WORKSHOP
EVALUASI
DAN
PENDATAAN
CREEL
2011
WILAYAH
COREMAP
II
ADB
Disusun oleh : Dewirina Zulfianita Raden Sutiadi
Editor : Nurul Dhewani Mirah Sjafrie
Coral Reef Information and Training Center
Coral Reef Rehabilitation and Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
COREMAP II ‐ LIPI
Jl. Raden Saleh No. 43 Jakarta 10330 www.coremap.or.id
KATA
PENGANTAR
Laporan Perjalanan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL tahun 2011 di delapan kabupaten Wilayah ADB telah dilakukan dari bulan Mei sampai Juli 2011. Kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan. Kegiatan pertama merupakan workshop yang bertujuan untuk mendesiminasikan hasil‐hasil kegiatan CREEL kepada seluruh stakeholder terkait di masing‐masing kabupaten. Dalam workshop akan dipaparkan hasil pendataan CREEL sejak tahun 2008 sampai tahun 2010. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap para pencatat mengenai pengisian formulir 1 sampai 5, nama‐nama ikan, alat tangkap, lokasi tangkap dan sebagainya, juga dilakukan pengumpulan data dan entry data CREEL 2011.
Secara umum kegiatan di delapan kabupaten ini diikuti oleh 192 orang yang terdiri dari Dinas terkait, Para pencatat CREEL, Peng’enrty data CREEL, PIU, para Tauke, Kepala Desa/Lurah, Camat.
Disadari bahwa terlaksananya kegiatan workshop evaluasi dan pendataan CREEL tidak akan terlaksana tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada PIU, CRITC Kabupaten yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan pendataan dan penulisan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, untuk itu saran maupun kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Jakarta, Agustus 2011 Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. LATAR BELAKANG 1
I.2. TUJUAN 2
I.3. LUARAN 2
I.4. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN 2
I.5. PELAKSANA 2 BAB II METODE PELAKSANAAN 4 II.1. PERSIAPAN 4 II.2. WORKSHOP 4 II.3. EVALUASI 4
II.4. PENGUMPULAN DATA 4
II.5. PELAPORAN 4
BAB III DINAMIKA PERSIAPAN 7
BAB IV DINAMIKA WORKSHOP 9
IV.1. KABUPATEN BINTAN 9
IV.2. KABUPATEN NATUNA 15
IV.3. KOTA BATAM 19
IV.4. KABUPATEN LINGGA 23
IV.5. KABUPATEN MENTAWAI 28
IV.6. KABUPATEN TAPANULI TENGAH 31
IV.7. KABUPATEN NIAS SELATAN 42
IV.8. KABUPATEN NIAS 47
BAB V DINAMIKA EVALUASI DAN PENDATAAN 47 V.1. KABUPATEN BINTAN 47 V.2. KABUPATEN NATUNA 51 V.3. KOTA BATAM 56 V.4. KABUPATEN LINGGA 59
V.5. KABUPATEN TAPANULI TENGAH 65
V.6. KABUPATEN NIAS 66
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Survei CREEL di wilayah COREMAP ADB telah dilakukan sejak tahun 2006 di 8 Kabupaten, yaitu di Kabupaten Mentawai, Tapanuli Tengah, Nias, Nias Selatan, Bintan, Lingga, Natuna dan Kota Batam. Desa yang dipilih untuk survei CREEL telah disepakati oleh masing‐masing daerah pada waktu suvey awal. Untuk setiap Kabupaten/Kota, lokasi survei CREEL tidaklah sama, tergantung kesepakatan dengan para pencatat. Walaupun pendataan telah dimulai sejak tahun 2006, namun pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan CREEL ini masih simpang siur. Sampai tahun 2008 data yang terkumpul masih sulit untuk dianalisa. Kendala di tingkat pusat adalah sulitnya melakukan ‘clering data’ yang berasal dari daerah. Di tingkat kabupaten dan desa, kendala yang sering dijumpai adalah : 1) kesalahan dalam pengisian formulir; 2) pergantian pencatat; 3) penyampaian data dari desa‐ kabupaten‐pusat; serta 4) insentif untuk para pencatat. Untuk memperbaiki keadaan tersebut pada pertengahan tahun 2008, CRITC Nasional melakukan pelatihan ulang ke seluruh lokasi COREMAP ADB, dengan harapan bahwa setelah pelatihan ulang data yang terkumpul menjadi lebih baik dan dapat dianalisis. Hasilnya pada akhir tahun 2008 diperoleh data dari 44 desa yang meliputi 71 lokasi pendaratan ikan.
Pada tahun 2008 telah diterbitkan buku “Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat” akan tetapi ternyata ada kesalahan dalam penghitungan Catch Per Unit Effort (CPUE), hal ini disebabkan karena kesalahpahaman pembuat software CREEL. Kemudian CRITC Pusat berupaya untuk menyempurnakan software CREEL yang akhirnya digunakan sampai saat ini.
Seiring dengan berjalannya waktu, pendataan CREEL tahun 2009 dan 2010 telah berjalan lebih baik dari tahun sebelumnya, namun masih juga ada permasalahan yang muncul. Hasil Evaluasi data CREEL tahun 2009 dan 2010 yang masuk ke CRITC Nasional terlihat bahwa:
Adanya informasi yang kurang lengkap pada formulir 1, 2, 3, 4 dan 5. Inkonsistensi dalam penulisan nama ikan dan alat tangkap
Ketidaktelitian dalam peng’entry’an data.
Di penghujung COREMAP Fase II ini CRITC Pusat perlu melakukan klarifikasi ulang mengenai kode pendaratan ikan, nama ikan, lokasi tangkap, lokasi pendaratan serta hal‐al lain yang masih tertinggal. Oleh karena itu tahun 2011 ini perlu kiranya
TUJUAN
Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Mendesiminasikan hasil‐hasil kegiatan CREEL dari tahun 2008‐2010 2. Mengevaluasi kegiatan CREEL yang telah dilakukan di 8 lokasi ADB,
3. Mengumpulkan data CREEL tahun 2011 mengentry, clearing dan analisis data.
LUARAN
Laporan CREEL untuk wilayah COREMAP II ADB
WAKTU
DAN
TEMPAT
PELAKSANAAN
Pelaksanaan Evaluasi dan Pendataan CREEL dilakukan di masing‐masing kabupaten lokasi COREMAP II wilayah Indonesia Barat pada bulan Mei sampai Juli 2011. Tempat pelaksanaan di masing‐masing kabupaten dirangkum dalam tabel dibawah ini :
NO KABUPATEN WAKTU
PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN
1 Bintan 23 – 24 Mei Hotel Comfort, Tanjung Pinang
2 Natuna 31 Mei – 1 Juni Hotel Felicia, Ranai
3 Batam 8 – 9 Juni Hotel Pelita, Batam
4 Lingga 16 – 17 Juni Hotel Lingga Permai, Daik
5 Mentawai 28 – 29 Juni Aula Kantor DKP Kabupaten
Kepualaun Mentawai
6 Tapanuli Tengah 6 – 7 Juli Hotel Bumi Asih, Pandan
7 Nias 15 – 16 Juli Hotel Nasional, Gunung Sitoli
8 Nias Selatan 12 Juli Wisma Yongso, Teluk Dalam
PELAKSANA
Pelaksana Wokshop Evaluasi dan pendataan CREEL ini adalah CRITC Pusat dibantu oleh CRITC Daerah. Distribusi personil disarikan dalam tabel dibawah ini :
NO KABUPATEN NAMA PERSONIL WAKTU
PELAKSANAAN
1 Bintan Nurul, Dewirina, Siti Balqis, Eka
Sapta, Yuanita
19 – 25 Mei
2 Natuna Nurul, Dewirina, Widodo, Hanni
Harbimaharani, Fitri Amelia
29 Mei – 4 Juni
3 Batam Nurul, Dewirina, Raden Sutiadi,
Agus Dendi, Widodo
6 Juni – 12 Juni
4 Lingga Nurul, Raden Sutiadi, Mulyanto,
Eka Sapta, Hanni Harbimaharani
14 Juni – 20 Juni
5 Mentawai Nurul, Dewirina, Mulyanto, Fitri
Amalia
27 Juni – 2 Juli
6 Tapanuli Tengah Nurul, Widodo, Mulyanto, Siti
Balqis
4 – 9 Juli
7 Nias Nurul, Agus Dendi, Raden Sutiadi,
Widodo, Dewirina
10 – 19 Juli
8 Nias Selatan Nurul, Agus Dendi, Raden Sutiadi,
Widodo, Dewirina 10 – 19 Juli
BAB
II
METODE
PELAKSANAAN
Kegiatan Workshop evaluasi dan pendataan CREEL dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2011. Detail kegiatan akan diuraikan sebagai berikut :
PERSIAPAN
Kegiatan persiapan meliputi perencanaan, personil terkait, surat menyurat, pembiayaan, teknis pelaksanaan workshop, evaluasi dan pendataan. Untuk pembuatan materi workshop dilakukan Prima Resort di Cisarua tanggal 10 – 12 Mei 2011.
