• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAP RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU DI PERAIRAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. SKRIPSI. Oleh. :. ULFA WAHYUNINGSIH NIM. 135080200111015. PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017.

(2) PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU DIPERAIRAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. SKRIPSI. Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Oleh: ULFA WAHYUNINGSIH NIM. 135080201111064. PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG SEPTEMBER 2017.

(3) ii.

(4) iii. Judul. : PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU. DIPERAIRAN. BRONDONG. LAMONGAN. Nama Mahasiswa. : ULFA WAHYUNINGSIH. NIM. : 135080200111015. Program Studi. : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. PENGUJI PEMBIMBING:. Pembimbing 1. : IR. SUKANDAR, MP. Pembimbing 2. : IR. ALFAN JAUHARI, MS. PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:. Dosen Penguji 1. : DR. ALI MUNTAHA, A.PI., S.PI., MT. Dosen Penguji 2. : DR. IR TRI DJOKO LELONO, M.SI. Tanggal Ujian. : 28 SEPTEMBER 2017. KABUPATEN.

(5) iv. PERNYATAAN ORISINILITAS. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan proposal skripsi yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan terdapat hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.. Malang, September 2017 Mahasiswa,. Ulfa Wahyuningsih 135080200111015.

(6) v. UCAPAN TERIMAKASIH. Saya panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat,. Karunia dan Hidayah-Nya penulis. dapat. menyelesaikan laporan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Dalam hal ini penulis memperoleh dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga sholawat serta saran kita curahkan kepada nabi besar SAW. 2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Ketua Jurusan PSPK (DR. IR. Daduk Setyohadi, MS) dan Ketua Prodi PSP (Sunardi, ST. MT) yang telah menandatangani berkas maupun laporan skripsi 3. Bapak Ir. Sukandar, MP dan Bapak Ir. Alfan Jauhari, MS, selaku dosen pembiminng skripsi yang. senantiasa membimbing selama proses. penyelesaian laporan skripsi. 4. Bapak Dr. Ali Muntaha, A.PI., S.PI., MT dan Bapak Dr. Ir Tri Djoko Lelono, M.SI selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. 5. Kedua Orang Tua dan adik saya yang selalu mendukung, memberikan motivasi, doa dan semangat untuk saya dalam proses pengerjaan skripsi ini. 6. Teman-teman Kontrakan yang selalu mengingatkan pada saat mengerjakan skripsi. 7.. Teman-teman yang membantu pada saat dilapang.

(7) vi. 8. Teman-teman PSP 2013 yang memberikan dukungan dan semangat untuk mengerjakan skripsi ini..

(8) vii. RINGKASAN ULFA WAHYUNINGSIH. Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan (dibawah bimbingan Ir. Sukandar, MP dan Ir. Alfan Jauhari, MS ) Bubu merupakan salah satu alat penangkapan yang dioperasikan didaerah lamongan, penelitian kali ini dilakukan di perairan brondong kabupaten lamongan. Dengan bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan bubu, mengetahui perbedaan hasil tangkapan bubu menggunakan umpan yang berbeda : umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, umpan belut dan mengetahui perbedaan ukuran rajungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu umpan yang berbeda pada bubu rajungan dengan pengulangan penelitian sebanyak 9 kali. Sedangkan metode analisisnya menggunakan uji normalitas dalam spss, Rancangan Acak Kelompok (RAK), sidik ragam dan Benda Nyata Terkecil (BNT). Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan untuk jumlah total hasil tangkapan didapatkan hasil adanya perbedaan total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan dengan Fhitung = 7,053 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk jumlah hasil tangkapan rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan dengan Fhitung = 9,733 dan Ftabe l= 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran berat rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan ukuran berat rajungan hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 40,541 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran panjang karapas rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 79,296 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran lebar karapas rajungan didapatkan dengan adanya perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada tiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 19,292 dan Ftabel =3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa umpan menggunakan ikan swanggi memiliki nilai yang paling tinggi diantara yang lain dan umpan menggunakan belut memiliki nilai yang paling rendah..

(9) viii. KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan”. Sangat disadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.. Malang, September 2017. Penulis.

(10) ix. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii PERNYATAAN ORISINILITAS ........................................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v RINGKASAN ......................................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv. 1.. Pendahuluan ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 3 1.5 Hipotesis ............................................................................................................. 4. 2.. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6 2.1. Deskripsi Rajungan .......................................................................................... 6 2.1.1. Klasifikasi Dan Morfologi Rajungan ....................................................... 7 2.1.2 Tingkah Laku .............................................................................................. 7 2.1.3 Makanan ..................................................................................................... 8 2.1.4 Habitat ......................................................................................................... 8 2.2. Deskripsi Bubu .................................................................................................. 9 2.2.1. Bentuk Bubu ............................................................................................ 10 2.2.2 Bahan Dan Konstruksi Bubu.................................................................. 10 2.3. Metode Pengoperasian .................................................................................. 11 2.4. Umpan .............................................................................................................. 12 2.4.1 Jenis Umpan ............................................................................................ 13 2.4.2 Ukuran Umpan ......................................................................................... 13 2.5 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 14. 3.. Metode Penelitian ....................................................................................... 15 3.1 Tempat Dan Waktu .......................................................................................... 15 3.2 Alat dan bahan ................................................................................................ 15 3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 15.

(11) x. 3.4 Pengumpulan Data .......................................................................................... 16 3.4.1 Data Pimer ................................................................................................ 16 3.4.2 Data Skunder ........................................................................................... 17 3.5 Cara pengambilan data................................................................................... 17 3.5.1 Indentifikasi alat tangkap ........................................................................ 17 3.5.2 Pengukuran hasil tangkapan ................................................................. 18 3.6 Analisis Data ..................................................................................................... 18 3.7 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 21 4. Hasil Dan Pembahasan ................................................................................. 22 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian ................................................................. 22 4.1.1 Letak Geografis ...................................................................................... 22 4.1.2 Kondisi Umum Penduduk ....................................................................... 23 4.2 Operasi Penangkapan Bubu Rajungan ........................................................ 23 4.2.1 Persiapan .................................................................................................. 24 4.2.2 Penurunan ................................................................................................ 24 4.2.3 Perendaman Dan Penarikan Bubu ....................................................... 24 4.3 Daerah Penangkapan ..................................................................................... 25 4.4 Data Pengamatan ............................................................................................ 25 4.5 Analisis Data ..................................................................................................... 33 BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 47 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 47 5.2 Saran ................................................................................................................. 47 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 48 LAMPIRAN ........................................................................................................ 50.

(12) xi. DAFTAR TABEL. Tabel. Halaman. 1. Data Ekspor Rajungan Dan Harga .......................................................................... 2 2. Komponen Model Matematika Dari Uji ANOVA Untuk Melihat Pengaruh Jenis Umpan Terhadap Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan ............................................ 19 3. Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor/Trip).................................................. 25 4. Data Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor/Trip) ......................................... 27 5. Data Total Berat Hasil Tangkapan ......................................................................... 28 6. Data Berat Rajungan (gram) ................................................................................... 29 7. Data Panjang Karapas Rajungan (mm) ................................................................ 31 8. Data Lebar Karapas Rajungan(mm) ...................................................................... 32 9. Hasil Uji Normalitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/ trip) ........................ 34 10. Hasil Uji Normalitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) .................................. 35 11. Hasil Uji Normalitas Total Berat Rajungan (gram) ............................................. 35 12. Hasil Uji Normalitas Berat Rajungan (gram) ....................................................... 36 13. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ................... 36 14. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) ............................. 37 15. Hasil Uji Homogenitas Total Berat Hasil Tangkapan(gram) ............................. 37 16. Hasil Uji Homogenitas Berat Rajungan(gram) .................................................... 37 17. Hasil Uji Homogenitas Panjang Karapas Rajungan(mm) ................................. 38 18 Hasil Uji Homogenitas Lebar Karapas Rajungan (mm) ...................................... 38 19. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ........ 39.

