• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN. Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN. Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005

KERANGKA ACUAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim teknis AMDAL Khusus

(2)

Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005

KERANGKA ACUAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang Kabupaten Aceh Jaya

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim teknis AMDAL Khusus

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami Januari 2007

(3)
(4)
(5)
(6)

Tim Teknis AMDAL Khusus :

Dr. Dadang Purnama (Ketua) Ir. Hanzi Djuned (Sekretaris) Prof. Dr. Harun Sukarmadijaya (Anggota) Dr. Bakti Setiawan (Anggota)

(7)

KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD membantu pembuatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005, pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan tersebut diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga perlu dirumuskan lingkup dan kedalaman studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang dilakukan melalui penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dokumen KA-ANDAL ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 dan panduan pelingkupan yang dikeluarkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Semoga Dokumen KA-ANDAL ini menjadi acuan bagi pemrakarsa dalam menyusun dokumen ANDAL, RKL-RPL dan juga bermanfaat baik instansi yang berkepentingan maupun pihak-pihak lain.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan atas selesainya penyusunan dokumen Kerangka Acuan ini.

Banda Aceh, Januari 2007 Tim Teknis AMDAL Khusus Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(8)

DAFTAR ISI

halaman SK Kesepakatan KA-ANDAL Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Gambar ii I Pendahuluan 1

II Proses AMDAL khusus 5

II Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Kegiatan Pembangunan

Jalan Lingkar Kota Calang, di Kabupaten Aceh Jaya 6

III Deskripsi Umum Kegiatan 3

IV Isu-isu Utama 7 V Lampiran 12 Daftar Lampiran

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1

Peta Orientasi kegiatan pembangunan Jalan Lingkar

Kota Calang 3

Gambar 2 Rencana alignment kegiatan pembangunan Jalan

Lingkar Kota Calang 4

Gambar 3 Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untukkegiatan pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya

5

(9)

I. Pendahuluan

Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005, Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk untuk melaksanakan proses pelingkupan (penyusunan dokumen Kerangka Acuan, KA) bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa dan tusnami. Salah satu kegiatan yang diajukan oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias adalah Jalan Lingkar Calang di Kabupaten Aceh Jaya.

Kegiatan pembangunan jalan ini dilaksanakan di bawah koordinasi satuan kerja (Satker) BRR dengan nama Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Kabupaten Aceh Jaya (sumber: laporan Bulan Maret 2006). Sebagaimana diketahui, Kabupaten Aceh Jaya merupakan daerah yang terkena tsunami dengan cakupan yang sangat luas, demikian pula ibukota kabupaten di Calang. Hal tersebut disebabkan sebagian besar Kabupaten Aceh berada di daerah pantai Barat Propinsi NAD. Akibat dari bencana tsunami tersebut, ibukota kabupaten luluh lantak dan dianggap tidak lagi layak sebagai pusat pemerintahan. Karenanya ibukota kabupaten akan dipindahkan sekitar tiga kilo meter ke arah utara (sumber: Masterplan ibukota Aceh Jaya). Pembangunan jalan lingkar Calang merupakan bagian dari ibukota baru tersebut.

Dalam perencanaan yang baik, seharusnya kajian AMDAL dilakukan untuk seluruh kegiatan pembangunan ibukota baru tersebut. Namun karena berbagai pertimbangan seperti realisasi rencana kegiatan yang dikoordinir BRR, pembagian tugas satker, pembagian penanggung jawab yang berbeda antara pembangunan jalan dan pembangunan ibukota (kemungkinan besar adalah Pemda Kabupaten Aceh Jaya), dsb., maka kajian AMDAL dipisahkan sesuai dengan pemrakarsa potensial. Dokumen ini hanya merupakan pelingkupan bagi kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang. Pelingkupan untuk rencana kegiatan ibukota baru harus dilakukan kembali secara terpisah mencakup komponen kegiatan yang lebih banyak.

