PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI
CLIENT CENTERED THERAPY TERHADAP PENINGKATAN
ETOS KERJA SISWA SMK MA’ARIF NU BENJENG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
ALIF MARDIANA DEVI NIM. B03212005
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Alif Mardiana Devi (B03212005), Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui
Client Centered Theraphy terhadap Peningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk meningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng, serta sejauh manakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui
Client Centered Theraphy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng
Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kuantitatif yang berfungsi untuk meungkap fakta dan data mengenai pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk Meningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan angket sebagai teknik pengumpul data dengan dua variabel. Adapun indikator dari variabel Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy adalah Hakikat manusia, serta tujuan dan tugas kehidupan. Sedangkan indikator variabel etos kerja adalah kepribadian positif, kerja keras, kreatif, kolaboratif, serta kompeten.
Subyek dari penelitian ini adalah 15 siswa XII TKR SMK Ma’arif NU Benjeng yang memiliki etos kerja rendah. Adapun pengujiannya menggunakan rumus uji T-Tes. Dengan melihat hasil uji menunjukkan bahwa nilai korelasi lebih besar dari nilai sig, yang bernilai sangat kuat yaitu 0,830. Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan adanya Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Theraphy untuk Meningkatan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 8
2. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling ... 9
3. Variable Dan Indicator Penelitian ... 11
4. Kerangka Berpikir ... 14
5. Definisi Operasional ... 15
6. Teknik Pengumpulan Data ... 18
7. Teknik Analisis Data ... 21
F. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24
A. Kajian Teoritik ... 24
1. Bimbingan Dan Konseling Islam ... 24
a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam ... 24
b. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam ... 28
c. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam ... 29
d. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 30
e. Asas – Asas Bimbingan Dan Konseling Islam ... 30
f. Prinsip – prinsip Bimbingan Dan Konseling Islam . 34 g. Teknik Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam 35 h. Langkah – langkah Bimbingan Dan Konseling Islam 36 2. Terapi Analisis Client Centered Therapy a.Konsep Pendekatan Client Centered Theraphy ... 37
b.Dasar Pandangan Client Centered Theraphy ... 37
c. Ciri-ciri umum Client Centered Theraphy ... 38
d.Tujuan Client Centered Theraphy ... 39
3. Etos Kerja
a. Pengertian Etos Kerja... 41
b. Fungsi Etos Kerja ... ... 43
c. Atribut Etos Kerja Positif ... ... 44
d. Penyakit dalam Etos Kerja ... ... 49
4. Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy Untuk meningkatkan Etos Kerja ... ... 50
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 51
C. Hipotesis Penelitian ... 55
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 57
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57
2. Profil Sekolah... 58
3. Data Guru ... 59
4. Data Siswa ... 61
5. Data Fasilitas ... 62
B. Tahap Penyajian Data ... 63
C. Tahap Pelaksanaan ... 67
D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 73
1. Uji Validitas Data ... 73
2. Uji Realibitas Alat Ukur... ... 77 E. Pengujian Hipotesis ... 80
BAB IV ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis ... 81
B. Pengujian Dua Sampel... ... 85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Desain Penelitian ... 8
Tabel 1.2 Interpretasi Koefisisen Korelasi ... 22
Tabel 3.1 Tabel Data Guru SMK Ma’arif NU Benjeng ... 59
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 61
Tabel 3.3 Jumlah Ruangan ... 62
Tabel 3.4 Indikator Variabel x ... 64
Tabel 3.5 Indikator Variabel y ... 64
Tabel 3.6 Pre – Test Skala Etos Kerja ... 66
Tabel 3.7 Item Total Statistics variabel x ... 75
Tabel 3.8 Item Total Statistics variabel y ... 76
Tabel 3.9 Case Processing Summary variabel x ... 78
Tabel 3.10 Reliability Statistics variabel y ... 78
Tabel 3.11 Case Processing Summary variabel y ... 79
Tabel 3.12 Reliability Statistics variabel y ... 79
Tabel 4.1 Hasil Post – Test Variabel x dan y ... 82
Tabel 4.2 Interpretasi Koefisisen Korelasi ... 84
Tabel 4.3 Hasil Angket Sebelum dan Sesudah Treatment... 87
Tabel 4.4 Paired Sample Statistic ... 88
Tabel 4.5 Paired Sample Correlations ... 88
Tabel 4.6 Paired Sample Test ... 89
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini sekolah kejuruan untuk menengah atas tengah
booming dalam masyarakat kita. Bagaimana tidak, karena sekolah tersebut senantiasa
menjajikan berbagai keunggulan bagi para peserta didiknya terutama dalam hal penjaminan pekerjaan pasca lulus dari sana. Didukung juga oleh pemerintah yang turut serta meramaikannya lewat iklan di televisi dengan semboyan SMK bisa. Jelas saja hal tersebut sangat menarik hati para pemirsa di manapun jua karena orientasi para orangtua memberikan fasilitas pendidikan kepada anaknya salah satunya adalah untuk kehidupan yang lebih baik, dan bisa terwujud jika pekerjaan yang dimiliki oleh sang anak adalah bergengsi. Secara otomatis, fenomena tersebut menyiratkan bahwa lulusan SMK nantinya langsung bisa bekerja tanpa harus berkuliah terlebih dahulu.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Untuk merencanakan kehidupan karier lebih baik, diperlukan suatu bimbingan yang memberikan bekal cukup kepada siswa. Dalam mengatasi dan mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan bimbingan karier seorang konselor.1 Bimbingan karier adalah suatu kegiatan yang berusaha membantu siswa untuk mengenal pribadi, social, pekerjaan, belajar, tanggung jawab, waktu luang dan seluruh gaya hidup manusia serta membantu siswa untuk mengenal dirinya dan dunia kerja yang kemudian mengadakan penyesuaian diri antara keduanya dan mampu mengambil keputusan yang kesemuanya itu sebagai persiapan jika kelak
1
siswa lulus dari pendidikannya dan akan bekerja.2
Oleh karenanya, peran bimbingan konseling ini sangatlah diperlukan dalam pembimbingan karier bagi siswa – siswa tersebut
Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara poositif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Hal itu jelaslah berkenaan dengan tugas dan fungsi adanya bimbingan karier untuk membantu dan mengembangkan masa depan karier yakni sebagai berikut (1) pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan; (2) pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang dikembangkan; (3) orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup; (4) orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.3
Sebagai suatu jenjang pendidikan yang membekali siswanya dengan skill lebih dini ini, maka SMK harus mampu menunjukkan eksistensi kesanggupanya untuk menyediakan tenaga yang telah memiliki keahlian tersebut. Terkadang ada kalanya siswa terampil dalam keahliannya, akan tetapi memiliki kelemahan untuk berinteraksi dengan pihak luar atas berbagai alasan. Sehingga tidak bisa memaksimalkan segala kemampuan dan keahliaanya sesuai dengan bidang dan harapannya yaitu untuk langsung bekerja tanpa menempuh pendidikan lagi terlebih dahulu. Dikarenakan hal tersebut pihak sekolah tidak hanya semata – mata menyiapkan tenaga yang terampil dan terdidik saja untuk siap
2
Ulifa Rahma, Bimbingan Karier. hal 16
3
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta,
bekerja, akan tetapi juga menjembatani para siswa untuk bisa terhubung dengan para penyedia pekerjaan.
