• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG TERIGU

SEBAGAI BAHAN PENGGANTI LATEKS DALAM

PEMBUATAN MAKE UP KARAKTER

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan

Oleh

Kiki Mujiyati NIM. 5402412009

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Lessing).

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:6).

PERSEMBAHAN

1. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Ahmad Mukhibat dan Ibu Kusriyati, terimakasih atas segala doa dan motivasinya, cinta dan kasih sayang, serta nasehat yang beliau berikan.

2. Kepada keempat adik saya, Tiara, Rohman, Dimas, dan Jauhar yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.

3. Kepada teman-teman kos, Riski, Jee, Devi, Dini, Anis, Rofi, Melinda yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Kepada teman-teman Prodi Pendidikan Tata Kecantikan angkatan 2012.

(6)

vi ABSTRAK

Kiki Mujiyati, 2016, Kelayakan Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengganti Lateks dalam Pembuatan Make Up Karakter, Ade Novi Nurul Ihsani, M.Pd., Dra. Marwiyah, M.Pd., Pendidikan Tata Kecantikan.

Lateks merupakan salah satu bahan kosmetik yang digunakan sebagai perekat untuk membuat efek tiga dimensi pada make up karakter. Lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran dan harga lateks tergolong mahal yaitu Rp.40.000/100 gram. Oleh karena itu diperlukan suatu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai perekat untuk menciptakan efek tiga dimensi. Tepung kanji dan tepung terigu mengandung zat amilopektin yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pengganti lateks selain itu kedua jenis tepung ini mudah diperoleh dan harga terjangkau. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui cara pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter, (2) untuk mengetahui kelayakan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Objek dalam penelitian ini adalah produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang panelis agak terlatih yang bertindak sebagai beauticiant untuk menilai kelayakan produk dari aspek warna, aroma, ketahanan, kemudahan aplikasi dan sensitivitas. Metode analisis data menggunakan rerata dan deskriptif persentase.

Hasil penelitan dari uji inderawi, diperoleh bahwa produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu memperoleh kriteria sangat baik dengan rata-rata total 3,5 dan data hasil uji kesukaan memperoleh persentase total 90% dengan kriteria sangat suka. Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu meliputi persiapan alat dan bahan, proses pembuatan produk dan terakhir pengemasan produk, (2) Produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu memiliki warna putih tulang (krem), produk tidak berbau sama sekali sehingga nyaman digunakan, mudah digunakan dalam praktik serta tidak menimbulkan reaksi apapun pada kulit baik berupa gatal, kemerahan, perih atau panas. Akan tetapi pada aspek ketahanan, produk terlihat mengelupas/daya rekatnya sebagian menghilang dalam waktu kurang dari 2 jam, sehingga produk kurang efektif apabila digunakan untuk make up panggung. Saran yang diberikan yaitu pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai diversifikasi produk lateks dalam make up karakter dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur pembuatan.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kelayakan Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengganti Lateks dalam Pembuatan Make up Karakter” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Semarang yang telah memberi petunjuk dan saran.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan yang telah memberi petunjuk dan saran.

4. Ibu Ade Novi Nurul Ihsani, M.Pd. Dosen pembimbing I dan Dra. Marwiyah, M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Maria Krisnawati, S.Pd., M.Sn Dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran kepada peneliti.

6. Bapak Ibu dosen dan seluruh staff Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu

(8)

viii

yang tak ternilai harganya selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Pengasih. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Identifikasi Masalah ... 3 1.3Pembatasan Masalah ... 4 1.4Rumusan Masalah ... 4 1.5Tujuan Penelitian ... 4 1.6Manfaat Penelitian ... 5 1.7Penegasan Istilah ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kelayakan ... 8

2.2 Tinjauan Tepung Kanji ... 8

2.3 Tinjauan Tepung Terigu ... 11

2.4 Tinjauan Lateks ... 12

2.4.1 Pengertian dan Karakteristik ... 12

(10)

x

2.5 Make Up Karakter ... 15

2.5.1 Pengertian ... 15

2.5.2 Karakteristik Make up Karakter ... 18

2.5.3 Jenis-Jenis Make up Karakter ... 23

2.6 Pembuatan Produk Eksperimen ... 27

2.6.1 Aspek Warna ... 28

2.6.2 Aspek Aroma ... 28

2.6.3 Aspek Ketahanan ... 29

2.6.4 Aspek Kemudahan Aplikasi ... 29

2.6.5 Aspek Sensitivitas... 29

2.7Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1Metode dan Desain Penelitian ... 32

3.2Metode Penentuan Objek Penelitian ... 33

3.2.1Objek Penelitian ... 33

3.2.2Subjek Penelitian ... 33

3.3Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

3.4Variabel Penelitian ... 34

3.5Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 34

3.5.1Alat dan Bahan Eksperimen ... 34

3.5.2Tahap-Tahap Pelaksanaan Eksperimen... 37

3.6Metode Pengumpulan data ... 38

3.6.1Observasi ... 38

3.6.2Dokumentasi ... 39

3.7Instrumen Penelitian... 39

3.7.1Uji Inderawi ... 39

3.7.2Uji Kesukaan ... 41

3.8Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 42

(11)

xi

3.8.2Reliabilitas ... 43

3.9Teknik Analisis Data ... 45

3.9.1Penilaian Kualitas Inderawi ... 45

3.9.2Penilaian Tingkat Kesukaan ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1Hasil Penelitian ... 51

4.1.1Cara Pembuatan Produk ... 51

4.1.1.1Persiapan Alat dan Bahan ... 51

4.1.1.2Penimbangan Bahan-Bahan ... 52

4.1.1.3Proses Pembuatan Produk ... 52

4.1.2Penggunaan Produk untuk Make up Karakter ... 54

4.1.2.1Persiapan Alat ... 54

4.1.2.2Persiapan Bahan ... 55

4.1.2.3Langkah-Langkah Make up Karakter Kambing ... 56

4.1.3Hasil Penilaian Uji Inderawi Produk... 59

4.1.4Hasil Penilaian Uji Kesukaan ... 60

4.2Pembahasan ... 61

4.2.1 Pembuatan Produk ... 61

4.2.2 Pembahasan Uji Inderawi Produk ... 63

4.2.2.1 Aspek Warna ... 63

4.2.2.2 Aspek Aroma ... 63

4.2.2.3 Aspek Ketahanan ... 63

4.2.2.4 Aspek Kemudahan Aplikasi ... 64

4.2.2.5 Aspek Sensitivitas... 64

4.2.3 Pembahasan Uji Kesukaan Produk ... 65

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V PENUTUP ... 67

5.1Simpulan ... 67

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 73

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Standar Kualitas Tepung Kanji ... 9

2.2 Perbedaan Make up Karakter Dua Dimensi dan Tiga Dimensi ... 26

3.1 Desain Eksperimen... 33

3.2 Alat-Alat Pembuatan Produk ... 35

3.3 Bahan-Bahan Pembuatan Produk ... 36

3.4 Skor Penilaian Uji Inderawi ... 41

3.5 Skor Penilaian Uji Kesukaan ... 42

3.6 Reliabilitas Instrumen Uji Inderawi ... 44

3.7 Reliabilitas Instrumen Uji Kesukaan ... 44

3.8 Rentangan Rerata Skor Uji Inderawi ... 47

3.9 Persentase Kesukaan ... 49

4.1 Alat-Alat Merias Wajah Karakter Kambing ... 55

4.2 Bahan-Bahan Merias Wajah Karakter Kambing... 56

4.3 Data Hasil Uji Inderawi ... 60

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Tepung Kanji ... 10 2.2 Tepung Terigu ... 12 2.3 Liquid Latex ... 13

