• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA LARIK PADA GURINDAM DUABELAS KARYA RAJA ALI HAJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA LARIK PADA GURINDAM DUABELAS KARYA RAJA ALI HAJI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA RAJA ALI HAJI

Syafrial1, Hadi Rumadi2

1,2Universitas Riau 1syafrialpbsi@gmail.com 2hadirumadipbsi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pola larik Gurindam Duabelas karya Raja Ali Haji. Rumusan masalah penelitian ini bagaimanakah pola larik Gurindam Duabelas karya Raja Ali Haji. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola larik Gurindam Duabelas karya Raja Ali Haji? Manfaat penelitian ini untuk menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca mengenai pola larik Gurindam Duabelas karya Raja Ali Haji. Teori yang digunakan berfokus pada pola larik gurindam yang meliputi stilistika, frasa, klausa dan kalimat untuk menentukan pola larik Gurindam Duabelas. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data melalui tabel rekapitulasi. Teknik pengumpulan data penelitian ini yakni dokumentasi. Teknik analisis Adapun teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut 1) mencatat data yang telah diperoleh berupa jumlah kata dan struktur kalimat pada Gurindam Duabelas, 2) mencermati dan menganalisis kesesuaian jumlah kata dengan kaidah penulisan gurindam, 3) mencermati dan menganalisis struktur kalimat gurindam dengan kaidah penulisan gurindam, 4) mendeskripsikan data penelitian, 5) membahas hasil penelitian 6) menyimpulkan hasil penelitian.

Kata kunci:gurindam duabelas, pola larik.

Abstract

This research discusses the pattern of Gurindam Duabelas arrays by Raja Ali Haji. The formulation of the research problem, how is the pattern of Gurindam Duabelas arrays by Raja Ali Haji. The purpose of this research is to describe the pattern of Gurindam Duabelas arrays by Raja Ali Haji. The benefit of this research is to increase the readers' understanding and knowledge of the pattern of Gurindam Duabelas

arrays by Raja Ali Haji. The theory used focuses on the array pattern of gurindam which includes stylistics, phrases, clauses, and sentences to determine the pattern of Gurindam Duabelas arrays. The research method used is the descriptive qualitative method by describing the data through a recapitulation table. The data collection technique for this research is documentation. Analysis techniques The data analysis techniques carried out in this study are as follows 1) record the data that has been obtained in the form of the number of words and sentence structures in Gurindam Duabelas, 2) observe and analyze the appropriateness of the number of words with the rules of writing gurindam, 3) observe and analyze the structure gurindam sentences with gurindam writing rules, 4) describe research data, 5) discuss research results. 6) conclude the research results.

(2)

A. PENDAHULUAN

Menurut (Masruchin, 2017:141) gurindam merupakan karya sastra lama yang berbentuk puisi, yang terdiri dari dua baris kalimat yang memiliki rima atau sajak yang sama. Gurindam sendiri memiliki lebih dari satu bait yang terdiri dari dua baris tiap baitnya. Dalam baris pertama sebagai baris syarat, masalah, persoalan dan perjanjian. Sementara baris kedua sebagai jawaban akibat dari masalah atau hal yang terjadi pada baris pertama. Sejalan dengan pengertian di atas, Menurut Raja Ali Haji (dalam Piah, 1989:313) gurindam ialah satu bentuk puisi Melayu yang terdiri dari dua baris yang berpasangan, bersajak atau berima dan memberikan ide yang lengkap atau sempurna dalam pasangannya. Dengan keadaan yang demikian, baris pertamanya dapat dianggap sebagai syarat (protasis) dan baris kedua sebagai jawab (apodosis). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Gurindam merupakan salah satu puisi lama yang masih terikat dengan

kaidah penulisan. Gurindam

memiliki persamaan bunyi pada tiap barisnya sehingga menghasilkan sebuah irama yang khas. Gurindam terdiri dari susunan baris yang saling berhubungan yakni baris pertama berupa persoalan atau masalah dan baris kedua berisi jawaban atas persoalan tersebut. Gurindam ini selalu berisikan nasihat-nasihat dan pembelajaran baik tentang agama, moral, budi pekerti, dan lainnya.

Gurindam yang terkenal Salah satunya karya Raja Ali Haji yakni Gurindam Dua Belas. Gurindam Dua Belas merupakan puisi lama dari tanah Melayu yang kaya akan pesan moral, baik dilihat dari aspek agama,

pendidikan, dan budaya. Gurindam dua belas tersusun dari kalimat utuh yang memiliki rima akhir yang sama. Sehingga ketika dilantunkan menghasilkan irama yang indah. Alasan diberi nama Gurindam Dua Belas karena gurindam ini terdiri dari 12 pasal. Pada setiap pasalnya membahas mengenai 12 persoalan yang berbeda-beda. Uniknya lagi kedua belas pasal tersebut

dapatditujukanuntuk seluruh

kalangan usia pembaca.

Pesan dalam pasal-pasal tersebut berupa; Pasal pertama mengandung pesan agama dan ketuhanan. Pasal kedua anjuran untuk mengamalkan rukun Islam. Pasal ketiga berisi

ajaran berupa adab dalam

berperilaku. Pasal keempat berisi ajaran untuk membentuk karakter pribadi yang baik. Pasal kelima berisi tentang ajaran budi pekerti. Pasal keenam berisi anjuran untuk berhati-hati dalam memilih teman dan pasangan. Pasal ketujuh berisi nasihat dalam menjalankan hidup di dunia. Pasal ke delapan berisi nasihat agar terhindar dari perbuatan tercela. Pasal kesembilan berisi nasihat agar terhindar dari perbuatan yang berasal dari godaan setan.

Pasal kesepuluh berisi kewajiban untuk menghormati orangtua. Pasal kesebelas mengajarkan untuk menjadi makhluk sosial yang baik. Dan terakhir pasal kedua belas

mengajarkan untuk menjadi

pemimpin yang adil dan bijaksana. Tidak dapat dipungkiri bahwa Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji termasyhur hingga saat ini. Termasyhurnya karya ini karena kekayaan pesan moralnya. Pesan moral tersebut yang dijadikan oleh orangtua sebagai media dalam

(3)

mengajarkan kepribadian yang baik dan agamis bagi anak-anak. Hal

tersebut menandakan bahwa

Gurindam Dua Belas sudah tergolong karya yang sangat baik dalam segi kebermanfaatannya.

