___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang. PENGARUH KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU LULUSAN
DI SD NEGERI RAYON IV KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG Hj. Lensiana*)
Abstrak
Ketidakefektifan proses belajar yang terlalu menekankan pada penguasaan teori dan kognisi adalah akibat lain rendahnya kualitas lulusan. Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial. Keadaan ini menjadikan proses belajar yang terlalu monoton, tidak menarik, dan tidak mampu mengembangkan kreatifitas siswa, guru, dan kepala sekolah dalam mengembangkan inovasi pendekatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui adakah pengaruh kompetensi guru dalam peningkatan mutu lulusan SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang.
Kata kunci: Kompetensi Guru, Mutu Lulusan PENDAHULUAN
Akses terhadap pendidikan memberikan informasi kepada publik tentang berapa banyak anak yang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah: Angka Partisipasi, Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan, dan Angka Penyelesaian. Di tingkat sekolah dasar (SD/MI) hampir semua indikator cukup memuaskan. Angka Partisipasi tahun 2005 cukup tinggi (APM: 94,04; APK: 113,95; dan APS: 98,53), berarti hampir semua anak usia 7-13 tahun tertampung di sekolah. Angka Mengulang (5,4 persen) dan Angka Putus Sekolah (2,7 persen) cukup rendah (Irwanto, 2005).
Persoalan timbul ketika kita mengamati Angka Menyelesaikan (tepat waktu) dan Angka Melanjutkan lulusan siswa SD ke SMP. Hasil pengamatan penulis di lapangan di SD Negeri yang berada di Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang, mereka yang lulus SD hanya sekitar 71,8 persen yang berhasil menyelesaikan sekolah tepat waktu (enam tahun). Angka melanjutkan juga amat mengkhawatirkan, karena hanya separuh (51,2 persen) melanjutkan ke SMP/MTs (Depdiknas Kecamatan IB I, 2006:4).
Sebagai bangsa yang menyongsong kemajuan Iptek yang amat pesat, kita masih harus berkutat dengan kualitas pendidikan. Terlepas dari kesahihan standar kualitas dalam Ujian Nasional, hasil yang diperoleh baik di tingkat SD/MI maupun SMP/MTs menunjukkan kurang dari 60 persen materi belajar yang dikuasai siswa. Ini amat memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Jika standar kualitas itu
digunakan untuk menilai kualitas sekolah di tingkat SD/MI, maka hanya 24,12 persen SD/MI yang masuk kategori "sedang" ke atas. Di antara mereka hanya 0,03 persen yang tergolong "baik sekali" dan 2,14 persen tergolong "baik".
Namun di sisi lain tingkat kecukupan guru masih rendah. Di lapangan masih banyak terjadi seorang guru mengajar untuk beberapa kelas sekaligus terutama di jenjang pendidikan dasar. Dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi seorang guru bisa tampil profesional. Rasio guru-siswa yang tidak ideal berakibat pada rendahnya kinerja guru. Rasio ideal guru siswa untuk SD adalah 1 : 15 (Nugroho, 2006). Jika rasio guru : siswa (1 : 15) dijadikan salah satu tolok ukur kualitas, ini berarti setiap guru melayani 15 siswa. Namun, kenyataan di lapangan Pemerintah menetapkan rasio guru – siswa mencapai 30 orang (menurut Standar Nasional Pendidikan).
Pengamatan di lapangan menunjukkan distribusi guru dan kelas memang tidak merata, seperti terjadi di Seolah Dasar rayon IV kecamatan Ilir Barat I Palembang.
Ditinjau dari pencapaian nilai rata-rata Uas (ujian akhir sekolah) lulusan siswa SD di Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang tahun 2007/2008 untuk mata pelajaran Matematika, IPA, dan IPS masih di bawah rata-rata 6,5. Artinya, ditinjau dari ketuntasan belajar secara individu maka masih ada siswa yang kurang tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa mutu lulusan siswa SD Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang tahun 2007/2008 masih rendah.
Masalah lain tentang guru adalah ‘mismatch’ atau guru yang mengajar tidak sesuai
___________________________________
dengan latar belakang pendidikannya. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kecamatan Ilir Barat I Palembang tahun 2007 menunjukkan bahwa adanya persentase yang tinggi mengenai guru yang tidak kompeten. Pada tingkat SD, ada 49% guru yang tidak kompenten, sementara persentase untuk SMP, SMA dan SMK adalah 36%, 33% dan 43%.
Ketidakefektifan proses belajar yang terlalu menekankan pada penguasaan teori dan kognisi adalah akibat lain dari rendahnya kualitas lulusan. Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial. Keadaan ini menjadikan proses belajar yang terlalu monoton, tidak menarik, dan tidak mampu mengembangkan kreatifitas siswa, guru, dan kepala sekolah dalam mengembangkan inovasi pendekatan pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan diperlihatkan hampir oleh semua tingkat pendidikan dan ini menunjukkan rendahnya efesiensi pendidikan, siswa yang tinggal kelas, dan siswa yang drop-out.
