• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "APLIKASI ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

APLIKASI ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Oleh :

MUHAMMAD FADHLI 11780215285

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)

SKRIPSI

APLIKASI ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Oleh :

MUHAMMAD FADHLI 11780215285

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk Mendapatkan gelar Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Fadhli adalah nama penulis skripsi ini. Lahir pada tanggal 12 Agustus 1997 di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Privinsi Riau. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara. Penulis menempuh dunia pendidikan dimulai dari SD 001 Senama Nenek pada tahun 2004 hingga 2010. Lalu melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu SMPN 3 Tapung Hulu tamat pada tahun 2013. Tahun 2013 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Bangkinang Kota dan lulus pada Tahun 2016.

Pada Tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan.

Penulis memasuki Kampus Madani UIN Suska Riau ini melalui jalur mandiri.

Saat dipertengahan kuliah pada bulan Juli hingga Agustus 2019 penulis menjalani Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah (KKN-DR) PLUS di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu.

Penulis melaksanakan penelitian pada Bulan Januari – April 2022 di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu, dengan judul “Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Substitusi Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)” di bawah bimbingan Ibu Oksana, S.P., M.P. dan Dr. Elfi Rahmadani, S.P., M.Si.

Pada tanggal 28 Desember 2022 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Pertanian melalui sidang tertutup Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Alhamdulillahirabbil‘alamin, segala puji bagi Allah Subbahanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam untuk junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.

Skripsi yang berjudul; “Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Substitusi Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)” Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis ayahanda Alm H. Bachtiar dan Ibunda Kamidar serta saudara-saudara kandung penulis, atas segala pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis, atas doa dan restu, dukungan moral dan materil yang selalu mengiringi langkah penulis dimanapun berada.

Semoga Allah Subbahanahu Wa’taala memberikan limpahan pahala kepada kedua orang tua serta saudara kandung penulis.

2. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr.Sc. Selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Irwan Taslapratama., M.Sc. Selaku Wakil Dekan 1, Ibu Dr.

Elfawati, M.Si. Selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, selaku Wakil Dekan III Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

4. Ibu Dr. Rosmaina, S.P., M.Si sebagai Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Oksana, S.P., M.P. dan Ibu Dr. Elfi Rahmadani, S.P., M.Si. Selaku pembimbing I dan II penulis, yang telah banyak meluangkan waktu dalam

(8)

memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran serta motivasi dengan tidak bosan-bosannya kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ervina Aryanti, S.P., M.Si dan Ibu Riska Dian Oktari, S.P., M.Sc. Selaku penguji I dan II yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada penulis dengan tujuan terselesaikannya skripsi dengan baik.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi dan seluruh staf Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan ilmu serta segala kemudahan yang penulis rasakan selama berkuliah di Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

8. Sahabat saya M. Hayatul Ihsan S.P, Rio Susanto Fadilah S.P, Panika Putra Pratama S.P, Ricki Ihwana, Taufik Arahman yang telah memberi semangat, inspirasi, informasi serta pengarahan penulis sejak awal kenal hingga saat ini.

9. Rekan-rekan kelas B Agroteknologi dan seluruh angatan 2017 yang telah banyak memebersamai masa-masa suka duka selama perkualiahan.

10. Sahabat lima serangkai Hairi Ulfa Romadon, Doni, Ihsan Nogu dan Muhammad Ali Nofia dan Siti Nurhayati Br Sembiring yang selalu memberikan semangat dan menemani dalam suka maupun duka.

11. Serta kepada semua orang yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam penelitaian ini.

Penulis berharap semoga segala hal yang telah diberikan kepada penulis ketika berkuliah akan dibalas Allah Subhanahu Wata’ala dengan pahala yang berlipat ganda, rezeki yang melimpah ruah, serta diberikan kemudahan dalam segala urusan. Amin Ya Rabbal alamin.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(9)
(10)

i KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah hirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Substitusi Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Oksana, S.P., M.P. Sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Elfi Rahmadani, S.P., M.Si. Sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(11)

ii APLIKASI ABU JANJANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI

DOLOMIT Pertumbuhan dan Hasil TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

Muhammad Fadhli (11780215285)

Di bawah bimbingan Oksana dan Elfi Rahmadani INTISARI

Dolomit merupakan bahan amelioran bagi tanah masam seperti tanah gambut yang bahan bakunya tidak dapat diperbaharui. Abu Janjang Kelapa Sawit (AJKS) dengan kadar basa - basa kation yang tinggi di anggap dapat menggantikan peran dari kapur pertanian tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis abu janjang kelapa sawit terbaik sebagai substitusi kapur pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit. Penelitian berlokasi di Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan perlakuan 100% AJKS, 75% AJKS + 25% dolomit, 50% AJKS + 50% dolomit, 25% AJKS + 75% dolomit, 100% dolomit. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, umur muncul bunga, jumlah buah, dan bobot buah. Hasil penelitian menunjukkan pemberian abu janjang kelapa sawit dengan komposisi 75% AJKS + 25% dolomit secara nyata dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa komposisi 75% AJKS + 25% dolomit merupakan komposisi terbaik dalam pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.

Kata kunci : amelioran, cabai rawit, dolomit, tanah gambut, tanah masam.

(12)

iii APPLICATION OF OIL PALM BUNCH ASH AS A SUBSTITUTE OF DOLOMITE TO THE GROWTH AND PRODUCTION OF Cayenne Pepper

(Capsicum frutescens L.) Muhammad Fadhli (11780215285)

Under the guidance of Oksana and Elfi Rahmadani ABSTRACT

Dolomite is an ameliorant non-renewable resource for acid soils such as peat soil. Oil Palm Bunch Ash (OPBA) with high cation base content is considered to be able to substitute for agricultural lime. This study aims to obtain the best dose of palm ash as a substitute for agricultural lime on the growth and yield of cayenne pepper plants. This research has been carried out at an agricultural field in Tapung Hulu District, Kampar Regency. Experimental Research with the composition of oil palm bunch ash + dolomite which was applied to cayenne pepper planting medium was arranged in a one-factor Completely Randomized Design (CRD) with treatment: 100% OPBA treatment, 75% OPBA + 25% dolomite, 50% OPBA + 50% dolomite, 25% OPBA + 75%

dolomite, 100% dolomite. Parameters observed were plant height, stem diameter, frist flowers appear, number of fruit, and fruit weight. The results showed that the application of 75% OPBA + 25% dolomite significantly increased plant height, number of fruits, and fruit weight. From this study it was concluded that the composition of 75% OPBA + 25% dolomite was the best composition for the growth and yield of cayenne pepper plants.

