• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI

TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG

KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AKHMAD KHOZIN

NIM 12109008

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

ii

(3)
(4)

iv MOTTO :

KEBAHAGIAAN ADALAH TUJUAN DAN TUJUAN TAK AKAN TERCAPAI

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku Bapak Taat Dimyati & Ibu Mudawamah tersayang yang

telah membesarkankudengan penuh cinta dan kasih sayang.

 Kakakku Mbak Umi Fadilah dan Adikku Fadhilatul tufaidah serta Husniatul

Muna Fadhilah terimaksih atas motivasi yang mereka berikan kepada penulis tercinta.

 Bapak Mufiq S.Ag M.Phil yang telah membimbing penulis dengan tulus ikhlas

dan penuh kesabaran.

 Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.  Seluruh sahabat-sahabati STAIN Salatiga

 Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robil’alamin segala puji dan syukur penulis haturkan atas

kehadiran Allah SWT yang selalu memberikan Hidayah serta kekuatan-Nya kepada penulis yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di Pondok Pesantren Modern Bina Insani.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah SWT untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2014”.

(7)

vii

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selakuKetua STAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di pondok pesantren modern Bina Insani dusun Baran desa Ketapang kecamatan Susukan kabupaten Semarang. 2. Bapak Mufiq S. Ag., M. Phil selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Rasimin, S. Pd.I., M. Pd., selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.

5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

6. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga besar Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spirirtual.

7. Bapak K. Muhsoni selaku pengasuh pondok pesantren modern Bina Insani. 8. Bapak Munzaini S. Ag,. M .Pd.selaku kepala sekolah SMA Bina Insani yang

telah memberikan ijin penelitian di pondok pesantren modern Bina Insani.

(8)

viii

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan mereka diterima disisi Allah SWT.

Skripsi ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan ktritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 26 Agustus 2014 Yang menyatakan,

(9)

ix ABSTRAK

Khozin, Akhmad. 2014. : Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen pembimbing mufiq S. Ag,. M. Phil.

Kata Kunci: Keberagamaan, Kesejahteraan

Latar belakang penelitian adalah adanya kekhawatiran masyarakat pondok pesantren yang hanya mendirikan pondok pesantren saja, akan tetapi lupa dengan keberadaan masyarakat disekitar pondok pesantren tersebut yang hanya akan menambah jumlah penduduk serta adanya kekacauan ataupun ketidak kondusifannya masyarakat dengan adanya pondok pesantren.

Atas kegelisahan itulah, ada inisiatif untuk adanya peran pondok pesantren modern Bina Insani yang bertujuan agar pondok pesantren itu tidak hanya tempat mengaji atau menuntut ilmu akan tetapi juga bisa berperan terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah latar belakang peran pondok pesantren modern Bina Inani terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar pondok tersebut serta hasil peran pondok bagi lembaga pesantren dan masyarakat pada umumnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai awal bulan januari tahun 2014 di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Responden adalah masyarakat dan pihak pondok pesantren tersebut. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi, kemudian data ditranskip menjadi data lengkap. Transkip data dianalisis dengan metode dedukatif, induktif dan sintetis.

Implementasi peran pondok pesantren adalah terjalinnya hubungan yang islami serta adanya perubahan yang signifikan baik dalam keberagamaan maupun kesejahteraan, anatara pihak pondok pesantren dengan masyarakat disekitar pondok pesantren.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO STAIN... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN... iv

HALAMAN KEASLIAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

HALAMAN LOGO DAN PERSEMBAHAN... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN ABSTRAK... ………... viii

HALAM DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGIAN... x

HALAMAN LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Definisi Operasional... 6

1. Peran Pondok Pesantren... . 6

2. Keberagamaan Masyarakat... 7

(11)

xi

F. Metode penelitian... 7

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 7

2. Kehadiran Peneliti... 8

3. Lokasi Penelitian... 9

4. Sumber Data... 9

G. Sistematika Penulisan... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 17

A. Peran Pondok Pesantren……… 17

B. Keberagamaan………. 29

C. Kesejahteraan……… 38

BAB III HASIL PENELITIAN ………. 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 41

1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani ……… 41

2. Visi, Misi, dan Tujuan ……….. 44

3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Bina Insani ….. 46

4. Struktur Pondok Pesantrn Modern Bina Insani ………. 47

5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang ……… 50

B. Paparan Temun Penelitian ……… 56

BAB IV ANALISIS DATA ………. 85

(12)

xii

B. Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dalam Kesejahteraan

Masyarakat Dusun Baran ….……… 92

BAB V PENUTUP ……… 99

A. KESIMPULAN ……….. 99

(13)

xiii

Daftar Lampiran

1. Nilai SKK

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, dimana pondok pesantren ikut serta dalam pembangunan kecerdasan, keterampilan, penguasaan ilmu dan teknologi. Selain itu pondok pesantren juga harus mampu untuk memproduksi manusia yang mampu menjawab tantangan-tantangan kemanusiaan dari zaman ini. Kedua, untuk menjawab tantangan-tantangan kebutuhan materil dan teknologis, dari perkembangan masyarakat.

Dalam hal ini pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan serta memiliki peran bagi kesejahteraan masyarakat. Bahkan menurut Dani Fadilah dalam artikelnya bertajuk Pesantren dan Pendidikan Karakter (Suara Merdeka, 2013) mengatakan dalam perjalanan sejarah dunia pendidikan Nusantara, pondok pesantren adalah institusi pendidikan yang paling tua. Bahkan, untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat dan mandiri, pondok pesantren telah memberikan sumbang asih konkret yang tak terkira, mulai dari menjadi landasan perjuangan rakyat mengusir penjajah hingga mencetak para pemimpin yang berkarakter kuat, militan, berintegritas tinggi, serta ikhlas dalam berjuang (Fadhilah, 2013).

