• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) YANG DIBERI KOMPOSISI AMPAS TEH, SERBUK KAYU DAN TANAH

BERVARIASI SEBAGAI MEDIA TANAM

THE DIFFERENCES IN GROWTH OF CAYENE PEPPER (Capsicum frutescens L) WHICH GIVEN VARIES COMPOSITION OF TEA DREGS, WOOD POWDER

AND SOIL AS PLANTING MEDIA.

Elisabeth Yulikrista *), Budhi Akbar, Dian Ernaningsih, [email protected] Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman cabai rawit. Serta mengetahui komposisi perbandingan yang paling tepat terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi batang tanaman dan jumlah daun. Metode penelitian yang di lakukan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan. Perlakuan ini diulang sebanyak 8 kali sehingga terdapat 32 tanaman cabai rawit. Data yang diperoleh dan diuji menggunakan uji prasyarat berdistribusi normal dan bervariasi homogen kemudian dianalisis menggunakan uji ANOVA. Hasil pengujian statistika menunjukan bahwa komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah cenderung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit, sedangkan komposisi yang tepat untuk dijadikan media tanam yang baik adalah pada perlakuan A dengan perbandingan komposisi komposisi ampas the : serbuk kayu : tanah adalah 1 : 2 :3.

Kata Kunci : Media tanam, Ampas teh, Serbuk kayu dan tanah

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of tea dregs, wood powder and soil composition toward the vegetative growth of cayene paper and knowing the most appropriate comparison of composition to the growth of cayenne pepper. The parameters observed in this research were stem hight and number of leaves. The research method used was an experimental method using a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 This treatment was repeated 8 times so there were 32 cayenne pepper plants. Data obtained and tested using prerequisite tests with normal and homogenous distribution where then analyzed using ANOVA test. The results of statistical test showed that the composition of tea dregs, wood powder and soil tended influence the growth of cayenne pepper, while the right composition to be used as a good planting medium is in treatment A with comparison of the composition of te dregs : wood powder : soil is 1 : 2 : 3.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Cabai rawit (Capsicum frutescens L)

merupakan tanaman sayuran buah semusim yang dikenal dan digemari oleh berbagai lapisan masyarakat. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) mengandung zat-zat gizi antara lain protein, lemak, fosfor, besi, vitamin (A, B1, C) dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, flafonoid dan minyak esensial (Setiadi, 2008).

Produksi tanaman cabai rawit di Kampung Orimude, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan. Penyebab terjadinya peningkatan dan penurunan produksi cabai ini yaitu karena serangan hama, penyakit dan kurangnya unsur hara. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan petani di Kampung Orinmude, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka, bahwa kondisi riil tanah dalam hal ini kandungan unsur hara pada lahan pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya cara pemupukan yang kurang benar dan kelangkaan terhadap pupuk itu sendiri, dan salah satu penyebab utama adalah karena erosi oleh air hujan. Erosi ini diakibatkan karena tidak ada lagi pohon atau tumbuhan besar yang dapat menahan arus air hujan yang mengakibatnya kandungan unsur hara dari lahan itu sendiri terbawa oleh arus air.

Media tanam adalah faktor utama bagi kehidupan tanaman, tanaman akan tumbuh baik jika bahan yang terkandung dalam tanah terdekomposisi maupun melapuk dengan baik. Limbah yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai media tanam sekaligus pelengkap pupuk adalah

ampas teh dan serbuk kayu. Ampas teh dan serbuk kayu adalah salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang diaplikasikan dengan tanah.

Ternyata ampas teh dapat digunakan sebagai campuran media tanam, karena ampas teh mengandung berbagai macam mineral seperti Karbon organik, Tembaga (Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10%, dan Kalsium (K) 13% kandungan tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman. Dalam ampas teh juga terkandung serat kasar, selulosa dan lignin yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Ningrum, 2010).

Pemberian ampas teh pada tanaman sudah dilakukan oleh Isnaini (2006), yaitu “pemberian ampas teh seduh dan kotoran ayam yang dikomposkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman lidah mertua pada media tanah liat”.