WOKSHOP
Tujuan dari workshop adalah untuk mendesiminasikan hasil‐hasil kegiatan CREEL kepada seluruh stake holder terkait di masing‐masing kabupaten. Kegiatan ini diikuti oleh 192 orang peserta yang terdiri dari unsur‐unsur sebagai berikut :
Kabupaten Pencatat Entry
Data Kades CRITC
PIU/ Dinas Terkait Jumlah Lingga 14 1 7 3 5 30 Bintan 10 2 5 3 7 27 Natuna 7 3 7 3 7 27 Batam 11 2 7 2 7 29 Tapteng 5 2 3 4 7 20 Nias 8 1 8 1 6 24 Nias Selatan 4 1 2 2 4 13 Mentawai 5 1 5 3 7 21 TOTAL PESERTA 192
EVALUASI
DAN
PENGUMPULAN
DATA
Kegiatan ini merupakan pertemuan antara pencatat, data entry kabupaten serta tim CRITC Pusat. Hal‐hal yang dievaluasi dan diklarifikasi adalah nama ikan, lokasi tangkap, tangkapan berdasarkan alat tangkap serta dinamika yang terjadi selama pendataan CREEL. Pengumpulan data dilakukan secara paralel, data yang dikumpulkan adalah data CREEL tahun 2011. Selanjutnya data dientry ke dalam software CREEL. Tim juga melakukan pemotretan alat tangkap beberapa jenis ikan di masing‐masing kabupaten.
PEMBUATAN
LAPORAN
Pembuatan Laporan Perjalanan dilakukan di Kantor CRITC COREMAP II LIPI Jl. Raden Saleh No 43 Jakarta Pusat.
JADUAL ACARA WORKSHOP EVALUASI DAN PENGUMPULAN DATA CREEL
HARI/WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
Hari pertama 12.00 Peserta desa check in di penginapan
Hari kedua 08.00 – 08.30
09.00 – 09.15
09.15 – 09.30
Registrasi peserta
Sambutan dari CRITC Pusat
Pembukaan oleh Daerah
09.30 – 10.00 Rehat 10.00 – 11.00
11.00 – 11.30
Penyampaian Hasil CREEL oleh CRITC Pusat Presentasi CREEL Daerah
11.30 – 12.30 Diskusi
12.30 – 13.30 Penutupan
13.30 – 14.30 Ishoma
14.30 – 16.00 Diskusi umum pelaksanaan CREEL 2011
16.00 1stirahat
Hari ketiga
08.30 Pembagian Kelompok
09.00 – 12.00 Kerja kelompok Rehat di dalam kelas
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 15.00 Diskusi Hasil Kelompok 15.00 ‐ selesai Catatan
Penutupan
Hari keempat
Pencatat kembali ke desa masing‐masing
JADUAL ACARA WORKSHOP EVALUASI DAN PENGUMPULAN DATA CREEL
DI KABUPATEN NIAS SELATAN
HARI/WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
Hari pertama 12.00 Peserta desa check in di penginapan
Hari kedua 08.00 – 08.30
09.00 – 09.15
09.15 – 09.30
Registrasi peserta
Sambutan dari CRITC Pusat
Pembukaan oleh Daerah
09.30 – 10.00 Rehat 10.00 – 11.00
11.00 – 11.30
Penyampaian Hasil CREEL oleh CRITC
Pusat
Presentasi CREEL Daerah
11.30 – 12.30 Diskusi
12.30 – 13.30 Penutupan
13.30 – 14.30 Ishoma
BAB
III
DINAMIKA
PERSIAPAN
Kegiatan persiapan dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan, yang meliputi waktu pelaksanaan, personil, pembiayaan serta surat menyurat. Setelah personil ditetapkan maka data CREEL di seluruh Kabupaten/Kota sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 dikumpulkan. Masing‐masing personil mendapat tugas untuk melakukan penghitungan mengenai :
‐ Tangkapan nelayan (total tangkapan, rata‐rata tangkapan) untuk setiap desa
‐ Lokasi tangkap dan alat tangkap
‐ Catch Per Unit Effort berdasarkan alat tangkap dominan.
Sementara itu materi persentasi untuk workshop di masing‐masing daerah dipersiapkan. Tugas masing‐masing personil dirangkum dalam tabel berikut :
NO NAMA TUGAS
1 Agus Dendi dan Sutiadi Mengerjakan data kabupaten Nias dan Nias
Selatan
2 Dewirina dan Fitri Amalia Mengerjakan data Kabupaten Batam, Natuna
dan Mentawai
3 Eka Sapta, Hanni Harbimaharani
dan Siti Balqis
Mengerjakan data Kabupaten Bintan dan
Lingga
4 Widodo dan Siti Balqis Mengerjakan data kabupaten Tapanuli
Tengah
5 Mulyanto Membantu administrasi
6 Nurul Dhewani Membuat persentasi semua kabupaten/kota
Setelah draft persentasi selesai, maka dilakukan konsinyering selama 3 hari, yaitu pada tanggal 10 – 12 Mei 2011 di Prima Resort Hotel Cisarua. Tujuan dari konsinyering ini adalah untuk melakukan uji coba materi persentasi dan menyelesaikan penghitungan data yang belum terselesaikan. Jadual konsinyir ditampilkan pada tabel berikut :
HARI/WAKTU KEGIATAN Senin 10 mei 10.00 ‐ 12.00 ke lokasi
12.00 ‐ 13.30 Ishoma
13.30 ‐ 17.00 Uji persentasi materi 17.00 ‐ 19.00 istirahat, makan malam
19.00 ‐ 21.00 pembagian tugas
Selasa 11 mei 07.00 ‐ 09.00 makan pagi
09.00 ‐ 12.00 perbaikan materi
12.00 ‐ 13.30 Ishoma
13.30 ‐ 17.00 lanjutan perbaikan
17.00 ‐ 19.00 istirahat, makan malam
19.00 ‐ 21.00 perbaikan
Rabu 12 mei 07.00 ‐ 09.00 makan pagi
09.00 ‐ 11.00 Persentasi materi (bintan, natuna) 12.00 ‐ Kembali ke jakarta
Sebelum berangkat masing‐masing Tim mempersiapkan peta kabupaten, nama ikan, hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap tertentu.
BAB
IV
DINAMIKA
WORKSHOP
1.
KABUPATEN
BINTAN
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kabupaten Bintan dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011 di di Ruang Hang Jebat, Hotel Comfort. Pukul 08.00 peserta melakukan registrasi, masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi serta kaos. Jumlah peserta seluruhnya adalah 28 orang yang terdiri dari pencatat CREEL dari lima desa, perwakilan atau Camat dan Kepala desa dari desa terkait, perwakilan Instansi terkait (DKP Kabupaten Bintan, Universitas Raja Ali Haji, BPS, RCU Propinsi). Detail peserta dirangkum dalam lampiran 1a.