(15)

2

wilayah keberagamaan yang memang tujuan utama didirikannya pondok pesantren untuk menyebar dan mengajarkan agama Islam. Namun di sisi lain, diakui atau tidak pondok pesantren juga memiliki peran secara ekonomi pada masyarakat setempat dimana pondok pesantren tersebut berdiri, misal dengan adanya santri yang bermukim di pondok pesantren secara otomatis warung-warung milik warga terkena imbas positifnya; para santri membeli.

Adanya pengaruh positif di bidang keagamaan dan kesejahteraan tersebut menunjukkan pesantren sebagai suatu sistem yang telah mampu turut serta menampung, memberikan solusi terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Sistem pesantren sangat terbuka dan menawarkan kebebasan berorientasi dan membutuhkan biaya yang tidak mahal, sehingga mampu menampung keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat.

Pondok pesantren merupakan lembaga yang telah mampu membawa pengaruh cukup besar, karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan acuan dan berfikir ideal para santri dan masyarakat. Sehingga pesantren sering disebut sebagai alat transformasi kultur. Pondok Pesantren merupakan sebuah pendidikan Islam yang mempunyai budaya tersendiri, berperan penting di bidang sosial keagamaan.

(16)

3

Kebanyakan pesantren sebagai komunitas belajar keagamaan sangat erat berhubungan dengan lingkungan sekitar yang sering menjadi wadah pelaksanaannya. meskipun pada mulanya banyak pesantren dibangun sebagai pusat reproduksi spiritual, yakni tumbuh berdasarkan sistem-sistem nilai yang bersifat Jawa, tapi para pendukungnya tidak hanya semata-mata menanggulangi isi pendidikan agama saja. Pesantren bersama-sama dengan para muridnya atau dengan kelompoknya yang akrab mencoba melaksanakan gaya hidup yang menghubungkan kerja dan pendidikan serta membina lingkungan sekitarnya berdasarkan struktur budaya dan sosial. Karena itu pesantern mampu menyesuaikan diri dengan bentuk masyarakat yang amat berbeda maupun dengan kegiatan-kegiatan individu yang beraneka ragam.

Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tempat kesejahteraan, dakwah kemasyarakatan bahkan sebagai lembaga perjuangan yang telah memberikan andil sangat besar, baik pada waktu membebaskan tanah air maupun dalam rangka ikut serta mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup orang banyak dan warga Negara Indonesia.

(17)

4

KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan yang telah penulis sampaikan dalam pemaparan di atas maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam fokusan masalah:

1. Bagaimana keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani ?

2. Bagaimana kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani ?

3. Apa peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ?

4. Apa peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui keberagamaan di Dusun Baran Desa Ketapang Kabupaten Semarang

(18)

5

3. Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

4. Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

a. Menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya keberagamaan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

b. Memperkaya pemahaman ajaran Islam sebagai agama yang berwawasan luas (Rahmatan lil’alamin).

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai wahana dalam memperoleh informasi dan pengetahuan peneliti untuk melatih diri dalam menganalisa masalah-masalah keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat. Khususnya tentang berbagai keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat yang dihadapi oleh pondok pesantren dan bagaimana peran pondok pesantren dalam pengaplikasian program tersebut.

(19)

6

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan sumber informasi penelitian lebih lanjut yang mengkaji tentang permasalahan peran pondok pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan pada masyarakat.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Sedang bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini merupakan tolak ukur dari berbagai upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan peran pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat.

E. Definisi Operasional

Skripsi ini berjudul “ Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang”. Untuk menghindari

kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan disini :

1. Peran Pondok Pesantren Modern

(20)

7

yang berada di Dusun Baran, Desa ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

2. Keberagamaan

Keberagamaan meruapakan kata yang berasal dari kata agama yang mendapatkan awalan ke dan berakhiran an. Berarti sebuah perilaku yang diamalkan oleh masyarakat di Dusu Baran, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dengan adanya Pondok Pesantren Modern Bina Insani.

3. Kesejahteraan Masyarakat

Dalam hal ini peneliti menguraikan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan masyarakat ialah sejauh mana kehidupan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dari factor ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Yaitu baik sebelum ataupun sesudah adanya peran dari Pondok Pesantren Modern Bina Insani.

F. Metode dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan dan Penelitian a. Pedekatan

(21)

8 b. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif/studi lapangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkret tentang kondisi masyarakat Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecatan Susukan Kabupaten Semarang.

2. Kehadiran Peneliti

(22)

9 3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang berada di Dusun Baran. Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi tersebut karena selain terjangkau oleh peneliti, peneliti juga pernah terlibat di dalamnya, baik sebagai santri maupun pengurus.

4. Sumber Data

Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber pada: a. Library research, yaitu melakukan kajian di perpustakaan dengan

meneliti literatur yang ada relevansinya dengan data yang dikaji. b. Field research, yaitu penelitian yang diadakan di lapangan atau

medan terjadinya gejala-gejala. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi terhadap obyek penelitian untuk mengetahui situasi yang terjadi di lapangan. Sumber data lapangan diperoleh dari pengasuh pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, serta observasi atau pengamatan terhadap situasi yang berlangsung.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data a. Interview/wawancara

(23)

10

gunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap penting. Dalam hal ini Lincoln dan Ghuba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan bahwa ada tujuh langkah pedoman wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan.

