• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di Panti Wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di Panti Wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun oleh: Sheilla Ardhistia 109114131. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI. PERBEDAAI\I PEI\ERIMAAN DIRI ANTARA LAI{SIA YAI\G TINGGAL. DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAI\I SENDIRI. *-,%,t-.qtftry. :J' \-' rdsrt4rrr d. "'',1. -t ti. ,#* r""T,:W:,**i: H /'*',T,:,*ffi. i,,. %K-nlfl. k;-muu*.*. $,t. H. Pembimbing,. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. Padatanggal:. 28. AUC. 2015.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI PERBEDAAI\I PEI{ERIMAAN DIRI ANTARA LAI\SIA YANG TINGGAL. DI PAI\ITI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAI\I BUKAN BERDASARKAI\I KEPUTUSAN SENDIRI. Dipersiapkan dan ditulis oleh: Sheilla Ardhistia. {f7 {ba. .l*aan TIJ. I. 7^. ?. )''t 'i:j". Penguji 3 :Debri Pristinella, S.Psi., M.Si.. Yogyakarta,. -2?. lU6. ?n1s. Fakultas Psikologi itas SanataDharma. yo Widiyanto, M.Si.. lll.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN Awal dan akhir selalu bergantian. Tidak ada suatu awalan yang tidak bisa diakhiri dan tidak ada akhir tanpa suatu awalan.. Percayalah, ketika Tuhan mengizinkanmu untuk memulai sesuatu, maka Ia juga akan menemanimu untuk menyelesaikannya.. Berusaha sekeras apapun tanpa memberikan tempat bagiNya untuk bekerja atasmu adalah nol.. Kupersembahkan karya ini untuk, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan kasihNya yang berlimpah, Mama dan Papa, perpanjangan tangan Tuhan dengan cinta yang tak pernah putus, Kakak dan Adik yang selalu menyemangati, Oma dan Opa semua, terima kasih sudah berbagi banyak hal.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERI\YATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis. ini tidak. memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam. kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 28 Agustus 201 5 Penulis. Sheilla Ardhistia.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI Sheilla Ardhistia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di panti wreda, berusia 60 tahun ke atas dan masih mampu berkomunikasi dengan baik. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 45 lansia, yaitu 20 lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan 25 lansia yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri yang dibuat oleh penulis. Reliabilitas skala penerimaan diri yang diperoleh sebesar 0,978. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent t-test dengan hasil t = 5,822 dengan signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan penerimaan antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri. Kata kunci: penerimaan diri, lansia, panti wreda, keputusan sendiri, bukan keputusan sendiri. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DIFFERENCE OF SELF ACCEPTANCE BETWEEN ELDERLY WHO LIVE IN NURSING HOME ON HIS/HER OWN AND WHO IS NOT Sheilla Ardhistia ABSTRACK This research had purposes to see the differences of self acceptance between elderly who lived in nursing home on his/her own and who was not. This research was a comparative quantitative research. Subject of this research was elderly who lived in nursing home, more than 60 years old and could communicate with other people. The number of subjects in this research were 45 elderly, 20 elderly lived in nursing home on his/her own and the rest were not. Data of this research came from self acceptance scale which was made by writer. The reliability of this scale was 0,978. The data itself then had been analyzed using independent sample t-test, resulted t=5,822 with a significance of 0,000. Result of this analysis showed that there were differences of self acceptance between elderly who lived in nursing home on his/her own and who was not. Keyword: self acceptance, elderly, nursing home, on his/her own, who is not. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Nama Nomor. : Sheilla Ardhistia. Mahasiswa : 109114I3I. Demi pengernbangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:. Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda. Berdasarkan Keputusan Sendiri dan Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri. beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan. kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain. untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta. ijin dari saya maupun. memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 28 Agustus 201 5. Yang menyatakan,. W. Sheilla Ardhistia. vlll.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga, membimbing, dan menyertai penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini juga tak lepas dari dukungan, doa, dan bimbingan banyak pihak yang hadir dalam kehidupan penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi yang. juga. telah. mengizinkan. saya. untuk. mengerjakan. dan. menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., terima kasih atas kesabaran, semangat, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Ibu Debri Pristinella, S.Psi., M.Si., terima kasih untuk semua saran dan dinamika selama penyelesaian skripsi ini.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Papa dan Mama, terima kasih telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang tak pernah berhenti memberikan doa, semangat, dan dukungan selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk kesabaran dan semua yang telah Papa dan Mama berikan. 6. Mami, terima kasih untuk semua cerita yang banyak menginspirasi saya untuk melakukan penelitian ini. 7. Oh Troy Distira - Ci Hanna Kusuma Dewi dan si kecil Luigi, terima kasih untuk semangat dan dukungan yang diberikan kepada saya, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 8. Claudia Amaranantia, terima kasih untuk “celoteh tamparan” yang selalu menguatkan penulis hingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. 9. Ik Agnes - Bung Erwin, Ernest dan Ezra, terima kasih selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini. 10. Rm. Niko Antosaputro, MSF dan Rm. Christy Mahendra, Pr untuk bantuan, semangat, dan doa selama proses penyusunan skripsi. Matur nuwun, Mo. 11. Oma dan Opa yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, terima kasih untuk partisipasi, dukungan, dan doa yang selalu mengalir. Terima kasih untuk semua cerita yang telah dibagi, semoga Oma dan Opa sehat dan bahagia selalu. 12. Seluruh pengurus Panti Wreda, terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih untuk semua ilmu, kebaikan, keramahan, dan bantuan yang Bapak dan Ibu berikan. 14. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, dan Mas Donny. Terima kasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya. 15. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, terima kasih untuk pelayanan yang sangat baik dan telah menyediakan tempat yang nyaman dan kondusif. 16. Mega, Martha, Uli, Disti, Regina, Novi, dan Aning, terima kasih untuk tawa, canda, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada saya. Semoga kepompongnya cepat menjadi kupu-kupu cantik seutuhnya ya. 17. Suster Petra, terima kasih untuk dinamika dari awal hingga akhir, untuk semangat dan dukungan selama proses proses perkuliahan dan proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Semangat selalu ya ter. 18. Engger, terima kasih sudah membantu saya dalam mempelajari statistik dan SPSS. 19. Teman-teman angkatan 2010, terima kasih untuk pertemanan, dinamika, dan semua yang sudah kita lalui bersama-sama selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. Seluruh pihak yang telah membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk semangat dan dukungan yang sangat berarti. 21. Semua pihak yang membaca skripsi ini, semoga dapat memberikan makna dan dapat menginspirasi kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka pada saran dan kritik yang terkait dengan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah kajian ilmu psikologi dan bermanfaat untuk masyarakat.. Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis. Sheilla Ardhistia. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................ ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii. HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... iv. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. v. ABSTRAK ...................................................................................................... vi. ABSTRACK ..................................................................................................... vii. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii. KATA PENGANTAR .................................................................................... ix. DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii. DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1. A. Latar Belakang .......................................................................................... 1. B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9. C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10. D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10. 1.. Manfaat Teoritis ................................................................................. 10. 2.. Manfaat Praktis .................................................................................. 10. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11. A. Penerimaan Diri ........................................................................................ 11. 1.. Definisi ............................................................................................... 11. 2.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ......................... 13. 3.. Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri .................................... 15. 4.. Manfaat Penerimaan Diri ................................................................... 18. B. Usia Lanjut ................................................................................................ 19. 1.. Definisi ............................................................................................... 19. 2.. Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut .................................................. 21. 3.. Tugas Perkembangan Usia Lanjut ..................................................... 22. 4.. Perkembangan dan Perubahan pada Usia Lanjut ............................... 23. 5.. Teori Tentang Usia Lanjut ................................................................. 26. C. Panti Wreda ............................................................................................... 27. D. Keputusan Untuk Tinggal di Panti Wreda ................................................ 30. E. Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri ..................................................................................... 33. F. Hipotesis ................................................................................................... 36. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 38. A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 38. B. Variabel Penelitian .................................................................................... 38. C. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 38. D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 40. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 40. F. Validitas dan Reliabilitas Skala ................................................................ 43. 1.. Validitas ............................................................................................. 43. 2.. Reliabilitas ......................................................................................... 43. G. Metode Analisis Data ................................................................................ 45. 1.. Uji Asumsi ......................................................................................... 45. 2.. Uji Hipotesis ...................................................................................... 45. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 47. A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 47. B. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................................... 48. C. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 50. D. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 51. 1.. Uji Asumsi ......................................................................................... 51. 2.. Uji Hipotesis ...................................................................................... 53. E. Analisis Data Tambahan ........................................................................... 55. F. Pembahasan ............................................................................................... 66. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73. A. Kesimpulan ............................................................................................... 73. B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 74. C. Saran ......................................................................................................... 74. 1.. Bagi Keluarga dan Pihak Panti Wreda ............................................... 74. 2.. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 75. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LAMPIRAN .................................................................................................... xvi. 79.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Blue-print Skala Penerimaan Diri sebelum dan sesudah seleksi aitem 41. Tabel 2. Reliabilitas Sebelum Analisis Aitem ............................................... 44. Tabel 3. Reliabilitas Setelah Analisis Aitem ................................................ 44. Tabel 4. Karakteristik Jenis Kelamin ............................................................ 49. Tabel 5. Karakteristik Tingkat Pendidikan .................................................... 49. Tabel 6. Deskriptif Data Penelitian ............................................................... 50. Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ...................................................... 52. Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas .................................................. 53. Tabel 9. Independent Sample T-Test ............................................................. 54. Tabel 10 Perbedaan Penerimaan Diri Pada Lansia Wanita dan Lansia Pria .. 55. Tabel 11 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri ....... 56. Tabel 12 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri 58 Tabel 13 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri ...................................................... 59. Tabel 14 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri ........................................................................... 61. Tabel 15 Perbedaan Penerimaan Diri Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 64. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR SKEMA. Skema 1. Skema Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri .............................. xviii. 37.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Skala Penerimaan Diri Sebelum Analisis Aitem ........................ 79. Lampiran 2 Skala Penerimaan Diri Sesudah Analisis Aitem ......................... 90. Lampiran 3 Analisis Reliabilitas Skala dan Kualitas Aitem Skala ................ 101. Lampiran 4 Hasil Analisis Data ..................................................................... 108. Lampiran 5 Hasil Analisis Data Tambahan ................................................... 112. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir ini, usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara signifikan. Data dari USA Bureau of the Cencus memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga usia lanjut terbesar seluruh dunia, antara 1990 – 2025, yaitu sebesar 414% (Darmojo dalam Gunarsa, 2004). Di samping peningkatan angka harapan hidup, jumlah dan proporsi kelompok lansia di negara kita pun dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat yang cukup tajam. Adanya kenyataan seperti ini, problematik yang akan dihadapi oleh lansia pun tentu akan semakin bertambah dan meluas ke masalah-masalah lain di samping ekonomi dan kesehatan (Achir, 2001). Suardiman (2011) juga menjelaskan bahwa semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia maka akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan terkait dengan penurunan pada kondisi fisik, psikis, dan sosial. Hal ini menegaskan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia bersifat kompleks, sehingga para lansia perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari keluarga maupun pemerintah. Memang tak bisa dipungkiri bahwa perhatian dari keluarga merupakan salah satu hal yang dibutuhkan oleh para lansia dalam menghadapi segala keterbatasannya. Ancok (dalam Suardiman, 2011). 1.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan lansia dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi lansia, sehingga keluarga wajib menciptakan suasana nyaman bagi para lansia. Selain itu, Suardiman (2011) juga mengungkapkan bahwa keluarga merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa senang dan bahagia, sebaliknya. semakin. miskin. dukungan. emosi. keluarga. semakin. menimbulkan perasaan tidak senang. Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia saat ini cenderung mengalami penurunan karena adanya perubahan struktur keluarga dari extended family menjadi nucleus family. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya dukungan yang diberikan pada lansia. Nucleus family atau keluarga batih yang jumlahnya kecil, yaitu hanya suami istri dan anak-anak saja, membatasi adanya anggota keluarga yang dapat melayani kehadiran lansia di rumah. Permasalahan semakin bertambah ketika mobilitas keluarga semakin tinggi, yang menuntut suami maupun istri sama-sama bekerja, sehingga mengurangi perhatian mereka pada lansia. Terlihat jelas bahwa upaya orang muda untuk melayani dan merawat orang tuanya semakin terbatas, bahkan berangsur-angsur semakin kecil (Suardiman, 2011)..

