• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

281 JSBPSDM 1(4a)(2020), 281-287.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Penerapan sistem informasi dan pengembangan (SIBANG) dalam peningkatan

kompetensi widyaiswara BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan

Hj. Hamdana

Widyaiswara Ahli Madya BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan Email: halo.hamdana@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sistem Informasi dan Pengembangan (SIBANG) dalam peningkatan kompetensi widyaiswara di BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan. Tulisan ini adalah artikel konseptual yang memaparkan penerapan SIBANG dan hubungannya dengan kompetensi widyaiswara. Penerapan SIBANG perlu diimplementasikan terutama dalam upaya peningkatan kompetensi widyaiswara BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan. Akhirnya, tulisan ini menjadi satu upaya untuk senantiasa meningkatakan kompetensi melalui penerapan sistem informasi dan pengembangan dikalangan widyaiswara.

Kata Kunci: Sistem Informasi dan Pengembangan; Kompetensi Widyaiswara

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

Salah satu kegiatan dalam organisasi adalah melakukan pelayanan. Pelayanan merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Mengingat kebutuhan masyarakat akan pelayanan semakin besar maka tidaklah mengherankan apabila masalah pelayanan mendapat perhatian baik dari pengguna layanan maupun penyedia layanan itu sendiri. Dalam hal ini yang sangat berkaitan dengan pelayanan masyarakat adalah organisasi-organisasi pemerintah yang bergerak di bidang jasa dan bertugas memberikan pelayanan kepada publik. Pelayanan Publik yang dimaksud adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau individu dalam bentuk barang/jasa kepada masyarakat baik secara individu maupun kelompok atau organisasi (Dwiyanto, 2018; Nuriyanto, 2014).

Pelayanan pelanggan yang bermutu merupakan kunci sukses dan dasar untuk membangun keberhasilan dan keuntungan bagi organisasi dalam bidang apapun. Namun sebagian besar organisasi atau perusahaan masa kini banyak yang hanya lebih memfokuskan pada hal-hal yang teknis dan seputar kinerja organisasi dan hanya sedikit sekali yang memperhatikan dari sisi manusianya. Itu sebabnya sangat diperlukan juga mengenai pelayanan bermutu atau berkualitas. Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai sistem manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan pegawai, serta menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan (Rahardian & Zakariya, 2017).

Bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dikatakan berkualitas bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu lembaga/badan

(2)

282 atau instansi pemerintah yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berhubungan dengan pengembangan SDM, terutama yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur. Sebagai lembaga penyedia pelayanan publik maka dituntut semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya terutama yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, karena memiliki peran lebih besar yang menyangkut kepentingan umum.

Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas saat ini, mernbuka peluang bagi pengelolaan dan pendayagunaan informasi secara cepat dan akurat. Teknologi yang dimanfaatkan dengan baik dalam pengelolaan informasi dalam suatu organisasi dapat mengurangi rantai proses kerja melalui penghapusan secara besar-besaran beberapa tahap rantai kerja yang tidak memberikan nilai tambah atau mengurangi tahap proses kerja. Pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi tahap proses kerja inilah yang menjadi dasar dalam organisasi untuk menerapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Salah satu SIM yang digunakan dalam pengelolaan manajemen kinerja dan pengembangan kompetensi widyaiswara adalah Learning Management System (LMS) SiBang Corpu. LMS ini sebenarnya merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘online’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘Students self-service’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran online (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca dan memahami), penilaian online, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan).

Telah diketahui bahwa keberhasilan pengelolaan organisasi sangatlah ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelola atau mengembangkan SDM. Dalam suasana organisasi seperti ini, SDM di dalam organisasi harus mampu untuk menjadi mitra kerja yang dapat diandalkan, baik oleh para pimpinan organisasi/kepala badan, maupun pejabat administrator dan pejabat pengawas. Para pemimpin SDM saat ini berada dalam tekanan yang tinggi untuk menjadi mitra organisasi strategis, yaitu berperan dalam membantu organisasi untuk memberikan tanggapan terhadap tantangan-tantangan yang berkaitan dengan down-sizing, restrukturisasi dan persaingan global dengan memberikan kontribusi yang bernilai tambah bagi keberhasilan organisasi.

