• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul Di dalam sebuah penelitian, judul merupakan salah satu bagian yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul Di dalam sebuah penelitian, judul merupakan salah satu bagian yang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Di dalam sebuah penelitian, judul merupakan salah satu bagian yang penting, karena judul merupakan gambaran dari apa yang sedang diteliti sehingga ketika membaca judul maka dapat diketahui yang menjadi pokok bahasan penelitian tersebut. Adapun judul dari penelitian ini adalah : “Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi.” Pemilihan judul tersebut karena ketertarikan peneliti terkait masalah perekonomian pasar tradisional. Semakin lama keadaan pasar tradisional semakin memprihatinkan, banyaknya pasar modern membuat eksistensi pasar tradisional semakin terancam. Pendapatan pedagang pasar tradisional mulai berkurang karena masyarakat yang lebih senang berbelanja di pasar modern.

Pendapatan yang tidak menentu membuat pedagang mengandalkan pinjaman dari pihak lain seperti bank konvensional ataupun rentenir. Akibatnya pedagang menjadi obyek untuk meraih keuntungan dari lembaga keuangan yang ada di pasar. Hadirnya koperasi simpan pinjam di tengah-tengah pedagang merupakan hal yang unik karena pedagang dapat menciptakan sebuah lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhannya akan pinjaman dana. Koperasi adalah lembaga yang mempunyai tujuan untuk mencapai kesejahteraan anggota. Kesejahteraan dapat tercapai apabila hubungan anggota didalamnya baik karena kekuatan dari koperasi terletak pada anggotanya

(2)

2 sehingga peneliti tertarik untuk meneliti modal sosial dalam pengembangan koperasi simpan pinjam ini.

1. Aktualitas

Keberadaan pasar tradisional sekarang ini semakin terdesak dengan mulai menjamurnya pasar modern. Dewasa ini kita sangat mudah menemui pasar modern, hampir disetiap pinggir jalan sudah dibangun minimarket-minimarket. Akibatnya banyak pedagang pasar tradisional yang mulai tergusur. Kondisi ini semakin hari menjadi semakin parah. Para pedagang Pasar Tradisional tersebut tentu saja kalah bersaing karena pasar modern lebih menawan dan menawarkan sejuta kenyamanan, dari mulai kondisi tempat belanja yang bersih dan ber-AC, barang yang dijual lengkap, jam buka yang hampir 24 jam, dan kelebihan lainnya yang tentunya akan memanjakan konsumen sehingga konsumen lebih tertarik berbelanja di Pasar Modern terutama para generasi muda.

Ditambah lagi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada nasib pedagang kecil. Hal ini terlihat dalam mudahnya pemerintah daerah dalam memberikan izin pendirian pasar modern di daerah mereka. Para pejabat tersebut beralasan bahwa dengan hadirnya pasar modern tersebut akan membuka lapangan kerja baru dan mengatasi pengangguran di wilayah mereka. Selain itu, adanya pasar modern tersebut tentunya dapat menjadi sumber pendapatan daerah, pendapatan tersebut tentunya juga diperuntukan bagi kesejahteraan warganya. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan pemerintahan kurang mendukung nasib pedagang tradisional.

(3)

3 Namun sejak belakangan ini muncul lembaga yang terdorong untuk memperhatikan nasib para pedagang tradisional ini yaitu Sekolah Pasar. Pada awalnya lembaga ini muncul karena OMBUDSMAN bersama-sama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM mengadakan riset tentang bagaimana melindungi keberadaan serta eksistensi pasar tradisional agar tidak tergusur oleh keberadaan pasar-pasar modern yang saat ini mulai banyak berdiri di Kabupaten Sleman, bahkan seluruh Indonesia. Salah satu hasil riset yang dilakukan oleh OMBUDSMAN bersama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan adalah berdirinya Sekolah Pasar. Upaya membantu para pedagang tradisional ini dilaksanakan dengan konsep pemberdayaan melalui 2 periode, yang petama melalui Program Kelas Pasar dan yang kedua adalah implementasinya yaitu dengan pembentukan koperasi. Di Pasar Sambilegi sendiri kebetulan periode kelas pasar selesai pada bulan Desember 2013 kemarin dan sekarang ini koperasi sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Hal ini menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut guna melihat lebih jauh terkait modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi.

2. Orisinalitas

Orisinalitas adalah aspek tentang keaslian sebuah penelitian. Sudah selayaknya sebuah penelitian merupakan hasil karya asli dari peneliti dan bukan merupakan hasil tiruan dari penelitian lainnya. Adapun penelitian sejenis yang terkait dengan modal sosial, koperasi dan sekolah pasar adalah penelitian yang dilakukan oleh Siskha Noviarti tentang “Metode dan Dampak

(4)

4 Pemberdayaan Pedagang Pasar Melalui Program Sekolah Pasar di Pasar Kranggan Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang dampak hadirnya sekolah pasar terhadap pedagang Pasar Kranggan, adapun program sekolah pasar yang diberikan mencalup 3 program yaitu kelas pasar, pendidikan konsumen, dan klinik pasar. Penelitian ini melihat apakah program-program tersebut memberi dampak yang berarti atau tidak bagi pedagang pasar di Pasar Kranggan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa program tersebut meningkatkan kualitas pedagang tetapi tidak meningkatkan pendapatan/finansial pedagang.

Contoh penelitian lainnya adalah penelitian milik Suyadi dengan judul Modal Sosial pada Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM). Penelitian ini membahas tentang koperasi syariah berkah mandiri yang merupaka konperasi simpan pinjam, pada awal dibentuknya tidak mempunyai apa-apa hanya sebesar 442.000 tapi mereka bermodalkan modal sosial yang kuat dimana mereka mempunyai kesamaan alumni mahasiswa USU. Sehingga kepercayaan, jaringan, dan nilai keagamaan yang membangun koperasi ini hingga dapat eksis dan berkembang sampai saat ini. Modal sosial yang terus dijaga dan dipelihara antara pengurus dan anggota serta kerja keras membuat koperasi ini menjadi makin sukses.