Untuk kegiatan pembangunan jalan lingkar, realisasi kegiatan ini sudah berjalan hingga 52% (sumber: laporan Bulan Maret 2006) bahkan lebih besar dari itu jika ditambah dengan kegiatan fisik dari Pemda Kabupaten Aceh Jaya. Karenanya kajian lingkungan harus lebih difokuskan pada arahan RKL dan RPL walaupun beberapa isu lingkungan masih bisa dikaji dan diprediksi dampaknya mengingat bahwa perkerasan jalan dan finalisasi pengaspalan jalan masih akan berlangsung cukup lama (2 tahun di muka). Hal ini akan diuraikan lebih jelas pada deskripsi kegiatan dan latar belakang justifikasi pentingnya studi ini. Memperhatikan luasan kegiatan, maka kegiatan ini jatuh pada kategori kegiatan wajib AMDAL dimana pembangunan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308/2005.

Dengan selesainya laporan pelingkupan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus dalam melakukan pelingkupan bagi kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang telah dapat

(10)

2

diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap pembahasan dokumen pelikupan ini bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Komisi Penilai AMDAL Provinsi NAD akan memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya meneruskan proses AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

Proses AMDAL bagi jalan lingkar Calang mulai dilakukan pada tanggal 5 April 2006 saat dilakukan kunjungan lapangan untuk kebutuhan pelingkupan. Publikasi pengumuman pelaksanaan AMDAL untuk kegiatan ini belum dilakukan dan harus dilaksanakan dengan koordinasi sekretariat Komisi Penilai AMDAL Provinsi NAD. Tim Teknis AMDAL khusus yang melaksanakan pelingkupan terdiri ahli yang berasal dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi NAD.

Tim Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk kemudian mulai melakukan proses pelingkupan pada tanggal 7 April 2006 yang mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan,

2. Penggalian informasi tambahan dari Satker Jalan Kabupaten Aceh Jaya, 3. Pelaksanaan tinjauan lapangan,

4. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing-masing anggota Tim Teknis, 5. Diskusi evaluasi dampak hipotetik,

6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak hipotetik,

7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi ANDAL

Untuk memberikan gambaran, bagian berikut ini menguraikan ringkasan kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang. Peta orientasi lokasi kegiatan pembangunan jalan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Kota Calang terletak di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya yang berada antara lintasan jalan antara Kota Banda Aceh dan Meulaboh.

(11)

Gambar 1. Peta orientasi lokasi kegiatan pembangunan jalan lingkar Kota Calang

Secara umum kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang sudah mencapai minggu ke 18 pada bulan Maret 2006 tersebut dengan penangggung jawab Satker BRR-Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Kabupaten Aceh Jaya. Adapun beberapa cakupan dan komponen kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan utama adalah pembukaan jalan baru dengan lebar 10 meter yang berada pada hutan sekunder. Perkerasan yang direncanakan adalah setebal 15 cm. Kegiatan ini ditujukan untuk membuka jalan menuju Kota Calang Baru dan mendukung pembangunan perkantoran Ibukota Kabupaten di lokasi baru,

2. Galian drainase sebesar 3.000 m3, 3. Galian biasa sebesar 253.354,32 m3, 4. Timbunan biasa sebesar 51.967,97 m3, 5. Timbunan pilihan sebesar 9.750 m3,

6. Penyiapan badan jalan sepanjang 65.000 m2 7. Penebangan pohon sebanyak 375 pohon,

(12)

4

8. Peralatan yang akan digunakan adalah excavator 2 unit, buldozer, 5 unit, motor grader 1 unit, vibrator roller 1 unit, water tank 1 unit, dump truck 5 unit, dengan penggunaan tenaga kerja sebanyak 20 orang.

Secara lebih terinci, kegiatan dan kemajuan realisasi proyek pembangunan jalan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Rencana alignment jalan yang berada di areal hutan sekunder dapat dilihat pada gambar 2 sebagaimana berikut.