Terlepas dari

kebermanfaatannya, kita perlu lihat dari sisi yang berbeda. Gurindam Dua Belas merupakan salah satu puisi lama. Faktanya puisi lama memiliki ciri-ciri yakni masih terikat dengan aturan penulisan. Aturan penulisan tersebut yang membuat puisi lama berbeda dengan karya lainnya seperti prosa. Salah satunya pada bentuk larik. Larik pada puisi lama berupa frasa atau klausa yang terdiri dari 8-12 suku kata. Sedangkan larik pada prosa berbentuk paragraf.

Gurindam Dua Belas seharusnya masih mengikuti aturan penulisan gurindam. Namun hal tersebut masih belum dapat dipastikan. Karena belum adanya penelitian yang mengkaji aspek tersebut. Padahal penelitian mengenai aspek pola larik pada Gurindam Dua Belas perlu untuk dilakukan. Untuk melihat sejauh mana penulis peduli terhadap aturan penulisan yang telah ada. Bisa jadi penulis hanya mementingkan manfaat karya sastranya saja dan mengabaikan struktur lariknya.

Seperti yang dikemukakan oleh (Siswanto, 2008:82) bahwa ciri karya sastra yang baik mempunyai sistem yang bulat, baik sistem bentuk, bahasa, maupun isi. Gurindam Dua Belas sudah dinilai baik dari segi sistem bahasa dan isinya.Namun belum tentu baik dari sistem bentuknya.Maka dari itu perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai masalah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang menitikfokuskan pada struktur

larik Gurindam Dua Belas.

Dispesifikasikan pada jumlah suku kata dan jumlah kata tiap larik serta struktur larik gurindam tersebut. Penelitian ini akan menggunakan kajian struktural dan stilistika. Rancangan penelitian ini diberi judul

Pola Larik Pada Gurindan Dua Belas Karya Raja Ali Haji”.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut (Ratna, 2006:53) bahwa metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Penyajian data dilakukan berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya. Pada dasarnya, deskripsi merupakan gaya penelitian yang bersifat menggambarkan secara

jelas mengenai objek yang

dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini berupa setiap larik yang terdapat pada 12 pasal Gurindam Dua Belas.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Langkah-langkah pengumpulan data

dilakukan sebagai berikut:

1) Membaca secara keseluruhan isi Gurindam Dua Belas.

2) Menghitung jumlah suku kata pada setiap larik pada setiap pasal Gurindam Dua Belas.

3) Menelusuri struktur frasa atau kalimat pada Gurindam Dua Belas.

4) Mencatat jumlah suku kata dan struktur pembentukan kalimat yang terdapat pada Gurindam Dua Belas.

(4)

5) Memasukkan data ke tabel inventarisasi dan klasifikasi data. Adapun teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Mencatat data yang telah diperoleh berupa jumlah kata dan struktur kalimat pada Gurindam Dua Belas.

2) Mencermati dan menganalisis kekesuaian jumlah kata dengan kaidah penulisan Gurindam. 3) Mencermati dan menganalisis

struktur kalimat Gurindam

dengan kaidah penulisan

Gurindam.

4) Mendeskripsikan data penelitian. 5) Membahas hasil penelitian.

6) Menyimpulkan hasil penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Berdasarkan proses penelitian dan teknik pengumpulan data yang telah dilakukan, berikut penulis paparkan tabel klasifikasi hasil penelitian mengenai pola larik dalam

Tabel 1.Gurindam 12 karya Raja Ali Haji No Pasal Juml

ah Larik

Fras

a Klausa Kalimat

1. Pasal 1 12 0 12 0 2. Pasal 2 10 0 10 0 3. Pasal 3 14 2 12 0 4. Pasal 4 20 0 20 0 5. Pasal 5 12 0 12 0 6. Pasal 6 10 0 10 0 7. Pasal 7 22 0 22 0 8. Pasal 8 14 1 13 0 9. Pasal 9 14 2 12 0 10. Pasal 10 8 0 8 0 11. Pasal 11 12 7 5 0 12 Pasal 12 14 0 14 0 TOTAL 162 12 150 0

Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskripsi kualitatif, guna mendapatkan gambaran masalah penelitian, penulis paparkan dalam bentuk deskripsi data penelitian. Deskripsi berupa sampel data dari keseluruhan data yang telah ditemukan. Deskripsi berikut ini. 1.1 Deskripsi Data

1 Barang siapa yang sudah besar.

Larik puisi ini mengandung pola S + P dengan jenis klausa adjektival. Pola S + P pada larik

ini ditandai dengan “Barang

siapa” sebagai subjek dan “sudah besar” sebagai predikat.

Selanjutnya, jenis klausa adjektival pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat yang

mengandung nomina dan

adjektif.

2 Keaiban orang jangan dibuka.

Larik puisi ini mengandung pola S + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola S + P pada larik

ini ditandai dengan “Keaiban

orang” sebagai subjek dan

jangan dibuka” sebagai predikat.

(5)

intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

3 Yang boleh dijadikan obat.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola S + P + O pada larik ini ditandai dengan

Yang boleh” sebagai subjek, “dijadikan” sebagai predikat dan “obat” sebagai objek. Selanjutnya,

jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan

predikat serta harus

ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, predikat pada klausa verbal transitif mengandung kata kerja berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

4 Tanda rahmat atas dirimu.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + O dengan jenis klausa nominal. Pola S + P + O pada larik

ini ditandai dengan “Tanda

sebagai subjek, “rahmat” sebagai

predikat dan “atas dirimu

sebagai objek. Selanjutnya, jenis klausa nominal pada larik ini ditandai dengan predikatnya yang merupakan kata benda atau frasa nomina.

5 Itulah tanda pekerjaan hendak

sesat.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + Ket dengan jenis klausa nominal. Pola S + P + Ket pada

larik ini ditandai dengan “Itulah tanda” sebagai subjek,“pekerjaan

sebagai predikat dan “hendak

sesat” sebagai keterangan.