(13) xii. 20. Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ................... 39 21. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) .................. 40 22. Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor) ................................... 41 23. Hasil One-way ANOVA Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) ................. 41 24. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) ........................... 42 25. Hasil One-way ANOVA Data Berat Rajungan(gram) ......................................... 43 26. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Rajungan(gram) ................................................... 43 27. Hasil One-way ANOVA Data Panjang Karapas Rajungan(mm) ...................... 44 28. Hasil Uji BNT 5% Data Panjang Karapas Rajungan(mm)................................. 44 29. Hasil One-way ANOVA Data Lebar Karapas Rajungan (mm) ......................... 45 30. Hasil Uji BNT 5% Data Lebar Karapas Rajungan (mm) .................................... 46.

(14) xiii. DAFTAR GAMBAR Gambar. Halaman. 1. Rajungan ....................................................................................................................... 6 2.Bubu .............................................................................................................................. 18 3. Pengukuran rajungan ................................................................................................ 18 4. Alur Penelitian ............................................................................................................ 21 5. Lokasi penelitian ........................................................................................................ 23 6. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor) ........................................................ 26 7. Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor) ................................................ 27 8. Grafik Berat Total Hasil Tangkapan(gram) ............................................................ 29 9.Grafik Berat Rajungan (gram) ................................................................................... 30 10. Grafik Panjang Karapas Rajungan (mm) ............................................................. 31 11. Grafik Lebar Karapas Rajungan (mm) ................................................................ 33.

(15) xiv. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran. Halaman. 1. Peta Perairan Brondong………………………………………………………….. 50 2. Peta Kabupaten Lamongan………………………………………………………. 51 3. Kegiatan penelitian………………………………………………………………… 52 4. Hasil Tangkapan Bubu……………………………………………………………. 54 5. Total jumlah hasil tangkapan rajungan………………………………………….. 55 6. Konstruksi Bubu……………………………………………………………………. 59.

(16) 1. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Wilayah laut indonesia yang terletak di daerah tropis menjadikan. keanekaragaman hayati laut indonesia tertinggi di dunia. Sumberdaya perikanan laut terutama pada perairan pantai yang keanekaragaman ekosistem dan variabilitas organisme laut sangat penting bagi kehidupan sebagian masyarakat indonesia. Ikan karang, rajungan, kepiting bakau, ikan peagis lainnya sering berimigrasi ke perairan pantai sehingga keanekaragaman hayati laut begitu penting untuk kehidupan sosial-ekonomi (Zulkarnain, 2011). Alat penangkapan ikan ada beberapa salah satunya adalah bubu yang merupakan alat tangkap untuk menangkap ikan atau biota lain dilaut. Pengoperasiaon bubu sendiri dengan cara menjebak ikan sehingga ikan masuk ke bubu tanpa paksaan. Sehingga alat tangkap bubu bisa digunakan berkali-kali dan ikan yang ditangkap besar kemungkinan tubuh ikan tidak akan rusak (Butarbutar, 2005). Bahan yang digunakan untuk membuat alat tangkap bubu ada bermacam-macam misal: kayu, bambu, plastik, jaring atau kawat. Bubu salah satu alat tangkap ramah lingkungan karena pengoperasiannya yang pasif dengan menunggu ikan masuk ke jebakan. Bubu memiliki kelebihan untuk hascil tangkapannya karena hasil tangkapan yang didapatkan selalu segar. Ukuran pada badan bubu agak besar sehingga memungkinkan ikan masih bisa bergerak bebas didalamnya (Ilyas, 2001). Menurut Yoni (2010), rajungan (Portunus pelagicus) memiliki nilai ekonomis yang tinggi, komoditas perikanan yang sangat penting bagi ekonomi dan menjadi komoditas ekspor yang permintaannya dari tahun ke tahun terus meningkat. Hingga saat ini ekspor rajungan masih menggantungkan pada hasil.

(17) 2. tangkapan dari laut untuk memenuhi kebutuhan, dikhawatirkan populasi rajungan di alam berpengaruh. Lihat tabel 1. Tabel 1. Data Ekspor Rajungan Dan Harga Negara Tujuan 2012 2013 Berat Bersih (Ton) Jepang 1.404,90 1.278,20 Hongkong 3.301,20 2.068,40 Korea Selatan 3.871,30 3.421,80 Taiwan 6.736,40 7.377,10 Tiongkok1) 26.000,10 43.358,00 Thailand 6.140,90 8.920,70 Singapura 3.394,00 2.547,00 Malaysia 4.742,20 4.327,60 Amerika Serikat 5.885,40 3.292,10 Kanada 353,7 75 Belanda 109,6 129,8 Italia 7.546,50 6.168,40 Spanyol 252,9 139,1 NilaiFOB(RibuUS$) 9.279,00 7.767,20 7.795,90 4.104,80 12.750,00 10.697,60 10.755,80 10.785,90 59.383,50 120.298,90 6.622,40 8.294,20 9.988,80 8.325,80 9.750,20 10.409,50. Jepang Hongkong Korea Selatan Taiwan Tiongkok1) Thailand Singapura Malaysia Amerika Serikat 94.153,20 36.930,30 Kanada 3.188,70 580 Belanda 570,4 560,5 Italia 37.553,30 24.945,40 Spanyol 1.393,80 813,8 Sumber: Badan Puat Statistik (2016). 2014. 2015. 1.058,40 949,6 3.107,10 7.321,40 34.167,80 4.938,00 2.453,50 4.242,40 4.683,30 51,5 166,7 8.421,90 655. 718,4 2.150,40 2.682,00 12.786,00 42.683,90 2.715,50 2.839,40 6.950,10 3.962,20 60,3 163,2 8.803,40 637,4. 6.026,40 4.084,40 13.290,40 10.238,30 73.692,30 4.020,80 7.746,30 11.082,10. 3.597,30 4.328,20 11.980,10 21.219,70 77.937,50 6.242,60 8.939,50 16.308,20. 58.855,10 212,9 1.082,80 30.252,30 2.387,20. 31.125,10 214,5 740,8 32.880,60 2.208,40. Ada berbagai macam umpan yang bisa digunakan, diantaranya: umpan alami dan umpan buatan. Umpan alami bisa berupa: ikan rucah, keong, dan kerang-kerangan. Bubu merupakan alat tangkap yang menggunakan umpan alami berupa ikan rucah. Ikan rucah sering digunakan sebagai umpan karenan harganya murah, mudah diperoleh, dan masih memiliki kesegaran yang cukup.

(18) 3. baik (Ramdani, 2007). Dari uraian diatas maka perlu adanya penelitian umpan yang berbeda supaya diketahui umpan yang efektip. Dalam penelitian ini menggunakan tiga umpan yang berbeda yaitu : pertama umpan ikan peperek, ikan swangi dan belut. 1.2. Rumusan Masalah Dari pernyataan tersebut pada latar belakang penelitian maka :. 1) Bagiamana hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu ? 2) Bagaimana perbedaan hasil tangkapan dengan umpan ikan peperek, ikan swangi, belut terhadap hasil tangkapan ? 3) Bagaimana ukuran hasil tangkapan rajungan dengan bubu ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini antara lain:. 1) Mengetahui hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu. 2) Mengetahui perbedaan hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu menggunakan umpan ikan peperek, ikan swangi dan belut. 3) Mengetahui ukuran karapas dan berat rajungan yang tertangkap dengan bubu. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:. 1) Bagi mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai perbedaan umpan yang digunakan pada alat tangkap bubu. 2) Bagi akademik dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan informasi mengenai perbedaan umpan yang digunakan pada alat tangkap bubu..