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Andini dan Supriyadi (2013) menjelaskan bahwa banyak lansia yang berharap saat mencapai tahap akhir perkembangan hidupnya, lansia dapat hidup tenang, damai, dan hidup bersama dengan anak –anak serta cucu dengan bahagia. Tapi pada kenyataannya, sebagian besar harapanharapan kaum usia lanjut tersebut tidak terwujud. Kesulitan lansia untuk mencapai harapan hidup yang bahagia dikarenakan salah satu hal seperti lansia yang diantarkan ke panti wreda. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena anak-anak tidak dapat mengurus usia lanjut yang tinggal di rumah dengan alasan sibuk bekerja. Satiadarma. (dalam. Gunarsa,. 2004). mengatakan. bahwa. berkurangnya peluang anggota keluarga untuk membantu para orang tua dalam menghadapi hidup mereka sehari-hari menimbulkan ketakutan pada diri orang tua bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka mungkin akan dimasukkan ke dalam panti wreda. Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dalam Suardiman (2011) menyebutkan bahwa pada tahun 1990 sebanyak 1,04% orang tua tinggal bersama dengan anak dan menantunya, sedangkan pada tahun 1999 turun menjadi 0,12%. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya kaum lansia yang tinggal mandiri maupun di dalam panti/institusi. Semula anak-anak lama tinggal dengan orang tua, namun sekarang berkumpulnya orang tua dengan anak merupakan hal yang langka (Monks, Knoers,S.R Haditono, 2002). Kebanyakan dari kasus penitipan lansia, anak-anak tidak meminta persetujuan lansia terlebih dahulu, lansia dipaksa untuk tinggal di panti..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Ketika lansia diantarkan oleh keluarga ke panti wreda, maka lansia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak lansia akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Perasaan rendah diri tersebut tidak akan membantu penyesuaian sosial dan menjadi pribadi yang lebih baik (Andini & Supriyadi, 2013). Di sisi lain, ada pula lansia yang ingin tinggal di panti wreda berdasarkan keinginannya sendiri. Sebagian besar lansia memilih untuk tinggal di panti wreda karena tidak ingin merepotkan anak atau sanak saudaranya. Tidak hanya itu, motivasi lain seperti ingin hidup mandiri tanpa tergantung dengan orang lain, menjaga privasi agar tetap dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keinginannya, dan memiliki hubungan sosial dengan teman seusia juga melandasi keputusan lansia untuk tinggal di panti wreda (Hurlock, 1990). Hurlock (1990) mengatakan bahwa pria atau wanita yang masuk dalam suatu lembaga secara sukarela, maka mereka akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang mendadak pada lembaga tersebut. MacKinley (dalam Gunarsa, 2004) menjelaskan bahwa betapa pun terbatasnya dukungan sosial yang diterima seseorang dalam pelayanan panti wreda, setidak-tidaknya keberadaan orang lain dan bantuan profesional yang diberikan mampu mereduksi rasa sepi seseorang daripada tidak memperoleh bantuan sama sekali..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Upaya untuk mengatasi peningkatan kebutuhan-kebutuhan fisik dan emosional pada lansia, mendorong keputusan seseorang untuk menempatkan orang tua atau sanak keluarga yang lanjut usia di panti wreda (Rybash, Roodin & Santrock dalam Santrock, 2002). Santrock (2002) mengatakan bahwa keputusan untuk menempatkan lansia dalam panti wreda seringkali menimbulkan stress bagi lansia tersebut. Suardiman (2011) menjelaskan bahwa lansia belum tentu menerima bila mereka ditempatkan di panti wreda karena merasa dirinya dibuang, tidak diterima lagi, tidak disayang lagi, dan disia-siakan oleh anaknya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Hurlock (1990) bahwa banyak lansia yang menolak untuk meninggalkan rumah pribadinya dan tinggal di lembaga penampungan, baik untuk tinggal di rumah pensiunan atau di rumah perawatan. Terlihat bahwa lansia yang tinggal di panti wreda dengan latar belakang keputusan yang berbeda akan menyebabkan kondisi yang berbeda. Walaupun demikian, ada satu kesamaan yang sering dialami oleh lansia yaitu kesepian. Banyak hal yang menyebabkan kesepian pada lansia, salah satunya adalah berkurangnya kontak sosial karena perubahan bentuk keluarga dan masyarakat yang semakin individualistik. Tak terkecuali pada lansia yang tinggal di panti wreda, yang tidak hidup dengan keluarganya (Suardiman, 2011). Akibat negatif yang ditimbulkan oleh kesepian pada lansia antara lain cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga, tidak diperhatikan, dan tidak dicintai. Beyene et al..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. (2002) mengungkapkan bahwa sekalipun di panti wreda lansia memperoleh perawatan khusus dari para tenaga profesional, namun lansia lebih mengharapkan dukungan sosial dari anggota keluarga. Sumber ancaman terbesar yang dialami oleh lansia adalah keterpisahan dari anggota keluarga yang memicu munculnya kesepian sekalipun mereka hidup bersama penghuni lainnya. Segala macam kondisi penuaan yang terjadi pada usia lanjut terjadi secara alami, namun pada kenyataannya kondisi tersebut kurang bisa diterima oleh lansia. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya label-label yang berkembang dalam masyarakat terhadap diri lansia (Sari & Nuryoto, 2002). Berbagai kemunduran kondisi pada kaum usia lanjut serta label yang kurang baik akan memperburuk keadaan diri usia lanjut. Maka dari itu, perlu adanya upaya agar lansia dapat lebih menerima segala keadaan dirinya. Hurlock (1990) mengatakan bahwa orang tua diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan secara bertahap. Lansia pun memiliki tugas perkembangan sama seperti periode perkembangan lainnya, yaitu melihat kembali masa lalu dan mengevaluasi segala sesuatu yang telah mereka lakukan di kehidupannya (Santrock, 2002). Lansia perlu mengevaluasi dan menerima kehidupannya. Pada tahap terakhir ini, lansia berusaha untuk mencapai perasaan utuh atas diri dan kehidupannya, daripada menyerah terhadap keputusasaan (Erikson, Erikson, & Kivnick dalam Papalia 2009). Jika lansia berhasil dalam tugas.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. ini maka akan memiliki kebermaknaan hidup dan mencapai kebijaksanaan. Kebijaksanaan menurut Erikson (dalam Papalia 2009) berarti menerima kehidupan dan menerima segala ketidaksempurnaan yang ada pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Allport (dalam Schultz 2006) menyatakan bahwa kualitas utama orang yang sehat mental adalah penerimaan diri yang ditandai dengan menerima kekurangan pada dirinya, mampu menerima dan mengendalikan emosi-emosi pada dirinya, serta mengarahkan emosi ke hal-hal yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan diri merupakan suatu hal yang penting. Hurlock (1974) juga menjelaskan bahwa semakin seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerimaan diri yang positif akan mempengaruhi kehidupan lansia sebagai pribadi yang utuh, lansia dengan orang lain dan dengan lingkungannya. Johnson (dalam Putri & Hamidah, 1993) menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang menerima dirinya adalah menerima diri sendiri apa adanya, sadar memiliki kekurangan, mampu mencintai dirinya sendiri, sehingga seseorang tidak harus dicintai oleh orang lain dan dihargai oleh orang lain untuk merasa berharga. Menurut Hurlock (dalam Oktaviana, 2009) penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Calhoun dan Acocella (dalam.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. Oktaviana, 2009) menambahkan bahwa individu yang dapat menerima diri secara baik lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Terdapat beberapa penelitian mengenai penerimaan diri. Penelitian yang dilakukan oleh Widjanarko (2011) mengenai penerimaan diri perempuan pekerja seks yang menghadapi status HIV positif dilakukan dengan metode kualitatif. Wijayanti, W.S (2004) juga melakukan penelitian kepada penyandang cacat fisik dan hasilnya tingkat seseorang menerima dirinya akan menentukan bentuk penyesuaian hidupnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan diri merupakan hal yang penting karena mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan seseorang. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sari dan Nuryoto (2002) mengenai penerimaan diri pada lanjut usia ditinjau dari kematangan emosi. Penelitian tersebut dilakukan pada lansia yang tidak tinggal di panti wreda. Kedua penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan metode dan subjek menjadi celah yang diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini. Pada penderita HIV positif berbeda dengan lansia yang tinggal di panti wreda. Penderita HIV positif hal terburuk adalah kematian dan jumlah subjek yang sedikit kurang dapat digeneralisasikan pada subjek lainnya. Begitu pun pada penelitian mengenai penerimaan diri lansia yang ditinjau dari kematangan emosi dengan karakteristik subjek yang tidak tinggal di panti wreda. Pada penelitian tersebut, subjek yang terlibat masih.