Selanjutnya, jenis klausa nominal pada larik ini ditandai dengan

predikatnya yang merupakan kata benda atau frasa nomina.

6 Raja mufakat dengan menteri.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + Ket dengan jenis klausa verbal transitif. Pola S + P + Ket pada larik ini ditandai dengan

Raja” sebagai subjek, “mufakat

sebagai predikat dan “dengan

menteri” sebagai keterangan. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

7 Orang yang suka menampakka

n jasa.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola S + P + Pel pada larik ini ditandai dengan

Orang yang suka” sebagai subjek , “menampakkan” sebagai predika

t dan “jasa” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

8 Syaitan tak suka membuat

sahabat.

Larik puisi ini mengandung pola S + P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola S + P + Pel pada larik ini ditandai dengan

Syaitan” sebagai subjek, “tak suka membuat” sebagai predikat dan “sahabat” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas

(6)

subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

9 Jika orang muda kuat berguru.

Larik puisi ini mengandung pola S + Ket + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola S + Ket + P pada larik ini ditandai dengan

Jika orang muda” sebagai subjek, “kuat” sebagai keterangan dan “berguru” sebagai predikat.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

10 Tahu pekerjaan tak baik tetapi

dikerjakan.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + S + P pada larik ini ditandai dengan

Tahu” sebagai predikat, “pekerja an tak baik” sebagai subjek dan “dikerjakan” sebagai predikat.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

11 Tiadalah hartanya beroleh

berkat.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + P + O pada larik ini ditandai dengan

Tiadalah” sebagai predikat, “hart anya” sebagai subjek, “beroleh” sebagai predikat, dan “berkat

sebagai objek. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

12 Tiadalah ia menyempurnakan

janji.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + P + O pada larik ini ditandai dengan

Tiadalah” sebagai predikat, “ia

sebagai subjek, “menyempurnaka n” sebagai predikat, dan “janji

sebagai objek. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif mengandu ng predikat yang berupa kata kerja berimbuhan.

13 Tahulah ia makna takut.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + O pada larik ini ditandai dengan

Tahulah” sebagai predikat “ia

sebagai subjek, dan “makna

takut” sebagai objek. Selanjutnya,

jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan

predikat serta harus

ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini mengandung predikat

yang berupa kata kerja

berimbuhan.dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

14 Boleh diumpamakan mulutnya

(7)

Larik puisi ini mengandung pola P + S + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + O pada larik ini ditandai dengan

Boleh diumpamakan” sebagai predikat, “mulutnya itu” sebagai

subjek, dan “pekung” sebagai

objek. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini

mengandung predikat yang

berupa kata kerja berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

15 Tahulah ia barang yang

teperdaya.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + O + Ket dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + O + Ket pada larik ini ditandai dengan “Tahulah” sebagai predik

at, “ia” sebagai subjek, “barang

sebagai objek, dan “yang teperday a” sebagai keterangan. Selanjutny a, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini mengandung predikat

yang berupa kata kerja

berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

16 Tahulah ia dunia mudarat.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + O + Pel dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + S + O + Pel pada larik ini ditandai

dengan “Tahulah” sebagai

predikat, “ia” sebagai subjek, “dunia” sebagai objek, dan “mudarat” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini mengandung predikat

yang berupa kata kerja

berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

17 Cahari olehmu akan sahabat.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + S + Pel pada larik ini ditandai dengan

Cahari” sebagai predikat, “olehmu” sebagai subjek, dan “akan sahabat” sebagai pelengka p. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

18 Cahari olehmu akan guru.

Larik puisi ini mengandung pola P + S + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + S + Pel pada larik ini ditandai dengan

Cahari” sebagai predikat, “olehmu” sebagai subjek, dan “akan guru” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

19 Buanglah khianat.

Larik puisi ini mengandung pola P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + O pada larik ini

(8)

sebagai predikat dan “khianat

sebagai objek. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini

mengandung predikat yang

berupa kata kerja berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

20 Murahkan perangai.

Larik puisi ini mengandung pola P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + O pada larik ini ditandai dengan “Murahkan” sebagai predikat dan “perangai

sebagai objek. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini

mengandung predikat yang

berupa kata kerja berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

21 Jika hendak mengenal orang

yang berakal.

Larik puisi ini mengandung pola P + O + Ket dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + O + Ket pada larik ini ditandai dengan

Murahkan” sebagai predikat, “orang” sebagai objek, dan “yang berakal” sebagai keterangan.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

22 Pilih segala orang yang

setiawan.

Larik puisi ini mengandung pola P + O + Ket dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + O + Ket pada larik ini ditandai dengan

Pilih” sebagai predikat, “segala orang” sebagai objek, dan “yang setiawan” sebagai keterangan.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

23 Kasihkan orang yang berilmu.

Larik puisi ini mengandung pola P + O + Pel dengan jenis klausa verbal transitif. Pola P + O + Pel pada larik ini ditandai dengan

Kasihkan” sebagai predikat, “orang” sebagai objek, dan “yang berilmu” sebagai keterangan.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini mengandung predikat

yang berupa kata kerja

berimbuhan dan dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

24 Hormat akan orang yang

pandai.

Larik puisi ini mengandung pola P + O + Pel dengan jenis klausa adjektival. Pola P + O + Pel pada larik ini ditandai dengan

Hormat” sebagai predikat, “orang” sebagai objek, dan “yang pandai” sebagai keterangan.

Selanjutnya, jenis klausa adjektival pada larik ini ditandai

(9)

mengandung nomina dan adjektif.

25 Tanda orang yang amat celaka.

Larik puisi ini mengandung pola P + Ket dengan jenis klausa nominal. Pola P + Ket pada larik

ini ditandai dengan “Tanda

orang” sebagai predikat dan “amat celaka” sebagai keterangan . Selanjutnya, jenis klausa nominal pada larik ini ditandai

dengan predikatnya yang

merupakan kata benda atau frasa nomina.

26 Menerimanya itu hendaklah

sabar.