Kinerja pembelajaran oleh guru menentukan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa yang ditandai dengan prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan (di SD Negeri 10 Palembang) bahwa motivasi belajar siswa di sekolah tersebut cenderung menurun. Indikasi adanya penurunan motivasi belajar siswa ini dapat ditinjau dari banyaknya siswa yang ribut di dalam kelas pada saat guru sedang mengajar. Hal ini berarti ada kemungkinan guru yang mengajar kurang diminati oleh siswanya. Indikasi ini menandakan bahwa kompetensi guru tersebut masih rendah atau guru kurang mampu mengelola kelas. Beberapa orang siswa yang sempat penulis temui mengungkapkan bahwa ia kurang bersemangat belajar sebab guru kurang memperhatikan dirinya di kelas. Dengan kata lain kompetensi guru mempengaruhi proses belajar siswa yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap prestasi belajar siswa. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian di di lingkungan rayon IV kecamatan Ilir Barat I Palembang. Pada penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap kompetensi guru. Hasil analisis ini akan menjadi
tolok ukur bagi guru untuk menilai mutu lulusan peserta didik.
Bertolak dari identifikasi masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan yaitu: Bagaimana pengaruh kompetensi guru dalam meningkatkan mutu lulusan SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang?
Tujuan pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh kompetensi guru dalam peningkatan mutu lulusan SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. 1. Kompetensi Guru Sekolah Dasar
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
personal atau kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No.14 Th. 2005: psl. 8 dan 10). Depdiknas (2001) merumuskan beberapa kompetensi atau kemampuan yang sesuai seperti, kompetensi kepribadian, bidang studi, dan kompetensi pada pendidikan/pengajaran. Suparno, (2004:47) mengatakan kompetensi ini, berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar, membimbing, dan juga memberikan teladan hidup kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian, banyak guru kita masih rendah dalam kompetensi pengajaran, maka dalam pendidikan profesi dan sertifikasi kemampuan keterampilan mengajar harus diutamakan (Paul Suparman, KR, 15/11/ 2005:10).
Departemen Pendidikan Nasional (2008:3) telah menyusun kompetensi guru meliputi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. a. Kompetensi Pedagogi
Menurut Zid (2008:6), Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaan wawasan atau landasn kependidikan, pemahanian terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang diniilikinya.
Kompetensi pedagogik memiliki keterkaitan yang erat dengan wawasan kependidikan dan akademik. Kompetensi
___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang. akademik, yakni menguasai materi pembelajaran
sesuai bidangnya. Kemampuan dalam bidang studi membuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar, mengusai konsepnya, mengenal metodologi ilmu yang bersangkutan, memahami konteks bidang itu dan juga kaitanya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain. Jadi guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya sendiri tetapi temasuk bagaimana dampak dan relasi ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu yang lain. Maka guru di harapkan punya wawasan yang luas.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Zid (2008:67), kompetensi kepribadian adalah kepribadian guru sebagai pendidik yang memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksanaaa, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut.
c. Kompetensi Profesional
Profesional terkait dengan kemampuan memahami tugas-tugas serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas tersebut sera lebih mendalam. Orang yang profesional tidak hanya mampu melaksanakan tugas pokoknya, namun juga mampu melaksanakan hal-hal yang terkait dengan keberhasilan tugas pokok tersebut (Siagian, 1997:197). Prof iona dapat jugaberarti memiliki karakteristik pemahaman teknik pekerjaan yang lebih baik dan lebih luas. Lebih baik, diartikan sebagai pemahaman yang mendalam, dan memahami keterkaitan antara tugas-tugasnya dengan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan itu.
Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki komitmen yang kuat dan berjangka panjang terhadap keahlian merek (2) memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya daripada kepada pimpinannya; (3) selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan
zaman, dan (4) dalam bekerja tidak terikat dengan jadwal regulernya. Untuk menjadi profesional diperlukan pengetahuan yang relevan dengan bidang tugas yang digeluti. Pengetahuan ini didapat dari pendidikan dan pengalaman.
DG Armstrong dalam Sudjana (2002:69) mengemukakan ada lima tugas dan tanggung jawab pengajar, yakni tanggung jawab dalam (a) pengajaran, (b) bimbingan belajar, (c) pengembangan kurikulum, (d) pengembangan profesinya, dan (e) pembinaan kerjasama dengan masyarakat. Ali (2000:4-7) mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni (a) merencanakan tujuan proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran tercapai atau tidak, (b) melaksanakan pengajaran , (c) memberikan balikan (umpan balik).
d. Kompetensi Sosial
Menurut Zid (2008:6), kompetensi sosial diartikan sebagai kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan, menggunakan kronologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesania pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Selanjutnya menurut Hamka (2006:13) bahwa kompetensi sosial guru meliputi; kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat, menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik, dan menempatkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2. Mutu Lulusan
Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan
output pendidikan (Umaidi, 1999:2).