Setiap organisasi ingin pegawainya memiliki kinerja dan kompetensi yang tinggi dalam bekerja, termasuk BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan. Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh BPSDM untuk meningkatkan kinerja dan kompetensi widyaiswara, baik melalui pelatihan, pemberian insentif, jenjang karier, dan lain sebagainya. Dengan kompetensi widyaiswara yang tinggi, diharapkan tujuan organisasi akan dapat tercapai sebagaimana telah direncanakan. Bagaimanapun, dalam suatu organisasi yang sudah besar dan berkembang, terkadang dilakukan pemisahan unit-unit atau bagian-bagian dalam organisasi menjadi lebih spesifik. Pemisahan ini kemungkinan akan menyebabkan komunikasi antar pegawai menjadi terhambat, komunikasi tidak berjalan secara efektif, karena masing-masing unit terpisah memiliki task duty serta visi masing-masing. Hal ini menyebabkan setiap pegawai pada masing-masing sentra terfokus pada pekerjaan di masing-masing unit atau bagian tersebut tanpa melakukan komunikasi dengan pegawai lainnya. Adanya pemisahan ini juga menyebabkan struktur komunikasi menjadi terbagi-bagi atau terpisah-pisah. Kondisi ini diduga menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya kinerja dan kompetensi pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.

Dari fenomena dan uraian di atas maka yang menjadi rumusannya adalah bagaimana penerapan system informasi dan pengembangan (SiBang Corpu) dan peningkatan kompetensi Widyaiswara BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan? Tulisan ini bertujuan untuk memahami penerapan SiBang Corpu terhadap peningkatan kompetensi widyaiswara di BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan.

(3)

283 PENERAPAN SISTEM INFORMASI

Terdapat beberapa istilah terkait penggunaan sistem informasi yang diperuntukkan bagi pengelolaan informasi pada sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Beberapa istilah tersebut diantarnya adalah Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian, Sistem Informasi Sumber Daya Manusia, atau Human Resources Information System.

Dalam konteks penyediaan informasi di bidang kepegawaian, seringkali digunakan istilah sistem informasi sumber daya manusia. Sistem informasi sumber daya manusia (human resources information system) menurut Rivai (2011:1015) adalah prosedur sistematis untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menarik dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi tentang sumber daya manusia, aktivitas-aktivitas personalia dan karakteristik-karakteristik organisasinya guna meningkatkan keputusan sumber daya manusia. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah suatu tatanan bagi proses pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penayajian data dan informasi yang diperlukan untuk menunjang administrasi dan manajemen yang berkaitan dengan pegawai di sektor pemerintahan (Komalasari, 2014; Muslikhah, 2019). Ruang lingkup Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah sistem yang mampu berkembang secara luas dan kompleks, serta mampu memberikan informasi tentang pegawai yang diperlukan pimpinan, dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pegawai melalui sistem pembinaan. Pengelolaan kepegawaian yang bersifat manajerial maupun teknis administratif selalu berhubungan dengan data, dalam bentuk yang tercetak maupun data elektronik. Kegiatan administrasi kepegawaian akan berpengaruh pada keadaan data perorangan pegawai maupun keseluruhan. Seringkali perubahan-perubahan yang terjadi tidak segera diketahui para pelaksana administrasi yang lain. Keberadaan perangkat komputer tidak banyak membantu karena data disimpan dan dikelola oleh masing-masing pelaksana dan tidak ada kesatuan plaltform dalam penyimpanannya (Pradita, 2009). Akibatnya dalam hal data pokok sekalipun, bisa perlu waktu lama untuk menemukannya bahkan terjadi kesalahan.

