ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU
P
ENGARUH
T
AKARAN
P
UPUK
F
OSFOR DAN
K
OMPOS
P
LUS
T
ERHADAP
P
ERTUMBUHAN DAN
P
RODUKSI
P
ADI
S
AWAH
(
O
RIZA SATIVA
L
)
Effect of Phosphorus Fertilizer and Plus Compost on Growth and Production
of Lowland Rice (
Oryza sativa
L.)
Oleh
:
Robe
1), Laode Sabaruddin
2*), dan La Ode Safuan
2).
1)Alumni S2 Program Studi Agronomi PPs Universitas Haluoleo2)Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari.
*)Alamat surat-menyurat:[email protected]
ABSTRACT.The aim of the research were to study the effect of phosphorus fertilizer and plus compost (PC) on growth and production of lowland rice. This research was arranged based on Completely Randomized Block Design in factorial, consisted of two factors. The first factor was phosphorus fertilizer consists of five levels,i.e. without phosphorus fertilizer, 27, 54, 81 and 108 kg P2O5ha-1. While the second factor was PC consists of four levels,i.e.: without PC, 3, 6 and 9 t ha-1PC. The variable observed were: the amount of maximum tiller, the number of empty grain per penicle, the number of grain filled per penicle, and production t ha-1. Partial effect of phosphorus fertilizer and PC was obtained for 1.000 grain weight. Variables observation were analyzed by analysis of variance, and the treatments mean effects was separated by LSD test at 95% significance level. To determine the optimal treatment of phosphorus and CP fertilizations on production was tested by regression analysis. Result of the research indicated that: interaction of phosphorus fertilizer with CP gaves effect on the amounts of maximum tiller, the number of empty grain per penicle, the number of filled grains per penicle, and production. Partial effect of phosphorus fertilizer and PC obtained at productive tiller, panicle length and 1.000 grain weight. Optimal dose of phosphorus fertilizer resulted in optimal production of grain yields, i.e. 194, 65 kg ha-1or P
2O5 70,07 ha-1 with maximum production 8,93 t ha-1, and optimal treatment of PC was 6,80 t ha-1with maximum production 8,87 t ha-1.
Key words:Phosphorus fertilizer, plus compost, growth, production, lowland rice.
ABSTRAK.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh takaran pupuk fosfor dan pupuk kompos plus terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dalam pola faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk fosfor yang terdiri dari lima taraf perlakuan : Tanpa perlakuan pupuk fosfor, 27, 54, 81 dan 108 kg P2O5ha-1. Sedangkan faktor kedua adalah pupuk kompos plus yang terdiri dari 4 taraf perlakuan : Tanpa perlakuan kompos plus, pemberian kompos plus 3, 6 dan 9 t ha-1. Hasil pengamatan jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi per malai, dan produksi gabah giling kering. Variabel pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam dan dilanjutkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%. Untuk menentukan takaran optimal pemupukan fosfor dan pemupukan kompos plus terhadap produksi maka dilakukan analisa regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: interaksi pupuk fosfor dengan kompos plus memberikan pengaruh terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah gabah isi malai-1, dan produksi gabah kering giling. Pengaruh mandiri pupuk fosfor dan kompos plus diperoleh pada komponen anakan produktif, bobot 1.000 butir. Takaran optimal pupuk fosfor pada taraf pemberian pupuk kompos plus 6 t ha-1adalah perlakuan P
2O570,07 kg ha-1atau setara dengan SP-36 194,65 kg ha-1dengan produksi maksimal 8,93 t ha-1, dan takaran optimal pupuk kompos plus pada perlakuan P
2O554 kg ha-1adalah 6,68 t ha-1 dengan produksi maksimum 8,87 t ha-1.
Kata kunci:Pupuk fosfor, kompos plus, pertumbuhan, produksi, padi sawah.
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativaL.) adalah tanaman semusim yang memegang peranan penting di Indonesia, terutama dalam menunjang kebutuhan pangan.
Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi perkapita sebagai akibat meningkatnya penda-patan. Namun dilain pihak upaya peningkatan
produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi, penurunan kualitas sumberdaya lahan yang berdampak terhadap penu-runan dan atau pelandaian produktivitas.
Usaha Peningkatan produktivitas padi sawah perlu menjadi perhatian utama karena bersentuhan langsung dengan pemenuhan kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya petani. Upaya tersebut perlu terus dilakukan karena memegang peranan penting dan strategis dalam pembangunan pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional. Hal ini beralasan karena pemerintah pernah membuktikan keberhasilanya dalam mewu-judkan kepedulian pada penanganan masalah pangan dengan dicapainya swasembada pangan tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut kadang fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan dimana akhir-akhir ini permintaan kebutuhan terpaksa dipenuhi melalui impor. Kondisi ini akan terus diperparah dengan akan dimulainya era ekonomi global setelah diratifikasinya WTO, AFTA dan NAFTA yang berarti tambah memper-sulit posisi petani dalam perdagangan komoditi pertanian di pasar bebas (Sabaruddin, 2009).
Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah yang hilang akibat erosi, pencucian dan pengangkutan hasil panen. Salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan tersebut adalah pemberian pupuk fosfor dengan takaran yang tepat, sehingga dapat memper-oleh pertumbuhan dan produksi yang optimal. Bila suplai fosfor cukup, maka perkembangan sistem perakaran tanaman akan lebih baik, disamping itu, bila unsur fosfor cukup selama pertumbuhan akan berpengaruh terhadap fase primordia dan pemben-tukan bagian reproduksi tanaman.
Fosfor sebagai salah satu unsur hara esensial memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Hal ini disebabkan karena fosfor merupakan bagian dari inti sel, diperlukan dalam pembelahan sel, perkembangan jaringan meristem, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji (Tisdale dan Nelson, 1975). Apabila kekurangan fosfor pada awal pertumbuhannya maka dapat mengham-bat sintesa protein, akimengham-batnya pertumbuhan terham-bat. Menurut Ismunaji (1989) bahwa apabila terjadi kekurangan unsur fosfor pada padi sawah maka sistem perakarannya akan terhambat, tanaman jadi kerdil dan hasil biji akan rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk: mempelajari pengaruh interaksi antara pupuk fosfor dengan kompos plus terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah, dan mempelajari pengaruh takaran pupuk fosfor dan kompos plus yang optimal terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
Palarahi Kecamatan Wawotobi Kabupaten
Konawe berlangsung dari bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Universitas Haluoleo pada bulan Desember 2010, analisis kompos dilakukan oleh Sucofindo-Makassar 2007.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pene-litian ini adalah benih padi varietas Situbagendit, pupuk urea, SP-36, KCl, kompos sampah kota, abu sekam, pestisida alika, fosfit. Alat yang digunakan adalah parang, bajak, garuk, pacul, tali raffia, papan label, hand sprayer, timbangan analitik, oven listrik, plastik pagar, tali nilon dan alat tulis menulis.
Penelitian ini disusun berdasarkan ran-cangan acak kelompok dalam pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk fosfor yang terdiri dari lima taraf yaitu: tanpa P2O5 sebagai kontrol (PO), takaran P2O527 kg ha-1(P1) atau setara dengan SP-36 75 kg ha-1 (0,045 kg petak-1), P2O554 kg ha-1(P2) atau setara dengan SP-36 150 kg ha-1(0,90 kg petak-1), P2O581 kg ha-1 (P3) atau setara dengan SP-36 225 kg ha-1(0,135 kg petak-1), P2O5 108 kg ha-1 (P4) atau setara dengan SP-36 300 kg ha-1 (0,180 kg petak-1). Faktor ke dua adalah pupuk kompos plus yang terdiri atas empat taraf, yaitu: tanpa pupuk kompos plus sebagai kontrol (K0), takaran pupuk kompos plus 3 t ha-1(K1) atau setara dengan 1,8 kg petak-1, takaran pupuk kom-pos plus 6 t ha-1 (K2) atau setara dengan 3,6 kg petak-1dan takaran pupuk kompos plus 9 t ha-1 (K3) atau setara dengan 5,4 kg petak-1. Dengan demikian diper-oleh 20 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga diperoleh 60 unit perco-baan.