3. Mengawali atau membuka wawancara. 4. Melangsungkan alur wawancara.

5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

6. Menulis hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan. 7. Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah

diperoleh. (Sugiyono, 2013 : 235)

(24)

11

keberagamaan dan kesejahteraan. Selain itu adanya peran Pondok Psantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

b. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi, observasi adalah cara mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

Pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang tepat untuk menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti akan menanyakan kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan terhadap keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya. Observasi ini dilakukan untuk memproleh data-data sistem pendidikan dan kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

(25)

12

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain diperoleh dari sumber manusia juga diperoleh dari dokumen. Dokumentasi ini dapat berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah, baik kehidupan pribadi, sekolah, di masyarakat maupun autobiografi.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang struktur organisasi, sejarah perkembangan, keadaan guru/ustadz dan santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

2. Analisis Data

Langkah-langkah analis data yaitu : a. Reduksi Data

(26)

13

Adapun data-data yang direduksi tersebut adalah hal-hal pokok yang berhubungan dengan Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan Dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2014.

b. Triangulasi Data

Triangulasi data ialah sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2013: 249).

c. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

(27)

14

kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan (diteliti) bermakna.

d. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Pada dasarnya kesimpun hanyalah suatu bagian dari suatu yang utuh, karena biayar bagaimanapun penarikan kesimpulan juga dilakukan selama penelitian berlangsung.

Singkatnya hal-hal yang terjadi dan bermakna bagi peneliti yang mengacu pada suatu tema harus diuji kebenarannya, kekokohannya, yakni merupakan validitasnya, guna menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi bersifat coba-coba. Maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian.

Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis data-data yang terkumpul dalam Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan Dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2014.

3. Tahap Penelitian

Adapun tahapan penelitian sebagai berikut;

(28)

15

b. Kegiatan lapangan yang meliputi;

Survey awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara sejumlah responden maupun informan sebagai langkah pengumpulan data.

1) Memilih sejumlah orang yang terkait sebagai informan yang dilakukan dengan responden penelitian.

2) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai sejumlah responden maupun informan sebagai langkah pengumpulan data.

3) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan pemaknaan.

4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskripsi temuan penelitian.

5) Menyusun laporan akhir

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta memudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini menjadikan 5 bab, antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan.

(29)

16

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, operasional definisi, metode dan jenis penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang telah di uji kebenarannya yang berkaitan dengan obyek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembasahan pada bab ini berisi: pembahasan tentang peran pondok pesanten, keberagamaan masayarakat, serta kesejahteraan masayakat yang timbul akibat keberadaan pondok pesantren tersebut.

Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, metode pembahasan, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahab-tahab penelitian.

Bab IV, terdiri lokasi penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data, hasil penelitian, pembasahan, dan hasil pembahasan.

(30)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Pondok Pesantren

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata peran yaitu “sesuatu

yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama”

(http://kbbi.web.id/peran) diakses 28/01/2014, 23.10 wib.

Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

Gross, Mason dan A. W. Mc Eachern (1995 : 99) mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedududukan sosial tertentu.

(31)

18

diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Sarlito Wirawan Sarwono (1984 : 235) juga mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku-perolaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.

Dari penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-keharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.

Peran yang dimaksud di sini adalah Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani dalam memberikan pendidikan keagamaan Islam kepada masyarakat sebagai bentuk peran pondok pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat dusun baran desa ketapang kecamatan susukan kabupaten semarang.

(32)

19

berarti tempat tinggal para santri (Dhofier,1982:18). Geertz berpendapat bahwa pesantren merupakan perkembangan dari sekolah-sekolah biara Hindu Budha (dalam Ziemek, 1986:101).

Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu ”pondok” dan ”pesantren”

yang keduanya itu sebenarnya mengandung arti yang sama dan maksud yang sama. Namun kebanyakan orang hanya menyebut salah satunya saja. Yaitu pondok atau pesantren saja. Tapi ada pula yang menyebutkan kedua-duanya secara bersamaan.

Pesantren berasal dari kata santri yang berarti seseorang yang menuntut ilmu. Dalam arti luas Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam yang mengajakan materi agama yang diasuh oleh seorang kiai. Pondok Pesantren di Indonesia diketahui perkembangannya sejak abad ke 16. Karya sastra kitab klasik dalam bidang fiqih, tasawuf menjadi pusat pengajaran di Pesantren (Depag, 2003: 8).

Dalam Kamus Ilmiah Populer yang ditulis oleh Burhani MS dan Hasbi Lawtens (tanpa tahun: 517) bahwa kata Pesantren berarti perguruan pegajian Islam. Ini berarti pesantren adalah suatu perguruan atau organisasi atau kelompok yang di dalamnya terdapat pengajian tentang ajaran-ajaran Islam. Dimana pada umumnya pengajian adalah suatu kegiatan yang didalamnya ada seseorang yang disebut dengan kyai/ Da’i yang menyampaikan suatu kajian

(33)

20

Menurut Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam (1997:99) bahwa kata peantren berasal dari bahasa India Shastri dari akar kata Shastra yang berarti

buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang Ilmu

Pengetahuan. Di luar pulau Jawa lembaga pendidikan ini disebut dengan nama lain, seperti surau (di Sumatera Barat), Dayah (Aceh), dan Pondok untuk daerah lain. Selain itu Pesantren adalah tempat para santri belajar agama Islam dengan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman (Arman, 2001:17).

Unsur-unsur pondok pesantren adalah kiai sebagai pendiri, pelaksana dan guru, santri (pelajar) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah Arab klasik tentang pengajaran, faham, akidah keislaman. Di sini kiai dan santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama membentuk suatu komunitas pengajar dan belajar yaitu pesantren bersifat asrama (Ziemek,1986:100-101).

(34)

21

Menurut Dhofier (1986:44) pesantren memiliki unsur-unsur antara lain pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai tempat ibadah dan pengajaran, kitab-kitab klasik sebagai mata pelajaran, santri atau pelajar dan kiai.

Pondok merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai dengan para santrinya dan bekerja sama dalam memebuhi kebutuhan sehari-hari, merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan yang berlangsung di masjid atau langgar. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim.