Keywords: acid soil, ameliorant, cayenne pepper, dolomite, peat soil.

(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Manfaat ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tinjaun Umum Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) ... 4

2.2. Morfologi Tanaman Cabai Rawit ... 4

2.3. Syarat TumbuhTanaman Cabai Rawit ... 6

2.4. Abu Janjang Kelapa Sawit ... 7

2.5. Kapur Pertanian (Dolomit) ... 9

III. MATERI DAN METODE ... 10

3.1. Tempat dan Waktu ... 10

3.2. Bahan dan Alat ... 10

3.3. Metodologi ... 10

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 11

3.5. Parameter Pengamatan ... 13

3.6. Analisis Data ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Tinggi Tanaman ... 15

4.2 Diameter Batang ... 17

4.3 Umur Muncul Bunga ... 18

4.4 Jumlah Buah Per Sampel ... 19

4.5. Bobot Buah Per Sampel ... 20

V. PENUTUP. ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran…. ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN ... 28

(14)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1. Analisis Sidik Ragam RAL……… ... 14 4.1. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit dengan Menggantikan

Dosis Dolomit dengan Abu Janjang pada Berbagai Komposisi ... 15 4.2. Rerata Diameter Batang Cabai Rawit dengan Menggantikan

Dosis Dolomit dengan Abu Janjang pada Berbagai Komposisi ... 17 4.3. Rerata Umur Muncul Bunga Cabai Rawit dengan Menggantikan

Dosis Dolomit dengan Abu Janjang pada Berbagai Komposisi ... 18 4.4. Rerata Jumlah Buah Per Sampel Cabai Rawit dengan

Menggantikan Dosis Dolomit dengan Abu Janjang pada

Berbagai Komposisi ... 19 4.5. Rerata Bobot Buah Per Sampel Cabai Rawit dengan

Menggantikan Dosis Dolomit dengan Abu Janjang pada

Berbagai Komposisi ... 21

(15)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)……… 5 2.2. Abu Janjang Kelapa Sawit……….. 8 2.3. Kapur Dolomit……….... 9

(16)

vii DAFTAR SINGKATAN

AJKS Abu Janjang Kelapa Sawit HST Hari Setelah Tanam

HPT Hari Pindah Tanam KAPTAN Kapur pertanian

MDPL Meter diatas Permukaan Laut MOP Muriate Of Potash

pH Pontesian hindrogen

TKKS Tandan Kosong Kelapa Sawit RAL Rancangan Acak Lengkap

SDA Sumber Daya Alam

(17)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Deskripsi Cabai Rawit ...

2. Layout Penelitian RAL ...

3. Perhitungan Dosis ...

4. Dokumentasi Penelitian ...

5. Hasil Analisis Data dan Uji Lanjut ...

28 30 31 33 35

(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman cabai rawit dikenal dengan nama latin Capsicum frustescens L, merupakan salah satu kelompok tanaman hortikultura, kelompok sayuran yang diperlukan dan dibutuhkan masyarakat. Komoditas cabai memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena permintaan cabai yang meningkat setiap tahunnya, terutama pada perayaan hari-hari besar keagamaan di Indonesia. Salah satu diantaranya yang memiliki permintaan pasar yang tinggi di Indonesia adalah spesies cabai jenis cabai rawit karena banyaknya variasi jenis dan menu masakan yang memanfaatkan cabai rawit sebagai bahan penambah rasa (Fatahllah, 2017). Buah cabai rawit selain digunakan untuk keperluan rumah tangga sebagai penyedap dan pelengkap beberapa menu masakan, juga terdapat riboflavin (vitamin B2) dan 360 mg Vitamin C (Rahman, 2010).

Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan industri pengolahan di Indonesia, mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap tanaman cabai rawit tersebut. Berdasarkan data yang di dapatkan dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, total konsumsi cabai rawit di Indonesia semakin meningkat pada setiap tahunnya. Pada tahun 2018 jumlah konsumsi cabai rawit sebesar 1,43 kg/kapita, dan pada tahun 2019 jumlah konsumsi cabai rawit meningkat menjadi 1,46 kg/kapita. Meningkatnya jumlah konsumsi cabai rawit yang cukup tinggi setiap tahunnya menunjukkan kebutuhan cabai rawit di dalam negeri semakin banyak dan memerlukan produksi yang lebih tinggi.

Wilayah Provinsi Riau produksi cabai rawit mengalami penurunan.

Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pekanbaru (2019), produksi cabai rawit di Riau mengalami penurunan produksi dari 12.691 ton tahun 2019 menjadi 8.120 ton tahun 2018. Faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas cabai rawit di berbagai daerah di Riau adalah kondisi lahan yang kurang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit. Lahan di provinsi Riau sebagian merupakan tanah marginal (tahan sub optimal) potensial untuk pertanian, tetapi secara alami kesuburan tanah merginal ini tergolong rendah yang ditunjukkan oleh kemasaman yang tinggi, ketersediaan

(19)

2 hara rendah, kejenuhan dan basa-basa dapat dipertukarkan rendah, didominasi tanah Inceptisol, Ultisol dan gambut (Suharta, 2010). Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman cabai rawit pada tanah masam perlu dilakukan beberapa perbaikan seperti perbaikan tanah agar hara dalam tanah tetap tersedia dalam keseimbangan, maka salah satu langkah adalah dengan pemberian kapur pertanian untuk menurunkan kemasaman tanah dan pemberian pupuk untuk menambah unsur hara tanah.

Menurut penelitian Kusumasari (2017), pemberian dolomit dengan dosis 100 g/tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah dan bobot pertanaman pada cabai. Akan tetapi sumber bahan baku kapur dolomit merupakan sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) sehingga dibutuhkan bahan alternatif lain yang memiliki kandungan yang mendekati kandungan kapur dolomit. Salah satu alternatif yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Abu Janjang Kelapa Sawit (AJKS) sebagai amelioran.

Perlakuan pemberian amelioran diharapkan dapat memperbaiki pH tanah, meningkatkan ketersediaan hara dan meningkatkan kemampuan absorpsi tanah.