Larik puisi ini mengandung pola P + Ket dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + Ket pada larik ini ditandai dengan

Menerimanya itu” sebagai predik at, dan “hendaklah sabar” sebagai

keterangan. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang mengandung kata kerja berimbu-han serta tidak dapat ditambahk-an objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

27 Apabila mendengar akan

khabar.

Larik puisi ini mengandung pola P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + Pel pada larik

ini ditandai dengan “Apabila

mendengar” sebagai predikat, dan “khabar” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang mengandung kata kerja berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa

tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

28 Apabila mendengar akan

aduan.

Larik puisi ini mengandung pola P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola P + Pel pada larik

ini ditandai dengan “Apabila

mendengar” sebagai predikat, dan “akan aduan” sebagai

pelengkap. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang

mengandung kata kerja

berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

29 Aib dirinya tiada ia sangka.

Larik puisi ini mengandung pola O + P + S + P dengan jenis klausa verbal transitif. Pola O + P + S + P pada larik ini ditandai dengan

Aib dirinya” sebagai objek, “tiada” sebagai predikat, “ia

sebagai subjek, dan “sangka

sebagai predikat. Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan

predikat serta harus

ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

30 Orang itu jangan engkau

percaya.

Larik puisi ini mengandung pola O + P + S + P dengan jenis klausa verbal transitif. Pola O + P + S + P pada larik ini ditandai dengan

Orang itu” sebagai objek, “jangan” sebagai predikat, “engkau” sebagai subjek, dan

(10)

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

31 Di situlah banyak orang yang

tergelincir.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + S + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + S + P

pada larik ini ditandai dengan “Di situlah” sebagai keterangan, “banyak orang” sebagai subjek,

dan “yang tergelincir” sebagai

predikat. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang

mengandung kata kerja

berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

32 Di situlah syaitan tempatnya

manja.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + S + P dengan jenis klausa verbal nominal. Pola Ket + S + P

pada larik ini ditandai dengan “Di situlah” sebagai keterangan,

syaitan” sebagai subjek, dan “tempatnya manja” sebagai

predikat. Selanjutnya, jenis klausa nominal pada larik ini ditandai dengan predikatnya yang merupakan kata benda atau frasa nomina.

33 Tidak boleh orang berbuat

honar.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + S + P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + S + P + Pel pada larik ini

ditandai dengan “Tidak boleh

sebagai keterangan, “orang” sebagai subjek, “berbuat” sebagai predikat, dan “honar” sebagai

pelengkap. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang

mengandung kata kerja

berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

34 Daripada memuji diri

hendaklah sabar.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P dengan jenis klausa adjektival. Pola Ket + P pada larik

ini ditandai dengan “Daripada memuji diri” sebagai keterangan

dan “hendaklah sabar” sebagai

predikat. Selanjutnya, jenis klausa adjektival pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat yang mengandung nomina dan adjektif.

35 Dengan syaitan jadi berseteru.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + P pada larik ini ditandai dengan

Dengan syaitan” sebagai keteran gan dan “jadi berseteru” sebagai

predikat. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang

mengandung kata kerja

berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

36 Suruh dan tegahnya tiada ia

(11)

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P + S + P dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + P + S + P pada larik ini ditandai

dengan “Suruh dan tegahnya

sebagai keterangan, “tiada” sebagai predikat, “ia” sebagai subjek, dan “menyalah” sebagai

predikat. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang

mengandung kata kerja

berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

37 Di dalam dunia mengambil

bekal.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola Ket + P + O

pada larik ini ditandai dengan “Di dalam dunia” sebagai keterangan, “mengambil” sebagai predikat,

dan “bekal” sebagai objek.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

38 Di situlah jalan masuk dusta.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P + O dengan jenis klausa verbal transitif. Pola Ket + P + O

pada larik ini ditandai dengan “Di situlah jalan” sebagai keterangan, “masuk” sebagai predikat, dan

dusta” sebagai objek.

Selanjutnya, jenis klausa verbal transitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas subjek dan predikat serta harus

ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, pola klausa verbal transitif ini dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

39 Lihat pada ketika bercampur

dengan orang ramai.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + P + Pel pada larik ini ditandai dengan

Lihat pada ketika” sebagai kete-rangan, “bercampur” sebagai

predikat, dan “dengan orang

ramai” sebagai pelengkap.

Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang mengandung kata kerja berimbuhan serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

40 Supaya boleh naik ke tengah

balai.

Larik puisi ini mengandung pola Ket + P + Pel dengan jenis klausa verbal intransitif. Pola Ket + P + Pel pada larik ini ditandai dengan

Supaya boleh” sebagai keterang-an, “naik” sebagai predikat, dan “ke tengah balai” sebagai peleng-kap. Selanjutnya, jenis klausa verbal intransitif pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas predikat yang mengandung kata kerja serta tidak dapat ditambahkan objek ke dalamnya. Selain itu, klausa tersebut tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

41 Hendak marah.

Larik puisi ini mengandung pola Adv + A dengan jenis frasa adjektival. Pola Adv + A pada larik ini ditandai dengan

(12)

keterangan dan “marah” sebagai

adjektif / kata sifat. Selanjutnya, jenis frasa adjetival pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas pendistribusian kata sifat yang didukung oleh keterangan.

42 Hendak ramai.

Larik puisi ini mengandung pola Adv + A dengan jenis frasa adjektival. Pola Adv + A pada larik ini ditandai dengan

Hendak” sebagai adverbia /

keterangan dan “ramai” sebagai

adjektif / kata sifat. Selanjutnya, jenis frasa adjetival pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas pendistribusian kata sifat yang didukung oleh keterangan.

43 Kepada yang sebangsa.

Larik puisi ini mengandung pola Adv + N dengan jenis frasa preposisional. Pola Adv + N pada larik ini ditandai dengan

Kepada” sebagai adverbia /

keterangan dan “yang sebangsa

sebagai nomina / kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa preposisional pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas pendistribusian penanda dan petanda yang didukung oleh keterangan.

44 Dahulukan hujjah

Larik puisi ini mengandung pola Adv + N dengan jenis frasa nominal. Pola Adv + N pada larik

ini ditandai dengan “Dahulukan

sebagai adverbia / keterangan dan “hujjah” sebagai nomina /

kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa nominal pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas kata ganti benda yang didukung oleh keterangan.