Pada awal perkembangannya, pondok tersebut bukanlah semata-mata sebagai tempat tingal atau asrama para santri, untuk mengikuti dengan baik pelajaran yang diberikan oleh Kiai tetapi juga sebagai tempat training atau latihan bagi satri yang bersangkutan. Agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat, para santri di bawah bimbingan kiai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong royong sesama warga pesantren. Tetapi dalam perkembangan berikutnya terutama pada masa sekarang, tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama. Dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut (Hasbullah, 1995:142).

(35)

22

mushalla. Hal ini yang merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama mengembangkan kungkungan hidup dalam arti kata pengembangan sumber daya manusia dari segi mentalnya (Ghazali, 2003:19-20)

Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunan. Sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata funduq, yang berarti hotel, asrama , rumah, dan tempat tinggal sederhana. Dengan demikian, pesantren adalah sebuah tempat dimana para santri menginap dan menuntut ilmu (mathlab).

Akan tetapi Karel A. Stenbirk membantah dengan tegas bahwa istilah pondok berasal dari India bahkan istilah-istilah pesantren seperti mengaji, langgar surau, semuanya berasal dari India. Hal itu dapat dipahami pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan sistemnya mungkin berasal dari India. Para ahli juga berkeyakinan bahwa sebelum Islam datang ke Jawa, di Jawa telah berkembang kepercayaan Budhisme. Bukti ini kiranya menjadi alasan kuat bahwa istilah-istilah pesantren berasal dari India.

(36)

23

kekayaan budaya Islam, pondok pesantren memiliki ciri khas tersendiri, terlihat dari sistem pendidikan yang digunakan.

Sedangkan pengertian dari pondok pesantren adalah tempat seorang santri memperdalam ilmu agama yang di dalamnya mengajarkan beberapa ilmu agama, pendalaman kitab-kitab maupun kajian-kajian tentang ketauhidan dan kepercayaan.

Dari elemen-elemen pondok pesantren sebagaimana diterangkan di atas bahwa tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya, yang mana hal tersebut saling berhubungan. Di antara elemen-elemen itu yakni masjid, masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang Jum'at dan pengajaran kitab-kitan Islam klasik. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid dekat rumahnya (Dhofier,1986:49).

(37)

24

adanya ruangan-ruangan yang berupa kelas-kelas sebagaimana yang terdapat pada madrasah-madrasah. Namun demikian, masjid tetap digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Pada sebagian pesantren masjid juga berfungsi sebagai tempat i’tikaf dan melaksanakan latihan-latihan atau suluk dan dzikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi (Hasbullah, 1995:142-143).

Menurut Hasbullah (1995:136) bahwa secara garis besar fungsi surau dan masjid antara lain adalah sebagai tempat ibadah, dan sebagai tempat pendidikan dan pembudayaan, dan tempat penyelenggaraan urusan ummat.

Unsur lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasik yang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam. Dan tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1995:144).

(38)

25

Ada dua esensi seorang santri belajar kitab-kitab tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri khas seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.

Sisi lain tercapainya tujuan pegajaran yakni isi kitab dan bahasa Arab dapat dikuasai, maka terdapat hubungan horizontal antara santri dan kiainya, yang mengakibatkan tertanamnya rasa kebersamaan antara sesama santri dan para kiai yang membimbing. Hal yang demikian itu menghilangkan kesan adanya sikap stratifikasi dalam pesantren yakni kiai sebagai yang dituakan dan santri merupakan yang diberikan pelajaran (Ghazali, 2003: 24).

(39)

26

yang modern mengajarkan pengembangan ilmu bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. Seperti pondok pesantren Gontor, As-Salam Sukabumi dan lain-lain yang menanamkan pendidikan selain pendidikan keagamaan.

Di samping masjid santri juga menjadi bagian elemen pondok pesantren. Karena Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai

pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri biasanya berkaitan dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghazali, 2003: 22-23).

(40)

27

pergi ke masjid pada hari Jumat dan sebagainya. Santri merupakan elemen penting bagi sebuah pesantren selain kiai.

Menurut Dhofier (1982:51-52) terdapat dua macam santri di dalam dunia pesantren yaitu;

1. Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar akan juga terdapat putera-putera kiai dari pesantren lain yang juga menjadi santri mukim di pesantren tersebut.

Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim, yaitu motif menuntut ilmu artinya seorang santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kiyainya, dan adanya motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kiainya.

(41)

28

yang mukim dalam pesantren du samping terdapat pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya.

Selain itu ada dua macam metode utama sistem pengajaran di pesantren menurut Dhofier (1986: 28-31) juga ada dua macam :

1. Bandongan atau weton : dalam sistem ini sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas sistem ini disebut halaqah atau lingkaran murid atau sekelompok siswa yang belajar di bawah pimpinan seorang guru. 2. Sorogan : sistem ini merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini

menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan murid dalam menguasai bahasa Arab.

Selain santri yang berperan penting dalam pondok pesantren adalah adanya seorang kiai. Santri yang berada di pondok pesantren akan diasuh oleh seorang kiai yang berperan sebagai pendidik. Kiai mengajarkan ilmu pendalaman agama sebagai benteng iman bagi para santri ketika mereka kembali ke masyarakatnya masing-masing.

(42)

29

yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki serta menjadi pimpinan pondok pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santrinya. Gelar kiai juga diberikan kepada seseorang yang alim.

Oleh karenanya peran kiai sangat penting dalam perkembangan pondok pesantren. Dan juga berperan penting dalam masyarakat yang ada di sekitar pondok pesantren.

B. Keberagamaan

Sejak permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini, kehadiran agama semakin dituntut untuk terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekedar lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah dan ceramah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan.

(43)

30

mencakup beberapa aspek : pemaknaan agama, ritual dan ibadah, sosialisasi agama dan menyangkut aspek pengalaman keagamaan.

