Bab 3 Parameter Petrofisis Batuan
Pada dasarnya semua sifat-sifat fisis batuan reservoar dipengaruhi oleh
struktur mikro pori. Namun demikian tidak semua informasi parameter fisis mikro dapat diukur secara langsung, seperti porositas, permeabilitas, tekanan kapiler dan lain sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara
mengukur besaran fisis lain dan kemudian dihitung melalui hubungan-hubungan yang melibatkan parameter mikro tersebut. Beberapa parameter petrofisis yang dominan mempengaruhi kecepatan gelombang seismik seperti, densitas, permeabiltas, saturasi air, dan porositas
Terdapat tiga sifat fisis yang berhubungan dengan
ruang/ pori ini, yaitu
Porositas, merupakan perbandingan antara volume
semua ruang (termasuk pori, rekahan (fracture), retakan
(cracks), celah, lubang, dll) terhadap volume total suatu
massa batuan atau medium.
Permukaan internal spesifik, adalah besarnya luas
Permukaan internal spesifik, adalah besarnya luas
permukaan pori yang berkaitan dengan volume pori atau
massa batuan. Permukaan ini menggambarkan
morphologi-dalam permukaan pori dan mengontrol efek
antarmuka pada batas antara butiran penyusun massa
batuan dengan cairan yang mengisi pori.
Permeabilitas, adalah kemampuan untuk meloloskan
Porositas, merupakan perbandingan antara volume
semua ruang (termasuk pori, rekahan (fracture),
retakan (cracks), celah, lubang, dll) terhadap volume
total suatu massa batuan atau medium.
Permukaan internal spesifik, adalah besarnya luas
Permukaan internal spesifik, adalah besarnya luas
permukaan pori yang berkaitan dengan volume pori
atau massa batuan. Permukaan ini menggambarkan
morphologi-dalam permukaan pori dan mengontrol
efek antarmuka pada batas antara butiran penyusun
massa batuan dengan cairan yang mengisi pori.
Permeabilitas, adalah kemampuan untuk meloloskan
Porositas
Porositas adalah mengukur volume pori yang tersedia dalam
batuan, dan permeabilitas mengindikasikan aliran fluida melalui ruang pori ini.
Jika volume batuan solid di notasikan sebagai Vm dan volume
pori sebagai Vp=V-Vm, maka porositas dapat didefinisikan pori sebagai Vp=V-Vm, maka porositas dapat didefinisikan sebagai:
Meski terdapat dua batuan dengan porositas yang identik,
masing-masing batuan tersebut akan memiliki sifat fisis batuan yang membedakan, misal permeabilitas
v
v
v
v
m p−
=
=
Φ
1
Porositas Batuan Beku
Saat pembentukan, batuan intrusif tidak memiliki porositas
intergranular yang signifikan
Terbentuk dari kristalisasi liquid magma, butir terikat rapat,
hampir tidak menyisakan ruang
Beda halnya dengan batuan volkanik Beda halnya dengan batuan volkanik
Karena pendinginan yang sangat cepat dan pelapukan,
porositas menjadi lebih besar
Pada umumnya fluida yang mengalir dalam batuan beku melalui
retakan dan rekahan yang timbul akibat proses tektonik
Rekahan ini berpotongan satu sama lain membentuk suatu
jaringan
Batuan beku dengan rekahan intensif umumnya memiliki
porositas yang rendah, namun porositas yang rendah ini dapat memiliki permeabilitas yang sangat tinggi
Porositas Batuan Sedimen
Pembentukan batuan sedimen akan menjelaskan mengapa
sebagian batuan sedimen lebih berpori dibandingkan yang lain
Batuan sedimen klastik tersusun atas butiran yang tertransport
dan terdeposisi secara mekanik dan hingga tersusun menjadi sebuah jaringan porositas
Sedimen dengan distribusi partikel yang sempit memiliki Sedimen dengan distribusi partikel yang sempit memiliki
porositas inisial antara 0.40-0.45
Ketergantungan porositas inisial terhadap diameter butiran
disebabkan oleh perbandingan antara gravitasi dan gaya gesek yang bekerja pada butiran
Saat ukuran butir mengecil, gaya gesek menjadi sebanding
dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel
Jadi, ukuran partikel yang lebih kecil akan membentuk kerangka
sedimentasi rigid dengan porositas inisial yang lebih besar
Saat sedimen terendap, meningkatnya volume mengompakan
Kompaksi merupakan hasil konsentrasi tekanan pada butiran
Sedimen kimiawi yang terbentuk karena penguapan air laut pada
Evolusi Porositas
Sedimen terbentuk saat partikel dalam larutan terendap ke bawah
dengan pengaruh dari gravitasi