(13)

II. Proses AMDAL khusus

Sebagaimana telah disebutkan di atas, proses AMDAL untuk kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Provinsi NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Secara singkat, proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada skema sebagai berikut:

Gambar 3. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya

Proses penapisan melalui daftar kegiatan wajib AMDAL

Proposal kegiatan dari pemrakarsa dan pengumuman

AMDAL disyaratkan AMDAL tidak diperlukan

Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan

lingkungan (UKL-UPL) Penyusunan Kerangka Acuan (KA

ANDAL) oleh Tim Teknis dan Pembahasan KA ANDAL oleh

Komisi & Pemrakarsa

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi

Persetujuan oleh Gubernur

Perijinan

(14)

6

Pembangunan jalan lingkar Calang diharuskan menyelesaikan terlebih dahulu kajian AMDAL (tanda panah terputus-putus), namun kenyataannya kegiatan pembangunan ini sudah melakukan kegiatan konstruksi fisik (tanda panah solid). Karenanya, di samping melakukan kajian dampak, kegiatan ini harus segera dilengkapi pengelolaan lingkungan. Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus. Sebagai bahan perbandingan dengan proses AMDAL konvensional yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna dokumen ini dapat melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

III. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang

Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus didasarkan pada dokumen Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal utama. Prinsip konservasi lingkungan harus diakomodasi dengan baik dalam kajian AMDAL ini dan dapat menghidari dampak lanjutan yang lebih besar seperti halnya penebangan liar. Dokumen-dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun dengan bahasa yang sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua kalangan pembaca dan pengguna dokumen ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan untuk dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh masyarakat luas.

Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pendahuluan yang berisi maksud dan tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang;

2. Uraian tentang kesesuaian kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Deskripsi kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang yang memungkinkan untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, termasuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan;

4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi;

5. Kajian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang yang mencakup seluruh isu penting dan dampak hipotetik yang tercantum di dalam Bab IV dari dokumen KA ini;

6. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencana-rencana untuk menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola, serta mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Khusus untuk kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang, dokumen RKL dan RPL harus lebih fokus pada berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan karena kegiatan ini sudah dilaksanakan pembangunannya. Dokumen RKL ini secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut:

(15)

1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak lingkungan hidup;

2. Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL;

3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan hidup;

4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja pengelolaan lingkungan dampak lingkungan hidup;

5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup; 6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup;

7. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen RPL secara medasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau;

2. Sumber dampak;

3. Parameter lingkungan hidup yang dipantau; 4. Tujuan pemantauan lingkungan hidup; 5. Metode pemantauan lingkungan hidup; 6. Jangka waktu dan frekwensi pemantauan; 7. Lokasi pemantauan lingkungan hidup;

8. Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup.

Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di dalam dokumen ANDAL, RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data primer) ataupun data sekunder, literatur, penelitian lain, atau hasil konsultasi dengan instansi terkait dan dengan masyarakat harus dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan referensi yang benar.

Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan, hal tersebut harus disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau pendapat para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya. Keahlian yang membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu dampak memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk emisi debu dan gas buang, kepadatan lalu lintas, erosi, pengelolaan limbah cair atau drainase), hal ini diharapkan didampingi dengan pertimbangan profesional untuk memverifikasi kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan. Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000.

IV. Isu-isu utama

Berikut adalah isu-isu utama yang terkait dengan potensi dampak akibat pembangunan jalan lingkar Calang harus sedapat mungkin memenuhi permintaan dari dokumen Kerangka Acuan dan menjawab isu-isu utama ini.

(16)

8

Bagian 1. Alternatif-alternatif

1. Uraikan dan berikan alasan penggunaan alternatif-alternatif alignment jalan berdasarkan situasi nyata di lapangan, disain awal, dan disain akhir yang disepakati, sehingga pilihan yang dilakukan menunjukkan alternatif yang terbaik,

2. Jelaskan rencana penggunaan kemiringan jalan sesuai dengan kriteria jalan untuk fungsi wilayah perkotaan,

3. Deskripsikan berbagai alternatif konstruksi jalan yang akan digunakan (tipe yang digunakan) dan metode penggunaannya,

4. Jelaskan alternatif penyediaan air bersih untuk para pekerja dan pemeliharaan jalan selama pekerjaan pembangunan dilakukan,

5. Kaji alternatif sumber penyediaan bahan baku untuk pembangunan jalan, lokasiquarry dan bahan material lainnya yang akan digunakan selama pelaksanaan pembangunan jalan hingga perkerasan dan pelapisan jalan,

6. Kaji secara singkat pilihan “do nothing” atau skenario jika kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang tersebut tidak dilakukan.