Sebuah sistem informasi kepegawaian haruslah dirancang untuk menyediakan informasi tentang pegawai. Informasi yang dikehendaki pada umumnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Rivai, 2011). Kriteria ini adalah: (1) Tepat waktu. Pimpinan atau bagian kepegawaian haruslah memiliki akses untuk memutakhirkan informasi. Jika selama ini masih menggunakan sarana informasi yang relative sederhana, maka tugas pimpinan harus mengejar sarana informasi yang mutkhir. (2) Akurat. Pimpinan atau bagian kepegawaian harus mampu bergantung pada akurasi informasi yang disediakan. Segala bentuk informasi yang tidak akurat, perkiraan, dugaan, taksiran akan berdampak buruk juga bagi sebuah organisasi. (3) Ringkas. Pimpinan atau bagian kepegawaian harus dapat pula menyerap banyak informasi pada setiap saat. (4) Relevan. Pimpinan atau bagian kepegawaian harus mendapatkan informasi, tidak hanya informasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Sementara bentuk informasi lain yang belum dapat difungsikan dapat disimpan atau cukup diketahui secara terbatas. (5) Lengkap. Pimpinan atau bagian kepegawaian harus mampu mendapatkan informasi secara lengkap, tidak sepotong-potong.

Sistem informasi kepegawaian memberikan wahana pengumpulan, peringkasan, dan penganalisisan data yang berhubungan erat dengan manajemen kepegawaian dan perencanaan kepegawaian. Kebutuhan-kebutuhan informasi yang saling berkaitan sangatlah banyak. Sebagai contoh, penilaian suplai pegawai melibatkan penyimpanan catatan-catatan tentang para pegawai diseluruh organisasi. Aktivitas-aktivitas rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, manajemen karier, kompensasi, dan hubungan pegawai juga menuntut informasi yang tepat waktu dan akurat untuk pengambilan keputusan-keputusan. Sangat penting peranan data kepegawaian dalam rangka melaksanakan Pembinaan pegawai Negeri Sipil sehingga perlu adanya Pembentukan sistem pencatatan Kepegawaian dapat dilaksanankan dengan 2 (dua) cara yaitu (Djawa, 2015):

1. Secara Manual: merupakan pelaksanaan kegiatan pencatatan, penyimpanan dan pengolahan dilaksanakan secara manual , dengan media Buku Induk, File/ Tata Naskah perorangan yang disimpan dalam unit almari khusus.

(4)

284 2. Secara Elektronik merupakan pelaksanaan kegiatan perekaman dan penyimpanan dalam Media Komputer

LMS (LEARNING MANAGEMENT SYSTEM) BPSDM SIBANG ASN CORPU

LMS adalah aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan dalam jaringan, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan. Sebuah LMS yang kuat harus bisa melakukan hal berikut: (1) menggunakan layanan self-service dan self-guided, (2) mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat, (3) mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web scalable’, (4) mendukung portabilitas dan standar, dan (5) personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.

LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘online’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘Students self-service’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran online (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca dan memahami), penilaian online, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia. Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan.

LMS memenuhi persyaratan pendidikan, administrasi, dan penyebaran. Untuk pembelajaran perusahaan (corporate learning), misalnya dapat berbagi banyak karakteristik dengan VLE (Virtual Learning Environment), atau lingkungan belajar virtual, yang digunakan oleh institusi pendidikan, masing-masing LMS memenuhi kebutuhan yang unik. Lingkungan belajar virtual (VLE) yang digunakan oleh universitas dan perguruan tinggi memungkinkan instruktur untuk mengelola program mereka dan bertukar informasi dengan siswa untuk kursus yang dalam kebanyakan kasus akan berlangsung beberapa minggu dan akan bertemu beberapa kali selama berminggu-minggu.