2.4 Tata Rias Wajah Karakter Antagonis ... 17

2.5 Make up Karakter Badut ... 17

2.6 Make up Pohon Asem ... 19

2.7 Rias Wajah Sesuai Suku Bangsa ... 20

2.8 Rias wajah Sesuai dengan Usia ... 21

2.9 Rias Wajah Sesuai dengan Karakter Tokoh ... 21

2.10 Rias Wajah Cacat ... 22

2.11 Rias Wajah dengan Karakter Sakit-Sakitan ... 22

2.12 Make up Karakter Dua Dimensi ... 24

2.13 Make up Karakter Tiga Dimensi Raja Monyet ... 26

2.14 Skema Kerangka Pikir... 31

3.1 Bahan-Bahan Dicampur dan Dimasak ... 37

3.2 Proses Pengadukan ... 37

3.3 Hasil Jadi Produk ... 38

4.1 Bahan-Bahan Dicampur dan Dimasak ... 52

4.2 Proses Pengadukan ... 53

4.3 Hasil Jadi Produk ... 53

4.4 Pengemasan Produk ... 54

(15)

xv

4.6 Aplikasi Produk ... 57

4.7 Penempelan Kapas ... 58

4.8 Melukis Wajah dengan Body Painting ... 58

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Uji Inderawi ... 73

2. Lembar Observasi Penilaian Uji Inderawi ... 74

3. Rubrik Lembar Observasi Penilaian Uji Inderawi ... 75

4. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Uji Kesukaan ... 78

5. Lembar Penilaian Uji Kesukaan ... 79

6. Rubrik Lembar Penilaian Uji Kesukaan ... 80

7. Tabel Hasil Perhitungan Validasi Instrumen ... 83

8. Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Uji Inderawi ... 84

9. Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Uji Kesukaan ... 87

10.Tabel Perhitungan Data Hasil Uji Inderawi ... 90

11.Tabel Perhitungan Data Hasil Uji Kesukaan ... 92

12.Dokumentasi Hasil Pengaplikasian Produk ... 93

13.Formulir Usulan Topik Skripsi ... 97

14.Surat Usulan Pembimbing ... 98

15.Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 99

16.Surat Validasi Instrumen I ... 100

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata rias wajah adalah suatu proses atau langkah kerja untuk menutupi semua kekurangan dan menonjolkan semua kelebihan yang ada pada wajah seseorang sesuai dengan kesempatan dan tema yang akan diadakan serta sesuai dengan tujuan (Sukri:2). Tata rias wajah terdapat beberapa macam diantaranya tata rias wajah korektif, tata rias wajah karakter, dan tata rias wajah fantasi. Salah satu tata rias wajah yang sering digunakan untuk acara teater atau acara televisi yaitu tata rias karakter (Character Make up).

Character Make up atau tata rias karakter adalah suatu tata rias yang diterapkan dengan tujuan mengubah penampilan seseorang dalam hal umur, sifat, wajah, suku, dan bangsa sehingga sesuai dengan tokoh yang akan diperankan (Paningkiran, 2013:11). Tata rias karakter dibagi menjadi dua jenis yaitu tata rias karakter dua dimensi dan tata rias karakter tiga dimensi. Tata rias karakter dua dimensi adalah suatu tata rias yang hasilnya hanya bisa dilihat dari bagian depan saja, sedangkan tata rias karakter tiga dimensi adalah suatu tata rias yang hasilnya dapat dilihat dari depan, samping atau atas.

Tata rias karakter memiliki ciri-ciri garis-garis rias wajah yang tajam, warna-warna yang digunakan menyolok, serta alas bedak yang digunakan tebal (Kusantati, 2008:499). Proses dalam make up karakter membutuhkan bahan-bahan kosmetik

(18)

2

yang berfungsi sebagai penunjang hasil riasan. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan tata rias karakter salah satunya yaitu lateks.

Lateks adalah getah kental (mirip susu) yang dihasilkan oleh tumbuhan karet dan bersifat lengket. Lateks digunakan sebagai bahan utama pembuatan lem bulu mata, balon, ban dan lain-lain. Lateks dalam tata rias digunakan dalam pembuatan berbagai efek tiga dimensi misalnya efek luka memar, luka bakar, penciptaan karakter kambing, karakter monyet dan lain-lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti, di sekitar kampus Unnes Sekaran, lateks masih sukar didapatkan dengan harga Rp.40.000 dalam kemasan 100 gram. Hal ini menjadikan mahasiswa prodi Pendidikan Tata Kecantikan Unnes membeli lateks dari Jakarta untuk keperluan praktik atau menggunakan bahan lain sebagai pengganti lateks, misalnya lem kertas untuk pembuatan make up karakter efek luka. Penggunaan lem kertas terkadang menimbulkan efek panas bagi pengguna sehingga kurang aman. Hal ini membuat peneliti mencoba alternatif lain dengan pemanfaatan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

Penggunaan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks karena tepung kanji dan tepung terigu mengandung kadar amilopektin yang tinggi sebesar 87% dan 72%, selain itu pada tepung terigu mengandung zat gluten yang memberikan sifat lengket ketika dimasak. Pemanfaatan tepung kanji dan tepung terigu selama ini banyak digunakan dalam pembuatan produk makanan, misalnya tepung terigu digunakan sebagai bahan pembuatan kue, mie dan pasta. Tepung kanji digunakan sebagai pengenyal pada produk makanan, dan pewarna putih alami. Oleh

(19)

3

karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan membuat produk dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks yang digunakan sebagai perekat kapas atau tissue pada pembuatan make up karakter dengan perbandingan komposisi bahan 1:1. Penggunaan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter karena kedua jenis tepung tersebut harganya murah serta mudah diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran.

Percobaan pra eksperimen, peneliti membuat produk dengan perbandingan 1:1, 1:½ dan ½:1, setelah itu produk diaplikasikan untuk membuat efek luka tiga dimensi. Berdasarkan hasil pengaplikasian produk pada pembuatan efek luka tiga dimensi, bahwa produk dengan perbandingan komposisi tepung kanji dan tepung terigu 1:1 hasil make upnya terlihat lebih natural dari pada produk dengan perbandingan komposisi yang berbeda. Sehingga dalam penelitian ini, dipilih produk eksperimen yang memiliki perbandingan komposisi yang sama yaitu 1:1.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan meneliti lebih dalam mengenai “Kelayakan Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengganti Lateks dalam Pembuatan Make up Karakter”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Harga lateks tergolong mahal Rp.40.000 dalam kemasan 100 gram dan lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran.

(20)

4

2. Proses make up karakter membutuhkan bahan pengganti lateks yang mudah didapatkan, harga terjangkau dan aman bagi kulit.

3. Tepung kanji dan tepung terigu belum dimanfaatkan sebagai pengganti lateks. 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Fungsi produk terbatas sebagai adhesive atau perekat kapas dan tissue. 2. Penelitian ini, produk diaplikasikan pada bagian wajah.

3. Produk diaplikasikan untuk pembuatan make up karakter wajah kambing. 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter?

2. Bagaimana kelayakan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu yang digunakan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

(21)

5

2. Mengetahui kelayakan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan, referensi, perbandingan dan tambahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah teoritik dalam bidang tata kecantikan sehingga dapat memberikan kontribusi positif untuk perkembangan ilmu tata kecantikan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

4. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai bahan acuan perbandingan ataupun literatur bagi peneliti yang melakukan penelitian relevan dimasa yang akan datang.

1.7 Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini diperlukan dalam memahami istilah-istilah yang berkaitan dengan judul skripsi. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah:

(22)

6

1. Kelayakan

Kelayakan merupakan suatu perihal layak (patut, pantas) suatu objek untuk diteliti (KBBI, 2008:797). Kelayakan mempunyai definisi sebagai penelitian yang mengkaji suatu kelayakan atau kepantasan suatu objek untuk dijadikan sesuatu yang mempunyai kepantasan untuk daya pemakaian.