Bursa Kerja Khusus atau yang biasa disingkat BKK itulah program yang telah dicanangkan oleh beberapa pengelola sekolah kejuruan. Sebuah program yang berusaha untuk menempatkan para lulusannya untuk bisa bekerja sesuai bidangnya dengan koordinasi dengan industry yang dituju. Program yang telah berjalan selama beberapa tahun terakhir ini, dirasa cukup efektif untuk menjadi solusi para lulusan SMK. Setidaknya sudah ada siraman kelegaan dalam dada para siswa karena jaringan dengan pihak luar terkait keahliannya telah ada yang menjembatani. Sehingga dari itu pula bisa manjadi salah satu alternative cara pengembangan karir para siswa SMK. Praktik pengembangan karir, seperti yang dilaporkan Benardin dan Russell (2003), terbukti bisa meningkatkan kepuasan karir pegawai dan meningkatkan efektivitas organisasi.4
Dengan adanya pengembangan karir dalam rana pendidikan kejuruan atau SMK, maka motivasi siswa untuk belajar dan menggapai cita – citanya dirasa juga akan bertambah. Motivasi dan semangat ini penting untuk dimiliki oleh siswa, karena sebagai orang yang telah dipersiapkan untuk terampil dan terdidik. Oleh karena itu, adanya etos kerja ini juga akan mempengaruhi mereka untuk bertindak, bergerak dan berusaha. Etos kerja merupakan bagian dari soft-skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih keberhasilan dibanding hard-skill.5
Alasan – alasan tersebut juga selaras dengan salah satu konsep bimbingan konseling islami yang memberikan kesadaran/pemahaman pada individu mengenai banyak factor yang mempengaruhi kegiatan belajar/pendidikan
4
Kaswan, Cereer Development (Pengembangan Karir Untuk Mencapai Kesuksesan dan Kepuasan),
(Bandung, Alfabeta 2014) Hal. 49
5
Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama melalui Survival Skill (Jurnal Diklat
seseorang, yaitu bakat, lingkungan, dan juga kemauan (minat, motivasi individu).6 Sebagaimana dengan firman Allah Q.S. An – Najm(53) ayat 39
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,” (Q.S. An – Najm (53) : 39)7 .
Slogan SMK yakni "SMK Bisa!" beberapa tahun terkahir ini mulai nampak meredup. Seperti yang pernah dilansir oleh salah satu berita online bahwa fakta BPS mengatakan jumlah pengangguran lulusan SMK meningkat. Padahal sejatinya SMK adalah mempersiapkan generasi sekolah menengah untuk siap terjun ke dunia kerja kurang berhasil. Slogan tersebut sepertinya hanya membara saat generasi muda menempuh di jenjang sekolah. Sedang di dunia kerja, penyerapan baik yang diharapkan nampak belum optimal. Melihat rilisan BPS tentang jumlah pengangguran di Indonesia, lulusan SMK masih menjadi nomor pertama penyumbang pengangguran. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814 ribu orang, merupakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kepala BPS Suryamin, mengatakan angka tersebut meningkat dibanding Agustus 2012 yang sebesar 9,87%. Artinya tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran dibanding yang lainnya. "Tingkat penggangguran terbuka pada Agustus 2013 untuk pendidikan, SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2013). Sementara posisi kedua terbanyak adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9,74% dari total pengangguran.