Pukul 09.00, acara dimulai diawali dengan sambutan oleh Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB. Dipaparkan mengenai maksud dan tujuan workshop dan evaluasi CREEL ini. Dikatakan bahwa bahwa Survei CREEL di wilayah COREMAP ADB telah dilakukan sejak tahun 2008 di 8 Kabupaten termasuk di Bintan. Hasil pendataan CREEL sejak tahun 2008 sampai 2010 akan dipaparkan dalam workshop. Diharapkan para peserta yang hadir dapat mencermati hasil tersebut dari sudut pandangnya masing‐masing. Workshop akan berlangsung sampai sekitar pukul 13.00 dan setelah workshop acara akan dilanjutkan dengan evaluasi terhadap para pencatat CREEL. Setelah sambutan dari Nurul Dhewani, acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Eky Supartiningsih. Beliau menyampaikan CRITC adalah bagian dari COREMAP. CRITC Bintan menghimpun, mengolah dan menyebarkan informasi dan memberikan pelatihan yang berhubungan dengan terumbu karang. Kegiatan yang
sebaik‐baiknya oleh kepentingan daerah. Para Peserta diharapkan mengikuti dengan penuh perhatian evaluasi dan pelatihan ini, karena kegiatan ini sangat bermanfaat dan kerja sama dari para agar acara dapat berjalan lancar
Pada Pukul 09.30. Acara dilanjutkan dengan presentasi hasil CREEL oleh Nurul Dhewani. Dipaparkan mengenai perkembangan pendataan CREEL dari tahun 2008 – 2010. Pada awalnya, masih banyak data yang kosong dalam pencatatan CREEL. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman pencatat, namun dengan berjalannya waktu pendataan semakin membaik, hingga akhirnya di tahun 2010 telah banyak mengalami kemajuan. Dalam presentasinya Nurul Dhewani menjelaskan pula tentang trend penggunaan alat tangkap, terlihat bahwa penggunaan jaring ketam terus meningkat. Rata‐rata tangkapan nelayan (kg/bulan) mengalami kenaikan dan didominasi oleh rajungan. Diperlihatkan pula dominasi tangkapan disetiap desa dari tahun 2008 – 2010. Pada tahun 2010 tangkapan dominan di desa Gunung Kijang didominasi oleh rajungan, di desa Kawal oleh ikan todak, di desa Malang Rapat ikan jahan, di desa Teluk Bakau ikan beronang dan di desa Mapur hasil tangkapan nelayan didominasi oleh sotong karang. Diakhir presentasi disampaikan bahwa:
• Alat tangkap bubu ketam masih dapat digunakan di semua desa, kecuali Gunung Kijang dan Malang Rapat
• Alat tangkap pancing dan candit dapat digunakan di semua desa, sedangkan alat tangkap jaring hanya dapat digunakan di desa Teluk Bakau • Penggunaan alat tangkap yang cenderung merusak lingkungan (jaring)
berangsur menurun, digantikan dengan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan (pancing) artinya bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat cenderung meningkat
• Ekosistem perairan termasuk mangrove di desa pesisir Bintan dan Mapur perlu dijaga agar produksi rajungan tetap terjaga, demikian juga untuk ekosistem lamun (seagrass) agar tangkapan ikan dari kelompok lencam dan dingkis dapat berkesinangbungan
Presentasi kedua disampaikan oleh Koordinator CRITC Kabupaten Bintan, Eky Supartiningsih Dalam presentasinya dipaparkan mengenai kondisi dan program kerja CRITC Kabupaten Bintan. Hal‐hal yang berkaitan dengan CREEL 2010 yang disampaikan adalah nama‐nama pencatat CREEL, sebaran lokasi penangkapan nelayan CREEL, hasil tangkapan dominan dan alat tangkapan dominan di desa Gunung Kijang, Kawal, Teluk Bakau, Malang Rapat, Mapur , Hasil total tangkapan rata‐rata kabupaten Bintan (kg/bulan), serta hambatan‐hambatan pelaksanaan CREEL kabupaten Bintan di tahun 2011
Setelah dua pemaparan tadi, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipimpin oleh Muin Sinaga. Tanya jawab yang dilakukan dibagi dalam dua termin, setiap termin di terdiri dari beberapa orang penanya. Berikut notulensi tanya jawab termin satu dan dua.
Termin I
Edy Akhyari (CRITC Kabupaten Bintan)
o Pendataan CREEL, Apakah ada dampak dari kenaikan tangkapan di Gunung Kijang terhadap sosial ekonomi masyarakat sepanjang pantai Trikora?
Syaviddint Alustro (koordinator CBM)
o Bagaimana memandang kawasan pesisir dalam hubungan dengan daratan, adanya tangkapan pada suatu spesies tertentu.? Apakah kondisi lingkungan bertambah baik?
o Kebijakan di desa Mapur yang hanya boleh memakai alat pancing, apakah bisa diterapkan di desa‐desa lain?
Novenny A. Wahyudi (RA. PMC Kepulauan Riau)
o Daerah perlu diberi harapan dari pusat sehingga CREEL bermanfaat, apakah ada tindak lanjut yang diharapkan dari daerah, apakah bisa dikembangkan di lokasi lain di Bintan, bisa disinergikan dengan SDM yang ada?
o Sejauhmana daerah di level dinas bisa lebih tepat menggunakan data CREEL?
o SDM CRITC yang ada di Bintan apakah ada kebijakan untuk mendukung SDM yang ada agar tidak lepas ke tempat lain, Masalah‐ masalah yang ada seperti honor harus dicari solusinya?
o Sejauhmana database bisa di akses oleh dinas sehingga tidak perlu jauh ke Jakarta
Bapak Hamizan (kepala BPS kabupaten Bintan)
o Penunjukan petugas pencacah dari BPS dilakukan oleh Kades, akan ada kegiatan sensus sapi di tahun 2013.
o Data yang disampaikan oleh ibu Nurul bagus, tapi ada keanehan dengan adanya kelonjakan yang sangat signifikan sampai 74% dari 2008 – 2010, apakah ada kesalahan data?
Tanggapan Termin I Nurul :
o Teluk Sekuni, Batu lepuh, Kampung Ilir,Kampung Melayu data sudah bagus tapi yang 2010. Perlu dilihat tren yang ada. Diharapkan Tambelan ke depan masih ada. Tujuan CREEL membantu menginformasikan mana yang harus dikelola lebih dalam, diharapkan ke depan Tambelan masih ikut, apakah dengan ketidakjelasan honor pencatat masih mau lanjut?
o Perlu dilakukan penelitian‐penelitian kecil untuk melihat apakah ada dampak terhadap sosek masyarakat.
o Adanya permintaan ikan Todak yang bertambah (untuk kerupuk, otak‐ otak), maka perlu dicari terobosan kekhasan daerah dari pemanfaatan ikan ini sebagai peluang, seperti pempek palembang yang bisa dikemas
o Analisa bisa dilakukan di pusat dan di daerah. Daerah dan Pusat punya data yang sama, tinggal diolah berdasarkan kebutuhan masing‐ masing
o Kegiatan ini perlu diteruskan karena data yang ada juga bisa dimanfaatkan oleh lembaga‐lembaga lain seperti BPS
o Data‐data yang terlihat aneh adalah di 2008. Penyebabnya adalah di 2008 kelengkapan data masih minim yakni cuma ada data di 3 bulan, sedangkan di tahun 2009 data yang diperoleh sudah lebih lengkap. Seharusnya tahun 2008 tidak ditampilkan karena akan terlihat sangat melonjak
o Teori sampling: yang menjadi target adalah nelayan tradisional yang pulang harian, nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional, proses pendataan adalah dengan menetapkan lokasi sampling.