2. Tepung Kanji

Razif (2006) dan Astawan (2009) dalam Agustina (2011:6), tepung kanji merupakan salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Tepung kanji umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi singkong. Pati dalam tepung kanji terdiri atas zat amilosa dan amilopektin (Maryani, 2010:15).

3. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum (Nofalina, 2013:15). Tepung terigu mengandung zat pati yang terdiri atas zat amilosa dan amilopektin. Kandungan amilopektin pada tepung terigu sebesar 72% sedangkan kandungan amilosa pada tepung terigu sebesar 28% (Pradipta, dkk, 2015:795). Tepung terigu juga mengandung glutenyang akan memberikan sifat lengket ketika dimasak (Fitasari, 2009:18).

4. Bahan Pengganti Lateks

Menurut KBBI (2008:114), bahan merupakan barang yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu atau bahan merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu. Pengganti dalam KBBI (2008:415) mempunyai arti yang menjadi ganti (tentang barang). Bahan pengganti berarti suatu barang yang

(23)

7

akan dibuat menjadi suatu produk dengan tujuan menggantikan barang atau produk lain.

Lateks berasal dari getah pohon karet. Lateks sering digunakan untuk merekatkan benda (Paningkiran, 2013:96). Lateks dalam dunia tata rias merupakan salah satu bahan kosmetika yang digunakan dalam tata rias karakter tiga dimensi. Dalam penelitian ini tepung kanji dan tepung terigu akan dibuat menjadi suatu produk adhesive/perekat sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

5. Make Up Karakter

Make up karakter adalah suatu make up yang diterapkan untuk mengubah penampilan seseorang dalam hal umur, sifat, wajah, suku dan bangsa sehingga sesuai dengan tokoh yang diperankan. Make up karakter dibagi menjadi dua jenis yaitu make up karakter dua dimensi dan make up karakter tiga dimensi. Make up karakter tiga dimensi adalah suatu make up yang hasilnya dapat dilihat dari depan, samping atau atas. Bahan dan warna yang digunakan untuk make up karakter tiga dimensi harus memenuhi standar yaitu warna tidak boleh mudah pudar, bahan kosmetik harus memiliki ketahanan terhadap panas yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar matahari, dan gerakan pemain, bahan kosmetik yang digunakan juga harus sesuai dengan kebutuhan cerita dan tidak berlebihan sehingga memudahkan pada saat proses pengerjaan (Paningkiran, 2013:94-95).

(24)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kelayakan

Kelayakan merupakan suatu perihal layak (patut, pantas) suatu objek untuk diteliti (KBBI, 2008:797). Menurut Syarif (2011: 8-11) kelayakan berarti suatu penelitian yang mangkaji tentang berhasil atau tidaknya, layak atau tidaknya suatu usaha dengan memperhatikan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sumber daya manusia, aspek lingkungan ekonomi dan sosial politik serta aspek keuangan. Studi kelayakan menurut Suliyanto dalam jurnal Lazuardi, dkk (2014:50) merupakan penelitian yang mendalam terhadap suatu ide tentang layak atau tidak layaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dalam penelitian ini kelayakan mempunyai definisi sebagai penelitian yang mengkaji suatu kelayakan atau kepantasan suatu objek untuk layak digunakan atau layak pakai. Layak pakai dapat diartikan sebagai layak atau tidaknya sesuatu apabila dipakai atau diaplikasikan. Layak pakai dalam penelitian ini juga berkaitan dengan suatu objek yang dipakai atau diaplikasikan tidak menimbulkan kerugian bagi seseorang yang memakainya.

2.2 Tinjauan Tepung Kanji

Tepung tapioka atau tepung kanji adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan. Tepung kanji yang baik berwarna putih bersih, lembut dan licin serta tidak berbau (Suprapti, 2005:26-27). Adapun kualitas tepung kanji

(25)

9

ditentukan berdasarkan persyaratan standar yang ditetapkan oleh SII (Standar Industri Indonesia) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Kualitas Tepung Kanji

No. Spesifikasi AAA

(Terbaik) AA (Baik) A (Sedang) 1. Tingkat keputihan (BaSO4=100) Min. 95,5 Min. 92 <92 2. Kekentalan (°Engler) 3-4 2,5-3 <2,5 3. Kadar air 12-15% 12-15% 12-15%

4. Tingkat kehalusan 100 mesh 100 mesh 100 mesh

5. Serat dan kotoran Negatif Negatif Negatif

Sumber: Suprapti (2005:28)

Tepung kanji mengandung amilum (zat pati) yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Kandungan amilum sebesar lebih dari 70%. Amilum tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas membentuk cairan yang sangat pekat seperti pasta peristiwa ini disebut gelatinisasi. (Proverawati dan Erna, 2011: 11).

Kanji tersusun dari dua macam pati yang terdiri atas zat amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Menurut Dziedzic and Kearsley dalam Abidin, dkk (2013:98) tepung kanji mengandung komponen pati yang secara umum terdiri dari 13% amilosa dan 87% amilopektin. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. (Maryani, 2010:15), selain itu menurut kristanto (2007) dalam Raharjo, dkk (2011:283) kanji memiliki karakteristik viskositas rekat tinggi, kejernihan tinggi dan stabilitas pembekuan yang tinggi.

(26)

10

Tepung kanji dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran/tambahan pada berbagai macam produk seperti pembuatan sirup glukosa, dekstrin, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat pada industri makanan (Murtiningsih dan Suyanti, 2011:34-35). Tepung tapioka juga dimanfaatkan untuk perawatan kain panjang atau kain batik agar kain tetap kaku.

Berdasarkan karakteristik di atas, tepung kanji memiliki kandungan karbohidrat polisakarida berupa pati (amilum) yang terdiri atas zat amilosa dan amilopektin. Kandungan zat amilum pada kanji membuat kanji tidak larut dalam air dingin, tetapi akan larut dengan cara memasak kanji dengan air. Kandungan amilopektin yang tinggi pada kanji akan membuat kanji bersifat lengket dan lebih pekat, selain itu kanji juga memiliki karakteristik viskositas rekat yang tinggi. Oleh karena itu akan dibuat suatu produk perekat dari tepung kanji yang digunakan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter tiga dimensi.

Gambar 2.1 Tepung Kanji

Sumber:http://img.indonetwork.co.id/products/thumbs/600x600/2011/02/27/ 0fed62d5ac2db42e7577a29b31867f7b.jpg

(27)

11

2.3 Tinjauan Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie, roti, dan pasta. Tepung terigu berwarna putih dan tidak berbau. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti gandum. Tepung terigu mengandung tinggi zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Nofalina, 2013:15). Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gliadin (20-25%) dan glutenin (35-40%). Proses pembuatan adonan yang mengalami pemanasan, gluten memiliki kemampuan sebagai bahan yang dapat membentuk adhesive (sifat lengket), cohesive mass (bahan-bahan dapat menjadi padu), films, dan jaringan 3 dimensi. Penggunaan gluten dalam industri makanan untuk memberi kekuatan pada adonan, mampu menyimpan gas, membentuk struktur, dan penyerapan air. Gluten juga digunakan untuk tujuan formulasi, binder, dan bahan pengisi (Igoe and Hui, 1996 dalam Fitasari, 2009:18).