Mutu sekolah diukur dari output
pendidikan yang meliputi efektivitas,
produktivitas, efesiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerja. Khusus yang berkaitan dengan mutu lulusan dikaitkan dengan
___________________________________
mutu sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi akademik berupa nilai ulangan nasional (UN), karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (Umaidi, 1999:4).
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational
production function atau input-input analisis
yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Usman, 2001:223).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deksriptif kuantitatif dengan beberapa penjelasan, yang berorientasi pada logika
positivisme yang dipelopori oleh August Comte
(abad ke-19). Pandangan positivisme meyakini bahwa hanya pembuktian secara logis-empiris saja yang diterima sebagai satu-satunya kebenaran ilmiah (Lubis, 2004:40). Lebih lanjut Lubis menjelaskan penelitian kuantitatif menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian diskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (Explanatory researh). Mereka berkeyakinan bahwa suatu fenomena tidak terjadi secara kebetulan namun oleh karena adanya sebab-akibat (Loiselle & McGrath, 2004:65).
Adapun ruang lingkup penelitian ini dilakukan di SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Hal ini untuk melihat hasil analisis kompetensi guru SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu lulusan, di mana variabel yang akan diukur adalah sejauh mana pengaruh kompetensi guru sekolah dasar terhadap peningkatan mutu lulusan. Sebagai bahan perbandingan peningkatan mutu lulusan penulis menggunakan input data hasil UN siswa tahun pelajaran 2006/2007 dan tahun pelajaran 2007/2008.
Data yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang meliputi data tentang kompetensi guru SD dan mutu lulusan SD Negeri Rayon II Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Data bersumber dari responden yaitu seluruh guru yang bertugas di SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang dan seluruh siswa kelas VI (lulusan) di SD Negeri Rayon IV Palembang.
Teknik pengumpulan data menggunakan dokumnetasi, penyebaran angket, dan tes kompetensi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan beberapa penjelasan. Data-data hasil pengukuran parameter sebagian besar berskala ordinal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Variabel kompetensi yang termuat di dalam instrumen angket terdiri atas 3 subvariabel yang secara keseluruhan berjumlah 30 indikator. Setiap indikator memiliki pilihan jawaban yang sesuai dengan kompetensi pedagogik, kompetensi keperibadian, dan kompetensi sosial guru. Hasil jawaban responden untuk sebelas item (indikator) kompetensi pedagogik yang dapat dilihat dalam tabulasi berikut ini.
Tabel 1
Skor Rata-Rata Kompetensi Pedagogik
No. Item Skala 1 2 3 4 5 Juml ah Skor % Rata-Rata Skor 1 0 4 24 76 185 289 87,6 2 0 2 42 96 135 275 83,3 3 1 0 81 84 85 251 76,1 4 0 0 15 76 210 301 91,2 5 0 10 72 144 5 231 70,0 6 1 8 21 68 185 283 85,8 7 1 2 18 180 65 266 80,6 8 0 0 96 124 15 235 71,2 9 1 14 90 72 50 227 68,8 10 0 0 15 76 210 301 91,2 11 1 0 81 84 85 251 76,1 12 1 12 27 92 135 267 80,9 13 1 14 87 84 40 226 68,5 14 0 0 3 60 250 313 94,8 15 1 2 18 180 65 266 80,6 Jumlah 8 68 690 1496 1720 3982 1206,7 Rata-rata 0,53 4,53 46,00 99,73 114,67 265,47 80,4
Sumber: Diolah penulis, 2008.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah skor yang diperoleh pada item 1 yaitu 289 dan diperoleh rata-rata sebesar 87,6% (didapat dari {289 / (5x66) x 100%}. Item 2 didapat jumlah skor 275 dan diperoleh rata-rata sebesar 83,3%. Item 3 yaitu jumlah skor 251 dan
___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang. rata-rata sebesar 76,1%. Item 4 didapat jumlah
skor 301 dan skor rata-rata sebesar 91,2%. Item 5 didapat jumlah skor 231 dan diperoleh rata-rata sebesar 70,0%. Item 6 yaitu didapat jumlah skor 283 dan rata-rata sebesar 85,8%. Item 7 didapat jumlah skor 266 dan skor rata-rata sebesar 80,6%. Item 8 didapat jumlah skor 235 dan diperoleh rata-rata sebesar 71,2%. Item 9 didapat jumlah skor 227 dan rata-rata sebesar 68,8%. Item 10 didapat jumlah skor 301 dan skor rata-rata sebesar 91,2%. Item 11 didapat jumlah skor 251 dan diperoleh rata-rata sebesar 76,1%. Item 12 didapat jumlah skor 267 dan rata-rata sebesar 80,9%. Item 13 didapat jumlah skor 226 dan rata-rata sebesar 68,5%. Item 14 didapat jumlah skor 313 dan rata-rata sebesar 94,8%. Item 15 didapat 266 dan rata-rata sebesar 80,6%. Jadi, jumlah skor untuk variabel kompetensi pedagogik didapat rata-rata jumlah skor 1206,7 dan rata-rata sebesar 80,4% atau tergolong sangat tinggi.
