• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Kefilsafatan Telaah Konsep Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hakikat Kefilsafatan Telaah Konsep Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

TUGAS

My Widget My Widget Kamis, 12 April 2012 Kamis, 12 April 2012

Hakikat Kefilsafatan Telaah Konsep Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi

Hakikat Kefilsafatan Telaah Konsep Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A.

A.

Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Masalah

Ketika mendengar istilah filsafat maka yang terbayangkan dalam benak pikiran adalah Ketika mendengar istilah filsafat maka yang terbayangkan dalam benak pikiran adalah ibarat “monster” yang seram dimana kita akan kesulitan dalam mengerti, memahami, filsafat itu ibarat “monster” yang seram dimana kita akan kesulitan dalam mengerti, memahami, filsafat itu sendiri. Jika kita mau melihat sebenarnya filsafat merupakan lahir dari kehidupan sehari-hari dan sendiri. Jika kita mau melihat sebenarnya filsafat merupakan lahir dari kehidupan sehari-hari dan kita melaluinya. Permasalahan yang berada dalam filsafat menyangkut pertanyaan, pertanyaan kita melaluinya. Permasalahan yang berada dalam filsafat menyangkut pertanyaan, pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan yang logis antara ide-ide yang tidak dapat mengenai makna, kebenaran, dan hubungan yang logis antara ide-ide yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.

dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.

Perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis Perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat sebagai suatu kajian mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat sebagai suatu kajian ilmu juga berkembang dan melahirkan tiga dimensi utama sekaligus sebagai objek kajiannya. ilmu juga berkembang dan melahirkan tiga dimensi utama sekaligus sebagai objek kajiannya. Ketiga dimensi utama filsafat ilmu ini adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Ketiga dimensi utama filsafat ilmu ini adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Maka dari itu, kami akan membahas tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi. Maka dari itu, kami akan membahas tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi.

B.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas yaitu : Adapun masalah yang akan dibahas yaitu : 1.

1. Apa pengertian filsafat dan filsafat ilmu?Apa pengertian filsafat dan filsafat ilmu? 2.

2. Apa saja yang dibahas di dalam ontologi?Apa saja yang dibahas di dalam ontologi? 3.

3. Apa yang dibicarakan dalam epApa yang dibicarakan dalam epistemologi?istemologi? 4.

4. Apa yang dipermasalahkan dalam aksiologi?Apa yang dipermasalahkan dalam aksiologi?

C.

C. Tujuan

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu: Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu: 1.

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan filsafat ilmuUntuk mengetahui pengertian filsafat dan filsafat ilmu 2.

2. Untuk mengetahui yang dibahas di dalam ontologiUntuk mengetahui yang dibahas di dalam ontologi 3.

3. Untuk mengetahui yang dibicarakan dalam epistemologiUntuk mengetahui yang dibicarakan dalam epistemologi 4.

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia(persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan pengalaman praktis, inteligensi).

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti  perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari  pengetahuan baru.

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.[1]

 Robert Ackerman “ philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific

opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu  jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual).

 Lewis White Beck “ Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific

thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

 Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of

 science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general  scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan- praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang p engetahuan intelektual.)

 Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between

experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori-teori, yakni tentang metode ilmiah.)

 May Brodbeck “ Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,

description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati,  pelukisan dan penjelasan mengenai landasan –  landasan ilmu.

 Peter Caws “ Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what

 philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as  grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered

(3)

as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error . (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat  bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain  pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan  bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan h arapan pada penghapusan

ketakajegan dan kesalahan

 Stephen R. Toulmin “ As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the

elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur  pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,

pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan  bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah 2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah

3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah 4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu

merupakantelaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya.

B.

Ontologi

Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being , dan logos = logic. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).[2] Louis O. Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang  berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate subtanceyang mengeluarkan semua benda. Jadi

asal semua benda hanya satu saja yaitu air .[3]

Menurut A. Dardiri dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan Logika mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.[4]Sementara itu, Sidi Gazalba dalam  bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, Ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan Dalam agama ontologi memikirkan tentang Tuhan.[5]

(4)

a. Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

 b. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu sebenarnya. Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke-real-an, Riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.

Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut:

1. Monoisme

Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe.[6] Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :

a. Materialisme

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.[7] Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari  proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.

 b. Idealisme

Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini  beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma)

atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.[8]

2. Dualisme

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi  bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam

hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.[9]

3. Pluralisme

Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme  bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya n yata.[10] 4.  Nihilisme

 Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.

5. Agnostisisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahasa Grik  Agnostos yang berarti unknown. A artinya no, Gno artinya know.[11] 

(5)

C.

Epistemologi

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung  jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.[12]

Epistemologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat.

1. Objek Filsafat

Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan)-nya. Filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat

Pertama-tama filosof harus membicarakan (mempertanggungjawabkan) cara mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Sebelum mencari pengetahuan mereka membicarakan lebih dahulu (dan mempertanggungjawabkan) cara memperoleh pengetahuan tersebut. Manusia memperoleh pengetahuan dengan cara berfikir secara mendalam.

3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelasakan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis  benar, bila tidak logis, salah.

Kebenaran teori filsafat di tentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori) itu.

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah:

1. Metode Induktif 

Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.[13]

2. Metode Deduktif 

Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.[14]

3. Metode Positivisme

Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian/ persoalan diluar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak metafisika.

4. Metode Kontemplatif 

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh  pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan

suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini  bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.

5. Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialekta mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.[15] Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan  perdebatan.

Metode-metode yang biasa digunakan untuk memperoleh pengetahuan terkristalisasi dalam  beberapa aliran antara lain sebagai berikut:

(6)

1. Aliran Empirisme

Aliran ini dipelopori John Locke, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh melalui  pengalaman langsung dengan cara mengobservasi obyek. Kalau kita ingin mengetahui tentang

warna-warna, maka tak ada jalan lain kecuali harus dengan melihatnya dengan mata kepala. 2. Aliran Rasionalisme

Aliran ini dipelopori oleh Spinoza dan Descartes memberikan penjelasan bahwa ilmu  pengetahuan dapat diketahui melalui cara-cara berfikir deduktif.

3. Aliran Fenomenalisme

Aliran ini dipelopori oleh Kant, yang berusaha mengidentifikasi aliran Empirisme dan Rasionalisme dan kemudian menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bisa diperoleh dengan kedua cara itu, dengan memperhatikan jenis pengetahuan yang ada.

4. Aliran Intuisionisme

Aliran ini diperoleh oleh Bergson, menyatakan bahwa pengetahuan bisa diperoleh melalui intuisi dengan jalan kontemplasi. Sifat dari pengetahuan intuisi ini lebih halus, diperoleh secara cepat dan langsung tanpa media. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat ditransformasikan maaupun diuji validitasnya.

D.

Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios  (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.[16]

Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat  Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan

dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.[17]

Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and).

Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct , yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic exppression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio- political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik .[18]

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation. Yaitu:

1.  Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak  2.  Nilai sebagai kata benda konkret

3.  Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi menilai, dan dinilai.[19]

Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan  pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan- perbuatan manusia. Seperti ungkapan “saya

(7)

 pernah belajar etika”. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Seperti ungkapan “ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila”.

Terdapat dua kategori dasar aksiologi :

1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.

2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan)

Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu, mestilah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Bidang filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan Aksiologi. Ontologi yaitu  bidang/cabang yang menyelidiki hakikat dan realita yang ada. Ontologi filsafat membicarakan

hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu sebenarnya Epistemologi yaitu cabang filsafat yang membahas sumber, batas proses hakekat dan validitas pengetahuan, Epistemologi meliputi  berbagai sarana dan tata cara penggunaan. Epistemologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu

objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat. Aksiologi yaitu yang menyelidiki nilai, aksiologi meliputi nilai normatif.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Salam, Drs. H. Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat . Jakarta: PT. Bumi Aksara Tafsir, Prof. Dr. Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bakhtiar, M. A, Dr. Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada http://afrizal.wordpress.com

http://duniaislami.blogspot.com http://sudrajat.wordpress.com

(9)

[1] Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di  Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya,

[2]Lih. James K. Feibleman, Ontologi dalam Dagobert D. Runes (ed), Dictinary Philoshopy, (Thowa New Jersey : Little Adam & Co., 1976), hlm. 219.

