• Tidak ada hasil yang ditemukan

p3241055

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "p3241055"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LAHAN SULFAT MASAM

PENGELOLAAN LAHAN SULFAT MASAM

UNTUK USAHA PERTANIAN

UNTUK USAHA PERTANIAN

Didi Ardi Suriadikarta

Didi Ardi Suriadikarta

  Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Jalan Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123   Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Jalan Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123

ABSTRAK 

ABSTRAK 

Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan 33,40 juta ha, yang terdiri atas 20 juta ha rawa pasang surut dan 13,40 Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan 33,40 juta ha, yang terdiri atas 20 juta ha rawa pasang surut dan 13,40  juta ha rawa lebak. Lahan sulfat masam merupakan bagian dari lahan rawa pasang surut dan luasnya sekitar 6,70 juta  juta ha rawa lebak. Lahan sulfat masam merupakan bagian dari lahan rawa pasang surut dan luasnya sekitar 6,70 juta ha. Lahan sulfat masam dapat diklasifikasikan menurut letak dan posisi bahan sulfidik di dalam pedon tanah. Kunci ha. Lahan sulfat masam dapat diklasifikasikan menurut letak dan posisi bahan sulfidik di dalam pedon tanah. Kunci keberhasilan usaha pertanian di lahan pasang surut atau rawa adalah pengelolaan tanah dan air baik tingkat makro keberhasilan usaha pertanian di lahan pasang surut atau rawa adalah pengelolaan tanah dan air baik tingkat makro maupun mikro. Tata air makro meliputi pengaturan tata air pada saluran primer, sekunder dan tersier, sedangkan maupun mikro. Tata air makro meliputi pengaturan tata air pada saluran primer, sekunder dan tersier, sedangkan tata air mikro adalah pengelolaan tata air di lahan petani mu

tata air mikro adalah pengelolaan tata air di lahan petani mulai dari saluran tersier, lai dari saluran tersier, kuarter hingga ke lahan petani.kuarter hingga ke lahan petani. Pengaturan tata air mikro bertujuan untuk mencuci lahan dari unsur yang beracun seperti Fe, Al, dan SO

Pengaturan tata air mikro bertujuan untuk mencuci lahan dari unsur yang beracun seperti Fe, Al, dan SO44. Pengelolaan. Pengelolaan tata air ini berkaitan dengan tipologi lahan dan tipe luapan. Lahan sulfat masam sesuai untuk sawah tergenang tata air ini berkaitan dengan tipologi lahan dan tipe luapan. Lahan sulfat masam sesuai untuk sawah tergenang karena dengan penggenangan bahan sulfidik atau pirit akan stabil. Lahan sulfat masam dengan tipe luapan A atau karena dengan penggenangan bahan sulfidik atau pirit akan stabil. Lahan sulfat masam dengan tipe luapan A atau B

B sesuai untuk sawah dengan sissesuai untuk sawah dengan sistem aliran satu arah, dan bila tipe luapannya C atau D maka saluran air perlu ditabat.tem aliran satu arah, dan bila tipe luapannya C atau D maka saluran air perlu ditabat. Ameliorasi dan pengapuran diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam. Bahan amelioran Ameliorasi dan pengapuran diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam. Bahan amelioran yang diperlukan adalah kaptan dengan takaran untuk tanah sulfat masam potensial 2 t/ha, sedangkan untuk tanah yang diperlukan adalah kaptan dengan takaran untuk tanah sulfat masam potensial 2 t/ha, sedangkan untuk tanah sulfat masam aktual 4

sulfat masam aktual 4−−8 t/ha bergantung pada kadar pirit dalam tanah. Semakin tinggi kadar pirit maka kebutuhan8 t/ha bergantung pada kadar pirit dalam tanah. Semakin tinggi kadar pirit maka kebutuhan

kapur untuk meningkatkan pH tanah semakin tinggi pula. Rock Phospate (RP) dapat digunakan pada tanah sulfat kapur untuk meningkatkan pH tanah semakin tinggi pula. Rock Phospate (RP) dapat digunakan pada tanah sulfat masam sebagai pengganti pupuk SP-36 dengan takaran 200 kg RP/ha setara dengan 125 kg SP-36/ha. Pupuk kalium masam sebagai pengganti pupuk SP-36 dengan takaran 200 kg RP/ha setara dengan 125 kg SP-36/ha. Pupuk kalium umumnya cukup diberikan 100 kg KCl/ha. Pada lahan sulfat masam yang tersedia sumber air tawar dapat digunakan umumnya cukup diberikan 100 kg KCl/ha. Pada lahan sulfat masam yang tersedia sumber air tawar dapat digunakan untuk tambak udang atau bandeng.

untuk tambak udang atau bandeng. Kata kunci:

Kata kunci: Tanah sulfat masam, pengelolaan lahan, pembangunan pertanianTanah sulfat masam, pengelolaan lahan, pembangunan pertanian

ABSTRACT

ABSTRACT

  Management of acid sulphate soil for agricultural development    Management of acid sulphate soil for agricultural development 

The development of swampland in Indonesia is relatively slow due to low production of food crops caused by high The development of swampland in Indonesia is relatively slow due to low production of food crops caused by high input of agriculture materials. The area of swampland in Indonesia is about 33.40 million ha, and consists of 20 input of agriculture materials. The area of swampland in Indonesia is about 33.40 million ha, and consists of 20 million ha of tidal land and 13.40 million ha of nontidal land. The acid sulphate soil is a part of tidal land and million ha of tidal land and 13.40 million ha of nontidal land. The acid sulphate soil is a part of tidal land and occupied about 6.70 million ha, and it is associated with peat soil and salin soil. Soil and water management is the occupied about 6.70 million ha, and it is associated with peat soil and salin soil. Soil and water management is the success key to reclaim swampland for agricultural development. Soil and water management aimed to leach out success key to reclaim swampland for agricultural development. Soil and water management aimed to leach out toxic materials from the land like iron, aluminum, and sulphate. The design of water management on farming land toxic materials from the land like iron, aluminum, and sulphate. The design of water management on farming land is

is correlated with soil type and neap tide. If the soil type is actual acid sulphate soil and the type of neap tidcorrelated with soil type and neap tide. If the soil type is actual acid sulphate soil and the type of neap tide is A,e is A, the design of soil and water management should be the one for lowland rice since in anaerobic condition pyrite will the design of soil and water management should be the one for lowland rice since in anaerobic condition pyrite will  be stable. Soil ameliorant such as lime is required to increase soil pH and acid sulphate soil productivity. The general  be stable. Soil ameliorant such as lime is required to increase soil pH and acid sulphate soil productivity. The general rate of lime for potential acid sulphate soil is about 2 t/ha, while for actual acid sulphate soil is 4–8 t/ha depends on rate of lime for potential acid sulphate soil is about 2 t/ha, while for actual acid sulphate soil is 4–8 t/ha depends on the pyrite content of the soil. Furthermore, rock phosphate (RP) can replace SP-36 use; 200 kg RP/ha is required the pyrite content of the soil. Furthermore, rock phosphate (RP) can replace SP-36 use; 200 kg RP/ha is required to replace 125 kg SP-36/ha. The use of adapted rice variety on acid sulphate soil is recommended to obtain high to replace 125 kg SP-36/ha. The use of adapted rice variety on acid sulphate soil is recommended to obtain high yield. Fisheries can also be done on acid sulphate soil if the surrounding areas have a source of fresh water. yield. Fisheries can also be done on acid sulphate soil if the surrounding areas have a source of fresh water. Keywords:

Keywords:Acid sulphate soil, soil management, agricultural developmentAcid sulphate soil, soil management, agricultural development

L

L

ahan rawa di Indonesia cukup luasahan rawa di Indonesia cukup luas dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua). Menurut Widjaja-Adhi

(Papua). Menurut Widjaja-Adhi et al.et al. (1992), luas lahan rawa Indonesia sekitar  (1992), luas lahan rawa Indonesia sekitar  33,40 juta ha, yang terdiri atas rawa 33,40 juta ha, yang terdiri atas rawa  pasang surut 20 juta ha dan rawa lebak   pasang surut 20 juta ha dan rawa lebak 

13,40 juta ha. 13,40 juta ha.

Pembukaan lahan rawa pasang surut Pembukaan lahan rawa pasang surut dilakukan berkaitan dengan program dilakukan berkaitan dengan program

transmigrasi yang dimulai tahun 1969 transmigrasi yang dimulai tahun 1969 melalui Proyek Pembukaan Persawahan melalui Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S). Pemanfaatan lahan Pasang Surut (P4S). Pemanfaatan lahan  pasang surut untuk pertanian merupakan  pasang surut untuk pertanian merupakan  pilihan yang strategis untuk mengimbangi  pilihan yang strategis untuk mengimbangi  penciutan lahan produktif di Jawa akibat  penciutan lahan produktif di Jawa akibat alih fungsi ke sektor nonpertanian, seperti alih fungsi ke sektor nonpertanian, seperti  perumahan dan industri. Menurut  perumahan dan industri. Menurut

Suria-dikarta

dikartaet al.et al.(1999), lahan rawa yang telah(1999), lahan rawa yang telah dibuka mencapai 2,40 juta ha, yaitu 1,50 dibuka mencapai 2,40 juta ha, yaitu 1,50

  juta ha di Kalimantan dan 0,90 ha di   juta ha di Kalimantan dan 0,90 ha di Sumatera. Lahan rawa di Papua sampai Sumatera. Lahan rawa di Papua sampai saat ini belum dibuka untuk pertanian. saat ini belum dibuka untuk pertanian.

Pengembangan lahan rawa Pengembangan lahan rawa memer-lukan perencanaan, pengelolaan, dan lukan perencanaan, pengelolaan, dan  pemanfaatan yang tepat serta penerapan  pemanfaatan yang tepat serta penerapan teknologi yang sesuai, terutama teknologi yang sesuai, terutama pe-ngelolaan tanah dan air. Dengan upaya ngelolaan tanah dan air. Dengan upaya seperti itu diharapkan lahan rawa dapat seperti itu diharapkan lahan rawa dapat menjadi lahan pertanian yang produktif, menjadi lahan pertanian yang produktif,

(2)

  berkelanjutan, dan berwawasan   berkelanjutan, dan berwawasan

ling-kungan (Widjaja-Adhi 1995a; 1995b). kungan (Widjaja-Adhi 1995a; 1995b).