Larutan partikel sedimen dapat dipandang sebagai medium berpori Karena faktor gravitasi, porositas berkurang dan jumlah kontak antar
partikel bertambah
Gaya gravitasi ini akan diimbangi dengan gaya gesek antar partikel dan
akhirnya sedimen mengalami kestabilan
Pada titik ini tampak bahwa sedimen mengalami transisi dari kondisi
liquid tanpa shear menjadi kondisi dengan adanya faktor shear
Kanampakan yang khas pada sedimen klastik adalah kerangka struktur
butir yang melawan gaya gravitasi dan dan menghindari pengendapan selanjutnya
Gaya gravitasi pada pengendapan selanjutnya tidak cukup kuat untuk
melawan gaya gesek antar partikel
Karena kerangka struktur inilah volume (ruang) di antara butiran dapat
terbentuk
Volume ruang inilah yang dinamakan dengan porositas inisial pada
Porositas Inisial
Parameter yang mempengaruhi porositas inisial antara lain:
1. Ukuran butir:
Semakin menurunnya ukuran butir maka porositas cenderung semakin naik
Kenaikan porositas ini tampak signifikan untuk partikel dengan diameter di bawah 100µm
dengan diameter di bawah 100µm
Menurunnya porositas yang disebabkan oleh proses deformasi butiran disebut dengan proses kompaksi
2. Bentuk partikel:
Bentuk patikel yang tidak membola cenderung memiliki
porositas yang lebih besar dibandingkan dengan pertikel yang berbentuk bola
3. Distribusi ukuran butir:
Sedimen yang terendapkan di lingkungan pengendapan dengan energi yang lemah akan memiliki distribusi ukuran butir yang luas
Secara petrographi asal mula pembentukan
porositas dapat dibedakan menjadi,
Porositas intergranular, yaitu ruang pori yang terbentuk antar butiran
partikel atau fragmen material klastik akibat batuan yang memiliki kemas lepas (looses packing), terkompaksi atau tersementasi.
Porositas intragranular atau interkristalin, terbentuk akibat adanya shrinking
( lenyapnya butiran akibat reaksi kimia ) atau kontraksi butiran. ( lenyapnya butiran akibat reaksi kimia ) atau kontraksi butiran.
Porositas rekahan, diakibatkan oleh adanya proses mekanik atau proses
kimiawi secara parsial terhadap batuan yang masiv pada awalnya, seperti batu gamping. Porositas jenis ini merupakan porositas sekunder.
Porositas vugular, adalah porositas yang dibentuk oleh organisme dan
bersamaan dengan terjadinya proses/ reaksi kimia pada tahapan
untuk keperluan teknis didefinisikan beberapa pengertian
porositas sebagai berikut (Schön, 1998);
Porositas total Φtot , adalah porositas yang berkaitan dengan semua ruang pori, lubang, retakan dan lainnya. Porositas total merupakan jumlahan dari porositas primer dan porositas sekunder.
Porositas interkoneksi, adalah porositas yang hanya berkaitan dengan ruang yang saling berhubungan saja. Ruang pori-pori dipandang saling berhubungan bila dapat mengalirkan arus listrik atau fluida di antara dinding-dinding pori tersebut. Perbedaan mengalirkan arus listrik atau fluida di antara dinding-dinding pori tersebut. Perbedaan porositas total dengan porositas interkoneksi dapat diberikan contoh dengan batu pumice. Pumice mempunyai porositas total 50 %, tetapi porositas interkoneksinya 0 %, karena pori-pori yang ada masing-masing terisolasi sehingga tidak membentuk suatu kanal untuk mengalirkan fluida.
Porositas potensial, adalah bagian dari porositas interkoneksi yang mempunyai diameter saluran koneksi cukup besar untuk meloloskan/ mengalirkan fluida. Porositas potensial ini memiliki batas diameter minimum agar dapat berfungsi sebagai saluran koneksi (> 50 µm untuk minyak, dan > 5 µm untuk gas).
Porositas efektif, adalah porositas yang tersedia untuk fluida dapat bergerak bebas. Porositas ini yang sering digunakan dalam analisis log.
Nilai porositas juga bergantung dari kemas
(packing) butir partikelnya. Untuk butir
berbentuk bola yang terkemas dalam kubus
berbeda dengan yang terkemas dalam bentuk
hexagonal. Bentuk kemas tersebut sering
digunakan untuk memodelkan batu pasir yang
takterkompaksi. Perhitungan porositas dengan
asumsi butir berbentuk bola teratur dalam suatu
asumsi butir berbentuk bola teratur dalam suatu
kubus akan menghasilkan porositas sebesar,
dan untuk kemasan hexagonal memiliki nilai
porositas yang lebih kecil yaitu 25,9 %.