Penggunaan abu janjang kelapa sawit sebagai bahan amelioran selain dapat mengurangi degradasi hara juga dapat menyuplai hara. Abu janjang kelapa sawit memiliki komposisi yang lebih lengkap daripada kapur, mengandung unsur hara makro dan mikro, memiliki daya penetralan terhadap kemasaman 40% setara dengan kapur atau CaCO3 (Subiksa et al., 1995). Menurut Nainggolan (1992), abu janjang kelapa sawit mengandung Silika (SiO2) 3,33 %; Calcium Oksida (CaO) 5,85 %; Magnesium Oksida (MgO) 2,63 %; Alumunium Oksida (Al2O3) 4,71%, Feri Oksida (Fe2O3) 18,34 %, Sulfur TriOksida (SO3) 3,0 %, Natrium Oksida (Na2O) 1,8 %, Kalium Oksida (K2O) 27,26 %. Menurut Hanibal et al. (2001) abu janjang sawit mengandung unsur hara N-Total 0,05 %, P2O5 4,79 %, K2O 36,48%; MgO 2,63 %, CaO 5,46 %, Mn 1,230 ppm, Fe3 450 ppm, Cu 183 ppm, Zn 28 ppm dan pH 11,9 - 12,0.

Abu janjang kelapa sawit juga memiliki sifat mudah larut di dalam tanah, sehingga mampu meningkatkan serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman.

Abu janjang kelapa sawit juga berfungsi meningkatkan proses fotosintesis,

(20)

3 resistensi terhadap hama penyakit sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas produksi tanaman cabai rawit. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan hasil produksi, maka ketersediaan unsur hara perlu ditingkatkan melalui perbaikan kondisi tanah dengan cara pemupukan (Hayati dan Rizal, 2010).

Pemupukan merupakan salah satu tindakan penting dalam budaya tanaman, karena pupuk berfungsi sebagai penyedia unsur hara yang sangat di butuhkan tanaman untuk mempertahankan hidup. Tindakan pemupukan ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan cara menambahkan pupuk kimia atau bahan organik ke dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sarief, 2005).

Menurut penelitian Prasetyo (2009), pemberian takaran abu janjang kelapa sawit semakin tinggi maka peningkatan pH, kadar K dan Na tanah semakin besar.

Peningkatan tertinggi pada pemberian 1.000 kg/ha pada lahah gambut.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul "Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Substitusi Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescents L.)"

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis abu janjang kelapa sawit terbaik sebagai substitusi kapur terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan panduan tentang pupuk abu janjang kelapa sawit merupakan alternatif sebagai substitusi kapur pertanian pada tanaman cabai rawit.

1.4. Hipotesis

Pemberian abu janjang kelapa sawit dengan dosis tertinggi (100% AJKS/

polibag) memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit yang terbaik.

(21)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Tanaman cabai rawit adalah salah satu tanaman yang merupakan tumbuhan yang berasal dari genus Capsicum. Tanaman cabai rawit tumbuh subur di Indonesia khususnya pada daerah tropis maupun subtropis. Menurut Warisno dan Dahana (2010), tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae, Divisi : Magnoliophyta, kelas : Magnoliophyta, Subkelas Asteridea, Ordo : Solanales, Famili : Sol anaceae, Genus : Capsicum, Spesies: Capsicum frutecesns L. Tanaman cabai rawit tergolong dalam family terung-terungan (Solanaceae) (Wiryanta, 2005).

Cabai rawit berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia, tetapi sudah tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia (Cahyono, 2003).

Gambar 2.1. Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensL.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

2.2. Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit berbentuk perdu yang berkayu ataupun perdu.

Menurut Haryanto (2009), menyatakan bahwa diantara jenis cabai lainnya hanya cabai rawit yang tergolong tanaman yang berumur paling panjang, hingga mencapai tahunan sehingga dapat dikategorikan sebagai tanaman tahunan.

Akar (radix), tanaman cabai rawit mempunyai sistem perakaran akar tunggang yang tumbuh lurus kepusat bumi yang berwarna putih berdekatan dengan permukaan tanah serta akar serabut yang tumbuh tersebar ke samping. Di akar terdapat bintil–bintil kecil yang berfungsi untuk mencari sumber makanan dengan menyerap unsur hara dari tanah (Rukmana, 2004).

(22)

5 Batang (caulis), tanaman cabai rawit mempunyai batang yang tumbuh tegak sebagai tempat keluarnya cabang tunas, daun, bunga dan buah. Tanaman cabai rawit yang memasuki stadium muda kulit batang berwarna hijau sedangkan stadium tua (dewasa) barubah menjadi kecoklat – coklatan. Batang cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian antara 30 – 45 (Rukmana, 2004).

Cabang (ramus), tipe percabangan tanaman cabai rawit tegak atau tersebar dengan karakteristik yang berbeda – bada tergantung dari spesiesnya. Cabang terdiri atas cabang biasa, ranting (ramulus), dan cabang wiwilan atau tunas liar.

Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30 - 45 cm (Rukmana, 2004).

Daun (folium), daun tanaman cabai rawit terbentuk bulat dengan ujung runcing serta tidak bergerigi. Daun cabai rawit berwarna hijau muda sampai hijau gelap. Daun cabai mempunyai tulang menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang (cabang). Jumlah daun cabai rawit cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun. Panjang daun antara 1,5 – 10 cm dan lebarnya antara 0,5 – 5 cm (Tindall, 1983).

Bunga (flos), bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna putih. Struktur bunga mempunya 5-6 helai dengan lebar mahkota 50-90 cm, 5 helai daun bunga, 1 putik (stigma) dengan kepala putik berbentuk bulat, 5-8 halai benang sari dengan kepala sari berbentuk lonjong dan berwarna biru keungu-unguan. Tepung sari berbentuk lonjong, terdiri atas tiga segman, berwarna kuning mengilap. Dalam satu kotak sari berkembang 11.000-18.000 butir tepung sari. Penyerbukan bunganya termasuk penyerbukan sendiri (selpollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang. Penyerbukan silang dilapangan di lakukan oleh serangga dan angin (Soenardjo, 2015).

Buah (fructus), buah tanaman cabai rawit adalah salah satu buah yang menghasilkan rasa pedas. Buah cabai rawit umumnya berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/ membentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya. Panjang rata – rata buah cabai rawit berkisar 1,5 – 2,5 cm. Buah cabai

(23)

6 rawit pada saat muda berwarna hijau/putih. Sedangkan yang telah masak berwarna merah menyala (Tjandra, 2011).

Biji (semen), biji cabai rawit berwarna kuning padi melekat didalam buah pada papan biji (placenta). Biji cabai rawit terdiri atas tali pusat, inti biji, dan kulit biji (Rukmana, 2004).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) adalah salah satu tanaman yang tumbuh serta berkembang di daerah tropis maupun subtropis. Cabai rawit sangat cocok ditanam pada dataran rendah dengan ketinggian 200-500 meter diatas permukaan laut (dpl) (Haryanto, 2009). Menurut Rukmana (2004), berdasarkan ketinggian tempatnya, tanaman cabai rawit dapat dibudidayakan di Indonesia atas tiga daerah, yaitu dataran rendah (0 – 200 m), dataran menengah (201-700 m) dan dataran tinggi (≥ 700m. Selain memperhatikan lokasi ataupun tempat yang cocok untuk dilakukan budidaya tanaman cabai rawit, adapun syarat- syarat yang harus diperhatikan agar tanaman tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal (Setiadi, 2005).

a. Keadaan iklim

Menurut Rukmana (2004), faktor iklim dapat mempengaruhi produksi dan pertumbuhan cabai rawit pada suhu udara, sinar matahari, kelembapan dan curah hujan. Tanaman cabai rawit dapat tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai kisaran suhu udara antara 18oC – 27oC. Pertumbuhan dan pembungaan cabai rawit membutuhkan suhu udara antara 21oC – 27oC dan suhu untuk pembuahan antara 15,5oC – 21oC.

Curah hujan dan kelembapan yang terlalu tinggi, serta iklim yang basah sangat buruk bagi tanaman cabai rawit. Hal ini dikarenakan apabila keadaan tanaman tersebut akan mudah terserang penyakit dan hama. Menurut Rukmana (2004), tanaman cabai rawit dapat dibudidayakan di Indonesia dengan tiga daerah yaitu daratan rendah (0 m -200 mdpl), daratan tengah (201 m – 700 mdpl ) dan daratan tinggi (lebih dari 700 mdpl). Faktor lokasi sangat mempengaruhi dalam produksi tanaman cabai rawit. Daerah yang cocok untuk penanaman adalah pada

(24)

7 curah hujan 1000-3000 mm/tahun dan pada ketinggian (0-500 mdpl) (Sarpian, 2003).

b. Air

Air sangat penting bagi tanaman yang berfungsi sebagai nutrisi dalam tanah pada akar tanaman, mengangkut hasil fotosintesis dari daun kesuluruh tanaman. Peranan pun cukup penting dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) tanaman dan proses pernafasan (respirasi). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan mati. Ketersediaan air sebagai pertimbangan untuk menentukan saat tanam yang paling baik (Rukmana, 2004).

c. pH Tanah

Tempat tumbuh bagi tanaman yang kaya akan pupuk organik. Derajat keasaman tanah kisaran 6,0– 7,0, yang lebih bagus netral pada pH tanahnya 6,5.

Tanah di Indonesia mayoritas tergolong asam untuk menetralkan pH tanah ditambahkan dengan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis), untuk dapat menurunkan pH dengan penambahan belerang (S) (Prajinanta, 1999).

Menurut penelitian Gardner (1991), pH tanah sebagai faktor utama yang mempengaruhi ketersedian nutrien pada tanaman. Nutrien tanaman kebanyakan mempunyai nilai pH antara 6,0– 7,0.

d. Intensitas Cahaya

Cahaya sangatlah penting dalam pertumbuhan bibit sampai bereproduksi.

Intensitas cahaya yang tinggi dengan waktu yang lama dapat mempercepat pembungaan dan pematangan buah. Tanaman cabai rawit akan tumbuh dengan baik saat kisaran cahaya dengan panjang gelombang 400-700 nm (Purwono, 2003).

2.4. Abu Janjang Kelapa Sawit

Abu janjang kelapa sawit merupakan salah satu limbah janjang kosong kelapa sawit, abu janjang kelapa sawit adalah hasil pengabuan secara perlahan – lahan dari janjang kosong kelapa sawit di dalam incinerator. Janjang kosong kelapa sawit yang sudah diabukan dapat di manfaatkan untuk menetralisir keasaman dan meningkatkan pH tanah (Kustiawan., 2014).

(25)

8 Gambar 2.2. Abu Janjang Kelapa Sawit

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Abu janjang kelapa sawit juga meningkatkan proses fotosintesis, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Abu janjang kelapa sawit digunakan karena memang sudah diketahui cukup berpengaruh baik terhadap tanah maupun tanaman karena terbukti dapat memperbaiki hampir semua sifat kesuburan tanah mulai dari asfek biologi, kimia, dan fisika tanahnya (Lumbanraja, 2009).

Abu janjang kelapa sawit mempunyai kandungan hara kalium (K) yang tinggi hasil analisis laboratorium, menunjukkan bahwa abu janjang mengandung hara kalium (K) dan natrium (Na) yang cukup tinggi,yang masing – masing sebesar 30% K2O dan 26% Na2O. Ditambahkan oleh Sandra (1998), abu janjang juga mengandung hara makro lainnya yaitu, 4,74% P2O5, 1,68% MgO, 5,63%

CaO dan unsur mikro yaitu 1.2000 ppm Mn, 139 ppm Cu, 125 ppm B, dan 300ppm Zn, 4400 ppm Cl.

Berdasarkan kandungan basa-basa kation yang tinggi, nampaknya ada kemungkinan besar bahwa abu janjang kelapa sawit dapat menggantikan kapur pertanian. Bahkan pengaruhnya terhadap tanah dan tanaman akan jauh lebih baik karena di dalam abu janjang kelapa sawit juga mengandung unsur hara makro dan hara mikro lainnya. Selain itu, abu janjang kelapa sawit bersifat sangat alkalis, sehingga diduga akan dapat menaikkan pH tahan gambut. Kandungan Na yang sangat tinggi dapat menetralkan asam-asam organik meracun seperti asam-asam karboksilat (asam asetat, asam butirat, asam propionate, asam suksinat) dan asam- asam fenolat (p-hidroksibenzoat, p-kumarat, ferulat, sinapat, siringat (Prasetyo, 1996).

(26)

9 2.5. Kapur Pertanian (Dolomit)

Kaptan atau kapur pertanian adalah kondisioner tanah untuk menurunkan derajat keasaman yang terbuat dari batuan kapur telah diolah atau dihancurkan terlebih dahulu menjadi debu atau kadang disebut juga kapur dolomit.

