• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY

DENGAN COMPUTER STRESS

Oleh:

Muhammad Rumi Adiyan

(2)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2005

(3)

HUBUNGAN ANTARA COMPUTER SELF-EFFICACY DENGAN COMPUTER STRESS

Muhammad Rumi Adian

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara computer self-efficacy dengan

computer stress. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara computer self-efficacy dengan computer stress.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala computer self-efficacy yang mengacu pada skala computer self-efficacy scale yang disusun oleh Murphy (1989) yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Skala computer hassles disusun oleh Hudiburg (1989) dan telah dimodifikasi oleh peneliti pada penelitian ini.

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 11.5 for Windows, untuk melihat apakah hubungan antara computer self-efficacy dan computer stress

digunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (rxy) = - 0,522 dan p = 0,000, karena pO<O0,05 maka dapat diartikan bahwa ada hubungan

antara computer self-efficacy dengan computer stress. Dengan demikian berarti hipotesis pada penelitian ini diterima.

(4)

Pengantar

Saat ini teknologi komputer telah berkembang dengan pesatnya, sehingga pemakaiannya telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kegiatan manusia, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai proyek–proyek besar yang lebih kompleks.

Pekerjaan yang dulu dilakukan manusia secara manual telah diganti dengan teknologi komputer yang lebih efisien. Bahkan pada saat ini satu komputer dengan komputer lainnya sudah dapat dihubungkan melalui jaringan Lan dan Wan. Sehingga komunikasi antar ruangan, antar kantor maupun antar negara menjadi lebih cepat dan efisien berkat adanya e-mail dan program messenger yang dapat diakses melalui jaringan internet. Komputer dapat dengan cepat menciptakan, mengirim dan memperoleh informasi terbaru dari seluruh belahan dunia.

Dalam dunia pendidikan pemanfaatan teknologi informasi digunakan untuk memberi kemudahan bagi institusi pendidikan untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswi atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya.

Di samping lingkungan pendidikan, misalnya pada kegiatan penelitian kita dapat memanfaatkan internet guna mencari bahan atau pun data yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet. Situs tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal ataupun referensi yang dibutuhkan. Situs tersebut contohnya seperti google.com, searchindonesia.com atau sumpahpalapa.net.

(5)

Pada umumnya komputer diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan serta memberikan kenyamanan dalam bekerja. Permasalahannya adalah, di samping segala kemudahan yang telah dihasilkan dari penggunaan komputer, ternyata masih banyak masalah yang timbul yang berkaitan dengan hubungan interaksi antara manusia dengan komputer, yakni stress yang diakibatkan oleh masalah yang muncul pada sistem komputer.

Munculnya personal computer (PC) telah banyak menguntungkan bagi pihak peneliti ilmiah, namun perbaikan design suatu program belum sebaik peningkatan teknologi perangkat keras yang mengakibatkan sulitnya penggunaan program komputer tersebut. Umumnya, para insinyur mengembangkan teknologi komputer untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Namun hubungan interaksi antara manusia dengan komputer (human-computer interface) masih banyak yang menghasilkan ketegangan pikiran dan tubuh. misalnya pengguna komputer harus selalu mempelajari program perangkat lunak yang terus diperbaharui, sebagaimana dikatakan oleh seorang senior staff pada sebuah perusahaan multinasional di Jakarta (2003).

Secara teoritis Brod (dalam Hudiburg, 1996) mengemukakan bahwa

technostress adalah suatu penyakit modern, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk

beradaptasi dalam mengusai suatu teknologi komputer yang baru dengan cara yang sehat.

Studi telah menunjukkan bahwa karakteristik dari teknologi komputer dapat menambah masalah yang dapat menimbulkan stress. Tingginya frekuensi problem pada komputer akan meningkatkan rasa jemu, ketidakpuasan, tekanan atau

(6)

kecemasan, amarah, dan kelelahan (Carayon-Sainfort, 1992). Studi yang dilakukan oleh Eden (1990) menunjukkan bahwa komputer yang secara tiba-tiba tidak berfungsi berakibat meningkatnya kecemasan, depresi, psychosomatic complaints, tekanan darah meningkat, detak jantung meningkat.

Penelitian yang dilakukan Hudiburg (1996) menunjukkan bahwa orang yang mengalami computer stress tingggi menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan komputer yang lebih rendah, harga diri, self-efficacy yang rendah, serta lebih merasakan kecemasan, dan gejala somatisasi.

Berkaitan dengan adaptasi terhadap komputer dan penggunaannya yang penuh dengan tekanan karena adanya resiko kegagalan yang dapat menyebabkan stress, diperlukan suatu keyakinan, terhadap kemampuannya dalam menguasai komputer – yang disebut dengan computerself-efficacy.

Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai penilaian individu terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang telah direncanakan. Penekanannya bukanlah terkait pada ketrampilan yang dimiliki oleh individu namun adalah sebuah penilaian akan apa yang dapat dilakukan oleh individu dengan menggunakan ketrampilan apapun yang dikuasainya. Keyakinan ini akan membantu individu menentukan apa yang akan dilakukannya dengan pengetahuan dan keterampilannya dalam menguasai komputer.

Berdasarkan uraian diatas menarik untuk diteliti lebih lanjut tentang keterkaitan antara computer self-efficacy dengan computer stress. Bagaimanapun

(7)

komputer bertujuan untuk mempermudah pekerjaan seseorang, tidak untuk mempersulit, apalagi menimbulkan stress.

Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Computer stress 2. Variabel bebas : Computer self-efficacy

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia Fakultas Psikologi. Subjek dalam penelitian ini diambil secara insidental dan kolektif. Insidental yang dimaksud adalah subjek yang peneliti jumpai secara personal baik itu dikampus ataupun di kediaman subjek. Pengambilan data secara insidentil dilakukan dengan memberi arahan tentang tata cara pengisian skala.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode skala Likert, di mana ada empat pilihan jawaban yang disediakan.

Data computer stress dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala computerstress yang disusun oleh Hudiburg (2003) dan telah dimodifikasi oleh penulis. Skala computerstress yang asli terdiri dari 71 aitem. Setelah dimodifikasi oleh peneliti menjadi 50 aitem. Hal ini karena ada beberapa aitem yang tidak relevan untuk diungkap pada kalangan pendidikan. seperti misalnya illegal input error, dan

(8)

pilihan jawaban, yaitu sangat tidak menjengkelkan (STM), tidak menjengkelkan (TM), menjengkelkan (M), dan sangat menjengkelkan (SM). Jawaban akan diskor dengan nilai 1 pada pilihan jawaban sangat tidak menjengkelkan (STM), dan 4 pada pilihan jawaban sangat menjengkelkan (SM).

Data computer self-efficacy dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala computer self-efficacy yang disusun oleh Murphy (1989) yang telah dimodifikasi oleh penulis. Skala computer self-efficacy ini terdiri dari 37 aitem. Bentuk skala tersebut berupa pernyataan yang disertai empat pilihan jawaban, yaitu: sangat tidak yakin (STY), tidak yakin (TY), yakin (Y), dan sangat yakin (SY). Jawaban akan diskor dengan nilai 1 pada pilihan jawaban sangat tidak yakin (STY), dan 4 pada pilihan jawaban sangat yakin (SY).

E. Metode Analisis Data

Analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa statistik dapat meningkatkatkan kecermatan peneliti dalam menguji hipotesis dan mewujudkan kesimpulan penelitian. Teknis analisis statistik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson.Teknik ini digunakan karena untuk menguji hipotesis hubungan antara computer stress dengan computer self-efficacy.

Hasil Penelitian

Uji normalitas dilakukan pada tiap variabel untuk mengetahui apakah data statistik parametrik yang diperoleh dapat memenuhi distribusi kurva normal atau

(9)

tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan menggunakan teknik One

Sample Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui uji normalitas dapat diketahui

dengan melihat nilai p-nya. Apabila nilai p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada skala computer stress diperoleh hasil F sebesar 1.208 dan p = 0,108 dengan demikian data yang diperoleh dari skala

computer stress terdistribusi normal (sesuai dengan kurva normal) karena p > 0,05.

Pada skala computer self-efficacy hasil uji normalitasnya diperoleh F sebesar 0,464 dan p = 0,982. Karena p > 0,05 maka data skala computer self-efficacy terdistribusi normal (sesuai dengan kurva normal).

Uji Hipotesis

Setelah memenuhi syarat-syarat fungsi statistik dasar dengan melakukan uji normalitas maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data sesuai dengan hipotesis dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adanya hubungan computer

self-efficacy dengan computer hassles. Dari hasil analisis data diperoleh koefisien

korelasi (rxy) = - 0,522 dan p_=_0,000, karena p_<_0,05 maka dapat diartikan bahwa ada hubungan yang negatif yang signifikan antara computer stress dengan computer

self-efficacy. Dengan demikian hipotesa yang diajukan diterima.

D. Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif antara computer stress dengan computer self-efficacy. Hal ini menunjukkan bahwa computer self-efficacy dapat digunakan untuk memprediksi computer stress. Dengan kata lain, korelasi negatif antara computer stress dengan computer

(10)

self-efficacy menunjukkan bahwa nilai rendah computer stress akan berjalan seiring dengan semakin tingginya computer self-efficacy. Semakin tinggi tingkat computer

stress secara proposional akan diikuti oleh penurunan tingkat computer self-efficacy.

Hal ini diperkuat oleh Bandura (1994) bahwa banyaknya stress yang muncul yang dirasa oleh individu ketika mengerjakan tugas memiliki hubungan yang negatif dengan self-efficacy.