6
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam dalam Islam (Jogjakarta, UII Press, 2001) Hal. 113
7
Muhammad Shohib Thohir, Al –Qur’an dan Terjemahnya (Mushaf Aminah), (Jakarta, Al – Fatih, 2013)
Pengangguran dari tamatan ini terus meningkat dibandingkan Agustus 2012 yang sebesar 9,6%. Meskipun salah satu poin Sekolah Menengah Kejuruan yaitu mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional, tapi sampai detik ini belum bisa terwujud secara maksiaml. Etos kerja yang diharapkan mampu mempersiapkan siswa di dunia kerja nampaknya belum optimal. Hal ini disinyalir terkendala pengelolaan setengah hati SMK. Pemerintah memberikan keleluasaan dalam pengembangan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Namun, saat ini belum ada peningkatan mutu pendidikan SMK dan pemetaan mobilisasi lulusan SMK. Kebijakan pemerintah ini justru ditanggapi dengan euforia, yaitu munculnya SMK-SMK baru. Apabila tidak ada peningkatan kualitas SMK, maka industri akan kesulitan menyerap lulusan SMK yang jumlahnya cukup besar. Tutur Samsudi di Unnes Semarang, salah satu dosen Unnes tersebut.8
Sejalan dengan penuturan Kepala BKK SMK Ma’arif NU Benjeng, Bapak Hadi
Purwanto bahwa keadaan psikologi maupun kemampuan para siswa terkadang tidak konsisten. Ada kalanya ketika di sekolah ia sangat rajin, aktif datang ke sekolah, bahkan kemampuannya telah di atas rata – rata. Sehingga tidak ada alasan bagi beliau selaku kepala BKK untuk merekomendasikannya ke dalam salah satu perusahaan local yang ada pada kota tersebut. Akan tetapi, berbalik tiga ratus enam puluh derajat ternyata siswa tersebut tidak seperti ketika ia bersekolah yang selalu membanggakan. Alhasil, keluhan dari pihak perusahaanpun harus diterima, dan melakukan konfirmasi dengan siswa tersebut untuk mengklarifikasi kebenarannya. Apabila memang telah terbukti indisipliner
8
tersebut dilakukan, maka pihak BKK tidak segan – segan untuk mencabut rekomendasi bagi siswa tersebut dari perusahaan yang bersangkutan.9
Berdasarkan fakta tersebut etos kerja siswa terkadang hanya mengebu – gebu ketika masih bersekolah, akan tetapi akan luntur seketika ketika masuk dunia kerja. Atau bahkan juga sebaliknya, ketika bersekolah terlihat tidak aktif, akan tetapi ketika bekerja, pihak perusahaan sangat puas dengan kerjanya. Sehingga dalam pelayanan BKK ini sangat diperlukan adanya kerjasama dengan guru Bimbingan Konseling untuk melihat bagaimana keadaan psikologis siswa dengan sebenarnya. Hal tersebut dilakukan agar mampu menyaring siswa yang memang benar – benar berniat untuk bekerja, yakni siap secara fisik maupun psikisnya.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini Peneliti ingin agar para siswa SMK Ma’arif
NU Benjeng, khususnya kelas dua belas yang akan lulus dan telah merasakan magang ketika kelas sebelas dulu ini memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan adanya etos kerja yang tinggi ini segala sesuatu yang menghambat dalam bekerja bisa sirna seketika, karena yang kita lihat adalah kualitas, bukan kuantitas. Etos kerja ini akan Peneliti tingkatkan melalui Client Centered Therapy. Kegitan ini merupakan salah satu langkah
preventif bagi siswa sebelum bekerja, meskipun pada kenyataannya terkadang masih ada
ketidak sinkronannya. Akan tetapi usaha harus selalu dilakukan bahkan ditingkatkan yakni berupa pemberian metode Bimbingan Konseling Islam di atas.
9Hasil wawancara dengan ketua BKK SMK Ma‟arif NU Benjeng, Bapak Hadi Purwanto di kantor SMK
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti akan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy
meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng?
2. Sejauh mana pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered
Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini:
1. Untuk mengetahui pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered
Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng
2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui
Client Centered Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU
Benjeng
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis
a. Untuk memperkuat teori-teori bahwa Bimbingan dan Konseling Islam merupakan peranan penting dalam memecahkan problem atau masalah
a.
Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam
b. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan khususnya bagi peneliti, serta dapat membantu konseli dalam mengatasi masalahnya.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan,10 karena penelitian ini
adalah penelitian yang menggambarkan tentang pengaruh atau sebab akibat dari kedua variabel penelitian yaitu pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam melalui
Client Centered Therapy dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU
Benjeng
Metode penelitian yang digunakan di sini adalah eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.11 Dalam metode eksperimen ini Penulis
menggunakan bentuk eksperiment one group pretest-posttests design. Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre–
test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan perlakuan lagi
(post-test). Desainnya sebagai berikut:
10
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitattif, R&D (Bandung : Alfabeta, 2011), Hal 8
11
Pre – Test Variabel Terikat Post - Test
O1 A O2
Keterangan:
Pada desain ini tidak ada grup control
A = Pelatihan (treatment/perlakuan, yakni variabel bebas, Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy
O1 = Etos Kerja siswa (pengukuran atau pengamatan / variabel terikat yakni tingkat etos kerja siswa) sebelum perlakuan/treatment
O2 = Etos kerja siswa setelah perlakuan/treatment Pengaruh perlakuan (O1-O2)
Pada desain di atas, Peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu objek yang diteliti, kemudian Peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya.12
Pelaksanaan eksperimentasinya yaitu kepada kelompok yang diteliti sebelum diberikan suatu materi, terlebih dahulu diketahui kondisi awal atau diberikan pretest. Kemudian pada akhir eksperimen harus diukur keterpengaruhan materi yang diberikan tersebut dengan memberikan postest.13 Sehingga dalam pretest maupun
postest menggunakan alat tes yang sama.