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. berkumpul atau berdekatan dengan keluarganya, sehingga memungkinkan lebih mudah untuk menerima dirinya di masa lansia. Penelitian mengenai lansia sendiri belum banyak dilakukan. Penelitian mengenai lansia yang dilakukan oleh Moore dan Schultz (dalam Crandall, 1989) menjelaskan mengenai peran tanggung jawab dan kontrol terhadap kesepian yang dialami oleh lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang dapat mengontrol kesepiannya dengan baik akan lebih mampu mengatasi kesepiannya tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Listyaningsih (1999) yang mengatakan bahwa kesepian yang dialami oleh lansia timbul akibat kehilangan berbagai aspek kehidupannya. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan penerimaan diri pada lansia, khususnya lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan. keputusan sendiri, dimana. mereka memiliki motivasi yang berbeda serta aktivitas dan kesempatan bertemu dengan keluarga maupun lingkungan sosial pun terbatas.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Adakah perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri?.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan serta informasi dalam ilmu psikologi perkembangan mengenai penerimaan diri pada kaum lansia. 2. Manfaat praktis a. Bagi Lansia Lansia diharapkan dapat memahami keadaan dirinya dan memiliki penerimaan diri yang positif. b. Bagi Keluarga dan Pihak Panti Wreda Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau tambahan pengetahuan bagi keluarga dan panti wreda ataupun lembaga sejenisnya yang bergerak di bidang serupa, untuk melihat bagaimana penerimaan diri kaum usia lanjut, sehingga dapat lebih membantu kaum usia lanjut yang dalam mencapai penerimaan diri yang positif..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Penerimaan Diri 1. Definisi Menurut Ryff (dalam Wilsa, 1997) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif terhadap kehidupan yang dijalani. Hal ini juga didukung oleh Ryff (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengenai penerimaan diri sebagai individu yang memiliki pandangan positif tentang dirinya, mengakui, dan menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri. Selain itu, Pannes (dalam Hurlock 1990) menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Artinya, individu ini memiliki kepastian. akan. kelebihan-kelebihannya,. dan. tidak. mencela. kekurangan-kekurangan dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri mengetahui potensi yang dimilikinya dan dapat menerima kelemahannya. Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) juga berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang positif ketika individu. 11.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. menerima diri sebagai seorang manusia, ia dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Hjelle dan Ziegler (dalam Sari & Nuryoto, 2002) yang mengatakan bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi terhadap frustasi atau kejadian-kejadian. yang. menjengkelkan. dan. toleransi. terhadap. kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Individu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Jadi, individu yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan dirinya sebagaimana dirinya mampu menerima kelebihannya. Selain itu, Supratiknya (1995) mengatakan bahwa menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan memandang diri sendiri disenangi, mampu, berharga, dan diterima orang lain. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa untuk dapat mencapai suatu penyesuaian diri yang baik, maka seseorang harus memiliki penerimaan diri yang baik pula. Ahli lain, Wiley (dalam Anugerah, 1995) menjelaskan bahwa penerimaan diri berhubungan dengan penyesuaian diri yang tinggi selain memberi sumbangan pada kesehatan mental seseorang serta hubungan antar pribadi. Penerimaan diri mengandung pengertian adanya persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. keterbatasannya untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri, akan dapat mengkritik dirinya sendiri, dan bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri tidak menyalahkan ataupun mencela orang lain karena keadaan dirinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki sikap positif dan keyakinan akan segala hal yang terdapat pada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya, sehingga individu tersebut mampu dan mau untuk menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, serta mampu mengelola segala macam emosi yang muncul dalam dirinya secara tepat. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Menurut Hurlock (1990), faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif adalah: a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri. b. Adanya harapan yang realistik. c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan. d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan. e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat. f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. g. Identifikasi dengan orang lain yang memiliki penyesuaian diri yang baik. h. Adanya perpektif diri yang luas. i. Pola asuh di masa kecil yang baik. j. Konsep diri yang stabil. Selain itu, Chaplin (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah: a. Konsep diri yang stabil, artinya individu yang memiliki konsep diri yang stabil akan mampu melihat dirinya secara konstan dari waktu ke waktu dan tidak berubah-ubah. b. Kondisi emosi yang menyenangkan dengan menunjukkan tidak adanya tekanan emosi sehingga memungkinkan seorang individu untuk memilih yang terbaik dan sesuai dengan dirinya. Selain itu, individu juga memiliki sikap yang positif dan menyenangkan yang akan mengarahkan pada pembentukan sikap individu untuk mudah menerima diri karena tidak adanya penolakan. Sari dan Nuryoto (2002) juga menyebutkan bahwa pendidikan dan dukungan sosial juga merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan diri. Lebih luas dijelaskan bahwa penerimaan diri akan semakin baik apabila ada dukungan dari lingkungan sekitar, seperti yang dikatakan Ichramsjah (2002), hal ini dikarenakan individu yang mendapatkan dukungan sosial akan mendapat perlakuan yang baik.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. dan menyenangkan. Selain itu, pendidikan juga mengambil peran dalam hal ini, yaitu jika individu memiliki pendidikan yang lebih tinggi, maka individu tersebut akan lebih siap dan akan mencari cara untuk menghadapi masa tuanya. Dengan kata lain, di kalangan individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi, upaya untuk menghadapi masa tua bisa diantisipasi lebih dini. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi proses penerimaan diri seseorang adalah faktor usia. Individu yang memiliki usia lebih matang, lebih memiliki penerimaan diri yang positif. Menurut Ratnawati (1990) jenis kelamin juga akan mempengaruhi penerimaan diri dan terdapat perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita. Pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria. 3. Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri Menurut Sheere (dalam Cronbach, 1963) ciri-ciri seseorang yang dapat menerima diri adalah: a. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya. b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain. c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. d. Menerima pujian dan celaan secara objektif..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. e. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya. Menurut Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) ciri-ciri orang yang dapat menerima diri adalah: a. Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. b. Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya. c. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain memberi kritik. d. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, kemarahan). Chaplin (2005) juga mengatakan bahwa ciri-ciri penerimaan diri yang positif adalah: a. Mampu menerima tanggung jawab terhadap perilakunya. b. Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kebutuhan. c. Memiliki pandangan positif mengenai diri. d. Menerima kelemahan dan kelebihan yang ada. Ahli lain, Jersid dalam Sari & Nuryoto (2002) menjelaskan bahwa ciri-ciri individu dengan penerimaan diri yaitu: a. Memiliki penghargaan yang realistis terhadap kelebihan-kelebihan dirinya. b. Memiliki keyakinan akan standar-standar dan prinsip-prinsip dirinya tanpa harus diperbudak oleh opini individu-individu lain..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. c. Memiliki kemampuan untuk memandang dirinya secara realistis tanpa harus menjadi malu akan keadaannya. d. Mengenali. kelebihan-kelebihan. dirinya. dan. bebas. memanfaatkannya. e. Mengenali kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menyalahkan dirinya. f. Memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam diri. g. Menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisikondisi yang berada di luar kontrol mereka. h. Tidak melihat diri mereka sebagai individu yang harus dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena keinginankeinginannya tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat kesalahan. i. Merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginankeinginan serta harapan-harapan tertentu. j. Tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum mereka raih. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa indikator penerimaan diri yang positif adalah: a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. b. Mampu memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikan emosinya secara tepat. c. Mampu menghadapi masalah-masalah kehidupan..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. d. Mampu menerima pujian maupun kritikan secara obyektif dari orang lain. e. Mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. Indikator penerimaan diri yang positif menurut Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) di atas yang akan digunakan oleh peneliti sebagai dasar pembuatan skala penelitian. 4. Manfaat dari Penerimaan Diri Hurlock (dalam Sari & Nuryoto, 2002) menjelaskan bahwa semakin seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya. Selain itu, Calhoun dan Acocella (1990) mengatakan bahwa penerimaan diri yang positif berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang berbeda antara harapan dan realitas diri. Individu yang bersangkutan tetap mampu menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga ia mampu mengevaluasi diri dengan positif. Allport (dalam Schultz, 2006) menjelaskan bahwa kualitas utama orang yang sehat mental adalah penerimaan diri yang ditandai dengan menerima kelemahan dan kekurangan diri tanpa menyerah secara pasif, mampu menerima emosi-emosi, mampu mengendalikan emosi. sehingga. tidak. mengganggu. aktivitas. antar. pribadi,.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. mengarahkan emosi ke saluran yang konstruktif, “sabar terhadap kekecewaan” dimana kekecewaan tidak melumpuhkan diri. Menurut Esthy dan Sugoto (1998) orang yang dapat menerima diri sendiri akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. Individu tidak perlu merasa cemas akan keterbatasannya karena ia mengetahui bagaimana menghadapi keterbatasan tersebut. Kritikan dari orang lain merupakan suatu alarm untuk semakin mengenali diri. Kritikan tersebut tidak membuat diri merasa semakin kecil dan tak berdaya sehingga individu tidak perlu merasa cemas. Jadi, jika seorang individu memiliki penerimaan diri yang positif, individu tersebut juga akan lebih memiliki penyesuaian diri dan sosial yang baik pula. Selain itu, individu tersebut juga akan lebih memiliki konsep diri yang positif dan mampu mengelola emosi secara tepat.. B. Usia Lanjut 1. Definisi Laslett (dalam Suardiman, 2011) menyatakan bahwa usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan. Hurlock (1990) menyebut lansia sebagai usia tua yaitu periode penutup dalam rentang hidup seseorang dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. Menurut Papalia, D. E., et al (2009) lansia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Lansia muda usia 65-74 tahun b. Lansia tua usia 75-84 tahun c. Lansia tertua usia 85 tahun ke atas Pada lansia muda biasanya dinilai masih aktif, sehat, dan masih kuat. Sedangkan, lansia tertua lebih mungkin untuk menjadi rapuh dan renta serta mengalami kesulitan untuk mengatur kehidupan sehari-hari. Menurut Santrock (2002) terdapat dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Menurut pandangan orang barat, yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah salah satu tahap dalam suatu perkembangan individu yang ditandai dengan beberapa. perubahan. dalam. segi. kehidupannya. dan. biasanya. mengalami beberapa penurunan. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan lansia yang berusia 60 tahun ke atas sebagai standar lansia di Indonesia..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. 2. Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut Menurut Suardiman (2011), masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lansia dapat dikelompokkan ke dalam: a. Masalah Ekonomi Lansia biasanya ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terkadang, karena kondisi mereka tidak memungkinkan untuk produktif lagi, sehingga penghasilan mereka menjadi berkurang atau bahkan tidak memiliki penghasilan sama sekali. Padahal di sisi lain, di usia mereka yang tergolong lansia tersebut, banyak hal yang harus diperhatikan seperti kebutuhan makanan yang bergizi, perawatan kesehatan, dsb. Penghasilan lansia pada umumnya berasal dari pensiun, tabungan, bantuan dari anak atau anggota keluarga yang lain. b. Masalah Sosial Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Selain itu juga adanya kecenderungan meluasnya keluarga inti daripada keluarga luas sehingga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Kurangnya kontak sosial ini juga menyebabkan lansia.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. menjadi kurang terperhatikan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hal tersebut seringkali menyebabkan perasaan kesepian, murung pada lansia. c. Masalah Kesehatan Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Masa tua juga ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. d. Masalah Psikologis Masalah psikologis yang dihadapi oleh lansia pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari lingkungan, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome, dsb. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan rasa kasih sayang; kebutuhan akan aktualisasi diri. 3. Tugas Perkembangan Usia Lanjut Setiap tahap perkembangan pasti ditandai dengan tugas perkembangannya masing-masing, termasuk pada tahap usia lanjut. Hurlock. (1990). mengatakan. bahwa. sebagian. besar. tugas. perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Havighurst (dalam Suardiman, 2011) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang timbul pada satu periode tertentu dalam hidupnya, di mana keberhasilan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan. tugas. berikutnya.. Menurut. Havighurst. (dalam. Suardiman, 2011), tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah: a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga. c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. 4. Perkembangan dan Perubahan pada Usia Lanjut a. Fisik Menurut Suardiman (2011), lansia adalah suatu proses alami yang ditandai dengan penurunan fisik.. Proses menjadi tua. disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu (1) fase progresif, (2) fase stabil, dan (3) fase regresif. Dalam fase.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. regresif, mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Usia biologis ini sering juga dibedakan atas: fase pertumbuhan; fase pematangan; dan fase penurunan. Penurunan pada aspek fisik meliputi perubahan pada kerangka tubuh, tulang menjadi keras, dan mudah patah. Sistem syaraf pusat juga berkurang yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan mengingat, sehingga usia lanjut mudah lupa. Samino. (2002). mengatakan. bahwa. proses. menua. didefinisikan sebagai akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan sering meningkatkan kemungkinan terserang penyakit atau kematian. Menua ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) unhealthy aging; (2) healthy aging; dan (3) active aging. b. Kognitif Suardiman (2011) menjelaskan bahwa selain penurunan fisik, lansia juga mengalami penurunan fungsi kognitif. Kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal atau berbicara merupakan bentuk-bentuk penurunan fungsi kognitif. Fungsi fisik dan kognitif sangat berpengaruh pada kondisi psikososial yang nampak dari kondisi emosional dan kemampuan hidup. secara. mandiri.. Departemen. Kesehatan. RI. (1998).