Untuk memahami makna keberagamaan tersebut, penulis akan mencari akar kata pembentuk kata keberagamaan. Keberagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (agama Islam, Kristen)

Pengertian lain agama yaitu bahwa agama berasal dari kata sansekerta “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti “kacau”. Agama, dengan

demikian, berarti aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia. Atau dalam bahasa Barat “religion” yang berakar pada

kata Latin “relegere” yang berarti “membaca ulang”, dan “religere” yang berarti “mengikat erat”. Jadi agama merupakan pengikat kehidupan manusia yang diwariskan secara berulang dari generasi ke generasi (Norma, 2000: 18). Agama dalam Islam, terdapat istilah din, yang mencakup pengertian keberhutangan, ketundukan, kekuatan yang mengadili dan kecenderungan alami. Istilah ini berhubungan erat dengan beberapa istilah yang memiliki akar kata sama, yaitu dana atau kondisi memiliki hutang. Manusia memiliki hutang yang tak terhingga kepada sang Pencipta, berupa keseluruhan eksistensi. Orang yang berhutang disebut da’in, memiliki

(44)

31

Segala ketentuan di atas hanya dapat diaktualisasikan dalam suatu masyarakat yang teratur (madinah) dan memiliki pemimpin (dayyan). Dengan demikian agama tidak lain adalah keseluruhan proses pemberadaban manusia yang akan menghasilkan kebudayaan (Norma, 2000 : 14-16).

Oleh karena itu, Agama secara mendasar dan umum, dapat diartikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya. Mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.

Agama sebagai sebuah sistem keyakinan, berisikan ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dalam kehidupan setelah mati. Karena itu juga, keyakinan keagamaan dapat dilihat sebagai orientasi pada masa yang akan datang, dengan cara mengikuti kewajiban-kewajiban keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan agama yang dianut atau diyakininya.

Kata beragama mempunyai arti menganut (memeluk agama), taat kepada agama ; beribadat. Pengertian keagamaan yaitu “yang berhubungan

dengan agama”, dan keberagamaan sendiri merupakan perilaku beragama

ataupun perwujudan atas keyakinan yang dimiliki seseorang.

(45)

32

Keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Oleh karena itu setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganutnya diharapkan taat terhadap kewajiban-kewajibannya.

Dimensi praktek keagamaan mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap apa yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan yang mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya melaksanakan.

Agama sendiri adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai sesuatu yang edukatif yaitu agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Agama juga berfungsi sebagai penyelamat, perdamaian, sosial kontrol, pemupuk rasa solidaritas, transformatif (membawa perubahan), kretif, dan agama berfungsi sublimatif (perubahan ke tingkat yang lebih baik).

(46)

33

dan memilah-milah. Pengkajiannya bukan diarahkan bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan pada kehidupan agama secara kolektif, terutama dipusatkan pada fungsi agama dalam mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat. Perhatiannya juga ditujukan pada agama sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya.

Sasaran langsung atau obyek material agama ialah masyarakat agama. Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik dalam lingkungan sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaaan. Masyarakat agama terdiri dari komponen-komponen konstitutif. Misalnya, kelompok keagamaan atau institusi-institusi religius yang mempunyai ciri tertentu menurut peraturan dan norma-norma yang ditentukan oleh agama. Masyarakat agama yang seperti itu akan terus disoroti struktur dan fungsinya, pengaruhnya terhadap masyarakat umum dan atas stratifikasi sosial khususnya.

Hal itu disebabkan oleh adanya kesadaran kelompok religius yang mempunyai sifat tersendiri, untuk mengkaji perubahan-perubahan yang disebabkan oleh agama, baik yang positif maupun yang negatif. Seperti kerukunan antar golongan agama dan konflik-konflik yang sering terjadi.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 disebutkan : 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(47)

34

Dari undang-undang tersebut bahwa masyarakat bebas memeluk agama dan kepercayaan dan Negara menjamin akan hal itu. Agama sebagai landasan seseorang untuk melakukan ibadah kepada tuhanya. Tidak diperbolehkan golongan keagamaan masyarakat melakukan tindakan anarki terhadap agama lain karena hal tersebut merupakan tindakan kriminal yang sangat merugikan dan membahayakan masyarakat lainnya.

Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent) pada makhluk atau manusia lainnya, maka pada posisi semacam inilah, peran sangat menetukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu : menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) di mana ia bertempat tinggal.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

(48)

35

pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap "masyarakat" atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya, dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.

Pengembangan masyarakat merupakan upaya mempeluas horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat di berdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.

(49)

36

Dengan demikian, pengembangan masyarakat merupakan model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal saleh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau komunitas muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Dan sasaran institusional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan, dengan orientasi pengembangan kualitas dan Islamitas kelembagaan.

Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasinya yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang dilakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit.

Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan berorientasi masa depan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Insyirah ayat 7-8 : kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).

Danhanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu

berharap". (Al- Insyirah :7-8).

(50)

37

apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.

Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah pada takdir Tuhan. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Amin Al-Misri dalam bukunya yaitu pedoman pendidikan masyarakat Islam modern bahwa masyarakat Islam ialah masyarakat yang berbeda dari masyarakat-masyarakat lainnya dengan aturan-aturan khasnya perundang-undangan Qur'aniyah, dan individu-individunya yang sama-sama berada dalam satu kaidah dan sama-sama menghadap ke satu kiblat. Masyarakat ini, mesti terbentuk dari beraneka ragam kaum umum dan tradisi-tradisi yang sama.

Dapat dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah mengembangkan potensi masyarakat secara Islami agar mampu menghadapi situasi sekarang dan situasi yang akan datang.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 sebagaimana diterangkan di atas bahwa oleh karena undang-undang tersebut, keberagamaan masyarakat sangatlah penting agar terlaksananya ibadah yang akan dilaksanakan sesuai kepercayaanya. Tidak tercampurnya agama dengan politik maupun budaya yang menyesatkan, akan tetapi melestarikan budaya dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.