Ibu Eki :
o Tenaga honor pencatat belum dianggarkan. Usulan akan disampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan.
o Tenaga SDM dari Dinas akan tetap dipertahankan dan akan diusahakan agar statusnya meningkat, akan disampaikan kepada bapak bupati Kabupaten Bintan
Termin 2 :
Bapak Simadupa (desa Gunung Kijang) :
o Ada kesepakatan nelayan untuk membatasi penangkapan renjong, jika kurang dari 20 ekor sekilo dan jika ada renjong yang bertelur, maka akan dilepas kembali ke laut. Tapi setelah adanya peningkatan permintaan renjong, maka aturan ini diabaikan
Bapak Basir :
o Menghimbau pengusaha ketam, agar dapat membatasi jumlah tangkapan ketam, berapa besar ukuran ketam yang boleh dijual Bapak Zul (PPK):
o Mengapresiasi usaha para pencatat
o Ada suatu aspek yang akan terjadi bahkan fatal 100% bahwa rajungan dengan karapas 8 cm Cuma ada 2 ekor/kg (ukuran ekonomis tangkapan agar tidak terjadi kepunahan rajungan)
o Dalam pengolahan data yang ada, perlu dipertimbangkan biaya operasional di lapangan oleh nelayan
Bapak Kades Mapur :
o Tangkapan ikan todak, rajungan, sotong, bukan merupakan keberhasilan pengembangan terumbu karang, karena tangkapannya tergantung musim. Yang perlu diperhatikan sebagai ukuran keberhasilan pengembangan terumbu karang adalah dari ikan‐ikan yang ditangkap di wilayah terumbu karang bukan ikan‐ikan yang datang.
Bapak PJ Kades Gunung Kijang
o Masyarakat pesisir banyak dibantu, sehingga tidak terkontrol penangkapannya ?
Bapak Lurah Kawal
o Perlu ada sebuah kebijakan khusus dari Pemda terutama Dinas KP, agar ada solusi jitu agar SDM yang ada mendapatkan honor yang baik o Sepanjang pesisir Gunung Kijang banyak pertumbuhan resort wisata,
Review Moderator :
Data‐data pencacah sangat berguna dan telah membentuk database, data ada di dinas KP dan P2O LIPI
Kegiatan ini dapat diteruskan di luar daerah binaan COREMAP, yaitu sekitar 6 kecamatan yang memiliki perairan di kabupaten Bintan
Perlu memperhatikan kesejahteraan para pencacah
Acara diskusi ditutup oleh Ibu Eky pada pukul 12.00. Diharapkan segala kegiatan CRITC akan dilanjutkan kembali, dan curahatan hati para pencacah, para lurah akan segera disampaikan kepada kepala Dinas.
2.
KABUPATEN
NATUNA
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kabupaten Natuna dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2011 di ruang pertemuan penginapan Feliona, Ranai. Kegiatan diawali dengan registrasi peserta yang dikoordinir oleh Fitri Amelia dan Hanni Harbimaharani. Masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi, biodata serta kaos. Peserta terdiri dari para pencatat CREEL di tujuh desa, PIU COREMAP II Kabupaten Natuna, CRITC Kabupaten Natuna, perwakilan dari DKP Kabupaten Natuna, BBIP, Kepala Desa dan Camat (lampiran 2).
Pukul 08.45, acara dimulai dengan sambutan oleh Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB. Dijelaskan bahwa kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan. Kegiatan pertama merupakan workshop yang akan berlangsung sampai pukul 13.00. Dalam workshop akan dipaparkan hasil pendataan CREEL sejak tahun 2008 sampai tahun 2010. Dari pemaparan workshop diharapkan para peserta yang terdiri dari berbagai stakeholder dapat menangkap ide atau peluang yang disampaikan. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap para pencatat mengenai pengisian formulir 1 sampai 5, nama‐nama ikan, akla tangkap, lokasi tangkap dan sebagainya.
Acara selanjutnya adalah sambutan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Izwar Asfawi. Disampaikan bahwa Tahun 2011 COREMAP II akan berakhir dan akan dilanjukan COREMAP III pada tahun 2012. Kegiatan CREEL yang selama ini berjalan di Kabupaten Natuna akan dievaluasi sehingga bisa bermanfaat ke depan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan yang akhirnya untuk kesejahteraan masyarakat. Para peserta diharapkan memanfaatkan acara workshop dan evaluasi ini dengan baik, sehingga program COREMAP kedepan akan lancar. Acara
Setelah rehat, acara dilanjutkan dengan presentasi hasil CREEL Nurul Dhewani. Dalam presentasinya dipaparkan tentang Program COREMAP secara umum, indikator keberhasilan COREMAP, tugas CRITC, metodologi pendataan CREEL, dan status pendataan CREEL sampai tahun 2010. Data CREEL berpredikat ‘cukup’ dijumpai tahun 2008. Saat itu pendataan dilakukan mulai bulan Juni 2008. Dengan berjalannya waktu pemahaman para pencatat tentang pengisian formulir semakin meningkat, hingga akhirnya pada tahun 2010 pendataan CREEL dapat dikatakan ‘baik’, walaupun di desa Sepempang pendataan CREEL tahun 2010 tidak lengkap karena pergantian pencatat.
Rata‐rata tangkapan nelayan setiap bulan mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009, namun menurun di tahun 2010 yang didominansi oleh ikan pelagis seperti tongkol. Hasil pendataan juga menunjukkan sebaran ikan kerapu di setiap desa. Ikan kerapu di daerah Sabang Mawang mengalami peningkatan berat rata‐ rata per ekor dari tahun 2009 sampai 2010. Apabila hal ini dikaitkan dengan kondisi terumbu karang di lokasi yang sama maka terlihat adanya hubungan yang positif antara keberadaan ikan kerapu dengan kondisi terumbu karang yang cenderung membaik. Presentasi diakhiri dengan penutup yang meliputi hal‐hal sebagai berikut :
• Secara umum pancing tunda masih dapat digunakan, terutama di desa Sabang Mawang dan Sededap.
• Secara umum pancing ulur harus dibatasi penggunaannya di desa Pengadah, Kelanga dan Sabang Mawang. Namun masih dapat ditingkatkan penggunaannya di desa Tanjung dan Cemaga
• Secara umum jaring harus dibatasi penggunaannya di desa Pengadah, namun masih dapat ditingkatkan penggunaannya di desa Tanjung dan Kelanga
• Pertambahan jumlah ikan kelompok kerapu dapat menunjukkan bahwa lingkungan tempat hidupnya bertambah baik
• Untuk pemanfaatan ke depan, kegiatan pengasapan tongkol dapat dijadikan salah satu MPA masyarakat, bahan baku dapat diperoleh dari desa Tanjung, Sededap, Kelanga, Cemaga
Setelah presentasi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Henri, Spi (koordinator CRITC Kabupaten Natuna). Tanya jawab dibagi menjadi beberapa termin, setiap termin dipersilahkan tiga orang penanya mengajukan pertanyaan. Dalam sessi ini terlihat banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta.
Termin I
Kades Pengadah
o Di Bunguran Timur Laut, masyarakat sudah sadar akan pelestarian lingkungan laut.
o Di desa Pengadah, orang dari Desa Kelanga dan Desa Tanjung juga ikut mengambil ikan dan akhirnya dilaporkan sebagai hasil
tangkapan ikan dari desa mereka.
o Terpaksa melempar jangkar agar kapal tidak goyang dan tidak tahu karang mana yang boleh dan tidak boleh dilempar jangkar. Kades Kelanga
o Pemboman meningkat di Tj. Batu.
o Bekerja sama dengan instansi terkait untuk mengatasi masalah illegal fishing
o Sulit membatasi alat tangkap
o Sonok merah tidak ada dalam presentasi
o Wilayah terumbu karang di daerah kelanga terjaga dengan baik Kades Sepempang
o Banyak pencari ikan dari luar desa
o Pokmaswas tidak bisa menjaga siang‐malam
o Kerapu tidak ditemukan lagi karena sudah diambil nelayan pendatang.
o Tongkol belum terdata
Tanggapan Termin I Nurul :
o Perlu komunikasi dengan masyarakat mengenai pembatasan alat tangkap. Dengan data‐data yang ada yang bisa diminta oleh CRITC Natuna dan selanjutnya bisa digunakan untuk mengambil kebijakan di desa masing‐masing.
o Data CREEL yang kami ambil bisa digunakan nantinya tergantung kepentingan masing‐masing. Yang penting datanya ada dan tidak bohong.
o Butuh proses memberikan pemahaman kepada masyarakat
o Natuna perlu punya ciri khas, tongkol asap bisa dijadikan rekomendasi dan dikembangkan. Karena pernah dilakukan penelitian.