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemundurankemunduran kognitif antara lain sebagai berikut: 1. Mudah lupa, ingatan tidak befungsi dengan baik; 2. Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama; 3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, karenaa daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur; 4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah; dan 5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide baru. c. Psikososial Emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan lansia, yang mengandung arti menggerakkan (Suardiman, 2011). Hal ini berarti tubuh kita bergerak atau timbul gerakan selama berlangsung emosi. Arti lainnya, orang sering termotivasi atau bertindak, yang didorong oleh emosi seperti: takut, marah, atau gembira. Emosi adalah suatu keadaan pada diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya aktivitas fisik, perubahan dalam ekspresi wajah, gerak sikap, sikap badan, dan perasaan subjektif (Coon & Mitter, dalam Suardiman, 2011). Banyak pendapat tentang emosi.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. pada lansia. Sama dengan aspek lain, pada lansia juga didominasi dengan tema “kehilangan”. Lansia dipandang sebagai satu waktu penurunan, kaku/sukar, emosi yang datar, rendahnya energi efektif, rendahnya semangat, dan kecilnya perhatian emosi. 5. Teori Tentang Usia Lanjut Lafrancois (dalam Suardiman 2011) mengemukakan bahwa terdapat dua teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya: yaitu teori Pengunduran Diri dan Teori Aktivitas. a. Teori Pengunduran Diri (Disengagement) Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsurangsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik, dan emosi dengan kehidupan dunia. Lansia berhasil ditandai dengan saling menarik diri antara lansia dan masyarakat. Sesuai dengan pandangan ini, usia lanjut mengundurkan diri dari perannya karena tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat lagi. b. Teori Aktivitas (Activity Theory) Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama. Teori yang dikemukakan oleh Neugarten dan teman-teman ini menyatakan bahwa agar usia lanjut berhasil maka usia lanjut harus tetap seaktif mungkin, bahwa.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang. tua. sangat. tergantung. pada. kelangsungan. keterlibatannya pada berbagai kegiatan.. C. Panti Wreda Menurut yayasan Gerontologi ABIYOSO Jawa Timur (1999), yang dimaksud dengan panti wreda adalah wadah bagi para lansia atau suatu perkumpulan yang berada di suatu pedesaan atau RT/RW yang anggotanya adalah para usia lanjut. Para lansia dirawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya tidak terlantar, bagi yang tidak punya sanak saudara atau bagi mereka yang ingin hidup tenang jauh dari keramaian. Pengertian lainnya juga dijelaskan oleh Rinawati (dalam Salamah, 2005) yang mengatakan bahwa panti wreda merupakan lembaga sosial yang bertujuan untuk mengurus dan merawat orang-orang lansia agar mereka terjamin keselamatan dan kesehatannya. Salamah (1997) mengatakan bahwa panti wreda adalah suatu lembaga yang dapat menggantikan keluarga untuk merawat sebaik-baiknya hingga lansia dapat menikmati hari tuanya dengan senang dan tenang. Serupa dengan penjelasan di atas, Hurlock (1990) juga menjelaskan bahwa panti wreda adalah tempat tinggal yang dirancang khusus untuk orang lanjut usia, yang.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. didalamnya disediakan semua fasilitas lengkap yang dibutuhkan orang lanjut usia. Menurut Mariani (2007) pada awalnya institusi panti wreda dibangun untuk menampung kaum lansia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari kebutuhan makan dan minum sampai kebutuhan aktualisasi. Namun, seturut berkembangnya zaman, dirasa yang membutuhkan pelayanan kesejahteraan berbasis panti bukan hanya mereka yang miskin dan terlantar saja tetapi orang yang berkecukupan pun membutuhkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, seperti perubahan tipe keluarga yang dulunya keluarga besar menjadi keluarga kecil. Selain itu juga karena fungsi ibu, dulu ibu berperan mengurus rumah tangga namun sekarang berubah peran menjadi pencari nafkah juga selain ayah. Hal tersebut menyebabkan anggota keluarga yang lain seperti anak, kakek, dan nenek dititipkan pada institusi tertentu. Pada kenyataannya, lansia merasa takut untuk dimasukkan ke dalam panti wreda ketika semakin berkurangnya peluang anggota keluarga dalam membantu orang tua menghadapi kehidupan sehari-hari (Beyene et al., 2002). Penelitian tentang Tingkat Stres Lansia di Panti Werdha “Pucang Gading” Semarang oleh Indriana, Y., dkk (2010) juga menunjukkan bahwa keluarga menjadi salah satu fakor yang berperan dalam menyebabkan stress bagi lansia panti. Keberadaan keluarga dirasakan sangat penting bagi lansia. Beberapa dari lansia yang tiggal di panti wreda merasa terbuang, menjadi sampah masyarakat, dan tidak.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. berarti lagi dengan kondisi fisik yang semakin melemah. Mereka merasa dicampakkan oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa lansia yang semula hidup dengan keluarganya merasa tidak betah lagi berada di dunia ini dan mempertanyakan keberadaan mereka ini untuk siapa. Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa keuntungan dan kerugian bagi lansia yang tinggal di Panti wreda, antara lain: a. Keuntungan 1. Perawatan dan perbaikan wisma serta perlengkapannya dikerjakan oleh lembaga. 2. Semua makanan mudah didapatkan dengan biaya memadai. 3. Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan. 4. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman yang seusia, yang mempunyai minat dan kemampuan sama. 5. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman seusia daripada dengan orang yang lebih muda. 6. Menghilangkan kesepian karena orang-orang di panti tersebut dapat dijadikan teman. 7. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga, tersedia di panti. 8. Ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi masa lalu, kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dengan kelompok orang-orang muda..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. b. Kerugian 1. Lebih mahal daripada tinggal di rumah sendiri. 2. Seperti halnya makanan di semua lembaga, biasanya kurang menarik daripada masakan rumah sendiri. 3. Pilihan makanan terbatas dan seringkali diulang-ulang. 4. Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak menyenangkan. 5. Letaknya seringkali jauh dari tempat pertokoan, hiburan, dan organisasi masyarakat. 6. Tempat tinggalnya cenderung lebih kecil daripada rumah sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa panti wreda adalah suatu tempat atau wadah yang disediakan bagi kaum usia lanjut dengan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh para lansia, agar pada masa tuanya para lansia memiliki tempat yang nyaman demi kesejahteraannya.. D. Keputusan untuk Tinggal di Panti Wreda 1. Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri Meskipun banyak kasus yang menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, namun masih ada pula lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri. Keputusan untuk.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. tinggal di pani wreda tentu berhubungan dengan keinginan, kebutuhan dan motivasi seorang individu. Terry (dalam Moekijat, 2002) mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan di dalam diri individu yang mendorong untuk bertindak. Prihanto (1993) mengungkapkan bahwa untuk berbicara tentang motivasi, tentu harus berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan. Setiap individu tentunya memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya sehingga memotivasi individu tersebut untuk memenuhinya. Sejalan dengan Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa motivasi itu sendiri berasal dari keinginan dan kebutuhan dalam diri individu. Hal ini juga berlaku bagi lansia yang memutuskan untuk tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia memiliki keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya yang memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hurlock (1990) menyatakan bahwa salah satu kondisi yang membuat seorang usia lanjut berhasil menyesuaikan diri dalam suatu lembaga adalah ketika seorang pria atau wanita tersebut masuk ke dalam suatu lembaga secara sukarela. Ketika mereka memutuskan untuk masuk secara sukarela dalam suatu lembaga tanpa adanya paksaan dari kondisi lingkungan mereka, mereka akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang mendadak yang diakibatkan oleh lembaga tersebut..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. Darmadi (1987) juga menyebutkan bahwa para lansia yang masuk atas inisiatif sendiri ke dalam panti sosial tresna wreda akan merasa senang karena mendapatkan teman sebaya dan dapat melakukan aktivitas sesuai dengan hobi tanpa diganggu oleh anak cucu mereka. Karena mereka tinggal bersama lansia lain maka mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan baik kondisi sosialnya bersama sesama lansia maupun terhadap fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pihak panti sosial tresna wreda tersebut. 2. Tinggal di Panti Wreda Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Kebanyakan dari kasus penitipan lansia, anak-anak tidak meminta persetujuan lansia terlebih dahulu, lansia dipaksa untuk tinggal di panti. Ketika lansia diantarkan oleh keluarga ke panti wreda, maka lansia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak kaum usia lanjut akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Perasaan rendah diri tidak akan membantu penyesuaian sosial dan menjadi pribadi yang lebih baik (Andini & Supriyadi, 2013). Hutapea (dalam Andini & Supriyadi, 2013) juga mengatakan bahwa sangat banyak lansia yang dirawat di berbagai panti wreda dengan alasan anak-anak tidak mampu lagi mengurus lansia. Oleh karena itu, seringkali lansia yang tinggal di panti wreda dengan keadaan seperti ini memiliki anggapan bahwa jika mereka masih.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. tinggal bersama anak-anaknya, akan menyusahkan serta menghambat masa depan anak-anak.. E. Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda. Berdasarkan. Keputusan. Sendiri. dan. yang. Bukan. Berdasarkan Keputusan Sendiri Masa tua adalah masa akhir dalam suatu rentang kehidupan. Seperti halnya pada masa-masa sebelumnya, masa tua pun tentu memiliki perubahan dan permasalahannya sendiri. Masa tua seringkali dianggap sebagai fase penurunan dalam berbagai segi kehidupan. Dengan terjadinya penurunan yang dialami oleh para lansia tentu saja diperlukan perhatian yang lebih dari berbagai pihak, terutama anak. Namun, seiring berkembangnya pola kehidupan, banyak anak yang memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga perhatian yang dibutuhkan oleh orang tua seringkali menjadi terabaikan. Permasalahan mulai muncul ketika anak mulai merasa tidak sanggup untuk merawat dan memberi perhatian yang dibutuhkan oleh orang tuanya. Pada banyak kasus, karena kesibukan dan ketidaksanggupan anak untuk merawat orang tuanya, anak memilih untuk memasukkan orang tuanya untuk tinggal di panti wreda. Permasalahannya tentu tidak berhenti hanya sampai disini. Seperti yang dijelaskan di awal bahwa tidak semua lansia yang hidup di panti wreda memutuskan sendiri untuk tinggal di sana. Ada diantara lansia yang tinggal di institusi berdasarkan.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. keinginannya sendiri tapi juga tak sedikit dari mereka yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri, entah itu berdasarkan kehendak anak maupun sanak saudara yang lain. Lansia. merupakan. kaum. yang. rentan. terhadap. beberapa. permasalahan, diantaranya adalah permasalahan sosial dan psikologis. Karena perubahan zaman, seperti perubahan tipe keluarga yang semula keluarga besar menjadi keluarga kecil dan peranan istri yang semula mengurus rumah tangga, tetapi sekarang juga ikut bekerja seperti suami, maka kehidupan keluarga pun berubah, dimana dahulu keluarga anak bertanggung jawab terhadap kehidupan orang tuanya yang sudah lansia sekarang berubah, mereka tidak terperhatikan, kesepian, bahkan merasa menjadi hambatan dalam keluarga. Melihat kondisi yang seperti ini, terkadang lansia memutuskan untuk hidup di panti wreda agar tidak merepotkan anggota keluarga dan juga tetap mendapatkan perhatian serta pelayanan dari peran profesional. Lansia memilih untuk tinggal di panti wreda karena merasa lebih nyaman hidup dengan sesama teman lansia dan dapat melakukan aktivitas yang disukainya tanpa gangguan. Akan tetapi, ada pula kebutuhan lain dalam diri lansia yang memotivasinya untuk memutuskan tinggal di panti wreda. Dengan begitu, kebutuhan dalam diri lansia dapat terpenuhi. Seperti yang dikatakan Hurlock (1990) bahwa lansia memiliki kebutuhan untuk mandiri dan memiliki privasi dalam hidupnya. Namun, banyak pula lansia yang lebih memilih tinggal di tengah-tengah keluarga. Seperti yang telah.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. dijelaskan bahwa hidup di tengah-tengah keluarga merupakan suatu kebutuhan tersendiri bagi lansia karena mereka akan tetap merasa aman dan merasa dicintai. Lansia yang memutuskan sendiri untuk tinggal di panti wreda juga lebih memiliki kesiapan menghadapi segala macam situasi yang mungkin terjadi di dalam panti. Kesiapan tersebut juga dikarenakan pertimbanganpertimbangan yang dilakukan oleh lansia sebelum memutuskan untuk tinggal di panti wreda. Berbeda dengan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia ini mungkin saja belum memiliki persiapan untuk menghadapi lingkungan baru di dalam panti dan tak jarang hal tersebut akan menyebabkan pengalaman yang menyedihkan di masa tua. Dari penjelasan di atas peneliti melihat bahwa ada kemungkinan perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri memiliki kebutuhan yang memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dengan tinggal di panti wreda. Lansia dapat lebih memiliki persiapan akan hal-hal yang mungkin terjadi di panti wreda dan dapat menerima keadaannya serta lingkungannya. Sedangkan bagi lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, lebih mungkin timbul perasaan-perasaan negatif yang dapat membuat lansia kurang menerima dirinya..

