• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL SOSIALISASI UU BANTUAN HUKUM NOMOR 16 TAHUN 2011 IMPLEMENTAS I B ANTUAN HUKUM B AGI M AS YAR AK AT TIDAK M AMPU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR NASIONAL SOSIALISASI UU BANTUAN HUKUM NOMOR 16 TAHUN 2011 IMPLEMENTAS I B ANTUAN HUKUM B AGI M AS YAR AK AT TIDAK M AMPU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR NASIONAL

SOSIALISASI UU BANTUAN HUKUM NOMOR 16 TAHUN 2011

26 April 2012 – UNTAG Surabaya

“ IM P LEMENTAS I B ANTU AN HUKUM B AGI M AS YAR AK AT TID AK M AMP U ”

His tori Yuridis - Norma tif Bantua n Hukum Di Indonesia

Bantuan hukum mulai dikenal pada jaman Belanda dengan beberapa peraturannya yang disusun berdasarkan urutan waktu di bawah ini sampai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum sebagai berikut : 1. Reglement op de Rechtsvordering (Reglemen Acara Perdata) Staatsblad 1847

No. 52 jo. 1847 No. 63 Bagian 12 Beperkara secara Cuma-Cuma (Prodeo) atau dengan Biaya Tarif yang Dikurangi Pasal 872,

“Barang siapa menjadi Penggugat atau Tergugat dapat menunjukkan, bahwa ia adalah miskin atau tidak mampu untuk membayar biaya perkaranya, oleh hakim yang akan mulai memeriksa perkaranya atau sedang memeriksa perkaranya, dapat diizinkan untuk berperkara secara cuma-cuma atau dengan biaya dengan tarif yang dikurangi. Orang-orang asing yang tidak dimungkinkan untuk diizinkan beperkara dengan cuma-cuma kecuali dengan suatu perjanjian yang tegas-tegas mengenai hal itu.” 2. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en Het Belied Der Justitie (R.O.)

Staatsblad 1847 No. 27 Pasal 190 : “Para Advokat dan Procureur bila ditunjuk oleh badan Pengadilan, dimana ia diangkat, wajib memberi bantuan hukum secara cuma-cuma atau separo dari tarip biaya yang berlaku, guna menolong mereka yang telah mendapat izin berproses tanpa biaya atau di bawah tarip dari biaya yang berlaku.”

3. Regeling van den Bijstand en de Vertegenwoordigin van Partijen in Burgerlijke Zaken voor de Landraden (Staatsblad 1927 No. 496) tentang Peraturan dan Perwakilan Para Pihak Dalam Perkara Perdata Di Hadapan Pengadilan Negeri Pasal 1 :

(1) Kecuali apa yang diatur dalam ayat 3 pasal ini, pasal 123 ayat 1 Reglement Indoensia Yang Diperbaharui (S. 1941-44) dan Pasal 147 ayat 1 Reglemen Acara Hukum untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (R.Bg.), maka siapapun berhak untuk membantu atau mewakili suatu pihak sebagai kuasa dalam perkara Perdata. (2) Untuk bantuan atau perwakilan tersebut dengan dasar atau alasan apapun juga tidak boleh dimintakan pembayaran atau menerimanya tanpa memper-hatikan aturan-aturan dalam ordonansi ini.

4. Herziene Inlandsch Reglement(Staatsblad 1941 No. 44)

Pasal 83 h ayat 6 : “Jika seorang disangka bersalah melakukan suatu kejahatan yang akibatnya ia dapat dihukum mati maka magistraat menanyakan kepadanya, apakah ia berkehendak dalam Pengadilan dibantu oleh seorang Penasehat ahli hukum atau seorang Penasehat Hukum.”

Pasal 123 ayat 1 : “Kedua belah pihak, kalau mau boleh dibantu atau diwakili oleh Juru Kuasa, yang untuk maksud itu dikuasakan dengan Surat Kuasa Istimewa, kecuali jika yang memberi kuasa itu hadir sendiri. Si Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditanda tanganinya dan dimasuk-kan menurut ayat (1) pasal 118 atau pada tuntutan yang dilakudimasuk-kan dengan lisan menurut pasal 120, dalam hal yang terakhir yang sedemikian itu disebut dalam catatan yang dibuat dari tuntutan itu.