(19) 4. 3) Bagi nelayan diharapkan dari hasil penelitian ini nelayan nantinya dapat mengetahui jenis umpan yang manakah yang paling di sukai oleh rajungan pada alat tangkap bubu. 4) Bagi kalangan umum dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang perbedaan umpang yang digunakan pada alat tangkap bubu. 1.5. Hipotesis. 1) Pengujian Jumlah Total Hasil Tangkapan H0 : Tidak ada perbedaan jumlah total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan yang berbeda H1 : Ada perbedaan jumlah total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan yang berbeda 2) Pengujian Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan H0 : Tidak ada perbedaan jumlah hasil tangkapn rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda H1 : Ada perbedaan jumlah hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda 3) Pengujian Ukuran Panjang Karapas Hasil Tangkapan Rajungan H0 : Tidak ada perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda H1 : Ada perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda 4) Pengujian Ukuran Lebar Karapas Hasil Tangkapan Rajungan H0 : Tidak ada perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda H1 : Ada perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda.

(20) 5. 5) Pengujian Ukuran Berat Hasil Tangkapan Rajungan H0 : Tidak ada perbedaan ukuran berat hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda H1 : Ada perbedaan ukuran berat hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda.

(21) 1. 2. Tinjauan Pustaka. 2.1 Deskripsi Rajungan Menurut ary (1996), rajungan (Portunus pelagicus) memepunyai tubuh yang lebih ramping dan capit yang lebih panjang dan mempunyai berbagai macam warna yang menarik pada daerah karapas rajungan. Duri yang ada di akhir pada dua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Lihat gambar 1.. Gambar 1 Rajungan Sumber: Lisda (2011) Rajungan memiliki bentuk karapas bulat pipih dengan warna yang menarik. Karapas pada rajungan biasanya lebih besar pada arah lebarnya dari pada panjangnya. Duri pada karapas rajungan disisi belakang matanya ada 9,6,5 atau 4 dan diantara mata rajungan terdapat 4 buah duri besar. Rajungan memiliki 5 pasang kaki yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda: satu pasang sebagai capit, 3 pasang sebagai kaki untuk berjalan, dan sepasang kaki untuk berenang rajungan (Butar-Butar, 2005).

(22) 2. 2.1.1. Klasifikasi Dan Morfologi Rajungan Klasifikasi rajungan menurut Pratt(1935) adalah sebagai berikut :. Filum : Arthopoda Kelas : Crustacean Sub Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Sub Ordo : Reptantia Seksi : Brachyuran Tribe : Branchyrhyncha Family : Portunidae Genus : Portunus sp Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki beberapa bagian pada tubuhnya, terdiri dari kepala, dada, dan perut. Bagian kepala rajungan menjadi satu dengan dada yang disebut dengan cephalothorax bagian perut(abdomen) rajungan berbentuk segitiga, dan melipat pada sisi karapas. Pada rajungan jantan bentuk abdomen lebih meruncing sedangkan pada rajungan betina abdomennya lebih lebar (Oemarjati dan Wardhana, 1990). 2.1.2 Tingkah Laku Perkembangan hidup rajungan sering mengalami pergantian kulit. Kulit rajungan sering berganti karena kulit rajungan terbentuk dari bahan yang berkapur yang tidak bisa tumbuh terus menerus. Biasanya setelah rajungan mengganti kulitnya rajungan berubah menjadi individu yang lebih besar dan kulitnya lunak. Pada saat ini lah masa-masa rawan untuk rajungan karena pertahanan melemah sehingga rajungan mudah diserang, dirobek-robek, dan bisa saja dimangsa sesama jenisnya (Nontji, 2005)..

(23) 3. Menurut Prakoso (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku rajungan yang pertama faktor alami, diantaranya perkembangan hidup, pengaruh siklus bulan, dan feeding habit. Faktor yang kedua yaitu faktor buatan salah satunya yaitu umpan yang digunakan untuk memikat rajungan sehingga bisa mempengaruhi tingkah laku rajungan. 2.1.3 Makanan Berdasarkan penelitian (Erlinda et al. 2016), dilakukan pembedahan lambung rajungan yang ditangkap di Perairan Lakara menunjukan bahwa dari 19 rajungan terbagi menjadi empat kelompok yang memiliki makanan yang berbedaya yaitu : moluska (bivalvia), daging, plankton, dan MTT (material tidak teridentifikasi). Presentase komposi kelompok yang memiliki nilai paling tinggi ada pada plankton, yang kedua daging, ketiga moluska, dan yang memiliki urutan yang terakhir ada pada material tidak teridentifikasi. Menurut Chande dan Mgaya (2004) dalam Ramdani (2007), hasil penelitian dengan menggunakan 3948 perut kepiting dari perairan dangkal di Kunduchi, Teluk Msasani dan sungai Mzinga didapatkan bahwa makanan utama yang dimakan rajungan adalah Moluska (51,3%), Krustasea (24,1%), duri ikan (18%) dan beberapa makanan yang tidak terdefinisi (6,6%). Makanan yang dominan dimakan oleh rajungan adalah Bivalva arcuatula dan dan beberapa Gastropoda. 2.1.4 Habitat Menurut Susanto, (2010) dalam Jafar (2011), rajungan menghabiskan banyak waktunya untuk berendam di pasir tetapi rajungan masih menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata yang mencoba untuk mendekatinya sehingga rajungan bisa menyerang atau di mangsa. Perkawinan.

(24) 4. rajungan dilakukan pada musim panas dengan rajungan jantan menempelkan diri ke rajungan betina kemudian melakukan perkawinan dengan berenang. Menurut Kumar et al. (2000) rajungan memiliki dua habitat yang pertama di habitat perairan pantai biasannya rajungan yang berada didaerah pantai merupakan rajungan yang masih kecil. Habitat kedua berada diperairan yang lebih dalam, untuk perairan yang lebih dalam biasannya ditempati oleh rajungan yang sudah dewasa. 2.2 Deskripsi Bubu Alat tangkap bubu merupakan sebuah perangkap yang mempunyai bentuk seperti kurungan dan tersusun dari berbagai bahan serta mempunyai satu injap (pintu bubu) bahkan lebih pintu bubu (SNI, 2008). Menurut Anna et al. (2015), bubu merupakan alat tangkap yang dikenal oleh nelayan berupa jebakan, yang bersifat pasif. Dalam pengoperasian bubu dibagi menjadi 3 jenis, antara lain : 1) Bubu Dasar Bubu. dasar. merupakan. bubu. yang. dalam. operasionalnya. daerah. penangkapan berada di dasar perairan. 2) Bubu Apung Bubu apung merupakan bubu yang dalam operasional penangkapan bubu diapungkan. 3) Bubu Hanyut Bubu hanyut merupakan bubu yang dalam operasional penangkapan bubu dihanyutkan..

(25) 5. 2.2.1. Bentuk Bubu Bubu di Kronjo menggunakan jenis bubu lipat dua pintu, yang banyak. digunakan di Pulau Jawa, digunakan untuk menangkap rajungan yang menggunakan umpan berupa ikan asin. Di Kalimantan juga bubu digunakan tetapi berbeda jenis yaitu bubu lipat dengan tiga pintu untuk menangkap kepiting bakau. Bubu lipat tiga pintu merupakan alat tangkap asli Korea Selatan(ButarButar, 2005). Bentuk bubu yang baik bisa meningkatkan efektifitas dan keramah lingkungan dalam penangkapan rajungan menggunakan bubu lipat. Bubu yang baik yaitu bubu yang bisa menangkap banyak rajungan dengan ukuran yang besar. Penggunaan escape gap(celah pelolosan) pada bubu lipat sangat efektif karena rajungan yang kecil bisa meloloskan diri sehingga yang tertangkap pada bubu cuma rajungan yang berukuran besar. Alat tangkap bubu lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan(Susanto, 2012). 2.2.2 Bahan Dan Konstruksi Bubu Bahan yang digunakan untuk membuat alat tangkap bubu ada bermacam-macam misal: kayu, bambu, plastik, jaring atau kawat. Bubu salah satu alat tangkap ramah lingkungan karena pengoperasiannya yang pasif dengan menunggu ikan masuk ke jebakan. Bubu memiliki kelebihan untuk hascil tangkapannya karena hasil tangkapan yang didapatkan selalu segar. Ukuran pada badan bubu agak besar sehingga memungkinkan ikan masih bisa bergerak bebas didalamnya (Ilyas, 2001). Sebagian besar konstruksi bubu terbagi dari tiga bagian yaitu mulut (funnel), badan (body), dan pintu bubu. Mulut yang membentuk corong memiliki fungsi untuk tempat ikan masuk ke bubu sehingga ikan tidak bisa keluar. Bagian.