Data untuk mengukur kompetensi kepribadian/personal menggunakan angket (kuesioner). Untuk kompetensi kepribadian/personal terdiri atas 10 item, yang hsail jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Skor Rata-Rata Kompetensi Kepribadian/Personal No. Item Skala 1 2 3 4 5 Jumla h Skor % Rata-Rata Skor 16 0 0 9 68 230 307 93,0 17 0 2 69 72 120 263 79,7 18 0 0 48 164 45 257 77,9 19 1 8 21 68 185 283 85,8 20 0 2 12 160 105 279 84,5 21 2 4 15 80 185 286 86,7 22 0 4 24 76 185 289 87,6 23 0 0 27 144 105 276 83,6 24 0 4 36 160 60 260 78,8 25 1 4 42 88 135 270 81,8 Jml 4 28 303 1080 1355 2770 839,4 Rata-rata 0,40 2,80 30,30 108,00 135,50 277,00 83,9
Sumber: Diolah penulis, 2008.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah skor yang diperoleh pada item 16 adalah 307 dan diperoleh rata-rata sebesar 93,0% (didapat dari {307 / (5x66) x 100%}. Item 17 didapat jumlah skor 263 dan diperoleh rata-rata sebesar 79,7%. Item 18 didapat jumlah skor 257 dan rata-rata sebesar 77,9%. Item 19 didapat jumlah skor 283 dan skor rata-rata sebesar 85,8%. Item 20 didapat jumlah skor 279 dan diperoleh rata-rata sebesar 84,5%. Item 21 didapat jumlah skor 286 dan rata-rata sebesar
86,7%. Item 22 didapat jumlah skor 289 dan skor rata-rata sebesar 87,6%. Item 23 didapat jumlah skor 276 dan diperoleh rata-rata sebesar 83,6%. Item 24 didapat jumlah skor 260 dan rata-rata sebesar 78,8%. Item 25 didapat jumlah skor 270 dengan rata-rata sebesar 81,8%. Jadi, jumlah skor untuk variabel kompetensi kepribadian adalah 839,4 dengan rata-rata sebesar 83,9% atau tergolong sangat tinggi.
Data untuk mengukur kompetensi profesional guru menggunakan tes. Untuk kompetensi profesional guru terdiri atas 60 item. Rekapitulasi hasil jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Rekapitulasi Jawaban Responden
No. Nilai F Nilai x F
1 98 1 98,0 2 97 3 291,0 3 95 5 475,0 4 93 3 279,0 5 92 5 460,0 6 90 3 270,0 7 88 3 264,0 8 87 3 261,0 9 85 1 85,0 10 83 3 249,0 11 80 1 80,0 12 78 2 156,0 13 77 2 154,0 14 73 2 146,0 15 72 1 72,0 16 70 1 70,0 17 68 1 68,0 18 67 1 67,0 19 65 2 130,0 20 63 3 189,0 21 60 1 60,0 22 57 1 57,0 23 53 2 106,0 24 52 1 52,0 25 50 1 50,0 26 45 1 45,0 27 40 2 80,0 28 38 1 38,0 29 35 1 35,0 30 33 2 66,0 31 32 3 96,0 32 30 1 30,0 33 27 3 81,0 Jumlah 66 4.660,0 Rata-Rata 70,6
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata skor yang dicapai responden pada kompetensi profesional guru adalah 70,6.
___________________________________
Artinya, skor yang dicapai responden tergolong tinggi.
Data untuk mengukur kompetensi sosial menggunakan angket (kuesioner). Untuk kompetensi kepribadian/personal terdiri atas 4 item, yang hasil jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4
Skor Rata-Rata Kompetensi Sosial
No. Item Skala 1 2 3 4 5 Jml Skor % Rata-Rata Skor 26 0 2 15 124 145 286 86,7 27 0 0 27 80 185 292 88,5 28 0 0 15 76 210 301 91,2 29 0 0 9 176 95 280 84,8 30 0 0 6 56 250 312 94,5 Jml 0 2 72 512 885 1471 445,8 Rata-rata 0,00 0,40 14,40 102,40 177,00 294,20 89,2
Sumber: Diolah penulis, 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah skor yang diperoleh pada item 26 adalah 286, diperoleh rata-rata sebesar 86,7% (didapat dari {286 / (5x66) x 100%}. Item 27 didapat jumlah skor 292, diperoleh rata-rata sebesar 88,5%. Item 28 didapat jumlah skor 301, rata-rata sebesar 91,2%. Item 29 didapat jumlah skor 280, rata-rata sebesar 84,8%. Item 30 diperoleh jumlah skor 312, rata-rata sebesar 94,5%. Dengan demikian, jumlah skor untuk variabel kompetensi sosial didapat rata-rata jumlah skor 445,8 atau rata-rata sebesar 89,2% atau tergolong sangat tinggi.