Di Kampung Orinmude serbuk kayu yang dihasilkan dari limbah gergaji kayu, tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat. Kayu yang sudah rapuh karena dimakan usia dan rayap banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya, selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan. Serbuk kayu limbah gergaji hanya digunakan sebagai bahan bakar, selain itu serbuk kayu terbuang-buang dan dibiarkan begitu saja hingga lapuk dan terurai menjadi tanah.

Media tanam yang dibuat menggunakan serbuk kayu dipilih karena dapat mengoptimalkan penyerapan air dan unsur hara pada tanaman. Dengan meningkatnya penyerapan air dan juga unsur hara oleh tanaman, maka kondisi dari kesuburan tanaman tersebut akan menjadi

(3)

lebih baik. Disamping kelebihan serbuk kayu sebagai media tanam. Jika serbuk kayu ingin dijadikan sebagai media tanam maka sebaiknya dicampur dengan tanah, pasir atau juga memberinya pupuk dahulu untuk memberikan tambahan unsur hara dan harus dipastikan tanaman yang bermedia serbuk kayu mendapatkan intensitas cahaya yang cukup.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari peneitian ini adalah agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang media tanam cabai rawit (Capsicum frutescens L) dalam polybag, perbedaan pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang diberi komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah bervariasi sebagai media tanam, serta untuk mengetahui komposisi (perbandingan) ampas teh, serbuk kayu dan tanah sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L).

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 8 ulangan. Berarti masing-masing perlakuan terdiri atas 8 polybag sehingga seluruhnya terdiri dari 32 polybag percobaan. Masing-masing polybag terdiri dari 1 tanaman cabai rawit varietas Dewata F1. Pengacakan menggunakan metode acak

(randomized), dengan jarak setiap polybag adalah 20 cm.

Perlakuan komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah yang terdiri atas 4 perlakuan yang sesuai dengan denah pengacakan di atas adalah sebagai berkut :

1. Komposisi AT : SK : T = 1 : 2 : 3 / polybag (Perlakuan A) 2. Komposisi AT : SK : T = 2 : 1 : 3 / polybag (Perlakuan B) 3. Komposisi AT : SK : T = 3 : 2 : 1 / polybag (Perlakuan C) 4. Komposisi AT : SK : T = 2 : 3 : 1 / polybag (Perlakuan D) HASIL PENELITIAN Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit merupakan salah satu parameter untuk mengetahui adanya proses pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman cabai rawit.

Pengukuran tinggi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) dimulai dari tanaman berumur 1 minggu sampai dengan tanaman berumur 8 minggu dengan total pengamatan 8 kali. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang tanaman hingga pangkal bawah percabangan pucuk. Hasil pengukuran tinggi tanaman pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Tabel Rerata Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L) PERLAKUAN RATA-RATA VARIANS (S²) STANDAR DEVIASI (S) A 13 9.71 3.12 B 8 3.00 1.73 C 7 2.71 1.65 D 6 3.29 1.81 T O T A L 33 19 8

(4)

Grafik 4.1 Grafik Rerata Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit yang paling tinggi hingga terendah secarah berurutan dalam penelitian ini adalah pada tanaman cabai rawit dengan perbandingan komposisi AT : SK : T pada perlakuan A yaitu 1 : 2 : 3, perbandingan komposisi AT : SK : T pada perlakuan B yaitu 2 : 1 : 3, perbandingan komposisi AT : SK : T pada perlakuan C yaitu 3 : 2 : 1, perbandingan komposisi AT : SK : T pada perlakuan D yaitu 2 : 3 : 1. Pertambahan tinggi tanaman cabai rawit yang didapatkan merupakan selisih dari data awal pengukuran.

Berdasarkan hasil data rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 menunjukan bahwa komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit memiliki pengaruh. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan tinggi tanaman dari awal hingga akhir pengukuran pada setiap perlakuannya.

Hasil perhitungan data pada analisis prasyarat pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan bervariasi homogen sehingga di lanjutkan ke uji ANOVA.

Hasil uji ANOVA pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) menunjukan bahwa p value

(sig) = F2hitung (0.12) < F2tabel (11,3).