2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
12
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group 2014)Hal 115
13
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.14 Dalam penelitian ini,
Penulis menggunakan populasi terbatas. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memilki sumber data yang jelas batas – batasnya secara kuantitatif.15 Sehingga populasi yang dimaksud tersebut adalah seluruh siswa kelas XII SMK Ma’arif
jurusan Teknik Kendaraan Ringan sebanyak 92 siswa. Apabila ditinjau dari kompleksitas objek populasi, maka dalam penelitian ini adalah menggunakan populasi heterogen. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relative memiliki sifat – sifat individual, di mana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.16 Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Ma’arif NU Benjeng jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 92 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana ini, maka jumlah anggota sampel yang akan diambil oleh peneliti sekitar 10 hingga 20 sampel. Hal tersebut sesuai dengan ukuran sampel sederhana menurut Roscoe dalam bukunya Research
Methods For Bussiness (1982:253). Untuk penelitian eksperimen yang sederhana,
yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung, Alfabeta, 2014) Hal. 119
15
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta, Prenada Media Group 2009) Hal. 99
16
anggota sampel masing – masing antara 10 s/d 20.17 Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 15 siswa yang terdiri dari kelas XII TKR 1, XII TKR 2, dan XII TKR 3, di mana diambil perwakilan – perwakilan dari tiap kelas.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.18 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampling kuota. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.19 Ciri – ciri yang dimaksud ini adalah siswa yang memiliki etos kerja rendah, di mana mereka yang mempunyai nilai pre – test kurang dari 74 berdasarkan angket etos kerja yang telah dibuat oleh Peneliti. Sehingga dalam penelitian ini, Peneliti mengambil sampel kelas XII SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan sebanyak 15 siswa yang memiliki etos kerja rendah. 3. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel adalah gejala bervariasi, sedangkan gejala merupakan objek penelitian, berarti variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.20 Adapun pengertian variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel tunggal yang berdiri sendiri yang tidak dipengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) Hal 133
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 20013), h 80-85
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) Hal 126
20
Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy sebagai variabel
bebas yang diberi simbol X. Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client
Centered Therapy ini merupakan perpaduan antara konsep layanan Bimbingan
Konseling Islam dengan teknik Client Centered Therapy. Sehingga dalam konsep teori ini memadupadankan antara layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah lanjutan seperti SMK dengan pendekatan Client Centered Therapy.
Beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugas kehidupannya.21 Di mana dalam hakikat menusia ini, Peneliti mengutip pendapat dari Victor E. Frankl (salah satu pencetus teori humanistic, manusia memiliki potensi) bahwa manusia adalah dimensi spiritual, manusia adalah unik, serta manusia adalah bebas atau merdeka. Sedangkan dalam menentukan tujuan dan tugas kehidupan manusia ini menggunakan pendapat dari Witner dan Sweeney tentang kebahagian dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya terus – menerus. Sehingga dalam kehidupannya, manusia harus menjalankan tugas – tugas kehidupannya antara lain spriritualitas, pengaturan diri, bekerja, persahabatan, dan cinta.22
Adapun ciri – ciri pendekatan Client Centered Therapy yang dikemukakan oleh Rogers antara lain konseli cenderung melakukan aktualisasi diri, konseli memiliki dunia fenomenal, konseli bermartabat, dan konseli pada dasarnya adalah baik.23 Berdasarkan uraian di atas, terdapat kesamaan antara hakikat manusia dalam bimbingan konseling dengan pendekatan Client Centered Therapy, sehingga dalam
21
Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling (Jakarta, Prestasi Pustaka 2014) Hal 137
22
Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling. Hal 137 – 140
23
penyusunan angket variabel bebas ini menggunakan beberapa indicator yang diperoleh dari penggabungan antara layanan bimbingan konseling islam dengan
Client Centered Therapy. Sehingga indikator – indikator dalam variabel bebas ini
adalah :
1. Hakikat Manusia
2. Tujuan dan tugas kehidupan
Tabel 1.1 Indikator variabel x
(Bimbingan Konseling Islam melalui
Client Centered Therapy (BKI melalui CCT))
Variabel Indikator Deskriptor
Bimbingan Konseling Islam melalui Client
Centered Therapy (BKI melalui CCT)
Hakikat Manusia Manusia memiliki dimensi spiritual Manusia adalah unik
Manusia adalah bebas atau merdeka Manusia adalah makhluk rasional Manusia memiliki potensi baik Tujuan dan Tugas Kehidupan Memiliki spritualitas
Mampu mengatur diri sendiri Mampu bekerja
Mampu membangun persahabatan Memiliki cinta
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel ini ditandai dengan simbol Y yang akan dipengaruhi variabel X.24 Dalam hal ini variabel terikat penelitian yaitu meningkatkan etos kerja. Etos kerja merupakan bagian dari soft – skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih
24
keberhasilan dibanding dengan hard – skill.25 Berdasarkan variabel tersebut, menyusun instrument berupa angket atau kuisioner harus memperhatikan indicator - indicator variabel tersebut.
Zainuddin Maliki dalam Jurnal Diklat Keagamaan April – Juni 2013 mengemukakan bahwa untuk meningkatkan etos kerja diperlukan atribut etos kerja positif. Adapun atribut – atribut tersebut terangkum dalam akronim 5 K, sebagaimana indicator etos kerja berikut ini.26
Adapun indikator – indikator dalam variabel ini adalah : 1. Kepribadian Positif
2. Kerja Keras 3. Kreatif 4. Kolaboratif 5. Kompeten
Tabel 1.2
Indikator variabel y (Etos Kerja)
25
Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama Melalui Survival Skill (Jurnal Diklat
Keagamaan, Volume 7, nomor 2, April – Juni 2013) hal. 145
26
Ibid. Hal 149 – 152
Variabel Indikator Deskriptor
Etos Kerja Kepribadian positif Pandai bersyukur
Memilih teman – teman yang suportif Menghilangkan drama
Mengambil tanggung jawab
Mengubah kata “tidak bisa” menjadi “bisa”
Berbuat baik Melihat sisi baiknya Beristirahat
4. K e r a n g k a B e r p i kir
Penelitian ini mempunyai dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan hubungan asimetris (kausal). Yakni hubungan variabel satu mempengaruhi variabel lainnya. Dengan kata lain, jika X maka Y. Artinya jelas bahwa ada yang memengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Pada hubungan kausal ini akan dengan jelas memperlihatkan besaran pengaruh yang ditimbulkan oleh X terhadap Y. Artinya, jika X meningkat sekian, maka menyebabkan Y meningkat, begitu pula sebaliknya.27
27
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group 2014) Hal 53
Menyempatkan diri untuk tertawa
Kerja keras Memiliki pengetahuan dan
pengalaman
Bersungguh – sungguh
Menyerahkan semua pada Allah Tekun dalam menjalani pekerjaan
Kreatif Menjadikan sesuatu yang biasa
menjadi luar biasa
Menjadikan sesuatu yang unik Kehidupan menjadi lebih indah Memanfaatkan kemampuan diri semaksimal mungkin
Kolaboratif Mampu bekerja sama dengan
siapapun
Menyakini bahwa semua orang bisa Mampu mengelola pekerjaan yang baik
Mendahulukan kepentingan
kelompok daripada kepentingan pribadi
Kompeten Keunggulan moral
Keunggulan intelektual Keunggulan keahlian
Berangkat dari kedua variabel di atas, antara variabel bebas dan variabel terikat, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berikut ini
Variabel bebas Variabel terikat
Dalam hubungan asimetris ini, ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:
a. Hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan). Hubungan
yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan kausal, yang lazim dipengaruhi para ahli.
b. Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tetentu. Bila „stimulus’ datangnya pengaruh dari luar dirinya, sedangkan „disposisi’ berada dalam diri seseorang.
c. Hubungan antara prakondisi dan akibat tertentu
d. Hubungan yang permanen. Dalam hubungan ini terdapat jalinan yang erat
antara variabel satu dan variabel yang lain. Jelasnya, apabila variabel satu berubah, maka variabel yang lain ikut berubah
e. Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means).
Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy di
5. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian Bimbingan Konseling Islam melalui
Client Centered Therapy untuk meningkatkan Etos Kerja Siswa SMK Ma’arif NU
Benjeng adalah sebagai berikut: a. Pengaruh
Yang dimaksud dengan pengaruh adalah suatu daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak atau perbuatan seseorang.28
b. Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorag atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.29 Konseling merupakan bentuk wawancara di mana konseli ditolong untuk mengerti lebih jelas dirinya sendiri, untuk dapat memperbaiki kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan atau untuk dapat memperbaiki kesukaran penyesuaian.30
Bimbingan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terarah, continu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan bimbingan di bidang agama Islam merupakan kegiatan dari dakwah islamiah. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan
28
Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h 664
29
Dewa Ketut Sukardi. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta : Rineka cipta. 2008)Hal. 2
30
bimbingan kepada umat islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup fid dunya wal akhirah.31
c. Client Centered Therapy
Client Centered Therapy adalah salah satu pendekatan yang menaruh
kepercayaan yang besar pada kesanggupan kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan – kesanggupan untuk memecahkan masalah – masalah.32 Atau dengan kata lain Client Centered Therapy atau terapi nondirektif adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog
antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang
sebenarnya.33
Adapun langkah – langkah Client Centered Therapy ini adalah sebagai berikut: 1. Klien datang kepada konselor atas kemauannya sendiri
2. Situasi konseling sejak awal menjadi tanggung jawab konseli, sehingga konselor menyadarkan klien
3. Konselor menyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya 4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya
5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya 6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan) 7. Klien merealisasikan pilihannya itu.34
d. Meningkatkan Etos Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Meningkatkan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti menaikkan derajat, taraf.35 Etos kerja ini merupakan kata yang
31
Drs. A. Rasyad Shaleh, Management Dakwah,( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1977) hal. 128-129
32
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung, Refika Aditama 2013) hal 91
33
Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar – Dasar Konseling. Hal 241
34
berasal dari Bahasa Indonesia dan terdiri dari dua kata yakni etos dan kerja. Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan menurut istilah etos adalah norma, serta cara dirinya mempersepsi, memandang, dan menyakini sesuatu.36
Sedangkan Kerja yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat).37 Sehingga etos kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.38
Etos kerja merupakan bagian dari soft – skill yang lebih menentukan seseorang dalam meraih keberhasilan dibanding dengan hard – skill. Oleh karena itu, mudah dimengerti jika banyak orang yang cerdas karena memiliki hard – skill yang bagus, tetapi tidak sukses, bahkan kalah berhasil dibanding dengan mereka yang memiliki pengetahuan atau hard – skill pas – pasan, namun memiliki soft – skill yang bagus.39 6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.40
Beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti antara lain :
a. Kuesioner (Angket)
35
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa. 2008) Hal 1712
36
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim (Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf 1995) Hal. 25 - 26
37
http://kbbi.web.id/kerja diakses pada 30/10/15 pukul 07.51
38
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta. Balai Pustaka, 2005) hal 309 – 310 39
Zainuddin Maliki, Meningkatkan Etos Kerja SDM Kementrian Agama Melalui Survival Skill (Jurnal Diklat
Keagamaan, Volume 7, nomor 2, April – Juni 2013) hal. 145
40
Angket atau kuesioner adalah tehnik pengumpulan data melalui formulir – formulir yang berisi pertanyaan – pertanyaan atau pernyataan - pernyataan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi yang diperlukan.41 Metode Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.42
Cara pemberian nilai dalam penialian ini menggunakan teknik angket yang hanya memberikan tanda lingkaran silang atau checklist pada lembar jawaban yang telah tersedia. Jawaban responden telah disediakan sehingga dapat memudahkan Peneliti dalam menganalisisnya, karena jawaban seragam. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan angket langsung tertutup, di mana tiap pertanyaan telah disediakan pilihan jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaana dirinya. Selain itu, dalam penelitian inipun Peneliti menggunakan skala Linkert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
41
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya 2005) hal. 216 – 220
42
sampai sangat negative.43 Dalam penelitian ini menggunakan kata – kata jawaban tertutup sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju (4)
S = Setuju (3)
R = Ragu – ragu (2) TS = Tidak Setuju (1)
Sehingga dalam penelitian ini, Peneliti menggunkan angket secara langsung dengan tipe tertutup. Untuk memperoleh data tentang keadaan etos kerja siswa kelas XII SMK Ma’arif NU Benjeng.