Gambar 2.2. Kapur Dolomit (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Cara kerja kapur pertanian adalah dengan melarutkan serta melepaskan zatnya yang menurunkan keasaman tanah. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan Al. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat juga diberikan dolomit, walaupun pemberian dengan kapur dolomit selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar kandungan Ca dan kejenuhan basa (Prasetyo, dkk., 2006).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah kondisi tanah yang subur agar pertumbuhan tanaman dapat optimal.

Namun kondisi tanah yang asam akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi layu maupun mati, tanah yang asam dapat diperbaiki dengan pemberian dolomit yang berfungsi untuk menaikkan pH tanah, sehingga jika tanaman tumbuh pada tanah yang asam dan tidak sesuai dengan pH yang dibutuhkan untuk hidup maka tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dengan optimal dan bisa mati, oleh karena itu harus diberikan kapur dolomit. Kapur dolomit sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca2+

tersedianya Ca2+ dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik (Lestari, dkk., 2009).

(27)

10 III. MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, pada Bulan Januari sampai April 2022.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan yaitu abu janjang kelapa sawit, dolomit, tanah gambut, dan benih cabai rawit varietas dewata F1. Alat yang digunakan yaitu polybag berukuran 35x35 cm, cangkul, parang, bambu, timbangan, jangka sorong, pisau, nampan, ember, gembor, meteran, kertas label, tali rafia dan peralatan budidaya lainnya.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara percobaan polybag dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu, menggantikan dosis dolomit dengan abu janjang kelapa sawit pada berbagai komposisi. Perlakuan terdiri dari 5 taraf komposisi abu janjang kelapa sawit + dolomit :

P0 = 100% AJKS

P1 = (75% AJKS + 25% dolomit) P2 = (50% AJKS + 50% dolomit) P3 = (25% AJKS + 75% dolomit) P4 = (100% dolomit)

Perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga didapatkan 25 unit percobaan. Perlakuan yang dimaksud yaitu: P0 = 8 ton/ha AJKS setara dengan 200g/polybag, P1= 7 ton/ha AJKS setara dengan 150g/polybag + 25g dolomit/polybag, P2 = 6 ton/ha AJKS setara dengan 100g/polybag + 50g dolomit/polybag, P3 = 5 ton/ha AJKS setara dengan 50g/polybag + 75g dolomite/polybag, P4 = 4 ton/ha dolomit setara dengan 100g dolomit/polybag.

Setiap 100g dolomit terdapat 40g CaCO3 setara dengan 200g AJKS.

(28)

11 3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persiapan alat dan bahan tanam

Alat dan bahan tanam yang digunakan yaitu tempat untuk penanaman cabai rawit menggunakan polybag yang berukuran 35x35 cm. Benih cabai rawit yang digunakan adalah benih yang dibeli di toko pertanian yang menyiapkan benih cabai rawit varietas dewata F1 karena varietas yang di gunakan tersebut adalah varietas unggul. Benih unggul mempunyai ciri fisik yaitu bentuk, ukuran dan warna harus seragam, permukaan kulitnya bersih, tidak keriput dan tidak cacat serta kulitnya berwarna cerah.

3.4.2. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah gambut yang dicampur dengan abu janjang kelapa sawit dan dolomit kemudian dimasukkan kedalam polybag dan disesuaikan dengan level pemberian 200g AJKS, 150g AJKS + 25g dolomit, 100g AJKS + 50g dolomit, 50g AJKS + 75g dolomit, dan 100g dolomit. Tiap-tiap perlakuan dilakukan dengan 5 kali ulangan.

3.4.3. Penyemaian Benih

Benih cabai yang disemai direndam dengan air hangat dengan suhu (43°C) bertujuan untuk mempercepat pengecambahan benih, selain itu untuk memisahkan benih yang terendam dan benih yang terapung. Benih yang terendam diambil dan benih yang terapung dibuang karena benih yang terapung tidak disarankan untuk disemai.

Media semai yang digunakan adalah berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Media semai diisi ke dalam nampan sampai batas 1 cm dari permukaan. Benih cabai rawit ditanam dengan kedalaman lubang sedalam 0,5 cm, kemudian lubang ditutup kembali tipis - tipis dengan media. 1 lubang nampan/tray diisi 1 benih cabai rawit, kemudian media disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung agar pertumbuhan benih cabai rawit cepat tumbuh.

3.4.4. Penanaman

Penanaman dilakukan pada sore hari dengan memindahkan bibit cabai yang telah berumur 4 minggu setelah semai. Bibit yang ditanam diseleksi terlebih

(29)

12 dahulu, hanya bibit yang tegak dan baik saja yang ditanam. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada polybag sedalam kurang lebih 5 cm dengan menggunakan tugal. Setelah bibit ditanam bibit diberikan naungan agar pertumbuhannya cabai rawit tidak terganggu karena terpapar pencahayaan sinar matahari secara langsung.

3.4.5. Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore hari, penyiraman dilakukan sampai keadaan media lembab. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca jika tanah dalam keadaan lembab maka tidak di perlukan penyiranaman.

b. Penyiangan Gulma

Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh didalam polybag dan disekitar lahan penelitian.

c. Penyulaman

Penyulaman dilakukan bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Bibit sulaman yang digunakan adalah dengan bibit sulaman yang berumur sama dan pertumbuhannya baik.

d. Pemupukan

Pupuk yang diberikan untuk tanaman cabai rawit adalah pupuk susulan pupuk majemuk NPK 16:16:16 diberikan ke media tanam dengan dosis 5 g/polybag yang diberikan setiap minggu sejak tanaman berumur 7 hari setelah pindah tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara di kocor sebanyak 10 g/liter kemudian disiramkan ketanaman sebanyak 200 ml pada setiap tanaman.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian dilakukan dua minggu sekali, bertujuan untuk pencegahan serangan hama dan penyakit dengan cara penyemprotan insektisida yang berbahan aktif abamectin 20 g/l dan imidakloprid 5 g/l dengan merek dagang nestor 25 EC dengan dosis 0,5 ml/l air, penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari.

(30)

13 3.4.5. Panen

Pemanenan dilakukan pada umur 65 hari setelah pindah tanam dengan kriteria panen cabai rawit berwarna orange kemerahan dan permukaan kulit buah halus mengkilap. Waktu panen dilakukan pada sore hari.

3.5. Parameter Pengamatan 3.5.1. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman cabai rawit dimulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan dari minggu ke-4 setelah tanam sampai minggu ke-7 dengan interval 1 minggu sekali.

