. [disitasi 1 Juli 2012]. Diunduh dari

http://repository.ipb.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/51713/201 1pkg.pdf?sequence=1.

11. Samsumaharto RA, Hartono SD. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat, dan Etanol 70% Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinesis L.) Terhadap S. aureus ATCC 25923. [online]. [disitasi 1 Juli 2012]. Diunduh dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur nal/3210122128_1979-035X.pdf. 12. Wahyudi P, Djajanegara. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Ethanol Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa).[online].Desember 2009. [disitasi 1 Juli 2012].

Diunduh dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur nal/72095360.pdf.

13. Lenny S. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metode Uji Brine Shrimp. [online]. [disitasi 1 Juli 2012].

Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstre am/123456789/1844/1/0600044 1.pdf.

14. Dahlan MS. Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Lebih dari Dua Kelompok. Dalam Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika, 2011.h. 88-101.

15. Ankrah NA, Nyarko AK, Addo PG, Ofosuhene M, Dzokoto C, Marley E, Addae MM, Ekuban FA. Evaluation of Efficacy and Safety of a Herbal Medicine Used for The Treatment of

(20)

Malaria. [online]. Juni 2003. [disitasi 1 Juli 2012]. Diuduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/12820245.

Gambar

Tabel 1 Data densitas parasit setelah  diberi ekstrak daun Delonix regia dosis
Tabel 3 Data densitas parasit setelah  diberi ekstrak daun Delonix regia dosis
Tabel 7 Data densitas parasit setelah  diberi kloroquin (kontrol positif)
Tabel 10 Hasil uji homogenitas  (Test of Homogeneity of Variances)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus partisipasi lebih seorang manajer dalam keikutsertaan selama proses penyusunan anggaran menumbuhkan rasa keadilan yang lebih tinggi, agar individu tidak

dengan adanya kebijakan yang tertulis dari manajemen KUD diharapkan dapat mengikat pihak agen dan unit pengolahan susu dalam melakukan produksi dan pemasaran

Ketiga kelompok tersebut dapat mengganggu terciptanya kualitas audit, karena masing-masing kepentingan ini akan memberikan tekanan pada auditor untuk

Gender, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Audit berpengaruh terhadap Audit Judgment pada auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi

Pada Bab III Metode Penelitian akan menguraikan tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan

Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment pada kantor akuntan publik di

Jadi dari beberapa istilah yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami yang dimaksud konsep “strategi public relation Wisma Thamrin Hotel Sidoarjo” dalam

Dalam upaya pembentukan karakter perlu adanya keterlibatan semua pihak, mulai dari keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan.Terkait dengan pembentukan karakter di