45 Hendak dimalui

Larik puisi ini mengandung pola Adv + V dengan jenis frasa verbal. Pola Adv + V pada larik ini

ditandai dengan “Hendak

sebagai adverbia / keterangan dan “dimalui” sebagai verba /

kata kerja. Selanjutnya, jenis frasa verbal pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas kata kerja yang didukung oleh keterangan.

46 Jangan memalui

Larik puisi ini mengandung pola Adv + V dengan jenis frasa verbal. Pola Adv + V pada larik ini

ditandai dengan “Jangan” sebagai

adverbia / keterangan dan

memalui” sebagai verba / kata

kerja. Selanjutnya, jenis frasa verbal pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas kata kerja yang didukung oleh keterangan.

47 Sedikitlah cita-cita

Larik puisi ini mengandung pola A + N dengan jenis frasa adjektival. Pola A + N pada larik

ini ditandai dengan “Sedikitlah

sebagai adjektif / kata sifat dan

cita-cita” sebagai nomina / kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa adjektival pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas pendistribusian kata sifat yang didukung oleh kata ganti benda.

48 Kepada segala hamba-hamba

raja

Larik puisi ini mengandung pola N + N dengan jenis frasa nominal. Pola N + N pada larik ini ditandai

dengan “hamba-hamba raja

sebagai nomina / kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa nominal pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas

(13)

kata ganti benda yang didukung oleh keterangan.

49 Kebanyakan orang yang

muda-muda

Larik puisi ini mengandung pola N + N dengan jenis frasa nominal. Pola N + N pada larik ini ditandai

dengan “orang yang muda-muda

sebagai nomina / kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa nominal pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas kata ganti benda yang didukung oleh keterangan.

50 Apalagi kepada lainnya

Larik puisi ini mengandung pola Prep + N dengan jenis frasa preposisional. Pola Prep + N pada larik ini ditandai dengan

kepada” sebagai preposisi dan

lainnya” sebagai nomina / kata ganti benda. Selanjutnya, jenis frasa preposisional pada larik ini ditandai dengan susunan yang terdiri atas pendistribusian penanda dan petanda yang didukung oleh keterangan.

2. Pembahasan

1. Proses kreatif dalam karya puisi Setiap penulis tentu memiliki teknik yang berbeda dan erat kaitannya dengan sumber atau bahan penulisan yang digunakannya. Proses kreatif dalam penciptaan sebuah karya sastra seperti puisi tidaklah berlangsung dengan kurun waktu yang singkat. Proses kreatif itu melalui beberapa proses awal yang panjang hingga sampai pada tahap akhir penyempurnaan kala karya sastra itu telah tercipta. Pada akhirnya, proses kreatif itu akan melahirkan sebuah karya untuk dinikmati dan diapresiasi sebagai

cerminan bagi diri seorang pengarang.

Proses kreatif penulis memiliki peran yang besar dalam membangun sebuah karya sastra. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap penulis akan melalui beberapa tahapan yang tidak jauh berbeda dalam proses kepenulisan. Penjabaran lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk tahapan dalam menulis tersebut telah terangkum ke dalam beberapa sub bagian menurut para ahli. Dengan kata lain, menulis proses kreatif selalu sejalan dengan beberapa kegiatan yang akan dilakukan penulis. Kegiatan itu terdiri atas beberapa pokok di antaranya proses menuangkan ide dan kreativitas serta proses penulisan karya. Keseluruhan proses tersebut sangat berkesinambungan antara satu sama lain dan terstruktur yang meliputi fase pramenulis, menulis dan setelah menulis. Oleh karena itu, fase-fase ebut akan dilalui untuk memenuhi standar karya sastra. Dengan demikian, karya sastra akan menjadi lebih berkualitas dan menarik di kalangan masyarakat.

Menulis kreatif sastra merupakan upaya untuk menuangkan pikiran dalam menciptakan sebuah karya. Proses berpikir ini didukung oleh beberapa komponen diantaranya gaya bahasa dan pilihan kata. Menulis kreatif sastra dilakukan sebagai implikasi pemikiran dan kreativitas dari seseorang. Dalam hal ini, seseorang dapat menjadi penulis yang memikirkan serta menuangkan ide untuk sebuah karya sastra. Selain itu, proses menulis kreatif juga dapat

menjadikan penulis sebagai

seseorang yang merespon dan mengapresiasi karya yang dibuatnya. Menulis kreatif sastra selalu

(14)

berkaitan dengan kegiatan aktif maupun pasif terhadap sebuah karya sastra. Dengan demikian, menulis kreatif sastra dapat dilakukan dengan menciptakan berbagai jenis karya sastra berdasarkan kebutuhan dan kemampuan seorang pengarang.

Dalam menciptakan sebuah karya sastra, pengarang harus memiliki kreativitas dan imajinasi yang luas. Pengarang memposisikan dirinya sebagai suatu yang memusat dalam proses berpikirnya. Pada umumnya, proses tersebut didukung oleh motivasi seseorang untuk menciptakan sebuah karya. Selain itu, pengarang juga didukung oleh kebutuhan dan kesadaran akan sebuah proses kreatif. Dalam hal ini, proses kreatif meliputi proses berpikir kreatif, proses imajinatif, dan proses responsif. Keseluruhan proses kreatif pengarang ini dilakukan demi menciptakan sebuah karya yang dapat dipahami pembaca serta mengandung unsur estetis. Dengan demikian, proses kreatif menjadi suatu hal yang dilalui oleh

seorang pengarang dalam

menciptakan sebuah karya sastra. Proses kreatif menjadi komponen utama yang selalu dilalui pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra. Setiap pengarang tentunya punya teknik dan ciri-ciri khasnya dalam membahasakan tulisannya.

Hal itu juga memungkinkan

pengarang menggambarkan

kepribadiannya di dalam tulisan tersebut. Dengan kata lain, seorang

pengarang memiliki tingkat

kekreatifan, imajinasi dan

keistimewaan yang berbeda pula saat menciptakan sebuah karya. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

termasuk dalam menciptakan

sebuah karya. Oleh karena itu, setiap pengarang menghasilkan karya dengan karakter dan warna yang berbeda sehingga dapat memberikan kesan yang berbeda pula bagi penikmatnya.