Tepung terigu mengandung pati yang terdiri atas zat amilosa dan amilopektin. Kandungan pati pada tepung terigu berpengaruh pada pembentukan gelatinisasi. Kandungan amilopektin pada tepung terigu sebesar 72%, sedangkan kandungan amilosa pada tepung terigu sebesar 28%. Amilosa mempunyai sifat mudah menyerap dan melepas air sedangkan amilopektin mempunyai sifat sulit menyerap air (Pradipta, et.al., 2015:795).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, menyatakan bahwa penggunaan tepung terigu dalam pembuatan produk eksperimen karena tepung terigu mengandung zat amilopektin sebesar 72%. Tepung terigu juga mengandung protein yang disebut gluten. Gluten apabila dipanaskan akan membentuk suatu adonan yang bersifat lengket (adhesive). Oleh karena itu tepung terigu juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan produk eksperimen ini, agar produk yang dihasilkan memiliki daya

(28)

12

rekat yang baik sehingga dapat digunakan sebagai perekat kapas atau tissue dalam pembuatan make up karakter. Jenis tepung terigu yang akan digunakan dalam eksperimen yaitu tepung terigu protein rendah agar produk tidak terlalu pekat sehingga mudah ketika diaplikasikan.

Gambar 2.2 Tepung Terigu

Sumber:

https://ecs12.tokopedia.net/newimg/product-1/2015/3/19/221665/221665_49aa6820-ce24-11e4-886a-509c4908a8c2.jpg 2.4 Tinjauan Lateks

2.4.1 Pengertian dan Karakteristik

“Lateks adalah cairan getah yang diperoleh dari bidang sadap pohon karet” (Budiman, 2012:12). “Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, (poli) terpena, minyak, tanin, resin, dangom. Lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah” (Budiman, 2012:194-195).

“Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet yang terdispersi dalam air. Lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah

(29)

13

mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe”( Budiman, 2012: 194).

Lateks merupakan suatu bahan berbentuk cairan susu yang berasal dari pohon karet. Ada ribuan jenis tanaman yang menghasilkan berbagai jenis lateks, termasuk pohon Chicle yang menghasilkan bahan baku untuk memproduksi karet. Lateks bersifat tidak beracun baik dalam keadaan cair maupun padat. Lateks secara alami akan mengering dan berwarna kuning. (Wikipedia, 2014).

“Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi seperti sarung tangan karet untuk kesehatan.” (Budiman, 2012:14). Adapun manfaat lateks yang lain dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat ban kendaraan, pipa karet, lem perekat, balon, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Liquid Latex

(30)

14

2.4.2 Penggunaan Lateks dalam Make up Karakter

“Lateks berasal dari getah pohon karet. Bahan tersebut biasa ditemukan di toko busa dan toko kimia berfungsi untuk merekatkan benda. Hasil olahan lateks diantaranya adalah lem bulu mata, kondom, balon, dan ban. Lateks yang digunakan untuk kepentingan tata rias karakter tiga dimensi adalah jenis lateks untuk bahan kondom” (Paningkiran, 2013:96).

Lateks yang digunakan dalam dunia tata rias mengandung lateks, air dan ammonia. Lateks dalam dunia tata rias digunakan untuk keperluan make up prosthetics. Prosthetics merupakan proses penciptaan efek dalam make up dengan cara mencetak/pengaplikasian secara langsung/melukis. Make up prosthetics saat ini banyak digunakan untuk menciptakan karakter efek luka, untuk mengubah bentuk wajah atau untuk membuat wajah menjadi berbeda (Davis dan Mindy, 2008:180).

Lateks digunakan untuk menciptakan efek khusus pada make up seperti bekas luka, luka bakar, atau prosthetic yang diciptakan menggunakan bahan-bahan seperti kertas tissue dan kapas, atau dengan cara mengaplikasikan lateks secara langsung pada kulit tergantung pada jenis luka yang ingin diciptakan. Lateks bersifat tidak beracun, namun ada beberapa orang yang memiliki reaksi alergi terhadap penggunaan lateks. Oleh karena itu sebelum menggunakan lateks, sebaiknya dilakukan tes alergi pada kulit terlebih dahulu untuk menghindari adanya kecelakaan kerja.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, lateks berasal dari getah pohon karet. Lateks untuk keperluan make up karakter adalah jenis lateks pekat yaitu jenis lateks yang berbentuk cairan pekat yang terdiri atas lateks, air dan ammonia.

(31)

15

Penggunaan lateks dalam dunia tata rias digunakan untuk pembuatan efek-efek khusus pada make up, misalnya pembuatan efek luka tiga dimensi yang diciptakan dengan cara mengaplikasikan lateks secara langsung pada kulit atau sebagai perekat kapas atau tissue. Kekurangan penggunaan lateks dalam pembuatan make up karakter adalah lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran dan harga lateks mahal yaitu Rp.40.000/100gram, selain itu ada beberapa orang yang memiliki reaksi alergi terhadap penggunaan lateks. Oleh karena itu dalam penciptaan efek-efek khusus pada make up, diperlukan suatu bahan pengganti yang mempunyai daya lekat yang baik, mudah diperoleh di sekitar kampus Unnes, harga murah serta aman bagi kulit.

2.5 Make Up Karakter 2.5.1 Pengertian

“Character make up atau tata rias karakter adalah suatu tata rias yang diterapkan untuk mengubah penampilan seseorang dalam hal umur, sifat, wajah, suku, dan bangsa sehingga sesuai dengan tokoh yang diperankannya” (Paningkiran, 2013:11). Tata rias karakter biasanya digunakan untuk pertunjukkan/ pentas/ film dan televisi. Tata rias karakter berfungsi untuk memberikan ekspresi pada wajah seorang aktor/ aktris sesuai dengan watak yang diperankan.

Menurut Kusantati (2008:499) rias wajah karakter merupakan “seni tata rias yang

menggunakan bahan-bahan kosmetik tertentu untuk mewujudkan suatu peran atau tokoh

dengan pertimbangan penggunakan lighting dan jarak penonton.” Make up karakter bertujuan untuk meniru karakter-karakter lain yang menghendaki adanya perubahan

(32)

16

seperti penambahan kumis, jenggot, bentuk mata, alis, dan hidung atau keperluan lainnya sesuai dengan karakter yang diinginkan menggunakan berbagai bahan kosmetika tertentu, misalnya foundation, body painting, dan lateks.

Menurut Narwastu dan Arita (2014:30) “Tata rias karakter adalah suatu tata rias yang memberikan bantuan dengan cara memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada orang yang dirias.” Pembuatan tata rias karakter berfungsi untuk membentuk suatu keadaan peran yang wajar dan tidak terkesan kaku. Pembuatan rias karakter, tidak hanya berusaha membuat orang terlihat cantik, tetapi juga membuat orang menjadi jelek atau memiliki kekurangan fisik tertentu selama cerita atau pertunjukan berlangsung. Sebuah pertunjukan dikatakan berhasil apabila cerita yang dibawakan actor atau aktris sesuai dengan kenyataan, salah satu penunjang keberhasilan itu melalui hasil riasan seorang penata rias. Hasil riasan diharapkan tidak memunculkan kejanggalan yang pada akhirnya akan merusak cerita.

Menurut Sukri (Semnas Bosaris II:4) tata rias wajah karakter dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Tata rias wajah realistis. Riasan ini cirinya masih sederhana seperti pada rias wajah sehari-hari tetapi sudah menggambarkan karakter tokoh aktor/aktris tersebut, misalnya make up karakter wajah antagonis untuk acara drama televisi. Pembuatan make up karakter realistis antagonis ini menggunakan teknik yang sama pada make up wajah sehari-hari, perbedaannya terletak pada pembuatan garis-garis wajah. Pembuatan garis wajah dibuat lebih tegas, alis dibuat warna hitam atau coklat tua,

(33)

17

pemberian eyeliner hitam pada kelopak bawah mata akan lebih menunjang karakter tokoh tersebut.

