• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Teori pengharapan (expectancy theory)

Teori pengharapan (expectancy theory) (Vroom, 1964) Teori ini mengarah pada keputusan mengenai berapa banyak usaha yang akan dikeluarkan dalam suatu situasi tugas tertentu. Pilihan ini didasarkan pada suatu urutan harapan dua tahap (usaha-prestasi dan prestasi-hasil). Atau dapat dikatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh harapan individu pada tingkat usaha tertentu akan menghasilkan tujuan prestasi yang dimaksudkan. Untuk mengintegrasikan konsep-konsep kekuatan atau kemampuan motivasi menjadi model yang dapat di prediksi yaitu harapan (expectancy), nilai (valence) dan pertautan (instrumentality). Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Harapan mempunyai nilai yang berkisar dari nol yang menunjukan tidak ada kemungkinan bahwa suatu hasil akan muncul sesudah perilaku atau tindakan tertentu, sampai pada positif satu yang menunjukan kepastian bahwa hasil tertentu akan mengikuti suatu tindakan atau perilaku. Harapan yang dinyatakan dalam probabilitas (kemungkinan).

Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya/nilai memotivasi) bagi setiap individu. Nilai

(2)

ditentukan oleh individu dan tidak merupakan kualitas objektif dari akibat itu sendiri, sehingga pada situasi tertentu, nilai ini akan berbeda antara satu pegawai dengan pegawai lainnya. Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan pada tingkat kedua.

Jadi teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalanakan tingkat upaya yang tinggi bila karyawan tersebut meyakini upaya akan mengantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong pemberian penghargaan seperti bonus, kenaikan gaji atau promosi. Dan penghargaan itu akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi karyawan tersebut.

2. Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini mejelaskan hubungan antara tujuan dan perilaku. Seseorang yang memahami tujuan maka akan terpengaruh kinerjanya. (Irwanti, 2011) dalam (Wuri restuningsih, 2013). Locke mengemukakan bahwa niat mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Tujuan akan memberi tahu seorang individu apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan.

Teori penetapan tujuan menegaskan bahwa tujuan yang lebih spesifik, sulit dan menantang akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti tujuan yang mudah atau tidak ada tujuan sama sekali. (Nadhiroh, 2010). Teori ini

(3)

mengasumsikan bahwa adaa hubungan langsung antara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Jika manager mengetahui apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan kinerja mereka. (Locke dan Latham,1990).

B. Insentif Kinerja

Novy Puspitasari (2010) dalam T. Hani Handoko (2002:176), Mendefinisikan insentif sebagai perangsang yang ditawarkan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai atau melebihi dari standar-standar yang ditetapkan. Insentif bagi beberapa kalangan merupakan sebagai penghargaan dalam bentuk material maupun nonmaterial yang diberikan kepada pihak yang berwenang agar auditor bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan Kantor Akuntan Publik. Dengan kata lain pemberian insentif adalah pemberian diluar gaji sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja dan kontribusi.

Menurut Siagian ( 2002 : 268 ), jenis - jenis insentif adalah:

1) Piece work

Piece work adalah teknik yang digunakan untuk mendorong kinerja pegawai berdasarkan hasil pekerjaan pegawai yang dinyatakan dalam jumlah unit produksi.

2) Bonus

(4)

3) Komisi

Komisi adalah bonus yang diterima karena berhasil melaksanakan tugas dan sering diterapkan oleh tenaga - tenaga penjualan.

4) Insentif bagi eksekutif

Insentif bagi eksekutif ini adalah insentif yang diberikan kepada pegawai khususnya manajer atau pegawai yang memiliki kedudukan tinggi dalam suatu perusahaan, misalnya untuk membayar cicilan rumah, kendaraan bermotor atau biaya pendidikan anak.

5) Kurva Kematangan

Kurva kematangan adalah insentif yang diberikan kepada tenaga kerja yang karena masa kerja dan golongan pangkat serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi, misalnya dalam bentuk penelitian ilmiah atau dalam bentuk beban mangajar yang lebih besar dan sebagainya.

