PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN ASUPAN CAIRAN DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN PADA
PASIEN HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
1)
Sri Hartati, 2)Anita Istiningtyas, 3)Ika Subekti Wulandari
1)
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) 3)
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang secara rutin menjalani hemodialisa biasanya mengalami kelebihan volume cairan karena penurunan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan. Ketidakpatuhan pasien dalam pembatasan cairan merupakan diagnosa keperawatan utama yang memerlukan asuhan keperawatan terbaik dari perawat hemodialisa. Tujuan penelitian adalah mengetahui adanya pengaruh antara pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan meode audio visual terhadap kepatuhan pembatasan cairan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi experiment non randomized pretest-posttest with control group design. Sampel penelitian berjumlah 40 pasien hemodialisa. Penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dan mann whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audio visual terhadap kepatuhan pembatasan cairan dengan p value 0,000.
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual dapat meningkatkan kepatuhan karena menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga lebih menarik dan tidak monoton.
Kata Kunci: pendidikan kesehatan, audio visual, kepatuhan, Chronic Kidney Disease, hemodialisa
Abstract
Patients with Chronic Kidney Disease (CKD) regularly undergoing hemodialysis tend to have excess fluid volume as a result of decreased kidney function to remove extra fluids. Patients’ poor adherence to fluid intake restrictions is a major nursing diagnosis which requires good nursing service. This study aims at investigating the relationship between the contributions of healthcare education on the use of audiovisual media to the adherence on fluid restrictions.
This is a quantitative research using quasi-experimental design with nonrandomized control group pretest and post-test. A total of 40 patients with hemodialysis were used as samples. This research applied Wilcoxon and Mann-Whitney tests.
The results demontrate the contribution of health education on the use of audiovisual media method to adherence on fluid restrictions with p-value of 0.000. It is concluded that using audiovisual method can improve adherence on fluid restrictions since the media present motion, picture and voice to make more interesting and engaging education.
Keywords : health education, audiovisual, adherence, Chronic Kidney
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian (WHO, 2002).
CKD adalah satu dari penyakit kronik terbanyak yang dialami masyarakat dunia, dimana hampir mengenai dua sampai tiga persen (Tavangar & Sadeghian, 2003). Prevalensi CKD meningkat setiap tahunnya. Prevalensi CKD meningkat sebanyak delapan persen dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Terdapat 16,8 % dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami CKD dari kurun waktu 1999 sampai dengan 2004. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data enam tahun sebelumnya, yaitu 14,5% (CDC, 2007).
Penatalaksanaan pasien CKD salah satunya adalah dengan hemodialiasa (HD). HD masih menjadi alternatif yang baik bagi para penderita CKD. Kualitas hidup pasien CKD yang menjalani hemodialisa cukup baik dan panjang usia hidup sampai sekarang adalah 14 tahun (Rahardjo, 2006).
Ketidakpatuhan terhadap pembatasan cairan adalah hal yang banyak ditemui pada pasien HD. Diperkirakan 50% pasien tidak mengikuti secara benar diet makanan
maupun asupan cairan (Kutner, 2001). Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Kugler, dkk (2011) yang menemukan hasil bahwa ketidakpatuhan pasien HD di Amerika dan Jerman terhadap pembatasan asupan makanan adalah 80,4%, sedangkan ketidakpatuhan pembatasan cairan adalah 75,3%.
Ketidakpatuhan terhadap pembatasan cairan membahayakan karena mortalitas akan meningkat pada pasien hemodialisa apabila terjadi peningkatan cairan tubuh 5,7% dari berat badan kering klien selama sesi hemodialisa (Fisher, 2006). Peningkatan berat badan akibat asupan cairan pasien yang tidak terkontrol tersebut yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan edema paru. Pasien juga akan merasa tidak nyaman karena sesak nafas, lelah dan lemas (Fisher, 2004 cit. Fisher 2006). Kelebihan volume cairan tubuh yang menyebabkan hipertensi dan odema pulmonum, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan hemodialisis dan meningkatkan risiko dilatasi dan hipertropi jantung. Sirkulasi volume darah yang efektif dan optimal sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi sirkulasi (Lubis, 2008).