Pengembangan lahan rawa yang Pengembangan lahan rawa yang dimulai dengan P4S tahun 1970-an dan dimulai dengan P4S tahun 1970-an dan dilanjutkan dengan proyek Swamp I, dilanjutkan dengan proyek Swamp I, Swamp II, kerja sama dengan Belanda Swamp II, kerja sama dengan Belanda (LAWOO) tahun 1980-an, Proyek (LAWOO) tahun 1980-an, Proyek Pe-nelitian Pengembangan Lahan Rawa nelitian Pengembangan Lahan Rawa Terpadu (ISDP) dan Proyek Pertanian Terpadu (ISDP) dan Proyek Pertanian PLG tahun 1990-an, telah menghasilkan PLG tahun 1990-an, telah menghasilkan   berbagai teknologi pengelolaan lahan   berbagai teknologi pengelolaan lahan (Suriadikarta dan Abdurachman 1999). (Suriadikarta dan Abdurachman 1999). Teknologi itu antara lain adalah Teknologi itu antara lain adalah penge-lolaan tanah, tata air mikro, ameliorasi lolaan tanah, tata air mikro, ameliorasi tanah dan pemupukan, penggunaan tanah dan pemupukan, penggunaan va-rietas yang adaptif, pengendalian hama rietas yang adaptif, pengendalian hama dan penyakit, dan model usaha tani. dan penyakit, dan model usaha tani.   Namun, umumnya teknologi tersebut   Namun, umumnya teknologi tersebut tidak dapat diterapkan secara tidak dapat diterapkan secara berkelan-  jutan

  jutan karena karena adanya adanya berbagai berbagai kendala,kendala, seperti modal petani yang rendah, seperti modal petani yang rendah, infra-struktur yang terbatas, kelembagaan struktur yang terbatas, kelembagaan  pedesaan yang kurang berkembang, dan  pedesaan yang kurang berkembang, dan kurangnya perhatian pemerintah dalam kurangnya perhatian pemerintah dalam  pemeliharaan jaringan tata air makro.  pemeliharaan jaringan tata air makro.

Berbagai kegagalan dan keberhasilan Berbagai kegagalan dan keberhasilan telah mewarnai kegiatan pengembangan telah mewarnai kegiatan pengembangan lahan rawa. Terjadinya lahan bongkor  lahan rawa. Terjadinya lahan bongkor  misalnya, yaitu lahan yang ditinggalkan misalnya, yaitu lahan yang ditinggalkan   petani karena telah mengalami oksidasi   petani karena telah mengalami oksidasi   pirit sehingga produksinya sangat   pirit sehingga produksinya sangat ren-dah, merupakan akibat dari reklamasi dah, merupakan akibat dari reklamasi yang kurang tepat. Kegagalan ini dapat yang kurang tepat. Kegagalan ini dapat menjadi pelajaran dalam pengembangan menjadi pelajaran dalam pengembangan lahan sulfat masam di masa yang akan lahan sulfat masam di masa yang akan datang.

datang.

Potensi lahan rawa yang demikian Potensi lahan rawa yang demikian   besar dapat dimanfaatkan untuk   besar dapat dimanfaatkan untuk me-nunjang pogram peningkatan ketahanan nunjang pogram peningkatan ketahanan   pangan dan agribisnis yang menjadi   pangan dan agribisnis yang menjadi   program utama sektor pertanian.   program utama sektor pertanian. Se-  bagaimana disampaikan oleh Menteri   bagaimana disampaikan oleh Menteri Pertanian (Departemen Pertanian 1999), Pertanian (Departemen Pertanian 1999), lahan rawa, baik rawa pasang surut lahan rawa, baik rawa pasang surut maupun lebak dapat menjadi basis maupun lebak dapat menjadi basis  pengembangan ketahanan pangan untuk   pengembangan ketahanan pangan untuk  kepentingan jangka pendek, menengah kepentingan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Oleh karena itu, maupun jangka panjang. Oleh karena itu, investasi pemerintah dan swasta dalam investasi pemerintah dan swasta dalam   pemanfaatan lahan rawa seyogianya   pemanfaatan lahan rawa seyogianya

dapat lebih ditingkatkan. dapat lebih ditingkatkan.

SIFAT T

SIFAT T

ANA

ANA

H SU

H SU

LFA

LFA

T

T

MASAM

MASAM

Tanah sulfat masam potensial Tanah sulfat masam potensial mengan-dung pirit yang bila terbuka ke udara akan dung pirit yang bila terbuka ke udara akan terjadi reaksi oksidasi membentuk asam terjadi reaksi oksidasi membentuk asam sulfat dan oksida besi sehingga tanah sulfat dan oksida besi sehingga tanah

tidak dapat digunakan untuk pertanian. tidak dapat digunakan untuk pertanian. Tanah sulfat masam mempunyai pH Tanah sulfat masam mempunyai pH rendah, kandungan yang bersifat toksis rendah, kandungan yang bersifat toksis H

H++, Al, Fe (III), dan Mn tinggi. Keadaan, Al, Fe (III), dan Mn tinggi. Keadaan

ini diikuti dengan P tersedia dan ini diikuti dengan P tersedia dan kejenu-han basa yang rendah serta kekahatan han basa yang rendah serta kekahatan hara-hara lainnya (Andriesse dan Sukardi hara-hara lainnya (Andriesse dan Sukardi 1990).

1990).

Reaksi oksidasi pirit menurut Boyd Reaksi oksidasi pirit menurut Boyd (1982) adalah sebagai berikut:

(1982) adalah sebagai berikut: 1) FeS

1) FeS22+ + HH22O + 3,5 OO + 3,5 O22→→ FeSOFeSO

4 4+ + HH22SOSO44 2 2)) 2 2 FFeeSSOO44+ + ½ ½ OO22+ + HH22SOSO44→→FeFe 2 2(SO(SO44))33++ H H22OO 3

3)) FFeeSS22+ 7 Fe+ 7 Fe22(SO(SO44))33+ + 8 8 HH22OO→→15 FeSO15 FeSO

4

4

+

+ 8 8 HH22SOSO44

Produksi ferri sulfat dari ferro Produksi ferri sulfat dari ferro sulfat sangat besar karena proses sulfat sangat besar karena proses pem-  bentukannya dipercepat oleh aktivitas   bentukannya dipercepat oleh aktivitas  bakteri

 bakteriThiobacillus ferrooxidansThiobacillus ferrooxidans(No. 2),(No. 2), dan pada kondisi yang masam reaksi pirit dan pada kondisi yang masam reaksi pirit dengan ferri sulfat (No. 3) berlangsung dengan ferri sulfat (No. 3) berlangsung sangat cepat. Ferri sulfat juga dapat sangat cepat. Ferri sulfat juga dapat ter-hidrolisis sehingga menambah hidrolisis sehingga menambah kemasam-an seperti diperlihatkkemasam-an reaksi berikut: an seperti diperlihatkan reaksi berikut: Fe

Fe22(SO(SO44))33+ 6 + 6 HH22OO→→2 Fe(OH)2 Fe(OH)

3

3+ + 3 3 HH22SOSO44

Asam sulfat akan melarutkan sejumlah Asam sulfat akan melarutkan sejumlah  besar logam-logam berat antara lain Al,  besar logam-logam berat antara lain Al, Mn, Zn, dan Cu. Dengan demikian aliran Mn, Zn, dan Cu. Dengan demikian aliran   permukaan (

  permukaan (run off run off ) atau air rembesan) atau air rembesan (

( sepage sepage) dari galian tanah berpirit men-) dari galian tanah berpirit men-capai kemasaman sangat tinggi dan berisi capai kemasaman sangat tinggi dan berisi ion-ion yang berpotensi sebagai racun. ion-ion yang berpotensi sebagai racun. Menurut Widjaja-Adhi (1986), di Menurut Widjaja-Adhi (1986), di dalam lumpur yang anaerob, pirit tidak  dalam lumpur yang anaerob, pirit tidak  membahayakan karena stabil, tetapi bila membahayakan karena stabil, tetapi bila lumpur itu mengering, potensi redok (Eh) lumpur itu mengering, potensi redok (Eh) meningkat dan pirit tidak lagi stabil. Pirit meningkat dan pirit tidak lagi stabil. Pirit diubah menjadi asam sulfat oleh bakteri diubah menjadi asam sulfat oleh bakteri Thiobacillus thiooxidans

Thiobacillus thiooxidans. Pada keadaan. Pada keadaan agak masam sampai netral terjadi reaksi: agak masam sampai netral terjadi reaksi: FeS

FeS22+ + 3 H3 H22OO →→ Fe(OH)Fe(OH)

3

3+ S+ S22+ 3 + 3 HH

+

+

Ferri hidroksida yang terjadi dicirikan oleh Ferri hidroksida yang terjadi dicirikan oleh warna cokelat dan terlihat pada bahan warna cokelat dan terlihat pada bahan galian baru dari lapisan yang mengandung galian baru dari lapisan yang mengandung  pirit. Dalam keadaan masam (pH kurang  pirit. Dalam keadaan masam (pH kurang dari 3), pirit berdisosiasi menjadi ion ferro dari 3), pirit berdisosiasi menjadi ion ferro dan sulfur: dan sulfur: FeS FeS22 →→ FeFe2+2++ S+ S 2 2+ 2 + 2 ee

Sulfur yang dilepas dari reaksi di atas Sulfur yang dilepas dari reaksi di atas oleh bakteri

oleh bakteri T. thiooxidansT. thiooxidans diubah men-diubah men- jadi asam sulfat:

 jadi asam sulfat: S S22+ 8 + 8 HH22OO →→ 2 SO2 SO 4 4 2-2-+ 16 H+ 16 H+++ 12 e+ 12 e Ion H

Ion H++ yang terbentuk cukup banyak yang terbentuk cukup banyak 

ketika pirit terkena udara. Menurut ketika pirit terkena udara. Menurut Driessen dan Soepraptohardjo (1974), Driessen dan Soepraptohardjo (1974),

  penurunan pH dihalangi oleh tanah itu   penurunan pH dihalangi oleh tanah itu sendiri melalui beberapa cara, yaitu: 1) sendiri melalui beberapa cara, yaitu: 1)  pembentukan jarosit, 2) penetralan oleh  pembentukan jarosit, 2) penetralan oleh hasil disosiasi beberapa mineral hijau hasil disosiasi beberapa mineral hijau seperti khlorit, chamosit, dan glaukonit, seperti khlorit, chamosit, dan glaukonit, 3) reaksi pertukaran dengan kation pada 3) reaksi pertukaran dengan kation pada kompleks adsorpsi, dan 4) penetralan kompleks adsorpsi, dan 4) penetralan  bahan kapur seperti kulit kering.

 bahan kapur seperti kulit kering.