3.5.2. Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang dengan cara mengukur lingkaran batang dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan dari minggu ke-4 setelah tanam sampai minggu ke 7 dengan interval 1 minggu sekali.

3.5.3. Umur muncul bunga (HST)

Pengamatan dilakukan pada saat awal pindah tanam hingga mulai muncul bunga pertama.

3.5.4. Jumlah buah per tanaman (buah)

Jumlah buah per tanaman diperoleh dengan menghitung jumlah buah saat panen pada setiap tanaman. Pengamatan ini dilakukan ketika waktu proses pemanenan. Pemanenan di lakukan 2 kali panen.

3.5.5. Bobot buah per tanaman (g)

Berat buah per tanaman diperoleh dengan menimbang berat buah pada saat panen. Penimbangan bobot basah dilakukan pada keseluruhan buah yang terdapat pada setiap tanaman dengan satuan gram dengan menggunakan timbangan analitik.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap parameter akan dianalisis keragamannya antar perlakuan dengan Anova solfware SAS (Statistical Analysis System) 9.1.

(31)

14 Jika terdapat perbedaan diantara perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf 5% (Sastrosupadi, 2000). Model matematik yang digunakan yaitu : Yuj = μ + Tu + εuj ; i = 1,2, .... t

j = 1,2, .... r Keterangan :

Yuj = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah umum

Tu = Pengaruh perlakuan ke-i

εuj = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data analisis akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam ANOVA (Analisis Of Variance).

Tabel 3.1. Analisis Sidik Ragam Sumber

keragaman

Derajat bebas (DB)

Jumlah Kuadran JK

Kuadran Tengah KT

F Hitung

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG

Galat (tr-1) – (t-1) JKG KTG

Total (tr-1) JKT

Selanjutnya bila hasil sidik ragam menunjukan pengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α = 5 %. Rumus uji lanjut DMRT adalah sebagai berikut :

Rp= rα, p, v √KTG / r Keterangan :

KTG : Kuadran tengah galat r : Banyaknya ulangan

rα, p, v : Nilai wilayah nyata duncan α : Taraf nyata

p : Jarak (2,3,..t) v : Derajat bebas

(32)

23 V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian abu janjang kelapa sawit dan dolomit dengan dosis 75% abu janjang kelapa sawit + 25% dolomit merupakan dosis terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini adalah pemberian abu janjang kelapa sawit sebagai substitusi dolomit dapat dilakukan dengan pelakuan 75% abu janjang kelapa sawit + 25% dolomit untuk budidaya tanaman cabai rawit.

(33)

24 DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 80 hal.

Basir, M., P, Widowati., dan Ruslaini. 2003. Analisis Kebijakan Strategi Dalam Mendukung Sistem Pertanian Organik. Jurnal Pengkajian dan Perkembanga Teknologi Pertanian, 22(4): 7-14.

Bastani, Sepindjung. 2020. Pengaruh Kapur Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanama Cabai Merah. Karya ilmiah. http://www.univ- tridinanti.ac.id/karyailmiadosen/berkas/pdf. Diakses 2 Agustus 2021.

Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit. Kanisius. Yogyakarta. 74 hal.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Pekanbaru. 2019. Laporan Angka Sementara (ASEM) Sayur-Sayuran 2018 Tahun 2019 Provinsi Riau. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pekanbaru.

Dwidjoseputro. 2002. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. 230 hal.

Efrianti, Y. 2018. Pengaruh Kompos Serasah Jagung dan Frekuensi Pemupukan NPK Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) Pada Media Gambut. Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Fatahillah. 2017. Uji Penambahan Berbagai Dosis Vermikompos Cacing (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal Biotek, 5(2): 191-204.

Fitriyawan, P. 2022. Respons Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Terhadap Perbedaan Dosis Abu Janjang Kelapa Sawit. Dissertation. Universitas Jambi.

Fransiscus. 2006. Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Skripsi. FP-Unri, Pekanbaru.

Gardner, F. P. R. B. Pear., dan F.L. Mitaheel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Jakarta. Universita Indonesia. Terjemahan dari Herawati Susilo dan Subianto. 428 hal.

Handajaningsih, M., dan., T. Wibisono. 2009. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan dengan Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Sumber Kalium. J. Akta Agrosia, 12(1): 8-14.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo.

Jakarta. 288 hal.

Haryoto. 2009. Bertanam Cabai Rawit dalam Pot. Kanisius. Yogyakarta. 48 hal.

Hayati, E. M., dan F. Rizal. 2010. Pengaruh Jenis Pupuk Organic dan Varietas Terhadap Partumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum

(34)

25 annum L.). Jurnal Floratek, 7(2): 11-18.

Indra, Intan Sari dan Yoyon Riono. 2022. Pengaruh Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap Produksi Bawang Merah (Allium Ascolanicum L.) Di Tanah Gambut. Jurnal Agro Indragiri, 9(1): 8-21.

Kustiawan, N., S. Zahrah, dan Maizar. 2014. Pemberian Pupuk P dan Abu Janjang Kelapa Sawit Pada Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Jurnal RAT, 3(1): 397-408.

Kusumasari, A. 2017. Formula Pemberian Kapur Dolomit dan Kompos Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Skripsi. Universitas Nusantara PGRI. Kediri.

Lestari, Y., Noor, M, dan Pangaribuan. E. B. 2009. Pemberian Dolomit dan Unsur Cu, Zn Pada Cabai Merah (Capsicum annum L.) Di Lahan Gambut. Jurnal Balai Penelitian pertanian, 303-317.

Lakitan, B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagafindo Persada, Jakarta.

222 hal.

Lumbanraja, P. 2009. Pengaruh Pemberian Abu Janjang Sawit dan Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Kimiatanah, Pertumbuhan dan Ukuran Biji Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Var. Wilis pada tanah ultisol Simalingkar. Jurnal Darma Agung, 14: 62-69.

Marpaung, R. 2018. Pengaruh Abu Janjang Kelapa Sawit dan Pupuk grand K Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Produksi Tanaman Bawang Dayak (Eleuherine palmifolia L. Merr). Skripsi. Program Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Mistaruswan. 2014. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).

Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat.

Nainggolan. 1992. Analisa Komponen Kimia Dari Abu Janjang Kelapa Sawit.

Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Peneber Swadaya. Jakarta. 412 hal.

