• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan Transformasional - Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Limboto) - Tugas Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan Transformasional - Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Limboto) - Tugas Akhir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional menurut para ahli didefinisikan sebagai

gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong

semua unsur atau elemen sekolah (guru, siswa, pegawai/staf, orangtua siswa,

masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values

system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia

untuk berpartisipatif secara optimal dalam mencapai visi sekolah (Firman: 2008).

Sedangkan menurut Danim (2005: 54) kepemimpinan transformasional adalah

kemampuan seseorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang

lain untuk mentransformasikan, secara optimal sumber daya organisasi dalam

rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah

ditetapkan.

Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa

kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan

untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu (Yukl,1989 : 224).

Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa

dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya

bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan.

Sedangkan menurut O’Leary (2001) kepemimpinan transformasional adalah

gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu

(2)

mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. kepemimpinan

transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik

dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan

atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan

kinerja.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

transformasional yang mencakup upaya perubahan terhadap bawahan untuk

berbuat lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa dikerjakan yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

B. Karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avolio dkk (Stone et al, 2004) adalah sebagai berikut:

(1) Idealized influence (or charismatic influence)

Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin

transformasional harus kharisma yang mampu “menyihir” bawahan untuk

bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan

melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai

pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang

telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin

transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh

bawahannya.

(2) Inspirational motivation

Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu

(3)

bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu

membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan.

Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi

dan memotivasi bawahannya.

(3) Intellectual stimulation

Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang

mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan

cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk

menemukan cara baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan

kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan

untuk selalu kreatif dan inovatif.

(4) Individualized consideration

Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang

mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini,

pemimpin transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik,

dan melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu

melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta

memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu

memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan

(4)

C. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional

Paradigma baru dari kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh

prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis

sebagaimana di bawah ini (Erik Rees : 2001) :

1. Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta

keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja

transformasional yang dapat menjawab “Kemana kita akan melangkah?”

menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.

2. Motivasi, Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita

lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu

sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula

mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada setiap pengikutnya.

Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-betul menantang

serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses

kreatif baik dalam hal memberikan usulan ataupun mengambil keputusan

dalam pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan nilai

tambah bagi mereka sendiri.

3. Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan,

kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin

(5)

4. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan

dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan

efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan

seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus

tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa

mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.

5. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi

dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut

yang penuh dengan tanggung jawab.

6. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

7. Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula

didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta

komitmen.

D. Nilai – Nilai Kepemimpinan Transformasional 1. Nilai Hubungan Manusia

Hubungan antar manusia merupakan antar pesonayang bersifat lahiriah saja,

kurang memperhatikan aspek kejiwaan. Sehingga tidak memberikan kepuasan

(6)

tersebut dapat memberikan kesadaran dan pengertian. Sehingga pihak lain (yang

menerima informasi) merasa puas.

Pengertian hubungan kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua macam.

Yaitu hubungan kemanusiaan dalam arti luas dan hubungan kemanusiaan dalam

arti sempit. Dalam arti luas, hubungan kemanusiaan adalah hubungan antara

seseorang dengan orang lain yang terjadi dalam segala situasi dan dalam semua

bidang kegiatan atau kehidupan untuk mendapatkan kepuasan hati.

Dalam arti sempit, hubungan kemanusiaan adalah hubungan antara

seseorang dengan orang (orang-orang) lain dalam suatu organisasi atau kantor,

yang bertujuan memberikan kepuasan hati para pegawai. Sehingga para pegawai

mempunyai semangat kerja yang tinggi, kerjasama yang tinggi serta disiplin yang

tinggi. Jadi, inti dari hubungan antar-manusia adalah hubungan yang bersifat

lahiriah. Sedang hubungan kemanusiaan lebih bersifat psikologis. Teori organisasi

hubungan kemanusiaan berangkat dari suatu anggapan bahwa dalam kenyataan

sehari-hari organisasi merupakan hasil dari hubungan kemanusiaan (human

relation).

Teori ini beranggapan bahwa organisasi dapat diurus dengan baik dan dapat

mencapai sasaran yang ditetapkan apabila didalam organisasi itu terdapat

hubungan antar-pribadi yang serasi. Hubungan itu dapat berlangsung antara

pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, antara pimpinan dengan bawahan,

(7)

Tujuan dilaksanakannya human relation adalah untuk mendapatkan :

1. Kepuasan psikologis para karyawan,

2. Moral yang tinggi,

3. Disiplin yang tinggi,

4. Loyalitas yang tinggi,

5. Motivasi yang tinggi.

Apabila didalam organisasi ada kepuasan psikologis pada diri para anggota,

ada moral, disiplin dan motivasi yang tinggi, maka organisasi akan dapat diurus

dengan mudah dan dapat berjalan lancer menuju sasaran yang ditetapkan.