Selanjutnya van Breemen (1976) Selanjutnya van Breemen (1976) mengemukakan bahwa Fe

mengemukakan bahwa Fe2+2+, , HH++, dan SO, dan SO

4

4

2-yang dihasilkan selama oksidasi pirit yang dihasilkan selama oksidasi pirit  biasanya mengalami berbagai reaksi lanjut  biasanya mengalami berbagai reaksi lanjut

di dalam tanah. Fe

di dalam tanah. Fe2+2+ dioksidasi menjadidioksidasi menjadi

Fe

Fe3+3+, yang akan mengendap sebagai, yang akan mengendap sebagai

  jarosit, goethite atau amorphous ferri   jarosit, goethite atau amorphous ferri oksida. Sejumlah besar sulfat dihasilkan oksida. Sejumlah besar sulfat dihasilkan selama pembentukan pirit, tetapi tetap selama pembentukan pirit, tetapi tetap tinggal dalam larutan dan hilang dari tinggal dalam larutan dan hilang dari tanah melalui pencucian dan difusi ke tanah melalui pencucian dan difusi ke   permukaan air. Sulfat yang tersisa   permukaan air. Sulfat yang tersisa se- bagian mengendap sebagai jarosit atau  bagian mengendap sebagai jarosit atau

sebagai Al sulfat (AlOHSO

sebagai Al sulfat (AlOHSO44), dan sebagian), dan sebagian diadsorpsi terutama oleh ferri oksida. diadsorpsi terutama oleh ferri oksida.

Dalam kondisi relatif kering, Dalam kondisi relatif kering, gip-sum (CaSO

sum (CaSO44.2.2HH22O) akan terbentuk,O) akan terbentuk, sedangkan bila terjadi penguapan hebat, sedangkan bila terjadi penguapan hebat,   pada retakan permukaan terdapat sulfat   pada retakan permukaan terdapat sulfat yang masih dapat larut seperti sodium yang masih dapat larut seperti sodium alum (NaAl(SO

alum (NaAl(SO44))22.12H.12H22O), tamarugit (NaO), tamarugit (Na Al(SO

Al(SO44))22.6H.6H22O), pickeringite (MgAlO), pickeringite (MgAl22 (SO

(SO44). 22 H). 22 H22O) dan rezenite (Fe SOO) dan rezenite (Fe SO44 .4.4 H

H22O). Penggenangan akan mengurangiO). Penggenangan akan mengurangi kemasaman, membuat tanah menjadi kemasaman, membuat tanah menjadi anaerob, serta memudahkan penguraian anaerob, serta memudahkan penguraian ulang bahan organik, reduksi besi (III), ulang bahan organik, reduksi besi (III), sulfat dan oksida lainnya oleh bakteri sulfat dan oksida lainnya oleh bakteri anaerob. anaerob. 1 1)) SSOO442-2-+ 2 + 2 HH+++ 2 CH+ 2 CH 2 2O O HH22S + S + 22 H H22O + 2 COO + 2 CO22 2 2)) FFee((OOHH))33+ 2 + 2 HH+++ ¼ CH+ ¼ CH 2 2O O FeFe 2+ 2+ + 1¼ H + 1¼ H22O + ¼ COO + ¼ CO22

Dalam kondisi anaerob (tergenang), asam Dalam kondisi anaerob (tergenang), asam sulfat tidak terbentuk tetapi sulfat dapat sulfat tidak terbentuk tetapi sulfat dapat direduksi lagi menjadi sulfida oleh bakteri direduksi lagi menjadi sulfida oleh bakteri  Desulfovibrio

 Desulfovibriosp., yang mungkin semen-sp., yang mungkin semen-tara terikat sebagai FeS. Pada tanah tara terikat sebagai FeS. Pada tanah sulfatsulfat masam yang sangat muda yang masih di masam yang sangat muda yang masih di   bawah pengaruh pasang surut, sulfida   bawah pengaruh pasang surut, sulfida

mungkin kembali membentuk pirit. mungkin kembali membentuk pirit.

TEKNOLOGI

TEKNOLOGI

PENGELOLA-AN TPENGELOLA-ANAH SUL

AN TANAH SUL

F

F

AT

AT

MASA

MASA

M

M

Pengelol

Pengelol

aan T

aan T

anah dan Air

anah dan Air

Pengelolaan tanah dan air (

Pengelolaan tanah dan air ( soil and water  soil and water  management 

management ) merupakan kunci utama) merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan pertanian di keberhasilan pengembangan pertanian di

(3)

lahan rawa pasang surut, termasuk tanah lahan rawa pasang surut, termasuk tanah sulfat masam. Pengelolaan tanah dan air  sulfat masam. Pengelolaan tanah dan air  ini meliputi jaringan tata air makro maupun ini meliputi jaringan tata air makro maupun mikro, penataan lahan, ameliorasi dan mikro, penataan lahan, ameliorasi dan   pemupukan. Dalam tulisan ini tata air    pemupukan. Dalam tulisan ini tata air  makro tidak dibahas karena merupakan makro tidak dibahas karena merupakan kewenangan dari Departemen Pekerjaan kewenangan dari Departemen Pekerjaan Umum.

Umum.

T

T

ata ai

ata ai

r mikro

r mikro

Sistem pengelolaan tata air mikro Sistem pengelolaan tata air mikro   berfungsi untuk: 1) mencukupi   berfungsi untuk: 1) mencukupi kebu-tuhan evapotranspirasi tanaman, 2) tuhan evapotranspirasi tanaman, 2) mencegah pertumbuhan gulma pada mencegah pertumbuhan gulma pada   pertanaman padi sawah, 3) mencegah   pertanaman padi sawah, 3) mencegah terbentuknya bahan beracun bagi terbentuknya bahan beracun bagi ta-naman melalui penggelontoran dan naman melalui penggelontoran dan  pencucian, 4) mengatur tinggi muka air,  pencucian, 4) mengatur tinggi muka air, dan (5) menjaga kualitas air di petakan dan (5) menjaga kualitas air di petakan lahan dan saluran. Untuk memperlancar  lahan dan saluran. Untuk memperlancar  keluarmasuknya air pada petakan lahan keluarmasuknya air pada petakan lahan yang sekaligus untuk mencuci bahan yang sekaligus untuk mencuci bahan   beracun, Widjaja-Adhi (1995a)   beracun, Widjaja-Adhi (1995a) meng-anjurkan pembuatan saluran cacing pada anjurkan pembuatan saluran cacing pada  petakan dan di sekeliling petakan lahan.  petakan dan di sekeliling petakan lahan. Oleh karena itu, pengelolaan tata air mikro Oleh karena itu, pengelolaan tata air mikro mencakup pengaturan dan pengelolaan mencakup pengaturan dan pengelolaan tata air pada saluran kuarter dan petakan tata air pada saluran kuarter dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sekaligus memperlancar  tanaman dan sekaligus memperlancar    pencucian bahan beracun. Menurut   pencucian bahan beracun. Menurut

Suriadikarta

Suriadikartaet al.et al.(1999), saluran kuarter (1999), saluran kuarter   biasanya dibuat di setiap batas pemilikan  biasanya dibuat di setiap batas pemilikan

lahan, sedangkan saluran

lahan, sedangkan saluran cacing di cacing di dalamdalam   petakan dengan jarak 3

  petakan dengan jarak 3−−12 m serta di12 m serta di

sekeliling petakan, bergantung pada sekeliling petakan, bergantung pada kondisi lahan. Semakin tinggi tingkat kondisi lahan. Semakin tinggi tingkat keracunan, semakin rapat pula jarak  keracunan, semakin rapat pula jarak  saluran cacing tersebut. Subagyono saluran cacing tersebut. Subagyono et et  al.

al.(1999) menyatakan, pencucian bahan(1999) menyatakan, pencucian bahan   beracun dari petakan dilakukan dengan   beracun dari petakan dilakukan dengan memasukkan air ke petakan sebelum memasukkan air ke petakan sebelum tanah dibajak, kemudian air tersebut tanah dibajak, kemudian air tersebut dikeluarkan setelah pengolahan tanah dikeluarkan setelah pengolahan tanah selesai. Pencucian akan berjalan baik bila selesai. Pencucian akan berjalan baik bila air cukup tersedia, baik dari hujan air cukup tersedia, baik dari hujan mau-  pun air pasang. Oleh karena itu, air di   pun air pasang. Oleh karena itu, air di dalam petakan lahan perlu diganti setiap dalam petakan lahan perlu diganti setiap dua minggu pada saat pasang besar. dua minggu pada saat pasang besar.