Henri
o Telah melakukan riset agenda tentang tongkol asap. Dengan bahan yang berasal dari desa Sepempang
o Hasil Tongkol yang yang sangat meningkat sehingga harganya murah o Diharapkan Tongkol asap bisa dijadikan icon daerah Natuna, agar kita
o Natuna sebagai tangkapan dunia. Karena Hasil tangkapan di Natuna dikomsumsi oleh negara lain seperti: Thailand, Hongkong, Singapore, China
o Sangat mendukung pengawetan Ikan. Dan segera dikembangkan produk ikan
Buyung (DKP Natuna)
o Hasil Tangkap dengan alat tangkap sebagai acuan pencatat
o Nelayan dari luar tapi masih dari wilayah Indonesia hendaknya memiliki izin dan tidak melanggar hukum. Karena tidak bisa menindak Syahro/Ucok (Penyuluh)
o Ada 9 wilayah COREMAP di Natuna namun yang didata hanya 7 desa. Dua desa yang tersisa bisa didata agar datanya lengkap di wilayah Kelarik dan Pulau Tiga. Diharapkan 2 desa tersebut akan dicarikan pencatatnya karena tidak mungkin di pulau tiga tidak ada nelayan o Tugas dari CRITC daerah, bagaimana supaya data dari 2 desa tesebut
Tanggapan Nurul
o Kordinasi dengan Dinas terkait untuk melakukan patroli bersama dan membicarakan isu‐isu yang terjadi di Kabupaten Natuna
o Natuna memang bagian South China Sea karena posisinya sangat penting dalam masalah perikanan.
o Hasil tangkap tidak menunjukan indikator karena data tangkapan tersebut bukan hanya ikan karang yang dicatat. Secara umum hasil tangkapan menurun tapi tangkapan kerapu lainnya meningkat
o Alasan pencatatan menggunakan tenaga lokal karena lebih tahu lokasi tangkapnya, lebih efisien waktu dan biaya.
Termin III
Kades Sededap
o Ada lokasi penangkapan untuk beberapa desa. Bagaimana solusi untuk pengawasan?
Karim
o Batas wilayah laut kabupaten itu 4 mil ke arah luar jadi tidak ada masalah jika satu tempat digunakan oleh beberapa desa sebagai lokasi penangkapan ikan.
o Apakah ada batas maksimal penangkapan jenis ikan tertentu dari data CREEL ini ?
o Data bias: mungkin bias terjadi karena ada sebagian masyarakat yang menjual hasil tangkapannya ke tauke atau menjual di tengah laut. Kades Sepempang:
Tanggapan Nurul :
o Dari segi pendataan tidak ada masalah. Yang harus dilakukan adalah semua yang mengambil ikan bersama menjaga lokasi tersebut. o Kolobarasi dalam melakukan pengawasan terumbu karang
o DKP agar bisa diambil kebijakan pembatasan wilayah laut desa dan wilayah laut masing‐masing.
Acara diskusi ditutup oleh Ibu Nurul pada pukul 13.15.
3.
KOTA
BATAM
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kota Batam dilakukan di Ruang Pertemuan Hotel Pelita pada tanggal 8 Juni 2011. Kegiatan diawali dengan registrasi peserta, masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi, form biodata. Peserta terdiri dari pencatat CREEL desa Nguan, Karas, Sembur, Air Saga, Pulau Abang, Mubut, Pulau Petong, kepala desa, camat, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Batam dan Penyuluh (lampiran 3).
Acara dimulai Pukul 09.00, diawali dengan sambutan oleh Bapak Awaluddin, selalu Sekertaris Dinas Kelautan Kota Batam. Beliau memaparkan mengenai Program COREMAP 3 yang belum bisa dipastikan. CREEL telah berjalan dari tahun 2004 – sekarang akan dipaparkan oleh CRITC Jakarta diharapkan informasi yang dihasilkan akan dapat dimanfaatkan oleh masing‐masing sesuai dengan kebutuhan daerah. LIPI melakukan kajian‐kajian yang berhubungan dengan Program Terumbu Karang yang kemudian outputnya untuk menjadi bahan kebijakan dari daerah. Dari data‐ data tersebut bisa dilihat bagaimana tutupan karang, komoditas ikan di perairan apakah bertambah atau berkurang, mata pencaharian alternative apakah berkembang?, apakah kesejahteraan meningkat. Jadi keberadaan LIPI sangat penting dlm penyebaran informasi terkini dalam beberapa tahun. Sambutan dari Sekertaris Dinas sekaligus membuka acara kegiatan ini.
Setelah rehat, acara dilanjutkan dengan presentasi hasil CREEL oleh Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB. Sebelum pemaparan, Nurul dhewani memperkenalkan tim CREEL Jakarta serta memaparkan maksud dan tujuan evaluasi ini. Dikatakan bahwa kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan sekaligus. Kegiatan pertama adalah workshop yang bertujuan untuk mendesiminasikan hasil pendataan creel sejak tahun 2008 sampai 2010. Informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala desa dan dinas‐dinas terkait untuk pengelolaan ke depan. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap kinerja para
Dalam presentasinya dipaparkan tentang Program COREMAP secara umum, indicator keberhasilan COREMAP, tugas CRITC, metodologi pendataan CREEL. Pendataan CREEL di Kota Batam dilakukan di tujuh desa sejak bulan Mei 2008. Namun, data yang terkumpul masih ‘buruk’ karena pemahaman para pencatat tentang cara pengisian formulir belum maksimal. Melihat hal tersebut, CRITC pusat melakukan evaluasi terhadap para pencatat, melakukan pelatihan ulang serta membuka forum komunikasi dengan para pencatat. Sejalan dengan waktu pendataan berjalan semakin baik, akhirnya pada tahun 2011 walaupun pendanaan telah habis, pencatatan CREEL tetap dilanjutkan dan akan di bebankan dalam APBDP.
Rata‐rata tangkapan nelayan mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke 2009, namun mengalami sedikit penurunan lagi di tahun 2010. Tangkapan nelayan tahun 2008 dan 2009 didominasi oleh cumi‐cumi, sedangkan tahun 2010 oleh ikan ekor kuning/delah. Apabila tangkapan dominan tahun 2010 dilihat di masing‐ masing desa maka tergambar sebagai berikut : Air Saga dan Pulau Abang tangkapan dominan cumi‐cumi, Pulau Petong dan Pulau Sembur ikan delah, Pulau Mubut didominasi oleh kepiting, sedangkan di Pulau Nguan dan Pulau Karas adalah ikan karang. Dipaparkan juga lokasi tangkap masing‐masing jenis ikan, dari informasi ini diharapkan para nelayan dapat memperpendek jarak penangkapan, lebih efisien dalam pemanfaatan waktu dan tenaga. Diakhir presentasi dirangkum hal‐hal sebagai berikut :
• Penurunan hasil tangkapan nelayan di lokasi COREMAP 2 Kota Batam diduga disebabkan oleh pertambahan jumlah alat tangkap dan perubahan target tangkapan
• Secara umum alat tangkap pancing masih dapat ditingkatkan penggunaannya. “Waspada” tuk Karas dan P. Sembur
• Secara umum alat tangkap jaring tidak dapat ditingkatkan penggunaannya. “Waspada” tuk Karas dan P. Sembur
• Penggunaan alat tangkap candit tidak dapat ditingkatkan, namun untuk cedok masih memungkinkan di P. Sembur
• Peningkatan jumlah ikan kerapu dan berat cumi‐cumi dapat dikaitkan dengan kondisi habitatnya.