4764
,
0
6
1
)
.
2
(
1
1
3 3 3 4=
−
=
−
=
−
=
=
Φ
π
π
r
r
v
v
v
v
kubus bola kubus pori kubusMetode Pengukuran Porositas
1. Metode langsung:
V dan Vs ditentukan secara langsung. Dengan persamaan Φ
= 1 - (Vs-V) porositas rata-rata batuan dapat diperoleh. Pengukuran ini meliputi semua ruang pori walau tidak berhubungan dengan bagian luar batuan
2. Metode imbibisi: 2. Metode imbibisi:
Pada prinsipnya batuan direndam pada suatu fluida selang waktu tertentu hingga fluida mengisi semua ruang pori yang terhubung dengan bagian luar batuan. Dengan
memanfaatkan perbedaan bobot sebelum dan sesudah perendaman dapat diperoleh nilai porositanya
3. Metode injeksi merkuri:
Pada dasarnya adalah menginjeksikan merkuri pada tekanan tertentu hingga merkuri masuk ke seluruh ruang pori (volume pori). Hubungan antara volume merkuri yang diinjeksikan ke dalam ruang pori dan tekanan yang digunakan untuk
4. Metode ekspansi gas:
Konsep dasarnya sama dengan metode injeksi merkuri namun medium yang digunakan adalah gas ideal
5. Metode densitas:
Porositas dapat ditentukan dari besar densitas bulk (ρ) dari batuan dan densitas rata-rata begian yang padat (ρs) melalui persamaan Φ = 1 – (ρ/ ρ ).
persamaan Φ = 1 – (ρ/ ρs).
6. Metode optikal:
Untuk kasus dimana mikrostruktur porositas adalah isotropik,
maka porositas dapat ditentukan (section 2D) melalui persamaan
Φ = Ap – A, dengan A adalah total area dan Ap adalah area yang berpotongan dengan pori
Porositas merupakan pengukuran ruang pori pada batuan atau
merupakan perbandingan antara volume pori terhadap volume total dari batuan
Porositas pada batuan beku lebih didominasi oleh faktor
rekahan-rekahan yang timbul akibat proses tektonik
Kesimpulan
rekahan yang timbul akibat proses tektonik
Porositas pada batuan sedimen (klastik) akan dipengaruhi oleh
adanya kerangka sedimentasi rigid (kerangka struktur) yang mampu menahan gaya gravitasi pada pengendapan sehingga dapat
terbentuk pori (ruang) pada batuan sedimen. (porositas inisial)
Evolusi porositas tampak pada terjadinya transisi dari kondisi liquid
PERMEABILITAS
Arti Fisis: kemampuan suatu batuan untuk meloloskan suatu
fluida melalui pori-pori batuan
Arti Matematis : Berdasarkan Persamaan Darcy
u = kecepatan filtrasi
p
k
u
=
−
.
∇
u
u = kecepatan filtrasi
p = tekanan fluida
η
= viskositas dinamik
k = permeabilitas
batuan
Satuan Permeabilitas
Dalam SI adalah m2 atau µm2
Yang sering dipakai mD(milidarcy) 1µm2 = 1,0133 d
p
η
u
=
−
.
∇
p
u
η
k
∇
−
=
1.
Intergranular permeability
2.
Intragranular permeability
Fracture permeability
Klasifikasi
Berdasarkan tipe porositasnya
3.
Fracture permeability
4.
Vugular permeability
1.
Permeabilitas Primer
2.