Panjaitan, A., Sugijono, dan H. Sirait. 2003. Pengaruh Abu Janjang Kelapa Sawit Terhadap Keasaman Tanah Podsolik, Regosol Dan Aluvial. Buletin Balai Penelitian Perkebunan Medan, 14(3): 87-95.

Prajinanta. 1999. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.

Prasetyo, T. B. 1996. Perilaku Asam-Asam Organik Meracun Pada Tanah Gambut Yang Diberi Garam Na dan Beberapa Unsur Mikro Cu Dalam Kaitannya dengan Hasil Padi. Disertasi. PPS IPB. Bogor.

(35)

26 Prasetyo, T. B. Dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Litbang Pertanian, 2(25): 39-46.

Prasetyo, T. B. 2009. Pemanfaatan Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Sumber K Pada Tanah Gambut dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Jagung. J.

Solum, 6(2): 95-100.

Pratama, G. V. 2020. Pengaruh Pemberian Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescent L.). Dissertation. Universitas Jambi. Jambi.

Purwono. 2003. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hal.

Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabe Rawit dengan Polybag. Edisi I. Ofside. Yogyakarta. 126 hal.

Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara.

Jakarta. 234 hal.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta. 219 hal.

Rukmana, R. 2004. Usaha Tani Cabai Rawit, Kanisius. Jakarta. 90 hal.

Sandra. J. 1998. Pengaruh Abu Janjang Kelapa Sawit dan Pupuk KCL Terhadap Ketersediaan dan Serapan K Tanaman Kacang Tanah Pada Ultisol Limau Manis. Skripsi. Faperta Unand. Padang.

Sari, Angri. 2020. Manfaat Penting Dolomit dalam Meningkatkan Produksi Pangan. https://m.sariagri.idpertanian/57070/manfaat-penting-dolomit- dalam-meningkatkan -produksi-pangan. Laporan Penelitian, Diakses selasa 2 Agustus 2021.

Sarief, E. S. 2005. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

Bandung. 34 hal.

Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanasius.

Yogyakarta. 275 hal.

Sarpian. 2003. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hal.

Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 Hal.

Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 27(6): 13- 15.

Soenardjo. 2015. Bertanam Cabai Ada Musim Hujan. Agromedia Pustaka.

Jakarta. 92 hal.

Subatra, K. 2013. Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk N dan P Terhadap Ketersediaan N, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Di Musim Tanam Kedua Pada Tanah Gambut. Journal of Suboptimal Lands, 2(2): 159-169.

(36)

27 Subiksa, I. G. M., Nugroho. K. Sholeh, dan Widjaja Adhil. P. G. 1995. The Effect Of Ameliorants On The Chemical Properties And Productipity Of Peat Soil. In Rieley And Page (Eds) Biodiversity And Sustainability Of Tropical Peatland.Proceedings Of The International Symposiumon Biodiversity, Environmental Importance And Sustainability Of Tropical Peats And Peatlands. Palangkaraya.

Suharta, N. 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal Dari Batuan Sedimen Masam Di Kalimantan. Jurnal Litbang Pertanian Bogor, 29(4):

139-146.

Suratman., Haryadi. dan Sukarman. 2013. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Gambut Menggunakan Amelioran Tanah Mineral Pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah. Tesis. Paskaserjana IPB. Bogor.

Suriatna, S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediyatama Sarana. Jakarta. 62 hal.

Suryana, N. K. 2008. Pengaruh Naungan dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Paprika (Capsicum annum var.

grossum). J. Agrisains, 9(2): 89-95.

Syafruddin. 2013. Takaran Pupuk N, P, K dan S Tanaman Jagung Pada Beberapa Jenis Tanah di Sulawesi. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 285-290.

Tindal, H. D. 1983. Vegetables In The Tropics. Macmillan, London. 533 p.

Tjandra, E. 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Cahaya Atma Pustaka.

Yogyakarta. 98 hal.

Utomo, S., Sudarsono, B. Rusman, T. Sabrina, J. Lumbanaraja, dan Wawan.

2015. Ilmu Tanah Dasar-Dasar Dan Pengolahan. Kencana Prenada Media Gruop. 433 hal.

Warisno., dan K, Dahana. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 124 hal.

Widawati, S., dan S. A. Kanti. 2000. Pengaruh Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Efektif dan Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/2772/2773. pdf. Diakses 30 Maret 2021.

Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.).

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualita Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 269 hal.

Wiryanta, W. T., dan Bernardinus. 2005. Bertanam Cabai Pada Musin Hujan.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 165 hal.

(37)

28 Lampiran 1. Deskripsi Cabai Rawit Hibrida Varietas Dewata F1

Asal : PT. East West Seed Indonesia Silsilah : 3045 (F) x 3045 (M)

Golongan varietas : Hibrida silang tunggal Tinggi tanaman : ± 50 cm

Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam Umur mulai panen : 65 panen hari setelah tanam Kerapatan kanopi : Kompak

Warna batang : Hijau Bentuk daun : Oval

Tepi daun : Rata/tidak bergerigi Ujung daun : Lancip

Permukaan daun : Rata/tidak bergelombang

Ukuran daun : Panjang ± 4,5 cm; lebar ± 2,0 cm Warna duan : Hijau

Warna kelopak bunga : Hijau Warna tangkai bunga : Hijau Warna mahkota bunga : Putih Jumlah helai mahkota : 5-6 helai Warna kotaksari : Biru keunguan Jumlah kotaksari : 5-6 cm

Warna kepala putik : Kuning Bentuk buah : Bulat panjang

Ukuran buah : Panjang ± 4,6 cm; diameter ± 0,8 cm Permukaan kulit buah : Halus mengkilap

Tebal kulit buah : ± 1 mm Warna buah muda : Putih

Warna buah tua : Oranye-merah Jumlah buah per pohon : ± 389 buah Berat per buah : ± 1,8 g Berat buah per tanaman : ± 700 g Berat 1.000 biji : 4,8-5,2 g

(38)

29

Rasa buah : Pedas

Hasil : ± 14,0 ton/ha

Keterangan : Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 10 1.300 m dpl.