(26) 6. badan bubu memiliki fungsi sebagai rongga dimana ikan terkurung dan tertangkap. Pada bagian pintu bubu digunakan untuk mempermudah nelayan untuk mengambil hasil tangkapan yang ada di dalam bubu (Subani dan Barus, (1989) dalam Ramdani, (2007)). 2.3. Metode Pengoperasian Pengoperasian bubu dimulai dengan setting dimana pelampung tanda. pertama diturun kan dengan ditandai adanya bendera selanjutnya bubu diturun kan satu persatu sampai habis. Setting dilakukan sekitar 10-15 menit, selama melakukan setting mesin kapal masih hidup tidak dimatikan. Selanjutnya proses perendaman (soaking) yang biascanya dilakukan sekitar 5-9 jam jika penangkapan dilakukan pada pagi hari dan apabila pada sore hari maka perendaman dilakukan selama 5-12 jam. Tahapan terakhir yaitu proses pengangkatan (hauling). Pengangkatan bubu biasannya tidak menggunakan tenaga mesin melainkan menggunakan tenaga manusia. Proses hauling membutuhkan waktu sekitar 1 jam dan hasil tangkapan bubu langsung dimasukan ke wadah yang sudah disediakan (Irnawati et al. 2014). Menurut Ramdani 2007, pengoperasian alat tangkap bubu ada beberapa tahapan : 1) Tahap pertama : melakukan tagging pada alat tangkap bubu yang dilakukan pada malam hari sebelum pengoperasian untuk menandai jenis-jenis umpan yang berbeda pada tiap bubu. 2) Tahap kedua : pagi harinya dilakukan pengecekan di fishing base untuk mengecek peralatan dan bahan yang akan digunakan dikapal. 3) Tahap ketiga : setelah persiapan matang kapal berangkat ke daerah fishing ground.. Selama kapal. perjalanan. menuju fishing. ground. dilakukan.

(27) 7. pemasangan umpan. pemasangan umpan dilakukan dengan memasukan umpan kedalam kantong satu persatu. 4) Tahap keempat : sesampainya di fising ground, maka mulai dilakukannya penurunan bubu (setting). Setting pada bubu yang pertama dilakukan adalah penurunan pelampung tanda setelah beberapa detik selanjutnya bubu diturunkan satu persatu. 5) Tahap kelima : dilakukannya perendaman alat tangkap yang dilakukan kurang lebih sekitar 4 jam. 6) Tahap keenam : bubu diangkat (hauling). 7) Tahap ketujuh : bubu dibiarkan diatas dek kapal sampai kembali di fishing base. 2.4. Umpan Umpan merupakan alat bantu penangkapan dengan cara membentuk. rangsangan (stimulus) yang dapat menimbulkan ikan-ikan untuk tertarik mendekat. Umpan yang baik dapatdilihat dari sifatnya, daya tahan, serta harga dari umpan itu sendiri, umpan dikatakan efektif jika umpan yang digunakan dapat menarik ikan, umpan mudah diperoleh, serta mudah disimpan dan tahan lama (Ramdani, 2007). Umpan merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar dapat menunjang keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan, khususnyha pada alat tangkap yang pasif seperti bubu dan pancing. Umpan yang digunakan pada alat tangkap bubu terdiri dari beberapa jenis ikan yang tidak ekonomis (ikan rucah), tetapi kadang ada juga yang menggunakan umpan buatan (pelet) (Rahadjo dan Linting, 1993, dalam Muldiani, 2007)..

(28) 8. 2.4.1 Jenis Umpan Bubu adalah alat penangkapan ikan yang cara pengoperasiannya secara pasif. Tertangkapnya hasil tangkapan bubu dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah umpan. Rajungan yang berada di daerah Kronjo banyak ditangkap menggunakan alat tangkap bubu yang umpannya berupa ikan rucah. Ada berbagai macam umpan yang bisa digunakan, diantaranya: umpan alami dan umpan buatan. Umpan alami bisa berupa: ikan rucah, keong, dan kerangkerangan. Bubu merupakan alat tangkap yang menggunakan umpan alami berupa ikan rucah. Ikan rucah sering digunakan sebagai umpan karenan harganya murah, mudah diperoleh, dan masih memiliki kesegaran yang cukup baik (Ramdani, 2007). Menurut Yoni (2010), selama penelitian diperairan bungo rajungan yang tertangkap alat tangkap bubu adalah Portunus pelagicus dan rajungan pelong (Portunus sp). Umpan menggunakan ikan peperek merupakan jenis umpan yang terbaik untuk menangkap rajungan dibandingkan dengan umpan keong dan cacing dengan hasil tangkapan sebanyak 715 ekor rajungan. 2.4.2 Ukuran Umpan Menurut Septianingsih (2013), frekuensi rajungan yang masuk kedalam bubu pada umpan yang berbobot 50 gram sangat tinggi dengan jumlah rajungan yang masuk sebanyak 250 kali, sedangkan pada bobot 150 gram merupakan frekuensi terendah dengan jumlah rajungan yang masuk hanya 195 kali. Menurut Miller (1983) mengatakan bahwa perangkap yang menggunakan umpan dengan ukuran 3 kg besar kemungkinan dapat menangkap 50% lebih kepiting dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan umpan 1 kg dengan menggunakan waktu perendaman selama satu hari atau empat hari..

(29) 9. 2.5. Penelitian Terdahulu Menurut yoni (2010), yang melakukan penelitian di perairan Bungko yaitu. Portunus pelagicus dan rajungan pelong (portunus sp). Dalam penelitian tersebut umpan pepetek merupakan umpan yang terbaik diantara umpan keong dan cacing. Menggunakan umpan peperek hasil tangkapan bubu lebih banyak rajungan dan memiliki ukuran yang lumayan besar. Pada penelitian yang dilakukan dikabupaten tanggerang bubu lipat yang digunakan untuk menangkap rsjungan dengan bubu lipat dua pintu dan bubu lipat tiga pintu. Didapatkan dengan hasil tangkapan menggunakan bubu lipat dua pintu sebanyak 53 ekor sedangkan untuk bubu tiga pintu hanya 11 ekor rajungan. Sehingga menggunakan bubu lipat dua pintu lebih efektif dan efesien dalam pengoperasian selama penelitian tersebut (Butar-Butar,2005)..

(30) 15. 3. Metode Penelitian. 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2017. 3.2 Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan untuk menujang penelitian adalah sebagai berikut : 1) Satu unit perahu motor 2) Bubu 3) Timbangan 4) Tagging 5) Kantong plastik 6) Jangka sorong 7) Penggaris ukur 8) Gunting dan pisau 9) Alat tulis 10) Kamera Adapun bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah ikan peperek, ikan swangi dan belut. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode experimental fishing, dimana data didapatkan dengan melakukan uji coba penangkapan.

(31) 16. dilapang. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan operasi penangkapan selama 9 kali percobaan dengan jumlah setting sebanyak satu kali per harinya. 3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Pimer Data primer ini diperoleh secara langsung dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi dan wawancara langsung dan dokumentasi. Berikut ini adalah teknik pengambilan data : 1) Observasi Observasi dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pencatatan data yang dibutuhkan selama penelitian. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui proses persiapan bubu di daratkan sebelum berangkat dan juga proses bongkar hasil tangkapan. 2) Wawancara Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap pihak pemilik kapal, nahkoda, anak buah kapal yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan rumusan masalah penelitian guna mendapatkan data maupun informasi yang dibutuhkan. 3) Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini didapat dengan mengambil gambar keadaan dilapang, kegiatan wawancara, kapal, alat tangkap dan rekaman kegiatan penelitian menggunakan kamera hp..