Pada setiap unit penelitian dilakukan peng-amatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi, setiap unit penelitian diamati 10% rum-pun tanaman sebagai sampel pertumbuhan dan produksi. Sifat yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut: jumlah anakan maksimum dihitung saat umur 55 hari setelah tanam; jumlah anakan produktif dihitug pada umur 70 hari setelah tanam; jumlah gabah per malai dihitung setelah panen; jumlah gabah isi per malai dihitung setelah panen; produksi gabah kering giling (t ha-1) dihitung berdasarkan sampel parameter yang diambil yaitu 10% dari setiap unit perlakuan dengan kadar air 14%.
Data hasil pengamatan jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampah per
malai, bobot kering gabah 1.000 butir dan produksi gabah giling kering (t ha-1) dianalisis berdasarkan sidik ragam (ANOVA) dan apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%. Untuk menentukan takaran optimal pemupukan fosfor dan pemupukan kompos plus terhadap pro-duksi (t ha-1) maka dilakukan analisa regresi.
HASIL
Pengaruh interaksi antara pupuk fosfor dengan kompos plus terhadap jumlah anakan maksimum dan hasil uji BNT disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Interaksi antara pemberian pupuk fosfor dan pupuk kompos terhadap jumlah anakan maksimum.
Pupuk P2O5(kg ha-1)
Pupuk Kompos Plus
(t ha-1) P0 = 0 P1 = 27 P2 = 54 P3 = 81 P4=108
K0 = 0 24,5a
p 24,8ap 26,0apq 27,5aq 27,5aq K1 = 3 26,1a p 28,8bq 31,5br 31,5br 29,0bq K2 = 6 28,9b p 31,7cq 33,9cr 33,0cqr 32,9cqr K3 = 9 29,3b p 30,2bcp 32,0bqr 32,4bcr 30,7bpq BNT (0,05) = 1,35
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada baris (p, q dan r) dan kolom (a,b dan c) yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji BNT pada tarafα= 0.05.
Nyatanya interaksi antara pupuk fosfor dan kompos plus terhadap jumlah anakan maksimum disebabkan oleh pengaruh dari pupuk kompos plus yaitu selain dapat menciptakan kondisi tanah yang optimal untuk pertumbuhan padi sawah melalui fungsinya dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pemberian pupuk kompos plus ke dalam tanah dapat menekan kelarutan Al dan Fe yang berlebihan, sehingga kadar hara fosfor dalam tanah akan semakin meningkat. Selain itu, pupuk kompos plus juga mengadung unsur hara makro dana mikro seperti N, K, S, Ca, Mg, Cu, Cl, Bo, Co Zn dan Si, dimana kesemua unsur ini sangat dibutuhkan tanaman padi sawah selama pertumbuhan
Hasil uji BNT pada Tabel 2 terlihat bahwa pengaruh mandiri pupuk fosfor terhadap jumlah anakan produktif yang terbanyak diperoleh pada perlakuan P2O554 kg ha-1. Kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan pemberian fosfor sampai dengan pada takaran perlakuan P2O554 kg ha-1akan diikuti oleh semakin meningkatnya jumlah anakan yang menghasilkan malai, akan tetapi apabila pemberian pupuk fosfor diatas takaran sudah optimal maka pertumbuhan tanaman tidak akan normal, hal ini disebabkan karena apabila kelebihan fosfor maka
penyerapan unsur hara lain seperti sulfat dan nitrat terhambat. Sebaliknya apabila fosfor berada dalam jumlah yang kurang dan tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan kerdil, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, hal ini dapat dilihat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk fosfor dimana rata-rata jumlah anakan produktif yang berhasil menghasilkan malai hanya 13,71 batang per rumpun.
Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan produktif dari berbagai takaran pupuk fosfor dan pupuk kompos plus
Pupuk P2O5(kg ha-1) Pupuk Kompos Plus (t ha-1) P0=0 P1=27 P2=54 P3=81 P4=108 Rerata BNT (0,05) =0,66 K0 = 0 13,71 14,69 17,86 17,50 16,50 16,05a K1 = 3 14,85 18,76 21,00 20,26 19,69 18,91b K2 = 6 18,32 21,72 22,63 22,60 22,31 21,52d K3 = 9 18,60 20,18 22,24 21,05 20,39 20,49c Rerata BNT (0,05) = 0,73 16,37a 18,84b 20,93d 20,35cd 19,72c
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada baris dan kolom berbeda nyata pada uji BNT tarafα= 0.05.
Menurut pernyataan Winarso (2005) bahwa pemberian fosfor dalam jumlah yang cukup dan tersedia dapat merangsang keaktifan penyerapan unsur hara lain. Karena fungsi fosfor dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan sel dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya, Selanjutnya Buckman dan Brady (1982) bahwa sebagian besar penyerapan nitrogen tanah tergantung pada pem-berian pupuk fosfor, sehingga pertumbuhan vege-tatif tanaman akan meningkat, termasuk jumlah anakan yang yang mengasilkan malai. Hal ini sejalan dengan pendapat Marschner (1997) bahwa unsur hara yang tersedia cukup dalam tanah terutama N, P dan K dapat merangsang pembentukan anakan dan anakan produktif .
Pengaruh mandiri pupuk kompos plus (Tabel 2) terhadap jumlah anakan produktif yang lebih tinggi diperoleh pada perlakuan 6 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan semua perla-kuan. Nyatanya pengaruh pupuk kompos plus terhadap jumlah anakan produktif disebabkan oleh perannya dalam memperbaiki struktur tanah, kondisi ini sangat menguntungkan dalam perkem-bangan akar tanaman padi sawah, dengan ber-kembangannya akar maka semakin banyak bulu-bulu akar yang kontak dengan tanah, maka makin banyak pula unsur hara fosfor dan unsur hara lain serta air yang diserap sehingga berpengaruh
ter-hadap pembentukan jumlah anakan dan anakan produktif.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ter-dapat pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk fosfor dan pemberian pupuk kompos plus terhadap rata-rata jumlah gabah per malai dan hasil uji BNT disajikan pada Tabel 4. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan berbagai takaran pupuk fosfor plus pada setiap taraf pupuk kompos plus, dan perbedaan pengaruh berbagai dosis pupuk kompos plus pada setiap takaran pupuk fosfor maka dilan-jutkan uji BNT pada taraf nyata 0,05 seperti pada Tabel 4.
Tabel 3. Interaksi antara pemberian pupuk fosfor dengan pupuk kompos plus terhadap jumlah gabah per malai
Pupuk P2O5(kg ha-1)
Pupuk Kompos Plus (t
ha-1) P0=0 P1=27 P2=54 P3=81 P4=108
K0=0 128,72a 130,99a 134,89a 137,54a 133,73a
p p q r q K1=3 130,20ab 133,71c 138,10b 139,42a 139,30bc q q r r r K2=6 130,85ab 140,79c 143,00c 142,71b 141,64bc p q r r qr K3=9 131,79b 139,59c 142,71c 141,89b 141,86c p q r qr qr BNT (0,05) = 2,39
Keterangan: Angka-angka yang di ikuti dengan huruf yang tidak sama pada baris ( p, q dan r) dan kolom ( a,b dan c) yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf ujiα= 0.05
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian pupuk kompos plus (P0) pada berbagai taraf perlakuan fosfor memperlihatkan perlakuan pupuk P2O5 81 kg ha-1 (P3) menghasilkan jumlah gabah per malai terbanyak. Adanya interaksi yang nyata antara pupuk fosfor dan kompos plus terhadap jum-lah gabah per malai disebabkan oleh pengaruh dari pupuk kompos plus yaitu selain dapat mencip-takan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan padi sawah melalui fungsinya dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga sebagai penyum-bang hara fosfor, sehingga kadar hara fosfor dalam tanah akan semakin banyak, demikian pula unsur hara lain seperti N, K, Ca, Mg, S, Cu, Co Zn dan Si. Selain itu, pupuk kompos plus merupakan sumber karbon bagi mikrobia tanah, sehingga aktivitas mikrobia dalam proses perombakan bahan organik akan semakin meningkat. Pemberian pupuk kompos plus kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan fosfor dengan cara menekan kelarutan Al dan Fe yang berlebihan.