Penelitian lainnya yang terkait modal sosial adalah skripsi milik Danar dengan judul “Strategi Pedagang Pasar Tradisional dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern Waralaba (Studi Mengenai Strategi Penguatan Modal Sosial Pedagang Pasar Tradisional Sleman di Desa Triharjo, Kecamatan

(5)

5 Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta) pada tahun 2013. Penelitian ini membahas tentang merebaknya pasar modern yang menyebabkan berkurangnya pengunjung atau pembeli di Pasar Sleman. Adapun penguatan modal sosial yang dibangun pedagang yaitu : Pertama, kepercayaan yang dibangun terhadap pelanggan. Kedua, adanya jaringan sosial yang terjalin antara pedagang dengan agen pemasok yaitu dengan sistem ngalap nyaur mekanisme pembayaran setelah dagangan laku/terjual. Ketiga, kerjasama antar pedagang di pasar tradisional misalnya penukaran uang receh, saling meminjam, membantu menjualkan, dan lainnya. Keempat, Solidaritas paguyuban. Kelima, hubungan timbal balik pedagang dengan petugas pasar contoh membayar retribusi dan retribusi untuk mengelola fasilitas pasar. Contoh penelitian lainnya adalah tesis milik Mira Fatimah dengan judul “ Modal Sosial Pedagang dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Tradisional (Studi Kasus Forum Silaturahmi Paguyuban Pedagang Pasar Yogyakarta) tahun 2012 yang membahas tentang peran FSP3Y yang melalui berbagai kegiatan berhasil meningkatkan daya saing pasar tradisional seperti mlalui promo pasar dan belanja berhadiah sehingga meningkatkan omzet pedagang hingga 30%. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari pemanfaatan modal sosial yang menghasilkan kerja sama untuk keuntungan bersama. FSP3Y menjadi wadah mempersatukan pedagang, paguyuban maupun pihak lain.

Penelitian difokuskan pada Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi, Koperasi Al Mawaddah adalah koperasi yang merupakan implementasi dari Program Kelas Pasar sebelumnya di Pasar Sambilegi. Penelitian saya ini

(6)

6 berfokus pada modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah ada sebelumnya, penelitian ini benar-benar orisinal dan baru serta sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.

3. Relevansi dengan Program Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Pembangunan sosial dan kesejahteraan adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang ada dan mewujudkan kesejahteraan bersama. Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan membagi fokus studinya kedalam 3 pokok studi, yaitu : Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Community Empowerment atau Pemberdayaan Masyarakat, serta Social Policy atau Kebijakan Sosial. Selain salah satu mata kuliah yang diajarkan di dalan jurusan ini adalah “Ekonomi Kerakyatan” yang sekiranya sangat relevan dengan tema yang diangkat peneliti yaitu tentang koperasi simpan pinjam di salah satu pasar tradisional.

Koperasi simpan pinjam di pasar tradisional ini dapat membantu pedagang dalam mengatasi masalah permodalan sehingga dapat dikatakan koperasi ini menjadi soko guru perekonomian. Koperasi ini juga menjadi wadah pedagang untuk saling bertukar pikiran dan berorganisasi sehingga pengetahuan pedagang semakin bertambah. Penelitian ini mengupas tentang peran modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi. Modal sosial yang dimaksud adalah modal sosial yang dimiliki oleh pengurus

(7)

7 dan anggota dalam usaha untuk mengembangkan koperasi demi tercapainya kesejahteraan. Disinilah keterkaitan dengan ilmu pembangunan sosial dan kesejahteraan yaitu terkait usaha koperasi dalam meningkatkan perekonomian pedagang pasar tradisional.

B. Latar Belakang

Pasar modern sekarang ini menjamur dimana-mana, tidak hanya di kota besar saja tapi sudah merambah di kota kecil kecamatan. Sekarang ini pasar dan ritel modern telah menguasai 31 persen pasar ritel dengan omset satu ritel modern mencapai Rp 2,5triliun/tahun, kontras bila kita bandingkan dengan ritel dan pasar tradisional yang hanya mampu meraup omset sebesar Rp 9,1 juta/tahun (Rozaki,2012). Pertumbuhan pasar modern kian meningkat dari waktu ke waktu, berikut adalah pertumbuhan pasar modern dan pasar tradisional pada tahun 2009-2010:

Tabel I.1

Pertumbuhan Ritel Tradisional dan Modern di Indonesia

Tipe Pasar Tahun Presentase (%) Jumlah (unit) Tradisional 2009 15 2.545.000 2010 8,1 1.957.105 Modern 2009 38 11.927 2010 42 16.922

(8)

8 Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2009 pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 15% atau 2.545.000 dan di tahun 2010 mengalami penurunan lagi sebesar 8,1% atau 1.957.105 pada tahun 2010. Sementara itu, pertumbuhan pasar modern justru meningkat pada 2009 sebesar 38% atau 11.927 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 42% atau 16.922. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari waktu ke waktu pertumbuhan pasar modern semakin meningkat dan sebaliknya jumlah pasar tradisional semakin menurun. Hal ini juga berpengaruh terhadap pangsa pasarnya, berikut ini adalah data tentang pangsa pasar tradisional dan pasar modern:

Tabel I.2

Pangsa Pasar Ritel Tradisional dan Modern di Indonesia

Jenis Pasar Tahun

Pangsa Pasar (%) Tradisional 2009 80 2010 70-67 Modern 2009 30 2010 37

Sumber : AC Nielsen tahun 2010

Dari data tersebut menunjukkan adanya penurunan pangsa ritel tradisional yang mencapai 80% di tahun 2009. Di tahun 2010 kembali terjadi penurunan pangsa pasar ritel tradisional menjadi 70%-67%, sedangkan pasar modern mengalami peningkatan pangsa pasar 30% - 37% masing-masing di tahun 2009-2010.