(32) 17. 3.4.2 Data Skunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal penelitian, artikel penelitian laporan skripsi yang dapat membantu informasi yang dibutuhkan. 3.5 Cara pengambilan data 3.5.1 Indentifikasi alat tangkap Bubu. yang. digunakan. dalam. penelitian. ini. adalah. bubu. yang. menggunakandua pintu, dengan panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 18 cm. rangka dari bubu terbuat dari kawat galvanis yang mempunyai diameter 3 mm dan bahan bubu terbuat polyethylene (PE) multifilament berwarna hijau dengan mesh size 30 mm. Pada badan bubu bagian atas dibagi menjadi dua dan pada pertengahan terdapat engsel yang terbuat dari besi yang kemudian dapat menyatukan kedua rangka bubu bagian atas. Engsel memiliki fungsi untuk menyangga bubu agar bisa berdiri ketika sedang dioperasikan sekaligus dapat badan bubu terlipat lagi ketika bubu tidak dioperasikan. Mulut bubu memiliki faktor yang penting karena dapat mengetahui keberhasilan penangkapan dimana pada mulut bubu bisa mempermudah hasil tangkapan yang masuk sekaligus menyusahkan hasil tangkapan untuk keluar dari bubu. Mulut bubu yang digunakan pada penelitian memiliki dua mulut saja, yang berbentuk horizontal pada bagian belakang dan depan bubu. Pintu masuk pada bubu memiliki ukuran 18 cm dengan lebar 34 cm. tempat umpan pada bubu berada ditengah bubu, dengan menggunakan kawat yang berbentuk seperti pengait. Lihat gambar 2..

(33) 18. Gambar 1.Bubu Sumber: Ramdani (2007) 3.5.2 Pengukuran hasil tangkapan Metode pengukuran panjang karapas dan lebar karapas pada rajungan : lihat gambar 3.. Gambar 2 Pengukuran rajungan Sumber: Ramdani (2007) Keterangan : CW : Lebar karapas CL: Panjang Karapas 3.6 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu design (percobaan) dimana unit-unit percobaan dikelompokkan ke dalam.

(34) 19. block (kelompok) sehingga unit-unit eksperimen dalam masing-masing kelompok sacara relative bersifat homogen. Data berupa jumlah hasil tangkapan terlebih dahulu diuji kenormalannya menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Uji ini mempunyai fungsi yang sama dengan uji Liliefors yakni untuk menguji kenormalan data. Apabila data menyebar maka data akan di analisis dengan anova, tetapi apabila data tidak menyebar normal maka data akan di analisis dengan menggunakan uji H-Kruskal-Wallis. Model matematika ANOVA sebagai berikut (Steel Dan Torrie, 1995): lihat tabel 2. Tabel 1 komponen model matematika dari uji ANOVA untuk melihat pengaruh jenis umpan terhadap jumlah hasil tangkapan rajungan Sumber Jumlah Keragaman. Derajat Bebas. Kuadrat. Jenis Umpan. t-1. JKP. Galat. t(r-1). JKG. Total. rt-1. JKT. Kuadrat Tengah KTP. F Hitung Fhit. KTG. Sumber: Ramdani (2007). Jika terdapat perbedaan nyata pada perlakuan umpan terhadap jumlah total hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan rajungan, ukuran panjang karapas, lebar karapas maupun berat rajungan yang tertangkap maka akan dilanjutkan dengan menggunakan BNT. Model matematika untuk uji BNT sebagai berikut (Steel Dan Torrie, 1995) :.

(35) 20. Keterangan : = Ragam contoh = Rata-rata atau nilai tengah contoh Tetapi apabila data rajungan tidak menyebar maka data akan dianalisis menggunakan statistik non parametrik yakni menggunakan Uji H Kruskal-Wallis. Model matematika uji Kruskal-Wallis adalah (Spiegel, 1988):. Keterangan : H = nilai uji H Kruskal-Wallis K = sampel N = ukuran sampel total R = Jumlah peringkat untuk masing-masing sampel Jika terdapat perbedaan nyata pada perlakuan umpan terhadap jumlah total hasil tangkapan, jumlah ha sil tangkapan rajungan, ukuran panjang karapas, lebar karapas maupun berat rajungan yang tertangkap maka akan dilanjutkan dengan menggunakan uji U Mann- Whitney. Model matematika uji U MannWhitney adalah sebagai berikut (Spiegel, 1988) :. Keterangan : U = nilai uji U Mann-Whitney N1= Ukuran sampel ke-1 N2= Ukuran sampel ke-2 R1= jumlah peringkat untuk sampel ke-1.

(36) 21. 3.7 Prosedur Penelitian. Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong. Survei Data Primer. Wawancara : 1. Setting/ Trip 2. pengalaman. Data Skunder. 1. Hasil tangkapan rajungan yang ada di brondong. 2. Berat dan ukuran rajungan yang ada di brondong.. 1. Data statistik perikanan DKP lamongan 2. Demografi Desa. Uji kenormalan. Menyebar :. Tidak menyebar :. Menggunakan ANOVA. Menggunakan uji H-KruskalWallis. HASIL Gambar 3 Alur Penelitian Sumber: Penulis.

(37) 22. 4. Hasil Dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, dengan mempunyai letak geografis titik koordinat 060 53’ 54”- 070 23’ 6” Lintang Selatan dan 1120 04’ 41” – 1120 33’ 12” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Lamongan kurang lebih 1.812,80 km2 setara 3,78% dari luas wilayah provinsi Jawa Timur dengan garis pantai 47 km dan terbagimenjadi 27 kecamatan (Kabupaten Lamongan, 2008). Kecamatan Brondong merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lamongan, dengan titik koordinat antara 060 53’ 30,81” – 070 23’ 6” Lintang Selatan dan 1120 17’ 01,11” – 1120 33’ 12” Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara. : Laut Jawa. Sebelah Timur. : Kecamatan Paciran. Sebelah Selatan. : Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro. Sebelah Barat. : Kecamatan Pala. Penelitian ini dilakukan di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Secara geografis Desa Sedayulawas mempunyai luas wilayah 10,64 km2 dengan ketinggian. dua meter di atas. permukaan laut dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : lihat gambar 5. Sebelah Utara. : Laut Jawa. Sebelah Timur. : Kelurahan Brondong. Sebelah Selatan. : Desa Sendangharjo.

(38) 23. Sebelah Barat. : Desa Brengkok. Gambar 1Lokasi penelitian Sumber: google earth. 4.1.2 Kondisi Umum Penduduk Pada umumnya penduduk Desa Sedayulawas terdiri dari suku jawa dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Desa Sedayulawas terdiri dari tiga Dusun yaitu Dusun Sedayulawas, Dusun Wedung, dan Dusun Ngesong. Jumlah total penduduk Desa Sedayulawas sampai akhir tahun 2015 mencapai 16.482 jiwa yang terdiri dari 7.874 jiwa penduduk laki-laki dan 8.608 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk Desa Sedayulawas adalah petani dan nelayan. 4.2 Operasi Penangkapan Bubu Rajungan Secara umum pengoperasian bubu rajungan yang ada di Desa Sedayulawas dan di tempat yang lain hampir sama yang membedakan hanya umpan dan waktu perendaman. Tahap untuk pengoperasian alat tangkap bubu dimulai dari tahap persiapan, penurunan bubu, pernedaman, dan penarikan bubu..