Ada lima tahapan proses kreatif pengarang menurut Sumardjo, dalam (Nafilah, 2014:17-20) sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan. Tahap ini

merupakan tahap paling awal dalam menulis. Tahap inilah yang ikut menentukan bagaimana kelanjutan proses mengarang. Biasanya pada tahap ini penulis

sudah mengetahui gagasan

seperti apa yang akan dibuat dalam tulisannya. Tetapi, bagaimana caranya menuliskan gagasan tersebut tergantung dengan teknik tulisan seperti apa yang digunakan sehingga akan menentukan bentuk tulisannya. Oleh karena itu, muncullah keinginan untuk segera menulis atau tidak dalam diri pengarang.

b. Tahap Inkubasi. Tahap ini

merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan. Dimana penulis akan memadupadankan gagasan

yang sudah terpikirkan

sebelumnya untuk segera

dituangkan pada waktu yang tepat dalam bentuk tulisan. Tahap ini berlangsung dan hadir lama dalam kegiatan sehari-hari pengarang hingga ia benar-benar yakin akan gagasan itu untuk dituliskan. Tahap ini bersifat fleksibel, artinya pengarang tidak bisa dipaksa untuk terburu-buru dalam menyegerakan tulisannya yang dapat menyebabkan karya yang tercipta kurang bernilai. c. Tahap Inspirasi. ada tahap ini,

(15)

mengalami beberapa kejadian seperti rasa ingin segera meluahkan ide dan gagasan yang hadir tiba-tiba dalam dirinya. Tahap ini seperti ruh di dalam menulis. Karena dari sinilah gambaran imajinasi seorang pengarang mulai bermunculan. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka bisa saja hasil dari inspirasi itu lenyap seketika dan menurunkan semangat untuk merealisasikan ide atau gagasan dalam menulis. Dengan demikian,

seorang pengarang harus

memiliki trik tersendiri ketika ia mendapatkan inspirasi untuk menulis.

d. Tahap Penulisan. Tahap ini

merupakan tahap yang

sesungguhnya dari beberapa tahap yang sudah dilalui. Dimana pada tahap ini penulis akan bermain dengan imajinasi yang telah didapat sebelumnya pada tahap inspirasi. Sehingga dimulailah proses penuangan segala ide dan gagasannya dalam bentuk rangkaian tulisan. Tahap

ini juga menjadi wadah

pengekspresian diri pengarang. Namun, tahap ini terdapat beberapa hal yang akan dialami oleh penulis dikarenakan terlalu ekspresif dalam menulis sehingga menghasilkan karya yang masih biasa.

e. Tahap Revisi. Tahap ini

merupakan bagian akhir dari semua tahapan proses kreatif pengarang. Pada tahap ini, penulis dapat mengistirahatkan pikiran sejenak setelah melalui beberapa tahapan panjang. Dengan kata lain, pengarang dapat merasa lega karena kegiatan penulisannya hampir

rampung. Setelah itu, pengarang akan melanjutkan tugasnya dengan merehap kembali apa yang telah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, tahap ini

merupakan tahap dimana

pengarang memperbagus kemba-li tukemba-lisannya dengan beberapa polesan akhir hingga lahirlah karyanya yang istimewa.

Sebuah karya sastra tercipta

melalui proses-proses yang

dilakukan oleh pengarangnya. Karya sastra mengandung unsur estetis dan imajinatif yang membangun struktur fisik dan batinnya menjadi lebih

menarik. Dalam proses

penciptaannya, pengarang selalu melibatkan proses kreatif untuk menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Proses kreatif tersebut

mengandung kesadaran dan

kebutuhan seorang pengarang akan keberadaan sebuah karya sastra. Setelah itu, proses kreatif dilakukan dengan berpikir kreatif untuk memilih diksi yang tepat untuk sebuah karya yang estetis. Selanjutnya, proses kreatif mengandung unsur evaluatif berisi kegiatan untuk mencermati dan mengapresiasi karya sastra yang telah dibuat. Dalam proses kreatif, pengarang menuangkan gagasan dan perasaannya untuk menciptakan sebuah karya sastra. Proses kreatif pengarang merupakan wujud nyata dalam upaya menghasilkan karya sastra yang estetis.

Pengarang berproses bersama pikiran dan kreativitasnya serta berkembang berdasarkan apresiasi dan penilaian dari pembacanya. Hal tersebut yang menjadikan pengarang

akan selalu meningkatkan

(16)

dibuatnya lebih variatif dan imajinatif.

Proses kreatif sastra selalu dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pengarang. Kemampuan itu bersifat personal, yang berarti setiap pengarang memiliki kreativitas yang berbeda dalam menciptakan sebuah karya. Dalam proses penciptaan karya, pengarang memiliki motivasi

dan tujuan tertentu yang

meningkatkan kepercayaan dirinya untuk berpikir. Terciptanya sebuah karya sastra, menjadi kebanggaan sekaligus cerminan tersendiri bagi seorang pengarang. Oleh karena itu, dalam proses kreatif sastra juga terdapat kegiatan mengapresiasi dan menilai karya yang telah dibuat. Hal ini diperlukan agar pengarang mampu mengidentifikasi dan menilai kemampuan dirinya di dalam penciptaan karya sastra tersebut. Dengan demikian, proses kreatif sastra akan mampu meningkatkan

kualitas pengarang untuk

menciptakan karya sastra yang lebih baik.

2. Bahasa sebagai pencerminan makna dan nilai

Bahasa merupakan sebuah daya ungkap dari pola pikir seseorang. Bahasa memiliki peran penting dalam sebuah karya sastra. Keberadaan bahasa merupakan

sesuatu yang vital untuk

membangun unsur sebuah karya.

Bahasa dalam karya sastra

cenderung mengandung unsur

estetis. Dalam hal ini, bahasa

berfungsi memberikan unsur

keindahan secara tidak langsung kepada penikmatnya. Bahasa dalam sastra inilah yang disebut dengan bahasa kesastraan. Bahasa ini

mengandung gaya tersendiri yang

dibentuk sesuai kebutuhan

pengarang. Selain itu, bahasa kesastraan juga ditujukan untuk membangun struktur fisik dan batin sebuah karya agar pembaca dapat

memahami dan mengapresiasi

dengan baik. Dengan demikian, bahasa kesastraan merupakan bahasa khusus yang digunakan untuk menciptakan unsur keindahan dalam sebuah karya.

