• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH BUDAYA RUMATA Awal mula terbentuk Rumata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUMAH BUDAYA RUMATA Awal mula terbentuk Rumata"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH BUDAYA RUMATA Awal mula terbentuk Rumata

Tahun 2008, ada sebuah inisiatif satsra dari teman-teman berbasis sasta di Makassar, mereka membuat sebuah kegiatan bernama 'Insitaif Sastra dari Makassar". Dari sini kemudian mereka membuat berbagai event-event sastra di seluruh Indonesia yang kemudian berakhir di TIM Jakarta. Tentu saja event ini menarik anak-anak Makassar yang tinggal di Jakarta.

Penggagas event ini adalah Lili Yulianti farid, penulis perempuan kelahiran Makassar, dan Riri Riza, seorang sutradara di Jakarta. Dari pertemuan itu melahirkan obrolah yang panjang tentang bagaimana membentuk ruang di Makassar. Bagaiman keberadaan mereka yang tdak lagi di Makassar tetapi ingin tetap berkontribusi pada kota kelahiran mereka.

Dengan modal-modal jaringan yang mereka miliki yang kemudian melahirkan Rumata, sebuah rumah budaya yang berarti Rumah Kita, dalam artian rumah bagi siapapun yang datang dan diharapkan setiap orang merasa nyaman dan memiliki rumah ini. Oleh karenanya rumah ini adalah sebuah komunitas.

Kondisi yang ada adalah hampir semua penggagas komunitas ini tidak berdomisili di Makassar. Mereka ada yang tinggal di Jakarta, Melbourne, Amerika, dll yang

akhirnya memutuskan untuk mengajak teman-teman mereka untuk ikut bekerja dan mengisi sebagai pengelola harian. Maka diangkatlah saya sebagai direktur harian tempat ini. Yang menarik buat saya sebagai pekerja seni di Makassar, tempat ini memberi semangat baru dalam hal kerja-kerja kesenian yag lebih luas. Hampir semua kegiatan yang dijalankan berbasis volunteer. Setiap kegiatan yang kita rencanakan akan kita publikasikan lewat media sosial dan selalu banyak

orang-orang baru yang tidak punya latar belakang kesenian untuk menyatakan diri bekerja sebagai volunteer. Untuk kami hal ini penting untuk Makassar, karena kegiatan ruang berasal dari inisiatif komunitas masih sangat jarang di Makassar. Itulah salah satu alasan juga mengapa keberadaan rumata harus segera dihadirkan. Termasuk mengahdirkan ruangan fisiknya sendiri.

Bangunan ini, rumah budaya rumata ini berdiri setahun yang lalu Februari 2011. Sambil menunggu bangunan ini, kami menyelenggarakan berbagai kegiatan salah satunya "Makassar International Writer Festival", yang sekalipun berbasis sastra dan literasi, tapi kegiatannya dan sub programnya meliputi seni pertunjukan, fotografi, film, dsb. Kemudian kegiatan lain tahun 2012 diresmikannya tempat ini dengan pameran drawing, oleh seorang seniman drawing dari Belanda yang bekerja sebagai direktur program di Rotterdam Film Festival. Keberadaannya kami kemas dalam program Rumata Art Residency, dan dia adalah peserta pertama. Dia melakukan workshop dan memilih seniman muda dari Makassar menjadi asistennya sekaligus partner berkolaborasi. Gagasan ini merupakan bentuk p ertukaran yang kami garisbawahi dalam program artist residency.

Kemudian pertengahan tahun ini kami mengadakan project "Recharge" yaitu sebuah pameran dari seniman-seniman muda Makassar yang berusia antara 25-30 tahun dan dengan mempertimbangkan produktivitas kami memlilih beberapa perupa. Buat kami ruang ini menjadi menarik, karena kami berusaha mengisi kekosongan di kota ini. Selain itu media sering memberitakan berita negatif tentang anak muda di Makassar, seperti tawuran. Kami ingin menunjukan bahwa Makassar juga sebuah kota yang nyaman ditempati dan banyak anak muda kreatif didalamnya. Perlu ada sebuah komunitas selain bekerja untuk kesenian juga merupakan ruang interaksi

(2)

dan berkumpul dan menyatakan seperti apa dirinya dan menyalurkan kreatifitasnya. Berikut sebagian besar alasan-alasan kehadiran Rumata.