Sebelum Peneliti melakukan pretest kepada 15 siswa SMK Ma’arif NU Benjeng, maka Peneliti terlebih dahulu melakukan uji kelayakan instrument penelitian tersebut, yakni uji angket. Uji instrument atau angket tersebut terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap uji validitas dan tahap uji reliabilitas menurut pandangan siswa. Dan agar hasilnya lebih mudah dipahami maka Peneliti menggunakan program aplikasi dalam software komputer statistical package for
social science (SPSS) 16 For windows. Untuk menguji validitas dan reliabilitas
angket yang telah dibuat oleh Peneliti ini, maka Peneliti mengujinya melalui siswa kelas XII TKR 1 sebanyak 32 siswa. Peneliti memilih kelas XII TKR 1 karena kriteria subjek yang diharapakan Peneliti ada pada siswa – siswa tersebut, meskipun pada akhirnya juga yang menjadi subjek penelitian ini adalah masing – masing perwakilan dari kelas XII TKR 1, XII TKR 2, dan XII TKR 3. Adapun perhitungan
43
SPSS yang peneliti gunakan dalam menentukan validitas dan relialibilitas adalah sama, yakni menggunakan corrected item – total correlation.
1. Uji Validitas Data
Validitas (validity, kesahihan) berkaitan dengan permasalahan “apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut”. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.44 Ibarat kita akan menjaring ikan di lautan, apakah lubang – lubang jaring kita memang benar – benar untuk menjaring ikan – ikan kecil (baca: ikan teri), sehingga meskipun ada ikan mujair yang kecil tak
akan terjaring. Sehingga alat pengumpul kita memang benar – benar untuk objek yang kita inginkan dan butuhkan.
Uji validitas dilakukan agar bisa melihat kelayakan dari butir pernyataan dalam kuesioner sehingga dapat mendefinisikan suatu variabel. Suatu instrumen valid atau shahih adalah yang memiliki validitas tinggi. Atau sebaliknya bila instrumen yang digunakan kurang valid maka dapat dikatakan jika instrumen tersebut memiliki validitas rendah.
Dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan dan praktek Suharsimi arikunto mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrument45 uji validitas dilakukan terhadap
44
Burhan Nurgiyantoro dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Gadjah
mada university press, 2009),Hal.338
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
seluruh butir pertanyaan dalam instrument yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total pada masing-masing konstruk.
Data yang digunakan merupakan hasil skor dari angket yang disebarkan dalam bentuk kualitatif dan kemudian diubah dalam bentuk kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan.46
Dalam menentukan validitas data, Peneliti menggunkan uji validitas
corrected item – total correlation. Analisis ini dilakukan dengan cara
mengorelasikan masing – masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien item total yang over – estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total (teknik bivariate pearson), tetapi skor total di sini tidak termasuk skor item yang akan dihitung.47
Adapun hasil dari uji validitas instrument menurut SPSS adalah sebagai berikut:
a. Hasil Validitas Variabel x (Bimbingan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy)
Tabel 1.3 Item-Total Statistics
46
Sugiono, Statistik untuk penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 134
47
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Satu 20.84 23.943 .630 .825
Dua 21.16 26.588 .509 .838
Tiga 20.62 28.500 .412 .846
Empat 20.88 25.661 .590 .830
Lima 21.59 26.507 .465 .842
Enam 21.16 23.426 .612 .828
Tujuh 21.09 25.443 .631 .826
Delapan 21.06 23.028 .685 .818
Sembilan 21.34 24.684 .572 .832
Dalam hal analisis item ini Masrun (1979) menyatakan „Teknik Korelasi
untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan’. Selanjutnya dalam memberikan interpretasiterhadap
koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang memiliki korelasi positif
dengan kriterium (skol total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. 48
Oleh karena itu semua item dalam variabel x (BKI melalui CCT) tersebut telah valid semuanya karena telah melebihi 0,3.
[image:32.612.157.535.67.514.2]b. Hasil Validitas Variabel y (Etos Kerja)
Tabel 1.4 Item-Total Statistics
48
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Satu 61.75 159.677 .381 .911
Dua 62.31 152.480 .581 .908
Tiga 61.94 161.351 .338 .912
Empat 61.94 159.544 .387 .911
Lima 62.16 154.652 .559 .908
Enam 62.66 151.136 .653 .906
Tujuh 62.88 150.758 .659 .906
Delapan 62.12 158.823 .423 .911
Sembilan 62.50 158.968 .405 .911
Sepuluh 61.84 158.072 .494 .909
Sebelas 62.62 152.565 .668 .906
Dua Belas 62.59 147.668 .754 .904
Tiga Belas 63.22 159.854 .362 .912
Empat
Belas 62.47 151.741 .622 .907
Lima Belas 62.62 155.855 .476 .910
Enam
Belas 62.03 157.257 .450 .910
Tujuh Belas 62.78 157.015 .466 .910
Delapan
Belas 62.66 153.201 .637 .907
Sembilan
Belas 62.72 150.918 .663 .906
Dua Puluh 63.00 158.903 .408 .911
Dua Puluh
Satu 62.78 153.854 .563 .908
Dua Puluh
Dua 62.97 153.902 .563 .908
Dua Puluh
Tiga 62.66 153.136 .569 .908
Dua Puluh
Empat 62.09 156.410 .414 .911
paling banyak digunakan’. Selanjutnya dalam memberikan interpretasiterhadap
koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang memiliki korelasi positif
dengan kriterium (skol total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. 49
Oleh karena itu semua item dalam variabel y (Etos Kerja) tersebut telah valid semuanya.
2. Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas (realibility, keterpercayaan) menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konseistensi, keajegan, atau tidak berubah-ubah.50
Untuk menguji reliabilitas peneliti menggunakan teknik Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut :
∑
Keterangan :
R = koefisien reliabilitas yang dicari K = jumlah butir pertanyaan (soal) = varians butir-butir pertanyaan soal
49
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung, Alfabeta 2014) Hal. 182
50
Burhan Nurgiyantoro dkk. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Yogyakarta : Gadjah
= variansskor tes
a. Hasil analisis reliabilitas dari variabel x (Bimbingan Konseling Islam melalui
[image:35.612.143.507.145.491.2]CCT)
Tabel 1.5 Case Processing
Summary
N %
Cases Valid 32 100.0
Excluded
a 0 .0
Total 32 100.0
Tabel 1.4 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.848 9
Setelah melakukan analisis faktor, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis reabilitas. Adapun ketentuan dalam analisis reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih besar dari r Tabel, maka variabel
atau skala dikatakan reliabel dan sebaliknya
2. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih kecil dari r Tabel, maka variabel
atau skala dikatakan kurang reliabel dan sebaliknya.
b.
Hasil analisis variabel y (etos kerja)
[image:36.612.131.534.110.508.2]Tabel 1.6
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
Tabel 1.7 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.912 24
Setelah melakukan analisis faktor, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis reabilitas. Adapun ketentuan dalam analisis reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih besar dari r Tabel, maka variabel atau skala dikatakan reliabel dan sebaliknya
2. Jika harga r Alpha bertanda positif dan lebih kecil dari r Tabel, maka variabel atau
skala dikatakan kurang reliabel dan sebaliknya.
b.
Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata dengan panca indera lainnya.51 Observasi
dilakukan dengan mengamati siswa kelas XII dengan kategori etos kerja yang rendah di SMK Ma’arif NU Benjeng
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.52
Wawancara ini dilakukan untuk mencari kelengkapan informasi terkait pelayanan dan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, sehingga wawancara akan dilakukan kepada beberapa pihak, antara lain:
i. Guru Bimbingan Konseling SMA Ma’arif NU Benjeng ii. Wali Kelas XII TKR 1. XII TKR 2, XII TKR 3
iii. Beberapa siswa yang memiliki etos kerja rendah d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.53 Metode ini digunakan untuk
mencari data tentang struktur organisasi sekolah SMK Ma’arif NU Benjeng, ketua
51
Burhan Bungin, Metode penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana. 2005), Hal. 133
52
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008.),Hal. 186
53
yayasan, kepala sekolah jumlah guru, serta sarana dan prasarana dan data-data lain yang diperlukan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh tentang Bimbingan dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy di Bursa Kerja Khusus dalam meningkatkan Etos Kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng. Adapun metode analisa data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pearson Product Moment yaitu Metode yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yaitu mengetahui tentang pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam melalui Client Centered Therapy di Bursa Kerja Khusus dalam meningkatkan etos kerja siswa. Dengan rumus sebagai berikut :
rxy = Σ XY –(Σ X) (ΣY)
√ [ N(Σ X²) –(ΣX)²] [N (ΣY²)-( ΣY)²]
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” produtc moment N : Jumlah responden
Jika rxy lebih besar dari “r” table maka hipotesis kerja diterima dan jika rxy lebih kecil dari “r” maka hipotesis ditolak. 54
Setelah itu nilai rxy dikonsultasikan dan diinterpresentasikan untuk mencari sejauh mana pengaruh Bimbingan Konseling Islam melalui Bursa Kerja Khusus dalam meningkatkan etos kerja siswa SMK Ma’arif NU Benjeng menurut pedoman sebagai
berikut :
Tabel 1.8
INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI NILAI R55
Interval Koevisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
8. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan rancanagan skripsi nanti, Penulis mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah,yang berisikan alasan atau permasalahan yang mendasari penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, di dalam landasan teori yaitu terdiri dari Pengertian Bimbingan Konseling Islam, Client Centered
54
LB. Netra. Statistik inferensial, (Surabaya : Usaha nasional. 1974), hal.171
55
[image:39.612.111.542.218.515.2]
Therapy, Bursa Kerja Khusus dan pengertian Etos Kerja kemudian terdapat hasil
penelitian terdahulu yang relevan dan hipotesis penelitian. BAB III : PENYAJIAN DATA
Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bagian ini Menjelaskan tentang penyajian hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu mengenai etos kerja siswa di SMK Ma’arif NU Benjeng dan analisis dari hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan Dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Melihat perkembangan sejarah agama-agama besar di dunia, bimbingan konseling islam sebenarnya telah dilakukan oleh para nabi dan rasul, sahabat nabi, para ulama’, pendeta, rahib,dan juga para pendidik dilingkungan masyarakat dari
zaman ke zaman. Oleh karena itu, masalah bimbingan konseling dilingkungan masyarakat beragama secara nonformal telah dikenal sebagai suatu kegiatan bagi orang yang memegang kedudukan pimpinan dalam bidang keagamaan, hanya saja di dalam kegiatannya belum didasari teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan teknis serta administrasi pelaksanaanya, serta belum dilembagakan secara normal.Melihat kompleksitas permasalahan yang terjadi di era globalisasi ini, di mana persaingan begitu ketat, sehingga bimbingan harus dikembangkan secara baik, karena dampak era global dapat berkaitan dengan personal, sosial maupun lapangan pekerjaan, maka jenis bimbingan yang dikembangkan harus berkaitan dengan bimbingan dan konseling dalam berbagai bidang.1
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,
1
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya2
Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling” (diadopsi dari kata
counseling). Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berati
mengarahkan (to direct), membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to steer)3
Berikut beberapa pendapat mengenai arti dari bimbingan menurut para ahli :
Tolbert mengatakan bimbingan adalah seluruh programa atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.4
Sedangkan Rogers (dikutip dalam Lesmana, 2005) mengartikan konseling sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan/konflik yang dihadapi dengan baik.5
Dalam bukunya Sofyan S. Wilis, Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai “The help given by one person to another in making choices
and adjusment and in solving problems” bahwa dalam proses bimbingan ada dua
orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si
2
Mohammmad Surya, Psikologi konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy.,2003), Hal. 2
3
syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), Hal. 5
4
Fenti Hikmawati. Bimbingan Konseling, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010),Hal.1
5
terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.6
Pengertian Konseling dalam bahasa Inggris, Counseling dikaitkan
dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut : nasehat (to abtain
counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan
demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian
anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.7
Menurut E. Hahn mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses
yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang
mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas
profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu
agar klien mampu memecahkan kesulitannya.8
Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling karya Prayitno dan
Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan baik kepada
individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
mengeembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan
menanggung bebannya sendiri.9
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
6
Sofyan S. Wilis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), Hal. 11
7
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Hal. 70
8
Sofyan S. Wilis,Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alvabeta CV, 2010), Hal. 18
9
demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.10 Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.11
Drs. A. Rasyad Shaleh menjelaskan bahwa Bimbingan konseling islami adalah proses pemberian bantuan terarah, continu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan bimbingan dibidang agama islam merupakan kegiatan dari dakwah islamiah. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup
fid dunya wal akhirah12.