Menurut (Prayitno, 2014:51) bahasa kesastraan yaitu ragam bahasa yang khusus digunakan dalam bidang kesastraan. Digunakan untuk mencurahkan hal-hal yang sifatnya indah (estetis).

Bahasa sastra memiliki unsur dalam membangun unsur estetis dalam sebuah karya serta memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, bahasa sastra mengandung ambiguitas dan homonim yang maknanya tidak dapat diketahui secara langsung walau memiliki bentuk yang jelas. Kedua, bahasa sastra memiliki bentuk yang tidak beraturan namun tetap menyesuaikan pada kaidah yang berlaku. Ketiga, bahasa sastra mengandung asosiasi atau mengacu kepada ungkapan estetik yang tidak

sebenarnya. Bahasa sastra

cenderung mengandung acuan

konotatif yang bersifat estetis. Selain itu, bahasa sastra juga menimbulkan efek tertentu kepada penikmat dalam memahami sebuah karya sastra. Dengan demikian, bahasa sastra dapat menjadikan sebuah karya sastra menjadi lebih menarik untuk dinikmati.

Bahasa sastra mengandung unsur yang fleksibel dalam penggunaannya dalam sebuah karya sastra. Bahasa sastra cenderung bersifat variatif dan ekspresif sehingga dapat

(17)

menimbulkan efek tertentu bagi

penikmatnya. Pada umumnya,

bahasa dalam karya sastra

mengandung sebuah tanda atau rujukan tertentu yang memiliki makna tertentu. Oleh karena itu, penulis memiliki teknik untuk mengkreasikan bahasa sastra yang akan digunakannya. Selain itu, penggunaan bahasa sastra juga diaplikasikan berdasarkan jenis karya yang akan dibuat. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kebutuhan dalam suatu karya akan berbeda-beda. Dengan demikian, ahasa sastra memiliki filosofi tertentu dalam fungsinya untuk membangun situasi di dalam sebuah karya sastra.

Penggunaan bahasa sastra dalam sebuah karya sastra sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena bahasa sastra memiliki fungsi ekspresif. Fungsi ekspresif bahasa sastra merupakan fungsi yang merujuk kepada pengungkapan sikap atau ekspresi dari pengarang. Selain itu, fungsi ekspresif juga bertujuan untuk membangun dan mempengaruhi pola pikir penikmat karya sastra. Bahasa sastra dapat menjadikan karya sastra lebih terstruktur dan memiliki unsur keindahan. Bahasa sastra selalu berkaitan dengan gaya bahasa. Dengan demikian, bahasa sastra memiliki fungsi ekspresif yang dibuat oleh pengarang dengan penikmat sebagai sasarannya.

Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan. Gaya bahasa selalu berkaitan dengan pengarang dalam menciptakan sebuah karya. Selain itu, gaya bahasa dan bahasa sastra juga memiliki beberapa persamaan dalam penggunaannya pada sebuah

karya sastra. Peranan keduanya menciptakan situasi tertentu dalam karya sastra sehingga unsur estetis dan maknanya dapat diresapi dengan baik. Gaya bahasa biasanya juga disebut dengan stilistika. Pada dasarnya, stilistika juga berkaitan dengan makna yang dibawa dalam sebuah kata, frasa maupun kalimat. Selain itu, stilistika juga berkaitan dengan pilihan kata yang digunakan untuk memenuhi unsur tertentu dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian, studi tentang gaya bahasa maupun pilihan kata sangat berperan dalam menulis suatu karya sastra.

3. Pola larik sebagai ruh nilai

estetis

Menurut (Pavita dkk, 2019:3) Larik dalam puisi dapat dibangun dari frasa yang berpola, klausa yang berpola, dan juga kalimat yang berpola. Pola-pola tersebutlah yang

akan diketahui dengan

mengidentifikasi dahulu sebelumnya apakah larik tersebut tergolong frasa, klausa, atau kalimat.

Larik di dalam puisi dapat dilihat secara langsung setelah berakhirnya kata. Di dalam prosa kedudukan larik sama dengan kalimat namun dalam satu kalimat sering terdapat beberapa larik dalam puisi, dan juga sebenarnya larik di dalam kalimat memiliki satuan makna akan tetapi secara penglihatan masih sangat terlihat Misalnya, terjadi pelesapan, pemadatan, pemenggalan, penanda-bacaan yang bebas, dan sebagainya. Jadi, maksudnya nilai-nilai estetika atau keindahan dalam puisi dapat terlihat dari unsur bahasa dan atau penamplilan. Sebenarnya nilai-nilai estetika atau keindahan meliputi tulisan yang membentuk suatu

(18)

keutuhan,kelarasan dan terbentukl-ah perpaduan makna yang estetika atau keindahan dalam puisi.

Nilai estetik adalah nilai yang dasarnya tertuju pada keindahan, ilmu yang mempelajari estetis adalah estetika. Nilai estetika dalam kehidupan manusia memberikan sesuatu yang berbeda yang tentunya indah, dengan demikian membuat manusia merasakan kedamaian dan kenyamanan, karena dengan nilai estetika yang indah manusia pada umumnya menyukainya terutama bila terlihat langsung oleh manusia.

4. Tunjuk ajar dalam gurindam

12 karya Raja Ali Haji

Tunjuk ajar di dalamnya terdapat petuah, petunjuk nasihat, amanah, pengajaran dan contoh teladan yang

bermanfaat bagi kehidupan

masyarakat. Kemudian menurut orang tua Melayu,:Tunjuk Ajar Melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhai Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan didunia dan kehidupan di akhirat.

Menurut (Mulyadi, 2018:226) Gurindam dua belas merupakan karya sastra yang awal muculnya pada abad ke-19 yang dibuat oleh Raja Ali Haji yang di dalamnya berisikan ajara-ajaran etika, nasehat-nasehat dan pesan moral yang berkaitan dengan ajaran agama islam yang disebut tunjuk ajar Melayu yang sifatnya berlaku untuk semua orang dan juga sebagai edukasi untuk manusia pada umumnya, kepemimpinan, anak, orang tua, murid, guru, pria, perempuan dan sebagainya.