Dari hasil analisis kompetensi guru di atas hasilnya secara umum dapat dianalisis dalam tabel berikut.
Tabel 5
Rekapitulasi Analisis Pencapaian Kompetensi Guru
No. Aspek yang Diukur % Keterangan
1. Kompetensi Pedagogik 80,4 Sangat tinggi
2. Kompetensi Kepribadian/Personal 83,9 Sangat tinggi
3. Kompetensi Profresional 70,6 Tinggi
4. Kompetensi Sosial 89,2 Sangat tinggi
Jumlah 324,
1
-Rata-rata 81,0 Sangat tinggi
Dari tabel di atas diketahuui bahwa kompetensi pedagogik hasil rata-rata sebesar 80,4%, kompetensi kepribadian/personal guru hasil rata-rata 83,9%, kompetensi profesional
guru hasil rata-rata 70,6%, dan kompetensi sosial guru hasil rata-rata 89,2. Secara keseluruhan kompetensi guru SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang hasil rata-rata 81,0% atau tergolong sangat tinggi.
Selanjutnya, dilakukan pula analisis terhadap mutu lulusan. Untuk menganalisis peningkatan mutu lulusan sekolah dasar, penulis menggunakan indikator Nilai Ulangan Sekolah dari tahun pelajaran 2006/2007 dan 2007/2008 yang terdapat di dalam tabel berikut.
Tabel 6
Analisis Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Dasar Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I
Palembang
No. Rata-Rata Nilai UAS Mata Pelajaran 2006/2007 2007/2008Tahun Pelajaran TurunNaik/ %
1. Pend. Agama Teori 7,12 7,22 0,10 1,40
Praktik 7,17 7,56 0,39 5,44 2. PKn Teori 7,00 6,59 -0,41 -5,86 3. B. Indonesia Teori 6,00 6,87 0,87 14,50 Praktik 7,13 7,45 0,32 4,49 4. Matematika Teori 6,17 6,36 0,19 3,08 5. IPA Teori 6,50 6,34 -0,16 -2,46 Praktik 7,15 7,63 0,48 6,71 6. IPS Teori 6,15 6,55 0,40 6,50
7. Pend. Jasmani Praktik 7,17 7,49 0,32 4,46
8. KTK Teori 7,00 7,50 0,50 7,14
9. Mulok Teori 6,50 7,15 0,65 10,00
Praktik 6,75 7,27 0,52 7,70
Jumlah 89,54 91,80 4,17 63,1
Berdasarkan tabel 21 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai UAS siswa mengalami peningkatan (kenaikan) sebesar 4,17. Hanya dua mata pelajaran, yaitu mata pelajaran PKn dan IPA (teori) yang mengalami penurunan masing-masing sebesar -5,8% dan -2,46%. Namun demikian, jika dijumlahkan rata-rata peningkatan nilai UAS sebesar 63,1%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa mutu lulusan Sekolah Dasar Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang mengalami peningkatan yang tergolong tinggi.
2. Pembahasan
Penemuan kajian ini jelas membuktikan bahwa guru-guru Sekolah Dasar Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang telah melengkapi dirinya akan kompetensi-kompetensi yang meliputi : 1) kompetensi-kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial. Hasil rata-rata yang didapatkan sebesar 81,0% atau tergolong sangat tinggi (lihat tabel 20). Begitu pula dengan peningkatan mutu lulusan hasil rata-rata sebesar 63,1% atau tergolong tinggi. Dari hasil tersebut
___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang. menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi guru
dalam meningkatkan mutu lulusan siswa sangat baik dan positif. Dengan kata lain hipotesis penelitian yang berbunyi: “Terdapat pengaruh pengaruh kompetensi guru dalam meningkatkan mutu lulusan SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang” telah terbukti dan diterima. Pembahasan secara rinci adalah sebagai berikut.