Sehingga disimpulkan bahwa media tanam pada setiap kelompok perlakuan cenderung ada perbedaan pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens

L) yang diberi komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah yang bervariasi, dimana perlakuan A cenderung lebih baik dari perlakuan yang lainnya. Oleh karena itu komposisi yang baik untuk pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) adalah pada komposisi A. Dapat dilihat pada grafik 4.1 mengenai pertumbuhan tinggi batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens

L) yang selalu meningkat tiap minggunya yaitu pada perlakuan A.

Jumlah Daun Tanaman

Selain pertumbuhan tinggi batang tanaman, pertumbuhan jumlah daun juga merupakan salah satu parameter untuk mengetahui bahwa tanaman mengalami proses pertumbuhan vegetatif. Penghitungan jumlah daun dilakukan selama 8 minggu (8 kali pengamatan).

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang tumbuh. Daun yang sudah menguning dalam arti tidak layu dan masih menempel pada batang tanaman, tetap masuk pada perhitungan dalam proses pengambilan data. Pertambahan jumlah jumlah daun tanaman cabai rawit yang diperoleh merupakan perhitungan selisih dari jumlah daun akhir dengan jumlah awal daun.

Hasil pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.2 berikut ini:

(5)

Tabel 4.2 Tabel Rerata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L) PERLAKUAN RATA-RATA VARIANS (S²) STANDAR DEVIASI (S) A 14 20.43 4.52 B 9 5.14 2.27 C 8 4.14 2.03 D 7 4.00 2.00 T O T A L 37 34 11

Grafik 4.2 Grafik Rerata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L)

Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.2 di atas tampak pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit pada setiap kelompok tanaman dengan perlakuan pemberian ampas teh, serbuk kayu dan tanah mengalamai pertumbuhan yang meningkat.

Tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas menunjukan rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit yang paling banyak adalah kelompok perlakuan (A) dengan konsentrasi perbandingan 1 : 2 : 3, kemudian diikuti tanaman cabai yang diberi perlakuan komposisi kedua (B) yaitu 2 : 1 : 3. diikuti pertumbuhan tanaman yang diberi perlakuan ketiga (C) yaitu 3 : 2 : 1. Sedangkan pertumbuhan jumlah daun yang paling rendah terlihat pada kelompok tanaman cabai rawit pada perlakuan keempat (D) yaitu 2 : 3 : 1.

Berdasarkan hasil data rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit pada tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukan

bahwa komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit memiliki pengaruh. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan jumlah daun tanaman dari awal hingga akhir pengukuran pada setiap perlakuannya.

Hasil perhitungan data pada analisis prasyarat pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan bervariasi homogen sehingga di lanjutkan ke Uji ANOVA.

Hasil uji ANOVA pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) menunjukan bahwa p value (sig) = F2hitung (0.10) < F2tabel (11,3).

Sehingga disimpulkan bahwa media tanam pada setiap kelompok perlakuan cenderung ada perbedaan pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens

L) yang diberi komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah yang bervariasi, dimana perlakuan A cenderung lebih baik dari perlakuan yang lainnya. Oleh karena itu diketahui bahwa komposisi yang baik untuk pertumbuhan jumlah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) adalah pada komposisi A. Dapat dilihat pada grafik 4.2 mengenai pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens

L) yang selalu meningkat tiap minggunya yaitu pada perlakuan PA (Perlakuan A) yang merupakan jumlah daun paling banyak.

PEMBAHASAN

Pada tabel dan grafik masing-masing parameter terlihat pertumbuhannya mengalami peningkatan pada setiap minggu. Parameter yang digunakan adalah tinggi batang dan jumlah daun. Melalui hasil pengujian statistik ANOVA menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman

(6)

cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang diberi komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah yang bervariasi, cenderung memberi pengaruh pada kedua parameter yang diteliti. Hal ini dapat terlihat dari pada masing-masing parameter yang diteliti.