Bagian 2. Isu lingkungan

1. Longsoran akibat kegiatan galian dan timbunan (cut and fill) merupakan salah satu isu penting akibat kegiatan pembangunan jalan. Untuk itu kajian ANDAL harus memprediksi dan mengevaluasi masalah longsoran yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan jalan. Hal ini akan berkaitan dengan keselamatan pekerja, pemakai jalan, dan dampak lanjutan terhadap erosi lereng dan sedimentasi di badan-badan air yang ada.

2. Kestabilan lereng merupakan isu teknis yang berkaitan langsung dengan keselamatan pekerja dan keselamatan pemakai jalan. Dari sisi lingkungan, dampak potensialnya adalah erosi lereng dan sedimentasi. Untuk itu, hal ini perlu dikaji untuk mendapatkan pengelolaan yang tepat sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. 3. Erosi adalah dampak lingkungan yang sangat tipikal dihasilkan dari kegiatan

pembangunan jalan. Untuk itu, ANDAL harus dapat mengkaji, memprediksi, dan mengevaluasi dapak erosi tersebut.

4. Kaji potensi sedimentasi akibat longsoran dan erosi yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan jalan.

5. Emisi debu adalah dampak potensial dari kegiatan pembangunan jalan baru. Karena pembangunan jalan dilakukan di daerah yang minim jumlah penduduknya (hutan sekunder) maka dampak emisi debu terhadap manusia diperkirakan rendah. Dalam studi ANDAL, kaji penanganan emisi debu terhadap pemukiman (terutama di daerah yang berpenduduk (seperti di Kr. Batee Tutong). Rencanakan pengelolaan emisi debu akibat perawatan jalan/penyiraman. Hal ini terkait dengan gangguan terhadap manusia dan flora di sekitar lokasi kegiatan pembangunan jalan.

6. Kaji dan prediksikan kebisingan yang ditimbulkan akibat kegiatan pembangunan jalan dan dampaknya terhadap fauna (stress, migrasi fauna).

(17)

7. Rencanakanlandscapesejak awal tanpa perlu melakukan penebangan pohon secara eksesif/berlebih. Hal ini sangat diperlukan untuk pengelolaan hutan di masa mendatang sebagai daerah hijau alami atau hutan kota (terlebih Kota Calang baru sudah dicanangkan sebagai kota bercirikan lingkungan (eco city). Rencanakan konservasi beberapa area lahan hutan,enclave dan sumber air alami untuk keperluan kota di masa mendatang. Hal ini termasuk upaya konservasi dan perlindungan pohon-pohon unik di sepanjang jalan. Upaya konservasi dan perencanaan yang baik akan lebih bermanfaat, efektif, dan murah dibandingkan dengan penanaman kembali ketika area hutan kota diperlukan.

8. Kaji potensi genangan akibat pembukaan lahan dan perubahan koefesien aliran (run off) dan rencanakan sarana drainase yang diperlukan.

9. Kaji dan perhitungkan potensi banjir akibat perubahan fungsi lahan yang dapat mempengaruhi wilayah lain.

10. Rencanakan penanganan limbah/sampah dari pekerja selama tahap konstruksi dan rencanakan pengelolaan tumpukan material sehingga tidak menimbulkan ceceran, aliran material yang dapat menyebabkan sedimentasi pada badan-badan air yang ada atau mengganggu keselamatan pengguna jalan.

11. Kaji dan lakukan rencana pemanfaatan kembali top soil yang dikupas dari kegiatan galian/pemotongan lahan (cut) untuk penggunaan yang lebih bermanfaat di masa mendatang atau dikembalikan kepada lahan alternatif.