Gambar 2.4

Tata Rias Wajah Karakter Antagonis Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

b. Tata rias wajah non realistis. Riasan ini merubah karakter aktor/aktris berdasarkan karakter tokoh yang diinginkan. Dalam make up karakter ini aktor/aktris diubah mulai dari bentuk tampilan wajah, sifat dan karakternya menjadi tokoh yang akan diperankan sehingga karakter tokoh terlihat jelas secara visual. Salah satu contoh tata rias wajah non realistis adalah rias wajah badut dengan karakter ceria. Karakter badut ceria akan lebih diketahui secara jelas dan langsung pada saat penonton menyaksikan.

Gambar 2.5

Make Up Karakter Badut (Non Realistis) Sumber : Richkinanda (Dokumentasi Praktik)

(34)

18

Proses make up menuntut seorang penata rias harus memiliki pengetahuan tentang anatomi wajah, kosmetologi dan warna (Paningkiran, 2013:11). Pengetahuan anatomi wajah diperlukan dalam pembuatan garis-garis wajah agar tidak terkesan kaku, dengan mengetahui letak garis-garis wajah maka hasil make up akan terlihat lebih halus (nyata). Pengetahuan tentang kosmetologi dibutuhkan untuk mengetahui jenis kosmetika yang biasa digunakan, karena tidak semua kosmetika bisa dan cocok digunakan oleh actor atau aktris sehingga reaksi alergi penggunaan kosmetik dapat diminimalisir. Pengetahuan warna sangat penting bagi seorang penata rias dalam hal pemilihan warna-warna yang kontras dan menyolok serta untuk blending warna body painting.

2.5.2 Karakteristik Make up Karakter

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (2001:1). Tata rias karakter memiliki karakteristik sebagai berikut:

(a) Garis-garis rias wajah yang tajam. Tata rias karakter digunakan untuk keperluan panggung atau televisi, dilihat dari jarak jauh serta dipengaruhi oleh lighting. Oleh karena itu tata rias berfungsi untuk menegaskan garis-garis wajah karakter, sehingga saat berekspresi muncul efek gerak yang tegas dan dapat ditangkap oleh penonton dari jarak jauh. Fungsi garis tidak hanya untuk menegaskan, tetapi juga untuk memaksimalkan karakter sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain ; (b) Warna-warna yang dikenakan dipilih yang menyolok dan kontras : hal ini bertujuan agar make up dapat dilihat dengan jelas oleh penonton dari jarak jauh dan warna harus kontras dengan lighting artinya warna dapat memperlihatkan perbedaan dengan aslinya sehingga akan lebih diketahui karakter tokoh. Contoh warna-warna yang dapat digunakan untuk make up karakter : merah, kuning, hijau, biru ; (c) Alas bedak yang digunakan lebih tebal : sama halnya dengan pemakaian warna yang menyolok, alas bedak yang digunakan untuk make up karakter juga harus tebal, karena make up karakter digunakan untuk keperluan panggung dengan jarak pandang yang jauh dari penonton.

(35)

19

Gambar 2.6

Make up Pohon Asem

Sumber : Anik M. dan Eris A. (Dokumentasi Gelar Karya, 2015)

Gambar di atas merupakan salah satu tata rias panggung. Berdasarkan gambar dapat diamati bahwa penata rias menggunakan warna-warna body painting yang menyolok seperti kuning, hijau dan coklat. Penggunaan warna-warna yang menyolok berhubungan dengan jarak pandang penonton. Tata rias dilihat dari jarak jauh oleh penonton sehingga warna yang digunakan harus jelas dan terang agar dapat diketahui karakter yang sedang diperankan oleh aktris tersebut serta tidak terkesan kotor.

Penggunaan alas bedak juga harus lebih tebal dari pada tata rias sehari-hari atau tata rias pengantin. Hal ini berhubungan dengan faktor lighting dan jarak pandang penonton. Selain itu pada make up karakter menggunakan garis-garis rias wajah yang tajam seperti penggunaan eyeliner bawah mata yang tebal, alis yang tegas, dan garis bibir yang jelas. Penciptaan garis wajah yang tajam berfungsi untuk menegaskan tampilan aktris dan untuk memaksimalkan karakter sampai terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain sehingga karakter aktris dapat diketahui melalui jarak pandang yang jauh.

(36)

20

Menurut Kusantati (2008:499) gambaran watak atau karakter yang akan dimainkan dalam suatu pertunjukan dapat diwujudkan dengan memperhatikan delapan faktor yaitu :

(a) Ras dan suku bangsa, misalnya dari ras Indian, Mongolia, Aborigin dan suku bangsa Asia, Afrika, Amerika, karena setiap ras atau suku bangsa mempunyai ciri khas wajah yang berbeda. Pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak sangat diperlukan untuk keberhasilan penciptaan karakter. Aktor atau aktris yang berasal dari satu bangsa harus melakukan peran sebagai seseorang dari bangsa lain, misalnya aktris berkebangsaan Indonesia memerankan tokoh berkebangsaan Jepang. Orang berkebangsaan Jepang memliki kulit yang lebih putih, mata yang lebih sipit dan rambut yang lebih lurus dari orang Indonesia. Tata rias bangsa dapat dilakukan dengan membuat wajah aktris Indonesia menyerupai orang berkebangsaan Jepang dengan berpatokan pada ciri-ciri orang Jepang tersebut, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.7

Rias Wajah Sesuai Suku Bangsa Sumber : Kusantati (2008:501)

(b) Umur pelaku panggung harus disesuaikan dengan umur yang diperankan, misalnya tokoh yang akan diperankan nenek berusia 50 tahun, maka pembuatan make up harus disesuaikan dengan tokoh yang akan diperankan yaitu nenek berusia 50 tahun.

(37)

21

Gambar 2.8

Rias Wajah Sesuai dengan Usia Sumber : Kusantati (2008:503)

(c) Kepribadian, misalnya tokoh yang diperankan berwatak : keras, ramah, berwibawa, dan lucu

Gambar 2.9

Rias Wajah Sesuai dengan Karakter Tokoh Sumber : Kusantati (2008:504)

Keterangan gambar :

1. Bentuk alis, untuk peran protagonis alis dibuat dengan lengkungan yang tidak tajam sedangkan untuk peran antagonis alis dibentuk agak naik dan tajam. 2. Penggunaan eye shadow, untuk peran protagonis menggunakan eye shadow

dengan warna-warna lembut atau natural sedangkan untuk peran antagonis menggunakan eye shadow dengan warna-warna gelap dan dibuat agak naik pada sudut mata.

(38)

22

3. Bentuk wajah, untuk peran protagonis bentuk wajah dibuat mendekati bentuk wajah lonjong sedangkan untuk peran antagonis dibuat mendekati bentuk wajah persegi.

4. Bentuk bibir, untuk peran protagonis bentuk bibir dibuat agak naik pada sudut bibir sedangkan untuk peran antagonis bentuk bibir dibuat agak menurun pada sudut bibir.

(d) Kesempurnaan jasmaniah atau adanya cacat yang menonjol, misalnya seorang tokoh yang mempunyai wajah dengan hidung yang bengkok, bekas luka bakar dan lain sebagainya.

Gambar 2.10 Rias Wajah Cacat

Sumber : Tim Fakultas Teknik Unesa (2001:6)

(e) Kesehatan. Tokoh yang sering sakit-sakitan atau mengidap suatu penyakit khusus akan berbeda riasan wajahnya dengan tokoh yang sehat.

Gambar 2.11

Rias Wajah dengan Karakter Tokoh Sakit-Sakitan Sumber: Google.com

(39)

23

(f). Mode busana. Setiap masa ada mode tertentu yang menunjukkan ciri tokoh yang akan ditampilkan. Mode ini menyangkut rias wajah, tata rambut, busana, dan perlengkapannya yang sesuai. Jika isi cerita pada zaman Majapahit, maka busana, rias wajah, dan rambut disesuaikan dengan situasi pada zaman kerajaan Majapahit.

