AQIDAH
1. Pengertian Aqidah Akidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran kepada sesuatu.
Aqidah secara Syara’
Yaitu iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitabnya, para Rasul-Nya, dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik dan yang buruk.
Syari’at terbagi menjadi 2 : • I’tiqadiyah
I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal seperti kepercayaan terhadap rububiyah allah, dan kewajiban beribadah kepada-Nya. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
• Amaliyah
Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat, zakat, puasa, dll. Bagian ini disebut far’iyah (cabang agama) karena ia dibangun atas dasar I’tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya I’tiqadiyah.
Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal.
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-kahfi : 110)
1. Pembagian Aqidah
Aqidah terbagi menjadi dua bagian 1:
a. Aqidah PokokAqidah pokok adalah butir-butir Aqidah yang disepakati para ulama menjadi aqidah islam. Penolakan salah satu butirnya berarti keluar dari islam.
• Allah pencipta alam raya • Allah maha esa
a. Aqidah cabang
Aqidah cabang adalah butir-butir aqidah yang tidak disepakati oleh para ulama menjadi aqidah pokok islam. Penolakan salah satu butirnya tidak berarti keluar dari islam.
• Allah menciptakan alam sejak qadim atau sebaliknya • Rasul-rasul berjumlah 25 orang
1. Sumber-sumber Aqidah
Aqidah adalah taufiqiyah. Artinya, tidak bias diterapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itu sumbernya hanya terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…..”
(ali-imran 103)
2. Penyimpangan Aqidah dan Cara penanggulangannya
Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena aqidah yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat.
Sebab-sebab penyimpangan aqidah shahihah :
a. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya.
b. Ta’ashshub (fanatic) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun itu bathil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun itu benar. c. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa
mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
d. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shaleh serta mengangkat mereka diatas derajat yangs semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun menolak kemudharatan.
e. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat allah yang terhampar dijagat taya ini (ayat-ayat kauniyah) dan (ayat-ayat-(ayat-ayat allah yang tertuang dalam kitab-Nya ((ayat-ayat-(ayat-ayat Qur’aniyah). f. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari penghargaan yang benar (menurut
islam).
g. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya. Karena kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan islam.
1. Pengertian Iman
Secara bahasa : pembenaran hati. Secara istilah :
“membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan Mengamalkan dengan anggot badan.”2
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya. Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.
Dalam surat an-nisa : 136 dijelaskan :
“wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada allah dan rasul-nya dan kepada kitab yang allah turunkan kepada rasul-nya, serta kitab yang allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
2. Dasar iman
a. Perintah allah
b. Janji allah bagi orang yang beriman
1. Cabang-cabang iman
Dalam hadist riwayat muslim menjelaskan :
“iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan “laa ilaahaillallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.”
Rasulullah tidak menyebutkan cabang-cabang iman secara keseluruhan tetapi hanya menyebutkan yang paling utama dan yang paling rendah, yaitu :
a. Cabang iman yang paling utama adalah tauhid
b. Cabang iman yang paling terendah adalah menghilangkan ketidaknyamanan orang lain.
c. Diantara kedua itu ada cabang-cabang iman lain seperti cinta rasulullah, cinta kepada sesame muslim, dll.
1. Hakikat iman
a. Iman tidak sekedar diucapkan, tetapi memerlukan pembuktian dalam menjalankan serangkaian ujian dan cobaan.
b. Iman tidak stabil, kadang kuat, dan kadang lemah. c. Iman berkait dengan hijrah dan perjuangan. 1. Pengaruh kemaksiatan terhadap iman
a. Kemaksiatan yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari iman, tapi memperburuk dan mengurangi iman. Contohnya berbuat dosa tanpa meyakini kehalalannya.
b. Kemaksiatan yang berdampak pada keluarnya seseorang dari iman yaitu kemaksiatan yang dilakukan karena ingkar atau mendustakan. Contoh : fir’aun yang mengingkari ajaran yang dibawa nabi musa as.