Menurut Manulang (2002:167) insentif kinerja dapat didefinisikan sebagai fungsi dari dua dimensi :

1. Insentif material

a) Pemberian bonus b) Pemberian komisi c) Pemberian lembur d) Pemberian kesehatan

(5)

2. Insentif Non-material

a) Pemberian piagam penghargaan b) Pemberian pujian lisan atau tulisan c) Pemberian tanda jasa

d) Pemberian fasilitas non finansial lainnya

Dengan adanya jenis - jenis insentif ini maka perusahaan mampu mendorong motivasi dan gairah kerja pegawai, sehingga pegawai akan terus menjaga dan meningkatkan hasil kerjanya dan pada akhirnya pula akan meningkatkan keuntungan tersendiri dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Insentif sering menjadi komponen penting dalam memotivasi pegawai agar produktif ( Kaplan and Norton, 1992 ). Auditor akan termotivasi untuk memberikan kontribusi yang tinggi karena mereka percaya bahwa kontribusi yang mereka berikan akan mengakibatkan suatu penilaian yang terbaik dan kemudian dapat memberikan suatu reward yang sesuai dengan harapannya. Penggunaan insentif kinerja dimungkinkan dapat meningkatkan usaha yang lebih baik dan pencapaian tingkat kinerja yang lebih tinggi ( Libby and Lipe, 1992). Lebih jauh lagi komitmen dari KAP untuk menawarkan insentif kinerja dapat meningkatkan motivasi auditor, memperbaiki perilaku auditor, dan juga dapat meningkatkan produktivitas.

(6)

C. Komitmen Organisasi

Penelitian yang dilakukan oleh Kouzes (1993: 32), menunjukan bahwa kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen yang terorganisasi harus memberi perhatian yang penuh dan membuat karyawan percaya terhadap organisasi, sehingga akan diperoleh komitmen karyawan. Jika komitmen karyawan telah diperoleh akan didapatkan karyawan yang setia, dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi. Keadaan ini sangat baik bagi pencapaian tujuan organisasi, karena organisasi mendapat dukungan penuh dari anggotanya sehingga bisa berkonsentrasi secara penuh pada tujuan yang di prioritaskan.

Robins and Judge (2007). Mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dalam definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Dimana loyalitas, keterlibatan dan penerimaan terkait dengan kinerja organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2008) Mengemukakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Komitmen terhadap organisasi merupakan suatu dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan auditor untuk bertahan pada suatu organisasi.

(7)

Menurut Rivai (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

Terdapat tiga model komponen yang diajukan oleh Allen dan Meyer (1997), ketiga dimensi tersebut adalah:

1. Komitmen afektif adalah keterkaitan emosional karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi.

2. Komitmen kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.

3. Komitmen normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalamorganisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal yang benar yang harus dilakukan.

Komitmen organisasi menurut Gibson, et. Al (2008) adalah identifikasi rasa, keterlibatan loyalitas yang ditampakkan oleh pekerja terhadap organisasinya atau unit organisasi. Komitmen organisasi ditunjukkan dalam sikap penerimaan, keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan sebuah organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Komitmen seseorang terhadap organisasi melibatkan tiga sikap : (1) Identifikasi dengan tujuan organisasi, (2) Perasaan keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi, dan (3) Perasaan loyalitas terhadap organisasi.

(8)

Komitmen organisasi tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan (Oktarina, 2007). Menurut Yosef dalam Oktarina (2007) menyatakan komitmen organisasi mediasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja, dimana anggota organisasi lebih puas dengan pekerjaannya dan kinerja menjadi lebih tinggi. Disamping itu, budaya organisasi mediasi hubungan antara perilaku pemimpin dengan kepuasan kerja.

D. Kompleksitas Tugas

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-bedadan saling terkait satu sama lain. Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah et.al.,2007). Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas.Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi

(information clarity). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstuktur, membinggungkan, dan sulit.

Kompleksitas tugas menurut Wood (1988) dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tiga dimensi dari tugas itu sendiri:

(9)

1) Sejumlah perbedaan komponen dan informasi penting yang digunakan untuk menyelesaikan tugas.

2) Komplikasi pada pola hubungan antara informasi, tindakan, dan produk. 3) Stabilitas pola hubungan di atas dari waktu ke waktu.

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas. Kompleksitas tugas memiliki 2 (dua) dimensi antara lain: persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas dan daya ingat serta kemampuan. (Jamilah, dkk 2007).

Kompleksitas tugas mengacu pada jumlah atribut yang berbeda dalam tugas dan hubungan antara sifat-sifat ini. Secara relative tugas-tugas sederhana, tugas-tugas kompleks membutuhkan lebih banyak sumber daya pribadi (misalnya, sumber daya attentional, kapasitas pengolahan informasi, usaha, dan ketekunan) yang akan diperluas dalam melaksanakannya (Bandura, 1986).