Pengelolaan air pada saluran tersier  Pengelolaan air pada saluran tersier   bertujuan untuk: 1) memasukkan air  bertujuan untuk: 1) memasukkan air iri-gasi, 2) mengatur tinggi muka air pada gasi, 2) mengatur tinggi muka air pada saluran dan petakan, dan 3) mengatur  saluran dan petakan, dan 3) mengatur  kualitas air dengan membuang bahan kualitas air dengan membuang bahan  beracun yang terbentuk di petakan serta  beracun yang terbentuk di petakan serta mencegah masuknya air asin ke petakan mencegah masuknya air asin ke petakan lahan. Sistem pengelolaan air di tingkat lahan. Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro bergantung pada tipe tersier dan mikro bergantung pada tipe luapan air pasang dan tingkat keracunan. luapan air pasang dan tingkat keracunan.

Pada lahan sulfat masam aktual, sistem Pada lahan sulfat masam aktual, sistem   pengairannya harus ditabat dan tidak    pengairannya harus ditabat dan tidak  disurjan agar besi dan pirit tidak meracuni disurjan agar besi dan pirit tidak meracuni tanaman. Penataan air di lahan petani tanaman. Penataan air di lahan petani dilakukan dengan sistem aliran satu arah dilakukan dengan sistem aliran satu arah (

(one-way flow systemone-way flow system) dan sistem aliran) dan sistem aliran   bolak-balik (

  bolak-balik (two-waytwo-way flow system flow system). Hal). Hal yang perlu mendapat perhatian khusus yang perlu mendapat perhatian khusus dalam sistem tata air adalah sinkronisasi dalam sistem tata air adalah sinkronisasi antara tata air makro dan mikro antara tata air makro dan mikro (Su- bagyono

 bagyono et al et al . 1999). Penerapan aliran. 1999). Penerapan aliran satu arah hanya akan berjalan efektif jika satu arah hanya akan berjalan efektif jika kondisi saluran tersier, sekunder, dan kondisi saluran tersier, sekunder, dan  primer dalam kondisi baik dan arah aliran  primer dalam kondisi baik dan arah aliran

tidak bolak-balik. tidak bolak-balik.

Pada sistem aliran satu arah, saluran Pada sistem aliran satu arah, saluran irigasi dan saluran drainase dirancang irigasi dan saluran drainase dirancang secara terpisah. Pintu klep (

secara terpisah. Pintu klep ( flapgate flapgate)) dipasang berlawanan arah. Pada saluran dipasang berlawanan arah. Pada saluran irigasi, pintu klep membuka ke arah dalam irigasi, pintu klep membuka ke arah dalam sedangkan pada saluran drainase pintu sedangkan pada saluran drainase pintu klep membuka ke arah luar sehingga klep membuka ke arah luar sehingga  pencucian lahan berlangsung efektif.  pencucian lahan berlangsung efektif.

Tata air pada lahan yang bertipe Tata air pada lahan yang bertipe luapan A dan B perlu diatur dalam sistem luapan A dan B perlu diatur dalam sistem aliran satu arah (Gambar 1), sedangkan aliran satu arah (Gambar 1), sedangkan untuk lahan bertipe luapan C dan D, untuk lahan bertipe luapan C dan D, saluran air perlu ditabat (disekat) dengan saluran air perlu ditabat (disekat) dengan  stoplog 

 stoplog (Gambar 2) untuk menjaga(Gambar 2) untuk menjaga  permukaan air sesuai dengan kebutuhan  permukaan air sesuai dengan kebutuhan

Gambar 1.

Gambar 1. Jaringan tata Jaringan tata air sistem air sistem saluran satu saluran satu arah pada arah pada lahan pasang lahan pasang surut.surut.

Gambar 2.

Gambar 2. Jaringan tata Jaringan tata air sistem air sistem tabat untuk tabat untuk tipe luapan tipe luapan C dan C dan D pada D pada lahanlahan   pasang surut.

  pasang surut.

Saluran primer (jalur) Saluran primer (jalur) Flapgate (inlet)

Flapgate (inlet) Flapgate (inlet) Flapgate (inlet)

Saluran tersier pemasukan Saluran tersier pemasukan

A A

A A

Saluran primer (jalur) Saluran primer (jalur) Stoplog

Stoplog Stoplog Stoplog

Saluran tersier pemasukan Saluran tersier pemasukan

A A A A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Flapgate (outlet) Flapgate (outlet)

Saluran tersier pengeluaran Saluran tersier pengeluaran

Saluran kuarter pengeluaran Saluran kuarter pengeluaran

Flapgate (outlet) Flapgate (outlet) A A A A    S    S   a   a    l    l  u  u   r   r   a   a   n   n   s   s   e   e    k    k  u  u   n   n    d    d  e  e   r   r    S    S   a   a    l    l  u  u   r   r   a   a   n   n   s   s   e   e    k    k  u  u   n   n    d    d  e  e   r   r   p   p   e   e   n   n   g   g   e   e    l    l  u  u   a   a   r   r   a   a   n   n  s  s 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stoplog Stoplog

Saluran tersier pengeluaran Saluran tersier pengeluaran

Saluran keliling Saluran keliling Saluran Saluran cacing cacing

Saluran tersier pengeluaran Saluran tersier pengeluaran Stoplog Stoplog Saluran dangkal intensif  Saluran dangkal intensif 

   S    S   a   a    l    l  u  u   r   r   a   a   n   n   s   s   e   e    k    k  u  u   n   n    d    d  e  e   r   r    S    S   a   a    l    l  u  u   r   r   a   a   n   n   s   s   e   e    k    k  u  u   n   n    d    d  e  e   r   r   p   p   e   e   n   n   g   g   e   e    l    l  u  u   a   a   r   r   a   a   n   n       s       s 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5       s       s    s    s        s        s

(4)

tanaman serta memungkinkan air hujan tanaman serta memungkinkan air hujan tertampung dalam saluran tersebut. Tata tertampung dalam saluran tersebut. Tata air ini memerlukan pintu-pintu yang air ini memerlukan pintu-pintu yang  berfungsi sebagai pengendal

 berfungsi sebagai pengendali air. i air. Pintu air Pintu air  tersebut dapat berupa

tersebut dapat berupa stoplog  stoplog maupunmaupun  pintu ayun atau pintu engsel

 pintu ayun atau pintu engsel (flapgate)(flapgate).. Di Karang Agung Ulu, penerapan Di Karang Agung Ulu, penerapan   pengelolaan tata air mikro pada lahan   pengelolaan tata air mikro pada lahan sulfat masam dengan berbagai sistem sulfat masam dengan berbagai sistem   penataan lahan dapat meningkatkan   penataan lahan dapat meningkatkan kualitas lahan dan hasil tanaman kualitas lahan dan hasil tanaman (Djayusman

(Djayusmanet al et al . 1995).. 1995).

Penerapan pengelolaan tata air  Penerapan pengelolaan tata air  dengan sistem tabat dan aliran satu arah dengan sistem tabat dan aliran satu arah dikombinasikan dengan pengolahan tanah dikombinasikan dengan pengolahan tanah dengan traktor tangan dan pemberian dengan traktor tangan dan pemberian dolomit pada lahan sulfat masam (50 ha), dolomit pada lahan sulfat masam (50 ha), dapat secara cepat meningkatkan kualitas dapat secara cepat meningkatkan kualitas lahan dan hasil tanaman padi dan palawija lahan dan hasil tanaman padi dan palawija (ISDP 1997). Nilai pH air

(ISDP 1997). Nilai pH air tanah meningkattanah meningkat dari rata-rata 4,20 sebelum pengolahan dari rata-rata 4,20 sebelum pengolahan tanah menjadi 4,80 pada saat

tanah menjadi 4,80 pada saat penanamanpenanaman dan 5,40 pada saat panen (Widjaja-Adhi dan 5,40 pada saat panen (Widjaja-Adhi dan Alihamsyah 1998). Kandungan Fe dan Alihamsyah 1998). Kandungan Fe++++

  juga menurun dari 160 ppm pada saat   juga menurun dari 160 ppm pada saat tanam menjadi 72 ppm pada panen. Hasil tanam menjadi 72 ppm pada panen. Hasil rata-rata ubinan padi varietas Cisadane rata-rata ubinan padi varietas Cisadane mencapai 6,26 t/ha sedangkan varietas mencapai 6,26 t/ha sedangkan varietas Cisanggarung 9,44 t/ha.

Cisanggarung 9,44 t/ha.

Penataan lahan

Penataan lahan

Penataan lahan dimaksudkan untuk  Penataan lahan dimaksudkan untuk  menciptakan kondisi lahan agar sesuai menciptakan kondisi lahan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dengan kebutuhan tanaman yang akan dikembangkan. Penataan lahan perlu dikembangkan. Penataan lahan perlu memperhatikan hubungan antara memperhatikan hubungan antara

tipo-logi lahan, tipe luapan, dan pola logi lahan, tipe luapan, dan pola pe-manfaatannya. Pada tipologi sulfat manfaatannya. Pada tipologi sulfat masam potensial dengan tipe luapan A, masam potensial dengan tipe luapan A,   penataan lahan sebaiknya untuk sawah   penataan lahan sebaiknya untuk sawah (Tabel 1), karena pirit akan lebih stabil (Tabel 1), karena pirit akan lebih stabil (tidak mengalami oksidasi) dan tanaman (tidak mengalami oksidasi) dan tanaman   padi dapat tumbuh dengan baik. Pada   padi dapat tumbuh dengan baik. Pada tipe luapan B, pola pemanfaatan lahan tipe luapan B, pola pemanfaatan lahan dilakukan dengan sistem surjan untuk  dilakukan dengan sistem surjan untuk  tanaman padi, palawija, sayuran atau tanaman padi, palawija, sayuran atau  buah-buahan. Untuk tanah sulfat masam  buah-buahan. Untuk tanah sulfat masam   potensial, pengolahan tanah dan   potensial, pengolahan tanah dan pem-  buatan guludan sebaiknya dilakukan   buatan guludan sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Tanah secara hati-hati dan bertahap. Tanah untuk guludan diambil dari lapisan atas untuk guludan diambil dari lapisan atas untuk menghindari oksidasi pirit.

untuk menghindari oksidasi pirit.