Dari data yang dihasilkan diketahui bahwa rata-rata tinggi batang dan jumlah daun tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) pada perlakuan A, B, C, dan D memiliki perbedaan. Hal ini menunjukan bahwa komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah bervariasi sebagai media tanam cenderung memiliki pengaruh terhadap peertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang disebabkan karena ampas teh berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah, memperbaki struktur tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun (Widayanti, 2008). Sedangkan serbuk kayu dapat mengoptimalkan penyerapan air dan unsur hara pada tanaman. Dengan meningkatnya penyerapan air dan juga unsur hara oleh tanaman, maka kondisi kesuburan dari tanaman tersebut akan menjadi lebih baik.

Penelitian yang sejenis pernah dilakukan oleh Selano (2017) tentang pengaruh penggunaan fermentasi ampas teh sebagai campuran media tanam terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan limbah (ampas teh) sebagai media tanam memberikan pengaruh signifikan terhadap semua parameter yang diteliti yakni tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah saat panen. Penggunaan limbah (ampas teh) dengan konsentrasi perbandingan 1 : 2 memberikan pertumbuhan dan hasil paling optimal pada tanaman sawi.

Selain itu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Aseptyo (2013) tentang

pemanfaatan ampas tebu dan ampas teh sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) ditinjau dari intensitas penyiraman air teh. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan media tanam ampas tebu dan ampas teh dengan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L). Media tanam yang paling efektif adalah media 2 yaitu 1 Ampas teh : 3 ampas tebu, dan intensitas penyiraman air teh yang paling efektif pada perlakuan penyiraman 1x4 hari.

Selanjutnya penelitian oleh Ginting, dkk (2013) tentang studi pertumbuhan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus)

pada media tumbuh gergaji kayu sengon dan bagas tebu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan yang terbaik dan panen terbaik terjadi pada perlakuan F (serbuk gergaji kayu sengon 20% dan bagas tebu 50%), perlakuan G (serbuk gergaji kayu sengon 20% dan bagas tebu 50%), dan H (serbuk gergaji kayu sengon 10% dan bagas tebu 70%).

Pada ketiga penelitian yang relevan tersebut di atas maka member penguatan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis yaitu Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) yang Diberi Komposisi Ampas Teh, Serbuk Kayu dan Tanah Bervariasi sebagai Media Tanam.

Ampas teh dan serbuk kayu yang diaplikasi bersama tanah sebagai media tanam dapat menambah unsur hara dalam tanah serta menambah kualitas tanah seperti ketersediaan air dan dan udara dalam tanah. Pengaruh perlakuan pemberian komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah sebagai media tanam

(7)

terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) pada penelitian ini membuat tanaman menjadi lebih subur. Hal ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara yang terkandung pada tanah meningkat. Semakin banyak unsur hara yang terkandung dalam tanah maka tanaman akan semakin subur. Ampas teh dan serbuk kayu yang digunakan sebagai media tanam dalam penelitian ini mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) sehingga membantu pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L).

Teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti poliefenol, tehofilin,

flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Mo, Ge dan Mg. Tanin juga merupakan kandungan yang terdapat dalam ampas teh, yang berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain tanin dan

polypenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran, (Nurmayanti, 2008).

Manfaat ampas teh antara lain: memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan bunga dan buah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Anonim,2012d)..

Menurut Anonim (2012c) komposisi kandungan unsur hara pada teh setiap 1 kg adalah Nitrogen (N) 11,1 g, Fosfor (P) 6,4 g, Kalium (K) 15,6 g, selain itu itu ampas teh juga mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman seperti besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Menurut Suriawiria (2006), serbuk kayu merupakan media tanam yang baik karena mengandung serat organik seperti

selulosa, hemiselulosa, dan lignin”. Serat

organik pada media tanam yang dibuat dengan menggunakan serbuk kayu dapat mengoptimalkan penyerapan air dan unsur hara pada tanaman. Dengan meningkatnya penyerapan air dan juga unsur hara oleh tanaman, maka kondisi kesuburan dari tanaman tersebut akan menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ampas teh dan serbuk kayu yang digunakan tidak hanya sebagai campuran media tanam saja. Ampas teh dan serbuk kayu yang diberikan pada setiap perlakuan juga dapat dijadikan sebagai pupuk karena ampas teh megandung banyak unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan serbuk kayu mengendalikan kondisi tanah dalam hal ketersediaan air dan udara dalam tanah bagi tanaman.