(9)

9 Padahal sektor perdagangan memegang peranan penting dalam sektor perekonomian. Data BPS per Agustus 2011 menunjukkan bahwa sektor ritel mampu menyerap 23,4 juta tenaga kerja, atau nomor dua setelah sektor pertanian yang menampung 39,3 juta tenaga kerja usia diatas 15 tahun. Kemudian Pfeferman (2000: 3) menyebutkan bahwa sektor informal, termasuk pedagang tradisional, menyumbang 58% kesempatan kerja dan mampu membebaskan seseorang dari belenggu kemiskinan. Sektor informal termasuk pedagang tradisional memang memberi sumbangan yang besar bagi perekonomian Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian. Serbuan pasar modern tentunya akan mematikan pedagang pasar tradisional padahal banyak masyarakat yang bergantung pada sektor ini.

Fransisca (2009) mengungkapkan bahwa “Kehadiran pasar-pasar modern yang dikelola dengan baik dan profesional oleh para investor diklaim telah mendiskreditkan keberadaan pasar tradisional khususnya di perkotaan sementara hanya sebagian kecil pasar tradisional yang dikelola secara profesional. Sebagian besar pasar tradisional masih terkesan becek, bau, sumpek, pengap, dan kotor. Hal tersebut dibuktikan dari berbagai hasil penelitian khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang menunjukkan bahwa keberadaan pasar modern telah berdampak pada penurunan omset pedagang di Pasar Tradisional secara signifikan.” Adri Poesoro (2007) Kehadiran pasar modern tersebut bukan satu-satunya penyebab penurunan produktivitas pasar tradisional. Persoalan internal seperti buruknya

(10)

10 manajemen pasar, minimnya sarana dan prasarana pasar hingga minimnya bantuan permodalan turut andil dalam penurunan omset penjualan di pasar tradisional padahal modal memegang peranan penting dalam perkembangan pasar.

Minimnya permodalan membuat pedagang pasar tradisional terpaksa meminjam uang di rentenir untuk modal usaha. Rentenir yaitu orang yang manawarkan pinjaman jangka pendek tanpa jaminan tetapi memiliki tingkat bunga yang relatif tinggi dan mereka juga berusaha untuk menjaga hubungan kredit dengan nasabah-nasabahnya melalui hubungan interpersonal maupun kultural (Heru Nugroho,2001: 80). Praktek rentenir merupakan salah satu aktivitas ekonomi dalam pinjam meminjam uang yang pada umumnya banyak diminati oleh orang-orang dari strata pendapatan rendah (menengah ke bawah) yang membutuhkan kredit-kredit untuk membayar hidup sehari-hari maupun untuk berusaha (Heru Nugroho, 2001:18). Rentenir disatu sisi merugikan pedagang karena bunga yang tinggi tetapi di lain pihakjuga dibutuhkan terutama pada saat mendesak.karena persyaratan mudah dan tidak rumit, tidak seperti meminjam uang di bank konvensional.

Ketidakberdayaan pasar tradisonal dalam menghadapi berbagai masalah inilah yang membuat Dinas Pasar Sleman ingin memajukan pasar tradisonal, dengan membuat pilot project atau pasar percontohan. Salah satu yang ditetapkan sebagai pasar percontohan adalah Pasar Sambilegi. Pasar Sambilegi ditetapkan sebagai pasar percontohan karena letaknya yang

(11)

11 strategis yaitu di pinggir jalan raya jogja solo dan dekat bandara sehingga mempunyai prospek yang baik. Usaha Dinas Pasar Sleman untuk memajukan Pasar Sambilegi adalah dengan melakukan zonasi atau pemisahan pedagang sesuai barang dagangan, contohnya pedagang daging dan ayam dibuatkan tempat khusus untu berjualan. Kemudian mengkonblok parkiran pasar yang dulunya tanah, lalu membangun kanopi bagi pedagang telasaran, serta mengganti lantai yang telah rusak dengan keramik. Selain itu pihak Dinas Pasar Sleman juga meminta bantuan Pusat Study Ekonomi Kerakyatan UGM (PUSTEK) untuk mendidik pedagang melalui Program Kelas Pasar.

Program Kelas pasar adalah program rutin dwi mingguan yang mengajarkan materi tentang pembukuan, pelayanan konsumen, kebersihan, perkoperasian dan materi lainnya yang dibutuhkan pedagang. Program Kelas Pasar berlangsung selama 8-12 kali pertemuan. Program Kelas Pasar di Pasar Sambilegi ini berakhir pada bulan Desember 2013 lalu. Setelah Program Kelas Pasar selesai, kemudian pengelola Program Sekolah Pasar yaitu Mbak Rindu Sanubari beserta teman-teman menawarkan kepada pedagang untuk tetap lanjut dan mengimplementasikan ilmu yang di dapat dengan membuat sebuah koperasi pasar. Hal ini mendapat tanggapan positif dari para pedagang. Koperasi ini diharapkan dapat membantu para pedagang di Pasar Sambilegi dan bisa menjadi soko guru perekonomian pedagang. Awal berdirinya koperasi ini adalah pada bulan Maret 2014 sehingga

(12)

12 sampai sekarang ini koperasi ini sudah berjalan selama satu tahun. Koperasi pasar ini kemudian dinamakan Koperasi Al Mawaddah.