(2)

Pasal 250 ayat 5 : “Jika tersangka diperintahkan menghadap ke Pengadilan karena suatu kejahatan, yang boleh menyebabkan hukuman mati, maka Tersangka baik dalam pemeriksaan oleh opsir justiti yang ditetapkan dalam ayat keenam Pasal 83 h baik kemudian, menyatakan kehendaknya supaya di waktu persidangan dibantu oleh seorang pembicara sarjana hukum atau seorang atau seorang ahli hukum, maka Ketua menunjuk dalam surat penetapannya seorang anggota Pengadilan Negeri yang ahli hukum, atau orang lain yang sarjana hukum atau ahli hukum yang menyatakan sudi melakukan pekerjaan itu, untuk memberi bantuan yang dikehendaki. Hal penunjukan Pembela itu selama pemeriksaan belum selesai, boleh juga dilakukan dengan surat penetapan yang terasing, yakni kalau hal ini dikehen-daki oleh tersangka pada masa itu. Hal penunjukan itu tidak dilakukan apabila pada Pengadilan Negeri tidak ada seorang ahli hukum yang bekerja di bawah perintah Ketua atau tidak ada Sarjana atau ahli hukum yang sudi memberi bantuan itu”. Pasal 250 ayat 6 : “Sarjana hukum atau ahli hukum yang ditunjukkan menurut ayat yang lalu harus memberi bantuan dengan tanpa biaya.”

5. Surat Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 1902/P/2196/M/1959 Perihal : Penunjukan Pembela Berdasar Pasal 250 (5) H.I.R. kepada Kepala Pengadilan Negeri di Banjarmasin yang pada pokoknya menyebutkan bahwa, “Berdasarkan Pasal 250 ayat 5 H.I.R. tidak ada keberatan untuk menunjuk seorang tamatan S.K.M.A atau seorang yang berijazah B.A./Candidaat jurusan Hukum untuk menjadi Pembela, oleh karena intisari dari Pasal 250 (5) H.I.R. tersebut ialah memberi kekuatan hukum kepada seorang terdakwa oleh orang yang dianggap ahli hukum”. 6. Penetapan Presiden RI No. 16 Tahun 1963 tentang Pembentukan Mahkamah

Militer Luar Biasa (MAHMILUB) sebagaimana telah ditingkatkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-Undang, didalamnya mengatur tentang bantuan hukum dalam pemeriksaan di dalam persidangan MAHMILUB. Pasal 4 dari peraturan ini menyatakan bahwa,

(1) Terdakwa dibantu oleh seorang atau lebih Pembela dan/atau Penasehat. (2) Jika Terdakwa tidak dapat mengajukan seorang Pembela, maka Hakim Ketua

menunjuk seorang atau lebih Pembela baginya.

7. Peraturan Menteri Kehakiman No. 1 Tahun 1965 tentang Pokrol Pasal 2 menyebutkan bahwa, “Pokrol berkewadjiban : menegakkan hukum dengan djalan memberi nasehat, mewakili dan atau membantu seseorang, sesuatu badan atau sesuatu fihak di luar maupun di dalam Pengadilan, berdasarkan kesadaran : [1] hukum adalah alat Revolusi, [2] hukum berdasarkan Pantjasila, dan berhaluan Manipol Usdek, [3] hukum berfungsi pengajoman, [4] hukum bertudjuan mentjapai dan menegakkan masjarakat Sosialis Indonesia jang adil dan makmur, dan [5] setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh bantuan hukum dan wadjib diberi perlindungan jang wadjar”.

8. Peraturan Menteri Kehakiman R.I. Nomor 1 Tahun 1965 Pasal 6 :

(1) Orang bukan Pokrol, yang akan memberikan bantuan hukum di dalam suatu Pengadilan, hanya untuk satu perkara tertentu, harus mendaftarkan diri pada Kepaniteraan Pengadilan tersebut.

(2) Panitera Pengadilan memberi surat keterangan bantuan hukum untuk perkara yang bersangkutan dan mencatatnya dalam Buku Daftar Bantuan Hukum. 9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Badan-Badan Peradilan

Depar-temen Kehakiman Nomor : 0466/Sek-DP/74 tanggal 12 Oktober 1974 yang mengatur tentang pemberian bantuan hukum oleh Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum Negeri yang isinya bahwa untuk dapat memperoleh bantuan/perhatian pihak Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri, Fakultas Hukum Negeri harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain :

(3)

a. Biro Bantuan Hukum diberikan dalam rangka satu program pendidikan hukum yang dipersiapkan dengan baik.

b. Bantuan Hukum yang diberikan oleh Mahasiswa Hukum tingkat IV dan V yang turut dalam program bantuan hukum harus diselenggarakan di bawah pengawasan dan bimbingan dosen/tenaga pengajar yang telah berpengalaman dalam soal pembelaan perkara/pengadilan.

c. Biro hanya diperbolehkan membela orang yang kurang mampu tanpa memungut bayaran dan tidak bermaksud menyaingi pengacara yang profesinya membela perkara. d. Dianjurkan agar ada kerja sama yang baik antara Biro Bantuan Hukum Fakultas

dengan para Pengacara/Advokat.