Permeabilitas Sekunder
Tabel permeabilitas batuan sedimen taktermampatkan
Good aquifers
Clean gravel (105…104d) Clean sand (103…101d)Poor aquifers (10
0…10
-3d)
Impervious (10
-4…10
-5d)
Poor aquifers
Ex : Very fine sand, silts,
clay, mixtures of sand
and silt
Impervious
Ex : Unweathered clays
Very low permeable kf < 10-8m/s
Low permeable kf =10-8…10-6m/s
Permeable kf =10-6…10-4m/s
Faktor yang mempengaruhi permeabilitas
Porosity
Pore size and its distribution
Pore shape, pore surface
Pore shape, pore surface
morphology
Pengukuran Permeabilitas
Dengan Permeameter
Suatu alat pengukur dengan mempergunakan
gas
Perkiraan penghilangan sirkulasi dalam
Perkiraan penghilangan sirkulasi dalam
pemboran
Dari kecepatan pemboran
Berdasar tes produksi terhadap penurunan
tekanan dasar lubang (bottom-hole pressure
decline)
Perhitungan Permeabilitas
k2 h2 k1 h1Hubungan Paralel
Hubungan Seri
Hubungan Seri
k1 l1 k2 l2
Aliran Silinder Steady
State
k1 r1 r2 k2 P2 P1Cara lain perhitungan permeabilitas
Persamaan Hazen (1893)
kf = permeability fluida (cm/s)
φ = porosity (%)
dm dw = diameter butir dan diameter median (mm) Persamaan Terzaghi (1955) Persamaan Berg (1970) k = 5,1.10-6.φ5,1.d2.exp(-1,385.ψ) k = permeability (d) φ = porosity (%) d = diameter (mm)
ψ = percentile deviasi (phi unit)
ψ = P90-P10 (menghitung penyebaran distribusi ukuran butir)
Persamaan Iverson & Satchwell (1989)
k = d
2(B
1+B
2.10
φ-s/d2+B
3
.s
2+ B
4.S
k.V
f.10
(-s/d)Persamaan Schopper (1982)
log k = -2,1007 + 2,221. log d
k = permeability (md) s = standard deviasi B1 = 0,05408 B3=0,7020
φ = porosity (%) Sk = coefficient of skewness B2 = 0,05714 B4=-0,09427 d = diameter (mm) Vf = kecepatan fluida
Persamaan Sen (1990)
k = 10
6,59.
φ
m.(Spor)-2,08
k = permeability (md) φ = porosity (%Spor = Specifik internal surface porositas (µm-1) m = Archie-exponent
Beberapa nilai Archie Exponent (m)
untuk batupasir menurut Schon (1998)
Batupasir yang taktermampatkan m = 1,3
Batupasir yang kurang tersementasi m = 1,4 - 1,5
Batupasir yang tersementasi m = 1,5 – 1,7
Batupasir yang cukup tersementasi m = 1,8 – 1,9
Batupasir yang sangat tersementasi m = 2,0 – 2,2
Hubungan Permeability dan Irreducible water saturation
Irreducible water adalah air yang tidak dapat dipindahkan/ berpindah oleh
gaya-gaya yang bekerja pada fluida di dalam sejumlah pori-pori tersebut
2 , 3 . 250 Φ = irr w S k Persamaan Tixier (1949) Persamaan Timur (1968) 2 Pers. Schlumberger (1989) Persamaan Coates-Dumanoir (1974) 2 , 25 . 2
.
100
Φ
=
irr wS
k
2 , 4300
Φ
⋅
=
w irr w wS
w
k
c irr w bS
a
k
,Φ
⋅
=
a = 0,316 c = 2 b = 4,4 m = w = n Archie Law k = permeabilitas (md)Hubungan Permeabilitas dan Porositas dengan
S
w, irrHubungan Permeabilitas dengan Tekanan
Persamaan Schon (1998)
k0 = permeability pada tekanan 0 (md)
(md)
Ak = koeff kompaksi permeabilitas
No. Sedimen Persamaan hubungan 1. Batupasir 2. Batupasir 3. Batulempung
)
.
10
.
7
,
2
exp(
.
49
,
0
−
−4z
=
Φ
2 8 4.
10
.
604
,
2
.
10
.
719
,
2
728
,
0
−
−z
+
−z
=
Φ
)
.
10
.
1
,
5
exp(
.
803
,
0
−
−4z
=
Φ
3. Batulempung 4. Batulempung 5. Batulempung)
.
10
.
1
,
5
exp(
.
803
,
0
−
−4z
=
Φ
2 3 2)
1
ln(
.
10
.
4
,
5
)
1
ln(
.
10
.
3
,
4
803
,
0
−
+
−
+
=
Φ
− −z
z
2 8 4.
10
.
604
,
2
.
10
.
34
,
2
803
,
0
−
−z
+
−z
=
Φ
Permukaan internal spesifik (Specific
internal surface)
permukaan internal spesifik S merupakan luasan permukaan
ruang-ruang tersebut yang berhubungan dengan volume total batuan (Stot), volume pori (Spor), volume partikel/matrik padatnya (Sm) dan massa kering batuan (Sma
).
m por totS
S
S
tot=
Φ
.
S
por=
(
1
−
Φ
).
S
mS
=
Φ
.