[3]Louis O Katsoff, Element of Philosophy, (New York : The Roland Press Company, 1953), hlm. 178.

[4]A. Dardiri, Humaniora, Filsafat, dan Logika, (Jakarta : Rajawali, ed. I, cet. I, 1986), hlm. 17.

[5]Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Pengantar kepada Teori Pengetahuan, Buku II, (Jakarta : Bulan Bintang, cet. I, 1973), hlm. 106.

[6]Ibid, hlm. 363.

[7]Sunarto, Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia, (Yogyakarta : Andi Offset, 1983), hlm. 70.

[8]Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 56. Lih. Juga Sunoto, op.cit., hlm. 70.

[9]Ibid, hlm. 51, Lih juga A. Tafsir, op.cit., hlm. 30.

[10]Sunarto, op.cit., hlm. 71.

[11]A. Tafsir, op.cit. hlm. 30.

[12]Keterangan lebih mendalam lihat Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre, Sumur Tanpa Dasar Kebebasan  Manusia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. I, 2002), hlm. 131.

[13]Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 1996), hlm. 109.

[14]Ibid

[15]Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 125.

[16]Burhanuddin Salam, Logika Materil ; Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Reneka Cipta, 1997), cet. ke-1, hlm. 168.

[17]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat, hlm.234.

[18]Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. ke-1. hlm. 106.

[19]Paul Edwards, (ed), The Encyclopedia of Philosophy, (New York: Collier Macmillan Publishers, 1967), Volume 7.

Diposkan oleh Ndez Deztriya di 09.28

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Mengenai Saya

Ndez Deztriya

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog  ▼ 2012 (17) o ► Oktober (1) o ▼ April (16)  Masuknya Islam Ke Indonesia

 Guru IPS dan Evaluasi

Belajar

 Tumbuhan Biji Terbuka

dan Tertutup  Perbedaan BP dan BK  Konselor  Metode, Pendekatan dan Teknik  Khulafaurrasyidin  KTSP dan KBK  Relasi dan Fungsi

(10)

 Metode Kumon  Organisasi Bimbingan dan Konseling  Hakikat Kefilsafatan Telaah Konsep Ontologi, Epist...  IPA VS IPS  Rencana di TK  Kepemimpinan  Kurikulum IPS  ► 2011 (1)

Hamsternya Kasih Makan Dong...??? :)

Referensi

Dokumen terkait

Poerwowidodo,(2010),“Telaah Kesuburan Tanah”,Penerbit ANGKASA, Bandung Sarifuddin,(2011),“Kimia Tanah Teori Dan Aplikasi”,Cetakan Pertama, Penerbit.

2) Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel

Pasien laki-laki berumur 56 tahun, gemuk datang dengan keluhan nyeri dada sejak 2 jam yang lalu, ketika nyeri datang pasien sedang tidak melakukan apa-apa. Riwayat merokok sejak

Tujuan pengelolaan zakat yang ingin mengatasi masalah sosial kemasyarakatan berujung dari pendistribusian dana zakat terkumpul. Dengan kebijakan “Zakat sebagai Pengurang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial dan kebutuhan aktualisasi diri mempengaruhi wanita pekerja melakukan peran ganda

Sedangkan dari sisi pemandu masih perlu mendapatkan keterampilan memandu yang edukatif dengan wawasan alam secara ilmiah, keterampilan berkomunikasi bahasa inggris

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan pengetahuan pada mata pelajaran laundry oleh peserta didik SMKN 3 Cimahi meliputi pengetahuan, pemahaman dan

Berdasarkan pemetaan bisnis proses, maka didapat kebutuhan sistem informasi sebagai penunjang aktifitas bisnis utama untuk perencanaan arsitektur enterprise pada