10.Instruksi PANGKOPKAMTIB Nomor : INS.03/KOPKAM/XI/1978 tanggal 27 November 1978 tentang pedoman sementara untuk melaksanakan pernyataan bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung, WAPANGAB/PANGKOPKAMTIB, KAS KOPKAMTIB dan KAPOLRI tanggal 10 November 1978 didalamnya ada lima belas persoalan bantuan hukum yang diatur dalam lampiran Instruksi KOPKAMTIB yang harus dilaksanakan.

11.Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.02.09.08 Tahun 1980 tanggal 1 Juni 1980 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Hukum Pasal I :

(1) Pemberian Bantuan Hukum dalam pasal ini diselenggarakan melalui badan Peradilan Umum.

(2) Bantuan Hukum diberikan kepada Tertuduh yang tidak/kurang mampu dalam perkara Pidana :

a. yang diancam dengan pidana lima tahun penjara atau lebih, seumur hidup atau pidana mati;

b. yang diancam dengan pidana kurang dari lima tahun tetapi perkara tersebut menarik perhatian masyarakat luas.

12.Kewajiban untuk memberikan bantuan hukum terhadap pelaku tindak pidana tertentu (stricto sensu) diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dalam Pasal 56,

(1) Dalam hal Tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasehat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingka pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasehat Hukum bagi mereka.

(2) Setiap Penasehat Hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberikan bantuan hukumnya dengan cuma-cuma.

13.Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung R.I. dan Menteri Agama R.I. Nomor : KMA/003/SK/I/1983 dan Nomor : 3 Tahun 1983 tentang Pengawasan Terhadap Pemberi Bantuan Hukum yang pada pokoknya memutuskan bahwa, “Dalam rangka pengawasan terhadap Pemberi Bantuan Hukum diperlukan suatu wadah dalam Mahkamah Agung cq. Sekertariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama cq. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam”.

14.Instruksi Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.24-UM.06.02 Tahun 1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang Mampu yang pada pokoknya “menginstruksikan kepada : [1] Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman, [2] Ketua Pengadilan Tinggi, dan [3] Ketua Pengadilan Negeri untuk : [1] Melaksanakan Program Bantuan Hukum bagi golongan masyarakat yang kurang mampu berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana terlampir dalam Instruksi ini, [2] Melaksanakan Instruksi ini secara

(4)

tertib dan penuh tanggung jawab dan [3] Melaksanakan Instruksi ini secara tertib dan penuh tanggung jawab”.

15.Surat Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor : 084/TUN/VIII/1989 Perihal Mohon petunjuk adanya perbedaan pendapat Pengadilan Jambi dengan Fakultas Hukum Universitas Jambi dalam masalah struktur organisasi dan operasional Biro Bantuan Hukum di Universitas tanggal 14 Agustus 1989 kepada Sdr. Ketua Pengadilan Tinggi Jambi yang pada pokoknya memberikan petunjuk :

(1) Pembentukan dan susunan Pengurus Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi adalah urusan intern dan terserah kepada Fakultas Hukum itu sendiri;

(2) Sedangkan adanya keinginan Fakultas Hukum tersebut untuk mendaftarkan Biro Bantuan Hukumnya pada Pengadilan Tinggi Jambi hendaknya Saudara sambut dengan baik.

(3) Tetapi yang boleh berpraktek di muka Pengadilan hanyalah mereka-mereka yang diangkat oleh Menteri Kehakiman (Advokat) dan yang diberi ijin berpraktek oleh Ketua Pengadilan tinggi (Pengacara Praktek); Berarti hanya mereka-mereka yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan seperti tersebut dalam Surat Edaran Mahkamah Agung RI tanggal 25 November 1988 No. 8 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Menteri Kehakiman RI tanggal 6 Juli 1987 saja yang dibenarkan menjalankan kegiatan profesi sebagai Penasehat Hukum.

(4) Sedang apabila didirikannya Biro Bantuan Hukum semacam itu dimaksudkan untuk membimbing Mahasiswa Hukum tingkat akhir untuk berpraktek hukum di muka Pengadilan maka hal itu dapat terjadi setelah pihak Universitas mengadakan kerja sama dengan Pengadilan Tinggi. Sesuai dengan Surat Mahkamah Agung tanggal 20 Oktober 1987 No. 39/TUN/X/1987 Perihal Persetujuan Kerja sama mengenai Bantuan Hukum maka sebagai pelaksanaan dari kerja sama antara Ketua Pengadilan Tinggi dan fihak Universitas, jumlah dosen pembimbing Mahasiswa Hukum tersebut paling banyak 3 (tiga) orang, kepada mereka itu dapat Saudara beri ijin praktek khusus yang hanya berlaku untuk mendampingi Mahasiswa berpraktek hukum.