Sistem surjan merupakan salah satu Sistem surjan merupakan salah satu contoh penataan lahan rawa melalui contoh penataan lahan rawa melalui diversifikasi tanaman. Lebar guludan diversifikasi tanaman. Lebar guludan dibuat 3

dibuat 3−−5 m dan tinggi 0,505 m dan tinggi 0,50−−0,60 m,0,60 m,

sedangkan lebar tabukan 15 m. Setiap sedangkan lebar tabukan 15 m. Setiap hektar lahan dapat dibuat 6

hektar lahan dapat dibuat 6−−10 guludan10 guludan

dan 5

dan 5−−9 tabukan. Tabukan ditanami9 tabukan. Tabukan ditanami

 padi sawah, sedangkan guludan ditanami  padi sawah, sedangkan guludan ditanami  palawija, sayuran, dan tanaman  palawija, sayuran, dan tanaman perke- bunan seperti kopi dan kelapa (Gambar 3).  bunan seperti kopi dan kelapa (Gambar 3).

Ameliorasi dan pemupukan

Ameliorasi dan pemupukan

Produktivitas tanah sulfat masam Produktivitas tanah sulfat masam biasa-nya rendah karena pH tanah rendah, nya rendah karena pH tanah rendah, kelarutan Fe, Al, dan Mn tinggi serta kelarutan Fe, Al, dan Mn tinggi serta

T

Tabel abel 1.1. PenatPenataan dan pola pemanaan dan pola pemanfaatan lahfaatan lahan berdasan berdasarkan tipolarkan tipologi lahan dan tipe luapogi lahan dan tipe luapan air di lahan pasang an air di lahan pasang   surut.  surut. T Tiippoollooggi i llaahhaann PPeemmaannffaaaattaan n llaahhaan n ppaadda a ttiippe e lluuaappaan n aaiir  r   K Kooddee TTiippoollooggii AA BB CC DD S SMMPP--11 AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffiidda a ddaannggkkaall SSaawwaahh SaSawwaahh SSaawwaahh - -S SMMPP--22 AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffiidda a ddaallaamm SSaawwaahh SSaawwaah h (s(suurrjjaann)) SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((tteeggaallaann, , kkeebbuunn)) S SMMPP--33//AA AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffiidda a ssaannggaatt -- SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((tteeggaallaann,, TTeeggaallaan n ((kkeebbuunn)) d daallaamm kkeebbuunn)) S SMMAA--11 AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffaat t 11 -- SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((tteeggaallaann, , kkeebbuunn)) S SMMAA--22 AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffaat t 22 -- SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((ssuurrjjaann)) SSaawwaah h ((tteeggaallaann, , kkeebbuunn)) S SMMAA--33 AAlluuvviiaal l beberrssuullffaat t 33 -- -- SSaawwaah h ((kkeebbuunn)) TeTeggaallaan n ((kkeebbuunn)) H HSSMM AAlluuvviiaal l bbeerrssuullffiidda a ddaannggkkaall -- SSaawwaahh SSaawwaah h ((tteeggaallaann)) TTeeggaallaan n ((kkeebbuunn))  bergambut  bergambut G G--11 GGaammbbuut t ddaannggkkaall -- SSaawwaahh SSaawwaah h ((tteeggaallaann)) TTeeggaallaan n ((kkeebbuunn)) G G--22 GGaammbbuut t sseeddaanngg -- -- KeKebbuun n ((kkeebbuunn)) KKeehhuuttaannaann G G--33 GGaammbbuut t dadallaamm -- -- KKeebbuun n ((kkeebbuunn)) KKoonnsseerrvvaassii SMP = sulfat masam potensial, SMA = sulfat masam aktual, HSM = histosol sulfat masam, G = gambut.

SMP = sulfat masam potensial, SMA = sulfat masam aktual, HSM = histosol sulfat masam, G = gambut. Sumber: Widjaja-Adhi (1995a).

Sumber: Widjaja-Adhi (1995a).

Gambar

(5)

ketersediaan unsur hara terutama P dan ketersediaan unsur hara terutama P dan K dan kejenuhan basa rendah (Dent K dan kejenuhan basa rendah (Dent 1986). Oleh karena itu, diperlukan bahan 1986). Oleh karena itu, diperlukan bahan   pembenah tanah (amelioran) untuk    pembenah tanah (amelioran) untuk  memperbaiki kesuburan tanah sehingga memperbaiki kesuburan tanah sehingga   produktivitas lahan meningkat. Bahan   produktivitas lahan meningkat. Bahan amelioran yang dapat digunakan adalah amelioran yang dapat digunakan adalah kaptan untuk meningkatkan pH dan rock  kaptan untuk meningkatkan pH dan rock    phosphate (RP) untuk memenuhi   phosphate (RP) untuk memenuhi ke- butuhan hara P.

 butuhan hara P.

Beberapa faktor yang perlu Beberapa faktor yang perlu di-  pertimbangkan dalam menetapkan   pertimbangkan dalam menetapkan ke- butuhan kapur adalah derajat pelapukan  butuhan kapur adalah derajat pelapukan  bahan induk, kandungan liat, kandungan  bahan induk, kandungan liat, kandungan   bahan organik, bentuk kemasaman, pH   bahan organik, bentuk kemasaman, pH tanah awal, metode kebutuhan kapur, dan tanah awal, metode kebutuhan kapur, dan waktu (Mc.Lean 1982

waktu (Mc.Lean 1982 dalamdalam Al-JabriAl-Jabri 2002). Penetapan kebutuhan kapur untuk  2002). Penetapan kebutuhan kapur untuk  tanah sulfat masam dapat dilakukan tanah sulfat masam dapat dilakukan  berdasarkan metode inkubasi, titrasi, dan  berdasarkan metode inkubasi, titrasi, dan Aldd. Penetapan kebutuhan kapur dengan Aldd. Penetapan kebutuhan kapur dengan metode inkubasi dilakukan dengan metode inkubasi dilakukan dengan men-campurkan kapur, tanah, dan air dalam campurkan kapur, tanah, dan air dalam   beberapa dosis kapur selama beberapa   beberapa dosis kapur selama beberapa waktu tertentu, biasanya satu minggu waktu tertentu, biasanya satu minggu

sampai beberapa minggu, lalu kebutuhan sampai beberapa minggu, lalu kebutuhan kapur ditentukan pada nilai pH tertentu. kapur ditentukan pada nilai pH tertentu. Menurut Mc.Lean. (1982)

Menurut Mc.Lean. (1982)dalamdalamAl-JabriAl-Jabri (2002), metode inkubasi memiliki (2002), metode inkubasi memiliki ke-lemahan yaitu terjadi akumulasi garam lemahan yaitu terjadi akumulasi garam (Ca, Mg, dan K) sehubungan dengan (Ca, Mg, dan K) sehubungan dengan aktivitas mikroba sehingga takaran kapur  aktivitas mikroba sehingga takaran kapur  lebih dari yang seharusnya. Penetapan lebih dari yang seharusnya. Penetapan kebutuhan kapur berdasarkan metode kebutuhan kapur berdasarkan metode titrasi dengan NaOH 0,05 N untuk  titrasi dengan NaOH 0,05 N untuk  mencapai pH tertentu memerlukan kapur  mencapai pH tertentu memerlukan kapur  lebih rendah jika dibandingkan dengan lebih rendah jika dibandingkan dengan metode inkubasi dan Aldd KCl 1 N, serta metode inkubasi dan Aldd KCl 1 N, serta relatif lambat sehingga tidak sesuai untuk  relatif lambat sehingga tidak sesuai untuk  analisis rutin (Al-Jabri 2002). Walaupun analisis rutin (Al-Jabri 2002). Walaupun metode titrasi memerlukan kapur lebih metode titrasi memerlukan kapur lebih rendah, sebagian besar dari kemasaman rendah, sebagian besar dari kemasaman tanah tidak dinetralisir oleh basa, karena tanah tidak dinetralisir oleh basa, karena reaksi antara kation-kation asam yang reaksi antara kation-kation asam yang dapat dititrasi berlangsung sangat lambat. dapat dititrasi berlangsung sangat lambat. Penetapan kebutuhan kapur berdasarkan Penetapan kebutuhan kapur berdasarkan Aldd KCl 1 N jarang digunakan karena Aldd KCl 1 N jarang digunakan karena tingkat keracunan suatu jenis tanaman tingkat keracunan suatu jenis tanaman sangat bervariasi pada tanah yang sangat bervariasi pada tanah yang  berbeda.

 berbeda.

Hasil penelitian di rumah kaca dan Hasil penelitian di rumah kaca dan di lapangan menunjukkan penentuan di lapangan menunjukkan penentuan takaran kapur berdasarkan titrasi dan takaran kapur berdasarkan titrasi dan inkubasi dapat diaplikasikan pada tanah inkubasi dapat diaplikasikan pada tanah sulfat masam potensial bergambut di sulfat masam potensial bergambut di Lamunti, Kalimantan Tengah (Suriadikarta Lamunti, Kalimantan Tengah (Suriadikarta dan Sjamsidi 2001).

dan Sjamsidi 2001). TanTanah sulfat ah sulfat masammasam umumnya memiliki ketersediaan hara umumnya memiliki ketersediaan hara P dan K rendah, namun bila bahan P dan K rendah, namun bila bahan organiknya tinggi maka P dan K biasanya organiknya tinggi maka P dan K biasanya tinggi pula (Tabel 2).

tinggi pula (Tabel 2).