(51)

38

yang mana keberagamaan masyarakat tidak dipaksakan untuk harus menganut agama yang ada di wilayah tersebut. Namun agama menjadi dasar seseorang melakukan aktifitas keagamaan dan dalam tahap sosial kemasyarakatan, mereka tidak mempermasalahkanya.

C. Kesejahteraan Masyarakat

Secara umum Pengertian kesejahteraan masyarakat adalah suatu Keadaan, Kegiatan dan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan standar dan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga ketentraman masyarakat, serta untuk memungkinkan setiap warganegara mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat atau sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial juga dirumuskan definisi Kesejahteraan Sosial yaiitu: “Kesejahteraan sosial adalah

(52)

sebaik-39

baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.”

Disamping keterangan di atas penulis menambahkan bahwa Kesejahteraan masyarakat sama halnya dengan kesejahteraan sosial yang mana keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, budaya, dan sebagainya. Dapat juga diartikan dengan sebuah kehidupan sangat luas dan kompleks, mencakup antara lain, aspek-aspek pendidikan, kesehatan, agama, tenaga kerja, kesejahteraan sosial (dalam arti sempit), dll ”.

Dalam pola dasar kesejahteraan sosial (Balatbangsos, 2003), bahwa hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan.

(53)

40

(54)

41 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Pondok Pesantren Bina Insani berada di Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Awalnya pondok ini adalah sebuah pengajian malam ba`da maghrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Adapun materi yang diajarkan belajar membaca al-Qur`an secara musafah dan fasholatan. Kegiatan ini sudah ada sejak masjid ini didirikan sekitar tahun 1959. Sedangkan peserta didiknya (santrinya) adalah anak-anak dari lingkungan masjid itu sendiri dan anak- anak dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya adalah imam dan ta`mir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison Katsiran, Bapak Uri Abdul Rasyid, Bapak Sarman dan lainnya.

(55)

42

drum band. Tahun demi tahun menunjukkan adanya peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitas, dari segi kualitas pada tahun 1997 pernah juara umum lomba Fektival Anak Sholih (FASI) tingkat Kab Semarang dan kota Salatiga yang diselenggarakan oleh TPA Ananda Salatiga, dan lomba-lomba lain di tingkat lokal sedangkan dari segi kuantitas menunujukkan adanya peningkatan dan jumlah santri yang awalnya sekitar 20-an anak hingga mencapai 300 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini menempati gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari al.marhum Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlisan Katsiran dan Bapak Muh. Uri Abdul Rasyid sedangkan gedung fisiknya adalah di bangun oleh Simbah Haji Umar (sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh masyarakat) dan keluarga Simbah Haji Ahmad Tamin Said . Seorang warga Jakarta yang peduli pendidikan Islam di dusun Baran.

(56)

43

tanggal 12 Juni 1999 . Haji Ahmad Tamin Said (eyang dari Ibu Dra Hj. Siti Nuriani, M.Ag) adalah seorang warga Jakarta yang menyumbangkan hartanya untuk pendirian pondok ini. Nama Bina Insani dipilih untuk menjadi nama pondok dan sekolahan, kata Bina menurut kamus besar Bahasa Indonesia artinya membina, membangun, sedangkan Insani artinya kemanusiaan, bersifat atau menyangkut manusia, manusiawi. Pondok pesantren Modern didirikan bertujuan untuk membangun dan mencetak insan seutuhnya, calon ilmuwan, dan ulama` kepesantrenan, ketrampilan serta penanaman akhlak islami, memadukan sistem pendidikan tradisional dan modern dengan spesialisasi yang jelas dan terarah.

Untuk merealisasikan pesantren berupa memadukan sistem pendidikan Islam tradisional dan modern, dengan spesialisasi yang jelas dan terarah, disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Islam di masa kini dan masa mendatang, memadukan ilmu akherat dan dunia sekaligus dengan porsi yang sama. Secara umum pengajaran pondok pesantren Bina Insani dibagi menjadi dua, paker sekolah dan paket umum dalam aplikasinya merupakan perpaduan dari keduanya. Seluruh paket tersebut disampaikan dengan sistem klasikal berjenjang, artinya paket pesantren diikuti oleh semua santri dibagi berdasakan kelas-kelas.

(57)

44

pelajaran 1999/2000 dan SMA Islam Plus Bina Insani didirikan pada tahun pelajaran 2002/2003. Siswa baik SMP dan SMA Islam Bina Insani berasal dari masyarakat di lingkungan Ketapang Kecamatan Susukan (Dokumen, dikutip 20 Mei 2014).

Perpaduan yang sinergik dan harmonis antara kurikulum Pondok Pesantren Modern Bina Insani dan Kurikulum Diknas yang diharapkan mampu melahirkan ulama yang berkognitif bereaktif, berpsikomotorik, ideal, berbudaya, berperadaban, konsisten terhadap Aqidah dan Syariat Islam, serta Panca Jiwa Pondok.

2. Visi, misi dan tujuan pondok pesantren modern Bina Insani

a. Visi

Terwujudnya manusia yang shaleh-shalehah, berprestasi, mandiri, dan berwawasan lingkungan.

b. Misi

1) Memantapkan siswa dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kuajiban membiasakan menjalankan ajaran islam dalam kehidupan sekolah dan pondok pesantren;

2) Mengembangkan sumber daya manusia yang handal, relegius (tafaquh fi al-din), mencakup semua aspek kecerdasan;

(58)

45

4) Meningkatkan profesionalisme guru untuk menciptakan budaya mutu secara inovatif, dan kreatif;

5) Menerapkan kedisiplinan dalam semua aspek kepada seluruh warga sekolah;

6) Meningkatkan penerapan sikap dan perilaku yang berkarakter berbudaya pesantren kepada seluruh warga sekolah;

7) Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna melestarikan sekolah sehat;

8) Menjalin kerjasama stake holder untuk mendapatkan dukungan terhadap program sekolah;

9) Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai wahana bersosialisasi warga sekolah dengan masyarakat sekitar. Tujuan :

1) Menghasilkan generasi yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah.