Fasilitas yang ada di Rumata

Di Rumata, ada beberapa fasilitas diantaranya ruang galeri, ruang arsip, kantor dan ada ruang kosong yang cita-citanya ingin kami jadikan perpusatakaan dan cafe. Selain itu kita juga bercita-cita membangun lightbox, yaitu panggung teater dan penonton yang fleksibel sesuai konsep pertunjukan, juga wisma seni 3-4 kamar serta ruang workshop. Kami ingin peserta residensi di Rumata dapat tinggal disini dan berinteraksi dengan penduduk sekitar.

Kami tertarik untuk menggarap semua ruang lingkup seni tapi kami ingin fokus pada seni modern dan kontemporer, baik seni pertunjukan, seni rupa, sastra, film, dsb. Ruang interaksi yang memfasilitasi seni kontemporer hampir tidak ada. Dan disetiap kegiatannya kami berusaha akan adanya kerja lintas displin. Pada Oktober 2013 kami akan mengadakan tahun 2 southeast asia screen academy. Pada proses editing dan audio untuk film yang akan diproduksi, kami akan melibatkan komunitas band indie yang merupakan jaringan dari rumata.

Selebihnya kegiatan kami akan terus mempertahankan semangat 2 segar,

kontemporer, urban dan pembaharuan. Sekalipun kami berbasis di makassar, kami ingin menjadi ruang yang juga dapat mencakup teman2 dari Indonesia Timur. Saya pikir kerja besar yang paling bisa kami lakukan adalah sesering mungkin menyampaikan kepada banyak orang bahwa ada ruang yang bisa dimanfaatkan di kota ini. Silahkan teman-teman datang dan apa yang bisa kita lakukan bersama. Karena kami sadar bahwa keterbatasan infrastruktur dan staf di Rumata

meyebabkan program-program tidak bisa hanya dilakukan atau diinisiasi oleh orang-orang Rumata sendiri. Kami berusaha untuk merangkul sebanyak mungkin teman-teman.

Selain itu kami juga punya program pendampingan, seperti manajemen produksi dan organisasi, ada berapa teman-teman yang masih kesulitan mengelola sebuah event atau menulis konsep karyanya sendiri. Disini kami akan coba untuk

mendampingi. Kami sama-sama belajar untuk mengetahui kondisi-kondisi seni rupa terkini termasuk administrasi, manajerial, dsb.

Pembiayaan dan funding

Pendanaan yang kami punya, sejak awal tempat ini didukung oleh pribadi-pribadi yang memiliki posisi penting di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dan khususnya Makassar. Jadi setiap kegiatan, sebagian besar didanai mereka yang juga berposisi sebagai board member Rumata. Selain itu, karena sebagian dari mereka adalah pelaku bisnis, mereka juga menggalang dana untuk

kegiatan-kegiatan kami. Jadi mayoritas kegiatan kami berasal dari dana pribadi, sposor pribadi dan perusahaan.

Dalam beberapa kali untuk event tahunan, kita didukung oleh pemerintah kota Makassar, meskipun tidak mudah tapi kita cukup bisa meyakinkan pemerintah bahwa kegiatan yang kami gagas ini , sekalipun dilakukan segelintir orang, mampu memberi dampak yang besar, seperti mendatangkan penulis, perupa, pekerja film dari berbagai negara. Saya pikir ini penting untuk kota Makassar yang ingin

mewujudkan kota metropolis, kota multi kultur dan multi budaya. Jadi sisi itu yang membuat pihak pemerintah mau membantu. Tapi mayoritas pendanaan dari pribadi dan jaringan Rumata.

(3)

Metode kerja di Rumata

Yang menarik buat saya adalah sistem volunteer yang kami punya, banyak

melibatkan orang-orang dari latar belakang berbeda, bahakan banyak dari kalangan non-seni menyatakan diri untuk terlibat. Ada dari sekian kegiatan kami yang

melibatkan pegawai dan mereka meliburkan diri untuk terlibat di kegiatan kami. Hal menarik lainnya setiap event yang kami selenggarakan pasti ada wajah baru dari kalangan penonton, buat kami ini jauh lebih penting. Audiens adalah bagian penting dari sebuah kegiatan. Beruntung orang-orang dalam komunitas ini sadar teknologi, minimal mereka punya akun di jejaring sosial, jadi itu yang bisa kami manfaatkan untuk menyebar luaskan kegiatan kami baik untuk mencari volunteer atau penonton. Begitu volunteer terkumpul, tim terbentuk.

Volunteer yang terlibat di kegiatan kami secra tidak langsung membuat sistem kerjanya sendiri, bagaimana diantara mereka yang tidak pernah bertemu sebelumnya dari berbagai latar belakang kampus, komunitas dll, mereka bisa bertemu, berkenalan dan berjejaring. dari sini meereka bisa mengahasilkan event sendiri yang bukan digagas oleh Rumata, tapi dari kerjasama yang terjalin di event Rumata sebelumnya. Buat kami ini jauh lebih penting. Bagaimana sebuah kegiatan bisa mengumpulkan orang-orang dan orang-orang itu kemudian membuat kegiatan lagi dan terus berkelanjutan. itu yang akan selalu kami jaga.

