• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Dermawan (2006 : 16) pasar modal adalah :

Semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.

Menurut Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1995 dalam Hendy (2008 : 21), Pasar Modal didefinisikan sebagai :

Kegiatan yang bersangkutan dengan : Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta Lembaga dan Profesi yang berkaitan dengan efek.

2. Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memberikan banyak manfaat, diantaranya sebagai berikut : a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi

dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal ;

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi ;

(2)

c. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara ;

d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah ;

e. Menciptaka lapangan kerja/profesi yang menarik ;

f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik ;

g. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial ; dan

h. Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dengan resiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

3. Keuntungan dan Kerugian Berinvestasi di Pasar Modal

Keuntungan berinvestasi di pasar modal menurut Dermawan (2006 : 16) adalah :

a. Memperoleh dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.

b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham.

(3)

c. Nilai atau harga saham meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan.

d. Saham dapat dijadikan jaminan (agunan) ke bank untuk memperoleh kredit, baik agunan pokok atau agunan tambahan.

Sedangkan kerugian berinvestasi menurut Dermawan (2006 : 16) adalah:

a. Memperoleh capital loss, yaitu kerugian yang diderita dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham.

b. Menghadapi opportunity loss, kerugian karena memilih alternatif berinvestasi di pasar modal bila dibandingkan menanamkan dananya dalam deposito.

c. Kerugian yang timbul apabila perusahaan dilikuidasi, namun bila likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham.

B. Saham

1. Pengertian Saham

“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

(4)

terbatas” (Tjiptono, 2011: 5). Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.

2. Keuntungan Kepemilikan Saham

Pada dasarnya, ada keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu (Tjiptono, 2011: 6) :

a. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi atau dana pensiun dan lain-lain.

(5)

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

b. Capital Gain

Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian.

3. Risiko Kepemilikan Saham

Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun seiring dengan fluktuasi harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian. Resiko tersebut antara lain (Tjiptono, 2011: 8) :

(6)

a. Tidak Mendapat Dividen

Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan. Jika operasi perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.

b. Capital Loss

Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain), namun juga dapat menyebabkan kerugian (Capital Loss). Hal ini terjadi apabila harga saham pada saat penjualan lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut.

c. Perusahaan Bangkrut dan Dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru dibagikan kepada para pemegang saham.

(7)

d. Saham di-delist dari Bursa

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umunya karena kinerja yang buruk. Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, dan tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan Pencatatan Efek di Bursa.

e. Saham di-suspend

Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa dan pemodal tidak sempat menjual sampai suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa men-suspend perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

(8)

4. Jenis - Jenis Saham

Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macam-macam saham terbagi berdasarkan Hak Tagih atau Klaim (Tjiptono, 2011:11): a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan.

Saham biasa memiliki karakteristik sebagai berikut

(www.bapepam.go.id ) :

1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi ; 2) Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain

yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ;

3) Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham ;

4) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat.

(9)

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset.

Saham preferen memiliki karakteristik sebagai berikut

(www.bapepam.go.id) :

1) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap ;

2) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi ;

3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.

Karakteristik saham preferen menurut Subramanyam ( 2010,227 ) meliputi :

1) Prioritas atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif ;

2) Prioritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai nominal dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar ;

3) Dapat dikonversi (diubah) menjadi saham biasa ;

4) Tidak memiliki hak suara, yang dapat berubah karena perubahan hal-hal seperti dividen yang tidak dibayarkan ;

(10)

5) Harga pembelian kembali, biasanya untuk melindungi pemegang saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga pembelian kembali premium seringkali makin menurun).

5. Harga Saham

Harga pasar (market price) menurut Anoraga (2006:59) adalah sebagai berikut:

Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham.

Harga saham dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : a. Harga Saham Perdana

Harga saham yang ditawarkan kepada masyarakat dan dibayar penuh pada waktu mengajukan formulir pesanan saham yang telah ditetapkan oleh underwriter atau emiten.

b. Harga Saham Sekunder

Harga yang terjadi setelah saham tersebut dicatatkan (listing) di lantai bursa dan telah diperdagangkan. Harga saham ini ditentukan oleh kondisi pasar.

(11)

Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham (Jogiyanto, 2008: 117).