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. F. Hipotesis Ada perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti werdha berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. Skema Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri. Lansia yang tinggal Lansiadi panti wreda. Berdasarkan keputusan sendiri. Bukan berdasarkan keputusan sendiri. - Memungkinkan untuk lebih siap. - Kemungkinan. kurang. siap. menghadapi situasi-situasi yang. menghadapi situasi-siatuasi di. terjadi di dalam panti wreda. dalam panti wreda. (Hurlock, 1990). - Kurang. - Lebih mampu mengelola emosiSkema Penelitian emosi negatif. (Hurlock, 1990) motivasi. mengelola. emosi-emosi negatif - Merasa dibuang, disingkirkan. - Lebih memahami diri sendiri. - Adanya. mampu. - Tidak ada motivasi dalam diri untuk tinggal di panti wreda. dalam. diri. untuk tinggal di panti wreda (Hurlock, 1990). Penerimaan diri positif. Penerimaan diri negatif.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2011). Penelitian ini bertujuan membandingkan variabel penerimaan diri pada dua sampel yang berbeda yaitu lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri.. B. Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Tergantung. : Penerimaan Diri. 2. Variabel Bebas. : Keputusan untuk Tinggal di Panti Wreda. C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki sikap positif dan keyakinan akan segala hal yang terdapat pada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya, sehingga individu tersebut mampu dan mau untuk menerima kelebihan. 38.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. dan kekurangan dalam dirinya, serta mampu mengelola segala macam emosi yang muncul dalam dirinya secara tepat. Dalam penelitian ini, penerimaan diri diukur dengan menggunakan skala penerimaan diri yang dibuat oleh peneliti. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka subjek memiliki penerimaan diri yang positif. Indikator skala penerimaan diri dalam penelitian ini berdasarkan ciriciri penerimaan diri yang positif yang dikemukakan oleh Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992). Indikator tersebut ialah: a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. b. Mampu. memahami. emosinya. dengan. baik. dan. mengekspresikan emosinya secara tepat. c. Mampu menghadapi masalah-masalah kehidupan. d. Mampu menerima pujian maupun kritikan secara obyektif dari orang lain. e. Mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. 2. Keputusan untuk Tinggal di Panti wreda Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan keputusan untuk tinggal di panti wreda adalah lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri..