Intervensi yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pembatasan asupan cairan adalah pendidikan kesehatan. Pasien yang mendapatkan informasi yang tepat tentang penyakitnya lebih efektif berpartisipasi
dalam proses terapi adalah pendidikan kesehatan (Brunner & Suddart, 2008).
Berbagai media dapat dipakai untuk memberikan pendidikan kesehatan seperti metode diskusi, ceramah, audio visual maupun dengan media pamlet. Informasi akan disimpan dalam memory 20% jika disampaikan dengan menggunakan media visual, 50% jika menggunakan media audiovisual dan 70% jika dilakukan dalam praktek nyata.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 1 Juni 2015 di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, CKD merupakan penyakit nomor satu terbanyak pada tahun 2014 yaitu berjumlah 683 kasus. Sebanyak 549 pasien harus menjalani hemodialisa karena sudah merupakan CKD grade V, akan tetapi yang melaksanakan HD 336 pasien. Data lain yang didapatkan adalah sembilan pasien dari 20 pasien yang menjalani HD dua kali dalam seminggu dengan lama HD lima jam mengalami ascites, oedema ekstremitas dan susah buang air kecil sedangkan kadar albumin dalam rentang normal. Hasil wawancara dengan pasien didapatkan hasil bahwa karena merasa haus maka pasien cenderung tidak membatasi asupan cairan. Pasien mengetahui bahwa harus membatasai asupan cairan tetapi tidak tahu secara pasti jumlah asupan cairan yang diperbolehkan.
Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh
pendidikan kesehatan asupan cairan dengan media audiovisual terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Quasi Experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada pada tanggal 1 sampai dengan 16 Januari 2016. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 sampel untuk kelompok eksperimen dan 20 sampel untuk kelompok kontrol.. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Alat pengumpul data yang adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan data karakteristik demografi orang tua, dan kuesioner kepatuhan pembatasan cairan pasien HD yang dikembangkan oleh peneliti yang terdiri dari 19 item pernyataan dengan nilai r di atas 0,361 (alpha cronbach: 0,908).
Responden diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audiovisual pada kelompok eksperimen selama 15 menit, peneliti menyerahkan kuesioner dan responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tentang kepatuhan
(Observasi 1), observasi 2 dilakukan 3 hari setelah observasi 1, observasi 3 (Post test) dilakukan 3 hari setelah observasi 2, waktu pengisian kuesioner adalah 10 – 15 menit, kuesioner yang telah selesai diisi diserahkan kembali kepada peneliti dan peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kejelasan isian kuesioner, peneliti mengumpulkan kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh responden dalam satu dokumen.
Analisis data dalam penelitian menjadi dua bagian yaitu analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, dan analisis bivariat dengan menggunakan mann whitney u-test dan wilcoxon match pairs test
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat
Tabel 1. Karakteristik Usia pada Pasien HD Klasifikasi Umur Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % Umur 17-25 Tahun 0 0 1 5 26-35 Tahun 1 5 1 5 36-45 Tahun 10 50 5 25 46-55 Tahun 4 20 7 35 56-65 Tahun 5 25 6 30 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Karakteristik subjek penelitian pada hasil penelitian menunjukkan usia pasien CKD yang menjalani HD adalah 36-55 tahun, lama menjalani HD >1 – 3 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan berpendidikan SMP/SMU, serta seluruh responden menikah.
Kasus CKD cenderung meningkat pada usia dewasa karena proses perjalanan penyakitnya yang bersifat progresif dan kronis (Smeltzer, et al, 2008). Usia dewasa pada umumnya merupakan seseorang yang aktif dengan memiliki fungsi peran yang banyak, mulai perannnya sebagai individu sendiri, keluarga, di tempat kerja, maupun di kelompok sosial. Ketika seorang dewasa mengalami sakit kronik, maka akan terdapat konflik dalam dirinya sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan individu.
Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin pada Pasien HD Klasifikasi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % Laki-laki 17 85 16 80 Perempuan 3 15 4 20 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Perbesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Selain itu, pembentukan batu renal lebih banyak diderita oleh laki-laki karena saluran kemih pada laki-laki lebih panjang sehingga pengendapan zat pembentuk batu lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Laki-laki juga lebih banyak mempunyai kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sitemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Black & Hawks, 2005).
