• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembeli adalah camilannya. Sebagai daerah tujuan wisata, Daerah Istimewa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembeli adalah camilannya. Sebagai daerah tujuan wisata, Daerah Istimewa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar ekonomi yang dapat mendorong terciptanya peningkatan taraf hidup masyarakat. Data BPS tahun 2012 menunjukkan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 55,53 juta. Setiap UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah tertentu. Hal ini mampu mengurangi jumlah pengangguran di masyarakat. Saat ini berkembang berbagai jenis UMKM yang menyebar di berbagai daerah. Produk yang unik dan hanya terdapat di daerah tersebut kemudian menjadi ciri khas dari daerah didalam lingkup UMKM itu. Produk yang terkenal dari tiap daerah yang sering diserbu pembeli adalah camilannya. Sebagai daerah tujuan wisata, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai beberapa produk khas yang dapat menjadi oleh-oleh bagi wisatawan. Produk-produk hasil UMKM itu antara lain yangko dari Kotagede, Bakpia Pathok, Gebleg Kulonprogo, Peyek, dan Geplak dari Bantul.

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang pembiayaan dan penjaminan Usaha Mikro dan Kecil, pemerintah telah menyatakan dukungannya untuk mengembangkan industri kecil dan menengah dengan menggelontorkan bantuan dana sebagai modal menjalankan industri. Hal itu ditambah dengan

(2)

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomer 98/M-IND/PER/12/2011 tentang Program Restrukturisasi Mesin / Peralatan Industri Kecil dan Menengah untuk memberikan keringanan harga dalam membeli mesin/peralatan baru. Dengan adanya bantuan modal diharapkan pelaku industri dapat menciptakan output produk yang berkualitas tinggi. Bantuan lain seperti pelatihan softskill, pemerintah menyerahkan kepada industri yang bersangkutan. Inilah yang terkadang menjadi masalah. Hal-hal terkait kemampuan menjalin kemitraan dan pemasaran, mereka masih lemah. Apalagi berpikir tentang strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan minat pembeli dan penjualan mereka.

Salah satu produk oleh-oleh yang menarik untuk dikembangkan strategi pemasarannya adalah geplak. Geplak merupakan makanan khas dari Kabupaten Bantul yang berasal dari ampas buah kelapa. Produk ini dulu menjadi produk oleh-oleh andalan dari Kabupaten Bantul. Industri pengolahan geplak di Bantul juga mulai menyebar antara lain Geplak Jago, Geplak Mbok Tumpuk, Geplak Ngudi Raos, dan Geplak Tumpuk. Menurut data yang dikumpulkan oleh Disperindagkop pada tahun 2012 UMKM yang bergerak pada produksi geplak ada 34 pelaku industri seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. Apabila industri ini dikembangkan sesuai permintaan konsumen, sebenarnya bisa menjadi bisnis yang menggiurkan bagi pelaku industri UMKM. Namun, akhir-akhir ini Geplak kalah bersaing dengan produk camilan oleh-oleh lain khas Yogyakarta seperti bakpia, yangko, dan wingko. Sehingga anggapan yang berkembang di masyarakat oleh-oleh yang biasanya dibawa dari Yogyakarta adalah produk saingan geplak tersebut.

(3)

Berdasarkan hasil observasi awal, industri geplak yang ada saat ini produksinya sudah cukup banyak, rata-rata 100 kg pada hari biasa dan bisa meningkat 3 kali lipat saat musim lebaran atau liburan. Apalagi ketika musim lebaran, maka produksi geplak dapat meningkat dua sampai tiga kali lipat produksi daripada produksi pada hari biasa. Namun demikian, seiring dengan maraknya produk lokal yang lain, seperti bakpia, yangko, dan wingko geplak mengalami penurunan pada hari biasa dan mulai menurunnya minat pembeli geplak dan digantikan dengan produk oleh-oleh yang lain. Menurut data dari Disperindagkop tahun 2012 dari 816 jenis usaha di Kecamatan Bantul sebagai pusat kota di kabupaten Bantul hanya terdapat 9 jenis usaha geplak. Kemudian hal ini didukung oleh data menurunnya jumlah industri geplak dari tahun 2011 sebanyak 40 pelaku industri geplak menurun menjadi 34 pelaku industri yang memproduksi geplak. Hal ini ditengarai akibat menurunnya penjualan dan berkurangnya pangsa pasar geplak dimata konsumen, yaitu wisatawan yang datang di Bantul pada khususnya.