Pertama. Kompetensi pedagogik hasil
sangat tinggi karena rata-rata kompetensi yang dicapai oleh guru tersebut adalah 80,4%. Ini menunjukkan kemampuan guru dalam bidang pedagogik umumnya dilakukan secara konsisten oleh guru-guru SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Namun demikian, hasil temuan lapangan lapangan diketahui ada beberapa guru yang belum melakukan tugasnya secara baik, yaitu : masih ada 5 orang guru yang belum menerapkan teori belajar dan pembelajaran di dalam memilih materi pelajaran dan menyusun rencana pembelajaran, ini menunjukkan penerapan teori belajar dan pembelajaran di dalam menyusun perencanaan pembelajaran masih perlu dipertanyakan bahkan masih perlu mendapatkan pembinaan dari kepala sekolah. Di samping itu ada 7 orang guru kurang melakukan penataan setting pembelajaran dalam kelas dan memanfaatkan hasil asesmen untuk perbaikan kualitas pembelajaran dan 1 orang bahkan tidak melakukan sama sekali. Pada kompetensi pedagogik item nomor 12 yakni merancang dan melaksanakan asesmen dan menganalisis hasil asesmen juga diketahui masih rendah yakni 6 orang guru belum melakukan dengan baik dan ada 1 orang tidak melakukan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang mampu melakukan setting pembelajaran dan melakukan penilaian secara baik, sehingga setting pembelajaran yang dilakukan guru belum diakhiri dengan melakukan assesment (penilaian) terhadap materi pelajaran. Fakta ini menunjukkan pula kekonsistenan guru dalam melaksanakan tugas dan mengaadakan penilaian pada akhir pelajaran pada siswa perlu dipertanyakan. Guru yang kadang-kadang mengabaikan tugas tersebut dan kurang memperhatikan dan mengadakan penilaian untuk menilai kemajuan hasil belajar peserta didik ini bisa disebabkan karena kekurangmengertian guru dalam melakukan hal tersebut. Kemampuan guru menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih juga masih ada yang kurang melakukannya dengan baik, yakni terdapat 8 orang guru kurang
melakukan dan 1 orang guru tidak melakukannya sama sekali. Ini hal ini bisa terjadi karena memang ada di antara guru yang belum terlatih dalam melakukan rangkain kegiatan pembelajaran. Menurut penulis pada kompetensi guru ini tidaklah terlalu mengkhawatirkan karena masih ada guru mau melakukan setting pembelajaran dengan baik dan melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran siswa. Dalam hal ini komitmen guru pada kompetensi pedagogik telah menunjukkan ciri utama dari profesionalitas guru (Supriadi, 1998:98), hal ini patut dipertahankan oleh guru.
Kedua. Kompetensi kepribadian. Pada
kompetensi kepribadian mencakup sikap guru yaitu berakhlak mulia, arif dan bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, mampu teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Secara umum kompetensi kepribadian ini hasilnya sangat tinggi atau sangat baik hasil rata-rata sebesar 83,9%. Namun demikian, hasil temuan lapangan diketahui pada kompetensi guru menjaga jarak dengan peserta didik pada waktu mengajar masih saja terjadi, hal ini menunjukkan guru tersebut agar berwibawa di depan peserta didik, terdapat 4 orang orang guru kurang melakukan hal tersebut dan 1 orang guru tidak melakukannya sama sekali. Ini menggambarkan bahwa guru masih mengabaikan kewibawaan diri sendiri sehingga ia ingin mengadakan hubungan yang lebih dekat dengan siswa sehingga mereka tanpa peduli akibat kedekatan hubungannya itu akan mengakibatkan menurunnya wibawa guru di mata anak-anak.
Di samping itu, ada 2 orang guru yang kurang melakukan kompetensi kepribadian dengan baik, yakni pada item 21, 22, 24, dan 25. Item 21 yaitu kemampuan berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya sebagai guru. Item 22 yaitu meskipun perbuatan salah, guru akan mengakuinya (mengatakannya) secara jujur. Item 24 yaitu sebagai seorang guru suka mengevaluasi diri tentang kelemahan-kelemahan pada waktu mengajar. Item 25 yaitu kemampuan berkomitmen untuk meningkatkan profesi guru. Keempat item tersebut bisa saja terjadi pada diri guru, padahal kompetensi kepribadian merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kepribadian dan sikap guru merupakan salah satu faktor penting yang membuat siswa betah dan senang menerima pelajaran. Faktor psikologis ini
___________________________________
ternyata mampu membantu siswa dalam menyukai setiap mata pelajaran yang ada di sekolah.Kepribadian guru mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam proses pembelajaran.
Pakar pendidikan Prof Dr Zakiah Daradjat pernah melontarkan sinyalemen, ”kepribadian akan sangat menentukan, apakah seorang guru akan menjadi pengrusak dan penghancur masa depan anak didiknya yang masih kecil dan yang sedang goncang jiwanya, ataukah akan menjadi pembentuk, pembangun, dan pengarah masa
depan anak didiknya.”
(www.rakyatlampung.com).
Sinyalemen tersebut mengandung konsekuensi logis, betapa untuk menjadi guru sebagai pengajar, pendidik sekaligus pembina memang memerlukan wawasan yang luas, khususnya yang bersentuhan dengan pembentukan kepribadian guru.