Karakteristik fitur yang tersedia untuk LMS Perusahaan dan Institusi Pendidikan tersebut adalah: (1) Mengelola user, role, courses, instructor, facility. (2) Course calendar. (3) Learning Path. (4) User messaging dan notification. (5) Assesment dan testing yang dilakukan sebelum atau sesudah pembelajaran (Pre-test dan Post-test). (6) Menampilkan nilai (score). (7) Course yang disusun sesuai grade. (8) Penyajian yang berbasis web, sehingga bisa diakses dengan web browser.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan terus menyiapkan langkah percepatan dalam rangka menyambut kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA), Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) dan diklat lainnya yang rencananya menggunakan aplikasi SIBANG LMS (Learning Management System). Selain itu, dibangun ruangan Command Center yang bertujuan untuk memantau proses pembelajaran OPD se-Sulawesi Selatan, maupun BKD/BKPSDM Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, sehingga diharapkan seluruh ASN Sulawesi Selatan memiliki akun masing-masing yang akan digunakan nantinya pada saat mengikuti pelatihan. Aplikasi SIBANG di BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan ini sebelumnya sudah berjalan sejak akhir Tahun 2018 yang kontennya sudah memuat Kebutuhan Data/Informasi, administrasi pelatihan (tidak ada features pelayanan proses pembelajaran/interaksi maya antara peserta dan pengajar/fasilitator). Pendaftaran diklat, informasi jadwal diklat, biodata peserta, evaluasi

(5)

285 penyelenggaran dan evlauasi Widyaiswara/Pengajar. Sedangkan Learning Management System merupakan aplikasi milik BPSDM di mana aplikasi tersebut mulai sejak awal tahun 2020 yang merupakan platform pelayanan proses pembelajaran secara virtual di antaranya membuat skenario pembelajaran, mengupload dan download materi pelatihan, pembuatan, pengiriman dan penilaian tugas, evaluasi interaktif, virtual meeting, dan diskusi kelompok virtual. LMS juga sedang dikembangkan untuk pelayanan virtual Mentor (e-mentoring) dan Coaching (e-coaching) serta pedoman pelaksanaan tugas WI WI manual) dan pedoman keterlibatan peserta dalam pelatihan (e-peserta manual). LMS juga akan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management System) sebagai bagian dari ASN Corpu Learning and Knowledge Management System.

KOMPETENSI WIDYAISWARA

Standar Kompetensi Widyaiswara adalah kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh Widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS, yang terdiri atas kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi substantive (Permenpan Nomor 14 Tahun 2009). Secara terperinci juga telah disebutkan kompetensi jabatan widyaiswara pada setiap jenjang yaitu Pertama, Muda, Madya dan Tinggi. Walaupun belum ada Perkalan yang khusus diturunkan dari Permenpan Nomor 14 tahun 2009 terkait Standar Kompetensi Widyaiswara. Namun jika dilihat dari komponennya, sepertinya tidak berbeda dengan Perkalan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara (yang diturunkan dari Permenpan Nomor 66 Tahun 2005). Berikut ini adalah penjabaran kompetensi widyaiswara menurut Perkalan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara:

1. Kompetensi pengelolaan pembelajaran, yaitu kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, yang meliputi kemampuan: (1) membuat GBPP/Rancang Bangun pembelajaran mata diklat (RBPMD) dan SAP/Rencana Pembelajaran (RP), (2) menyusun bahan ajar, (3) menerapkan pembelajaran orang dewasa, (4) melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta dan (5) mengevaluasi pembelajaran.

2. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara mengenai tingkah laku dalam melaksanakan tugas jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta diklat, yang meliputi kemampuan: (1) menampilkan pribadi yang dapat diteladani; dan (2) melaksanakan kode etik dan menunjukkan etos kerja sebagai WI yang professional.

3. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan yang harus dimiliki WI dalam melakukan hubungan dengan lingkungan kerjanya, yang meliputi kemampuan: (1) membina hubungan dan kerjasama dengan sesama WI; dan (2) menjalin hubungan dengan penyelenggara/pengelola lembaga Diklat. 4. Kompetensi substantif, yaitu kemampuan yang harus dimiliki WI di bidang keilmuan dan

keterampilan dalam mata diklat yang diajarkan yang meliputi kemampuan: (1) menguasai keilmuan dan keterampilan mempraktekkan sesuai dengan materi diklat yang diajarkan; dan (2) menulis karya tulis ilmiah yang terkait dengan lingkup kediklatan dan/atau pengembangan spesialisasinya.

Telah diketahui bahwa instruktur yang ditugaskan pada lembaga kediklatan adalah Widyaiswara yaitu Pegawai Negeri Sipil yang secara formal ditunjuk atau diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan mendidik, mengajar dan melatih melalui kegiatan tatap muka. Sesuai dengan Permenpan Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tugas pokok dan fungsi widyaiswara. Kompetensi (kemampuan dan wewenang) untuk melaksanakan kegiatan dikjartih ada pada Widyaiswara, maka Widyaiswara adalah yang tepat untuk mengemban tugas-tugas itu, walaupun untuk materi substansi tertentu, barangkali dibutuhkan tenaga pelatih dari luar. Sebagai tenaga pelatih yang bertugas

(6)

286 mentransfer materi dan mentransformasi perilaku peserta diklat seyogyanya juga berkompeten, sebagaimana dipersyaratkan kepada Widyaiswara.

Widyaiswara dituntut penguasaan materi (content), metode dan teknik berkomunikasi (metodology). Penguasaan terhadap aspek materi dan metode akan menjamin keefektifan penyampaian materi pembelajaran. Akan tetapi, sikap dan kepribadian (personality) Widyaiswara juga memegang peranan yang sangat menentukan. Kepribadian yang dimiliki Widyaiswara harus mencerminkan kesederhanaan, tetapi menjunjung tinggi disiplin dan sportivitas, representatif, akomodatif, tidak diskriminatif, berpikir independen, mampu mengkomunikasikan buah fikiran, mampu menerapkan pendidikan dengan pendekatan andragogi, serta mampu mendayagunakan alat peraga dan alat bantu dengan baik.

Kondisi Widyaiswara saat ini masih jauh dari ideal. Misalnya, Widyaiswara menguasai prinsip-prinsip kepemimpinan dan pengembangan organisasi tapi tidak punya pengalaman menjadi seorang pemimpin; Widyaiswara menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, tetapi tidak menguasai pengembangan kurikulum itu dengan baik; Widyaiswara menguasai berbagai metode/prinsip-prinsip melatih, tetapi tidak memiliki pengalaman serta tidak menguasai metode/prinsip melatih untuk bidang itu dengan baik; Widyaiswara menguasai prinsip-prinsip mengajar dan mengevaluasi, tetapi tidak memiliki pengalaman menjadi guru serta tidak dapat melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan di bidang itu dengan baik; dan sebagainya. Profesionalitasnya masih bersifat normatif. Inilah masalah yang perlu diatasi.

Widyaiswara dikatakan kompeten jika menguasai Metode dan Teknik pengajaran. Ada dua standar kompetensi mengajar seorang Widyaiswara, yaitu: Pertama, WI harus menguasai metode pengajaran yang efektif. Efektif disini tentu saja mengacu pada prinsip komunikasi yang efektif dimana pesan yang diterima = pesan yang dikirim. Prinsip ini penting karena seorang WI harus mampu menyampaikan materi secara tepat pada peserta. Kedua, WI harus menguasai teknik pengajaran yang interaktif. Interaktif disini kami terjemahkan secara bebas dengan bahasa yang lebih keren daripada sekedar teknik pengajaran yang menarik, walau tujuannya untuk itu. Dua kompetensi itu penting dimiliki seorang WI dalam mengajar dengan alasan jangan sampai tujuan pengajaran tidak tercapai. Dari dua kompetensi tersebut kemudian disusun suatu indikator kompetensi mengajar Widyaiswara. Terdapat 4 indikator yang harus dipenuhi seorang WI yang memiliki kompetensi mengajar “menguasai metode pengajaran yang efektif” antara lain: (1) Materi yang disampaikan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. (2) Penggunaan Bahasa yang mudah dimengerti peserta. (3) Peserta memahami materi yang disampaikan. (4) Peserta mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya, terdapat 5 indikator yang harus dipenuhi seorang WI yang memiliki kompetensi mengajar “menguasai teknik pengajaran yang interaktif” antara lain: (1) WI memakai metode pembelajaran yang bervariasi. (2) Peserta aktif dalam proses pembelajaran. (3) Pemakaian media pembelajaran yang menarik. (4) Pemakaian Ice Breaking yang efektif. (5) Menguasai Teknik Komunikasi yang menarik (Budiyanti et al., 2020).

Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

KESIMPULAN

Sebuah sistem informasi kepegawaian haruslah dirancang untuk menyediakan informasi tentang pegawai. Informasi yang dikehendaki pada umumnya harus memenuhi kriteria tepat waktu, akurat, ringkas, relevan, dan lengkap. Aplikasi SIBANG di BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan ini sebelumnya sudah berjalan sejak akhir Tahun 2018 yang kontennya sudah memuat Kebutuhan Data/Informasi, administrasi pelatihan (tidak ada features pelayanan proses pembelajaran/ interaksi maya antara peserta dan pengajar/fasilitator). Pendaftaran diklat, informasi jadwal diklat, biodata

(7)

287 peserta, evaluasi penyelenggaran dan evlauasi Widyaiswara/Pengajar. Sedangkan Learning Management System merupakan aplikasi milik BPSDM di mana aplikasi tersebut mulai sejak awal tahun 2020 yang merupakan platform pelayanan proses pembelajaran secara virtual. Dengan adanya SIBANG ini diharapkan dapat mengembangkan kompetensi Widyaiswara, khususnya widyaiswara BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan. Widyaiswara dikatakan kompeten salah satunya adalah jika mereka menguasai Metode dan Teknik pengajaran.

REFERENCES

Budiyanti, H., Patiro, S. P. S., Djajadi, M., & Astuty, S. (2020). Does Service Quality in Education and Training Process Matters? Study of Government’s Human Resource Agencies in Indonesia. Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science, 13(1), 41-55. Djawa, K. (2015). Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg)

Untuk Mendukung E-Government Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Timur. Jurnal Administrasi Perkantoran (JPAP), 3(3), 1-15.

Dwiyanto, A. (2018). Manajemen Pelayanan Publik: Peduli Inklusif Dan Kolaborasi. Yogyakarta: UGM PRESS.

Komalasari, S. (2014). Aplikasi Program Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik, 2(4), 613-619.

Muslikhah, R. I. (2019). Dukungan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian terhadap Pengambilan Keputusan di Bkpp Kabupaten Sukoharjo. EFISIENSI-KAJIAN ILMU ADMINISTRASI, 16(2), 10-21.

Nuriyanto, N. (2014). Penyelenggaraan Pelayanan PublikDi Indonesia, Sudahkah Berlandaskan Konsep “Welfare State”? Jurnal Konstitusi, 11(3), 428-453.

Pradita, A. (2009). Sistem Informasi Kepegawaian Berbasis Web Pada Pemerintah Kota Depok Menggunakan PHP dan MySQL. Universitas Gunadarma.

http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/3,227.

Rahardian, R., & Zakariya, Z. (2017). Kualitas pelayanan publik dalam memenuhi kepuasan masyarakat di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya. JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 3(1), 584-591.

Rivai, Veithzal. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik (Edisi Pertama). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang terkait dengan latar belakang di atas yakni: pertama, Bagaimana Kemunculan dan Perkembangan Tarekat Asy- Syahadatain di Desa

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Untuk menganalisis lebih jelas mengenai daya tarik yang dihipotesiskan mempunyai pengaruh terhadap promosi dan informasi, aksesbilitas yang dihipotesiskan mempunyai

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin