• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA YANG LEBIH SEHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA YANG LEBIH SEHAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

3

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA

YANG LEBIH SEHAT

Penandatangan MoU antara BPJS Kesehatan dengan Kementerian Kesehatan tentang Pengembangan dan Penyelenggaraan Pertukaran serta Pemanfaatan Data Bersama dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Jakarta, 29 Januari 2015.

Kesehatan telah mengakhiri masa transisi dan penguatan aspek kelembagaan. Suatu perjalanan waktu yang tidak sedikit sebagai proses pematangan organisasi dan pemupukan pengalaman menuju pelayanan yang lebih baik untuk mencapai cakupan semesta. Jumlah kepesertaan yang telah mencapai 156.790.287 jiwa pada akhir tahun 2015, menuntut pengelolaan organisasi yang komprehensif untuk dapat terus melayani peserta secara optimal dan berkelanjutan. Tidak dapat dipungkiri bahwa cakupan kepesertaan yang telah mencapai lebih dari 62% penduduk Indonesia dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun, menunjukkan bahwa program ini sangat dinanti dan dibutuhkan oleh masyarakat luas, terutama yang selama ini tidak memiliki akses terhadap jaminan kesehatan dengan iuran terjangkau sebelum BPJS Kesehatan lahir.

Keberadaan program Jaminan Kesehatan Nasional telah membuka harapan dan jalan bagi jutaan rakyat Indonesia, terutama masyarakat miskin dan dari daerah tertinggal untuk mendapatkan akses pelayanan NHVHKDWDQGDVDUEHUNXDOLWDVWDQSDKDPEDWDQͤQDQVLDO BPJS Kesehatan yang mengemban amanat Undang-undang sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terus berupaya memenuhi harapan terciptanya cakupan sehat semesta pada tahun 2019 dengan segala dinamikanya. Keberhasilan program ini tidak luput dari peran Pemerintah yang perlu secara terus menerus mendukung melalui kebijakan dan regulasi yang berpihak pada kesinambungan program. Memasuki akhir tahun kedua, mengandung arti bahwa penyelenggaraan Program JKN-KIS oleh BPJS

(4)

4 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

Pertumbuhan Cakupan Kepesertaan Tahun 2015

TRI SUKSES BPJS

KESEHATAN 2015

Periode tahun 2014-2015 merupakan milestone

penting eksistensi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Setelah berhasil meletakkan pondasi operasional yang kuat di tahun 2014, di tahun 2015 BPJS Kesehatan konsisten melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan di tahun 2014, serta fokus menjalankan 3 (tiga) program prioritas yang dirumuskan dalam Tri Sukses BPJS Kesehatan 2015, yang meliputi :

1. Sukses Implementasi Kartu Indonesia Sehat (KIS).

2. Sukses Kendali Mutu Kendali Biaya.

3. Sukses Peningkatan Kolektabilitas Iuran dan Rekrutmen Peserta Penerima Upah (PPU). Dalam fase kedua masa transisi dan penguatan

aspek kelembagaan, BPJS Kesehatan telah memiliki 13 Kantor Divisi Regional dari 12 Kantor Divisi Regional di awal tahun 2014 yang merupakan awal periode transformasi, 124 Kantor Cabang (termasuk Kantor Cabang Prima) dari 104 Kantor Cabang di awal tahun 2014, 384 Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota (KLOK) dari 358 KLOK di awal tahun 2014, 1.487 BPJS

Kesehatan Center dan 34 /LDLVRQ2IͤFH dari sebelumnya

tidak ada pada awal tahun 2014, dengan dukungan sumber daya manusia sejumlah 6.265 pegawai dari 4.648 pegawai di awal transformasi. Selain itu, telah dikembangkan jaringan teknologi informasi untuk mendukung pelayanan yang optimal kepada peserta, dengan pemasangan 21.124 titik koneksi jaringan komunikasi data yang tersebar di internal BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan dan beberapa mitra dari sebelumnya sebanyak 2.390 koneksi di awal tahun 2014.

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 2.275 2.470 2.655 2.708 2.813 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 133.423.653 141.102.294 147.675.544 156.790.287 152.322.190 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 18.437 19.012 19.436 19.969 19.657 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa)

Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang Bekerjasama

Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat

Lanjutan (FKRTL) yang Bekerjasama

Jumlah Kunjungan RJTP

Jumlah Faskes Penunjang yang Bekerjasama (Optik

dan Apotik)

Jumlah Rujukan

Jumlah Kasus RJTL

Jumlah Kasus RITL

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

Cakupan Kepesertaan (Jiwa)

Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan

Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP

Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL

Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378

s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432

s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424

s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146

(5)

5

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

SUKSES IMPLEMENTASI KARTU

INDONESIA SEHAT (KIS)

Sebagai salah satu program NAWACITA pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, implementasi Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjadi salah satu program prioritas yang harus berhasil dilaksanakan pada tahun 2015. KIS merupakan tanda kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memperoleh pelayanan kesehatan komprehensif pada fasilitas kesehatan melalui mekanisme sistem rujukan berjenjang dan atas indikasi medis. Selama periode 2014-2015 telah diterbitkan KIS untuk segmen peserta baru, dengan prioritas penyediaan penerbitan KIS bagi Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Sampai dengan 31 Desember 2015, BPJS Kesehatan telah mencetak

Pencapaian BPJS Kesehatan atas Pelaksanaan 100 Program Prioritas Pemerintah

Indikator Terdistribusinya Kartu Indonesia Sehat (KIS)

893,281 10,751,005 86,400,000 4,466,403 12,308,431 87,006,370 0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 100,000,000

per 30 Juni per 30 September per 31 Desember Target Realisasi

dan mendistribusikan KIS untuk segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 87.006.370 kartu.

Distribusi KIS menjadi bagian dari 100 Kegiatan Prioritas yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP) di Tahun 2015. Target yang harus dicapai pada laporan KSP periode B12 adalah tercetaknya KIS sebanyak 100% dari data peserta yang sudah tervalidasi Kementerian Sosial dan terkirimnya KIS oleh BPJS Kesehatan sebanyak 100% melalui pihak ketiga. Dengan demikian, pada periode pelaporan B-12 telah tercapai realisasi 100,70% KIS yang terdistribusi melalui pihak ketiga.

(6)

6 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

SUKSES KENDALI MUTU KENDALI

BIAYA

BPJS Kesehatan berkomitmen untuk membayarkan biaya manfaat maksimal 15 hari kerja sejak klaim diajukan sesuai ketentuan perundangan. Sampai dengan 31 Desember 2015, telah dibayarkan biaya manfaat sebesar Rp57,08 triliun untuk pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (termasuk pembayaran kapitasi dan non kapitasi) sebesar Rp11,51 triliun kepada 19.969 fasilitas kesehatan secara tepat waktu, dengan pemanfaatan 100,62 juta kunjungan; Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan sebesar Rp45,47 triliun kepada 4.660 fasilitas kesehatan (termasuk faskes penunjang) secara tepat waktu, dengan pemanfaatan 39,81 juta kunjungan RJTL dan 6,31 juta kasus RITL; serta Rp99,39 miliar untuk biaya Promotif Preventif.

Selain itu, demi tercapainya kesinambungan program maka dilakukan upaya-upaya untuk mewujudkan kendali mutu dan biaya. Di fasilitas layanan tingkat pertama, BPJS Kesehatan terus memperkuat fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang berperan

sebagai gate keeper melalui program-program

penguatan kompetensi tenaga kesehatan, serta pengendalian sistem rujukan dan pengelolaan sistem pembayaran pelayanan kesehatan primer melalui

pengembangan 3D\IRU3HUIRUPDQFH6\VWHPBPJS

Kesehatan juga melakukan peningkatan mutu layanan di tingkat lanjutan melalui penguatan sistem Rujukan Berjenjang, pengelolaan mutu pelayanan kesehatan rujukan dan pengelolaan pembayaran pelayanan kesehatan rujukan.

Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) yang Bekerjasama

Jumlah Kunjungan RJTP

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 2.275 2.470 2.655 2.708 2.813 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 133.423.653 141.102.294 147.675.544 156.790.287 152.322.190 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 18.437 19.012 19.436 19.969 19.657 1 Januari 2015 31 Maret s.d 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015 24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Maret 2015 s.d 30 Juni 2015 s.d 30 September 2015 s.d 31 Desember 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang Bekerjasama

Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang Bekerjasama

Jumlah Kunjungan RJTP

Jumlah Faskes Penunjang yang Bekerjasama (Optik dan Apotik)

Jumlah Rujukan

Jumlah Kasus RJTL Jumlah Kasus RITL

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

(7)

7

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang

Bekerjasama

Jumlah Faskes Penunjang yang

Bekerjasama (Optik dan Apotik)

Jumlah Kasus RITL

Jumlah Kunjungan RJTL

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

Cakupan Kepesertaan (Jiwa) Faskes Tingkat Pertama (termasuk FKTP Gigi)

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Faskes Penunjang (Optik dan Apotik)

Jumlah Kunjungan RJTP Jumlah Rujukan

Jumlah Kunjungan RJTL Jumlah Kasus RITL

1

133.423.653 141.102.294 147.675.544 152.322.190 156.790.287 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

18.437 19.012 19.436 19.657 19.969 01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.681 1.739 1.783 1.815 1.847

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

2.275 2.470 2.655 2.708 2.813

01 Jan 15 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

24.151.429 51.181.534 75.276.060 100.617.378 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

3.039.718 6.249.087 8.982.304 11.940.432 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

8.644.678 18.889.953 28.685.849 39.813.424 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

1.436.924 3.060.117 4.609.229 6.311.146 s.d 31 Mar 2015s.d 30 Jun 2015s.d 30 Sept 2015s.d 31 Des 2015

(8)

8 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

PENINGKATAN

KOLEKTABILITAS IURAN

DAN REKRUTMEN

PESERTA PEKERJA

PENERIMA UPAH (PPU)

sangat luas, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas, sesuai indikasi medis.

Peserta pekerja penerima upah merupakan segmen peserta yang potensial dalam menjaga kesinambungan program JKN-KIS karena memiliki struktur penghasilan tetap. Peserta segmen Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU BU) antara lain peserta dari Eks JPK Jamsostek, BUMN, BU Swasta dan Badan Hukum

ODLQQ\DVHUWD:1$\DQJEHNHUMD͡EXODQ6WUDWHJL

di tahun 2015 ditargetkan untuk merekrut sebanyak mungkin peserta dari segmen ini, terutama PPU BU. Hasil yang dicapai sampai dengan 31 Desember

2015, jumlah peserta PPU BU berdasarkan PDVWHUͤOH

adalah sebesar 22.447.094 jiwa dengan rincian peserta eks Jamsostek 8.229.148 jiwa, peserta pegawai BUMN sebesar 1.076.181 jiwa, dan BU Swasta lainnya sebesar 13.141.765 jiwa.

Peserta PPU BU yang menjadi target pemasaran tahun 2015 adalah peserta BUMN, BU Swasta serta Badan Hukum lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2015, jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah melakukan registrasi adalah sebanyak 141 BUMN. Jumlah tersebut meliputi perusahaan

BUMN dan perusahaan KROGLQJFRPSDQ\. Badan

usaha swasta dan badan hukum lainnya yang melakukan registrasi sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebanyak 81.711 BU.

Sebagai sumber utama penyelenggaraan program JKN-KIS, upaya penagihan iuran menjadi hal mutlak yang harus dioptimalkan. Sampai dengan 31 Desember 2015, tercatat pendapatan iuran mencapai Rp52,778 triliun. Untuk lebih meningkatkan kolektabilitas iuran peserta, dilakukan upaya-upaya antara lain dengan mempermudah peserta dalam membayar iuran antara

lain melalui perluasan Payment Point Online Banking

(PPOB) bekerjasama dengan fasilitas kesehatan dan

penyediaan sistem informasi map FKDQQHO pembayaran

melalui sistem ZHEVHUYLFH.

Untuk menjaga kesinambungan program JKN-KIS, BPJS Kesehatan memiliki tugas untuk mengupayakan agar masyarakat mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan saat kondisinya sehat, bukan pada saat kondisi sakit baru mendaftar. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong prinsip kegotong royongan. Prinsip kegotong-royongan inilah yang membuat iuran BPJS Kesehatan menjadi sangat terjangkau, namun di sisi lain tetap dapat memberikan jaminan kesehatan dengan cakupan medis yang

; %

14.961.768 ; 10% 37.862.522 ; 24%

87.828.613 ; 56%

Penerima Bantuan Iuran Pekerja Penerima Upah (PPU) Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Bukan Pekerja (BP)

Integrasi Jamkesda Jumlah Peserta per Segmen s.d Desember 2015

(9)

9

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

GERAKAN NASIONAL

REVOLUSI MENTAL

Sebagai badan hukum publik yang melayani masyarakat dalam bidang jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan senantiasa berperan serta dalam mendukung setiap program Pemerintah. Maka, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), pada tanggal 23 Oktober 2015 BPJS Kesehatan melaksanakan pencanangan GNRM secara serentak di 34 propinsi dengan menggunakan sumber daya yang selaras dengan program Manajemen Perubahan BPJS Kesehatan.

Dalam kesempatan ini, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko

PMK), Puan Maharani bahkan menjadikan BPJS Kesehatan sebagai “laboratorium” Revolusi Mental. Sebuah kehormatan yang mendorong seluruh jajaran BPJS Kesehatan semakin konsisten menjalankan

dan meneruskan proses FKDQJHPDQDJHPHQW yang

telah dijalankankan sebelumnya.

Pencanangan ini sekaligus merupakan bentuk komitmen BPJS Kesehatan untuk senantiasa memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Untuk tujuan tersebut, BPJS Kesehatan merumuskan indikator keberhasilan yang terukur dan kemudian melakukan program dan kegiatan untuk pencapaiannya.

Pemasangan badge Agent Revolusi Mental kepada Duta BPJS Kesehatan oleh Menteri Koordinator Bidang PMK pada tanggal 23 Oktober 2015.

10 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

PENINGKATAN

KUALITAS LAYANAN

BPJS Kesehatan juga terus meningkatkan aspek pelayanan melalui penguatan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Untuk mendukung keberhasilan Tri Sukses 2015, di tahun 2015, BPJS Kesehatan telah

mengembangkan 16 aplikasi FRUH dan 23 aplikasi

QRQFRUH. Pemanfaatan TI yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan organisasi dan peningkatan kualitas layanan tersebut diharapkan dapat

PHPEHULNDQNRQWULEXVLVLJQLͤNDQEDJLSHQLQJNDWDQ

kecepatan dan kualitas pelayanan kepada peserta program.

BPJS Kesehatan menerapkan manajemen penanganan keluhan secara serius melalui Pemberian Informasi Langsung (PIL) serta Pengelolaan Umpan Balik Peserta. Untuk memudahkan penyampaian keluhan, BPJS Kesehatan mengoperasikan Pusat Layanan

Informasi BPJS Kesehatan (Call Center), dengan

nomor 1500400.

Program PIL dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada peserta mengenai hak, kewajiban dan prosedur pelayanan. Melalui program yang sifatnya antisipatif ini diharapkan akan terjadi penurunan keluhan peserta akibat minimnya pemahaman peserta. Di tahun 2015 telah dilakukan 5.439 kali pendekatan kelompok, 58 kali kunjungan rumah dan 948 kali kunjungan rumah sakit.

Adapun melalui program Pengelolaan Umpan Balik, BPJS Kesehatan di tahun 2015 telah menangani 137.870 keluhan dan telah 100% direspon dengan rata-rata penyelesaian 1,8 hari.

KOMITMEN TATA

KELOLA YANG BAIK

BPJS Kesehatan telah menerapkan prinsip-prinsip

Tata Kelola yang Baik *RRG*RYHUQDQFH secara

menyeluruh dan konsisten, yang ditetapkan melalui Peraturan Direksi Nomor 128 Tahun 2014. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong pengelolaan organisasi

VHFDUDSURIHVLRQDOHͤVLHQGDQHIHNWLIVHUWDPHQGXNXQJ

pelaksanaan program dalam rangka mengemban amanah mulia dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan bagi seluruh Penduduk Indonesia. Buku pedoman Tata Kelola yang Baik juga telah didistribusikan kepada seluruh Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang sehingga seluruh Duta BPJS Kesehatan dapat mengimplementasikannya secara menyeluruh dan konsisten dalam seluruh sendi operasional BPJS Kesehatan. Melengkapi komitmen penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik,

BPJS Kesehatan juga telah memiliki Board Manual,

Kode Etik dan :KLVWOHEORZLQJ6\VWHP.

Untuk pelaksanaan Tata Kelola Yang Baik tahun 2015, telah dilakukan asesmen oleh BPKP dengan

hasil pengukuran *RRG*RYHUQDQFH BPJS Kesehatan

mendapat predikat Sangat Baik (yang merupakan predikat tertinggi), atau dengan skor aktual 88,96 dari skor maksimal 100.

(10)

9

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

GERAKAN NASIONAL

REVOLUSI MENTAL

Sebagai badan hukum publik yang melayani masyarakat dalam bidang jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan senantiasa berperan serta dalam mendukung setiap program Pemerintah. Maka, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), pada tanggal 23 Oktober 2015 BPJS Kesehatan melaksanakan pencanangan GNRM secara serentak di 34 propinsi dengan menggunakan sumber daya yang selaras dengan program Manajemen Perubahan BPJS Kesehatan.

Dalam kesempatan ini, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko

PMK), Puan Maharani bahkan menjadikan BPJS Kesehatan sebagai “laboratorium” Revolusi Mental. Sebuah kehormatan yang mendorong seluruh jajaran BPJS Kesehatan semakin konsisten menjalankan

dan meneruskan proses FKDQJHPDQDJHPHQW yang

telah dijalankankan sebelumnya.

Pencanangan ini sekaligus merupakan bentuk komitmen BPJS Kesehatan untuk senantiasa memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Untuk tujuan tersebut, BPJS Kesehatan merumuskan indikator keberhasilan yang terukur dan kemudian melakukan program dan kegiatan untuk pencapaiannya.

Pemasangan badge Agent Revolusi Mental kepada Duta BPJS Kesehatan oleh Menteri Koordinator Bidang PMK pada tanggal 23 Oktober 2015.

10 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

PENINGKATAN

KUALITAS LAYANAN

BPJS Kesehatan juga terus meningkatkan aspek pelayanan melalui penguatan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Untuk mendukung keberhasilan Tri Sukses 2015, di tahun 2015, BPJS Kesehatan telah

mengembangkan 16 aplikasi FRUH dan 23 aplikasi

QRQFRUH. Pemanfaatan TI yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan organisasi dan peningkatan kualitas layanan tersebut diharapkan dapat

PHPEHULNDQNRQWULEXVLVLJQLͤNDQEDJLSHQLQJNDWDQ

kecepatan dan kualitas pelayanan kepada peserta program.

BPJS Kesehatan menerapkan manajemen penanganan keluhan secara serius melalui Pemberian Informasi Langsung (PIL) serta Pengelolaan Umpan Balik Peserta. Untuk memudahkan penyampaian keluhan, BPJS Kesehatan mengoperasikan Pusat Layanan

Informasi BPJS Kesehatan (Call Center), dengan

nomor 1500400.

Program PIL dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada peserta mengenai hak, kewajiban dan prosedur pelayanan. Melalui program yang sifatnya antisipatif ini diharapkan akan terjadi penurunan keluhan peserta akibat minimnya pemahaman peserta. Di tahun 2015 telah dilakukan 5.439 kali pendekatan kelompok, 58 kali kunjungan rumah dan 948 kali kunjungan rumah sakit.

Adapun melalui program Pengelolaan Umpan Balik, BPJS Kesehatan di tahun 2015 telah menangani 137.870 keluhan dan telah 100% direspon dengan rata-rata penyelesaian 1,8 hari.

KOMITMEN TATA

KELOLA YANG BAIK

BPJS Kesehatan telah menerapkan prinsip-prinsip

Tata Kelola yang Baik *RRG*RYHUQDQFH secara

menyeluruh dan konsisten, yang ditetapkan melalui Peraturan Direksi Nomor 128 Tahun 2014. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong pengelolaan organisasi

VHFDUDSURIHVLRQDOHͤVLHQGDQHIHNWLIVHUWDPHQGXNXQJ

pelaksanaan program dalam rangka mengemban amanah mulia dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan bagi seluruh Penduduk Indonesia. Buku pedoman Tata Kelola yang Baik juga telah didistribusikan kepada seluruh Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang sehingga seluruh Duta BPJS Kesehatan dapat mengimplementasikannya secara menyeluruh dan konsisten dalam seluruh sendi operasional BPJS Kesehatan. Melengkapi komitmen penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik,

BPJS Kesehatan juga telah memiliki Board Manual,

Kode Etik dan :KLVWOHEORZLQJ6\VWHP.

Untuk pelaksanaan Tata Kelola Yang Baik tahun 2015, telah dilakukan asesmen oleh BPKP dengan

hasil pengukuran *RRG*RYHUQDQFH BPJS Kesehatan

mendapat predikat Sangat Baik (yang merupakan predikat tertinggi), atau dengan skor aktual 88,96 dari skor maksimal 100.

(11)

11

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

APRESIASI

Di tengah berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi, di balik pengawasan dari berbagai pemangku kepentingan yang memacu kami untuk terus memperbaiki diri, kami bersyukur bahwa kerja keras BPJS Kesehatan di Tahun 2015 tidak luput dari apresiasi yang memberikan kami keyakinan bahwa

perjuangan pantang disurutkan. Penghargaan Gold

Champion pada Indonesia WOW Brand 2015 untuk

kategori +HDOWK,QVXUDQFH, penghargaan Indonesia’s

Most Favorite Women Brand 2015 untuk kategori Asuransi Kesehatan, dan penghargaan dari

,QWHUQDWLRQDO6RFLDO6HFXULW\$VVRFLDWLRQ-ISSA

&HUWLͤFDWHRI0HULW untuk 2 (dua) kategori, yaitu

&HUWLͤFDWHRI0HULWZLWK6SHFLDO0HQWLRQ untuk Good 3UDFWLFH: E-DABU-$Q2QOLQH$SSOLFDWLRQIRU6HOI Managed Data, serta &HUWLͤFDWHRI0HULW untuk Good 3UDFWLFH,PSOHPHQWLQJWKH3URJUDPPH "Rujuk Balik"

IRU%HWWHU$FFHVVDQG%HWWHU4XDOLW\+HDOWK&DUH,

serta penghargaan Indonesia %HVW,76\VWHP 2015,

menjadi penguat tekad BPJS Kesehatan untuk terus maju demi Indonesia yang lebih sehat.

RAIHAN OPINI WAJAR

TANPA PENGECUALIAN

(WTP)

Tahun 2015 ditutup dengan hasil yang membanggakan dan menjadi prestasi puncak, dimana BPJS Kesehatan kembali memperoleh opini WTP atas Laporan Keuangan DJS dan BPJS Kesehatan. Hal ini berarti Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi Suryanto &

/LDQQ\066/VHODNXDXGLWRU\DQJEHUDͤOLDVLGHQJDQ

Moore Stephens International Limited, berpendapat bahwa Laporan keuangan baik Dana Jaminan Sosial (DJS) maupun BPJS Kesehatan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, baik Posisi Keuangan tanggal 31 Desember 2015, Aktivitas/ Kinerja Keuangan dan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Dengan keberhasilan mempertahankan opini WTP selama dua tahun berturut-turut, yang sekaligus pula merupakan prestasi raihan yang ke-24 kalinya sejak periode PT Askes (Persero), maka BPJS Kesehatan layak mendapat kepercayaan publik dalam penyelenggaraan program JKN-KIS.

3XEOLF([SRVH hasil audit laporan keuangan BPJS Kesehatan tahun 2015 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

12 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

HAL-HAL YANG

MEMERLUKAN

PERHATIAN

PEMERINTAH

Sukses implementasi JKN-KIS oleh BPJS Kesehatan memerlukan dukungan Pemerintah dan komitmen semua pihak agar program ini dapat berkelanjutan dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia hingga mencapai cakupan semesta 2019. Beberapa hal yang masih memerlukan dukungan dan perhatian dari Pemerintah adalah:

1. Iuran yang mencukupi biaya pelayanan kesehatan. Iuran merupakan sumber utama penyelenggaraan program JKN-KIS yang digunakan untuk pembayaran manfaat layanan kesehatan yang telah diberikan oleh fasilitas kesehatan. Kondisi

PLVPDWFKantara iuran yang diterima dengan biaya pelayanan kesehatan merupakan penyebab XWDPDWHUMDGLQ\DGHͤVLWDVHWQHWR\DQJGDODP jangka panjang dapat mengancam keberlangsungan penyelenggaraan program

JKN-KIS. Kondisi PLVPDWFKini disebabkan oleh

iuran yang ada saat ini belum sesuai dengan hitungan aktuaria sebagaimana direkomendasikan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Penyesuaian besaran iuran JKN akan menjadi penyelamat keuangan BPJS Kesehatan. Revisi besaran iuran JKN-KIS hendaknya memperhitungkan semua kebutuhan biaya, serta dihitung dengan memenuhi prinsip: kecukupan, rasional, kompetitif, ekuitas dan bersifat futuristik. Untuk maksud ini maka iuran dihitung secara cermat dengan menerapkan kaidah-kaidah perhitungan aktuaria.

Penyesuaian besaran iuran sekaligus merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan di FKTP dan FKRTL, serta untuk mendorong partisipasi swasta, mengantisipasi laju inflasi dan tuntutan kenaikan tarif. Penyesuaian iuran

diharapkan akan mengurangi/ menghapus nilai QHJDWLIGHͤVLWDVHWQHWR\DQJDNDQWHUMDGLSDGD WDKXQVHUWDPHQJKLQGDULSUHGLNVLGHͤVLW pada tahun-tahun yang akan datang.

Terkait usulan Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, materi yang diusulkan antara lain adalah penetapan batas atas dan batas bawah dasar perhitungan iuran peserta Pekerja Penerima

Upah, penetapan JUDFHSHULRG untuk Pekerja

Penerima Upah, Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja menjadi 1 (satu) bulan, dan penetapan kadaluarsa klaim dari Fasilitas Kesehatan 6 (enam) bulan setelah pelayanan diberikan.

2. Rekrutmen peserta yang sehat.

Untuk menjaga kesinambungan program JKN-KIS, BPJS Kesehatan berupaya mengedukasi masyarakat agar mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan saat kondisinya masih sehat, bukan ketika kondisi sakit dan memerlukan layanan kesehatan. Hal ini merupakan hakikat penyelenggaraan JKN-KIS yang berasaskan prinsip kegotong royongan. Oleh karena itu BPJS Kesehatan memerlukan dukungan Pemerintah, terutama untuk mendorong prinsip kegotong royongan dan mengoptimalkan partisipasi langsung dari peserta BUMN, Pekerja Penerima Upah Swasta dan masyarakat sehat dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Khusus untuk PBPU, pemberlakuan masa tunggu administrasi menjadi peserta merupakan keniscayaan yang seyogyanya didukung penuh Pemerintah.

3. Standar tarif pelayanan kesehatan.

Pengaturan standar tarif yang diatur oleh Kementerian Kesehatan melalui Permenkes 59/2014 berdampak pada penyerapan dana. Besarnya biaya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh utilisasi dan tarif. Angka utilisasi bersifat random, tergantung penyakit sehingga

(12)

11

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

APRESIASI

Di tengah berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi, di balik pengawasan dari berbagai pemangku kepentingan yang memacu kami untuk terus memperbaiki diri, kami bersyukur bahwa kerja keras BPJS Kesehatan di Tahun 2015 tidak luput dari apresiasi yang memberikan kami keyakinan bahwa

perjuangan pantang disurutkan. Penghargaan Gold

Champion pada Indonesia WOW Brand 2015 untuk

kategori +HDOWK,QVXUDQFH, penghargaan Indonesia’s

Most Favorite Women Brand 2015 untuk kategori Asuransi Kesehatan, dan penghargaan dari

,QWHUQDWLRQDO6RFLDO6HFXULW\$VVRFLDWLRQ-ISSA

&HUWLͤFDWHRI0HULW untuk 2 (dua) kategori, yaitu

&HUWLͤFDWHRI0HULWZLWK6SHFLDO0HQWLRQ untuk Good 3UDFWLFH: E-DABU-$Q2QOLQH$SSOLFDWLRQIRU6HOI Managed Data, serta &HUWLͤFDWHRI0HULW untuk Good 3UDFWLFH,PSOHPHQWLQJWKH3URJUDPPH "Rujuk Balik"

IRU%HWWHU$FFHVVDQG%HWWHU4XDOLW\+HDOWK&DUH,

serta penghargaan Indonesia %HVW,76\VWHP 2015,

menjadi penguat tekad BPJS Kesehatan untuk terus maju demi Indonesia yang lebih sehat.

RAIHAN OPINI WAJAR

TANPA PENGECUALIAN

(WTP)

Tahun 2015 ditutup dengan hasil yang membanggakan dan menjadi prestasi puncak, dimana BPJS Kesehatan kembali memperoleh opini WTP atas Laporan Keuangan DJS dan BPJS Kesehatan. Hal ini berarti Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi Suryanto &

/LDQQ\066/VHODNXDXGLWRU\DQJEHUDͤOLDVLGHQJDQ

Moore Stephens International Limited, berpendapat bahwa Laporan keuangan baik Dana Jaminan Sosial (DJS) maupun BPJS Kesehatan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, baik Posisi Keuangan tanggal 31 Desember 2015, Aktivitas/ Kinerja Keuangan dan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Dengan keberhasilan mempertahankan opini WTP selama dua tahun berturut-turut, yang sekaligus pula merupakan prestasi raihan yang ke-24 kalinya sejak periode PT Askes (Persero), maka BPJS Kesehatan layak mendapat kepercayaan publik dalam penyelenggaraan program JKN-KIS.