Setelah diketahui bahwa komposisi ampas teh, serbuk kau dan tanah sebagai media tanam cenderung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L), maka diketahui pula komposisi yang tepat untuk digunakan sebagai media tanam yang baik yakni pada perlakuan A yaitu dengan perbandingan komposisi ampas teh : serbuk kayu: tanah adalah 1 : 2 : 3.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan di atas maka di ambil kesimpulan bahwa cenderung ada pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) yang diberi perlakuan dari komposisi ampas teh, serbuk kayu dan tanah yang bervariasi.

(8)

Selain itu komposisi yang tepat untuk di jadikan sebagai media tanam dengan bahan dasar ampas teh, serbuk kayu dan tanah bagi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) yakni pada perlakuan A yaitu dengan komposisi ampas teh : serbuk kayu : tanah adalah 1 : 2 : 3.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012.c). Kompos Ampas Teh. (Online). Tersedia: http://indonetwork. co.id/ Anugerah Lintas/427705/Kompos Ampas_teh.htmL(12 Februari 2017). _______. (2012.d). Pengaruh Air dan

Ampas Teh. (Online). Tersedia:http:// biowindabio.blogspot.com/2011/10/peng aruh-air-dan-ampas-teh-terhadap.html (12 Februari 2017).

Aseptyo, F. (2013), Pemanfaatan Ampas Tebu Dan Ampas Teh Sebagai Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum

L) Ditinjau Dari Intensitas Penyiraman Air Teh. Skripsi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta . Dewi, I. K. (2009). Efektivitas Pemberian

Blotong Kering Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Serbuk Kayu. Skripsi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ginting, dkk. (2013). “Studi Pertumbuhan

jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) pada Media Tumbuh Gergaji Kayu Sengon dan Bagas Tebu”. Fakultas Pertanian: Universitas Brawijaya Malang, ISSN 2338-3976, 1, (2), 17-24. Tersedia:https://media.neliti.com/media/ publications/125854-ID-none.pdf (12 Februari 2017).

Ningrum, F. G. K. (2010). Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Media Tanam yang Berbeda. Skripsi Prodi Biologi Fakultas MIPA, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prajnanta, F. (2007). Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya. Selanno, K. H. (2017). Pengaruh

Penggunaan Fermentasi Ampas Teh Sebagai Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Setiadi. (2008). Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suryawiria, U. (2006). Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

Widayanti. (2008). Pengaruh Pemberian Kompos Ampas Teh terhadap Sifat Fisik, Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung. Skripsi Universitas Diponegoro . Tersedia : https://repository. usd.ac.id/12 022/2/131434017_fulL pdf (11 Februari 2017).

Gambar

Tabel 4.1  Tabel Rerata Pertumbuhan  Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit
Grafik 4.1 Grafik Rerata Pertumbuhan  Tinggi Batang Tanaman Cabai Rawit
Tabel 4.2  Tabel Rerata Pertumbuhan  Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menentukan media pengujian viabilitas serbuk sari in vitro yang terbaik untuk cabai besar dan cabai rawit (Capsicum annuum L.), serta

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh mikrogravitasi pada biji cabai rawit (Capsicum Frustescent L.) yang telah terpapar radiasi UV-C selama 1 jam terhadap laju

in vitro yang terbaik untuk cabai besar dan cabai rawit ( Capsicum annuum L.), serta mempelajari korelasi daya berkecambah serbuk sari cabai besar secara in

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Pseudomonas aeruginosa ATCC 15442 terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bonita

Konsentrasi infusa daun teh hijau yang efektif dalam menghambat penyakit layu Fusarium sp pada tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) adalah 50 g / 200

PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN.. CABE RAWIT

Dengan inovasi teknologi pola tanam cabai rawit sebagai tanaman sela karet menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit pada saat harga jual buah segar rendah masih menguntungkan dengan R/C

Aplikasi Berbagai Konsentrasi Asam Sitrat dan Interval Waktu Penyemprotan terhadap Penyakit Kuning, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit Capsicum frutescens L.. The Application