Disaat yang sama masih ada banyak PR yang harus kami lakukan buat kota kami apalagi kegiatan-kegiatan seni budaya masih jauh daripada aktif, jadi kita berusaha untuk membuat program yang lebih banyak lagi.

Sejarah bangunan Rumata dan apresiasi lingkungan sekitar

Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 900 m2, dulunya ini merupakan kompleks Perumahan Pemerintah Sulawesi Tenggara di tahun 60-80an. Rumah ini adalah rumah masa kecil milik Riri Reza, yang kemudian diserahkan dari keluarganya untuk dijadikan tempat kegiatan sosial. Akhirnya dibangun ruang seni budaya. Buat saya menarik, karena letaknya dibagian selatan Makassar, dikelilingi banyak kampus-kampus di Makassar, seperti IKIP, UMY, dll. Tentu saja ini potensi yang besar untuk diolah. Belum lagi disini sebagian besar yang tinggal merupakan masyarakat urban dan sebagian besar lagi pendatang yang punya latar belakang beragam. Setelah 1 tahun berdiri, tetangga-tetangga disini sudah mulai paham bahwa setiap kegatan yang diadakan disini adalah kegiatan kesenian, dan mereka menerima dengan cara menghadiri acara kami, juga mengajak beberapa keluarganya untuk ikut serta. Perlahan-lahan antusias masyarakatnya terbangun, meskipun masih jauh dari ideal, tapi kami yakin suatu saat apresiasi dan keterlibatan akan lebih besar lagi.

Kami ingin mereka memanfaatkan fasilitas yang kami punya, seperti membuat workshop disini dsb. Jadi tugas kami menjadi simpul yang mempertemukan semua. Cita-cita Rumata kedepan

Tentu saja cita-cita jangka panjang salah satunya adalah pengarispan. Buat kami Makassar juga merupakan kota penting dalam peta kesenian di Indonesia, apakah seni tradisional, seni pertunjukan maupun seni rupa. Namun kendalanya adalah begitu sulit melacak karya-karya atau arsip saat kita masuk pada wilayah kerja penelitian. Disini juga ada beberpa universitas yang memiliki jurusan seni rupa, apakah dia lembaga negeri atau swasta, seharusnya sudah sadar akan pentingnya pengarsipan. Namun sejauh ini kami belum menemukan rancangan atau kegiatan yang cocok dan mengarah pada pengarsipan. Sejauh ini yang kami mampu lakukan

(4)

adalah, mengumpulkan serpihan. Misalnya seniman A punya arsip, kami meminta apakah boleh atau diijinkan utuk digandakan, jika boleh maka kami akan

menggandakan baik hard copy maupun soft copy, tapi pengarsipan secara khusus belum kita lakukan. Kami bercita-cita akan ada sebuah direktori atau tempat ini menjadi pusat pengarsipan seni rupa dan komunitas seni di Makassar. Fokusnya kami ingin lebih ke senirupa kontemporer saja. tapi kami tidak menutup pintu untuk kegiatan seni lain seperti seni tradisional, hanya fokus kami lebih pada bentuk kesenian yang baru. Sebenarnya lebih karena seni tradisional sudah banyak

difasilitasi pemerintah dan petanya sudah jelas, sedang komunitas-komunitas yang baru ini butuh dilacak dan dipetakan. Teman-teman dari luar Sulawesi Selatan yang sedang melakukan penelitian kekurangan data untuk diakses, seperti data-data yang berhubungan dengan angka-angka, tahun-tahun, periodesasi dan tingkat

produktivitas, itu juga merupakan hal yang penting dan hanya bisa dilacak lewat arsip, tidak bisa dilacak lewat obrolan warung kopi. Sementara pertemuan atau ruang ngobrol seniman satu-satunya hanya di gedung kesenian. Itu juga menjadi alasan Rumata ingin menjadi tempat bertemunya seniman.