(39) 24. 4.2.1 Persiapan Sebelum melakukan operasi penangkapan menggunakan alat tangkap bubu sebaiknya terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk mempersiapkan semua kebutuhan yang akan diperlukan selama pengoperasian alat tangkap bubu rajungan berlangsung. Persiapan dimulai dari perbekalan sampai dengan penyediaan umpan untuk alat tangkap bubu. Umpan yang digunakan selama penelitian ada tiga yaitu ; ikan peperek, ikan swanggi, dan belut. Umpan tancapkan atau dikaitkan ke pengait yang ada didalam bagian tengah bubu. Nelayan berangkat menuju fishing ground pada pukul 09.00 WIB, pemasangan umpan dilakukan dikapal saat menuju fishing ground. Setelah pemasangan umpan selesai bubu akan disusun dibagian tengah kapal agar bisa mempermudah nelayan saat akan melakukan perendaman. 4.2.2 Penurunan Sebelum melakukan proses penurunan bubu, nelayan menentukan fishing ground terlebih dahulu. Setelah nelayan menemukan fishing ground baru akan dimulai proses penurunan bubu, pertama yang dilakukan nelayan adalah menurunkan pelampung tanda yang berupa stereform dilengkapi dengan bendera, setelah itu dilajutkan dengan penurunan pemberat yang berupa batu selanjutnya penurunan bubu dengan keadaan perahu berjalan. Jarak antar bubu satu dengan bubu yang lain sejauh 12 meter dengan kedalaman rata-rata 124235 meter. 4.2.3 Perendaman Dan Penarikan Bubu Dalam proses perendaman bubu di Sedayulawas memerlukan waktu yang lama hampir 10 jam. Sehingga nelayan biasanya memutuskan kembali.

(40) 25. kedaratan dan meninggalkan bubu dan menunggu waktu untuk penarikan bubu. Untuk waktu penarikan nelayan berangkat dari daratan ke tempat bubu berada dimulai pada pukul 21.00 WIB, setelah sampai ditempat bubu direndam nelayan langsung memulai penarikan bubu kedalam kapal. 4.3 Daerah Penangkapan Untuk menentukan daerah penangkapan para nelayan menggunakan insting, pengalaman, dan info dari nelayan bubu lainnya. Apabila salah satu nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak maka daerah yang digunakan nelayan tersebut akan menjadi tujuan penangkapan oleh nelayan yang lainnya. Daerah penangkapan alat tangkap bubu oleh nelayan yang saya ikuti pada saat penelitian ini biasanya dilakukan didaerah dengan jarak tempuh sekitar 16 mill. 4.4 Data Pengamatan Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15 bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 3. Tabel 1 Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor/Trip) Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut 1. 3. 4. 3. 2. 3. 3. 2. 3. 4. 3. 3. 4. 3. 3. 2. 5. 3. 4. 2. 6. 3. 3. 3. 7. 4. 4. 2.

(41) 26. 8. 4. 3. 3. 9. 3. 5. 3. Rata-Rata. 3,33. 3,55. 2,55. Standar Deviasi. 0,5. 0,72. 0,52. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 6.. Gambar2. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor) Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan data diatas, rata-rata jumlah total hasil tangkapan (ekor) pada umpan peperek sebesar 3,33 dengan standart deviasi sebesar 0,5. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata jumlah total hasil tangkapan (ekor) sebesar 3,56 dengan standart deviasi sebesar 0,72. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata total jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 2,55 dengan standart deviasi 0,52. Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15.

(42) 27. bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 4. Tabel 2 Data Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor/Trip) Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut 1. 3. 3. 1. 2. 2. 2. 2. 3. 3. 3. 2. 4. 2. 3. 2. 5. 2. 2. 1. 6. 3. 2. 2. 7. 2. 3. 1. 8. 3. 3. 2. 9. 2. 2. 1. Rata-Rata. 2,44. 2,55. 1,55. Standar Deviasi. 0,52. 0,52. 0,52. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 7. Gambar 3 Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor) Sumber: Hasil Penelitian Penulis.

(43) 28. Berdasarkan data diatas, rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) pada umpan peperek sebesar 2,44 dengan standart deviasi sebesar 0,52. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 2,55 dengan standart deviasi sebesar 0,52. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 1,55 dengan standart deviasi 0,52. Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15 bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 5. Tabel 3 Data Total Berat Hasil Tangkapan Trip Umpan Peperek Umpan Swangi. Umpan Belut. 1. 76,66. 78,75. 53. 2. 86. 94,66. 55. 3. 85. 90. 56,66. 4. 92,33. 85. 57,5. 5. 86. 88,5. 55. 6. 94,33. 91,66. 58. 7. 88,25. 90,25. 55. 8. 89. 94,33. 56. 9. 99,66. 90,2. 55,66. Rata-Rata. 88,583. 89,26. 55,75. Standar Deviasi. 6,50. 4,90. 1,51. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 8..

(44) 29. Gambar 4Grafik Berat Total Hasil Tangkapan(gram) Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan data diatas, rata-rata berat rajungan pada umpan peperek sebesar 88,58 dengan standart deviasi sebesar 6,50. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 89,26 dengan standart deviasi sebesar 4,90. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 55,75 dengan standart deviasi 1,51. Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15 bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 6 Tabel 4. Data Berat Rajungan (gram) Trip Umpan Peperek Umpan Swangi. Umpan Belut. 1. 76,66. 71,33. 50. 2. 84. 88. 55. 3. 73. 70. 55,5. 4. 83,5. 85. 57,5. 5. 79. 97,5. 60. 6. 94,33. 93,5. 57. 7. 74,5. 89. 60.

(45) 30. 8. 85,33. 87,33. 59. 9. 99,5. 94,5. 57. Rata-Rata. 83,31. 86,24. 56,77. Standar Deviasi. 8,90. 9,66. 3,10. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 9.. Gambar 5.Grafik Berat Rajungan (gram) Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan data diatas, rata-rata berat rajungan pada umpan peperek sebesar 83,31 dengan standart deviasi sebesar 8,90. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 86,24dengan standart deviasi sebesar 9,66. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 56,77 dengan standart deviasi 3,10. Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15.

(46) 31. bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 7 Tabel 5 Data Panjang Karapas Rajungan (mm) Trip Umpan Peperek Umpan Swangi. Umpan Belut. 1. 54,33. 60. 40. 2. 61. 60,5. 37. 3. 53,23. 57,03. 34. 4. 50. 55,66. 35,5. 5. 49. 50,5. 38. 6. 52,66. 54,5. 34. 7. 47. 52,33. 37. 8. 52,66. 52. 38,5. 9. 55. 61. 39. Rata-Rata. 52,76. 55,94. 37. Standar Deviasi. 4,03. 3,94. 2,13. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan :lihat gambar 10.. Gambar 6. Grafik Panjang Karapas Rajungan (mm) Sumber: Hasil Penelitian Penulis.

(47) 32. Berdasarkan data diatas, rata-rata panjang karapas rajungan pada umpan peperek sebesar 48,21 dengan standart deviasi sebesar 6,64. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata panjang karapas rajungan sebesar 48,33 dengan standart deviasi sebesar 4,99. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata panjang karapas rajungan sebesar 43,66 dengan standart deviasi 9,89. Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15 bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil tangkapan selama penelitian : lihat tabel 8. Tabel6 Data Lebar Karapas Rajungan(mm) Trip Umpan Peperek Umpan Swangi. Umpan Belut. 1. 105,13. 97,03. 80. 2. 92,5. 101,7. 66,8. 3. 94,46. 93,56. 75,75. 4. 81,5. 84,8. 75,25. 5. 81,75. 99. 70. 6. 94,66. 97,75. 69,5. 7. 99,2. 84,36. 78. 8. 84,9. 90,5. 77. 9. 86,75. 81. 77. Rata-Rata. 91,20. 92,19. 74,36. Standar Deviasi. 8,10. 7,39. 4,49. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 11..