Harga produk geplak relatif terjangkau untuk semua kalangan, apalagi bagi wisatawan yang berkunjung di Bantul. Untuk harga satu kilogram geplak yang telah dikemas dapat dibeli dengan kisaran harga Rp 25.000,00 – Rp 27.000,00 dan untuk ukuran setengah kilogram dapat seharga Rp. 13.000,00 - Rp 15.000,00 . Akan tetapi, produk ini hanya sebatas dikenal sebagai oleh-oleh dari Bantul yang hanya ada di Kabupaten Bantul, sehingga belum luas area pemasarannya. Salah satunya pada industri Geplak Mbok Tumpuk yang hanya memasarkan produknya di toko milik pemilik industri. Selain itu di Yogyakarta

(4)

sendiri, produk ini belum bisa menyaingi brand dari produk lain seperti bakpia dan yangko. Dari sisi variasi produk memang bentuk geplak yang tidak teratur dan tingkat kemanisan yang terlalu tinggi bagi sebagian konsumen, menyebabkan pembeli juga berpikir ulang untuk membawa geplak sebagai oleh-oleh. Warna dari geplak yang berwarna-warni ditengarai bukan berasal dari pewarna makanan. Padahal dari observasi yang telah dilakukan, pewarna nya menggunakan pewarna makanan yang telah diakui oleh Departemen Kesehatan. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena informasi label kemasan geplak yang kurang lengkap dan rinci, sehingga pembeli tidak yakin dengan nilai kesehatan dari produk tersebut.

Pihak pemerintah Kabupaten Bantul sendiri sudah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan promosi geplak, salah satunya melalui Surat Edaran dari Bupati Bantul Nomor 535/6671 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2014 untuk mewajibkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bantul untuk menjadikan geplak ini sebagai salah satu sajian menu utama untuk camilan tamu dinas yang berkunjung di Bantul. Tetapi dalam kenyataannya, cara tersebut menurut para pelaku industri geplak belum mampu meningkatkan penjualan secara signifikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya perancangan strategi pemasaran geplak untuk meningkatkan pangsa pasar dan nilai penjualannya. Untuk itu perlu dilakukan analisis terkait strategi pemasaran yang tepat dengan mempertimbangkan aspek harga, promosi, produk dan distribusi,

(5)

sehingga diperoleh alternatif-alternatif sesuai dengan bauran pemasaran yang berkembang untuk produk oleh-oleh geplak.

Tabel 1.1 Pelaku Industri UMKM Geplak di Kabupaten Bantul

No. Nama tamalA

nusuD aseD natamaceK

1 Walijan Nambangan Seloharjo Pundong 2 Karyono Nambangan Seloharjo Pundong

3 Yusmini Piring Srihardono Pundong

4 Sumarsilah Piring Srihardono Pundong

5 Kasinem Piring Srihardono Pundong

6 Utami/Sawal Piring Srihardono Pundong 7 Isti Wursamsih Piring Srihardono Pundong

8 Jasiman Piring Srihardono Pundong

9 Ny. Setrorejo Piring Srihardono Pundong

10 Supardi Tulung Srihardono Pundong

11 Puntohadi Winoto Tulung Srihardono Pundong 12 Maryono Jonggrangan Srihardono Pundong 13 Samijan Nglembu Panjangrejo Pundong

14 Somiyah Metuk Donotirto Kretek

15 Suhadi Paker Mulyodadi Bambanglipuro

16 Purwanti Warungpring Mulyodadi Bambanglipuro 17 Suhartono Krajan Poncosari Srandakan 18 Hadi Prayitno Jigudan Triharjo Pandak Sumber : Disperindagkop Kabupaten Bantul (2012)

(6)

Tabel 1.1 Pelaku Industri UMKM Geplak di Kabupaten Bantul (Lanjutan)

No Nama Alamat

Dusun Desa Kecamatan

19 Mardi Hartono Jigudan Triharjo Pandak 20 Mitro Suwito Tirto Triharjo Pandak

21 Sujari Jaten Triharjo Pandak

22 Darmo Utomo Siyangan Triharjo Pandak

23 Widodo Jigudan Triharjo Pandak

24 Sudarsia Tirto Triharjo Pandak

25 Sumbono Kadek Rowo Gilangharjo Pandak 26 Hj. Muslimah Badegan Bantul Bantul

27 Samudji Badegan Bantul Bantul

28 Antonius Tukiran Ngringinan RT 05 Palbapang Bantul 29 Wawan Ngringinan RT 01 Palbapang Bantul 30 Juminem Ngringinan RT 04 Palbapang Bantul