Kendala yang dihadapi Rumata

Setelah ada kesadaran membangun ruangnya sendiri, problem yang ada adalah manajemen inofrmasi. Bagaimana menginformasikan dan menyebar luaskan gagasan sebuah ruang pada khalayak umum. Di era sekarang ini banyak orang tergantung dari Google, mereka bisa mendapat banyak informasi dari internet. Itu juga salah satu agenda dalam Rumata, bagaimana kami menyebarkan tentang ruang ini, fasilitas apa yang kami punya, program apa yang akan diadakan semester depan melalui jaringan internet. Pengelolaan ini tidak mudah tapi perlahan-lahan mulai kami kembangkan. Di beberapa kegiatan terakhir, kami sengaja mengajak beberapa komunitas. Kami membuka peluang untuk kerja sama dengan komuniats, karena ruang di Rumata cukup luas tapi programnya sedikit, jadi kami mengajak teman-teman dari komunitas ini untuk membuat program. Tentu saja kami seleksi dengan berbagai macam ketentuan. Pertama yang harus ditekankan, kami bukan semacam lembaga donor yang menyediakan budget untuk merealisasikannya. Tapi kami memilih program-program yang menarik, lalu kami membantu mereka dalam penajaman gagasan. Selain itu, kami akan membantu menemukan sponsor atau donatur yang cocok dengan acara tersebut. Tentu saja teman-teman yang

menggagas program diharapkan bisa ikut mengawal, bukan hanya meletakkan tugas ke Rumata sebagai fasilitator. Disaat yang sama ada pembelajaran manajemen produksi dan manajemen organisasi disitu. Itu yang sedang kami lakukan.

Program residensi di Rumata

Tahun ini kami mengadakan program residensi yang kedua, akan ada tamu seniman dari NY, USA. Dia akan mengolah gagasan yang sebelumnya sudah pernah ia buat di beberapa negara untuk juga dikerjakan disini. Dia adalah penari dan fotografi muda. Dia akan mengajak penari dan fotografer muda disini untuk berproses. Kemudian tahun depan kita juga sudah punya beberapa calon seniman untuk program berikutnya. Tapi yang pasti kami akan terus menjaga konsep program residensi bahwa senimannya harus ber-tandem atau ber-partner dengan seniman lokal disini dalam proses berkaryanya.

(5)

Kami memiliki founder dan co-founder. Pendirin Rumata adalah LIli Yulianti Farid, seorang penulis yang baru saja menyelesaikan program doktor tentang studi gender di Melbourne, Australia dan alumni jurnalis Kompas, juga aktif sebagai jurnalis dalam media berbasis online. Founder satunya adalah Riri reza, bekerja sebagai sutradara, tinggal di Jakarta. Pengurus lain berupa board member, board adviser. Sebagian dari mereka adalah pelaku bisnis. Mereka lalu membuat sistem kerja dengan mengangkat saya sebagai direktur operasional, lainnya sebagai administrasi yaitu Ibu Ita Ibnu, lalu Intan Yulianita yang mengurusi media, dan beberapa volunteer lain.

Kerja Rumata dengan jaringan lain

Kami juga sedang berjejaring dengan berbagai lembaga kebudayaan asing di Indonesia, walaupun belum terealisasi programnya tapi tahun depan kami akan punya program yang dilaksanakan dengan IFI Surabaya juga dengan konsulat jendral Amerika di Surabaya. Selain memfasilitasi seniman yg datang kami juga akan memiliki negeri "Makassar Writing Festival" tahun depan dan satelit

program, yaitu program yang mengadopsi dari Ubud Writer Festival yang ada di Bali. Jadi disetiap akhir pelaksanaan festival ada beberapa penulis yang dikirim ke luar dan bertemu dengan komunitas-komunitas yang lebih beragam untuk membagi yang dia dapat selama festival dan kami ingin program ini ditujukan untuk teman-teman di Indonesia Timur. Kami menyadari kota ini merupakan gerbang untuk informasi di bagian Indonesia Timur.

Target Rumata kedepan

Target dalam 2 tahun kedepan adalah bagaimana tempat ini lebih dikenal secara luas. Tempat ini menyediakan fasilitas dan target pertama kami menjaga agar tempat ini punya program rutin, paling tidak itu saja dulu. Kemudian kami ingin dalam semiggu ada kegiatan lain, seperti diskusi, nonton film kemudian acara bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan lalu setahun.

Sejauh ini, selama 2 tahun berdiri, kegiatan rutin rumata adalah "Makassar Writing Festival" dan "Southeast Asia Screen Academy", selebihnya sifatnya lebih insidentil dan penggarapannya hanya selama sebulan atau dua bulan. Tapi kami

menginginkan lebih aktif lagi. Kemudian kami juga berencana membuat kafetaria sebagai tempat kumpul-kumpul dan bisa menjadi subsidi silang untuk menjalankan program di Rumata. Disamping itu sambil menunggu pembangunan gedung teater dibelakang, selain butuh dana dan butuh waktu, maka kami akan memanfaatkan ruangan dibelakang untuk acara, misal festival monolog, atau acara kuliner atau performance atau instalasi. Itu yang sedang kami rencanakan.