Hasil pengamatan rata-rata jumlah gabah isi per malai menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara pemupukan fosfor dan pemberian pupuk kompos plus terhadap rata-rata jumlah gabah isi per malai dan hasil uji BNT disajikan pada tabel 4. Hasil uji BNT pada taraf nyata 0,05 pada Tabel 4
menun-jukkan bahwa perlakuan P2O554 kg ha-1(P2) pada taraf pemberian pupuk kompos plus 6 t ha-1(K2) menghasilkan jumlah gabah isi permalai yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan oleh penga-ruh dari pupuk kompos plus karena selain dari peranan kompos plus dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga disebabkan adanya asupan unsur hara dari pupuk kompos plus sehingga dapat menambah kandungan unsur hara tanah yang akan dibutuhkan oleh tanaman padi sawah selama pertumbuhannya.
Tabel 4. Interaksi antara pemberian pupuk fosfor dan pupuk kompos terhadap jumlah gabah isi per malai
Pupuk P2O5(kg ha-1)
Pupuk Kompos
Plus
(t ha-1) P0=0 P1=27 P2=54 P3 = 81 P4=108
K0 = 0 109,04a 110,33a 114,53a 115,92a 114,00a
P p q q Q K1 = 3 111,22ab 113,26a 117,45b 119,52b 118,82bc p P q q Q K2 = 6 112,82b 120,70c 124,98c 124,35c 121,55c p q r r Q K3 = 9 111,48b 118,29b 123,21c 122,74c 121,53c p pq r r qr BNT (0,05) = 2,39
Keterangan: Angka-angka yang di ikuti dengan huruf yang tidak sama pada baris (p, q dan r) dan kolom (a,b dan c) yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf ujiα= 0.05.
Selain itu, karena unsur fosfor yang tadinya kurang tersedia untuk tanaman padi sawah, maka dengan pemberian pupuk kompos plus dapat meningkatkan ketersediaan fosfor melalui aksi asam organik dari proses dekomposisi kompos plus sehingga dapat mengkelat unsur-unsur bera-cun seperti Al dan Fe, dengan demikian P dapat terlepas dari ikatan tersebut, selanjutnya dapat diserap oleh tanaman padi sawah.
Hasil pengamatan rata-rata produksi gabah t ha-1 menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara pemupukan fosfor dan pemberian pupuk kompos plus terhadap rata-rata produksi gabah kering giling (t ha-1) dan hasil uji BNT disajikan pada Tabel 5. Untuk mengetahui pengaruh beda berbagai takaran pupuk fosfor plus pada setiap taraf pupuk kompos plus, dan pengaruh beda berbagai dosis pupuk kompos plus pada setiap takaran pupuk fosfor terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1) maka dilanjutkan uji BNT pada taraf nyata 0,05 seperti pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil perhitungan produksi gabah kering giling (t ha-1) pada Tabel 5 menun-jukkan bahwa perlakuan P2O5 54 kg ha-1 pada pemberian pupuk kompos plus 6 ton ha-1 mem-berikan produksi gabah kering giling tertinggi,
dengan rata-rata produksi 8,84 t ha-1. Kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan sampai dengan perlakuan P2O554 kg ha-1pada pemberian 6 t ha-1 akan diikuti oleh semakin meningkatnya produksi.