Pada awal berdirinya Koperasi Al Mawaddah ini, anggotanya masih sedikit yaitu pedagang bekas murid Program Kelas Pasar kurang lebih hanya 30 orang. Namun, seiring dengan berjalanannya waktu jumlah anggotanya semakin lama semakin bertambah. Pengelola dan anggota tetap semangat dan optimis dapat memajukan koperasi ini. Sudah menjadi prinsip bagi pembina Program Kelas Pasar bahwa ketika masuk ke dalam suatu pasar maka mereka total dalam membangun modal intelektualitas dan modal institusional pedagang. Membangun modal intelektual pedagang yaitu dengan meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan dan membangun modal institusional dengan membuat wadah seperti koperasi ini sehingga pedagang dapat mandiri. Pengelola Program Kelas Pasar lebih mementingkan pembangunan sumber daya manusia pedagang dari pada pembangunan fisik pasar semata.

Menurut Syahyuti (2008) bahwa “Dalam keadaan krisis yang sedang terjadi, ekonomi pasar tradisional telah menunjukkan ketahanannya. Hal ini membuktikan dalam keadaan krisis salah satu sektor yang mampu bertahan adalah pasar tradisional, hal ini karena para pelaku pasar tradisional mempunyai akar-akar kekuatan modal sosial.” Selaras dengan pendapat Syahyuti tersebut modal sosial memang memegang peranan penting dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah ini. Koperasi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Prinsip awal terbentuknya koperasi

(13)

13 adalah rasa kekeluargaan yaitu perasaan senasib dan sepenanggungan serta memiliki tujuan yang sama untuk saling membantu antaranggota sehingga akan tercapai kesejahteraan bagi semua pihak.

Modal sosial merupakan bagian dari organisasi sosial seperti Koperasi Al Mawaddah ini. Adanya kepercayaan, jaringan, dan norma yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi (Field, 2014: 6). Dalam sebuah lembaga yang dinamakan koperasi, modal sosial dapat dibangun ketika semua anggota koperasi dan pengurus koperasi mau belajar dan mau mempercayai individu lainnya. Apabila semua individu memiliki rasa kepercayaan maka akan menghasilkan komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga hubungan diantaranya akan saling menguntungkan. Sedangkan jaringan sosial yang dimiliki baik anggota dan pengurus dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi yang baik. Jaringan sosial yang semakin erat akan memperkuat bentuk kerjasama sehingga tujuan kelompok akan mudah direalisasikan. Kemudian yang terakhir adalah norma sosial, sebagai unsur modal sosial fungsi dari norma sosial adalah untuk mengatur perilaku orang yang ada di dalam suatu lembaga yang dalam hal ini adalah anggota dan pengurus Koperasi Al Mawaddah agar tidak menyimpang dari kebiasaan yang berlaku atau aturan yang ada di dalam koperasi ini sehingga masing-masing individu sadar akan hak dan kewajiban yang harus dijalankan.

(14)

14 Putnam dan Fukuyama dalam Field (2014 : 88) menyebutkan, “Kerja sama, khususnya antar pesaing, difasilitasi oleh norma kepercayaan yang melekat pada jaringan antar dan intra perusahaan. Norma-norma ini berguna karena memungkinkan bisnis melakukan perdagangan satu sama lain tanpa semata-mata bergantung pada mekanisme dan prosedur formal, seperti kontrak yang mengikat secara hukum atau perjanjian secara legal yang berjalan lambat dan mahal. Peran modal sosial dalam mengurangi biaya transaksi banyak diakui dalam literatur modal sosial.” Dengan demikian modal sosial yang dipunyai pengurus dan anggota koperasi dapat menjadi perekat semua orang yang ada di organisasi ini. Adanya kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial yang ada di dalam Koperasi Al Mawaddah ini memungkinkan terjadinya kerjasama antaraktor didalamnya dan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah serta mengurangi biaya transaksi. Intinya, modal sosial yang dimiliki oleh Koperasi Al Mawaddah memiliki pengaruh yang besar pada eksistensi koperasi ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti peran modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi.

(15)

15 C. Rumusan Masalah

Koperasi Al Mawaddah adalah salah satu lembaga keuangan yang ada di Pasar Sambilegi. Hadirnya koperasi ini diharapkan membawa angin segar dan dapat membantu pedagang dalam mengatasi masalah keuangan. Namun terkadang, koperasi ini harus dihadapkan dengan berbagai tantangan, baik tantangan dari dalam anggota maupun tantangan dari luar seperti dengan lembaga keuangan lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan besar dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Bagaimana Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi?

D. Tujuan Penelitian Dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah :

Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan modal sosial yang dibangun oleh pedagang anggota Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi, untuk mengetahui peranan modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi serta unsur-unsur yang menumbuhkan modal sosial tersebut, yaitu:

- Mengetahui peran kepercayaan pengurus dan anggota dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah

- Mengetahui peran jaringan dalam menjalin mitra dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah

(16)

16 2. Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini :

a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta memberikan kontribusi bagi perkembangan kajian Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.

b. Bagi koperasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi sehingga dapat sebagai acuan untuk memperbaiki hal yang dirasa kurang.

c. Bagi pemerintah, perkembangan Koperasi Al Mawaddah ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi program atau kegiatan dari pemerintah kedepannya.

E. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan koperasi, modal sosial, dan hubungan diantara keduanya. Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah bahwa modal sosial berperan dalam pengembangan Koperasi Al

Mawaddah ini.