Acara selanjutnya adalah paparan oleh Desman selaku Ketua CRITC Batam. Disampaikan tentang kegiatan CRITC dari awal COREMAP ada di Kota Batam. Tahun 2011 tidak ada anggaran untuk pendataan CREEL.
Selesai pemaparan Nurul Dhewani dan Desman Wardi acara dilanjutkan dengan sessi Tanya jawab yang dipimpin oleh Wan Irham (coordinator CBM PIU COREMAP II Kota Batam).
Termin I
Aminuddin (Penyuluh)
o Menginformasikan perairan Mubut ada kegiatan tambang bauksit sehingga kegiatan Labuh jangkar kapal tangker bisa merusak karang. Dengan adanya data‐data tersebut bisa meminimize kegiatan tersebut.
o Apakah bisa dilakukan riset mengenai jenis tangkapan laut dan dibuat buku. Karena Selama ini hanya mengacu dari buku‐buku terbitan Luar.
o Apakah ada buku‐buku yang bisa digunakan untuk anak‐anak tentang program COREMAP
Awaluddin
o Seharusnya keterlambatan honor pencatat tidak boleh terjadi. Tapi memang kadang bisa terlambat 5 bulan, karena anggaran daerah memang belum keluar.
o Kendala yang lain yang berhubungan dengan pendataan jangan sampai terjadi.
o Apakah penurunan hasil tangkap dipengaruhi pola arus dan kerusakan mangrove?
Rahmad
o Menanggapi presentasi hasil tangkapan (cumi‐cumi) di P. Abang, bulan April‐Mei kenapa turun? Padahal bulan‐bulan tersebut harusnya cumi meningkat
o Apakah pencatatnya salah mendata
Tanggapan Termin I Nurul
o Tidak berani memakai data CREEL untuk menghentikan aktivitas penangkapan
o LIPI sudah mengumpulkan data hasil tangkapan di daerah dan akan dibuat dalam bentuk buku, jika ada anggarannya
o Untuk anak‐anak sudah dibuatkan mulok yang dapat digunakan daerah masing‐masing.
o Apresiasi kepada para pencatat untuk terus mencatat data creel. dan honor biasanya akan dirapel jika anggaranya sudah turun. o Data yang tidak sesuai akan didiskusikan dalam kegiatan evaluasi Taslim
o Ada DPL untuk meproteksi daerah tersebut untuk membatasi aktivitas penangkapan, dan juga sebagai bank Ikan
o Berapa lama waktu yang dipergunakan, agar data tersebut bisa digunakan untuk pengambilan kebijakan.
o SDM yang selalu berganti bisa menghambat program. o Untuk kedepan harus di persiapan Dana, SDM nya o Apa harapan kedepan untuk kegiatan COREMAP
o Apakah ada verifakasi data CREEL dari pencatat ke Entry Data untuk menghindari ketidaksesuaian
Tanggapan Termin II Nurul
o Minimal ada data timeseries selama 5 tahun untuk dapat dipakai sebagai pengambil kebijakan.
o Kesadaran Masyarakat terhadap lingkungan sangat di apresiasi Desman
o Kegiatan pengambilan data CREEL akan dilanjutkan oleh UPTD KKLD
o Verifikasi data selama ini dilakukan di CRITC Jakarta. Tapi untuk pendataan tetap harus dilakukan masyarakat.
o Peralihan alat‐alat CRITC dari Bappeda ke DKP masih menunggu izin dari LIPI
Handany (Ka.UPTD)
o Masih perlu di bahas lebih dalam pendanaan CREEL. Perlu di carikan solusinya
o Keterlibatan masyarakat dan LPSTK tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan selanjutnya
Awaluddin
o Akan dibentuk kelanjutan Program apapun bentuknya contoh : UPTD karena sudah menjadi komitment bersama
Taslim
o Sejak Ada COREMAP ada hasil tangkapan yang dulu tidak ada sekarang ada, seperti : tenggiri papan
Sumardi
o Penangkapan udang hepo, memang menjadi trend karena harga jualnya cukup bagus dan meningkat
Aminuddin
o Ukuran besar cumi‐cumi tidak berbeda tiap tahunnya hanya bulan terang ukurannya besar.
Acara diskusi ditutup oleh Bapak Awaluddin pada pukul 13.00. Beliau menyampaikan bahwa dengan data yang sudah ada, kita bisa berbicara apapun mengenai informasi hasil tangkap CREEL ini. Untuk keberlanjutan Program COREMAP ini telah dibentuk UPT KKLD Kota Batam, yang akan dipersiapkan
4.
KABUPATEN
LINGGA
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kabupaten Lingga dilaksanakan di Ruang Pertemuan Penginapan Lingga Pesona pada tanggal 16 Juni 2011. Kegiatan diawali dengan registrasi peserta, masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi, form biodata. Peserta terdiri dari pencatat CREEL desa Berjung, Benan, Limbung, Penaah, Sekanah, Temiang, Mamut, kepala desa, camat, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga (lampiran 4).
Acara diawali dengan pembacaan doa oleh bapak Usman. Setelah pembacaan doa, Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB menyampaikan sambutan. Dikatakan bahwa kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan sekaligus. Kegiatan pertama adalah workshop yang bertujuan untuk mendesiminasikan hasil pendataan CREEL sejak tahun 2008 sampai 2010. Informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala desa dan dinas‐dinas terkait untuk pengelolaan ke depan. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap kinerja para pencatat yang memang dilakukan setiap tahun.
Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga Bapak Abang Muzni, sekaligus membuka acara workshop. Kebijakan dari Pusat dulu hanya memperhatikan kepentingan penangkapan ikan. Sedangkan saat ini, kebijakan yang diambil lebih kepada pengembangan wilayah kabupaten Lingga. Ke depannya, secara bertahap akan dilakukan perubahan berkaitan dengan masalah lingkungan di wilayah COREMAP.
Acara dilanjutkan dengan presentasi dari CRITC Pusat oleh Ibu Nurul Dhewani dengan moderator Ketua CRITC Kabupaten Lingga bapak Slamet. Data CREEL yang dipresentasikan merupakan data dari CRITC Kabupaten Lingga sehingga bisa dikatakan menggambarkan kondisi real di lapangan. Alat tangkap bubu mengalami penambahan sejalan dengan waktu demikian pula dengan alat tangkap jaring. Bubu banyak digunakan oleh nelayan desa Temiang, sedangkan jaring marak di gunakan didesa Limbung, sejalan dengan meningkatnya penangkapan rajungan. Rata‐rata tangkapan nelayan cenderung mengalami kenaikan sejalan dengan waktu. Dengan tangkapan dominan adalah ikan karang untuk tahun 2009 dan 2010, ternyata desa Temiang dan Sekanah merupakan desa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap hasil tangkapan ikan karang.
Kesimpulannya secara umum alat tangkap bubu dapat ditingkatkan penggunaannya di setiap desa, ‘waspada’ di Benan dan Sekanah. Alat tangkap candit masih dapat dilakukan penambahan di setiap desa.
Tanya jawab Penanya: Kades Benan
1. Di Benan sebaiknya wilayah mana saja yang harus diletakkan bubu, candit, karena tadi ada ‘waspada’ bubu di desa Benan. Saya merasa di Benan perkembangan tangkapan masih biasa‐biasa saja.
2. Mohon agar para kades juga diberikan pelatihan tentang CREEL agar apa yang diketahui pencatat juga diketahui orang di kantor desa. Karena selama ini data CREEL yang ada belum masuk ke kelurahan.
3. Berapa hasil ideal tangkapan dan jadi jenis ikan apa yang sebaiknya dikembangkan untuk desa Benan?
4. Kenapa ibu‐ibu di Benan jarang dilibatkan padahal ada pokmas gender?
Kabid Pariwisata
1. Data merupakan informasi untuk membuat kebijakan jadi diharapkan pada petugas pendata tidak hanya sekedar menulis data tapi juga bisa membaca dan menganalisa data.