Dari uraian tersebut diatas selanjutnya dapat diketahui human relations mengakui

pentingnya hubungan antar pribadi yang harmonis,yakni hubungan yang

didasarkan atas kerukunan, kekeluargaan, hormat-menghormati dan saling

menghargai. Hanya dalam suasana yang demikian organisasi dapat diurus dengan

baik dan dapat mencapai sasaran.

Disamping itu, dalam teori organisasi human relation juga dikemukakan

cara-cara yang harus ditempuh oleh pimpinan untuk meningkatkan kepuasan

anggota organisasi. Untuk memberikan kepuasan kepada para anggota organisasi,

pimpinan dapat menaruh perhatian terhadap berbagai macam kebutuhan mereka.

Dengan memenuhi berbagai macam kebutuhan para anggota, baik kebutuhan

ekonomi, non-ekonomi, kebutuhan sosial maupun kultural, maka kepuasan

(8)

2. Nilai Orientasi Tugas

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Goldthorpe (1968) menjelaskan

bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang pekerjaan sebagai

suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja berdasarkan satu

alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga dalam

orientasi ini, ada juga karyawan yang memilih untuk bekerja dengan alasan untuk

menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya hidup yang dimaksud adalah

kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh masing-masing karyawan.

3. Nilai Perubahan

Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang

ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat

terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi

tersebut. Perubahaan organisasi adalah perubahan yang terjadi pada pelaku

organisasi, struktur organisasi dan teknologi dalam suatu organisasi dalam rangka

mengarah keefektifan. Perubahan terjadi karena lingkungan yang tidak bebas dari

ketidakpastian dan perubahan bersifat pasti agar dapat tetap memiliki eksistensi

dan dapat bertahan.

Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi,

tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan

bertahan lama. Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis

melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman yang disertai

(9)

E. Dampak Kepemimpinan Transformasional 1. Dampak Kepatuhan

Fisher (1981)dalam Simmons (1998:78) menyatakan bahwa kepatuhan

dibedakan mejadi dua yakni ada urutan pertama mengacu ada kepatuhan yang

berdiri sendiri, berupa aturan substantif yang sering diwujudkan dalam

perjanjian. Jadi maksutnya ialah sikap patuh terhadap perjanjian yang telah

diratifikasi oleh pihak internal. Terdapat alasan terjadinya ketidak patuhan yakni

adanya ambiguitas yang biasanya terdapat bahasa yang tidak dimengerti dan

ketidak pastihan perjanjian, keterbatasan pada kapasitas pihak untuk melakukan

perjanjian dan dimensi temporal dimana terjadinya perubahan sosial dan ekonomi

(Chayes dan Chayes, 1993). Urutan kedua kepatuhan yang dimaksut ialah patuh

terhadap otoritas keputusan pihak ketiga.

Oran Yong (1979) menjelaskan bahwa kepatuhan dikatakan dapat terjadi

ketika perilaku nyata dari subjek terentu sesuai dengan perilaku yang ditentukan

dan ketidakpatuhan atau pelanggaran terjadi ketika perilaku aktual berasal dari

perilaku yang ditentukan (Yong dalam Simmon, 1998). Dari sini penulis

berasumsi bahwa kepatuhan dapat terealisasi dengan baik dan dapat juga terjadi

tidak patuh dengan satu peraturan yang sama. Kepatuhan sendiri merupakan

eksplisit dari aturan atau bentuk nyata aturan yang bersifat hukum atau normatif

sehingga terdapat tuntutan atau permintaan dari pihak pemberi aturan, kepatuhan

juga tertuang dalam sebuah perjanjian. Kepatuhan sangat diperlukan untuk

(10)

2. Dampak Kerja Sama

Schermerhorn, dkk., (1997:9) Kerjasama adalah proses untuk melakukan

sesuatu yang mencakup beberapa hal serta unsur-unsur tertentu antara lain:

1). Adanya tujuan yang sudah ditetapkan bersama atau tujuan sesuai dengan

peraturan. 2). Adanya pengaturan/pembagian tugas yang jelas. 3). Dalam bekerja

saling menolong antara satu fihak dengan fihak yang lain. 4). Dapat saling

memasukkan manfaat. 5). Adanya koordinasi yang baik.