Menurut Aunur Rahim faqih Bimbingan dan Konseling Islam Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan selaras dengan ketentuan- ketentuan dan petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 13
Menurut M. Hamdani bakran Adz- dzaky, Bimbingan dan Konseling Islam Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan dan pedoman kepada
10
Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam , (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), Hal. 2
11
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, Hal. 62.
12
A. Rasyad Shaleh, Management Dakwah,( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1977), Hal. 128-129
13
klien dengan keterampilan khusus yang dimiliki pembimbing dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal fikirannya, jiwa, dan keimanan, serta dapat menanggulangi masalah dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al- Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.14
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah15
Sedangkan menurut hemat peneliti Bimbingan Konseling Islam yaitu proses pemberian bantuan terarah kepada konseli yang sedang menghadapi masalahnya agar ddidapatkan solusi yang tepat dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Menurut Saiful Akhyar Tujuan konseling Islam adalah:
1. Secara preventif membantu klien untuk mencegah timbulnya masalah pada
dirinya.
14
M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), Hal. 137
15
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka
2.
Secara kuratif/korektif membantunya untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3. Secara preservatif membantunya menjaga situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar jangan sampai kembali tidak baik (menimbulkan kembali masalah yang sama).
4. Secara developmental membantunya menumbuh kembangkan situasi dan
kondisi dirinya yang telah baik agar menjadi lebih baik secara berkesinambungan, sehingga menutup kemungkinan untuk munculnya kembali masalah dalam kehidupnya.16
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Fungsi bimbingan konseling islam dapat digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:
1. Fungsi Remidial atau Rehabilitas, yang berkaitan dengan menyesuaikan diri, penyembuhan masalah psikologis, memulihkan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.
2. Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan
bantuan peningkatan keterampilan – keterampilan maupun kecakapan hidup, mengidentifikasi, memecahkan masalah, menghadapi transisi, menjelaskan nilai – nilai dan memutuskan arah hidup yang tepat dan benar.
3. Fungsi Preventif (pencegahan) sebelum menghadapi masalah – masalah kejiwaan yang disebabkan oleh kurangnya perhatian. Upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan program – program yang dapat
16
digunakan untuk mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko hidup yang tidak perlu terjadi.17
d. Unsur – unsur Bimbingan dan Konseling Islam
Berikut ini hal – hal yang harus ada dalam pelaksanaan bimbingan konseling islam
1. Konselor
Konselor atau pembimbing merupakan seorang yang mempunyai wewenang untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain. Persyaratan menjadi konselor antara lain :
a) kemampuan profesional b) sifat kepribadian yang baik c) kemampuan kemasyarakatan d) ketakwaan kepada Allah.18 2. Klien atau konseli
Individu yang diberi bantuan oleh serang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.19
3. Masalah
Menurut WS. Winkel dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah menengah, masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dan mencapai usaha untuk mencapai tujuan.20
17
Hamdani Bakran Adz – Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam (Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru 2000) hal
163 – 164
18
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : UII Press,
1992), hal. 42
19
e. Asas – asas Bimbingan dan Konseling Islam
Berikut asas – asas dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam: 1) Asas Kebahagiaan dunia akhirat
Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagian akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan yang abadi yang amat kekal.
2) Asas Fitrah
Manusia menurut islam dilahirkan dalam atau membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.
3) Asas Lillahita’alaa
Bimbingan dan konseling islam diselenggarakan semata – mata karena Allah, konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih. Sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk mengabdi kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada – Nya.
4) Asas Bimbingan Seumur Hidup
Manusia hidup berapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan 20
menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, Maka bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat di kandung badan. 5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani
Bimbingan dan konseling islam memperlakukan konselinya sebagai makhluk jasmaniah. Rohaniahnya tidak akan memandang sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konsleing islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah semata.
6) Asas Keseimbangan Ruhaniyah
Rohani manusia memiliki unsure dan daya kemampuan piker, merasakan atau menghayati dan kehendak bhawa nafsu serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.
7) Asas Kemajuan Individu
Bimbingan dan konseling islam, berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seseorang individu merupakan suatu maujud
(eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan
individu dari yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potendi rohaniyah.
Dalam bimbingan dan konseling islam, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu (jadi bukan komunisme), hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab social.
9) Asas Kekhalifahan Manusia
Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan, sebab problem – problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
10) Asas Keselarasan dan Keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, islam me