Tabel 5. Interaksi antara pemberian pupuk fosfor dan pupuk kompos plus terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1)
Pupuk P2O5(kg ha-1)
Pupuk Kompos Plus
(t ha-1) P0=0 P1=27 P2=54 P3=81 P4=108
K0 = 0 4,84a 5,85a 5,99a 6,39a 6,33a
p q q q q K1 = 3 5,90b 6,07a 7,97b 7,48b 7,31b p P r qr q K2 = 6 6,18bc 7,80c 8,84c 8,72c 8,11c p q r r q K3 = 9 6,65c 7,01b 8,57bc 8,49c 7,51bc p pq r r q BNT (0,05) = 0,64
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada baris (p,q dan r) dan kolom (a,b dan c) yang tidak sama, berbeda nyata pada uji BNT tarafα= 0.05.
Peningkatan produksi ini dapat terjadi akibat dari meningkatnya komponen pertumbuhan dan pro-duksi yang meliputi jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produkstif, panjang malai, jumlah gabah permalai, jumlah gabah isi dan bobot kering gabah
1000 butir. Meningkatnya komponen pertumbuh-an dpertumbuh-an produksi disebabkpertumbuh-an karena unsur fosfor yang diserap oleh akar padi sawah cukup tersedia dan berimbang dengan unsur hara lainnya, oleh karena itu dengan pemupukan fosfor secara langsung dapat meningkatkan kadar fosfor dalam tanah, sehingga akar tanaman padi sawah dapat menyerap unsur hara fosfor dalam jumlah yang cukup dan tersedia selama pertumbuhannya. Menurut pernyataan Safuan (2005) bahwa per-kembangan akar yang baik akibat pemberian fosfor akan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara nitrogen dan kalium, dengan demikian peningkatan serapan hara fosfor oleh tanaman akan meningkatkan aktivitas meta-bolisme tanaman, karena fosfor merupakan unsur penyusun ATP bersama-sama nitrogen. Dalam kondisi demikian maka tanaman akan melakukan aktivitas fotositesis yang semakin meningkat.
Untuk mengetahui hubungan antara pe-mupukan fosfor pada berbagai perlakuan kompos dan hubungan antara pemupukan kompos plus pada berbagai pemupukan fosfor terhadap pro-duksi padi sawah yang optimal dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Kurva respon hubungan antara pemupukan fosfor pada berbagai takaran pupuk kompos plus terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1).
Kurva respon hubungan antara pemupuk-an fosfor pada berbagai pemberian pupuk kompos plus pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian berbagai pupuk fosfor pada perlakuan kompos 6 t ha-1terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1) adalah bersifat kuadratik dan optimal dicapai pada takaran 194,65 kg ha-1 (70,07 kg P2O5 ha-1) dengan produksi masimal 8,93 t ha-1.
Pada Gambar 2 kurva respon hubungan antara pemupukan kompos plus pada berbagai pemberian pupuk fosfor menunjukkan bahwa pengaruh pemberian berbagai pupuk kompos plus pada perlakuan P2O554 kg ha-1terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1) adalah bersifat kuad-ratik dan optimal dicapai pada takaran 6,80 t ha-1 dengan produksi masimal 8,87 t ha-1.
ŶK0 = 4,91+0,012x-0,000024x2 R2 = 0,96 ŶK1 = 5,66+0,017x-0,000039x 2 R2 = 0,74 ŶK2 = 6,17 +0,028x-0,000071x2 R2 = 0,99 ŶK3 = 6,39 +0,021x-0,000055x2 R2 = 0,79
Gambar 2. Kurva respon hubungan antara pemupukan kompos plus pada berbagai takaran pupuk fosfor terhadap produksi gabah kering giling (t ha-1).