3XEOLF([SRVH hasil audit laporan keuangan BPJS Kesehatan tahun 2015 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

12 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

HAL-HAL YANG

MEMERLUKAN

PERHATIAN

PEMERINTAH

Sukses implementasi JKN-KIS oleh BPJS Kesehatan memerlukan dukungan Pemerintah dan komitmen semua pihak agar program ini dapat berkelanjutan dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia hingga mencapai cakupan semesta 2019. Beberapa hal yang masih memerlukan dukungan dan perhatian dari Pemerintah adalah:

1. Iuran yang mencukupi biaya pelayanan kesehatan. Iuran merupakan sumber utama penyelenggaraan program JKN-KIS yang digunakan untuk pembayaran manfaat layanan kesehatan yang telah diberikan oleh fasilitas kesehatan. Kondisi

PLVPDWFKantara iuran yang diterima dengan biaya pelayanan kesehatan merupakan penyebab XWDPDWHUMDGLQ\DGHͤVLWDVHWQHWR\DQJGDODP jangka panjang dapat mengancam keberlangsungan penyelenggaraan program

JKN-KIS. Kondisi PLVPDWFKini disebabkan oleh

iuran yang ada saat ini belum sesuai dengan hitungan aktuaria sebagaimana direkomendasikan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Penyesuaian besaran iuran JKN akan menjadi penyelamat keuangan BPJS Kesehatan. Revisi besaran iuran JKN-KIS hendaknya memperhitungkan semua kebutuhan biaya, serta dihitung dengan memenuhi prinsip: kecukupan, rasional, kompetitif, ekuitas dan bersifat futuristik. Untuk maksud ini maka iuran dihitung secara cermat dengan menerapkan kaidah-kaidah perhitungan aktuaria.

Penyesuaian besaran iuran sekaligus merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan di FKTP dan FKRTL, serta untuk mendorong partisipasi swasta, mengantisipasi laju inflasi dan tuntutan kenaikan tarif. Penyesuaian iuran

diharapkan akan mengurangi/ menghapus nilai QHJDWLIGHͤVLWDVHWQHWR\DQJDNDQWHUMDGLSDGD WDKXQVHUWDPHQJKLQGDULSUHGLNVLGHͤVLW pada tahun-tahun yang akan datang.

Terkait usulan Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, materi yang diusulkan antara lain adalah penetapan batas atas dan batas bawah dasar perhitungan iuran peserta Pekerja Penerima

Upah, penetapan JUDFHSHULRG untuk Pekerja

Penerima Upah, Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja menjadi 1 (satu) bulan, dan penetapan kadaluarsa klaim dari Fasilitas Kesehatan 6 (enam) bulan setelah pelayanan diberikan.

2. Rekrutmen peserta yang sehat.

Untuk menjaga kesinambungan program JKN-KIS, BPJS Kesehatan berupaya mengedukasi masyarakat agar mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan saat kondisinya masih sehat, bukan ketika kondisi sakit dan memerlukan layanan kesehatan. Hal ini merupakan hakikat penyelenggaraan JKN-KIS yang berasaskan prinsip kegotong royongan. Oleh karena itu BPJS Kesehatan memerlukan dukungan Pemerintah, terutama untuk mendorong prinsip kegotong royongan dan mengoptimalkan partisipasi langsung dari peserta BUMN, Pekerja Penerima Upah Swasta dan masyarakat sehat dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Khusus untuk PBPU, pemberlakuan masa tunggu administrasi menjadi peserta merupakan keniscayaan yang seyogyanya didukung penuh Pemerintah.

3. Standar tarif pelayanan kesehatan.

Pengaturan standar tarif yang diatur oleh Kementerian Kesehatan melalui Permenkes 59/2014 berdampak pada penyerapan dana. Besarnya biaya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh utilisasi dan tarif. Angka utilisasi bersifat random, tergantung penyakit sehingga

(13)

13

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015 intervensinya relatif sulit. Intervensi tarif lebih

memungkinkan dengan menetapkan tarif agar penyerapan biaya maksimal 90%. Dalam hal ini diperlukan dukungan Pemerintah untuk

me-review struktur tarif INA CBG's di rumah sakit.

4. Penegakan pengendalian biaya (cost

containment).

Dalam pengendalian biaya, masih terdapat permasalahan dalam penerapan kapitasi dan

INA CBG's. Berbagai isu antara lain XSFRGLQJ

UHDGPLVVLRQEORRG\GLVFKDUJHGXPSLQJ dan

skimping merupakan implikasi yang tidak diharapkan dalam penerapan INA CBG's sebagai sistem pembayaran di rumah sakit. Kondisi ini jika dibiarkan akan berdampak pada penyerapan dana di luar batas normal, sehingga eskalasi biaya menjadi sulit dikendalikan. Untuk itu diperlukan program kendali biaya dan mutu layanan yang konsisten, yang dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan.

5. Supply side (jumlah, distribusi dan kompetensi)

dan kualitas pelayanan kesehatan.