(g). Lingkungan. Seseorang yang hidup di daerah tropis tentu berbeda dengan orang yang hidup di daerah subtropis, dari segi warna maupun tekstur kulit, kulit orang yang tinggal di iklim panas biasanya lebih hitam dari kulit orang yang tinggal di daerah dingin/es.

(h). Pendidikan. Seseorang yang berasal dari kalangan terpelajar akan tampil berbeda dengan seseorang yang kurang terpelajar, baik dalam hal tata rias wajah, rambut, maupun busana dan perlengkapannya.

2.5.3 Jenis-Jenis Make up Karakter

Menurut Paningkiran (2013: 52-95) make up karakter dibagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Make up Karakter Dua Dimensi

“Make up karakter dua dimensi adalah make up yang mengubah bentuk/wajah penampilan seseorang dari hal umur, suku, bangsa, dengan cara dioleskan/disapukan baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian sehingga hanya bisa dilihat dari bagian depan saja” (Paningkiran, 2013:52). Kosmetika yang digunakan untuk make up karakter dua dimensi biasanya terdiri atas eye shadow, krim body painting, stick foundation dan pensil alis. Penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya mudah luntur atau kurang kuat jika berhadapan langsung dengan panasnya sinar lampu atau sinar matahari yang akan membuat wajah mudah berkeringat, sehingga untuk mempertahankan make up, seorang penata rias melakukan perbaikan berulang-ulang.

Menurut Paningkiran (2013:52), “teknik pembuatan make up karakter dua dimensi dilakukan dengan pengecatan (painting) dari gelap terangnya warna

(40)

24

(blending)”. Make up karakter dua dimensi lebih mudah dibuat selain itu membutuhkan bahan kosmetik yang mudah diperoleh dan harganya lebih murah. Menurut Richard Corson dalam Paningkiran (2013:59) mengatakan bahwa tata rias dua dimensi meliputi lima bagian pokok pada wajah yaitu dahi, mata, hidung, pipi, dan rahang wajah. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang penata rias yang akan mulai terjun ke dunia make up panggung maupun televisi sebaiknya seorang penata rias terlebih dahulu mempelajari ilmu tentang struktur anatomi wajah. Hal ini bertujuan agar pada pembuatan garis-garis wajah tidak terkesan kaku sehingga hasil make up akan terlihat nyata.

Gambar 2.12

Make Up Karakter Dua Dimensi

Sumber : Indah Luky S. dan Puput A. (Dokumentasi Gelar Karya, 2015)

b. Make up Karakter Tiga Dimensi

Menurut Paningkiran (2013: 94) menyatakan bahwa :

Make up karakter tiga dimensi adalah make up yang mengubah wajah atau bentuk seseorang secara keseluruhan atau sebagian dengan menggunakan bahan tambahan yang langsung dioleskan atau ditempelkan pada bagian wajah sehingga dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Make up karakter tiga dimensi merupakan suatu bentuk make up yang bergradasi, tiap-tiap lekukan dan tonjolannya dapat diraba dengan jelas sehingga hasilnya dapat dilihat dari depan, samping, atau atas. Make up karakter

(41)

25

tiga dimensi dengan bahan kosmetik berbentuk cair, krim, atau padat baik yang langsung dioleskan atau yang perlu terlebih dahulu melalu proses cetak kemudian ditempel harus sesuai dengan aslinya dalam hal warna dan bentuk, contohnya efek luka.

Menurut Paningkiran (2013: 94-95) bahan kosmetika yang dapat digunakan untuk make up karakter antara lain: (a) Warna tidak boleh mudah pudar karena pengambilan gambar baik di dalam maupun di luar studio; (b) Bahan kosmetik harus memiliki ketahanan terhadap panas, ini berarti bahan kosmetika yang dapat dipakai untuk make up karakter harus mampu bertahan lama melekat pada kulit dari panas yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar matahari, dan gerakan pemain; (c) Bahan kosmetik yang digunakan memudahkan pada saat proses pengerjaan. Hal ini berarti bahan kosmetika dalam pembuatan make up karakter tiga dimensi harus sesuai dengan kebutuhan cerita dan tidak berlebihan. (d) Penggunaan bahan kosmetik juga tidak boleh salah yang artinya bahwa bahan kosmetik tersebut digunakan sesuai aturan yang tertera pada label serta aman bagi kulit aktor/aktris yang akan menggunakan. Jika seorang penata rias belum mengetahui efek samping suatu bahan alternatif atau pengganti terhadap kulit, sebaiknya penata rias tidak menggunakan bahan tersebut.

Bahan kosmetik khusus yang sering digunakan dalam tata rias karakter tiga dimensi yaitu lateks, gelatin, lem bulu mata dan crystal gel. Bahan kosmetik tersebut digunakan untuk membuat efek-efek tiga dimensi atau digunakan sebagai perekat kemudian ditambahkan kapas atau tissue untuk menjadikan efek make up terlihat

(42)

26

nyata. Seorang penata rias harus memiliki pengetahuan dalam menggunakan bahan-bahan tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi.

Gambar 2.13

Make up Karakter Tiga Dimensi Raja Monyet

Sumber : Novi A. dan Paramitha T.Y. (Dokumentasi Gelar Karya,2015)

Adapun perbedaan mengenai make up karakter dua dimensi dan make up karakter tiga dimensi dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perbedaan Make up Karakter Dua Dimensi dan Make up Karakter Tiga Dimensi

No. Make up Karakter Dua Dimensi Make up Karakter Tiga Dimensi 1. Hanya menggunakan teknik painting Langsung dilekatkan ke wajah 2. Bahan mudah didapat Bahan sulit didapat

3. Mudah dalam pemakaian Lebih sulit dalam pemakaian

4. Kemungkinan kesalahan lebih kecil Kemungkinan kesalahan lebih besar

5. Biaya lebih murah Biaya lebih mahal

6. Waktu penggunaan lebih cepat Waktu penggunaan lebih lama 7. Tidak memerlukan peralatan khusus Memerlukan peralatan khusus 8. Lebih mudah dibersihkan Lebih sulit dibersihkan 9. Hanya dapat dilihat dari depan Bisa dilihat dari segala arah 10. Gradasi tidak tampak Gradasi lebih tampak

11. Hanya bisa dilihat Lekukan bisa dilihat dan dirasakan 12. Hasil kurang tampak Hasilnya lebih jelas

(43)

27

2.6 Pembuatan Produk Eksperimen

Penggunaan bahan-bahan seperti lateks, crystal gel, gelatin masih sukar diperoleh di sekitar daerah kota Semarang khususnya daerah kampus Unnes Sekaran, sehingga pada saat praktik make up karakter tiga dimensi mahasiswa harus memesan bahan tersebut ke luar kota seperti Jakarta, selain itu harga lateks juga mahal. Oleh karena itu perlu adanya alternatif lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter. Alternatif bahan pengganti tersebut yaitu berupa tepung kanji dan tepung terigu yang dimasak hingga pekat. Tepung kanji memiliki viskositas rekat tinggi dan tepung terigu mengandung gluten yang memberikan sifat lengket, selain itu tepung kanji dan tepung terigu sama-sama mengandung zat amilopektin tinggi yang berpengaruh terhadap daya lekat, selain itu kedua tepung tersebut mudah diperoleh dan harganya lebih murah dari pada lateks.