1. Koperasi

Koperasi mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian yaitu sebagai soko guru maksudnya koperasi diharapkan dapat menjadi penopang ekonomi masyarakat sehingga dapat tercapai kesejahteraan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012

(17)

17 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 1 pengertian koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan usaha simpan pinjam. Kemudian kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota, calon anggota koperasi bersangkutan, koperasi lain, dan atau anggotanya. Koperasi Al Mawaddah adalah koperasi simpan pinjam yang dibentuk atas prakarsa pedagang-pedagang di Pasar Sambilegi, koperasi ini baru dibentuk kurang lebih satu tahun. Dengan usia koperasi yang masih muda ini, maka perlu dilihat proses pengembangan koperasi apakah dapat berkembang menjadi koperasi sesuai aturan-aturang yang berlaku ataukah lebih mengutamakan hal-hal lainnya dalam proses simpan pinjamnya.

Menurut Ibnoe Soedjono kriteria pertumbuhan berkelanjutan bagi koperasi terdiri dari 4 hal yaitu: Pertama, pertumbuhan jumlah anggota. Hal ini dilihat dari perkembangan jumlah anggota koperasi dari waktu ke waktu. Kedua, Pertumbuhan modal. Yang dimaksud adalah pertumbuhan modal

(18)

18 dari anggota seperti simpanan pokok dan simpanan wajib serta pertambahan modal lainnya. Ketiga, pertumbuhan volume usaha. Dalam hal ini adalah usaha jasa, semakin besar volume usahanya maka semkin besar pula SHUnya sehingga koperasi akan semakin mudah mengembangkan diri. Keempat, terlayaninya kebutuhan anggota secara memuaskan. Dalam hal ini koperasi harus bisa melayani anggota dengan menyediakan pinjaman untuk kebutuhan anggota dengan syarat yang mudah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.

Pada koperasi yang dilihat dalam penelitian ini adalah terjadi penambahan modal dan penambahan jumlah anggota. Namun, yang menjadi pertentangan adalah apakah koperasi sudah berlangsung sesuai aturan atau belum. Hal ini mengingatkan bahwa dalam mengembangkan sebuah koperasi harus memegang teguh pada landasan kerja koperasi yaitu yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 5 yaitu:

a. Menyelenggarakan kegiatan usahanya berdasarkan nilai-nilai dan prinsip koperasi sehingga dapat dengan jelas menunjukkan perilaku koperasi.

b. Koperasi simpan pinjam sebagai sarana bagi anggota dalam mengatasi masalah kekurangan modal.

(19)

19 c. Maju mundurnya koperasi simpan pinjam menjadi tanggung jawab

seluruh anggota sehingga berlaku asas self responsibility.

d. Anggota koperasi simpan pinjam berada dalam satu kesatuan sistem kerja koperasi, yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

e. Koperasi simpan pinjam memberikan manfaat yang lebih besar kepada anggota, calon anggota, dan masyarakat dibandingkan dengan manfaat yang diberikan oleh lembaga keuangan lainnya.

f. Koperasi simpan pinjam sebagai lembaga intermediasi, dalam hal ini koperasi simpan pinjam bertugas menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya serta menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk pinjaman kepada pihak-pihak tersebut.

Landasan kerja tersebut harus diterapkan dalam pengelolaan koperasi agar koperasi berjalan dengan baik. Dari semua landasan tersebut yang menjadi penting untuk dibahas adalah masalah keanggotaan karena kekuatan dari sebuah koperasi terletak pada anggotanya. Apabila anggota-anggotanya kompak dan mempunyai niat yang kuat untuk memajukan koperasi maka koperasi akan berkembang sehingga maju mundurnya koperasi ditentukan oleh anggota. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal. Anggota koperasi secara bersama-sama dengan bergotong royong bekerja untuk memenuhi kebutuhan bersama, baik kebutuhan ekonomi para anggota maupun kebutuhan ekonomi masyarakat

(20)

20 (Agnes Sunartiningsih dan Hempri Suyatna, 2009 : 96). Dari penjelasan pengertian koperasi tersebut sudah jelas bahwa inti dari koperasi bukanlah modal uang yang banyak tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu orang-orang yang ada didalamnya yang mau bekerja sama memanfaatkan potensi yang ada untuk mencapai kesejahteraan bersama. Tujuan akhir dari koperasi adalah untuk mencapai kesejahteraan seluruh anggotanya misalnya dari sisa hasil usaha yang diperoleh anggota. Dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koprasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 13 menyebutkan bahwa sisa hasil usaha (SHU) dibagikan kepada anggota secara adil sebanding dengan jasa usaha dan jasa terhadap modal yang diberikan kepada koperasi. Kesejahteraan bagi anggota tersebut akan tercapai apabila hubungan antara anggotanya harmonis, dan yang menggerakkan orang-orang yang berbeda sifat dan kepentingan ini untuk mencapai tujuan bersama adalah adanya modal sosial. Oleh karena itu modal sosial menjadi hal yang penting dalam pengembangan koperasi sehingga yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang modal sosial yang terbangun di dalam Koperasi Al Mawaddah.

2. Modal Sosial

Fukuyama mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara

(21)

21 mereka. Jika para anggota kelompok itu mengharapkan anggota-anggota yang lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai. Kepercayaan ibarat pelumas yang membuat jalannya kelompok atau organisasi menjadi lebih efisien (Fukuyama 2014: vii).

Selain Fukuyama, modal sosial juga dibahas oleh Putnam dalam (Field 2014: 6), mengemukakan bahwa modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial seperti, kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi.

Bourdieu dalam (Field, 2014: 26) menjelaskan bahwa modal sosial mempresentasikan sumber daya aktual atau potensi yang dikaitkan dengan kepemilikan jaringan yang bertahan lama. Ia mengakui bahwa modal sosial yang dimiliki agen tergantung pada koneksi yang dapat mereka mobilisasi dan volume modal (budaya, sosial, dan ekonomi) yang dimiliki masing-masing koneksi.