Penelitian ini dapat disimpulkan: interaksi antara pupuk fosfor dan kompos plus memberikan penga-ruh nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi per malai, produksi gabah kering giling (t ha-1); pemupukan fosfor dan kompos plus berpengaruh secara mandiri terhadap jumlah anakan produktif, Pengaruh mandiri fosfor terhadap jumlah anakan produktif tertinggi diperoleh pada perlakuan P2O5 54 kg ha-1 atau setara dengan SP-36 150 kg ha-1. Pengaruh mandiri pupuk kompos plus pada komponen jumlah anakan produktif ter-tinggi diperoleh pada perlakuan 6 t ha-1; pada ber-bagai pemberian pupuk kompos plus terhadap pro-duksi gabah kering diperoleh takaran optimal P2O5 adalah 70,07 kg ha-1atau setara dengan SP-36 194,65 kg ha-1dengan produksi maksimal 8,93 t ha-1. Semen-tara itu pada berbagai pemberian pupuk fosfor terha-dap produksi gabah kering giling (t ha-1), takaran optimal pupuk kompos plus yang optimal adalah 6,80 t ha-1dengan produksi sebesar 8,87 t ha-1.
KEPUSTAKAAN
Adiningsih dan S. Rochayati, 1988. Peranan Bahan Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk dan Produktivitas tanahdalam Arafah, 2004. Efektivitas Pemupukan P dan K pada Lahan Bekas Pemberian Jerami Selama Tiga Musim Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Jurnal Sains dan Teknologi, Agustus 2004, vol. 4 No. 2: 65-71.
Anonim, 2000. Analisis limbah pertanian abu sekam sebagai sumber silika pada andisol dan oxisol terhadap pelepasan fosfor terjerap dengan teknik perunut 32P. Risalah pertemuan ilmiah penelitian dan pengembangan teknologi
isotop dan radiasi.
Anonim, 2007. Abu sekam padi sebagai sumber silika pada sintesis zeolit ZSM-5 tanpa menggunakan templat organik. Akta kimindo Vol.3 No.1: 33-36.
Badan Pusat Statistik, 2010. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Badan Pusat Statistik Pro-vinsi Sulawesi Tenggara.
Bouman, B.A.M., L. Feng, T.P. Tuong, G. Lu, H. Wang dan Y. Fang. 2007. Exploring opti-ons to grow rice using less water in Northern China using a modelling appro-ach II. Quan-tifying yield, water balance components and water productivity. Agri-cultural Water Management, 88:23-33. Buchman, H.O. dan N.C. Brady, 1969. Ilmu Tanah
yang diterjemahkan oleh Soegiman, 1982. Bratara Karya Aksara, Jakarta.
De Datta, S.K., 1984. Pronciple and Practices of Rice Produktion. Head Departemen of Agronomi, The IRRI, Los Banos. Manila-Philippines.
Doorenboss, J. dan A.H. Kassam, 1979. Yield Res-ponse to Water. FAO Irrigation and drainage paper, Roma. Second edition, 33:127.
Foth, H.D., 1978. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diterje-mahkan oleh Endang Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati dan RahyuningTrimulatsih, 1988. Gaja Madah University Press. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell, 1985.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemah-kan oleh Herawati Susilo, 1991. Universi-tas Indonesi.
Hanafiah, K.A., 2002. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
ŶP0 = 4,89+0,338x-0,0164x 2 R2 = 0,97 ŶP1 = 5,65+0,426x-0,0281x2 R2 = 0,67 ŶP2 = 5,99+0,849x-0,0625x2 R2 = 0,99 ŶP3 = 6,31+0,581x-0,0367x2 R2 = 0,96 ŶP4 = 6,27+0,540x-0,0439x2 R2 = 0,95
Hasyim, A.B., H. Aminuddin dan K.B. Siva, 1996. Nutrien Content in Rice Malaysian Rice Varieties. University Pertanian Malaysia. Ismunadji, M., M. Syam, S. Partohardjono, A. Widjono
dan Yusnawadi, 1988 dan 1989. Padi Buku Kesatu dan Kedua. Pusat Peneli-tian dan Tanaman Pangan Bogor.