(48) 33. Gambar7. Grafik Lebar Karapas Rajungan (mm) Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan data diatas, rata-rata lebar karapas rajungan pada umpan peperek sebesar 91,20 dengan standart deviasi sebesar 8,10. Pada umpan swanggi diperoleh rata-rata lebar karapas rajungan sebesar 92,19 dengan standart deviasi sebesar 7,39. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata lebar karapas rajungan sebesar 74,36 dengan standart deviasi 4,49. 4.5 Analisis Data Sebelum dilakukan analisis ragam One-way ANOVA terhadap data hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang melandasi pengujian tersebut. Uji asumsi yang melandasi analisis ragam One-way ANOVA adalah uji normalitas data dan uji homogenitas ragam. Apabila salah satu asumsi yang melandasi pengujian analisis ragam One-way ANOVA tidak terpenuhi maka analisis ragam One-way ANOVA dapat digantikan dengan uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis..

(49) 34. 1). Uji Normalitas Data Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji. Kolmogorov-Smirnov. Suatu data hasil penelitian dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikan (p-value) hasil analisis lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas data total jumlah hasil tangkapan (Trip) dapat dilihat pada tabel berikut ini. Lihat tabel 9. Tabel7 Hasil Uji Normalitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/ trip) A N Normal Parameters. a. Most Extreme Differences. B. C. 9. 9. 9. Mean. 3.3333. 3.5556. 2.5556. Std. Deviation. .50000. .72648. .52705. Absolute. .414. .333. .356. Positive. .414. .333. .299. Negative. -.252. -.222. -.356. 1.243. 1.000. 1.068. .091. .270. .204. Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian data jumlah total hasil tangkapan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor) dapat dilihat pada tabel berikut ini. Lihat tabel 10..

(50) 35. Tabel8. Hasil Uji Normalitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) A N Normal Parameters. a. Most Extreme Differences. B. C. 9. 9. 9. Mean. 2.4444. 2.5556. 1.5556. Std. Deviation. .52705. .52705. .52705. Absolute. .356. .356. .356. Positive. .356. .299. .299. Negative. -.299. -.356. -.356. 1.068. 1.068. 1.068. .204. .204. .204. Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian data jumlah hasil tangkapan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data berat karapas rajungan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Lihat tabel 11. Tabel9. Hasil Uji Normalitas Total Berat Rajungan (gram) A N. B 9. Normal Parametersa. Most Extreme Differences. C 9. 9. Mean. 88.5830 89.2611 55.7578. Std. Deviation. 6.50403 4.90180 1.51134. Absolute. .180. .227. .197. Positive. .141. .135. .136. Negative. -.180. -.227. -.197. Kolmogorov-Smirnov Z. .539. .680. .591. Asymp. Sig. (2-tailed). .933. .745. .876. a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian data berat rajungan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal..

(51) 36. Hasil uji normalitas data berat karapas rajungan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Lihat tabel 12. Tabel10. Hasil Uji Normalitas Berat Rajungan (gram) A N. B 9. Normal Parametersa. Most Extreme Differences. C 9. 9. Mean. 83.5926 86.2407 56.9444. Std. Deviation. 8.57933 9.66383 3.18634. Absolute. .197. .227. .185. Positive. .197. .161. .169. Negative. -.145. -.227. -.185. Kolmogorov-Smirnov Z. .592. .680. .555. Asymp. Sig. (2-tailed). .874. .744. .918. a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian data berat rajungan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal. 2). Uji Homogenitas Ragam Pengujian homogenitas ragam pada penelitian ini menggunakan uji. Levene. Suatu kelompok data dikatakan memiliki ragam yang homogen apabila nilai signifikan (p-value) hasil analisis lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas ragam data Hasil Tangkapan (ekor) dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. Lihat tabel 13. Tabel11. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) Levene Statistic. df1. df2. 1.642 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. .215.

(52) 37. Berdasarkan tabel 13 terlihat bahwa data jumlah total hasil tangkapan (ekor) pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Tabel12. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) Levene Statistic. df1. df2. .000 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. 1.000. Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa data jumlah hasil tangkapan (ekor) pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel14. Tabel13. Hasil Uji Homogenitas Total Berat Hasil Tangkapan(gram) Levene Statistic. df1. df2. 2.962 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. .071. Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa data berat rajungan pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel 15. Tabel14. Hasil Uji Homogenitas Berat Rajungan(gram) Levene Statistic. df1. df2. 2.910 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. .074. Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa data berat rajungan pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel 16..

(53) 38. Tabel15. Hasil Uji Homogenitas Panjang Karapas Rajungan(mm) Levene Statistic. df1. df2. 1.462 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. .252. Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa data panjang karapas rajungan pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. lihat tabel 17. Tabel16 Hasil Uji Homogenitas Lebar Karapas Rajungan (mm) Levene Statistic. df1. df2. 2.162 2 24 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. Sig. .137. Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa data lebar karapas rajungan pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihattabel 18. Pengujian terhadap asumsi normalitas dan homogenitas ragam yang melandasi uji One-way ANOVA telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa data hasil pengamatan telah memenuhi kedua asumsi tersebut. Sehingga selanjutnya data hasil penelitian akan diuji menggunakan uji One-way ANOVA pada taraf nyata 5%. Apabila hasil uji One-way ANOVA menunjukkan berbeda signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antar perlakuan..

(54) 39. 3). Uji One-way ANOVA Uji one-way ANOVA digunakan untuk menetahui data tersebut ada. perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan. Untuk uji one-way ANOVA jumlah total hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 19. Tabel17. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ANOVA Sum of Squares. df. Mean Square. F. Sig.. Between Groups. 4.963. 2. 2.481. 7.053. .004. Within Groups. 8.444. 24. .352. Total 13.407 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 7,053 dengan nilai signifikansi sebesar 0,04. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata jumah total hasil tangkapan (ekor) antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang. memiliki perbedaan signifikan. dengan perbedaan umpan lainnya terhadap jumlah total hasil tangkapan (ekor) maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 20. Tabel18 Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 3,55. a. Peperek. 3,33. a. Belut. 2,55. b. 0,57. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Lihat tabel 20. Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata jumlah total hasil tangkapan (ekor) tertinggi dibandingkan dengan umpan yang belut. Perbedaan.

(55) 40. umpan ini memiliki jumlah total hasil tangkapan (ekor) berbeda signifikan dengan umpan yang lain. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan jumlah total hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki jumlah total hasil tangkapan (ekor) yang berbeda signifikan dengan jumlah total menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan jumlah total hasil tangkapan (ekor) menggunakan umpan swanggi. Untuk uji one-way ANOVA jumlah hasil tangkapan rajungan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 21. Tabel19. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) ANOVA Sum of Squares. Df. Mean Square. F. Sig.. Between Groups. 5.407. 2. 2.704. 9.733. .001. Within Groups. 6.667. 24. .278. Total 12.074 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 9,733 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata jumah hasil tangkapan (ekor) antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang. memiliki perbedaan signifikan dengan. perbedaan umpan lainnya terhadap jumlah hasil tangkapan (ekor) maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 22..

(56) 41. Tabel20 Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 2,55. a. Peperek. 2,44. a. Belut. 1,55. b. 0,51. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) tertinggi dibandingkan dengan umpan belut. Perbedaan umpan ini memiliki jumlah hasil tangkapan (ekor) berbeda signifikan dengan umpan yang belut. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki jumlah hasil tangkapan (ekor) yang berbeda signifikan dengan jumlah hasil tangkapan (ekor) menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan jumlah hasil tangkapan menggunakan umpan swanggi. Untuk uji one-way ANOVA berat total hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 23. Tabel21. Hasil One-way ANOVA Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) ANOVA Sum of Squares Between Groups Within Groups. df. Mean Square. 6601.278. 2. 548.914. 24. Total 7150.192 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. F. 3300.639 144.313. Sig. .000. 22.871. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 144,313 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai.

(57) 42. signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata berat total antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang tidak memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan umpan lainnya terhadap berat rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 24. Tabel22 Hasil Uji BNT 5% Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 89,26. a. Peperek. 88,58. a. Belut. 55,75. b. 4,65. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata berat total tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki berat total berbeda signifikan dengan umpan belut dan tidak signifikan dengan umpan peperek. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki berat total yang. berbeda signifikan. dengan berat rajungan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan berat rajungan menggunakan umpan swanggi Untuk uji one-way ANOVA data berat rajungan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 25..