Pengukuran kompleksitas tugas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tugas audit melalui kuesioner yang diberikan. Untuk kompleksitas rendah digunakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif, sedangkan untuk mengukur kompleksitas tinggi diukur dengan menggunakan pemeriksaan kesalahan dalam tugas audit dalam kuesioner.

(10)

E. Audit Judgment

Hogart (dikutip oleh Jamilah, dkk, 2007) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Jamilah dkk (2007) mengemukakan bahwa:

Judgment merupakan suatu proses yang terus-menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya). Pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak penerimaan lebih lanjut.” Audit judgment diperlukan pada empat tahap dalam proses audit atas laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit dan pelaporan audit (Mulyadi, 2002).

Salah satu contoh dari audit judgment adalah jika seorang auditor hendak menerima suatu perikatan audit, maka harus melakukan audit judgment terhadap beberapa hal yaitu integritas manajemen, risiko luar biasa, independensi, kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan yang pada akhirnya diambil keputusan menerima atau tidak suatu perikatan audit.

Audit judgment sangat tergantung dari persepsi mengenai suatu situasi.

Judgment yang merupakan dasar dari sikap professional adalah hasil signifikan dan tampak mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor dalam menghadapi situasi mengingat keberhasilan dari situasi sebelumnya. Judgment adalah perilaku paling berpengaruh dalam

(11)

mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran.

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti dimana salah satu faktor yang menentukan audit judgment

adalah kemampuan untuk membenarkan penilaian auditor. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit.

Pengukuran kinerja audit judgment dengan tingkat keakuratan dari sejumlah jawaban responden. Untuk kompleksitas rendah, evaluasi dari tugas audit didasarkan pada jawaban dari pengujian pengendalian dan substantive. Untuk kompleksitas tinggi pengujian didasarkan pada jawaban untuk mencari kesalahan.

Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgment memiliki dimensi mengenai kebijakan auditor dalam menentukan pendapat serta hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi yang terus menerus, sehingga dapat mempengaruhi pilihan dan cara pilihan tersebut dibuat. Setiap

(12)

langkah dalam proses incremental judgment, jika informasi terus menerus datang akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru.

Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas (Zulaikha, 2006). Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit.

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Rochmawati (2009) menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat melakukan audit judgment yaitu merumuskan persoalan, mengumpulkan informasi yang relevan, mencari alternatif tindakan, menganalisis alternatif yang fleksibel, memilih alternatif yang terbaik, kemudian pelaksanaan dan evaluasi hasilnya.

Judgment adalah perilaku yang paling dipengaruhi oleh persepsi situasi (Mutmainah, 2006). Puspitasari (2010) menjelaskan judgment sebagai perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang diyakini sebagai kebenaran.

(13)

1. Materialitas

Dalam auditing materialitas sangat penting, signifikan dan esensial tapi dalam konsepnya tidak terdapat aturan pengukurannya sehingga tergantung pada pertimbangan auditor (Mutmainah, 2006).

2. The Faith Syndrome

Satu persepsi kondisi yang dapat mengarah pada berubahnya perilaku auditor yaitu halo effect, efek yang positif tapi terkadang merupakan persepsi yang keliru tentang orang lain (Mutmainah, 2006). Simpulan audit biasanya didasarkan pada siapa yang telah melakukan pekerjaan audit sebelumnya. Jika auditor memiliki keyakinan tentang orang tersebut, halo effect diterapkan pada auditor lama dan pekerjaan mereka. Judgment audit cenderung dipengaruhi oleh persepsi aktivitas sebelumnya.

Dalam standar Kantor Akuntan Publik dijelaskan bahwa pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk

(14)

menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa.

F. Pengertian Audit

Sedangkan Mulyadi (2009:9) mendefinisikan auditing adalah: Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyatan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara tingkat pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Auditing ialah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan, yang dilakukan secara kritis dan sistematik dengan didukung oleh informasi dan berbagai bukti beserta catatan-catatan pembukuan, serta dilakukan oleh pihak yang independen dan berkompeten agar dapat menilai secara objektif untuk untuk mendapatkan hasil audit yang dapat dipercaya dan berkualitas. Dengan tujuan untuk mendapatkan kesesuaian dan menghindarkan adanya kecurangan pada laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen dengan hasil pemeriksaan pihak independen agar perusahaan dapat mengetahui kejawaran dari laporan keuangan tersebut yang dapat berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan perusahaan.