3. Dampak Semangat Kerja

Menurut Nitisemito ( 1982 ), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan

secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan

lebih cepat dan lebih baik.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Anaroga (1993), bahwa semangat kerja

adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan cepat selesai dan

lebih baik serta ongkos perunit dapat diperkecil.

Menurut Siswato ( 2001 ), semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi

rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang dapat

menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja

dengan giat dan konsekwen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(11)

F. Penelitian Yang Relevan

Fauzuddin (2011). Kepemimpinan transformasional kepala sekolah (studi

multikasus pada dua SMA negeri dan satu MA negeri berprestasi di Kota Banda

Aceh) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan

transformasional yang diterapkan oleh kepala sekolah sangat efektif dalam

menciptakan sebuah sekolah menjadi berprestasi, yaitu melalui upaya-upaya yang

dilakukan kepala sekolah, seperti: Pertama, dalam mengembangkan visi dan misi

sekolah, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan observasi dan mendalami

budaya sekolah, mempelajari kekuatan dan kelemahan sekolah, melibatkan semua

unsur sekolah dalam menciptakan visi dan misi sekolah, mensosialisasikan visi

dan misi sekolah yang ingin dicapai, dan visi tersebut kemudian dioperasionalkan

ke dalam misi dan diterjemahkan ke dalam tujuan yang jelas, serta

dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah. Kedua, dalam melakukan

berbagai perubahan disekolah kepala sekolah (1) menerapkan pola kepemimpinan

yang demokratis, (2) mampu membangun jaring-an kerjasama dengan seluruh

personil sekolah dan pihak luar baik dalam upaya peningkatan prestasi siswa

maupun dalam upaya peningkatan kualitas profesiona-lisme guru, (3) pelibatan

staf dalam pengambilan keputusan, (4) memiliki keung-gulan dalam membangun

komunikasi yang baik dengan semua pihak, (5) memba-ngun tim kerja

(team-work) yang kuat, (6) mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif,

(7) menfasilitasi bawahannya dalam bekerja dan pengemba-ngan diri, (8)

memotivasi para guru dan siswa agar memiliki minat dan semangat untuk

(12)

para siswa untuk belajar dengan suasana yang nyaman melalui penyediaan

fasilitas belajar yang nyaman, layanan khusus, inovasi pembelajaran,

penyeleng-garaan kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang menyenangkan, dan (10)

melaku-kan analisis SWOT dan sasaran strategis dengan cara melibatmelaku-kan pihak-pihak

yang terkait secara proporsional. Ketiga, dalam mendukung/membantu

transformasi individu guru, kepala sekolah (1) melakukan pembinaan dan

pengembangan profesionalisme guru melalui program MGMP, (2) mendorong

guru untuk mau mengikuti berbagai seminar, pelatihan, dan workshop, (3)

mengajak guru untuk melakukan penelitian dan suka menulis sebagai tujuan

dalam meningkatkan kualitas individu guru, (4) memberi kesempatan kepada guru

untuk melanjutkan pendidikan, (5) memberi kesempatan guru untuk membimbing

kelompok kreativitas siswa, (6) menciptakan strategi atau kebijakan untuk

mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif, (7) bersama-sama guru

mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar sesuai

dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, (8) melakukan perencanaan kebutuhan

anggaran untuk pembinaan guru, dan melakukan supervisi. Kepala sekolah

diharapkan untuk tetap meningkatkan kualitas kepemimpinannya dan tetap

mempertahankan image masyarakat tentang sekolah favorit dan berprestasi

terhadap ketiga sekolah tersebut dengan terus meningkatkan prestasi akademik

dan non akademik siswa, dan senantiasa mempertahankan dukungan atau

pembinaan kepada guru untuk mengembangkan kualitas diri mereka melalui

(13)

dan juga memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan lanjut, khususnya bagi

guru-guru yang memiliki minat dan berpotensi.

Abdul Khaliq, (2010) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

pada SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin. Hasil penelitian ini adalah: (1)