12. Kaji dan informasikan penggunaan lahan tambang material jalan (quarry) terutama kaitannya terhadap kualitas air, gangguan terhadap muka air tanah, dan rencanakan pengelolaan pasca pemanfaatanquarrytersebut.

13. Identifikasi secara mendalam flora fauna endemik, langka, dan dilindungi dan rencanakan pengelolaan dampak kegiatan pembangunan jalan tersebut terhadap flora fauna tersebut.

14. Deskripsikan dan kelola penggunaan bahan kimia jika ada (pestisida, herbisida, sisa aspal, ceceran BBM, oli, dsb) selama kegiatan pembangunan jalan dan pemeliharaannya.

15. Rencanakan upaya untuk menjaga kualitas air permukaan dari pengaruh dampak kegiatan pembangunan jalan.

16. Kaji dan perhatikan serta rencanakan kesinambungan dan keterkaitan ekosistem (koridor) hutan di luar kota baru dan di dalam kota baru. Hl ini perlu juga dikaitkan dengan manajemen hutan di dalam areal yang dicakup rencana alignment jalan dan manfaatkan hutan eksisting saat ini untuk memberikan kesempatan jalan bagi migrasi fauna yang ada di dalamnya.

Bagian 3. Dampak lingkungan lanjutan/turunan

1. Kaji dampak lanjutan yang skalanya lebih besar dari dampak primer kegiatan pembangunan jalan. Illegal logging adalah salah satu dampak nyata yang sudah terjadi di areal sekitar lokasi pembukaan jalur jalan. Rencanakan pengelolaan dan koordinasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegiatan penebangan hutan secara illegal.

(18)

10

2. Kaji dan koordinasikan potensi konflik penggunaan/pembukaan jalan dengan penataan hutan. Uraikan prosedur alih fungsi hutan yang ditempuh kegiatan ini.

3. Prediksikan potensi perubahan tata ruang di sepanjang jalan (yang dibangun Pemda Aceh Jaya) ditambah hubungan dan keterkaitan jalan yang sedang dikerjakan dengan jalan arteri primer/regional dari Banda Aceh ke Meulaboh di sebelah Utara.

4. Kaji dan uraikan kemungkinan konflik penggunaan jalan dengan penataan hutan setempat (kebijakan, upaya konservasi, atau tukar pakai yang telah/akan dilakukan). 5. Kaji potensi perubahan land use di sepanjang jalan baru. Rencanakan pengawasan

dan pengaturan yang tepat bagi pemukiman yang biasanya tidak terkontrol menyerbu daerah milik jalan. Koordinasikan dengan instansi yang melakukan pengawasan terhadap peraturan mengenai tata ruang.

6. Rencanakan pengelolaan lalu lintas (tanda-tanda dan sosialisasi) untuk menjamin keamanan para pemakai jalan.

7. Kaji potensi peningkatan volume lalu lintas terhadap jalan di luar proyek dan dampak dari beban kendaraan terhadap kekuatan jalan (misalnya akibat pengangkutan material dari quarry).

Bagian 4. Sosial Ekonomi Budaya

1. Kaji dan uraikan peluang kerja yang mungkin timbul dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonomi setempat. Kaji pula potensi dampak positif dari kegiatan pembangunan jalan ini terhadap kegiatan ekonomi mikro setempat.

2. Kaji potensi kesenjangan sosial ekonomi dan budaya dari para pekerja pendatang dan pekerja setempat serta penduduk lokal. Rencanakan upaya penanganan dampaknya. 3. Kaji potensi klaim lahan di kiri dan kanan jalan setelah pekerjaan konstruksi jalan

selesai dilaksanakan. Lakukan koordinasi dengan instansi yang mengatur dan mengendalikan kepemilikan lahan. Kejelasan atas kepemilikan lahan di sekitar alignment jalan akan mempermudah pengelolaan potensi konflik tersebut.

Bagian 5. Lain-lain

1. Rencanakan penanganan lalu lintas untuk keselamatan pengguna jalan dan pekerja. 2. Siapkan SOP untuk penggunaan base camp pembangunan jalan dan pengendalian

potensi terhadap pencemaran air tanah akibat kegiatanbase camptersebut.