2. Apakah di Sekanah tanpa alat tangkap yang didata bisa menghasilkan tangkapan ikan yang begitu besar? karena di Sekanah tanpa alat tangkap pun hasil tangkapan sudah besar. Beda dengan di Benan yang menggunakan alat tangkap tapi hasil tangkapannya biasa saja.
Rusli, Ketua LPSTK Sekanah dan Pencatat CREEL
1. Apakah seluruh data yang tadi dipresentasikan oleh CRITC tadi merupakan peningkatan dari 7 desa atau seluruh hasil di kabupaten Lingga? Prinsipnya di Sekanah kami tidak pernah membuat data palsu. Di Sekanah mata pencaharian sering berganti‐ganti jadi kami mengalami kesulitan untuk mencatat data CREEL setiap bulannya.
Jawab: Bu Nurul Kades Benan
1. Kami mencoba menularkan pada teman‐teman agar mendata dengan jujur. Boleh salah tapi tidak boleh bohong. Kita akan lihat lagi kebenaran data di Benan apakah benar masuk waspada karena data yang kami peroleh baru data tahun 2009 dan 2010. ‘waspada’ yang saya maksud merupakan sinyal‐sinyal ke arah pencegahan karena ada indikasi bila kondisi lingkungan rusak namun penangkapan terus menerus maka populasi ikan karang akan punah.
2. Untuk masalah pokmas gender bisa ditanyakan pada teman‐teman MCS dan Public Awareness.
1. Bila ada kata waspada bukan kami dari pusat yang mengelola karena pengelolaan merupakan hak dari masing‐masing wilayah. Jadi kami tidak melarang penggunaan alat tangkap tertentu, namun kami hanya memberikan informasi berdasarkan data yang masuk ke kami. Gunakan bahasa yang tidak menimbulkan konflik dan libatkan para pemuka di desa.
Pak Rusli
1. Alat tangkap dominan di setiap desa itu bukan berarti di desa lain tidak digunakan, namun alat tangkap dominan menunjukkan spesialisasi berkaitan dengan hasil tangkapan di masing‐masing desa.
Penanya:
Amran, Pencatat Benan
1. Apa yang diungkapkan CRITC Pusat datanya sudah benar. Saya setuju dengan waspada bubu di Benan karena jumlah bubu sangat banyak sekali, setiap orang bisa punya 15 bubu, sehingga hasil tangkapan berkurang. Waspada maksudnya agar masyarakat dapat mencari alternatif alat tangkap lain. Sekarang tinggal kita pikirkan ke depan baiknya seperti apa. 2. Kami sudah jujur dalam mencatat dan melaksanakan pencatatan namun
hak kami honor kami harap juga jujur agar kita sama‐sama jujur.
3. Tangkapan Benan sangat banyak namun hasilnya sedikit. Hal ini karena tidak semua nelayan hasil tangkapannya besar karena kami mencatat dengan responden yang tetap.
Pak Banjari, Perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup
1. Tolong kita jaga sama‐sama lingkungan kita agar tempat ikan‐ikan bermain yaitu karang‐karang itu tidak musnah. Tolong apabila ditemukan pelanggaran lingkungan, bukan hanya masalah terumbu karang harap dilaporkan pada kami karena kami menyediakan pos pengaduan pelanggaran.
2. Mengenai responden, dari mana arahan untuk memilih responden?
Kamil, pencatat Desa Temiang
1. Alat tangkap jaring ada 2 di desa kami yaitu jaring biasa dan jaring khusus untuk menangkap ikan Dingkis di Temiang. Di desa kami untuk musim timur tidak melakukan penangkapan, kami hanya melaut pada musim selatan. Kami ingin tahu apakah itu dapat dikategorikan waspada terhadap kepunahan Dingkis?
Jawab: Bu Nurul
1. Data yang kami punya diambil oleh pencatat. Yang paling tahu data ya pencatat. Jadi yang bisa menjawab permasalahan waspada ini ya bapak pencatat karena bapak yang mengetahui kondisi di lapangan. Ikan jika diberi makan dan tempat hidupnya enak maka akan hidup senang, beratnya bertambah, dan hasil tangkapannya meningkat. Oleh karena itu harus ada pengaturan bila kondisi lingkungan buruk, maka kata waspada terhadap kepunahan terhadap ikan tertentu muncul.
2. Untuk pengembangan mata pencaharian alternatif, gunakan sesuatu yang merupakan bahan baku daerah tersebut jadi tidak usah mencari jauh‐jauh. Sederhana mudah, murah, lalu diberi label halal dan dikemas yang bagus. Untuk keperluan pariwisata contoh yang dapat dikembangkan, misal dari tempat A, kita bisa menemukan spesialisasi ikan tertentu sehingga menjadi daya tarik untuk dijadikan diving range.
Pak Banjari, perwakilan Lingkungan Hidup
1. Responden yang diambil adalah responden nelayan yang jenis pekerjaannya dan alat tangkapnya tetap. Sedangkan pencatat orang‐ orangnya bukan CRITC Pusat yang menentukan tapi dari CRITC Daerah. Kriteria pencatat yaitu orang‐orang yang tahu sekali daerahnya sehingga tahu dalam memilih responden sesuai kriteria.
Pak Kamil, pencatat Temiang
1. Alat tangkap digabung saat analisa data CREEL menjadi satu yaitu jaring. Tapi jangan khawatir karena data CREEL tersebut lengkap dari tahun 2008‐ 2010, jadi untuk keperluan analisa selama datanya lengkap bisa dikeluarkan informasinya tergantung informasi apa yang ingin kita peroleh tinggal diolah saja dari data yang ada. Dalam mengeluarkan informasi, kami dari CRITC Pusat dibantu oleh CRITC Daerah yang dapat membantu bapak dalam mengeluarkan informasi tersebut.
Pak Slamet, moderator:
1. Untuk masalah MCS, kami dari DKP melihat kondisi yang ada dalam melakukan pengawasan berkaitan dengan kerusakan lingkungan dan penangkapan ikan terutama di daerah yang sudah difasilitasi kapal, tolong agar kapal tersebut benar‐benar digunakan untuk kepentingan pengawasan.
2. Nantinya semua asset COREMAP akan menjadi milik daerah maka tolong dijaga asset‐aset tersebut.
Workshop diakhiri pukul 12.30 dengan ditutup oleh Ketua CRITC Lingga bapak Selamat dan dilanjutkan dengan makan siang.
5.
KABUPATEN
MENTAWAI
Tanggal 28 Juni pukul 10.00. tim CREEL berangkat dari Bandara Minangkabau menuju Bandara Rokot. Dari Rokot perjalanan ke Tuapejat (ibukota kabupaten) dilanjutkan dengan menggunakan boat. Tiba di Tua Pejat tiba tim CREEL mempersiapkan Seminar Kit dan menuju tempat pelaksanaan.
Kegiatan Workshop dan Evaluasi Pendataan CREEL di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan dengan pola yang berbeda dibandingkan dengan Kabupaten Bintan, Natuna, Lingga dan Kota Batam. Kegiatan pada tanggal 28 Juni 2011 dilakukan sejak pukul 11.00 sampai pukul 02.00 dini hari. Hal ini disebabkan oleh kendala transportasi antar pulau yang sulit serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan di Ruang Pertemuan Dinas Perikanan. Kegiatan dimulai dengan registrasi peserta, masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi, biodata serta kaos. Peserta berjumlah 27 orang, terdiri dari pencatat CREEL dari desa Tuapejat, Saliguma, Saibi Samukop, Katurai, Bosowa; para Kepala desa, tauke, PIU COREMAP II Kabupaten Kepulauan Mentawai dan LPSTK (lampiran 5).
Acara dimulai dengan sambutan oleh Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB. Sambutan dimulai dengan perkenalan antara peserta dengan tim CREEL secara non formal. Selanjutnya, Nurul Dhewani memaparkan maksud dan tujuan kegiatan ini. Dikatakan bahwa kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan sekaligus. Kegiatan pertama adalah workshop yang bertujuan untuk mendesiminasikan hasil pendataan creel sejak tahun 2008 sampai 2010. Informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala desa dan dinas‐dinas terkait untuk pengelolaan ke depan. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap kinerja para pencatat yang memang dilakukan setiap tahun.