1. Pokok kesempurnaan iman
a. Pengakuan (iqrar) secara lisan b. Pembenaran (tashdiq) dalam hati
c. Praktik (amal) dalam kehidupan sehari-hari serta mengikuti ijma’ sahabat yang empat. 1. Syarat kesempurnaan iman
a. Mencintai Allah SWT
b. Percaya kepada malaikat-Nya c. Percaya akan kitab-kitab-Nya d. Mencintai nabi dan rasul-Nya e. Membenci musuh-musuh-Nya f. Takut akan azab-Nya
g. Selalu berharap akan rahmat-Nya
h. Mengindahkan dan mengerjakan perintah-Nya i. Memperhatikan dan menjauhi larangan-Nya
1. Pengertian tauhid
Arti kata tauhid adalah meng-esakan, berasal dari kata wahid artinya esa/satu/tunggal. Yang dimaksud dengan meng-esakan yaitu mengesakan Allah SWT, baik zat-Nya, sifat-sifatNya, dan asma-asma-Nya. Jalan yang ditempuh untuk ini adalah dengan mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang disebut ilmu tauhid, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta perenungan dan pemikiran tahap alam semesta dengan tujuan untuk mengisi hati dengan keyakinan atas adanya Allah SWT yang maha esa. Hal ini adalah merupakan aqidah atau pegangan hati yang tak mudah dipengaruhi oleh zhan (dugaan) dan syak (keraguan) dan itulah yang disebut iman kepada Allah SWT.3
2. Pembagian tauhid
Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu :4
a. Tauhid uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah meng-esakan allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyari’atkan seperti doa, nazar, qurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghabah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/taubat).
"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18).
b. Tauhid asmaa’ wa sifat, yaitu beriman kepada nama-nama allah dan sifat-sifatnya
c. Tauhid rububiyah, yaitu mengesakan allah dalam segala perbuatannya dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk hidup.
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu".
Tujuan pokok mempelajari ilmu ini adalah agar dapat mencapai ma’rifat kepada allah swt dan rasul-Nya.
3 K.H. Dja’Far Sabran, Risalah Tuhid. Halaman 1.
ISLAM
“sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-kitab kecuali sesudah dating pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat allah maka sesungguhnya allah sangat cepat hisab-Nya” (QS.Ali’imran [3]:19)
Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.
Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..." Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.5
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
KUFUR 1. Pengertian kufur
Arti Kufur Secara etimologi, kufur artinya menutupi, sedangkan menurut terminology syariat, kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak. Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.6
“orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (menyatakan bahawa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata” (QS.Al’bayinah :1)
2. Jenis kufur
a. Kufur besar
Kufur besar dapat mengeluarkan seseorang dari agama islam. Macam-macam kufur besar adalah sebagai berikut :
• Kufur karena mendustakan
• Kufur karena enggan dan sombong • Kufur karena ragu
• Kufur karena berpaling • Kufur karena nifaq (munafik)
a. Kufur kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam, dan dan kufur tersebut adalah kufur amali. Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebutkan didalam al-qur’an dan as-sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Contohnya adalah kufur nikmat.
Prinsip Akidah Islam
Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik
dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.7 Allah berfirman dalam kitab suci-Nya.
"Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesunggunya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi ." [Al-Baqarah: 177].
Dalam soal takdir, Allah berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata." [Al-Qomar: 49-50]
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman. " Artinya : Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk." [Hadits Riwayat Muslim]
ETIKA ISLAM Allah swt berfirman :
“dan sesungguhnya kamu (diciptakan) atas perangai yang besar (terpuji)” (QS.Al’Qalam, 68 :4) 1. Pengertian etika islam
Etika adalah usaha dengan akal budinya untuk menyusun teori mengenai penyelenggaraan hidup yang baik. Etika islam adalah suatu teori ilmu pengetahuan yang mendiskusikan mengenai
apa yna baik dan apa yna buruk berkenaan dengan perilaku manusia sesuai dengan Al-quran dan As-sunnah. Etika dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang tidak terhingga dan yang agung yang bukan saja berisikan sikap, perilaku secara normative, yaitu dalam bentuk manusia dengan tuhan (iman) melainkan wujud hubungan manusia terhadap tuhan (iman) melainkan wujud hubungan manusia terhadap tuhan, manusia dengan alam semesta. Etika sebagai fitrah akan sangat tergantung pada pemahaman dengna pengalaman keberagaman seseorang. Maka islam menganjurkan kepada manusia untuk menjunjung tinggi etika sebagai fithrah dengan menghadirkan kedamaian keadilan dan kejujuran.
Etika islam dan aqidah memiliki hubungan yang sangat erat, dan sangat berkaitan. Aqidah merupakan syarat sah dari suatu amal sehingga apabila aqidah seseorang buruk maka buruklah etika dari orang tersebut.
2. Hubungan aqidah dan etika islam
Dalil yang menjelaskan akhlak islam cerminan aqidah islam yang berhubungan dengan aqidah dan etika islam.
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4).
• ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.8