Nilai pasar dari suatu surat berharga adalah harga pasar dari surat berharga tersebut. Bagi surat berharga yang aktif diperdagangkan, nilai pasarnya adalah harga pasar terakhir yang dilaporkan saat surat berharga tersebut dijual (Horne, 2009: 109).

Harga saham di pasar modal tidak selalu dalam keadaan tetap melainkan selalu berfluktuasi sesuai dengan sifatnya yang selalu dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran pasar. Naik turunnya harga pasar akan sangat menarik bagi para investor baik individu maupun institusi, karena naik turunnya harga saham akan memberikan keuntungan bagi para investor.

Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham

(12)

lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.

6. Saham LQ – 45

Saham LQ – 45 adalah saham-saham dari perusahaan besar, mapan, dan stabil yang memiliki sejarah pertumbuhan yang baik, juga manajemen serta produk atau jasa yang baik. Saham LQ – 45 merupakan 45 saham terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan kapitalisasi pasar yang disesuaikan setiap enam bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus ( Tandelilin, 2010 : 89 ).

Setiap tiga bulan sekali indeks LQ – 45 akan ditinjau kembali. Di dalam menentukan saham-saham yang termasuk LQ – 45, menggunakan dua tahap seleksi. Kriteria yang harus dipenuhi pada tahap pertama yaitu :

a. Emiten harus berada dalam top 95% dari total rata-rata nilai transaksi saham di pasar reguler ;

b. Emiten berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar ; c. Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) minimum 30 hari bursa.

(13)

Jika lolos dalam tahap seleksi tahap pertama tersebut, maka kriteria yang harus dipenuhi dalam tahap kedua meliputi :

a. Emiten berada pada urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri Bursa Efek Indonesia (BEI) ;

b. Memiliki porsi sama dengan sektor-sektor lain ;

c. Menduduki urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

7. Analisis Saham

Dalam konteks teori untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yakni :

a. Analisis Teknikal

“Metode analisis saham dengan basis pergerakan harga di masa lalu. Metode ini menggunakan beragam grafik (chart) dalam analisisnya” (Hendy, 2008: 7).

Model analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu (nilai psikologis). Di dalam analisis teknikal, informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.

(14)

Analisis ini dimulai denga cara memperhatikan perubahan harga suatu saham dari waktu ke waktu. Model analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model analisis ini adalah sebagai berikut :

1) Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand

2) Supply dan demand dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang rasional maupun irasional

3) Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu

4) Tren tersebut dapat berubah mengikuti pergeseran supply dan demand 5) Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari

diagram perilaku pasar

6) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa yang akan datang.

b. Analisis Fundamental

“Metode analisis saham dengan menganalisa data-data atau informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan” (Hendy, 2008:7). Umumnya laporan keuangan menjadi sumber utama dalam analisis ini termasuk penggunaan rasio-rasio keuangan.

(15)

Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai instrinsik (NI) dari suatu saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh investor, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut:

1) Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued) sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki ;

2) Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual ;

3) Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan.

Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham.

(16)

C. Indeks Harga Saham

1. Definisi Indeks Saham

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2011), indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu. Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu :

a. Sebagai indikator tren pasar

b. Sebagai indikator tingkat keuntungan c. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio

d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif

Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui tren pergerakan harga saham saat ini apakah sedang naik, stabil, atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan, atau membeli suatu saham.

2. Jenis-Jenis Indeks Saham

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat enam jenis indeks saham, yaitu (Tjiptono, 2011:13) :

(17)

a. Indeks Individual

Menggunakan indeks harga masing-masing saham terdapat harga sahamnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Indeks Harga Saham Sektoral

Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. c. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

d. Indeks LQ – 45

Indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar.

e. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

Indeks yang terdiri atas 30 saham yang mengakomodasi syariah investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam.

f. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembang

Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu kelompok papan utama dan papan pengembang.

(18)

Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian – kejadian ekonomi, bahkan kejadian non ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian IHS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara.

D. Pengaruh Return On Equity (ROE) Pada Harga Saham

“ROE merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik untuk menghasilkan laba” (Sofyan Syafri, 2007: 305).

Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang efektif. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien (Abdul Halim, 2007: 157).

(19)

Return On Equity diperoleh dari earning after tax dibagi modal sendiri. Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, dan nilai equity perusahaan juga akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Rasio Return On Equity dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak X 100 %

Modal Saham

ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para inverstor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten (Sawir, 2005:19). ROE yang positif menunjukan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Sedangkan ROE yang negatif berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham.