=
(
1
−
Φ
).
m m maS
S
ρρρρ
=
satuan untuk Stot, Spor, dan Sm adalah 3
2
m
m
= m-1, pada umumnya yang seringdigunakan adalah µm-1, dan S
m adalah
Permukaan internal spesifik ini sangat bergantung pada
bentuk dan ukuran pori, struktur mikro dan morphologi
antarmuka antara matrik-pori. Pada umumnya
permukaan internal spesifik akan bertambah besar
dengan mengecilnya pori atau ukuran butir partikel
padatnya. Keberadaan partikel yang lebih halus seperti
clay, karbonat dan mineral lainnya pada permukaan pori
juga akan menaikan nilai permukaan internal, karena ia
akan menimbulkan jenis struktur permukaan baru.
Kesimpulan
Permeabilitas bertambah seiring dengan semakin
banyaknya porositas yang saling berhubungan
Permeabilitas bertambah seiring dengan
meningkatnya grain size (khusus unconsolidated
sediment dari shale/clay – gravel)
Permeabilitas menurun dengan adanya sementasi
Permeabilitas menurun dengan adanya sementasi
dan kompaksi
Permeabilitas bertambah dengan meningkatnya
water saturasi
Permeabilitas mengecil secara tak linier dengan
Densitas batuan
Densitas
ρ
didefinisikan sebagai perbandingan massa m
terhadap volume v suatu batuan, ditulis
v
m
ρ
=
Dalam SI densitas mempunyai satuan kg/m3dikenal adanya
densitas bulk
a. densitas bulk, yaitu densitas rata-rata dari suatu batuan volume batuan (termasuk juga di dalamnya adanya pori, lubang dan lainnya). Sebagai contoh untuk batu pasir mempunyai bulk densitas batu pasir.
b. densitas individu dari komponen batuan, misal densitas mineral kuarsa.
c. densitas rata-rata dari materi matrik padat suatu batuan, misal densitas matrik karbonat (tanpa pori-pori), dan
d. densitas fluida yang mengisi pori rata-rata, misalnya densitas air pori.
Untuk densitas batuan berpori, maka sebagian volumenya adalah volume pori yang dinyatakan dalam porositas Φ, densitas bulknya merupakan jumlahan dari densitas matrik materi padatnya ρm dan densitas pori ρp,
p
m
ρ
ρ
ρ
=
(
1
−
Φ
).
+
Φ
.
Saturasi suatu fluida Sf adalah perbandingan antara volume fluida vf tersebut terhadap volume pori totalnya vp, yaitu
f f
v
S
=
p fv
S
=
Batuan yang berisi gas dan air akan mempunyai densitas
gabungan ketiga materi tersebut, yaitu materi matrik padat, fluida
dan gas
[
]
g w w w mS
ρ
S
ρ
ρ
ρ
=
(
1
−
Φ
).
+
Φ
.
+
(
1
−
).
Batzle dan Wang, (1992) menurunkan persamaan densitas sebagai fungsi suhu, tekanan dan kosentrasi NaCl secara empiris untuk air dan brine (air yang mengandung larutan NaCl) dalam bentuk polinomial, yaitu
)
.
.
002
,
0
.
333
,
0
.
.
10
.
3
,
1
.
.
016
.
0
.
.
2
.
489
.
00175
,
0
.
3
,
3
.
80
(
10
1
2 2 3 5 . 2 3 2 6p
T
p
p
T
p
T
p
T
p
T
T
T
w−
−
−
+
−
+
+
−
−
+
=
− −ρ
[
0
,
668
0
,
44
.
10
.
(
,
,
)
]
.
6 tan NaCl wC
C
f
p
T
C
laru −+
+
+
=
ρ
ρ
laru tan NaCl=
ρ
w+
C
.
[
0
,
668
+
0
,
44
.
C
+
10
.
f
(
p
,
T
,
C
)
]
ρ
) . . 47 . 13 . 3300 . 3 80 .( . . 2400 . 300 ) , , ( p T C p p C T T C p p C f = − + + − − +Hubungan analitik sederhana antara densitas batuan
terhadap kedalaman posisi batuan
o o
z
z
A
z
z
)
(
)
.
ln
(
=
ρ
+
ρ
[
][
]
[
(
)
(
)
]
.
exp(
.
)
)
(
)
.
exp(
1
.
)
(
)
(
)
(
)
(
z
B
z
z
z
z
B
z
z
z
z
o m m o m o−
−
−
=
−
−
−
+
=
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
ρ
)
.
846
,
0
exp(
.
244
,
1
72
,
2
)
(
z
=
−
−
z
ρ
Hubungan empirisPermeabilitas sebagai fungsi kedalaman
3