Filosofi kepemimpinan transformasional kepala sekolah SMP Muhammadiyah 4

Banjarmasin mempunyai praktik: konsiderasi pribadi, stimulasi intelektual,

motivasi inspirasional, dan idealisasi pengaruh. Dalam praktik kepemimpinannya,

kepala sekolah menjadi figur yang baik dijadikan teladan, menjadi seorang

inspritor bagi sekolah. Kepala sekolah senantiasa memotivasi dan mendorong

bawahannya untuk selalu berinovasi, bekerja keras dan profesional sehingga dapat

meraih kesuksesan nantinya. Berani mengorbankan kepentingan pribadinya untuk

kepentingan yang lebih besar, senantiasa menumbuhkan loyalitas dan antusiasme

para guru dan karyawannya terhadap sekolah. Kepala sekolah senantiasa

mendorong bawahannya untuk mampu berpikir dengan cara-cara yang baru dalam

setiap kegiatan sekolah; (2) Proses pengambilan keputusan yang dilaksanakan

kepala sekolah SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin ini dilaksanakan secara

demokratis. Pengambilan keputusan dilakukan melalui tahapan-tahapan:

identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisisan data, pembuatan alternatif

keputusan, memilih satu alternatif yang terbaik dijadikan keputusan, dengan

melibatkan semua warga sekolah dan yayasan; dan (3) Proses komunikasi yang

dilakukan kepala sekolah SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin berjalan secara

efektif dan efisien. Jalur yang digunakannya tidak hanya bersifat formal saja

(14)

non-formal, lewat obrolan-obrolan saat santai di ruang guru waktu jam istirahat.

Untuk memperoleh dukungan cara yang dilakukan adalah: seluruh unsur yang ada

di sekolah diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya, sehingga muncul

sikap peduli dan turut bertanggungjawab terhadap keputusan tersebut, sebab yang

bersangkutan merasa diajak bicara dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan

tersebut.

Anwar S (2010) Kepemimpinan Transformasional Majelis Dikdasmen

Dalam Mengelola Sekolah (Studi Kasus Pada Pd Muhammadiyah Kota Medan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk kegiatan yang dilakukan oleh

Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Kota Medan dalam mengelola sekolah yang

berada dibawah pengelolaan dan pengawasannya masih monoton dan belum

sepenuhnya menerapkan kepemimpinan transformasional. Sebab dalam

melaksanakan kepemimpinan transformasional selalu berbenturan dengan

beberapa kendala khususnya dalam pengelolaan sekolah yang berada dibawah

pengelolaan dan pengawasan Dikdasmen Muhammadiyah Kota Medan. Upaya

yang dilakukan mengatasi kendala dalam mengelola sekolah adalah

mensosialisasikan kepemimpinan transformasional dilingkungan kepala sekolah

yang berada dibawah pengelolaan dan pengawasan Muhammadiyah Kota Medan

Penelitian ini menemukan bahwa kepemimpinan Majelis Dikdasmen

Muhammadiyah Kota Medan cenderung monoton. Hal itu dikarenakan belum

diterapkannya kepemimpinan transformasional secara seksama untuk mengelola

dan mengatur setiap satuan pendidikan yang ada wilayah pengelolaannya. Dengan

(15)

disosialisasikan kepada pars kepala sekolah dan dierapkan secara utuh dan

menyeluruh.

Nur Astuti, (2010) Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Serta dampaknya Terhadap Manajemen Administrasi Pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan kepemimpinan transformasional secara umum dan secara khusus

kepada kepala sekolah sebagai objek kepemimpinan dalam dunia pendidikan serta

dampaknya terhadap manajemen administrasi pendidikan Model penelitian ini

setelah dianalisis mampu membuktikan bahwa gaya kepemimpinan

transformasional dengan karismatiknya, konsideran individual dan intelektual

stimulasi personelnya mampu memberikan yang terbaik bagi manajemen

administrasi pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Syafei (2006) dengan judul “Pengaruh

Kepemimpinan Transformasional dan Etos Kerja terhadap Kepuasan Kerja Guru

SMP PAB Deli Serdang”, menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional

dan etos kerja secara serempak dan parsial berpengaruh positif dan signifikan

Referensi

Dokumen terkait

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berlandaskan pada pelaksanaan kebijakan dan pencapaian hasil-hasil pembangunan tahap sebelumnya, serta sebagai bentuk keberlanjutan dari pelaksanaan RPJMD III (2017-2021), maka

Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan

sama pada pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi kantor cabang pembantu.. Membuat laporan terkait operasional Seksi Pelayanan Nasabah sesuai. ketentuan

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti.Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nona Sahdan meneliti

Sanggahan Banding 36.1 Tetap sesuai Dokumen Pengadaan 36.2 Tetap sesuai Dokumen Pengadaan 36.3 Tetap sesuai Dokumen Pengadaan 36.4 Tetap sesuai Dokumen Pengadaan 36.5

Laporan ini harus dibuat oleh konsultan setelah 7 hari kalender sejak SPMK ditandatangani atau 7 hari kalender sejak dimulainya pekerjaan konstruksi oleh pemborong, dilaporkan

Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi tersebut digunakan oleh