Sedangkan menurut Coleman dalam (Field 2014 : 32) menyebutkan bahwa modal sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup manfaat rill bagi orang miskin dan komunitas yang terpinggirkan. Modal sosial, menurut Coleman, mempresentasikan sumber daya karena hal ini melibatkan harapan dan resiprositas, dan melampaui individu manapun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luasyang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama.

Coleman dalam (Field 2014:38) mendefinisikan modal sosial sebagai seperangkat sumber daya yang melekat pada hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas dan yang berguna bagi perkembangan kognitif atau

(22)

22 sosial anak atau orang yang masih muda. Sumber-sumber daya tersebut berbeda bagi orang-orang yang berlainan dan dapat memberikan manfaat penting bagi anak-anak dan remaja dalam perkembangan modal manusia mereka.

Badaruddin (2005: 31) menjelaskan bahwa modal sosial dibangun dari tiga dimensi yaitu: a) Keprcayaan (trust), yang meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarianisme), toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity), b) Jaringan sosial (networks), yang meliputi adanya partisipasi (participations), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas (solidarity), kerjasama (collaboration/cooperation) dan keadilan (equity), c) Pranata (institution), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared value), norma-norma dan sanksi-sanksi (norm and sanctions), dan aturan-aturan (rules).

Lesser (2000: 102-105) berpendapat bahwa modal sosial menjadi sangat penting bagi komunitas karena (a) memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas (b) menjadi media power sharing atau pembagian kekuasan dalam komunitas (c) mengembangkan solidaritas (d) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas (e) memungkinkan pencapaian bersama dan (f) membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi komunitas.

(23)

23 Michael Wollcock (dalam Field, 2014 : 68) membuat pemisahan yang berguna antara lain :

a. Modal sosial yang mengikat (bonding social capital), yang berarti ikatan antar orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga dekat , teman akrab, dan rukun tetangga.

b. Modal sosial yang menjembatani (bridging social capital), yang mencakup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh dan rekan sekerja.

c. Modal sosial yang menghubungkan (linking social capital), yang menjangkau orang-orang yang berada pada situasi yang berbeda, seperti mereka yang sepenuhnya ada di luar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak sumber daya dari pada yang tersedia di dalam komunitas.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari modal sosial banyak dipergunakan, Syahyuti (2008) mengungkapkan bahwa modal sosial mampu mengurangi dampak dari ketidaksempurnaan pasar yang dihadapi para pelaku perdagangan. Modal sosial mengurangi tingginya biaya transaksi melalui tiga hal, yaitu: Hubungan dengan pedagang lain yang dapat membantu dalam mengurangi biaya transaksi, hubungan dengan orang-orang yang dapat membantu jika menghadapi kesulitan keuangan, dan hubungan keluarga. Modal sosial dapat ditumbuhkan secara formal misalnya melalui penumbuhan asosiasi - asosiasi pedagang.

(24)

24 Danar (2013) mengungkapkan bahwa pedagang tradisional mampu melawan serbuan pasar modern yang menyebabkan berkurangnya pengunjung atau pembeli di Pasar Sleman dengan penguatan modal sosial yang dibangun pedagang seperti: kepercayaan yang dibangun terhadap pelanggan, adanya jaringan sosial dengan agen pemasok yaitu dengan sistem ngalap nyaur mekanisme pembayaran setelah dagangan laku/terjual, kerjasama antar pedagang misalnya penukaran uang receh, saling meminjam, membantu menjualkan, dan yang terakhir adalah adanya solidaritas paguyuban.

Fukuyama (2014: ix) mengungkapkan bahwa social capital memiliki keuntungan yang jauh melampaui wilayah ekonomi. Social capital memungkinkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam sebuah masyarakat yang kompleks untuk mengikat bersama demi membela kepentingan mereka.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dilihat bahwa modal sosial berkaitan erat dalam pengembangan koperasi, dengan adanya kepercayaan antar anggota kelompok, jaringan, dan norma dapat membantu individu dalam kelompok bersangkutann untuk memiliki akses guna mencapai tujuannya. Terdapat tiga unsur penting yang membentuk modal sosial yaitu kepercayaan (trust), jaringan (network), dan norma. Berikut uraian mengenai unsur-unsur modal sosial tersebut:

(25)

25 a. Kepercayaan

Fukuyama (2014: ix) mengungkapkan kepercayaan (trust) adalah by product yang sangat penting dari norma-norma sosial kooperatif yang memunculkan social capital. Jika masyarakat bisa diandalkan untuk tetap menjaga komitmen, norma-norma saling tolong menolong yang tehormat, dan menghindari perilaku oportunistik, maka berbagai kelompok akan terbentuk secara lebih cepat, dan kelompok yang terbentuk itu akan mampu mencapai tujuan-tujuan bersama secara lebih efisien. Fukuyama dalam Field (2014 : 102), mengklaim bahwa kepercayaan adalah dasar dari tatanan sosial : komunitas bergantung pada kepercayaan timbal balik dan tidak akan muncul secara spontan tanpanya.

Sedangkan Mollering merumuskan bahwa kepercayaan membawa konotasi aspek negosiasi harapan dan kenyataan yang dibawakan oleh tindakan sosial individu-individu atau kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan (Arya Hadi Dharmawan, 2002 : 4). Dari rumusan diatas individu atau kelompok mempunyai harapan dan realitas tindakan yang ditunjukkan oleh individu atau kelompok dalam menyelesaikan amanah yang diembannya. Kepercayaan akan tinggi apabila penyimpangan antara harapan dan realisasi tindakan sangat kecil dan sebaliknya kepercayaan akan semakin rendah apabila harapan yang diinginkan tidak dipenuhi oleh realisasi tindakan sosial.