Pembuatan produk eksperimen terdiri atas tepung kanji, tepung terigu, dan air aquadest yang dimasak dan diaduk secara kontinyu sampai membentuk suatu adonan yang pekat. Pada percobaan pra eksperimen dibuat produk dengan perbandingan 1:1, 1:½ dan ½:1, setelah itu produk diaplikasikan untuk membuat efek luka tiga dimensi. Berdasarkan hasil pengaplikasian produk pada pembuatan efek luka tiga dimensi, bahwa produk dengan perbandingan komposisi tepung kanji dan tepung terigu 1:1 hasil make upnya terlihat lebih natural dari pada produk dengan perbandingan komposisi yang berbeda. Sehingga dalam penelitian ini, dipilih produk eksperimen yang memiliki perbandingan komposisi yang sama yaitu 1:1.

(44)

28

Pembuatan produk eksperimen akan ditambahkan pengawet untuk melindungi produk dari mikroorganisme yang dapat mempercepat kerusakan pada produk. Jenis pengawet yang akan digunakan yaitu nipagin atau methyl paraben atau methyl p-hidroxybenzoat. Pengawet nipagin dapat ditambahkan ke dalam kosmetik dengan kadar maksimal 0,4% (Permenkes RI, 1998:44).

Pembuatan produk eksperimen dalam penelitian ini berdasarkan pada aspek: warna, aroma, ketahanan (berhubungan dengan daya lekat), kemudahan aplikasi serta sensitivitas pada kulit.

2.6.1 Aspek Warna

Aspek yang akan diamati pada produk eksperimen yaitu warna. Menurut kartika (1988:6), warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran spektrum sinar. Timbulnya warna dibatasi oleh faktor terdapatnya sumber. Warna dari tepung kanji dan tepung terigu sebelum dimasak yaitu putih, namun warna juga bisa berubah karena terjadi proses pemanasan saat pembuatan produk (Prihatiningrum, 2012:10)

2.6.2 Aspek Aroma

Aspek kedua yang akan diamati pada produk yaitu aroma. Aroma dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Tepung kanji dan tepung terigu tidak beraroma atau tidak berbau sama sekali. Menurut Kartika (1988:10), aroma sukar untuk diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aroma. Perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena setiap orang memiliki intensitas penciuman yang tidak sama,

(45)

29

meskipun setiap orang dapat membedakan aroma, namun setiap orang mempunyai kesukaan yang berlainan.

2.6.3 Aspek Ketahanan (Daya Lekat)

Aspek ketiga yaitu ketahanan (daya lekat). Menurut Paningkiran (2013:94), bahan kosmetik yang dapat digunakan untuk make up karakter panggung atau televisi harus memiliki ketahanan terhadap panas yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar matahari, juga gerakan pemain. Pada aspek ketahanan, produk yang digunakan tidak mengelupas/daya rekatnya tidak sebagian menghilang selama 2 jam (Narwastu dan Arita, 2014:33).

2.6.4 Aspek Kemudahan Aplikasi

Aspek keempat yang diamati yaitu kemudahan aplikasi. Menurut Paningkiran (2013:95), aspek kemudahan aplikasi yaitu bahan kosmetik yang digunakan tidak berlebihan dan memudahkan pada saat proses pengerjaan. Menurut Narwastu dan Arita (2014:32), aspek kemudahan aplikasi yaitu jika aplikasi warna body painting atau eye shadow bisa langsung diaplikasikan pada kapas atau tissue tanpa menggunakan alat bantu hairdryer atau toner karena produk cepat kering.

2.6.5 Aspek Sensitivitas

Aspek kelima yang diamati adalah aspek sensitivitas. Menurut pendapat Dosen UNJ sekaligus praktisi ahli dalam make up karakter, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 Januari 2016, bahwa sensitivitas adalah suatu reaksi yang terjadi pada kulit akibat penggunaan suatu bahan kosmetik. Kosmetik yang baik untuk make up karakter yaitu tidak menimbulkan reaksi apapun pada kulit. Reaksi

(46)

30

sensitivitas setiap orang tidak sama karena setiap orang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda. Reaksi yang terjadi pada kulit biasanya bisa berupa gejala gatal, kemerahan, perih atau panas.

2.7 Kerangka Pikir

Make up karakter tiga dimensi adalah suatu bentuk make up yang bergradasi, tiap lekukan dan tonjolannya dapat diraba dengan jelas sehingga hasilnya dapat dilihat dari depan, samping, atau atas. Proses make up karakter tiga dimensi membutuhkan bahan-bahan kosmetika tertentu yang akan membuat hasil riasan terlihat nyata. Adapun salah satu bahan kosmetik yang sering digunakan dalam make up karakter tiga dimensi yaitu lateks.

Lateks berasal dari getah pohon karet dan berfungsi sebagai perekat. Harga lateks tergolong mahal dan lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran, sehingga diperlukan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti lateks dalam make up karakter yang mudah diperoleh dan harga murah. Bahan yang akan digunakan yaitu tepung kanji dan tepung terigu. Penggunaan tepung kanji dan tepung terigu karena kedua tepung tersebut memiliki kadar amilopektin yang tinggi, tepung kanji memiliki viskositas rekat yang tinggi serta tepung terigu mengandung gluten yang akan menjadikan terigu bersifat lengket apabila dipanaskan.

(47)

31

Gambar 2.

Gambar 2.14 Skema Kerangka Pikir

Mengandung zat

amilopektin yang tinggi, mudah diperoleh, harga murah

Penilaian

Uji Kelayakan

Make Up Karakter Tiga Dimensi

Lateks: harga mahal dan sulit diperoleh

Bahan pengganti

Tepung Kanji dan Tepung Terigu

Pembuatan produk meliputi: warna, aroma, ketahanan, kemudahan aplikasi dan sensitivitas.

(48)

67 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu meliputi tahap persiapan alat dan bahan. Persiapan alat meliputi kompor, timbangan, sendok plastik, dan panci. Alat-alat disiapkan dalam kondisi bersih dan kering. Persiapan bahan meliputi 10 gram tepung kanji, 10 gram tepung terigu, 200 ml air aquadest dan 0.4 gram pengawet nipagin.

Proses pembuatan dilakukan dengan mencampurkan semua bahan ke dalam panci lalu dimasak dengan api kecil suhu 60-70°C sambil diaduk secara terus menerus. Pengadukan ini bertujuan agar semua bahan menjadi homogen dan tidak ada gumpalan kasar. Produk dimasak sampai mendidih selama 5 menit. Tahap selanjutnya yaitu pengemasan. Produk dikemas dalam botol tube dengan tujuan agar memudahkan pada saat pengaplikasian produk. Produk bisa langsung diaplikasikan pada wajah sehingga tangan beauticiant tidak terasa lengket karena terkena produk. 5.1.2 Kelayakan produk dari tepung kanji dan tepung terigu dapat dilihat dari pemakaian produk berdasarkan aspek warna, aroma, kemudahan aplikasi dan sensitivitas. Produk memiliki warna putih tulang (krem), produk tidak berbau sama sekali sehingga nyaman digunakan, mudah digunakan dalam praktik serta tidak

(49)

68

menimbulkan reaksi apapun pada kulit baik berupa gatal, kemerahan, perih atau panas. Akan tetapi pada aspek ketahanan, produk terlihat mengelupas atau daya rekatnya sebagian mengilang dalam waktu kurang dari 2 jam, sehingga produk ini kurang efektif apabila digunakan untuk make up panggung. Adapun penilaian dari model yaitu sangat menyukai produk pada aspek warna, aroma dan sensitivitas serta menyukai produk dari aspek ketahanan.

5.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut :

5.2.1 Penelitian yang dilakukan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Kecantikan Unnes bahwa tepung kanji dan tepung terigu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter. Mahasiswa bisa membuat produk ini untuk kegiatan praktik make up karakter tiga dimensi karena bahan-bahannya mudah diperoleh dan harganya murah. 5.2.2 Pembuatan produk dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai diversifikasi produk lateks dalam make up karakter dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur pembuatan.