(20)

E. Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Pada Harga Saham

“Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan” (Sofyan Syafri, 2007: 303).

Debt To Equity Ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Semakin besar Debt To Equity Ratio menunjukan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas yang dapat mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi.

Rasio ini merupakan suatu alat uji yang logis karena DER menjadi salah satu rasio yang mengukur solvabilitas (solvency) perusahaan, yaitu kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan yang konservatif mempertahankan rasio hutang tidak boleh melebihi satu kali modal yang dimiliki (atau dikenal dengan istilah back to back) dengan pertimbangan apabila perusahaan dilikuiditas, maka seluruh kewajiban atau hutangnya akan dapat dipenuhi dari modal. Debt To Equity Ratio dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

DER = Total Hutang

(21)

Rasio ini menunjukan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. DER menunjukan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya (Lukman Syamsudin, 2001: 54). Semakin kecil rasio ini berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika nilai DER cukup tinggi, hal ini menunjukan komposisi total hutang semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Hal ini akan mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan.

F. Kerangka Pemikiran dan Model Konseptual

1. Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER)

Terhadap Harga Saham

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang

(22)

Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme dengan menghasilkan laba yang lebih berkualitas, karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.

Semakin tinggi nilai Return On Equity (ROE) menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, dan nilai equity perusahaan juga akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Hal ini akan memberikan sinyal yang baik kepada pengguna laporan keuangan, sehingga permintaan terhadap saham akan semakin meningkat dan harga saham juga akan mengalami kenaikan. Sedangkan semakin tinggi nilai Debt To Equity Ratio (DER) menunjukan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang

(23)

dari kreditor dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Hal ini akan memberikan sinyal yang kurang baik atau mungkin buruk kepada pengguna laporan keuangan, karena permintaan terhadap saham akan semakin menurun dan harga saham juga akan mengalami penurunan.

2. Model Konseptual

Gambar 2.1

Skema Model Konseptual

G. Penelitian Terdahulu

Angrawit Kusumawardani ( 2010 ) menganalisis pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009. Dari ketujuh

ROE

DER

(24)

variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, dan ROA yang memiliki pengaruh pada harga saham, serta harga saham juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja. Ini berarti nilai kinerja akan semakin besar sehingga investor akan semakin tertarik dengan nilai kinerja yang semakin tinggi.

Noer Sasongko dan Nila Wulandari ( 2006 ) meneliti pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, ROE, ROS, EPS, dan BEP terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang diperoleh menunjukan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Sedangkan ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham sehingga tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

Kennedy JSP ( 2003 ) meneliti pengaruh ROA, ROE, earning per share, profit margin, asset turnover, rasio leverage, dan debt to equity ratio terhadap return saham. Sampel yang digunakan adalah LQ – 45 di BEJ tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang diperoleh menunjukan hanya variabel asset turnover, ROA, ROE, leverage ratio, debt to equity ratio, dan earning per share memberikan hubungan yang nyata dengan

(25)

return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

Natarsyah S. ( 2002 ) menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan studi terhadap 16 industri barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun (1990-1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor fundamental seperti ROA, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity per share, dan indeks beta berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Pengujian hipotesis kedua untuk melihat apakah benar ROA sebagai indikator earning power perusahaan, yaitu yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menggunakan seluruh asset yang dimilikinya mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham. Hipotesis ini tidak mendapat dukungan karena ternyata book value equity per share yang berpengaruh dominan terhadap harga saham.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih warna dominan hijau dan orange, hijau memberi kesan fresh pada rubrik ini tetapi tetap masuk dalam konsep karna halaman ini membahas pramuka, sedangkan

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh validitas metode analisis untuk penentuan kadar asetosal dalam obat sakit kepala secara spektrofotometri uv dengan parameter

Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura melebar 5 , yang menjadi alat

Pengukuran frekuensi penyakit yang dinyatakan dengan perubahan metabolisme atau perubahan kemampuan fungsional dari rawan sendi artrikuler, tulang subkondral atau jaringan

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Tambahan lagi, definisi dakwah yang dijelaskan oleh Asep dan Abd Djaliel (2002), adalah keupayaan aktiviti mengajak atau menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah

Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Brand Medan Rumah Kita”, tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Medan

[r]