(15)

1. Jenis-jenis audit

Menurut Arens (2011:6) Akuntan publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit, sebagai berikut:

a. Audit Operasional

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor meguasainya.

b. Audit Ketaatan

Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketetuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggI. c. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.

2. Jenis-jenis auditor

Menurut Arens (2011:19) ada beberapa jenis auditor yang berpraktik. Jenis yang paling umum adalah:

(16)

a. Kantor Akuntan Publik

Kantor akuntan publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi non komersial yang lebih kecil.

b. Auditor Internal Pemerintah

Auditor internal pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), guna melayani kebutuhan pemerintah.

c. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan

Auditor badan pemeriksa keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan berdasarkan Konstitusi Indonesia.

d. Auditor Pajak

Direktorat Jendral (Dirtjen) Pajak bertanggungjawab untuk meberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utama Dirtjen Pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menetukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni audit bersifat ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut auditor pajak.

e. Auditor Internal

Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti BPK mengaudit untuk DPR.

(17)

3. Standar auditing

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2011), menyatakan bahwa standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011: 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

(18)

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum d Indonesia.

b. Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau secara asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

(19)

mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150.1-150.2

4. Jasa yang diberikan dan jasa lainnya

Menurut Arens (2011:10), terdapat beberapa jasa yang diberikan audit dan jasa lainnya, diantaranya yaitu:

a. Jasa Assurance

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting karena penyedia jasa assurance

bersifat independen dan dianggap tidak bisa berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggungjawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa assurance untuk meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar keputusannya.

b. Jasa Atestasi

Jasa atestasi adalah jenis jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yangdisiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori: (1) Audit atas laporan keuangan historis, (2) atestasi mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan, (3) telaah (review) laporan keuangan historis, (4) jasa atetasi menganai

(20)

teknologi informasi, (5) jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.

c. Jasa Assurance Lainnya

Sebagian besar jasa assurance lain yang diberikan akuntan publik tidak memenuhi definisi jasa atestasi, tetapi akuntan harus tetap independen dan harus tetap memberikan kepastian tentang informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan. Jasa-kasa

assurance ini berbeda dengan jasa atestasi karena akuntan publik tidak diharuskan mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian itu tidak harus mengenai reabilitas asersi pihak lain tentng ketaatan pada kriteria tertentu. Penugasan jasa assurance lain ini berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil keputusan, sama seperti jasa atestasi. Kantor Akuntan Publik (KAP) menghadapi ajang persaingan yang lebih luas di pasar-pasar jasa

assurance lain ini. Audit dan beberapa jenis jasa atestasi memang oleh peraturan dibatasi hanya untuk akuntan yang berlisensi, tetapi pasar untuk bentuk assurance lainnya terbuka bagi pesaing non-akuntan.

d. Jasa-Jasa Non-Assurance yang Diberikan Akuntan Publik

KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada di luar lingkup jasa assurance. Tiga contoh yang spesifik adalah: (1) jasa akuntansi dan pembukuan, (2) jasa pajak, (3) jasa konsultasi manajemen.

(21)

G.Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari studi ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Peneliti ini dilakukan berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang membahas hal-hal yang relevan dengan penelitian ini baik pada objek maupun variabel yang di teliti berdasarkan urutan waktu peneitian yang diuraikan sebagai berikut :

Zulaikha (2006), melakukan penelitian mengenai pengaruh interaksi gender, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap

audit judgment. penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan metode eksperimen, dimana sampel penelitian adalah partisipan, mahasiswa lulusan S1 jurusan akuntansi yang menempuh program pendidikan profesi akuntansi (PPA) dan program magister sains akuntansi (MAKSI) hasi; penelitian ini menunjukan bahwa dalam profesi sebagai auditor, peran ganda perempuan ternyata tidak berpengaruh secara sifnifikan terhadap akuratnya informasi yang di proses dalam membuat judgment. Pengalaman sebagai auditor juga memberikan pengaruh secara langsung terhadap judgment auditor, sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment, demikian pula ketika kompleksitas berinteraksi dengan peran gender juga tidak berpengaruh secara signifikan.

Penelitian tentang hubungan tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgment dilakukan oleh Siti Jamilah, dkk (2007). Hasil

(22)

penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Adapun penelitian yang dilakukan Libby, At,. All (1992) Hasil penelitian menunjukkan bahwa judgment yang baik adalah pengaruh dari sebuah penghargaan yang merupakan gabungan dari sejumlah dan berbagai tipe insentif kinerja, pengetahuan pembuat keputusan dan tingkat struktur tugas akuntansi yang dapat menambah usaha dalam kinerja.