Pada tanah sulfat masam aktual, Pada tanah sulfat masam aktual, kadar P dan K dalam tanah

kadar P dan K dalam tanah sangat rendahsangat rendah sehingga pemupukan P dan K sangat sehingga pemupukan P dan K sangat diperlukan. Takaran pupuk P adalah 100 diperlukan. Takaran pupuk P adalah 100 kg TSP/ha atau 125 kg SP-36/ha yang kg TSP/ha atau 125 kg SP-36/ha yang setara dengan 200 kg RP/ha (Hartatik  setara dengan 200 kg RP/ha (Hartatik et et  al 

al . 1999; Supardi. 1999; Supardi et al.et al.2000). RP yang2000). RP yang  bermutu baik untuk tanah sulfat masam  bermutu baik untuk tanah sulfat masam aktual adalah RP Maroko Ground karena aktual adalah RP Maroko Ground karena mempunyai kandungan Ca yang tinggi mempunyai kandungan Ca yang tinggi yaitu 27,65% dan P

yaitu 27,65% dan P22OO55 total 28,80%total 28,80% (Suriadikarta dan Sjamsidi 2001). Untuk  (Suriadikarta dan Sjamsidi 2001). Untuk   pupuk K cukup diberikan 100 kg KCl/ha  pupuk K cukup diberikan 100 kg KCl/ha

untuk tanaman padi sawah. untuk tanaman padi sawah.

T

Tabel 2.abel 2. Sifat-Sifat-sifat sifat kimia kimia tanah tanah sulfasulfat mat masam sam di Idi Indonesndonesia.ia.

L Lookkaassii TTiippoollooggii KlasifikasiKlasifikasi  pH pH C oC orrggaanniikk P -P -B rB ra ya y K K (K (K 22O)O) P HCl P HCl A Al l dddd KKbb P P22OO55 2525%% U USSDDAA (%)(%) PP22OO55 (ppm) (ppm) (mg/100 g)(mg/100 g) ( (%%)) ((%%)) (mg/100 g) (mg/100 g) Sumatera Selatan Sumatera Selatan K KAAII SSMMAA FFlluuvvaaqquueennttiicc 33,,4400 11,,2200 22,,2200 44 11 8888,,2200 77 P PII TTyyppiicc P PSS--II SSuullffaaqquueepptt K KA A II SSMMAA FFlluuvvaaqquueennttiicc 33,,9900 55,,8866 3311,,5500 1177 2233 7711,,8800 4411 P PIIII bbeerrggaammbbuutt SSuullffaaqquueepptt P PSS--1144 SSMMAA--22 Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah L Laammuunnttii SSMMPP HHiissttiicc 44,,1100 77,,5533 4455,,7700 1122 6688 7700 1166 E Ex x PPLLGG bbeerrggaammbbuutt SSuullffaaqquueepptt SMP-G SMP-G P Puullaauu PPeettaakk SSMMAA TTyyppiicc 33,,5500 00,,8899 22,,2200 -- -- 1155,,4422 5544,,9955 Sulfaquept Sulfaquept Kalimantan Barat Kalimantan Barat P Paarriitt aammppeerraa SSMMPP TTyyppiicc -- 44,,9999 1100,,2200 8800 2244 11,,3355 6688 S Suunnggaai i kkaakkaapp SSuullffaaqquueenntt Sumatera Selatan Sumatera Selatan T Teellaanngg,, MMuubbaa SMSMPP TTyyppiicc 44,,4400 44,,8899 3322,,2200 55 2299 44,,2277 6611 Sulfaquent Sulfaquent Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan T Taabbuunng g AAnneenn SSMMPP TTyyppiicc 44,,9900 3,3,8833 1199,,6600 4400 2222 00,,6666 > > 110000 Sulfaquent Sulfaquent B Beellaawwaanngg SSMMAA HHiissttiicc 33,,4400 2222,,9933 1177,,2200 2266 110044 1166,,883 3 55 Sulfaquept Sulfaquept SMA = Sulfat masam aktual, SMP = sulfat masam potensial. SMA = Sulfat masam aktual, SMP = sulfat masam potensial.

(6)

dilakukan dengan drainase dangkal, dilakukan dengan drainase dangkal,   pencucian intensif tanah lapisan atas,   pencucian intensif tanah lapisan atas, yang dikombinasikan dengan pemberian yang dikombinasikan dengan pemberian kapur dan pupuk K.

kapur dan pupuk K.

Penggunaan Varietas yang

Penggunaan Varietas yang

Adaptif 

Adaptif 

Tan

Tanaman yang dapat diusahakan di aman yang dapat diusahakan di lahanlahan sulfat masam antara lain adalah padi, sulfat masam antara lain adalah padi,  palawija (jagung, kedelai, kacang tanah,  palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang  panjang, kubis, tomat, dan terung),  panjang, kubis, tomat, dan terung), buah- buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk,  buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk, nangka, dan semangka) dan tanaman nangka, dan semangka) dan tanaman  perkebunan kelapa dan lada (Suwarno  perkebunan kelapa dan lada (Suwarno et et 

al.

al.2000). Tanama2000). Tanaman tersebut tumbuh n tersebut tumbuh baik baik   pada tanah sulfat masam potensial  pada tanah sulfat masam potensial de-ngan sistem tata air mikro seperti saluran ngan sistem tata air mikro seperti saluran drainase dan ameliorasi tanah.

drainase dan ameliorasi tanah.

Padi dan palawija

Padi dan palawija

Padi sawah mempunyai daya adaptasi Padi sawah mempunyai daya adaptasi yang lebih baik di lahan pasang surut yang lebih baik di lahan pasang surut khususnya tanah sulfat masam khususnya tanah sulfat masam diban-dingkan pada tanah gambut dalam. dingkan pada tanah gambut dalam. Menurut Suwarno

Menurut Suwarno et al.et al. (2000), sampai(2000), sampai saat ini telah dilepas 11 varietas padi yang saat ini telah dilepas 11 varietas padi yang cocok dengan lahan pasang surut (Tabel cocok dengan lahan pasang surut (Tabel 4). V

4). Varietas yang sesuai untuarietas yang sesuai untuk lahan sulfatk lahan sulfat masam adalah Mahakam, Kapuas, masam adalah Mahakam, Kapuas, Lema-tang, Sei Lilin, Banyuasin, Lalan, tang, Sei Lilin, Banyuasin, Lalan, Batang-hari, dan Dendang. Untuk tanah sulfat hari, dan Dendang. Untuk tanah sulfat masam aktual di mana kadar Al dan Fe masam aktual di mana kadar Al dan Fe sangat tinggi, lebih sesuai ditanam sangat tinggi, lebih sesuai ditanam varietas lokal yang telah adaptif seperti varietas lokal yang telah adaptif seperti Ceko, Jalawara, Talang, Gelombang, dan Ceko, Jalawara, Talang, Gelombang, dan Bayur. Mengingat kesuburan tanah sulfat Bayur. Mengingat kesuburan tanah sulfat masam sangat beragam maka pemupukan masam sangat beragam maka pemupukan   perlu disesuaikan dengan hasil analisis   perlu disesuaikan dengan hasil analisis

tanah. tanah.

Tanaman palawija umumnya Tanaman palawija umumnya dita-nam di lahan pekarangan sebagai kebun nam di lahan pekarangan sebagai kebun campuran dengan tanaman buah-buahan campuran dengan tanaman buah-buahan dan sayuran. Va

dan sayuran. Varietas kedelai rietas kedelai yang cocok yang cocok  untuk tanah sulfat masam adalah Wilis, untuk tanah sulfat masam adalah Wilis, Rinjani, Lokon, dan Dempo. Hasil kedelai Rinjani, Lokon, dan Dempo. Hasil kedelai  berkisar 1,50–2,40 t/ha, kacang tanah 3,50  berkisar 1,50–2,40 t/ha, kacang tanah 3,50 t/ha, kacang hijau 1,20 t/ha, dan jagung t/ha, kacang hijau 1,20 t/ha, dan jagung Arjuna 3–4 t/ha. Pada tanah sulfat masam Arjuna 3–4 t/ha. Pada tanah sulfat masam  potensial, selain

 potensial, selain perlu dipupuk, perlu dipupuk, tanamantanaman   perlu pula diberi kapur sesuai dengan   perlu pula diberi kapur sesuai dengan

takaran anjuran (Tabel 5). takaran anjuran (Tabel 5).

Sayuran dan buah-buahan

Sayuran dan buah-buahan

Penggunaan amelioran, pengelolaan Penggunaan amelioran, pengelolaan hara terpadu, serta penggunaan benih hara terpadu, serta penggunaan benih  bermutu dengan waktu tanam yang tepat  bermutu dengan waktu tanam yang tepat Ta

Tanah sulfat masam di nah sulfat masam di Pulau Petak,Pulau Petak, Kalimantan Tengah, sangat respons Kalimantan Tengah, sangat respons terhadap pemupukan P

terhadap pemupukan P, baik , baik yang berasalyang berasal dari TSP maupun RP. Pemberian 135 kg dari TSP maupun RP. Pemberian 135 kg P

P22OO55/ha, 1.000 kg /ha, 1.000 kg kaptan/ha, 50 kg kaptan/ha, 50 kg K K 22O/O/ ha, dan 120 kg N/ha dapat meningkatkan ha, dan 120 kg N/ha dapat meningkatkan hasil padi menjadi 2,45 t/ ha (Manuelpillai hasil padi menjadi 2,45 t/ ha (Manuelpillai et al.

et al. 1986), meningkat delapan kali1986), meningkat delapan kali dibanding tanpa P dan kaptan.

dibanding tanpa P dan kaptan. PemberianPemberian 90 kg P

90 kg P22OO55/ha dan kaptan 500 kg/ha/ha dan kaptan 500 kg/ha menghasilkan 2,21 t/ha, tidak berbeda menghasilkan 2,21 t/ha, tidak berbeda nyata dengan pemberian 135 kg P

nyata dengan pemberian 135 kg P22OO55/ha,/ha, dan kaptan 1.000 kg/ha. Pemberian RP dan kaptan 1.000 kg/ha. Pemberian RP   pada tanah sulfat masam juga tidak    pada tanah sulfat masam juga tidak   berbeda nyata dengan penggunaan TSP.  berbeda nyata dengan penggunaan TSP. Hal ini disebabkan terjadinya proses Hal ini disebabkan terjadinya proses  penyanggaan RP dalam media yang  penyanggaan RP dalam media yang sa-ngat masam, yang menghasilkan bentuk  ngat masam, yang menghasilkan bentuk  P yang metastabil seperti dikalsium P yang metastabil seperti dikalsium fosfat yang tersedia untuk tanaman. fosfat yang tersedia untuk tanaman.