3. Uraikan rencana pengelolaan bagi penumpukan material konstruksi dan sampah yang dihasilkan dari aktifitas pekerja konstruksi jalan.

4. Uraikan upaya-upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja.

Konsultasi masyarakat

1. Lakukan konsultasi dengan pihak terkait dari pemda/dinas-dinas di lingkungan Kabupaten Aceh Jaya terutama instansi yang menangani kehutanan (untuk kegiatan

(19)

penebangan pohon bagi kebutuhan jalur jalan ataupun pengawasan penebangan liar), Bappeda (untuk perencanaan kota baru), BPN (untuk potensi klaim lahan), kimpraswil/PU (untuk itu penataan pemukiman).

2. Lakukan konsultasi dengan masyarakat lokal, terutama penduduk di sekitar Kr. Batee Tutong, Dayah Baro, dan Keutapang sehingga masyarakat tidak terkejut dengan rencana pembangunan di sekitar tempat tinggal mereka dan dapat berpartisipasi menuju pembangunan masyarakat yang ideal. Tampung berbagai usulan dari masyarakat dan kaji implikasinya terhadap kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang sehingga semua pihak mendapatkan manfaat.

Wilayah studi

Pemrakarsa kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang harus menetapkan batas-batas wilayah studi sebagaimana lazimnya dilakukan di dalam suatu studi ANDAL untuk memastikan pelaksanaan studi yang fokus dan tepat serta efektif. Batas-batas studi kemudian digunakan untuk memilih titik-titik sampel untuk keperluan pengambilan data primer dan sekunder guna kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi dampak. Selain mengacu kepada definisi batas-batas wilayah studi yang berlaku, setiap penarikan garis batas pada peta dengan skala yang memadai harus dilengkapi dengan alasan yang tepat dan rasional. Alasan serta justifikasi tersebut harus juga dilakukan pada saat menentukan titik-titik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah studi yang dimaksud.

Dalam menentukan batas-batas wilayah tersebut, pemrakarsa agar mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Batas proyek

Batas proyek agar berkonsentrasi pada 100 m dikiri kanan yang dikaji terhadap tata ruang dan klaim masyarakat yang mungkin timbul. Batas proyek juga harus mempertimbangkan area quarry untuk penyediaan material jalan dengan jarak yang memadai dari kegiatan/ aktifitas fisik pada masing-masing komponen kegiatan (terkecuali jika pengelolaan quarry

dilakukan oleh pemrakarsa lain).

2. Batas ekologis

Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan berbagai badan air di sekitar lokasi alignment jalan. Batas ekologis juga agar mempertimbangkan arah angin dominan (yang dianalisis melalui kajian wind rose) di sekitar lokasi kegiatan guna memperkirakan dampak penyebaran emisi debu. Bentuk batas ekologis harus dapat dijelaskan secara ilmiah mengapa garis batas tersebut dipilih.

3. Batas administrasi

Batas administrasi agar difokuskan pada wilayah administrasi Kecamatan Krueng Sabee walaupun terbuka kesempatan untuk menarik batas yang lebih luas selama penentuan

(20)

12

tersebut dapat dijelaskan secara rasional. Penentuan batas administrasi ini sedapat mungkin harus mengacu pada blue print dan rencana tata ruang Kabupaten Aceh Jaya serta memperhitungkan kewenangan pengawasan dari wilayah administrasi terhadap dampak yang mungkin timbul seperti halnya kegiatan penebangan hutan secara liar (illegal logging)..

4. Batas sosial

Batas sosial agar difokuskan pada pemukiman di daerah-daerah Kr. Batee Tutong, Dayah Baro, dan Keutapang. Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial tersebut dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain yang lebih menentukan. Jelaskan pula mengapa batas-batas tersebut dipilih. Pertimbangkan pula rencana-rencana pemukiman yang ada padablue printdan rencana tata ruang Kabupaten Aceh Jaya.