2) Menggali Potensi dan meningkatkan kemampuan santri sesuai dengan perkembangan IPTEK

3) Mewujudkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar (PBM) dalam rangka mencapai prestasi akademis yang optimal

(59)

46 1) Berbudi Tinggi

2) Berbadan Sehat

3) Berpengetahuan Luas

4) Berpikiran Bebas

3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Bina Insani Desa Ketapang

Susukan Semarang

Pembelajaran di pondok pesantren Bina Insani Ketapang baik di SMP maupun di SMA di dukung dengan sarana dan prasrana yang memadai, diantara yang termasuk sarana prasarana ialah :

a. Inventarisasi sarana prasarana 1) Peralatan kantor, kelas

2) Alat-alat, bahan lab, buku-buku 3) Perpustakaan

b. Pengadaan barang inventaris 1) Pemeliharaan gedung, rehab 2) Inventaris

3) Pendayagunaan sarana dan prasarana

(60)

47

pembelajaran. Baik lembaga pendidikan SMP Islam Bina Insani dan SMA Islam Plus Bina Insani yang menjadi satu atap dalam yayasan menggunakan fasilitas sarana dan prasarana yang ada secara maksimal.

Proses pembelajaran masyarakat Susukan dalam menggunakan sarana dan prasarana dilakukan secara maksimal dan seadanya. Artinya keberadaan sarana yang sangat terbatas dapat digunakan secara maksimal, yang penting pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilaksanakan dan tidak membebani biaya yang telalu mahal mengingat tingkat ekonomi masyarakat yang berbeda-beda.

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Bina Insani Ketapang

SusukanSemarang

(61)

48

STRUKTUR ORGANISASI

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM HAJI AHMAD TAMIN SAID

PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN

1 Pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren

- Ketua Yayasan K.H. Dr Zuhroni, M.A.

- Pengasuh Pondok K. Muhsoni

- Pengawas Pondok Dra.Hj. Siti Nur Riani, M.Ag.

- Penasehat Pondok Basyari

2 Kepala Biro Pendidikan : Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I

3 Kepala Biro Keuangan : Siti Maesaroh, A.Md.E.I

4 Kepala Biro Administrasi dan Tata Usaha

: Afis Sunani, A.P

5 Kepala Biro Kerjasama Kelembagaan : Drs Mustofa

6 Kepala Biro Bidang Usaha : Musyafa` S.Pd.

7 Tenaga Pendidik : Asatid = 14 Asatidah = 9

(62)

49

STRUKTUR MANAGEMEN SEKOLAH

PONDOK PESANTREN MODERN

SMP-SMA ISLAM PLUS BINA INSANI SUSUKAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Ketua Yayasan : DR. K.H. Zuhroni, M.A

Kepala Sekolah : Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I Pengasuh pondok : K. Muhsoni

Komite : Basyari

Wakil Kepala Sekolah SMP : Maskunah, S.Pd.I Waka Kurikulum SMA : Hj. Siti Taqwimah, S.Pd Waka Kesiswaan SMA : Asriningrum, S.P

Waka Humas : Muflihah,S.T

Waka Sarpras : Suroto,S.Pd

Urusan Kurikulum SMP : Muntafiatun, S.Ag Urusan Kesiswaan SMA : Hj. Kastijah, Dra

Bendahara Sekolah : Siti Maesaroh, A.Md.E.I

Ka. Perpus : Said Mubarok

Ka. Lab. IPA : Samsul Ma'arif

Ka. Lab. TIK : Heru Kurnianto

(63)

50

Ka. Dapur : Sumarti

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan seluruh anggota organisasi pondok pesantren Bina Insani saling mendukung dan melengkapi yang disesuaikan dengan jabatan yang sedang di emban mulai dari ketua yayasan ke bawah sampai pada murid. Keaktifan dan kerjasama yang baik dalam organisasi pondok pesantren Bina Insani merupakan salah satu langkah awal di dalam menghantarkan pada pencapaian tujuan.

Setelah melakukan penelitian secara langsung ke pondok pesantren modern Bina Insani kemudian Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, selanjutnya disampaikan hasilnya sebagai berikut ;

5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang.

Dusun Baran termasuk salah satu wilayah Desa Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang. Dusun Baran Desa Ketapang dibagi menjadi 1 RW dan 4 RT.

a. Geografis

1) Luas dan batas wilayah

Luas wilayah Dusun Baran Desa Ketapang = 25,9 Ha terdiri dari : a) Tanah Kering 16,5 Ha

TEMPAT LUAS

Tegalan 1 Ha

(64)

51

Lainya (termasuk saluran, kuburan, jalan, dll)

0,5 Ha

Tabel

b) Tanah Sawah 9,4 Ha

Tempat Luas

Tanah sawah irigasi teknis 7,4 Ha Tanah sawah irigasi ½ teknis 1 Ha Tanah sawah irigasi sederhana

dan tadah hujan

1 Ha

Tabel 2) Batas wilayah :

Sebelah Utara : Dusun Ketapang;

Sebelah Selatan : Dusun Kwangsan dan Dusun Sarimulyo ; Sebelah Barat : Dusun Kwangsan dan Dusun Ketapang ; Sebelah Timur : Dusun Sarimulyo dan Dusun Ketapang. 3) Ketinggian tanah dari permukaan air laut : 622 M.

4) Banyaknya curah hujan : 16,11.

5) Topografi : dataran bergelombang. 6) Suhu udara rata-rata : 28 – 30 C.

7) Orbitasi/jarak Pemerintahan Desa

(65)

52

b) Jarak dari Pemerintah Kabupaten : 46 Km. b. Demografi

1) Jumlah penduduk Desa Ketapang : 696 orang. Jumlah Penduduk Laki-laki : 393 orang. Jumlah Penduduk Perempuan : 303 orang. Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 158.