(58) 43. Tabel23. Hasil One-way ANOVA Data Berat Rajungan(gram) ANOVA Sum of Squares. df. Mean Square. Between Groups. 4774.839. 2. 2387.419. Within Groups. 1413.337. 24. 58.889. Total 6188.176 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. F 40.541. Sig. .000. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 40,541 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata berat rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan umpan lainnya terhadap berat rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 26. Tabel24. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Rajungan(gram) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 86,27. a. Peperek. 83,31. a. Belut. 56,77. b. 7,66. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata berat rajungan tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki berat rajungan berbeda signifikan dengan umpan belut dan tidak beda signifikan dengan umpan peperek. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki berat rajungan yang berbeda signifikan.

(59) 44. dengan berat rajungan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan berat rajungan menggunakan umpan swanggi. Untuk uji one-way ANOVA data panjang karapas rajungan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 27. Tabel25. Hasil One-way ANOVA Data Panjang Karapas Rajungan(mm) ANOVA Sum of Squares Between Groups Within Groups. df. Mean Square. 1852.861. 2. 926.431. 291.423. 24. 12.143. Total 2144.285 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. F 76.296. Sig. .000. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 79,296 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan ratarata panjang karapas rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan umpan lainnya terhadap panjang karapas rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 28. Tabel26. Hasil Uji BNT 5% Data Panjang Karapas Rajungan(mm) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 55,94. a. Peperek. 52,76. a. Belut. 37. b. 3,39. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata panjang karapas rajungan tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini.

(60) 45. memiliki panjang karapas rajungan tidak berbeda signifikan dengan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan umpan belut. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan panjang karapas rajungan terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki panjang karapas rajungan yang berbeda signifikan dengan hasil tangkapan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan panjang karapas rajungan menggunakan umpan swanggi. Untuk uji one-way ANOVA data lebar karapas rajungan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 29. Tabel27. Hasil One-way ANOVA Data Lebar Karapas Rajungan (mm) ANOVA Sum of Squares. df. Mean Square. Between Groups. 1806.825. 2. 903.413. Within Groups. 1123.878. 24. 46.828. Total 2930.703 Sumber: Hasil Penelitian Penulis. F 19.292. Sig. .000. 26. Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar 19,292 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan lebar karapas rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui perbedaan umpan yang. memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan. umpan lainnya terhadap lebar karapas rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 30..

(61) 46. Tabel28. Hasil Uji BNT 5% Data Lebar Karapas Rajungan (mm) Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5% Swanggi. 92,19. a. Peperek. 91,20. a. Belut. 74,66. b. 6,65. Sumber: Hasil Penelitian Penulis Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata lebar karapas rajungan tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki lebar karapas rajungan tidak berbeda signifikan dengan umpan peperek dan berbedasignifikan dengan umpan belut. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan lebar karapas rajungan terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki lebar karapas rajungan yang berbeda signifikan dengan lebar karapas rajungan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan lebar karapas rajungan menggunakan umpan swanggi. Dipenelitian sebelumnya sudah ada meneliti tentang perbedaan umpan bubu rajungan menggunakan umpan swanggi dan peperek diperairan paciran yang masih termasuk dalam perairan kabupaten lamongan. Pada penelitian tersebut diperoleh data bahwa bubu yang menggunakan umpan swanggi dan umpan peperek memiliki nilai yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan antar dua umpan tersebut (Ridhon, 2016)..

(62) 47. BAB 5. PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 1) Pada hasil tangkapan rajungan menggunakan bubu rajungan didapatkan pada umpan peperek 22 ekor rajungan, padaumpan ikan swanggi 23 ekor rajungan dan pada umpan belut mendapatkan 14 ekor rajungan. 2) Pada total jumlah hasil tangkapan menggunakan alat tangkap bubu didapatkan pada umpan ikan peperek 30 ekor, umpan ikan swanggi 32 ekor sedangkan pada umpan belut mendapatkan 23 ekor. 3) Untuk ukuran karapas rajungan pada panjang karapas rajungan umpan peperek mendaptkan total 474,9 umpan iakan swanggi mendapatkan 503,53 dan umpan belut mendapatkan 333. Pada lebar karapas umpan peperek mendapatkan 820,86 umpan ikan swanggi 827,71 dan umpan belut 669,3. Pada berat rajungan sendiri untuk umpan ikan peperek didapatkan total 749,833 umpan ikan swanggi 776,16 dan umpan belut 511. 5.2 Saran Perlu. memperbanyak. adanya. jumlah. ulangan. penelitian. dengan. menggunakan perlakuan yang sama dan menggunakan beberapa tipe umpan yang lain sehingga diperoleh jenis umpan yang efektif untuk menangkap rajungan..

(63) 48. DAFTAR PUSTAKA. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia.Nomor 50 Th. 1988/1989. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Anna, Lintang Yuni., Aulia, Sultan. 2015. Jenis-jenis bubu sebagai alat tangkap ikan disungai. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta. Butarbutar Donna Np.2005.Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dengan Menggunakan Dua Konstruksi Bubu Lipat Yang Berbeda Di Kabupaten Tangerang. Skripsi.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Ilyas, M, Mawadi.2001.Pengaruh Penggunaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Karang Pada Alat Tangkap Bubu (Trap) Dipulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelauatn Institut Pertanian Bogor. Irnawati, R., Susanto, A., Siti, Lulu, A, M. 2014. Waktu Penangkapan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Diperairan Lontar Kabupaten Serang Banten. Jurnal Perikanan Dan Kelautan (4) :277-282. Jafar, Lisda. 2011. Perikanan Rajungan Di Desa Mattiro Bombing (Pulau Salembo, Sabangko Dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Jakarta : Bhratara.93 Hal. Kumar, M., G. Ferguson. Y. Xiao, G. Hooper And S. Venema. 2000. Studie S On Reproductive And Distribution Of The Blue Swimmer Crab (Portunus Pelagicus) In South Australian Waters. No 47. Sardi : South Australian Research And Development Institut. Miller, R. J. 1983. How Many Traps Should A Crab Fisherman Fish. Can. J. Fish Management, 3: 1-8. Muldiani, Dini. 2007. Analisis Hasil Tangkapan Rajungan Pada Bubu Lipat Dengan Menggunakan Konstruksi Yang Berbeda Diperairan Kronjo, Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nontji, A. 2005. Lautan Nusantara. Edi Si Revisi. Jakarta : Djambatan. Oemarjati, B. S. Dan Wardhana. 1990. Taksonomi Averbrata: Pengantar Praktikum Laboratorium. Jakarta : Ui-Press..

Referensi

Dokumen terkait

Terjadimya kasus “salah tafsir” ini memberikan dampak yang cukup besar kepada masyarakat dan orang-orang di sekitar beliau, diantaranya manajemen ustadz Evie Effendi

3) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok... 4) Setiap kelompok mendapat tugas mengamati peta provinsi/Indonesia dan mencatat peninggalan sejarah yang ada di lingkungan provinsi

Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa kelopak bunga rosela mempunyai khasiat sebagai antibakteri maka dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol

Membuat poster pembelajaran dengan menggunakan berbagai efek dan fitur yang tersedia pada corel

Untuk mempermudah penggunaan obat dari bahan alam, ekstrak etanol buah belimbing wuluh dibuat dalam bentuk sediaan sabun transparan yang digunakan untuk pengobatan

Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memeberikan kesempatan penulis menjadi mahasiswa di

Penelitian ini akan mengungkap tentang bagaimana tingkat produktivitas ekonomi pengrajin perempuan Dusun Mayak; bagaimana identitas keagamaan dan representasinya dalam

&#34;KU, TI, KS dan SI&#34;, khusus untuk Kelas Unggulan **Matakuliah yang dicetak miring, menandakan matakuliah gabungan/lintas