Sebagai hasil akhir, penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi wilayah studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan resultante ini agar dilakukan dengan alasan dan justifikasi yang rasional bukan sekedar menarik garis terluar dari keseluruhan batas-batas yang ada.

Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta yang representatif, jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil akhir penentuan batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan lokasi-lokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-alasan yang kuat.

Kepakaran yang diperlukan

Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjuk pelaksana studi yang memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Secara minimal (dapat dikembangkan sesuai kebutuhan), tim studi ANDAL untuk kegiatan pembangunan jalan lingkar Calang harus memiliki tenaga-tenaga ahli sebagai berikut:

1. Ahli AMDAL (team leader, memiliki sertifikat AMDAL penyusun), 2. Ahli jalan dan transportasi,

3. Ahli hidrologi, 4. Ahli biologi,

5.

Ahli sosial-budaya

.

V. Lampiran

Daftar lampiran

Lampiran 1: Peta Ruas Jalan Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi NAD Lampiran 2: Foto hasil kunjungan lapangan

(21)
(22)

LAMPIRAN 2

Foto-foto hasil kunjungan lapangan

Foto 1. Pembukaan jalur jalan yang berada di hutan sekunder

Foto 2. Jalur jalan yang namapk jelas berada di tengah-tengah hutan sekunder

Foto 3. Air permukaan yang berpotensi terkena dampak akibat pembukaan jalan

(23)

Foto 4. Longsoran dan erosi di sepanjang bahu jalan yang harus dikelola agar tidak menimbulkan dampak lanjutan

Foto 5. Longsoran di bahu jalan dan penebangan hutan yang dapat memperburuk kestabilan tanah

Foto 6. Pembukaan jalur yang tidak memperhatikan potensi erosi tanah pucuk (top soil)

Foto 7. Kebakaran hutan akibat tidak adanya pengawasan. Hal ini dapat

(24)

Foto 8. Gambaran yang lebih luas dari kebakaran hutan di samping jalur jalan yang telah dibuka

Foto 9. Kestabilan jalan dan perkerasan harus segera dilakukan untuk menghindarkan erosi yang lebih buruk terhadap lahan di sekitar

Foto 10. Pembalakan hutan (illegan logging) sebagai dampak lanjutan akibat terbukanya akses ke dalam areal hutan, memerlukan pengelolaan

Foto 11. Kegiatan fisik yang mulai dilakukan di sepanjang jalur jalan yang telah dibuka. Perlu perhatian agar sesuai denganmaster plan yang ada

(25)

Foto 12. Dampak emisi debu dari kegiatan pembuatan jalan terhadap rumah penduduk, memerlukan pengelolaan

(26)

LAMPIRAN 3

(27)

Gambar

Gambar 1. Peta orientasi lokasi kegiatan pembangunan jalan lingkar Kota Calang
Gambar 2. Rencana alignment kegiatan pembangunan Jalan Lingkar Calang
Gambar 3. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya
Foto 1. Pembukaan jalur jalan yang berada di hutan sekunder
+4

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Micorrhiza Helper Bacteria ( Pseudomonas diminuta L. dan Bacillus subtilis C.) Terhadap

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa turunan melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi

Rancang Bangun Kumparan Stator Motor Induksi 1 Fasa 4 Kutub Dengan Metode Kumparan Jerat ; Yanti Kumala Dewi; 101910201075; 2014; 59 halaman; Program Studi Strata Satu

Penggunaan kawat email rangkap dan tunggal pada motor induksi 3 phasa rotor sangkar 2 horse power: perbandingan efisiensi dan biaya; Dwi

Dari beberapa komoditi tersebut, kakao menunjukkan produksi yang sangat tinggi dibandingkan komoditas lainnya (BPS Sulawesi Tenggara, 2013), sehingga kakao memiliki potensi

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi maupun keterangan Para Terdakwa dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan, diperoleh

dalam penelitian ini yang akan membahas tentang manajemen operasional.

Faktor yang paling mempengaruhi anggota KBIH adalah jemaah haji atau Calon jemaah haji yang bergabung pada KBIH sebagai penyelenggara manasik haji di 21