Tabel 3. Karakteristik Tingkat Pendidikan pada Pasien HD Tingkat Pendidikan Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % SD/Tidak Bersekolah 3 15 5 25 SMP/SMU 15 75 14 70 DIII/S1/S2 2 10 1 5 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Seseorang dengan pendidikan yang baik, lebih matang terhadap proses perubahan pada dirinya, sehingga lebih mudah menerima pengaruh luar yang positif, objektif dan terbuka terhadap berbagai informasi termasuk informasi tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Azwar (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka ia akan cenderung berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat meletakkan dasar-dasar pengertian dalam diri seseorang.
Tabel 4. Karakteristik Status Pernikahan pada Pasien HD Status Pernikahan Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % Menikah 20 100 20 100 Belum Menikah 0 0 0 0 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan secara fisik dan psikologis, di mana dukungan keluarga tersebut dapat diberikan melalui dukungan emosional, informasi dan nasihat, dukungan dalam masalah finasial, dukungan untuk mengurangi tingkat depresi dan ketakutan terhadap kematian,
serta pembatasan asupan cairan (Brunner & Suddart, 2012).
Tabel 5. Karakteristik Lama HD pada Pasien HD Klasifikasi Lama HD Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % 0 - 1 Tahun 2 10 7 35 >1 – 3 Tahun 16 80 12 60 >3 Tahun 2 10 1 5 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Ketidakpatuhan seringkali muncul pada saat kondisi kesehatan kronik, ketika penyebab timbulnya bervariasi, atau apabila gejala tidak nampak, program pengobatan komplek dan rumit, dan ketika pengobatan membutuhkan perubahan gaya hidup (Delamater, 2006). Kebermaknaan durasi menderita penyakit ini disebabkan timbulnya perasaan jenuh, bosan, dan depresi pada sebagian besar pasien CKD yang menjalani terapi jangka panjang (Ciechhanowski, 2000).
Tabel 6. Kepatuhan Pembatasan Cairan Responden pada Kelompok Kontrol dan
Eksperimen Sebelum Pendidikan Kesehatan Tingkat Kepatuhan Kelompok Kontrol Kelompok eksperimen F (%) F % Patuh 13 65 9 45 Tidak Patuh 7 35 11 55 Total 20 100 20 100
Sumber: data primer, 2015
Kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan dirasakan masih kurang oleh kebanyakan perawat ruangan hemodialisa, dan merupakan salah satu prioritas utama diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam memberikan pelayanan keperawatan, pasien CKD yang menjalani
HD rutin di rumah sakit Prof dr. Margono Soekarjo Purwokerto 32,7 % penderita CKD tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan (Kamaluddin & Rahayu, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien HD secara garis besar adalah faktor pasien, fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas hemodialisis (Kamerrer, 2007).
Pendapat peneliti terkait kepatuhan kelompok eksperimen yang tidak patuh adalah pada kelompok eksperimen hanya dua pasien dari 20 pasien yang menjalani HD dua kali dalam seminggu dengan lama HD lima jam mengalami ascites, oedema ekstremitas dan susah buang air kecil. Pasien belum merasakan ketidaknyaman akibat kelebihan cairan sehingga cenderung tidak patuh.
Lama seseorang untuk menderita penyakit tidak dapat dicegah atau diprediksi, namun perawat harus mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai caregiver yang bermakna perawat mengintegrasikan perannnya sebagai communicator, teacher, conselor, advocate dan leader untuk mencegah, meminimalisir, dan mengatasi masalah kepatuhan melalui pemberian asuhan keperawatan yang holistik dan spesifik sesuai dengan karakteristik pasien (Bangun, 2009).
Peneliti berpendapat pendidikan pasien CKD di RSUD dr. soehadi Prijonegoro yang sebagian besar
SMP/SMU yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri dalam makan maupun minum (Liu, 2010). Beberapa bukti menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien berperan dalam kepatuhan, tetapi memahami instruksi pengobatan dan pentingnya perawatan mungkin lebih penting daripada tingkat pendidikan pasien. Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak berarti meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang diresepkan. Yang paling penting, seorang pasien harus memiliki sumber daya dan motivasi untuk mematuhi protokol pengobatan (Krueger et al, 2005).