Hal ini wajar terjadi terutama pada item guru yang masih kurang jujur dalam menjalankan tugas. Adanya ketidakjujuran dari guru ini menunjukkan pula tidak semua guru mempunyai pribadi yang baik karena hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pergaulan dan lingkungan sekitarnya.
Ketiga. Kompetensi profesional guru
diketahui kemampuan guru rata-rata 70,6 atau tergolong tinggi. Secara rinci kompetensi yang dilakukan guru tergolong sangat tinggi yaitu 15 item soal (22,7%), dan 11 item soal (16,7%) tergolong cukup tinggi. Namun demikian ada 1 item soal (1,5%) tergolong rendah. Kemampuan profesional guru yang rendah tersebut tercermin dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di sekolah. Jika dikaitkan dengan nilai kemampuan/kompetensi profesional individu dapat dijelaskan bahwa kompetensi guru yang mendapatkan nilai antara 80 hingga 100 adalah 31 orang (47,0%). Kompetensi guru yang mendapatkan nilai antara 60 hingga 79,9 adalah 16 orang (24,2%). Ini menunjukkan kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan /atau kelompok mata pelajaran yang diempunyanya, dan konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu. Dalam menguasai bahan/materi pelajaran dengan hasil sangat baik,
ini dalah hal yang sangat menggembirakan di mana guru secara mendalam telah menguasai mata pelajaran. Kemampuan ini tidak dapat dipisahkan oleh guru. Dalam jurnal Educational
Leadhership kemampuan menguasai secara
mendalam mata pelajaran merupakan tuntutan ke dua untuk menjadi guru profesional (Supriadi, 1998:98). Dari hasil penelitian ini menunjukkan penguasaan guru mengenai bahan atau materi pelajaran meliputi penguasaan dasar-dasar pengajaran, menguasai dan menerapkan kebijakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTS), pemahaman kebijakan pendidikan, menguasai mata pelajaran ekonomi, dan guru mau berusaha menguasai materi pelajaran yang sulit semaksimal mungkin. Kategori tinggi 33 orang (50%) ini menununjukkan guru mampu menjalankan tugas secara prosefional dengan menguasai bahan atau meteri pelajaran dengan sepenuhnya di samping itu guru tersebut masih ada juga yang kurang menerapkan kebijakan KTSP misalnya guru jarang melakukan pengayaan dan remedial (konsep belajar tuntas). Meskipun demikian, masih ada kompetensi guru yang mendapatkan nilai antara 40 hingga 59,9 adalah 8 orang (12,1%). Kompetensi guru yang mendapatkan nilai antara 20 hingga 39,9 adalah 11 orang (16,7%).
Fenomena di atas telah memberi gambaran secara sekilas kepada kita, tentang kondisi dunia pendidikan saat ini di tanah air, dimana kualitas pendidikan di negera kita memang masih jauh dari yang kita harapkan. Perlu sebuah upaya kerja keras tanpa henti dengan melibatkan seluruh stakeholders, agar dunia pendidikan kita benar-benar bangkit dari keterpurukan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga mampu berkompetisi secara terhormat dalam era globalisasi yang semakin menguat. Oleh sebab itu, reformasi pendidikan, di mana salah satunya issu utamanya adalah peningkatan profesionalisme guru merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah
___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang. profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian
tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas.
Keempat. Kompetensi sosial. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, meliputi guru mampu berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat, mampu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, dapat bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, dapat bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan. Hanya saja pada item 26 yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik terdapat 2 orang guru yang kurang melakukannya. Ini menunjukkan bahwa guru tersebut kurang terlatih untuk berkomunikasi dengan peserta didik Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan oleh kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah hendaknya perlu mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan/penataran agar guru menjadi terlatih untuk berkomunikasi dengan peserta didik secara efektif.
PENUTUP 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
a. Kompetensi guru SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang tergolong sangat tinggi. Hal ini diketahui dari hasil analisis data diperoleh rata-rata sebesar 81,0%.
b. Mutu lulusan siswa SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang tergolong tinggi. Hal ini diketahui dari hasil analsis data diperoleh rata-rata nilai sebesar 70,6.
c.
Dari hasil analisis diketahui pula bahwatrdapat pengaruh pengaruh kompetensi guru dalam meningkatkan mutu lulusan SD Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat terbukti dan diterima (Ha diterima).
2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil keesimpulan di atas, dapat peneliti sarankan sebagai berikut:
a. Kompetensi profesional guru masih rendah mengisyaratkan perlunya diupayakan usaha-usaha guna meningkatkan kompetensi profesional guru SD Kecamatan Ilir Barat II Palembang oleh pihak-pihak yang terkait.
b.