Pengusul / Peneliti : Asep Herpenas (PT. East West SeedIndonesia)

(39)

30 Lampiran 2. Layout Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Keterangan :

U1, U2,… U5 = Ulangan P0 = 100% AJKS

P1 = (75% AJKS + 25% dolomit) P2 = (50% AJKS + 50% dolomit) P3 = (25% AJKS + 75% dolomit) P4 = (100% dolomit)

P3U1 50 cm P3U5 P1U5 P4U4

T

U

B

S

P2U4

P1U3

P2U5 P1U2 P3U4 P0U4

P2U2 P4U3 P3U4 P4U5 P2U4

P3U2 P0U3 P0U5 P4U1 P0U2

P0U1 P1U1 P2U3 P4U2 P1U4

50 cm

(40)

31 Lampiran 3. Perhitungan Dosis

1. Abu Janjang Kelapa Sawit Diketahui: 1 ha = 10.000 m2

1 kg = 1.000 g 1 ton = 1.000 kg

Jarak tanam = 50 x 50 cm

Dosis AJKS = 8.000.000 g (8 ton/ha)

Jumlah populasi =

=

= 40.000 tanaman/ha Jumlah populasi =

= 200 g/polybag 2. Dolomit

Diketahui: pH tanah= 4,5 pH Optimum Cabai= 6,5 Dosis Dolomit + 1= 2 ton/ha

Jumlah Dolomit yang diperlukan: 6,5 - 4,5= 2 x 2 ton= 4 ton/ha Diketahui: 1 ha = 10.000 m2

1 kg = 1.000 g 1 ton = 1.000 kg

Jarak tanam = 50 x 50 cm

Dosis Dolomit = 4.000.000 g (4 ton/ha) Jumlah populasi =

=

= 40.000 tanaman/ha Jumlah populasi =

= 100 g/polybag

(41)

32 3. NPK 16:16:16

Diketahui: 1 ha = 10.000 m2 1 kg = 1.000 g 1 ton = 1.000 kg

Jarak tanam = 50 x 50 cm

Dosis pupuk NPK 16:16:16 = 200.000 g (200 kg/ha) Jumlah populasi =

=

= 40.000 tanaman/ha Jumlah populasi =

= 5 g/polybag

(42)

33 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Perendaman Biji Cabai Rawit Penyemaian Cabai Rawit

Persiapan Lahan Penelitian Lahan Penelitian

Penimbangan AJKS Pemberian Perlakuan

(43)

34

Pindah Tanam Cabai Rawit Hama Kutu Kebul

Bunga Cabai Rawit Panen

Bobot Buah Cabai Rawit Nilai pH Media Tanam

(44)

35 Lampiran 5. Hasil Analisis Data dan Uji Lanjut

1. Tinggi Tanaman (cm) Dependent Variabel Tinggi Tanaman

Source DF Sum Of Squares Mean Squaer F Value Pr > F

Model 4 180,4024000 45,1006000 7,45 0,0008

Error 20 121,0360000 6,0518000 Corrected Total 24 301,4384000

R-Square Coeff Var Root MSE TT Mean 0.598472 9.108563 2.460041 27.00800

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 4 180.4024000 45.1006000 7.45 0.0008 The SAS System The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for TT

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 6.0518

Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 3.245 3.407 3.509 3.581

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 30.920 5 p1 A

B A 29.060 5 p0 B

B C 26.760 5 p4 C

C 24.440 5 p2 C

C 23.860 5 p3

(45)

36 2. Diameter Batang

Dependent Variabel Diameter Batang

Source DF Sum Of Squares Mean Squaer F Value Pr > F

Model 4 0,12160000 0,03040000 1,58 0,1582

Error 20 0,32800000 0,01640000

Corrected Total 24 0,44960000

R-Square Coeff Var Root MSE JB Mean 0.270463 14.29269 0.128062 0.896000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 4 0.12160000 0.03040000 1.85 0.1582

3. Umur Muncul Bunga (HST) Dependent Variabel Umur Muncul Bunga

Source DF Sum Of Squares Mean Squaer F Value Pr > F

Model 4 2,80000000 0,70000000 0,48 0,7505

Error 20 29,20000000 1,46000000 Corrected Total 24 32,00000000

R-Square Coeff Var Root MSE JB Mean 0.087500 3.661529 1.208305 33.00000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 4 2.80000000 0.70000000 0.84 0.7505

4. Jumlah Buah Per tanaman (Buah) Dependent Variabel Jumlah Buah Per tanaman

Source DF Sum Of Squares Mean Squaer F Value Pr > F

Model 4 588,5600000 147,140000 5,12 0,0052

Error 20 574,4000000 28,720000 Corrected Total 24 1162,960000

(46)

37

R-Square Coeff Var Root MSE JB Mean 0.506088 16.76816 2.679552 15.98000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 4 147.1400000 36.7850000 5.12 0.0052

The SAS System The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for JB

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 7.18

Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 3.535 3.711 3.822 3.900

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 20.100 5 p1 A

B A 17.200 5 p0 B

B 15.100 5 p4 B

B 14.100 5 p2 B

B 13.400 5 p3

5. Bobot Buah Per Tanaman (g) Dependent Variabel Bobot Buah Per Tanaman

Source DF Sum Of Squares Mean Squaer F Value Pr > F

Model 4 2114,718400 528,679600 9,57 0,0002

Error 20 1105,040000 55,252000 Corrected Total 24 3219,758400

R-Square Coeff Var Root MSE BB Mean 0.657773 12.85444 3.708661 28.85120

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 4 528.7195440 132.1798860 9.61 0.0002

(47)

38

The SAS System The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for BB

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 13.75417

Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 4.893 5.136 5.290 5.398

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 36.000 5 p1 B 31.046 5 p0 B

C B 29.300 5 p4 C

C D 24.870 5 p2 D

D 23.040 5 p3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Primjer takvih odgovora je treće pitanje ankete, koje glasi „ smatrate li da je crowdfunding ozbiljan naĉin za prikupljanje sredstava za projekt?“, tu se dobio

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw

SWOT pada kuadran I yaitu kuadran pertumbuhan dan perkembangan, maka politeknik kesehatan Depkes Jakarta II akan mewujudkan strategis agresif. Strategi Agresif yang

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam yang Berbeda pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di

a) Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, Bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan

Perlindungan terhadap keaslian cerita rakyat dapat dilakukan dengan dokumentasi atas cerita rakyat yang ada di Indonesia.Tidak lagi menunggu pendaftaran dari pencipta

Pengukuran tinggi tanaman dan persentase hidupnya dilakukan setiaphariyaitu mulai dari penanaman biji (umur 0 hari) sampai tanaman berumur 40 hari

Evaluasi karakter kualitatif dan kuantitatif generasi F1 hasil persilangan cabai hias Fish Pepper (Capsicum annuum L.) dengan cabai rawit (Capsicum frutescens).. Transcription