Hasil yang telah diperoleh dapat membuktikan pernyataan Hudiburg (1996) bahwa orang yang mengalami computer stress tingggi menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan komputer yang lebih rendah, harga diri,

self-efficacy yang rendah, serta lebih merasakan kecemasan, dan gejala somatisasi.

Myers (dalam Triandary, 2004) mengungkapkan bahwa tingginya tingkat

self-efficacy menunjukkan bahwa mahasiswa dalam menghadapi situasi-situasi yang

tidak jelas, tidak dapat diramalkan dan bahkan menimbulkan tekanan harus dihadapi dengan kepercayaan diri yang tinggi agar dapat mengorganisasi tingkah laku. Artinya mahasiswa perlu memiliki perasaan bahwa dirinya adalah individu yang cakap dan mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menghadapi situasi apapun.

Dalam proses perkembangannya, self-efficacy berkembang melalui pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap tindakannya pada situasi tertentu. Keyakinan akan self-efficacy akan diperoleh melalui pengalamannya tersebut sehingga akan berpengaruh besar terhadap tindakan yang akan diambil. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi jika mengalami kegagalan justru akan berusaha lebih giat lagi untuk dapat mencapainya. Hal ini disebabkan karena

(11)

individu merasa yakin dan mampu mencapai tujuan tersebut, sebaliknya pada individu yang memiliki self-efficacy yang rendah bila mengalami kegagalan akan cenderung menurunkan usahanya.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

computer stress dan computer self-efficacy pada mahasiswa UII Fakultas Psikologi.

Hipotesis diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa saran yang dapat peneliti ajukan.

Pertama, kepada subjek penelitian. Agar terus meningkatkan pengalamannya dalam menggunakan komputer, dan terus berlatih sehingga di masa depan bagi subjek yang akan bekerja pada suatu perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi akan dengan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang banyak menggunakan komputer. Hal ini terutama ditujukan kepada subjek yang memiliki computer self-efficacy yang rendah.

Kedua, kepada peneliti selanjutnya, berkaitan tentang subjek penelitian. Subjek penelitian hendaknya bukan hanya pada mahasiswa, tapi juga pada masyarakat selain mahasiswa. Pada penelitian selanjutnya hendaknya terdiri dari subjek yang bekerja pada suatu perusahaan dan yang bekerja dalam bidang pendidikan untuk kemudian dijadikan perbandingan.

(12)

Agar memperhatikan variabel lain, seperti sikap terhadap komputer, usia subjek, yang nantinya akan menghubungkan dengan tingkat computer stress. Subjek berdasarkan gender lebih menitikberatkan bahasannya pada perbedaan sikap terhadap komputer yang mempengaruhi computer self-efficacy.

Penyempurnaan terhadap alat ukur perlu terus dilakukan sebagai suatu usaha untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.

(13)

Daftar Pustaka

Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman Carayon-Sainfort, P. 1992 The Use of Computers in Offices: Impact on Task

Characteristics and Worker Stress. International Journal of Human-Computer Interaction. Vol. 4, No. 3, 258-262. www.questia.com

Eden, D. 1990 . "Acute and chronic job stress, strain, and vacation relief". Organizational Behavior and Human Decision Processes, 45, 175-193. www.questia.com

Hudiburg, R. A. 1996. Assessing and Managing Technostress. http://www2.una.edu/psychology/hudiburg.htm

Hudiburg, R. A. 2003. Relationship of Computer Hassles and Somatic Complaints. Luce Faculty Seminar. http://www2.una.edu/psychology/hudiburg.htm

Triandary, V. A. 2004. Hubungan Antara Efikasi Diri Pada Tugas Akademik Dengan Kecemasan Berkomunikasi Interpersonal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

(14)

Identitas Penulis

Nama : Muhammad Rumi Adiyan

Alamat Rumah : Kadipaten Wetan Kp 1 No 123, Yogyakarta No. Hp : 081802653153

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dan analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa Alat ukur kadar air pada gabah dengan sistem sensor yang terdiri dari LED,

Kuesioner atau daftar pertanyaan ini berisi variabel bebas (stres kerja) dan (kontrol diri), variabel terikat (perilaku kerja kontraproduktif) yang menggunakan

1) Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. 2) Untuk

Kim (32) dan Huang (33) mengamati apoptosis pada kanker servik yang diberi perlakuan dengan radioterapi dan memperoleh bahwa indeks apoptosis spontan yang rendah mencerminkan

Perbedaan rata-rata curah hujan antara musim tanam pertama (CH tinggi) dan musim tanam ke dua (CH rendah) serta pengaruh dari pemberian pupuk kandang sapi pada

Nomor M.24-UM.06.02 Tahun 1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang Mampu yang pada pokoknya “menginstruksikan kepada : [1] Kepala

Tujuan dari penyusunan dan penelitian skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Falkutlas Ekonomi di Universitas 17 Agustus 1945

Dari pengujian yang dilakukan pada desain turbin yang menggunakan sudu pengarah, daya turbin dan efisiensi turbin yang diperoleh dapat divarisikan sesuai dengan debit