Dimana aspek nilai-nilai moral dan etika pendidikan Islam dalam Gurindam Dua Belas, secara

makro dapat dibagi atau

klasifikasikan dalam empat aspek makro yaitu:

1. Aspek pendidikan syariat.

2. Aspek sufistik, yaitu aspek pendidikan yang menekankan pada pola perilaku dan proses pembentukkan karakter atau sifat agar terhindar dari sifat

yang tercela yang dapat

mengotori hati manusia.

3. Aspek pendidikan etika dalam mencari ilmu pengetahuan . 4. Aspek pendidikan politik

sebagaimana terdapat dalam pasal kesebelas dan sebagian dari pasal yang kedua belas.

Gurindam dua belas tidak hanya bernilai sastra dan puisi yang tinggi tapi didalmnya terdapat pesan moral, pelajaran etika ataupun agama, yang bersifat memberi nasehat dan petunjuk untuk kehidupan yang diridhai Allah untuk para pembacanya. Tidak hanya sebagai karya sastra sufistik gurindam dua belas lebih dari itu khususnya untuk masyarakat Melayu karena secara langsung mengatur Pratik budaya sosial dan politik bagi masyarakt Melayu.

Edukasi yang diperlihatkan

gurindam dua belas berkaitan dengan nilai-nilai yang ada pada pendidikan islam yakni dalam bentuk panduan moral dan etika, kemudian dalam tunjuk ajar

gurindam dua belas dalam

melaksanakannya didasari ideology islam yang sifatnya aplikatif atau penerapan dalam sosial masyarakat yang dimana nilai-nilai yang terdapat dalam gurindam dua belas bisa

(19)

diterapkan dikehidupan seluruh masyarakat agar edukasi yang terdapat dalam gurindam bisa diterapkan. Jadi, tunjuk ajar Melayu berarti petunjuk yang diberika kepada orang supaya diketahui dan dituruti dengan bahasa yang indah yang disampaikan melalui pantun, gurindam dan syair.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tindak tutur ilokusi pada

iklan layanan masyarakat

pencegahan Covid-19 ini ditemukan empat jenis daya tutur ilokusi dalam lima belas data tuturan. Keempat jenis daya tutur ilokusi itu, antara lain exercitives, commisives, behabitives, dan expositives.

Masing-masing daya ilokusi tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Pada daya tutur exercitives tujuan yang hendak disampaikan didominasi oleh tuturan yang bersifat mengajak dan diikuti oleh tuturan yang bersifat nasihat. Tujuan dari daya tutur commisives berupa komitmen untuk melaksanakan tuturannya. Tujuan dari daya tutur behabitives adalah menunjukkan sikap sosial penutur. Sementara itu, tujuan dari daya tutur expositives adalah untuk menjelaskan informasi mengenai tata cara pencegahan penularan virus korona. Seluruh daya ilokusi dan tujuan tuturan yang ditemukan saling berkesinambungan dan bermanfaat bagi iklan layanan masyarakat pencegahan Covid-19 yang ditayangkan oleh Kemdikbud tersebut.

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam iklan layanan masyarakat mengenai pencegahan Covid-19 sangat relevan di masa pandemi seperti ini. Oleh

karena itu, pengembangan penelitian tindak tutur dalam iklan layanan masyarakat mengenai pencegahan Covid-19 dapat terus dilakukan, baik itu terhadap iklan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Masruchin, U. N. (2017). Majas, Pantun, dan Puisi. Huta Publisher.

Mulyadi, H. (2018). TUNJUK AJAR MELAYU; Warisan Nilai Pada Bait-Bait Syair Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji Oleh H. Mulyadi. Jurnal Madania, Vol 8, No 2, hlm 256–275.

Tersedia

http://ejournal.uin-

suska.ac.id/index.php/madania/ article/view/6139

Nafilah. (2014). Proses Kreatif Muhidin M Dahlan Dalam Menulis Novel Jalan Sunyi Seorang Penulis. Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Tersedia

https://eprints.uny.ac.id/16289 /1/Nafilah%2010210141018.p df

Piah, H. M. (1989). Puisi Melayu Tradisional: Satu Pembicaraan Genre Dan Fungsi. Dewan Bahasa dan Pustaka.

Prayitno, J. (2014). Ragam Bahasa Lisan Dan Tulisan Siswa Kelas X Jurusan Akomodasi Perhotelan Smk Negeri 3 Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014. Lokabasa, Vol 5, No 1, hlm 51. Tersedia https://ejournal.upi.edu/index. php/lokabasa/article/view/315 6

(20)

Antologi Puisi Matahari Tanpa Kaki. JOM FKIP – UR, Vol 8, No 1, hlm 3.

Tersedia

https://jom.unri.ac.id/index.ph p/JOMFKIP/article/download/2

2739/22007

Ratna, N. K. (2006). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar.

Siswanto, W. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Berdasarkan hasil analisis Pendidikan agama Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dan berdasarkan nilai OR ( Odds Ratio )

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “ Agenda Pemberitaan Media Terkait Kasus Penistaan Agama Analisis Isi Kuantitatif Harian Kompas dan Republika” adalah

Sejumlah 21 ekor anak ayam (DOC) secara acak dan diberi gelang plastik bernomor, kemudian ayam dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok P1 terdiri dari 7

ESWL merupakan litotripsi untuk batu empedu dimana dasar  terapinya adalah disintegrasi batu dengan gelombang kejut sehingga menjadi partikel yang lebih

menjadi tidak aktif. Fungsinya adalah untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, dan menggiatkan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Pelayanan, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan

Pada dasarnya kesimpun hanyalah suatu bagian dari suatu yang utuh, karena biayar bagaimanapun penarikan kesimpulan juga dilakukan selama penelitian berlangsung.

Bab ini berisi tentang pengolahan data dan hasil analisa yang meliputi penentuan komponen kritis, Functional Block Diagram, Failure Modes And Effect Analysis (FMEA), RCM