Status pernikahan responden dalam penelitian ini 100% menikah. Dukungan sosial khususnya dari keluarga mempunyai pengaruh yang besar untuk mengurangi dampak stres yang diakibatkan penyakit CKD dan terapi HD. Hal ini disebabkan karena mereka dapat berpikir lebih realistik dan mendapatkan perspektif lain yang lebih positif dari keluarga sehingga dapat mengembangkan mekanisme koping yang adaptif sehingga pada akhirnya mematuhi rekomendasi terapi CKD yang dianjurkan petugas kesehatan, khususnya perawat.
Tabel 7. Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Kelompok Kontrol dan eksperimen
Sesudah Pendidikan Kesehatan pada Observasi 1, Observasi 2, Observasi 3 Patuh
Observasi 1 Observasi 2 Observasi 3 Kontrol Eksperime n Kontrol Eksperime n Kontrol Eksperime n F % F % F % F % F % F % Patuh 13 65 11 55 13 65 9 45 13 65 12 60 Tidak Patuh 7 35 9 45 7 35 11 55 7 35 8 40 Pendidikan kesehatan diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari pengkajian, intervensi dan evaluasi (Edelman & Mandle, 2010).
Tujuan pendidikan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954 cit. Bastable, 2002). Notoatmodjo (2009) menyatakan media pendidikan adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
Pengetahuan yang dimiliki responden sebelumnya ditambah dengan informasi yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan menjadi lebih baik. Faktor lain yang dapat meningkatkan pengetahuan responden adalah media yang digunakan berupa gambar, tulisan dan suara. Penelitian ini selain pemberian pendidikan kesehatan 1 x, kemudian adaya reinforcement sebanyak 3x semakin menguatkan responden untuk meningkatkan kepatuhan. Materi informasi juga merupakan hal yang menarik bagi responden karena berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan pasien HD agar dapat merasa nyaman sebelum, selama dan sesudah HD.
Analisa Bivariat
Tabel 8. Perbedaan Tingkat Kepatuhan pada Kelompok Eksperimen Sebelum
dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tingkat Kepatuhan
Pre Post P value
Patuh 9 12
0,000 Tidak
Patuh
11 8
Hasil tingkat kepatuhan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil p value 0,000 sehingga p value < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak artinya ada perbedaan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisa pada kelompok eksperimen.
Ketidakpatuhan dapat
mendatangkan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu. Beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu mungkin tidak dirasakan secara langsung, namun dampak serius akibat sikap tidak patuh mampu memberikan efek dikemudian waktu (Saifunurmazah, 2013).
Pendapat peneliti terkait pengaruh intervensi terhadap kepatuhan responden terjadi karena informasi yang diberikan merupakan informasi yang secara umum sudah diketahui kebenarannya. Pasien CKD mengetahui bahwa pembatasan cairan diperlukan agar tidak mengalami komplikasi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bahkan kematian. Kebenaran informasi menimbulkan keinginan untuk merubah nilai-nilai yang
dianut selama ini dan menerima informasi yang diberikan.
Tabel 9. Perbedaan Tingkat Kepatuhan pada Kelompok Kontrol
Tingkat Kepatuhan
Pre Post P value
Patuh 13 13
1,000 Tidak
Patuh
7 7
Hasil kepatuhan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil p value 1,000 sehingga p value > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima artinya tidak ada perbedaan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisa pada kelompok kontrol.
Penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan Natal dan Tahun Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa liburan natal dan tahun baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum (Welch, 2006).
Penelitian dilakukan pada bulan Januari tahun 2016, cuaca pada saat penelitian panas pada siang maupun malam hari. Musim hujan seharusnya, akan tetapi di daerah Sragen, hujan masih jarang turun. Pasien HD lebih sulit melakukan pembatasan cairan karena rasa haus yang dirasakan.
Peneliti berpendapat kelompok kontrol tidak mengalami perubahan tingkat
kepatuhan yang bermakna karena tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan menggunakan audio visual. Pengetahuan kelompok kontrol tentang pembatasan asupan cairan hanya didapatkan dari informasi petugas kesehatan pada awal pasien akan menjalani HD.