Untuk memberikan kemudahan bagi peserta dalam mengakses fasilitas kesehatan, diperlukan tingkat pertumbuhan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang seimbang dengan pertumbuhan peserta. Kondisi yang ada pada saat ini distribusi fasilitas kesehatan tidak merata, baik tingkat pertama maupun tingkat lanjutan. Sarana dan prasarana fasilitas kesehatan rujukan di beberapa wilayah belum lengkap sesuai standar kelas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Pada masa mendatang, terdapat kekhawatiran tingkat pertumbuhan peserta tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Selain itu juga diperlukan dukungan terhadap penerapan kapitasi berbasis kinerja (KBK) dan norma kapitasi, yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama, melalui peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

(14)

14 Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2015

6. Penyediaan obat.

Permasalahan ketersediaan obat merupakan isu penting dalam pelayanan kesehatan pada program Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini memerlukan langkah serius dari seluruh pemangku kepentingan terkait untuk memperbaikinya, termasuk dari industri obat.

Pemerintah perlu me-review kebijakan

ketersediaan obat sehingga tercipta sistem yang kuat dan mampu mendorong komitmen berbagai pihak untuk memperbaiki pelayanan kepada peserta.

7. Sistem rujukan berjenjang.

Mekanisme rujukan berjenjang antar fasilitas kesehatan membutuhkan pengaturan kebijakan, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pada Tahun 2014, berdasarkan Peraturan Gubernur, SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, MOU antara BPJS Kesehatan dengan Pemerintah Propinsi maupun dalam bentuk peraturan daerah, telah memberi dampak yang menguntungkan dalam pelaksanaan program sistem rujukan berjenjang. Selanjutnya BPJS Kesehatan membutuhkan dukungan implementasi yang kuat dari Kepala Daerah dan Dinas Kesehatan untuk bersama-sama dengan BPJS Kesehatan melakukan pengawasan yang ketat, mengedukasi fasilitas kesehatan dan peserta agar sistem ini dapat berjalan dengan baik.

8. Integrasi Jamkesda.

Integrasi Jamkesda ikut menentukan percepatan keberhasilan cakupan semesta. Pada kondisi saat ini masih terdapat Pemerintah Daerah yang belum mengintegrasikan program jaminan kesehatannya ke program JKN-KIS dengan berbagai alasan. Oleh karena itu diperlukan dukungan Pemerintah melalui regulasi yang mengatur kewajiban Pemerintah Daerah untuk mendaftarkan penduduknya. Dengan demikian, diharapkan cakupan semesta dapat segera tercapai sekaligus mendorong keberlanjutan program JKN-KIS melalui kepastian penerimaan iurannya.

9. Kepatuhan pendaftaran peserta.

Kepatuhan pendaftaran peserta Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU-BU) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam implementasi JKN-KIS, terutama dalam rangka percepatan pencapaian cakupan semesta dan menjaga kesinambungan program melalui perekrutan peserta yang sehat. Dalam menegakkan kepatuhan pendaftaran peserta PPU-BU diperlukan dukungan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yaitu dengan mempersyaratkan kepesertaan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan publik tertentu, sesuai yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 pasal 8 ayat 3. Oleh karena itu Pemerintah Pusat (Kementerian/ Lembaga/Kepolisian RI) perlu melakukan penyesuaian Norma Standard dan Prosedur Kriteria.

Sesuai amanat UU SJSN dan UU BPJS, Pemerintah berkewajiban untuk menjamin BPJS Kesehatan berjalan sebagaimana mestinya untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu Pemerintah perlu mendukung dengan ikut serta menjaga agar

tidak terjadi kegagalan pembayaran (default) kepada

fasilitas kesehatan agar Pemerintah tidak perlu terus PHQHUXVPHQXWXSLEHEDQGHͤVLW\DQJDNDQWHUMDGL di masa yang akan datang. Dengan demikian keberlanjutan implementasi JKN-KIS dapat terwujud.

Jakarta, Mei 2016

Fachmi Idris Direktur Utama

(15)
(16)

Referensi

Dokumen terkait

diberikan pada pelanggaran dimana KEIKOKU sebelumnya telah diberikan pada pertandingan tersebut ataupun dapat dikenakan langsung untuk pelanggaran yang serius,

Dalam Islam sifat sabar dipandang sebagai salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Orang yang tidak sabar tidak

Un itu penting, dengan adanya un yg memiliki cut of point sebagai standart kelulusan sebuah institusi pendidikan dalam hal ini adalah sekolah, guru, siswa, orang tua

Guru membagikan gambar sketsa burung melalui grup kelas Whatsapp untuk kemudian di print, atau siswa yang mampu, dapat menggambar sketsa sendiri.. siswa diminta

Hasil analisis bedasarkan uraian data tersebut disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan oleh Porter (2008) diperoleh hasil bahwa daya saing terkait persaingan

[r]

LUARAN PENELITIAN Luaran wajib dari penelitian dana internal berupa satu artikel ilmiah minimal pada jurnal penelitian yang memiliki ISSN.. Luaran lainnya yang diharapkan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IIS 2 SMA N 5 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran PASA