Peningkatan kompetensi profesional gurudapat dilakukan dengan peningkatan kualitas guru dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus memiliki kapasitas yang memadai sehingga mampu mengelola pembelajran guna meningkatkan kompetensi profesionalnya. Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui tiga hal yaitu dengan meningkatkan conceptual skills. Peningkatan technical skill, yaitu melalui usaha peningkatan kecakapan spesifik tentang proses, prosedur atau teknik-teknik dalam melaksanakan proses pembelajaran atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan serta teknik-teknik pembelajaran.
c. Bagi guru-guru khususnya guru SD Kecamatan Ilir Barat I Palembang, diharapkan lebih memacu sikap positif terhadap pekerjaan yang diemban yang merupakan bagian dari kompetensi personal/keperibadian. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Upaya untuk meningkatkan sikap guru terhadap pekerjaan, dapat dilakukan melalui peningkatan tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu, komponen kognitif, afektif dan konatif.
1)
Peningkatan komponen kognitif, yaitu melalui usaha peningkatan komponen yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap pekerjaan yang diemban. 2) Peningkatan komponen afektif, yaitumelalui usaha peningkatan komponen yang berhubungan dengan kepuasan terhadap pekerjaan yang diemban. 3) Peningkatan komponen konatif, yaitu
melalui usaha peningkatan komponen yang berhubungan dengan
___________________________________
kecenderungan berperilaku terhadap pekerjaan yang diemban
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Muhammad. 2002. Guru dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset.
Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Sertifikasi
Guru dalam Jabatan Tahun 2008: Buku 6 Pedoman Penyelenggaraan Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, Dirjen Pendidikan Tinggi
Depdiknas, Jakarta.
Depdiknas Kecamatan IB I, 2006, Laporan Ujian
Sekolah, Palembang.
Depdiknas, 2000, Panduan Manajemen Sekolah, Dikmenum, Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 1990, Metodologi Reseach I,: Fakultas Psychologi Universitas Gajah Mada, Jakarta. Hamalik, Oemar. 2002. Pendekatan Baru Strategi
Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru Alegensindo.
Herliani, 2005, Studi tentang Pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi di SD Islam Az – Zahrah Palembang, Skripsi tidak
dipublikasikan, FKIP Universitas Sriwijaya Palembang.
Irwanto, 2005, “Mau ke Mana Pendidikan Dasar Kita?” http://www.kompas.com. Diakses tanggal 13 Maret 2008.
Jalal, Fasli, “Kebijakan Mone dalam Meningkatkan Kualitas Pedidikan bagi Anak-anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia,” Simposium Internasional tentang Inclusion and the Removal of Barriers to Learning Bukittinggi, 26 – 29 September 2005, Direktur Jendral Peningkatan Kualitas Guru dan Tenaga Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia.
Loiselle, C.G. & McGrath, J.P., 2004, Canadian
Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Lubis, A. Y.,. 2004, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Posmodernis, Akademi A, Bogor.
Moeliono, Anton (Penyunting). 1998, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Mulyasa, E., 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi:
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nugroho, 2006, “Ujian Nasional, Kebijakan Tambal Sulam”. Suara Merdeka, Selasa, 2 Mei 2006.
Purwanto, M. Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan: Teori
dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Republik Indonesia, 2003, Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, CV Tamita Utama, Jakarta.
Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rosmawati, 2005. Pengaruh kompetensi guru Kelas
terhadap Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 157 Kecamatan Sako Palembang.
Skripsi tidak dipublikaskan. Palembang: FKIP Universitas PGRI.
Siagian, Sondang P. 1997, Teori dan Praktek
Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta.
Singarimbun dan Effendi, 2001Metode Penelitian
Survai, LP3ES, Jakarta.
Slamet, Margono, 1999. Filosofi Mutu dan
Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, IPB Bogor.
Sudjana, Nana. 2002, Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Cetakan keenam. Sinar Baru
Algensindo, Bandung.
Sudjatmiko, dkk. 2003. Kurikulum Berbasis
Komptensi, Depdiknas, Jakarta
Sugeng, 2006, Hubungan antara Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten Padeglang, Tesis pascasrajana
Magister Pendidikan tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta.
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Sukarman, Herry, dkk. 2003, Dasar-Dasar Didaktik
dan Penerapannya dalam Pembelajaran,
Depdiknas, Jakarta.
Suparno, Paul, 2004, Guru Demokratis di Era
Reformasi, PT Gramedia Widasarana
Indonesia, Jakarta.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Umaidi, 1999, Peningkatan Mutu Pendidikan
___________________________________
*) Hj. Lensiana, mahasiswa Magister Administrasi Publik STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang.
Usman, Husaini, 2001. Peran Baru Administrasi
Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Zid, Muhammad. 2008, “Kompetensi dan Jabatan Profesional Guru Geografi.” Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional, Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII, Kongres Nasional III Ikatan Geograf Indonesia &
Expo Teknologi Informasi Spasial,
Departemen Geografi FMIPA UI, Depok,
14-15 September 2006. www.scansoft.com.