Mollering dalam (Arya Hadi Dharmawan, 2002 : 4) mengatakan bahwa kepercayaan (trust) adalah aset penting dalam kehidupan

(26)

26 kemasyarakatan yang menjamin struktur-struktur sosial berdiri secara utuh dan berfungsi secara operasional serta efisien.

Fukuyama (1995) dalam Supriono (2009: 3-4) membagi serangkaian kebudayaan negara-negara di dunia secara dikotomis, yaitu : (a) high trust sosiety (masyarakat dengan tingkat trust yang tinggi) dan (b) low trust sosiety (masyarakat dengan tingkat trust yang rendah). Masyarakat yang tergolong high trust adalah masyarakat yang radius of trust yang panjang (lebar), masyarakat yang tergolong low trust adalah masyarakat dengan radius of trust yang pendek (sempit). Sedangkan menurut Knack dan Keefer (1997) dalam Supriono (2009: 4), secara umum masyarakat high trust adalah masyarakat yang memiliki solidaritas komunal yang tinggi. Solidaritas komunal yang tinggi ini pada gilirannya mengakibatkan anggota-anggota masyarakat mereka mau bekerja mengikuti aturan, sehingga ikut memperkuat rasa kebersamaan. Sementara itu masyarakat low trust adalah masyarakat yang lebih inferior dalam perilaku kolektifnya. Masyarakat dengan high trust lebih cepat maju dan berkembang daripada masyarakat dengan low trust.

b. Jaringan Sosial (Network)

Menurut Fukuyama (2014: 332) , jaringan (network) adalah kelompok-kelompok yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai informal, jaringan memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran informasi melalui dan ke dalam sebuah organisasi. Fukuyama (2014: 324) mendefinisikan

(27)

27 jaringan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma-norma-norma yang penting untuk transaksi-transaksi pasar biasa.

Berdasarkan cara pikir tersebut, maka jaringan (network) menurut Robert M. Z. Lawang dalam Damsar (2011: 157-158) dimengerti sebagai:

1. Ada ikatan antar simpul (orang/kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikatkan dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sama bukan kerja bersama-sama. 3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin

antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Jika satu simpul saja putus maka keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

(28)

28 6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Granovetter (dalam Ritzer, 2010: 470-471) membedakan antara “ikatan kuat dan lemah”. Ikatan kuat misalnya hubungan antara seseorang dan teman karibnya, dan ikatan lemah misalnya hubungan antara seseorang dan kenalannya. Ikatan lemah dapat menjadi sangat penting, seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain ataupun masyarakat luas. Granovetter juga menegaskan bahwa ikatan yang kuat pun mempunyai nilai, misalnya orang mempunyai ikatan memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan.

c. Norma Sosial

Djohan (2007: 54) mendefinisikan norma adalah aturan kolektif yang diharapkan dapat dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial. Norma terbentuk dari berulangnya kebiasaan dalam interaksi keseharian yang menciptakan aturan-aturan main di masyarakat. Aturan-aturan kolektif ini biasanya tidak tertulis, tetapi dipahami setiap anggota masyarakat dan menentukan tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

(29)

29 “Formal norms are written down and involve specific punishments for violators. Laws are the most common type of formal norms, they have been codified and may be enforeed by sanctions…norms considered to be less important are referred to as informal norms-unwritten standards of behavior understood by people who share a common identity. Informal sanctions are not clearly defined and can be applied by any member of a group” (Norma formal ditulis dan menggunakan hukuman tertentu bagi pelanggarnya. Hukum adalah bentuk norma formal yang paling umum, hukum dirumuskan dalam tulisan dan bisa ditegakkan dengan sanksi. Norma yang dianggap kurang penting disebut sebagai norma informal-standar perilaku yang tak tertulis, dipahami oleh orang yang memiliki kesamaan identitas. Sanksi informal tidak didefinisikan dengan jelas dan bisa diaplikasikan oleh semua anggota kelompok (Kendall, 2011: 73).

Field (2014 : 88), menyebutkan bahwa norma-norma berguna karena memungkinkan bisnis melakukan perdagangan satu sama lain tanpa semata-mata bergantung pada mekanisme atau prosedur formal, seperti kontrak yang mengikat secara hukum atau perjanjian secara legal, yang bejalan lambat dan mahal. Peran modal sosial adalah mengurangi biaya transaksi.

Fukuyama (2014 : 238) menjelaskan bahwa norma-norma yang diciptakan secara spontan cenderung bersifat informal, yaitu norma-norma tidak tertulis dan dipublikasikan, sementara norma-norma dan aturan-aturan yang diciptakan oleh sumber-sumber otoritas hierarkis cenderung mengambil bentuk hukum-hukum tertulis, undang-undang, regulasi, teks

(30)

30 suci, atau peta organisasi birokratis. Fukuyama (2014:239) mengungkapkan proses terbentuknya norma, yang disebut sebagai continuum norma. Fukuyama membagi norma menjadi dua yaitu: norma yang bersifat formal yang muncul secara hierarkis dan norma kurang formal yang muncul secara spontan dalam masyarakat.

Coleman (2008: 296) mengungkapkan bahwa norma menentukan tindakan apa saja yang dianggap tepat atau benar, atau tidak tepat atau tidak benar, oleh sekelompok orang. Norma-norma sosial diciptakan secara sengaja dalam pengertian bahwa orang-orang yang memprakarsai atau ikut mempertahankan suatu norma merasa diuntungkan oleh kepatuhannya pada norma dan merugi karena melanggar norma. Norma biasanya ditegakkan melalui sanksi yang berupa imbalan karena melakukan tindakan-tindakan yang dipandang benar atau hukuman karena melakukan tindakan-tindakan yang dipandang tidak benar.

3. Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Koperasi Al Mawaddah

Mengingat koperasi terdiri dari anggota-anggota yang mengenal satu sama lain sehingga sepakat membentuk wadah yaitu koperasi maka ada ikatan sosial diantaranya. Modal sosial memegang peranan penting dalam pengembangan koperasi ini. Modal sosial memiliki tiga unsur yaitu kepercayaan, jaringan, dan norma, ketiga unsur tersebut saling

(31)

31 berhubungan dan berkaitan. Berikut ini adalah peran modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah:

a. Kepercayaan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah ini karena tidak ada jaminan hukum bagi yang melanggarnya. Semua aktivitas perkoperasian hanya murni berlandaskan akan rasa saling percaya baik itu kepercayaan antar sesama pengurus koperasi, kepercayaan antara pengurus dan anggota, kepercayaan koperasi dengan instansi atau lembaga lain. Kepercayaan muncul dari adanya kejujuran dan bertindak sesuai norma-norma atau kesepakatan bersama. Kepercayaan akan semakin tinggi apabila lembaga koperasi ini mampu memenuhi harapan para anggotanya yaitu kesejahteraan bersama, tapi sebaliknya kepercayaan akan semakin menurun apabila harapan terhadap lembaga koperasi ini tidak terwujud, sehingga terjadi hubungan timbal baik antara keduanya. Dalam hal ini kepercayaan terhadap Koperasi Al Mawaddah ini memegang fungsi yang penting yaitu dengan memiliki rasa percaya maka setiap anggota koperasi akan mempunyai pandangan dan kesadaran diri yang tinggi sehingga akan tercapai legitimasi kolektif. Apabila hal ini terwujud maka setiap anggota koperasi akan mudah bekerjasama sehingga pekerjaan yang sulit akan mudah dikerjakan dan apabila terjadi konflik maka akan mudah diredam sehingga tujuan akhir dari Koperasi Al Mawaddah yaitu mencapai kesejahteraan bersama seluruh anggota akan tercapai. Sehingga kepercayaan memiliki peran penting dalam

(32)

32 mempertahankan hubungan dan kelangsungan aktivitas simpan pinjam di dalam Koperasi Al Mawaddah di Pasar Sambilegi.

b. Jaringan sosial terbentuk karena adanya interaksi dalam hal ini bisa interaksi antara pengelola/pengurus dan anggota Koperasi Al Mawaddah serta jaringan antara Koperasi Al Mawaddah dengan lembaga mitra dari luar. Baik anggota maupun pengurus Koperasi Al Mawaddah saling memperluas jaringan untuk memperluas hubungannya. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Selain itu jaringan sosial berfungsi sebagai sumber informasi penting dalam mengidentifikasikan dan menggali peluang bisnis sehingga membentuk relasi bisnis. Jadi, ketika Koperasi Al Mawaddah mempunya jaringan bisnis yang luas maka Koperasi Al Mawaddah akan mudah mengembangkan lembaganya.

c. Norma yang tumbuh di dalam Koperasi Al Mawaddah ini tercipta secara informal yang kemudian dilembagakan melalui lembaga yang sudah dibentuk. Dalam hal ini norma-norma menjaga hubungan sosial antara pedagang, pengurus Koperasi Al Mawaddah dan lembaga/instansi terkait. Kepatuhan anggota dan pengurus terhadap norma-norma sosial yang telah disepakati dapat meningkatkan solidaritas dan mengembangkan kerja sama dengan mengacu pada norma-norma sosial yang menjadi patokan mereka. Norma sosial memiliki peran penting dalam kelangsungan kegiatan simpan pinjam di dalam Koperasi Al

(33)

33 Mawaddah Pasar Sambilegi. Norma dalam modal sosial berperan untuk mengatur dan menjaga bagaimana ikatan serta hubungan sosial itu dipelihara dan dipertahankan.

Ketika semua unsur modal sosial dimiliki maka pelaku Koperasi Al Mawaddah mampu membangun jaringan untuk mencapai tujuan bersama, saling menguntungkan, dibangun di atas kepercayaan yang diikat dengan norma-norma bersama. Seluruh modal sosial yang ada dalam Koperasi Al Mawaddah harus terus dikembangkan. Modal sosial memang tidak terlihat tetapi manfaatnya sangat dirasakan sehingga peran modal sosial tidak kalah penting dengan modal lainya seperti modal ekonomi/ finansial.

Referensi

Dokumen terkait

Caranya ialah dengan mempergunakan setumpuk kassa steril (atau kain bersih biasa) dan tekankan pada tempat perdarahan tekanan itu harus dipertahankan terus

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Penelitian ini merupakan kajian analisis dalam menentukan prioritas masalah kesehatan di suatu wilayah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas masalah

YS Albay'a: Teşkilat içinde kendisinin de bildiği gibi üst kademede çekişmelerin olduğunu, bizi de alet edip kullanmaya çalıştıklarını, bu insanların inandığımız,

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 22 untuk mengolah data sehingga dapat diketahui seberapa besar

Selain karena faktor kontak langsung antar etnis, stereotype yang lebih positif ini didasarkan pada adanya kesamaan tujuan antara subjek penelitian dengan etnis

Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa untuk semua metode, nilai A di Kototabang lebih besar dibanding Padang untuk hujan pada pagi hari, sedangkan untuk hujan

Data kuantitatif yang dicari pada penelitian ini adalah jumlah produksi pengolahan ikan pelagis beku, jumlah kerusakan pengolahan ikan pelagis beku, harga jual ikan