Tabel 10. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Pre Post P value
Patuh 13 12
0,000 Tidak
Patuh
7 8
Pendidikan kesehatan tentang pembatasan asupan cairan merupakan suatu upaya memberikan informasi kepada pasien CKD yang menjalani HD di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Materi yang disampaikan berkaitan dengan komposisi cairan tubuh, masalah kelebihan cairan, batasan asupan cairan, cara menghitung kebutuhan cairan dan tips cara membatasai asupan cairan pada pasien HD. Hasil tingkat kepatuhan pada kelompok kontrol dan eksperimen sesudah pendidikan kesehatan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil p value 0,004 sehingga p value < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode audio visual terhadap tingkat kepatuhan.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Fernandez, et al (2014) bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan multimedia mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien
PPOK terhadap terapi. Penelitian yang dilakukan Kapti (2010) di dua RS di Kota Malang membuktikan bahwa penggunaan media audio visual dalam pendidikan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam tata laksana diare pada anak.
Pendapat peneliti terkait bermaknanya intervensi pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap kepatuhan dapat terjadi karena kesiapan responden untuk belajar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden pada kelompok eksperimen yang sebagian besar berpendidikan SMP/SMU sejumlah 14 pasien (70%). Selain itu, kesadaran responden terhadap manfaat tindakan secara langsung juga memotivasi responden untuk memperhatikan informasi yang diberikan. Pemahaman responden terhadap informasi yang disampaikan berdampak terhadap tingkat pengetahuan responden sehingga responden memilih perilaku yang lebih baik.
SIMPULAN
Ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisa pada kelompok eksperimen.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan mengubah metode penelitian, misal membandingkan efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan audio visual dan pendidikan
kesehatan dengan demontrasi, sehingga pasien HD tidak hanya melihat dan mendengarkan tetapi juga dapat mempraktekkan sendiri. Perawat HD dapat menggunakan media pendidikan kesehatan dengan mendia audio visual dalam kegiatan pendidikan kesehatan bagi pasien dalam upaya meningkatkan kepatuhan pembatasan cairan bagi pasien HD serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien HD
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2005). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastable, S.B. (2002). Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta: EGC.
Brunnert & Suddarth’s. (2012). Texbook of medical surgical nursing. Lippincot: Williams & Wilkins.
Centers for Disease Control and Prevention. (2007). CKD in the United States: An Overview of the USRDS Annual Data Report, Volume 1.
Edelman, C.L. & Mandle, C.L. (2010). Health promotion throught out the lifepan. 7th Edition. St. Louis Missouri: Elsevier Saunders.
Fernández, J.L., Fernández, F.L., Ruiz, A.G., Torres, D.P., & Fonseca, P.B. (2014). Efficacy of a multifactorial intervention on therapeutic adherence in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): a randomized controlled trial. BMC Pulmonary Medicine. 14, 70. http://www.biomedcentral.com/1471-2466/14/70.
Fisher, L. (2006). Physhicological intervention in fluid management. Diakses 17 Mei 2015, dari http://proquest.umi.com/pqdweb?inde x=16&did=1456931461&SrchMode= 1&sid=7&Fmt=6&VInst=PROD&VT ype=PQD&RQT=309&VName=PQD &TS=1240993656&clientId=63928. Kamalludin, R & Rahayu, E. (2009).
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di rsud prof.dr. margono soekarjo purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. 4(1), 20-31.
Kammerer, J., Garry, G., Hartigan, M, Carter, B., Erlich, L. (2007). Adherence in patients on dialysis: Strategy for succes. Nephrology Nursing Journal. 34 (5), 479-485.
Kapti, R.E. (2010). Efektivitas audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam tata laksana balita dengan diare di dua rumah sakit kota malang. Tesis. Universitas Indonesia, Depok.
Kugler, C., Maeding, I., & Russel, C.L. (2011). Non-adherence in patients on chronic hemodialysis: an international comparation study. Jnephrol. 26(03), 366-375.
Kutner, N. G. (2001). Improving compliance in dialysis patients: does anything work? Semin Dial. 14 (5), 324-327.
Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rahardjo P., Susalit, E., Suhardjon. (2006). Hemodialisis. Dalam Sudoyo, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tavangar, H, & Sadeghian H.A. (2003). A study of the relation of coping methods with psychological complications in hemodialysis patients. Journal of Shaheed Sadoughi University of Yazd. 11 (3), 39-45.
WHO. (2003). Adherence long term therapy: Evidence for action. Diakses tanggal 20 Mei 2015, dari http://www.emro.who.int/ncd/publicit y/adherencereportindiabetespatient/.