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. D. Subjek Penelitian Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang mempunyai keterikatan yang erat dengan ciriciri atau sifat dari populasinya (Hadi, 2004). Berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan, kriteria subjek dalam penelitian ini yaitu: 1.. Lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri.. 2.. Berusia diatas 60 tahun dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pada penelitian ini diperoleh 45 subjek yang memiliki kriteria. tersebut.. E. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan skala. Skala penelitian ini dibuat dari indikator yang diperoleh berdasarkan ciri-ciri penerimaan diri yang dikemukakan oleh Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992). Terdapat dua pilihan jawaban untuk masing-masing pernyataan dalam skala, yaitu “Setuju” dan “Tidak Setuju”. Skala dengan dua pilihan jawaban ini dikenal dengan Skala Guttman (Sugiyono, 2011). Nilai pada masing-masing respon pilihan jawaban berada dalam rentang 1-2. Jika dalam pernyataan favorable, subjek menjawab „Setuju”.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. maka akan diberi nilai 2, namun jika subjek memilih jawaban “Tidak setuju” maka akan diberi nilai 1. Sebaliknya, dalam pernyataan unfavorable, jika subjek memilih jawaban “Setuju” maka akan diberi nilai 1 dan jika memilih jawaban “Tidak Setuju” maka akan diberi nilai 2. Pada masing-masing pernyataan favorable, mengarah pada penerimaan. diri. yang. positif,. sedangkan. pernyataan-pernyataan. unfavorable mengarah pada penerimaan diri yang negatif. Blue-print skala penelitian sebagai berikut: Tabel 1 Blue-print Skala Penerimaan Diri sebelum dan sesudah seleksi aitem Indikator. Nomor Aitem Favorable Unfavorable. Mampu. menerima 18, 23, 33, 1, 28, 35,. kelebihan. dan 44, 46. Jumlah Sebelum. Sesudah. 11. 11. 12. 11. 12. 12. 39, 41, 43. kekurangan dirinya. Mampu. memahami 2, 7, 27,. emosinya dengan baik 32, 36, 54. 5, 19, 25, 31, 40, 50. dan mengekspresikan emosinya secara tepat. Mampu. menghadapi 3, 8, 15,. masalah-masalah kehidupan.. 21, 34, 38. 16, 24, 48, 51, 52, 55.