Subiksa

Subiksaet al.et al.(1990) menunjukkan,(1990) menunjukkan, hasil padi dengan pemberian dolomit 2 t/ hasil padi dengan pemberian dolomit 2 t/ ha dan SP-36 200–300 kg/ha rata-rata ha dan SP-36 200–300 kg/ha rata-rata mencapai 4 t/ha pada tanah sulfat

mencapai 4 t/ha pada tanah sulfat masammasam   potensial di Kecamatan Telang   potensial di Kecamatan Telang Kabu-  paten Muba, Sumatera Selatan. Pada   paten Muba, Sumatera Selatan. Pada tanah sulfat masam potensial di Tabung tanah sulfat masam potensial di Tabung Anen, Kalimantan Selatan, hasil padi Anen, Kalimantan Selatan, hasil padi dengan pemberian 43 kg P/ha, 52 kg K/ dengan pemberian 43 kg P/ha, 52 kg K/ ha, kapur 1 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ ha, kapur 1 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ ha mencapai 3,24 t/ha. Pemberian kapur  ha mencapai 3,24 t/ha. Pemberian kapur  didasarkan pada metode inkubasi untuk  didasarkan pada metode inkubasi untuk  mencapai pH 5 (Hartatik 

mencapai pH 5 (Hartatik et al.et al. 1999),1999), sedangkan pemupukan P berdasarkan sedangkan pemupukan P berdasarkan kebutuhan P untuk mencapai 0,02 ppm P kebutuhan P untuk mencapai 0,02 ppm P dalam larutan tanah.

dalam larutan tanah.

Di Belawang, Kalimantan Selatan, Di Belawang, Kalimantan Selatan, kebutuhan kapur lebih tinggi yaitu 4 t/ha kebutuhan kapur lebih tinggi yaitu 4 t/ha dan P optimum 100 kg P/ha dan

dan P optimum 100 kg P/ha dan 78 kg K/78 kg K/

ha. Hasil tertinggi diperoleh dari ha. Hasil tertinggi diperoleh dari per-lakuan P optimum (100 kg P/ha), 78 kg K/ lakuan P optimum (100 kg P/ha), 78 kg K/ ha dan 4 t kapur/ha. Di Belawang, pirit ha dan 4 t kapur/ha. Di Belawang, pirit   pada tanah sulfat masam aktual telah   pada tanah sulfat masam aktual telah mengalami oksidasi sehingga Aldd tinggi mengalami oksidasi sehingga Aldd tinggi dan P tersedia rendah (Tabel 3). P alam dan P tersedia rendah (Tabel 3). P alam yang telah dicoba untuk tanah sulfat yang telah dicoba untuk tanah sulfat masam dan memberikan hasil yang sama masam dan memberikan hasil yang sama  baiknya adalah P alam Tunisia, Ciamis, P  baiknya adalah P alam Tunisia, Ciamis, P alam Chrismast, dan P alam Aljazair. Di alam Chrismast, dan P alam Aljazair. Di Lamunti Kalimantan

Lamunti Kalimantan TTengah, pemberianengah, pemberian P alam yang setara dengan 150 kg P P alam yang setara dengan 150 kg P22OO55// ha

harata-rata dapat memberikan hasil 4,50 t/rata-rata dapat memberikan hasil 4,50 t/ ha, tetapi kalau diberikan 75 kg P ha, tetapi kalau diberikan 75 kg P22OO55/ha/ha hasil yang diperoleh hanya 3,79 t/ha. Di hasil yang diperoleh hanya 3,79 t/ha. Di Palingkau Kalimantan Tengah, takaran Palingkau Kalimantan Tengah, takaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama dapat memberikan hasil masing-masing 3,70 dan 3,40 t/ha (Supardi masing-masing 3,70 dan 3,40 t/ha (Supardi et al.

et al.2000).2000).

Hasil penelitian Konsten dan Sarwani Hasil penelitian Konsten dan Sarwani (1990) di Pulau

(1990) di Pulau Petak Petak menunjukkan bahwamenunjukkan bahwa oksidasi pirit setelah reklamasi membuat oksidasi pirit setelah reklamasi membuat tanah di daerah tersebut sangat masam, tanah di daerah tersebut sangat masam, dijenuhi oleh

dijenuhi oleh Al dengaAl dengan pH n pH 33−−4. Ada-4.

Ada-nya garam-garam besi bebas dan Al nya garam-garam besi bebas dan Al menyebabkan keracunan tanaman dan menyebabkan keracunan tanaman dan defisiensi K dan Ca sangat sering terjadi. defisiensi K dan Ca sangat sering terjadi. Kemasaman tanah aktual dari tanah Kemasaman tanah aktual dari tanah sulfat masam di Pulau Petak diduga sulfat masam di Pulau Petak diduga dengan

dengan titrasi titrasi cepat cepat pada pada pH pH 5,50, 5,50, jum- jum-lah Aldd sampai 60 mmol/g.

lah Aldd sampai 60 mmol/g. KemasamanKemasaman tanah aktual untuk tanah dengan pH tanah aktual untuk tanah dengan pH kurang dari 4

kurang dari 4 adalah 20 mmol/100 g adalah 20 mmol/100 g yangyang setara dengan keperluan kapur 15 t/ha. setara dengan keperluan kapur 15 t/ha. Potensi kemasaman sangat tinggi dengan Potensi kemasaman sangat tinggi dengan kandungan pirit mencapai 8%. kandungan pirit mencapai 8%. Selan-  jutnya Konsten dan Sarwani (1990)   jutnya Konsten dan Sarwani (1990) mengemukakan bahwa untuk mengatasi mengemukakan bahwa untuk mengatasi kemasaman aktual yang tinggi dapat kemasaman aktual yang tinggi dapat

T

Tabel 3.abel 3. Hasil Hasil padi denpadi dengan pegan pemupukmupukan dan an dan pengapupengapuran paran pada tanada tanah sulfh sulfat at  masam di Sumatera dan Kalimantan.

masam di Sumatera dan Kalimantan.

Lokasi Lokasi

Takaran pupuk (kg/ha)

Takaran pupuk (kg/ha) KKaappttaann HHaassiill

Varietas Varietas P P22OO55 K K (K (K 22OO)) ((tt//hhaa)) ((tt//hhaa)) Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan T TaabbuunnggAAnneenn 4433 5252 KK 11 33,,2244 IIRR6644 B Beellaawwaanngg 110000 8866 KK 44 33,,2255 IIRR6644 Sumatera Selatan Sumatera Selatan T Teellaanng g MMuubbaa 330000 660 0 K  K  22OO 22** 44 IIRR6644 Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah U Unniittaallaass 113355 550 0 K  K  22OO 11 22,,4400 - -L Laammuunnttii 5566 6600KK22OO   22 22 IIRR6644 Ex PLG Ex PLG * = dolomit. * = dolomit. Sumber: Suriadikarta

(7)

merupakan kunci keberhasilan merupakan kunci keberhasilan penanam-an sayurpenanam-an di lahpenanam-an rawa (Satsiyati an sayuran di lahan rawa (Satsiyati et et  al.

al.1999). Tanaman buah-buahan seperti1999). Tanaman buah-buahan seperti   pisang, nangka, rambutan, dan jeruk    pisang, nangka, rambutan, dan jeruk  ditanam di pekarangan pada guludan. ditanam di pekarangan pada guludan. Sayuran dan pisang relatif cepat Sayuran dan pisang relatif cepat mem-  berikan kontribusi terhadap pendapatan   berikan kontribusi terhadap pendapatan   petani terutama pada tahun pertama   petani terutama pada tahun pertama mereka tinggal di pemukiman baru. Di mereka tinggal di pemukiman baru. Di lahan pekarangan lahan sulfat masam lahan pekarangan lahan sulfat masam Karang Agung Ulu, tanaman sayuran Karang Agung Ulu, tanaman sayuran mampu memberikan pendapatan lebih mampu memberikan pendapatan lebih   besar daripada tanaman pangan, yaitu   besar daripada tanaman pangan, yaitu 65,40% untuk sayuran dan 34,60% untuk  65,40% untuk sayuran dan 34,60% untuk  tanaman pangan (Subiksa dan Basa 1990). tanaman pangan (Subiksa dan Basa 1990). Hasil tomat varietas Ratna dan Intan Hasil tomat varietas Ratna dan Intan masing-masing mencapai 18,54 dan 13,40 masing-masing mencapai 18,54 dan 13,40 t/ha, sedangkan petsai varietas No. t/ha, sedangkan petsai varietas No. 82-157 sekitar 15,60 t/ha (Sutater 

157 sekitar 15,60 t/ha (Sutater et al.et al.1990).1990). Bawang merah varietas Ampenan dan Bawang merah varietas Ampenan dan

Bima juga dapat beradaptasi cukup baik  Bima juga dapat beradaptasi cukup baik   pada tanah sulfat masam dengan potensi  pada tanah sulfat masam dengan potensi hasil masing-masing 6,40 dan 6,15 t umbi hasil masing-masing 6,40 dan 6,15 t umbi kering/ha (Sutater 

kering/ha (Sutater et al et al . 1990). Takaran. 1990). Takaran  pupuk untuk tanaman sayuran dan  pupuk untuk tanaman sayuran dan buah- buahan di lahan sulfat masam disajikan  buahan di lahan sulfat masam disajikan  pada Tabel 6.

 pada Tabel 6.

Tanaman perkebunan

Tanaman perkebunan

Di lahan sulfat masam Sumatera Selatan Di lahan sulfat masam Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, tanaman dan Kalimantan Tengah, tanaman per-kebunan yang dapat beradaptasi adalah kebunan yang dapat beradaptasi adalah kopi, kelapa, dan lada.

kopi, kelapa, dan lada.

Kelapa.