(50)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A.Z. 2013. Development of Wet Noodles Based on Cassava Flour. Journal

English Technology Science 45(1):98. (diperoleh dari

http://journal.itb.ac.id/download.php?file=B11010.pdf&id=806&up=2) diunduh pada tanggal 15 Desember 2015 jam 19.00 WIB.

Agustina, Fransiska. 2011. Evaluasi Parameter Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Tapioka dalam Bioreaktor Anaerobik 2 Tahap. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. (diperoleh dari http://eprints.undip.ac.id/36635/) diunduh pada tanggal 16 Desember 2015 jam 19.05 WIB.

Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Davis, Gretchen dan Mindy Hall. 2008. The Make Up Artist Hand Book. Elsevier.

China.(diperoleh dari http://www.bokus.com/bok/9780240809410/the-makeup-artist-handbook-techniques-for-film-television-photography-and-theatre/) diunduh pada tanggal 9 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fitasari, Eka. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu terhadap Kadar Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organoleptik Keju Gaoda Olahan. Jurnal Imu dan Teknologi Hasil Ternak 4(2): 18. (diperoleh dari http://www.jitek.ub.ac.id/index.php/jitek/article/viewFile/143/137) diunduh pada tanggal 7 Februari 2016 jam 21.00 WIB.

Kartika, Bambang. dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.

Kusantati, Herni. 2008. Tata Kecantikan Kulit Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Lazuardi, R.F. dkk. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Mobile Carwash di Kota Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional 1(3):50. (diperoleh dari http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/viewFile/226/510) diunduh pada tanggal 4 Februari 2016 jam 17.00 WIB.

(51)

70

Maryani. 2010. Pengaruh Faktor Jenis Kertas, Jenis Perekat dan Kerapatan Komposit terhadap Kekuatan Impak pada Komposit Panel Serap Bising Berbahan Dasar Limbah Kertas. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.(diperoleh dari http://eprints.uns.ac.id/2006/) diunduh pada tanggal 1 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Murtiningsih dan Suyanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Narwastu, Sarah dan Arita Puspitorini. 2014. Perbandingan Hasil Jadi Efek Luka Bakar pada Tata Rias Karakter dengan Menggunakan Bahan Kosmetika Lem Bulu Mata dan Gelatin. E-Journal Pendidikan Tata Rias 3 (3): 29-37.(diperoleh dari ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article) diunduh pada tanggal 3 Januari 2016 jam 17.00 WIB.

Nofalina, Yesi. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Terigu terhadap Daya Terima, Kadar Karbohidrat dan Kadar Serat Kue Prol Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca). Skripsi. Program Sarjana Universitas Jember. Jember. (diperoleh dari http://repository.unej.ac.id/) diunduh pada tanggal 3 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Paningkiran, Halim. 2013. Make up Karakter untuk Televisi dan Film. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 445 Tahun 1998 Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet, dan Tabir Surya pada Kosmetika. Menteri

Kesehatan Indonesia. Jakarta. (diperoleh dari

http://jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20menteri/PERMENKES_NO.445_Me nkes_Per_V_1998_Tentang%20BAHAN,%20ZAT%20WARNA,%20SUB_19 98.pdf) diunduh pada tanggal 15 Januari 2016 jam 19.00 WIB.

Pradipta. dkk. 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Terigu dan Tepung Kacang Hijau serta Substitusi dengan Tepung Bekatul dalam Biskuit. Jurnal Pangan dan

Agroindustri 3(3):795. (diperoleh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=309231&val=7350&title= PENGARUH%20PROPORSI%20TEPUNG%20TERIGU%20DAN%20TEPU NG%20KACANG%20HIJAU%20SERTA%20SUBTITUSI%20DENGAN%20 TEPUNG%20BEKATUL%20DALAM%20BISKUIT%20%20%5BIN%20PRE SS%20JULI%202015%5D) diunduh pada tanggal 5 Januari 2016 jam 19.00 WIB.

(52)

71

Prihatiningrum. 2010. Pengaruh Komposit Tepung Kimpul dan Tepung Terigu terhadap Kualitas Cookies Semprit. Food Science and Culinary Education

Journal 1(1):10. (diperoleh dari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce/article/download/295/344) diunduh pada tanggal 5 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Proverawati, Atikah dan Erna Kusumawati. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Raharjo, W.W. dkk. 2011. Pengaruh Rasio Pengepresan terhadap Sifat Mekanik dan Fisik Komposit Tepung Kanji-Cangkang Melinjo. Jurnal Mekanika Universitas

Sebelas Maret 9(2):283. (diperoleh dari

http://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/mekanika/article/viewFile/71/65) diunduh pada tanggal 5 Januari 2016 jam 20.05 WIB.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Bandung.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta. Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta.Yogyakarta.

Sukri, Ali. Rias Wajah Karakter. Seminar Nasional Bosaris II. Institut Seni

Indonesia. Padang Panjang: 4-8.(diperoleh dari

http://prosiding.unesa.ac.id/download/seminar-nasional-boga/266.pdf) diunduh pada tanggal 1 Januari jam 19.00 WIB.

Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.

Syarif, Kasman. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh. Skripsi. Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.(diperoleh dari http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Analisis-Kelayakan- Usaha-Produk-Minyak-Aromatik-Merek-Flosh-Studi-Kasus-Di-UKM-Marun-Aromaterapi.pdf) diunduh pada tanggal 7 Januari 2016 jam 17.00 WIB.

(53)

72

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. 2001. Merias Karakter Cacat. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. (diperoleh dari http://psbtik.smkn1cms.net/kecantikan/tata_kecantikan_kulit/merias_karakter _cacat.pdf) diunduh pada tanggal 1 Januari 2016 jam 19.30 WIB.

__________. 2001. Merias Wajah Karakter Orang Tua. Departemen Pendidikan

Nasional. Surabaya. (diperoleh dari

http://psbtik.smkn1cms.net/kecantikan/tata_kecantikan_kulit/merias_wajah_ka rakter_orang_tua.pdf) diunduh pada tanggal 1 Januari 2016 jam 19.15 WIB. https://en.wikipedia.org/wiki/Liquid_latex. (diunduh pada tanggal 16 Desember 2015

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kualitas Tepung Kanji
Gambar 2.1  Tepung Kanji
Gambar 2.2  Tepung Terigu
Gambar 2.3  Liquid Latex
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tepung sorghum merupakan butiran halus yang berasal dari biji sorghum yang sudah dihaluskan. Tepung biji sorghum dipilih karena memiliki kandungan gizi yang tidak

a) Pengujian merupakan salah satu proses penilaian yang didasarkan pada penilaian karakteristik suatu produk. Misalnya, suatu industri tepung terigu, akan melakukan penilaian

dengan menggunakan tepung terigu. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan inovasi produk berupa soft cookies tepung garut dengan isian selai buah naga yang mana

Pengembangan produk dilakukan dengan membuat roti dengan penambahan tepung daun kelor sebanyak 2, 4, dan 6% dari total tepung terigu yang digunakan.Analisis yang dilakukan

Dengan analisis regresi linier diperoleh hasil ada pengaruh penggunaan suhu yang berbeda (0°C, 27°C dan 100°C) terhadap mutu inderawi cookies tepung terigu

Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pengawasan mutu tepung terigu, serta untuk mengetahui analisis fisik maupun kimia yang dilakukan dalam menjaga kualitas mie

Pukul 07.30 peneliti sampai ke KB Aisyiyah 04, peneliti melihat peserta didik sudah mulai membaca doa pembiasaan yang sehari-hari dilakukan, setelah selesai peserta

Pembuatan bahan pangan tidak terlepas dari penggunaan tepung seperti tepung terigu yang terbuat dari biji gandum sehingga merupakan bahan baku yang akan membuat produk