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Mampu. menerima 12, 20, 29, 9, 11, 14,. pujian. maupun 45, 47. kritikan obyektif. 42. 10. 9. 10. 7. 55. 50. 49, 53. secara dari. orang. lain. Mampu bertanggungjawab atas. 10, 13, 17, 4, 6, 26, 37, 22, 30. 42. segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. Jumlah. 27. 28. Keterangan : nomor aitem yang dicetak tebal adalah aitem-aitem yang gugur..

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  ada  perbedaan  penerimaan  diri  antara  lansia  wanita  dan  lansia  pria  yang  tinggal  di  panti  wreda  bukan  berdasarkan  keputusan  sendiri

Referensi

Dokumen terkait

(1) Terhadap hasil hutan temuan, sitaan dan atau rampasan dapat segera diusulkan dijual lelang melalui Kantor Lelang Negara oleh Pemohon lelang sebagaimana dimaksud pada pasal

Setelah dilakukan beberapa kali pengambilan suara di ruangan ini,suara yang terdengar di berbagai titik cukup jelas.Namun jika sumber suara makin jauh,makin kurang

Dari sisi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dalam

Motivasi, Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu

Dengan ini diumumkan Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung Belanja Modal Peralatan Modal dan Mesin sebagai berikut :. - Nama Paket Pekerjaan : Belanja Modal Peralatan dan

Menurut Roestiyah(2001) dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa akan aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih, memupuk inisiatif

Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan seperti digambarkan dalam Gambar 1 dimana metode AHP-Indeks Model diterapkan untuk menentukan prioritas dan mengembangkan

Untuk metode ini sangat umum digunakan dalam penelitian hewan tanah, sehingga dapat juga mempelajari ekologi binatang gua dengan membandingkan antar gua atau hanya antar zona dalam