31 Tukirah Masahan Trirenggo Bantul

32 Marto wiyono Masahan Trirenggo Bantul

33 Hadi S Gedongan Trirenggo Bantul

34 Lusi Nogosari Trirenggo Bantul

(7)

B. Rumusan Masalah

Saat ini keberadaan geplak sebagai camilan oleh-oleh khas Bantul, sesuai latar belakang tersebut kalah bersaing dengan produk yang lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi awal bahwa minat konsumen untuk membeli turun. Adanya industri UMKM yang memproduksi produk pangan oleh-oleh khas di DIY yang semakin merebak menuntut para pelaku bisnis yang bergerak di bidang tersebut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam memenuhi permintaan konsumen agar dapat bersaing di pasaran. Dalam kondisi demikian, ada keinginan pelaku industri untuk mempertahankan eksistensi produk geplak dipasaran, meningkatkan penjualannya, dan memenuhi keinginan konsumen akan produk ini. Selain itu ada dukungan dari pihak Bappeda Kabupaten Bantul untuk swasembada pangan dengan geplak sebagai makanan andalan khas Kabupaten Bantul yang semakin laku di pasaran.

Permasalahan utama yang ada saat ini, industri belum mampu menentukan strategi pemasaran yang tepat sesuai bauran pemasaran yang ada yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Strategi yang ada hanya sebatas mengikuti produk yang sudah ada, kurang inovasi dan kurang melakukan upaya promosi dengan media apapun. Promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut Dari sisi harga dan tempat, para wisatawan juga kurang mengetahui terkait informasi harga dan lokasi membeli geplak yang spesifik di Kabupaten Bantul. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keinginan konsumen dan pelaku industri terkait dengan produk geplak tersebut.

(8)

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini antara lain :

a) Produk geplak yang diteliti dari UMKM berlokasi di kabupaten Bantul yang telah memasarkan produknya baik di outlet sendiri, maupun mendistribusikan ke pusat oleh-oleh.

b) Bauran pemasaran yang dimaksud adalah konsep strategi pemasaran berdasarkan 4P yaitu Product (produk), Places (tempat distribusi ke konsumen), Price (harga), dan Promotion (promosi).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a) Mengidentifikasi bauran pemasaran yang menyebabkan menurunnya minat pembeli terhadap produk geplak.

b) Memformulasikan strategi pemasaran yang tepat dengan memadukan faktor bauran pemasaran yaitu harga, produk, distribusi, dan promosi.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Para pelaku industri geplak dapat meningkatkan nilai jual produk mereka

dengan cara memperbaiki sistem bauran pemasaran yang ada saat ini setelah diketahui faktor menurunnya minat pembelian geplak dari konsumen.

(9)

b) Pelaku industri memiliki panduan formulasi strategi bauran pemasaran yang tepat untuk meningkatkan profit dari sisi produk, distribusi (tempat), harga, dan promosi.

c) Sebagai masukan bagi pihak pemerintah kabupaten Bantul dalam membantu meningkatkan nilai geplak sebagai oleh-oleh khas andalan kabupaten Bantul yang disukai konsumen.

Gambar

Tabel 1.1 Pelaku Industri UMKM Geplak di Kabupaten Bantul
Tabel 1.1 Pelaku Industri UMKM Geplak di Kabupaten Bantul (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Koordinasi antara Dinas Perdagangan dan Pasar, Dinas Tata Kota dan Pariwisata, dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Metro dalam melakukan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan tata kelola (good pension fund governance) pada DPLK Bank Jateng menerapkan etika bisnis yang konsisten dan sehat

Dalam penelitian Mustamin (2013) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pengakuan, pengukuran dan pelaporan aset tetap pada PT Hasjrat Abadi secara umum telah

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lisa Aprianti (2011), mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, melalui penelitiannya yang berjudul:

Metode pengukuran yang digunakan mengacu pada half-cell (potensial elektroda setengah sel) dengan elektroda acuan Cu/CuSO 4. Dari hasil pengukuran potensial awal yang

Salah  satu  metoda  pendekatan  perhitungan  gaya  hidrodinamik  adalah  dengan  metoda Morrison. Metoda ini menghitung gaya gelombang yang terjadi pada suatu 

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan informasi dan bahan pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang gerabah

Dari gambar 3.a diketahui bahwa nilai tegangan keluaran rangkaian penyearah adalah 15 VDC dan bentuk gelombang tegangan keluaran lurus tanpa ada ripple pada gelombang, sehingga