Presentasi dihentikan karena pemadaman lampu PLN. Tim bersepakat untuk melanjutkan acara dengan evaluasi lebih dahulu. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan desa yang ada. Setiap desa diberikan print‐out yang berisi tentang kondisi data lokasi penangkapan, ikan, alat tangkap dan peta. Selanjutnya peserta diminta memberikan nama ikan berdasarkan buku pedoman ikan‐ikan ekonomis terumbu karang dan juga nama daerah setempat. Diskusi mengenai nama daerah untuk ikan‐ikan tertentu cukup lama, karena setiap desa memiliki nama daerah yang berbeda. Demikian pula dengan lokasi tangkap dan alat tangkap yang digunakan di masing‐masing desa. Acara evaluasi dihentikan pada pukul 17.30. dan Peserta. Kembali ke penginapan.
Setelah makan malam acara dilanjutkan di aula penginapan Hotel Bintang, namun karena lampu PLN tak kunjung menyala, peserta dan tim melanjutkan diskusi evaluasi sampai pukul 22.00. Pukul 22,00, acara dilanjutkan dengan presentasi hasil CREEL oleh Nurul Dhewani. Dalam presentasinya disampaikan tentang Program COREMAP secara umum, indicator keberhasilan COREMAP, tugas CRITC, metodologi pendataan CREEL.
Kondisi perkembangan pendataan CREEL dari tahun 2008 – 2010. Pada awalnya masih banyak data yang belum lengkap karena masih kurangnya pemahaman pencatat namun adi tahun 2010 telah banyak mengalami kemajuan. Rata‐rata tangkapan nelayan mengalami kenaikkan sampai tahun 2011, dengan alat tangkap dominan adalah pancing dan jaring. Tangkapan nelayan tahun 2010 di desa Saibi Sumakop didominasi oleh ikan kakap, di Tuapejat oleh ikan layaran dan tamban, sedangkan di desa saliguma didominasi oleh ikan tongkol. Secara umum tangkapan nelayan di tiga desa didominasi oleh kelompok ikan dari famili Carangidae (kue), Lutjanidae (kakap), Serranidae (kerapu) dan Scombridae (tongkol), sedangkan kelompok Lethrinidae (lencam)
• Pancing merupakan alat tangkap yang digunakan sepanjang tahun di Tuapejat, Saliguma dan Saibi Samukop dengan jumlah yang terus meningkat
• Jaring digunakan sepanjang tahun di Tuapejat dan Saliguma dengan jumlah yang terus meningkat.
• Rata‐rata jumlah tangkapan nelayan mengalami kenaikan sejalan dengan waktu, demikian juga dengan tangkapan setiap desa
• Ikan tangkapan nelayan lebih kurang terdiri dari 79 jenis • Jumlah tangkapan dari 4 famili dominan mengalami kenaikan
• CPUE untuk alat tangkap jaring dan bubu mengalami kenaikan, sehingga kapasitas kedua alat tangkap tersebut dapat ditingkatkan
Acara dilanjutkan tanya jawab yang dibagi dalam beberapa termin. Tiga orang penanya diberi kesempatan bertanya untuk setiap termin.
Dari keseluruhan diskusi terangkum beberapa point sebagai berikut :
Mentawai mempuntai mangrove dan terumbu karang yang cukup luas sehingga daerah penangkapan pun relatif luas
Pasar tidak terbuka, sehingga sulit untuk melakukan pemasaran
Pukul 02.00 pelaksanaan ditutup secara simbolis oleh Nurul Dhewani. Beliau mengungkapkan agar evaluasi dapat segera diimplementasikan melalui proses pendataan CREEL yang lebih akurat, sehingga tingkat keberhasilan analisa data menjadi lebih baik dan terpercaya kemudian data tersebut bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan di daerah.
6.
KABUPATEN
TAPANULI
TENGAH
Kegiatan Workshop Evaluasi dan Pendataan CREEL di Kabupaten Tapanuli Tengah dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2011 di ruang pertemuan Hotel Bumi Asih, Pandan. Kegiatan diawali dengan registrasi peserta yang dikoordinir oleh Siti Balqis. Masing‐masing peserta diberikan kit yang berisi bloknote, pulpen, handout presentasi, biodata serta kaos. Peserta terdiri dari para pencatat CREEL desa Sitardas, Jago‐jago, Tapian Nauli I, PIU COREMAP II Kabupaten Tapanuli Tengah, CRITC Kabupaten Tapanuli Tengah, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Desa dan Camat (lampiran 6).
Acara dimulai dengan sambutan oleh Nurul Dhewani selaku Koordinator CRITC Wilayah ADB. Dijelaskan bahwa kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan. Kegiatan pertama merupakan workshop yang akan berlangsung sampai pukul 13.00. Dalam workshop akan dipaparkan hasil pendataan CREEL sejak tahun 2008 sampai tahun 2010. Dari pemaparan workshop diharapkan para peserta yang terdiri dari berbagai stakeholder dapat menangkap ide atau peluang yang disampaikan. Kegiatan kedua adalah evaluasi terhadap para pencatat mengenai pengisian formulir 1 sampai 5, nama‐nama ikan, akla tangkap, lokasi tangkap dan sebagainya.
Acara selanjutnya adalah sambutan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah H. Ali Amsyah Sitompul, SE. Disampaikan kegiatan CREEL telah dimulai sejak tahun 2007 dimana hasil yang telah dicapai berupa tangkapan nelayan di masing‐masing desa sangat bervariasi sesuai dengan alat tangkap dan karakteristik masing‐masing desa. Sebagai informasi hasil kegiatan sejak tahun 2008 – 2010 pada pertemuan ini nantinya akan dipresentasikan oleh tim CREEL kabupaten Tapanuli Tengah.
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 2008 hingga 2010 untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini dana bersumber dari anggaran COREMAP II, namun pada tahun 2011 kegiatan ini telah ditampung dalam APBD Tapanuli Tengah, mengingat pentingnya kegiatan dimaksud sebagai salah satu pendukung data hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang nantinya dapat diperuntukkan sebagai data statistik hasil tangkapan ikan oleh nelayan.
Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat (CREEL) merupakan suatu kegiatan pendataan hasil tangkapan ikan oleh nelayan di tempat pendaratan ikan di masing‐ masing desa. Salah satu output dari program COREMAP dimana meningkatnya tutupan karang hidup 2% per tahun. Untuk itu lah perlu dilihat hasil tangkapan ikan dengan melibatkan masyarakat nelayan guna memantau hasil tangkapan nelayan yang ada di sekitar terumbu karang.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tapanuli Tengah juga mengucapkan banyak terima kasih kepada LIPI Jakarta yang telah bersusah payah memberikan banyak dukungan kepada daerah Tapanuli Tengah baik pengembangan sumberdaya manusia di tingkat pengelola dinas kelautan dan perikanan hingga masyarakat desa yang telah dilibatkan menjadi pencacah.
Dengan ditampungnya kegiatan tersebut dalam APBD Tapanuli Tengah merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dalam mendukung pelestarian ekosistem terumbu karang yang tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya di desa site plan COREMAP II Kabupaten Tapanuli Tengah. Untuk itu sangat diharapkan adanya interaksi antara narasumber dan peserta sehingga hasil yang akan dicapai dapat mencapai hasil yang maksimal. Diharapkan kegiatan workshop dan evaluasi kegiatan CREEL ini dapat berjalan dengan dengan baik dan kegiatan ini nantinya menghasilkan konsep kesepakatan yang dapat meningkatkan kinerja para masyarakat dan pengelola di tingkat kabupaten.
Acara sambutan Kepala Dinas diakhiri dengan pembukaan secara resmi workshop evaluasi dan pendataan CREEL.