2) Jumlah kelahiran, Kematian, Datang, dan Pindah s.d Desember 2013 :

a) Kelahiran : Laki-laki = 8 orang Perempuan = 4 orang

b) Kematian : Laki-laki = 5 orang Perempuan = 3 orang

c) Datang : Laki-laki = 7 orang Perempuan = 5 orang

d) Pindah : Laki-laki = 3 orang Perempuan = 2 orang

3) Jumlah Penduduk menurut Agama : Islam : 696 orang.

4) Jumlah Penduduk menurut profesi/mata pencaharian ; a) Petani : 72

(66)

53 c) Buruh Bangunan : 81 d) Pedagang : 56 e) Buruh Angkutan : 19 f) PNS/ABRI/POLRI : 18 g) Buruh Industri : 67 h) Pengusaha/Swasta : 8 i) Pensiunan : 13 j) Lain-lain : 97 5) Pendidikan :

a) Tamat SD = 101 orang b) Tamat SLTP = 134 orang c) Tamat SLTA = 98 orang d) Tamat Sarjana = 34 orang e) PT/Akademi = -

c. Perangkat Dusun Baran Desa Ketapang

(67)

54

6) Ketua RT 4 : IHWANI. d. Kesehatan Masyarakat

1) Kepemilikan Jamban : KK yang mempunyai jamban 36 KK KK yang belum mempunyai jamban 122 KK

Pengguna MCK - KK

2) Tingkat Kesejahteraan : Jumlah keluarga 158 KK Keluarga PraSejahtera 82 KK Keluarga Sejahtera 1 51 KK Keluarga Sejahtera 2 13 KK Keluarga Sejahtera 3 8 KK Keluarga Sejahtera 3 plus 4 KK

3) Cakupan pemenuhan kebutuhan hidup: Total KK mendapat air bersih 158 KK a) Pengguna sumur gali 112 KK

b) Pengguna mata air 8 KK

(68)

55

menjalankan ibadah dapat di lihat pada sore hari atau malam hari di tempat-tempat ibadah, baik di mushola maupun di masjid.

Tingkat kemasyarakatan di dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan cukup baik terutama dalam kegiatan gotong royong masyarakat yang bersifat umum maupun pribadi yang dinilai perlu adanya gotong royong dengan cepat dan tanggap masyarakat berduyun-duyun untuk saling membantu.

Masyarakat dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan merupakan masyarakat yang agamis, hal ini terbukti adanya berbagai macam kegiatan masyarakat baik mulai dari orang tua yang giat dalam kegiatan majelis-majelis taklim, sedangkan yang remaja dan anak-anak tergabung dalam kegiatan keagamaan pada sore hari, sepertinya melakukan kegiatan di TPA dengan pembagian tugas remaja yang sudah dipandang cukup menguasai baca Al Qur’an dijadikan sebagai ustadz/ustadzah. Kegiatan keagamaan remaja juga dipengaruhi oleh dukungan dari orang tua dan masyarakat yang dapat dibuktikan dengan adanya donatur setiap bulan untuk membantu pada ustadz/ustadzah walaupun tidak begitu besar tetapi rutin anak-anak dan remaja aktif dalam kegiatan keagamaan.

(69)

56

masyarakat yang memiliki anak usia sekolah, dengan kesadaran yang tinggi anak dititipkan di lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan anak yang diutamakan di lembaga pendidikan yang pelajaran agamanya lebih banyak misalnya di SMP Islam Bina Insani dan SMA Islam plus Bina Insani.

B. Paparan Temuan Penelitian

Informan penelitian yang kami dapatkan diantaranya, masyarakat sekitar Bapak Basyari, Bu Warti, Habib, Mutmainnah. Ketua RT 4 bpk. Ihwani, ketua RW Pak Narto, Untung Sutrusno, S.Pd.SD kepala sekolah Pondok Pesantren Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S.Ag.Mpd.I, dan Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insani Muhsoni dan warga sekitar pondok pesantren.

1. Pondok Pesantren dalam ruang lingkup keberagamaan dengan

masyarakat Dusun Baran

Adapun Pola perubahan keberagamaan yang ada didalam masyarakat Dusun Baran yaitu adanya sebuah jalinan silaturahim guna memperkuat

uhkuwah Islamiyah yang kuat diantara masyarakat dan pihak pesantren. Hal ini sesuai wawancara peneliti dengan Bapak Muhammad munzaini, S.Ag.M.PdI yang mengatakan :

(70)

57

Dari keterangan bapak Muhammad Munzaini S.Ag.M.PdI diatas dapat disimpulkan bahwa kumpul-kumpul dalam suatu acara yang membahas tentang kebaikan dan bertujuan membangun kerohanian merupakan keutamaan dari majlis dzikir. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 28 yang berbunyi :

Artinya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (al-Kahfi: 28).

Hal ini terlihat ketika pihak pondok pesantren mengadakan sebuah kegiatan khotmil quran setiap akhir tahun pembelajaran. Khotmil quran diadakan pada akhir tahun dikarenakan pondok pesantren modern Bina Insani merupakan pondok pesantren yang didalamnya terdapat lembaga formal SMP dan SMA Bina Insani.

(71)

58

Hal ini merupakan interaksi yang berdasarkan Al-Quran dalam surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-i, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Dikarenakan santri sendiri juga belajar dalam lingkup masyarakat, oleh karena itu santri juga harus bisa mengabdikan diri ke dalam masyarakat sekarang dimana santri tersebut belajar dan masyarakat yang nantinya akan ikut langsung dan berproses (daerah asal). Yaitu santri belajar dalam artian luas.

Gambar

b)Tabel   Tanah Sawah 9,4 Ha

Referensi

Dokumen terkait