Kelapa.Jenis kelapa yang sesuai adalahJenis kelapa yang sesuai adalah kelapa lokal, karena memiliki daya kelapa lokal, karena memiliki daya adap-tasi dan toleransi yang baik terhadap tasi dan toleransi yang baik terhadap lingkungan.

lingkungan. Kelapa dapat ditanKelapa dapat ditanam secaraam secara

tumpang sari dengan kopi, palawija, dan tumpang sari dengan kopi, palawija, dan hortikultura atau secara monokultur pada hortikultura atau secara monokultur pada guludan. Di Karang Agung Ulu dan guludan. Di Karang Agung Ulu dan Karang Agung Tengah, produktivitas Karang Agung Tengah, produktivitas kelapa masing-masing berkisar 7–18 butir  kelapa masing-masing berkisar 7–18 butir  dan 10–17 butir/pohon/periode petik. dan 10–17 butir/pohon/periode petik. Pupuk diberikan sesuai dengan umur  Pupuk diberikan sesuai dengan umur  tanaman (Tabel 7), paling tinggi pada tanaman (Tabel 7), paling tinggi pada umur tanaman

umur tanaman kelapa kelapa 3 tahun.3 tahun.

Temu-temuan.

Temu-temuan.TanaTanaman man temu-temuantemu-temuan seperti jahe, kencur, kunyit, temu lawak, seperti jahe, kencur, kunyit, temu lawak, lengkuas dan bangle tumbuh baik di lahan lengkuas dan bangle tumbuh baik di lahan   pasang surut. Penanamannya dapat   pasang surut. Penanamannya dapat dilakukan secara monokultur maupun dilakukan secara monokultur maupun tumpang sari dengan palawija atau tumpang sari dengan palawija atau ta-naman tahunan yang tidak terlalu tinggi naman tahunan yang tidak terlalu tinggi tingkat naungannya (Pusat Penelitian tingkat naungannya (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1993; Pusat Tanah dan Agroklimat 1993; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 1999). Tanaman dan Agroklimat 1999). Tanaman temu-temuan menghendaki tanah yang gembur  temuan menghendaki tanah yang gembur  dan subur, pH tanah normal dan tidak  dan subur, pH tanah normal dan tidak  tergenang. Oleh karena itu, upaya tergenang. Oleh karena itu, upaya per-  baikan tanah yang meliputi pemberian   baikan tanah yang meliputi pemberian kaptan, pemupukan, pembuatan saluran kaptan, pemupukan, pembuatan saluran cacing, dan penambahan lapisan gambut cacing, dan penambahan lapisan gambut akan menjamin pertumbuhan dan hasil akan menjamin pertumbuhan dan hasil rimpang yang optimal.

rimpang yang optimal.

Temu-temuan diharapkan dapat Temu-temuan diharapkan dapat menunjang sistem usaha tani di lahan menunjang sistem usaha tani di lahan   pasang surut. Tanaman ini dapat   pasang surut. Tanaman ini dapat di-manfaatkan sebagai bumbu dan obat manfaatkan sebagai bumbu dan obat tradisional baik untuk manusia maupun tradisional baik untuk manusia maupun ternak. Kunyit, temu lawak, jahe, dan ternak. Kunyit, temu lawak, jahe, dan kencur dapat digunakan sebagai obat kencur dapat digunakan sebagai obat reumatik dan pegel linu, lempuyang reumatik dan pegel linu, lempuyang untuk pegel linu, temu ireng dan bangle untuk pegel linu, temu ireng dan bangle sebagai obat cacing, serta temu giring sebagai obat cacing, serta temu giring untuk obat panas dan batuk. Untuk  untuk obat panas dan batuk. Untuk  ternak, jahe dapat mencegah penyakit ternak, jahe dapat mencegah penyakit tetelo (ND), dan temu lawak dapat tetelo (ND), dan temu lawak dapat menekan perkembangan bakteri pada menekan perkembangan bakteri pada kotoran ternak sehingga mengurangi kotoran ternak sehingga mengurangi  bau limbah.

 bau limbah.

Hasil tanaman temu-temuan di lahan Hasil tanaman temu-temuan di lahan sulfat masam cukup baik. Di Karang sulfat masam cukup baik. Di Karang Agung Ulu (Pusat Penelitian Tanah dan Agung Ulu (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1993), hasil jahe merah Agroklimat 1993), hasil jahe merah de-ngan pemupukan 45 kg N + 36

ngan pemupukan 45 kg N + 36 kg Pkg P22OO55++ 50 kg K 

50 kg K 22O + 200 kg kapur + 1,50 t gambut/O + 200 kg kapur + 1,50 t gambut/ ha berkisar 15,50–23,60 t/ha, sedangkan ha berkisar 15,50–23,60 t/ha, sedangkan untuk jahe putih kecil atau emprit 4,90–  untuk jahe putih kecil atau emprit 4,90–  8,50 t/ha dan jahe putih besar varietas 8,50 t/ha dan jahe putih besar varietas Gajah 4,50–5,90 t/ha. Di Kalimantan Gajah 4,50–5,90 t/ha. Di Kalimantan Te

Tengah, hasil jahe putih ngah, hasil jahe putih kecil juga cukupkecil juga cukup  baik, berkisar 14

 baik, berkisar 14−−20 t/ha. Untuk kencur,20 t/ha. Untuk kencur,

hasil di Karang Agung Ulu mencapai hasil di Karang Agung Ulu mencapai 11,20–20,10 t/ha, dan di Kalimantan 11,20–20,10 t/ha, dan di Kalimantan Tengah 200

Tengah 200−−300 g/rumpun.300 g/rumpun.

T

Tabeabel l 4.4. VVarietas padarietas padi lahan pasang suri lahan pasang surut yang telah dileput yang telah dilepas denganas dengan beberapa sifat keunggulannya.

beberapa sifat keunggulannya.

Varietas

Varietas TTaahhuunn UUmmuurr KKaaddaarr TTeekkssttuur  r   Sifat unggulSifat unggul p peelleeppaassaann ((hhaarrii)) aammiilloossa a ((%%)) nnaassii I IRR6644 11998800 114400 2277 PPeerraa TTaahhaan n WCWC22, , HHDDBB,,   blas, Fe   blas, Fe B Baarriittoo 11998811 114400 2211 PPuulleenn TTaahhaan n WWCC1 1 ddaan n HHDDBB M Maahhaakkaamm 11998833 113355 2266 PPeerraa TTaahhaan n HHDDBB, , FFee,, salinitas salinitas K Kaappuuaass 11998844 112277 2233 PPuulleenn TTaahhaan n WWCC11, , HHDDBB, , FFee M Muussii 11998888 113355 2244 PPeerraa TTaahhaan n HHDDBB, , bbllaass,, salinitas salinitas L Leemmaattaanngg 19199911 113300 2277 PPeerraa TTaahhaan n WWCC11, , FFee S Seei i LLiilliinn 19199911 112200 2266 PPeerraa TTaahhaan n WWCC11, , FFee B Baannyyuuaassiinn 11999977 112200 2222 PPuulleenn TTaahhaan n HHDDBB, , bbllaass, , FFee,, Al Al L Laallaann 11999977 112255 2277 PPeerraa TTaahhaan n WCWC22, , bbllaass,, salinitas salinitas B Baattaanngghhaarrii 11999999 112255 2266 PPeerraa TTaahhaan n WWCC22, , HHDDBB,,   blas, Fe   blas, Fe D Deennddaanngg 11999999 112255 2200 PuPulleenn TTaahhaan n WWCC22, , HHDDBB,,   blas, Fe, Al   blas, Fe, Al WC 1, 2, 3: wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3; HDB: hawar daun bakteri; Fe, Al: tahan WC 1, 2, 3: wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3; HDB: hawar daun bakteri; Fe, Al: tahan keracunan Fe dan Al.

keracunan Fe dan Al. Sumber: Suwarno

Sumber: Suwarno et al.et al. (2000).(2000).

T

Tabel 5.abel 5. TTakaran akaran pupuk pupuk untuk tanamuntuk tanaman paan palawija lawija di lahdi lahan pan pasang asang surutsurut..

Jenis tanaman

Jenis tanaman Takaran pupuk (kg/ha)Takaran pupuk (kg/ha) Kaptan (t/ha)Kaptan (t/ha)  N  N PP22OO55 K K 22OO K Keeddeellaaii 2222,,5500––4455 4455 5500 22––33 K Kaaccaanngg ttaannaahh 2222,,5500 4455 5500 11 K Kaaccaanng g hhiijjaauu 2222,,5500––4455 4455––9900 5500––6600 22 J Jaagguunngg 6677,,5500 4455––9900 5500 00,,5500––22 Sumber: Suwarno

Gambar

Gambar 1.  Jaringan tata  Jaringan tata air sistem  air sistem saluran satu  saluran satu arah pada  arah pada lahan pasang  lahan pasang surut
Gambar 3.  3.  Penampang  Penampang tanah  tanah sulfat  sulfat masam  masam aktual. aktual.

Referensi

Dokumen terkait

1) Pengertian sehat bukan semata-mata sebagai pengertian kedokteran (klinis), tetapi juga sebagai pengertian sosial (masyarakat). Pengertian sehat ini telah diakui oleh

(2005), melapor- kan penelitian tentang depresi, stress, dukungan emosional, dan harga diri di- antara mahasiswa sarjana keperawatan di Thailand. Hasil membuktikan bahwa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan karakter peserta didik untuk membentuk watak serta perilaku sebagai pribadi yang baik di lingkungan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh pergantian manajemen, opini audit,

Variabel proses dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan rasa percaya diri anak melalui teknik bermain

Liga Ekonomi Unimus merupakan serangkaian kegiatan bersifat keilmuan yang bertujuan sebagai sarana menyalurkan bakat dan minat dalam ilmu ekonomi, membentuk generasi muda

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan

INAKAWATI (REKONTRUKSI) AFRISAL (VITRORETINA) DINA NOVITA (INFEKSI) KENTAR (ONKOLOGI) PROF WINARTO (INFEKSI) AFRISAL (VITRORETINA) WISNU SADASIH (KATARAK) INAKAWATI (REKONSTRUKSI)