Perkembanga seni rupa di Sulawesi Selatan

Yang saya tau banyak didominasi oleh seni rupa yang lahir dari kampus. Ada beberapa perupa yang lahir secara otodidak, walaupun istilah perupa otodidak dan perupa akademi masih diperdebatkan. Tapi pemetaannya disini belum maksimal, misal masih ada berapa nama yang cukup aktif, meskipun ada kesulitan untuk melacak lebih jauh. Sejauh mana mereka mengelola karyanya, menambah

wawasannya sebagai seniman, dan semacamanya kurang bisa dilacak. Intinya ada banyak hal yang masih menjadi kendala. Hanya segelintir seniman-seniman yang sadar akan pengarsipan proses mereka seperti Firman Djamil dan Dicky Tjandra, sehingga hanya mereka sering disebut-sebut dalam pemetaan senirupa Makassar. Padahal banyak juga seniman-seniman lain disini yang cukup bagus.

(6)

yang digagas oleh mahasiswa dikampus-kampus, misal anak-anak jurusan DKV yang aktif membuat komik dan menggandakan hasil karya mereka dengan fotocopy, disaat yang sama mereka menggelar pertemuan-pertemuan rutin. Ada juga

kelompok sketsa yang tiap minggu bertemu dan membuat sketsa dalam rangka merekam kota Makassar lewat sketsa, itu juga cukup menarik. Meskipun kegiatan itu kurang diinformasikan. Ada juga kegiatan-kegiatan lain, misal komunitas fotografi yang bekerja dengan siswa-siswa sekolah. Saat ini banyak anak-anak SMP dan SMA sudah membawa-bawa kamera sendiri, ini menunjukan mereka memliki kesadaran visual. Jadi ada banyak kegiatan-kegiatan berkesenian disini, itulah kenapa kita membutuhkan jejaring yang mampu membentuk pertemuan dengan teman-teman dari komunitas lain dan pentingnya jejaring sosial, karena walaupun kita tidak menghadiri sebuah event kita masih bisa mengikutinya secara online. Saran untuk Galeri Nasional

Galnas yang saya pahami, sebelum menggelar kegiatan keliling di Sulawesi Selatan, yaitu pameran keliling koleksi Galeri Nasional, adalah galeri milik pemerintah yang berada di Jakarta. Tapi setelah kehadirannya disini dan melakukan sosialisasi

programnya, kami jadi makin tahu ternyata ada banyak peluang yang bisa dilakukan oleh Galnas sebagai institusi pemerintah, walaupun kenyataannya peluang itu belum dijalankan sepenuhnya. Tentu saja ini menjadi suatu harapan kami dari daerah. Kami berharap keberadaannya dapat memfasilitasi karya-karya kami, karena kota ini tidak berhenti berproduksi, sekalipun produktivitasnya masih kalah dengan kota seperti Jakarta. Semestinya ada program jemput bola dari Galnas, dan ada program yang sifatnya edukasi daripada hanya sekedar eksibisi. Misalnya memberi peluang residensi mahasiswa atau seniman muda yang berpotensi di daerah setiap tahun. Atau menggelar program magang disana untuk pelaku seni daerah. Sudah saatnya Galnas berani membuka diri lebih jauh untuk bekerja dengan komunitas atau lembaga yang memiliki jaringan yang lebih luas, karena ada banyak

kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara independen dan militan dan itu tidak terdeteksi oleh media. Galnas sebagai institusi resmi pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi hal-hal tersebut.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Peraturan Pemerintah yang berlaku, Undang –

Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian

4elayanan Gizi RSUD Kota Maa!!ar menyediaan maanan ba#i pa!ien yan# on!i!ten den#an ondi!i dan

Pendapat Penulis terhadap Tafsir bahwa gugurnya praperadilan saat dilakukannya sidang pertama di pengadilan negeri ini juga diperkuat dalam putusan Mahkamah

Sehingga untuk menurunkan tingkat workplace deviant behavior yang terjadi pada organisasi, dianggap tidak hanya berasal dari ethical climate yang positif.. Ethical

Tugas Besar Rekayasa Beton... Tugas Besar

Media pembelajaran yang dikembangkan berupa board game (papan permainan) yang diberi nama media permainan Education Fun (E-Fun). Pengembangan media permainan E-Fun

pelanggaran dan dosa, bahwa perlindungan hanya dari Allah semata, dan sekaligus menyadari bahwa segala sesuatu sudah ditentukan takdir baik dan buruknya;