Karta A.S. dan A. Fagi. 2000. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konsep dan Penerapan. Dalam Makarim (Eds). Tonggak Kemajuan Tekno-logi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Stategi Peningkatan Produksi Pangan. Sim-posium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor 22-24 November 1999.
Marschner, H., 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. News York: Academic Press.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G.B. Hong, dan H. Bayley, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Rinsema, W.T., 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan yang diterjemahkan oleh H.M. Saleh, Bratara Karya Aksana, Jakarta
Sabaruddin, L., 2009, Laporahan Hasil Penelitian Padi sawah. Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara.
Safuan, L,. 2005. Pengaruh Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nenas, Agriplus. 1997-104.
Saifuddin, S., 1985. Kesuburan Tanah dan Pemu-pukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Salisbury, B.B. dan C.W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid I, Penerbit ITB Bandung. Tisdale, S.L., W.L. Nelson dan J.D. Beaton, 1975. Soil
Fertility and Fertilizer. Macmillan Publishing Company, New York. Collier Macmillan Pub-lisher, London.
Scholes, M.C., O.W. Switt, P.A. Heal, J.S.I. Sanches, Ingram dan R. Dudal., 1994. Soil Fertility Research in response to demand for sustain-able. In The Biological Manajemen of tropical soil pertility (eds Woomer, PL and Swift, MJ.) John Wiley & Sona. New York.
Seta, A.K., 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah. Kalam Mulia. Jakarta.
Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indone-sia, PT Sastra Budaya, Jakarta
Sosrosoedirdjo S., B. Rifai, dan I. Syam, 1991, Ilmu Memupuk I. CV. Yasa Guna, Jakarta
Harjadi, M.M.S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Pener-bit PT. Gramedia Jakarta.
Stevenson, F.T. , 1982.Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Stevenson F.T. dan F. Alanah, 1997. Kimia Peng-komplekan ion Logam dengan Organik Larutan Tanah. In Interaksi Mineral Tanah dengan Bahan Organik dan Mikrobia, di-terjemahkan oleh Didiek Hadjar Gunadi, Gadjah Mada University Press, Yogya-karta.
Suartha, I.G.D. 2002. Padi Hibrida Solusi Tepat dalam Menjawab Krisis Pangan Nasional. Majalah Pertanian ABDI TANI. Vol.3/No.1. Edisi X.
Sugeng Winarso, 2005. Kesuburan tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah, Gava Media, Edisi Pertama, Yogyakarta. Sunardjo E., D. Darmadjati, dan M. Syam, 1991.
Padi Buku ketiga. Pusat penelitian dan Tanaman Pangan Bogor.
Sutanso R., 2002, Penerapan Pertanian Organik, Persyaratan dan Pengembangannya. Kani-sius, Yogyakarta.
Sutejo M.M., Kartasaputra, A.G., 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. Suwarno, 1989. Malai padi dan Penampilan
Galur-nya, Media Penelitian Sukamandi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamandi.
Suwena, M., 2002. Peningkatan Produktivitas Lahan dalam Sistem Pertanian Akrab Lingkungan. Makalah Pengantar Filsafat Sains pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. IPB-Bogor.
Tian, G., L. Brussard, B.T. Kang dan M.J. Swift. ?. Soil fauna-mediated decomposition of plant residues under contreined environ-mental and residue quality condition. In
Driven by Nature Plant Litter Quality and Decomposition, Department of Biologi-cal Sciences. (Eds Cadisch, G. and Giller, K.E.), pp. 125-134. Wey College, Univer-sity of London, UK.
Wiskandar, 2002. Pemanfaatan pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik tanah di lahan kritis yang telah diteras. Kongres Nasional VII.