16.Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor MA/KUMDIL/5043/VIII/90 Perihal Penertiban terhadap para Penasehat Hukum dan Biro Bantuan Hukum tanggal 25 Agustus 1990 kepada Sdr.-Sdr. Ketua Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia yang apda pokoknya bahwa, sehubungan dengan pelaksanaan pener-tiban terhadap mereka yang boleh beracara di muka Pengadilan, maka bersama ini dikirimkan foto copy surat edaran :

(1) Saudara Ketua Pengadilan Tinggi Bengkulu tanggal 1 Juni 1990 No. W21.D. BH.08.10-346 tentang Pembentukan Tim Bantuan Hukum.

(2) Saudara Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat tanggal 11 Juni 1990 No. W8.DA. KP.04.B-1308 tentang Penertiban terhadap para Pengacara Praktek kepada Saudara-saudara, agar dapat dipergunakan sebagai contoh apabila di tempat Saudara berhadapan dengan masalah yang sama.

17.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan AnakPasal 51 : (1) Setiap Anak Nakal sejak saat ditangkap atau ditahan berhak mendapatkan

bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat Hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.

(2) Pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan wajib memberitahukan kepada tersangka dan orang tua, wali, atau orang tua asuh, mengenai hak memperoleh bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(5)

(3) Setiap Anak Nakal yang ditangkap atau ditahan berhak berhubungan langsung dengan Penasehat Hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 52 : “Dalam memberikan bantuan hukum kepada anak sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1), Penasehat Hukum berkewajiban memperhatikan kepentingan anak dan kepentingan umum serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terpelihara dan peradilan berjalan lancar.”

18.Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 18 ayat 4 bahwa, “Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

19.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Pasal 10 menyebutkan bahwa, “Dalam hal tidak ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, hukum acara atas perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana” mutatis mutandis Ketentuan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana berlaku dalam Undang-Undang Pengadilan HAM.

20.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat Pasal 1 ayat 9 menyebutkan bahwa, “Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada Klien yang tidak mampu” dan Pasal 22 :

(1) Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

21.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 10 bahwa, “Korban berhak mendapatkan : [a] perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan dan [d] pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

22.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) Pasal 14 ayat 3 huruf d bahwa, “Untuk diadili dengan kehadirannya, dan untuk membela langsung atau melalui pembela yang dipilihnya sendiri, untuk diberitahukan tentang hak ini bila ia tidak mempunyai pembela, dan untuk mendapatkan bantuan hukum demi kepentingan keadilan, dan tanpa membayar jika ia tidak memiliki dana yang cukup untuk membayarnya”.

23.Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

24. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 56 : (1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. (2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 :

(1) Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum.

(2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma- cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(6)

(3) Bantuan Hukum dan Pos Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 25.Surat Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 041/KMA/IV/2009 tanggal 13

April 2009 yang pada pokoknya mengijinkan mahasiswa Fakultas Hukum yang tergabung dalam Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum dapat memberikan bantuan hukum di pengadilan.

26.Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum Pasal 68B :

(1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. (2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. (3) Pihak yang tidak mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan

surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan tempat domisili yang bersangkutan. Pasal 68C :

(1) Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum.

(2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara cuma- cuma, kepada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3) Bantuan Hukum dan Pos Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan per-undang-undangan.

Passim di dalam redaksional Pasal 60B ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 60C ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peru-bahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan di dalam redaksional Pasal 144C ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 144D ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

27.Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum beserta Petunjuk Pelaksananya antara lain Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 1/DJU/OT.01.3/VIII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran A dan Keputusan TUADA ULDILAG MARI Nomor 04/ TUADA-G/II/2011 dan Sekretaris MARI Nomor 020/SEKI/SK/II/2011 tentang Petunjuk Pelak-sanaan SEMA 10/2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B. 28.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum mengatur

tentang Bantuan Hukum.

Demikianlah beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Bantuan Hukum di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT DJARUM TERHADAP REPUTASI PERUSAHAAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehubungan dengan itu mohon kehadiran saudara dengan membawa dokumen-dokumen asli , sesuai dengan yang diunggah di website LPSE dan apabila tidak hadir maka dianggap

(a) Proportion of turtles foraging within each management category of International Union for Conservation of Nature (IUCN) designated MPAs: (Ia) Strictly Protected Areas,

[r]

pikiran (mapping mind) tentang struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri.. Mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem

[r]

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Logaritma di Kelas X SMA Negeri 1

Berdvirsvirrkvirn urvirivirn tersebut, mvirkvir dvirpvirt disimpulkvirn bvirhwvir iklim orgvirnisvirsi dvirn kompetensi pedvirgogik virkvirn berkontribusi terhvirdvirp