Penelitian tentang hubungan insentif kinerja, usaha dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment yang dilakukan oleh Novy puspitasari (2010). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa insentif kinerja dan Usaha memiliki perngaruh yang signifikan positif terhadap audit judgment.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri trisnaningsih (2007) tentang Independensi auditor dan komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Independensi auditor dan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja auditor.

(23)

Tabel 2.1

Matriks Ringkasan Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti dan

Tahun

Variabel Hasil Penelitian

1 Zulaikha,

(2006)

VI : Gender, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor. VD : Audit Judgment

Gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

audit judgment dan variabel lainnya

berpengaruh.

2 Siti Jamilah, Dkk

(2007)

VI : Gender, Tekanan ketaatan, Kompleksitas tugas

VD :Audit judgment

Gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment dan variabel lainnya berpengaruh.

3 Libby, Robert, Lipe, Marlys Gascho (1992) Insentif (X) Usaha (X)

Audit Judgment (Y)

Insentif dan usaha berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

4 Novy puspitasari

(2010)

VI : Insentif kinerja, Usaha, Kompleksitas tugas

VD : Audit judgment

Insentif kinerja dan usaha berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit

judgment. Dan vriabel lainnya tidak

berpengaruh.

5 Sri trisnanigsih

(2007)

VI : Independensi auditor, Komitmen organisasi, Gaya kepemimpinan, Budaya Organisasi.

VD : Audit Judgment

Independensi auditor dan komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment dan variabel lainnya tidak berpengaruh.

(24)

H. Rerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Hubungan Antar Variabel Penelitian

I. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment

Berdasarkan teori pengharapan menjelaskan bahwa motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis atau tipe, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Pada motivasi instrinsik, dalam melakukan tugas berdasarkan kemauan untuk terlibat dalam menyelesaikan tugas, karena hasil yang akan dicapai nantinya berdasarkan kesadaran diri sendiri. Sedangkan untuk motivasi ekstrinsik lebih kepada keterkaitan untuk mencapai sesuatu atau keadaan akhir seperti yang diinginkan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kehadiran motivasi ekstrinsik (insentif

audit judgment Kompleksitas Tugas Komitmen Organisasi Insentif Kinerja Variabel Independen X Variabel Dependen Y

(25)

kinerja) mampu menambah pengaruh dari motivasi instinsik dalam kinerja. Insentif kinerja sering digunakan oleh Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan motivasi dalam usaha. Insentif sering digunakan untuk memperbaiki kinerja Kantor Akuntan Publik secara keseluruhan. Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial.

Moh Sanusi, dkk (2007) menunjukkan bahwa variabel umpan balik (insentif kinerja), self efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja audit judgment. Sama halnya dengan penelitian Chang, C.J. and Liao, W.M (2006) Insentif kinerja nonfinansial mempengaruhi proses usaha pada berbagai tingkat kompleksitas terhadap kinerja.

2. Pengaruh komitmen terhadap kinerja audit judgment

Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi, komitmen organisasional merupakan sikap yang menunjukkan “loyalitas” karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya (Luthans dalam Setiadi, 2002).

3. kompleksitas tugas terhadap kinerja audit judgment

Kompleksitas tugas adalah persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas dan daya ingat pembuat keputusan.(Jamilah, dkk 2007). Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas

(26)

merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, dan sulit. (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit di pertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo and Pratt, 1982).

J. Hipotesis

Uji pengaruh dilakukan untuk mengetahui dari masing-masing variabel bebas untuk memprediksi pengaruh terhadap audit judgment. Penelitian ini menguji hipotesis sebagai berikut :

H1 : Insentif Kinerja berpengaruh terhadap audit judgment.

H2 : komitmen Organisasi berpengaruh terhadap audit judgment.

Referensi

Dokumen terkait

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Proses mendatangkan mahasiswa asing dan tenaga ahli asing untuk waktu tinggal < 120 hari dan tidak melakukan kegiatan penelitian di luar Kampus IPB atau di

Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Pihak perusahaan mengantarkan langsung limbah solid ini ke lokasi peternak, pemberian limbah solid harus dicampur dengan bahan pakan lainnya yang ada disekitar lokasi

[r]

Menurut Edwin (2002) menyatakan bahwa koloni yang terdapat dalam kefir grains mampu memproduksi beberapa vitamin yang sangat diperlukan tubuh seperti asam

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian